LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GLUKOMA
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GLUKOMA
OLEH :
OLEH :
DESAK PUTU AYU MEKAYANTI
DESAK PUTU AYU MEKAYANTI
PO7120015059
PO7120015059
TINGKAT 2.2 D-III KEPERAWATAN
TINGKAT 2.2 D-III KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA
1.
1. KONSEP DASAR PENYAKITKONSEP DASAR PENYAKIT A.
A. PengertianPengertian
Glaukoma adalah gangguan ocular yang ditandai dengan perubahan Glaukoma adalah gangguan ocular yang ditandai dengan perubahan pada
pada pusat pusat saraf saraf optic optic (lempeng (lempeng optic) optic) dan dan kehilangan kehilangan sensitifitas sensitifitas visualvisual dan jarak pandang (Elin, 2009)
dan jarak pandang (Elin, 2009)
Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya
berkurangnya lapang lapang pandang pandang akibat akibat kerusakan kerusakan saraf saraf optikusoptikus (Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, 2002).
(Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, 2002).
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebu pada pupil penderita kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebu pada pupil penderita glaucoma.(Ilmu Penyakit Mata, 2007)
glaucoma.(Ilmu Penyakit Mata, 2007)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
berupa peninggian peninggian tekanan tekanan bola bola mata, mata, penggaungan penggaungan papil papil saraf saraf optikoptik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cair
pembuangan cairan an dalam dalam bola bola mata mata dan dan tekanan tekanan yang tyang tinggi inggi dalam dalam bolabola mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan belakang bola mata (Nurarif, 2015)
belakang bola mata (Nurarif, 2015)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan
B. Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma, yaitu: 1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka - Glaucoma sudut sempit 2. Glaukoma congenital
- Primer atau infantile
- Menyertai kelainan congenital lainnya 3. Glaukoma sekunder - Perubahan lensa - Kelainan vuvea - Trauma - Bedah - Rubeosis - Steroid 4. Glaukoma absolute
Dari pembagian di atas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-bentuk: a. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blockade pupil atau
tanpa blockade pupil)
b. Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder
c. Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infantile, juvenile), sekunder kelainan pertumbuhan lain pada mata (Sidharta Ilyas, 2010)
C. Etiologi
Penyebab dari glaucoma adalah sebagai berikut:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata/di celah pupil (Sidharta Ilyas, 2004)
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
D. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk konstriksi jarak pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan perubahan penglihatan warna.
2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar cahaya dan biasanya sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan , edematous, nyeri pada ocular,
mual, muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis (Nurarif, 2015).
E. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a.Obat Sistemik
1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minumadalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO
sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi. b. Obat Tetes Mata Lokal
1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan
2x sehari, bergunauntuk menurunkan TIO.
2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakangdan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika
sudut yang tertutup sebanyak 50%.
2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
G.Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2. vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
4. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
H. Pathway
Usia > 40 th
Kortikosteroid Jangka Panjang Miopia
Trauma mata
Sakit Kepala berkepanjangan
Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan Trabekuler Vitreus
Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan Cairan Humor Aqueous
TIO Meningkat Glaukoma TIO meningkat
Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi
Perubahan Penglihatan Perifer Kebutaan Nyeri Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan Ansietas Defisiensi Pengetahuan Risiko Cedera Luka insisi Risiko Infeksi
2. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik
akan menurun secara bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain. 4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
1) Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
2) Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
b. POLA NUTRISI/METABOLISME
1) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka (cepat/lambat) 4) Bagaimana nafsu makan klien
5) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu makan
6) Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah
c. POLA ELIMINASI
1) Kaji kebiasaan defekasi
2) Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB
3) Kaji kebiasaan miksi
4) Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi
5) Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).
d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
1) Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
2) Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)
3) Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang 4) Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
5) Kaji kekuatan tonus otot
6) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.
e. POLA ISTIRAHAT TIDUR
1) Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif 2) Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur 3) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
4) sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien tidak normal.
f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
1) Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
2) Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
3) Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan interaksi
4) Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya 5) Pendengaran : DBN / tidak
6) Peglihatan :DBN / tidak
7) Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
8) Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
9) Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
10) Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
1) Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
2) Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri 3) Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien,
apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
4) Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.
h. POLA PERAN HUBUNGAN
1) Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
2) Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
3) Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
4) Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
5) Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
6) Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
7) Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
8) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam melakukan perannya
i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
1) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system pendukung
2) Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan terakhir
3) Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
4) keluarga / orang lain
5) Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
6) Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
7) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.
j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
1) Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif 2) Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
3) Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan hubungan intim
4) Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.
k. POLA KEYAKINAN-NILAI
1) Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup
2) Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
3) Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam hidup
4) Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari- hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu ibadahnya.
