• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP

SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.)

(Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA

PERTANAMAN KACANG PANJANG

MOHAMAD AFIAT

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRAK

MOHAMAD AFIAT, Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Serangan Penggerek Polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) Serta Hasil Panen Pada Pertanaman Kacang Panjang).Dibimbing oleh AUNU RAUF

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi pada budidaya kacang panjang terhadap banyaknya bunga dan polong yang terbentuk, tingkat serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong, serta terhadap bobot hasil panen. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai Mei 2008 di Kampung Liud, Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada pengamatan terdapat lahan kacang panjang berukuran 600 m2 dibagi menjadi 6 petak berukuran 10 x10 m. keenam petak tersebut dibagi 2 yaitu 3 petak untuk lahan yang ditanami kacang penutup tanah A.

pintoi dan 3 petak untuk lahan yang tidak ditanami A. pintoi. Dalam satu petak

diamati 