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman dan pengertian tentang substansi ilmu keperawatan
dan proses penyakit. Ada 2 analisa data yaitu :
1. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien atau pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien atau pasien tentang status kesehatannya. Misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, dan lain-lain. 2. Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh dengan menggunakan panca indra (lihat, dengar, raba, cium) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.
C. Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Perubahan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan d. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang
e. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya pajanan informasi tentang persiapan tindakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan b/d persiapan perawatan mandiri di rumah.
D. Rencana Tindakan No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri b.d Pre Op : Peningkatan TIO Post Op : Insisi Luka Operasi
NOC : Pain Level
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 10 menit diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol dengan
kriteria hasil:
a. Mengeluhkan nyeri b. Episode nyeri
c. Erea yang dipengaruhi d. Mengerang dan menangis e. Ekspresi wajah menahan
nyeri f. Kurang beristirahat g. Agitasi h. Iritabilitas i. Meringis j. Diaforesis k. Gelisah l. Kehilangan focus m. Tekanan otot
n. Kehilangan nafsu makan o. Mual
p. Intoleransi makanan Keterangan penilaian NOC
1 = Parah
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi 6. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
2 = Berat 3 = Sedang 4 = Ringan 5 = Tidak ada untuk menentukan intervensi
8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
10. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 11. Tingkatkan istirahat 2. Perubahan persepsi sensori visual / penglihatan b.d serabut saraf oleh karena peningkatan TIO
NOC
Sensory F unction : Vision
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 10 menit, pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensori dengan kriteria
hasil :
1. Ketajaman pusat pengelihatan (kiri)
2. Ketajaman pusat pengelihatan (kanan)
3. Ketajaman peripheral pengelihatan (kiri) 4. Ketajaman peripheral
pengelihatan (kanan) 5. Lapang pandang pusat
pengelihatan (kiri) 6. Lapang pandang pusat
pengelihatan (kanan)
7. Lapang pandang peripheral pengelihatan (kiri)
8. Lapang pandang peripheral pengelihatan (kanan)
NIC
Communication Enhancement : Visual Deficit
1. Pantau implikasi fungsional visi berkurang (misalnya , risiko cedera , depresi , kecemasan , dan
kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dan kegiatan dihargai). 2. Bantu pasien dalam
meningkatkan stimulasi indera lainnya (misalnya , menikmati aroma, rasa , dan tekstur makanan).
3. Berikan pencahayaan ruang yang memadai
4. Instruksikan keluarga untuk mengenali dan menanggapi bentuk ekspresif
nontradisional komunikasi (misalnya, gerakan dan ekspresi wajah).
9. Respon terhadap rangsangan pengelihatan
Keterangan penilaian NOC 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan 4 = Hampir dilakukan
5 = Selalu dilakukan
5. Bantu pasien atau keluarga dalam mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk rehabilitasi
penglihatan
6. Berikan rujukan untuk pasien yang membutuhkan pengobatan medis bedah
atau lainnya.
Medication Administration : Eye
1. Perhatikan riwayat kesehatan pasien dan riwayat alergi
2. Kaji pengetahuan pasien mengenai obat dan
pemahaman metode administrasi
3. Posisikan pasien terlentang atau duduk di kursi dengan leher sedikit hyperextended ; meminta pasien untuk melihat langit-langit
4. Tanamkan obat ke kantung konjungtiva menggunakan teknik aseptik
5. Anjurkan pasien untuk menutup mata dengan lembut untuk membantu mendistribusikan obat 6. Pantau efek lokal, sistemik,
dan merugikan dari obat. 3. Ansietas b.d Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
NOC
Anxiety level
Coping
Anxiety self control
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 x 5 menit diharapkan rasa cemas yang ada pada diri klien berkurang dengan
kriteria hasil: 1. Pasien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan intensitas cemas 2. Mampu menghindari precursor cemas
3. Mampu menggunakan strategi koping efektif
4. Mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas
5. Ekspresi wajah menunjukkan kecemasan berkurang
Keterangan penilaian NOC 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan 4 = Hampir dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Anxiety Reduction
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress 5. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut
6. Dorong keluarga untuk menemani anak
7. Lakukan back/neck rub 8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan pearasaan, ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
mengurangi kecemasan 4. Risiko cedera b/d penurunan lapang pandang NOC Comfort Status : Environmental
1. Persediaan yang dibutuhkan dan peralatan dalam
jangkauan 2. Suhu kamar
3. Lingkungan yang aman 4. Kebersihan lingkungan 5. Perangkat keselamatan digunakan dengan tepat 6. Pencahayaan ruangan 7. Ketersediaan ruang untuk
pengunjung
8. Tempat tidur yang aman 9. Furniture yang aman
Keterangan penilaian NOC 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan 4 = Hampir dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Physical Injury Severity 1. Tidak ada lecet kulit 2. Tidak ada memar 3. Tidak ada laserasi 4. Tidak ada keseleo
ekstremitas
5. Tidak ada fraktur
NIC
Environmental Management 1. Ciptakan lingkungan yang
aman untuk pasien
2. Hindari paparan yang tidak perlu, draft, overheating,
atau dingin
3. Manipulasi pencahayaan untuk manfaat terapeutik 4. Izinkan keluarga / orang
lain yang signifikan untuk tinggal dengan pasien 5. Didik pasien dan
pengunjung tentang perubahan/ tindakan pencegahan, sehingga
mereka tidak akan sengaja mengganggu lingkungan 6. Berikan keluarga /
signifikan lain dengan informasi agar membuat lingkungan yang aman untuk pasien
Environmental Management : Safety
1. Identifikasikan defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat meningkatkan potensi cedera dalam
6. Tidak ada cedera gigi 7. Tidak ada cedera kepala
terbuka
8. Tidak ada cedera kepala tertutup
9. Tidak ada gangguan mobilitas
10. Tidak ada penurunan tingkat kesadaran
11. Tidak ada pendarahan 12. Tidak ada trauma Keterangan penilaian NOC
1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan 4 = Hampir dilakukan
5 = Selalu dilakukan
2. Identifikasikan perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko cedera
3. Identifikasikan karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi untuk cedera (misalnya lantai licin. tangga terbuka dan lain-lain)
4. Dorong pasien untuk mengunakan tongkat atau alat pembantu berjalan 5. Ajarkan pasien bagaimana
jatuh untuk meminimalkan cedera
6. Gunakan teknik yang tepat untuk mentransfer pasien ke dan dari kursi roda, tempat tidur, toilet, dan sebagainya
7. Sediakan kursi dari ketinggian yang tepat, dengan sandaran dan sandaran tangan untuk memudahkan transfer
8. Mendidik anggota keluarga tentang resiko yang
berkontribusi terhadap cedera dan bagaimana mereka dapat menurunikan resiko tersebut
untuk meningkatkan keselamatan
10. Intruksikan keluarga pada pentingnya pegangan
tangan untuk kamar mandi, tangga, dan trotoar
11. Sarankan alas kaki yang aman
12. Berikan pengawasan yang ketat dan/perangkat penahan. 5 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
Knowledge : health Behavior Knowledge : disease process Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 x 5 menit diharapkan defisiensi
pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang karakteristik penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2. Strategi untuk meminimalisir progresi penyakit
Keterangan penilaian NOC 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan 4 = Hampir dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Teaching : disease Process 1. Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
6 Risiko infeksi berhubungan
dengan luka insisi operasi.
NOC
Risk Control : Infectious Process
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 10 menit, tidak terjadi infeksi dengan
kriteria hasil :
1. Mencari informasi tentang mengontrol infeksi
2. Mengidentifikasi faktor risiko infeksi
3. Mengakui diri berisiko infeksi
4. Mengakui konsekuensi infeksi
5. Mengakui kebiasaan yang berisiko infeksi
6. Mengidentifikasi risiko infeksi pada setiap aktivitas 7. Mengidentifikasi tanda dan
gejala infeksi
8. Mengidentifikasi strategi untuk melindungi diri dari hal lain yang infeksius
9. Menggunakan sumber informasi yang tepat
10. Menggunakan layanan kesehatan
Keterangan penilaian NOC 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan
Infection Control
1. Beri KIE/ HE kepada pasien agar tidak boleh
membersihkan atau tidak boleh mengorek telinga
terlalu sering dan hanya boleh membersihkan telinga
1/3 bagian telinga luar 2. Ajarkan teknik aseptik pada
pasien.
3. Cuci tangan sebelum
memberi asuhan keperawatan ke pasien
4. Kolaborasi pemberian obat pencegahan infeksi
4 = Hampir dilakukan 5 = Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
LEMBARAN PENGESAHAN
Denpasar, 28 April 2017
Mengetahui
Pembimbing klinik/CI Mahasiswa
Ni Luh Putu Yuliatini, S.Kep. Ners Desak Putu Ayu Mekayanti NIP. 197004071994032006 NIM. P07120015059
Clinical Teacher/CT
I Wayan Surasta,S.Kp, M.Fis NIP. 19651231987031015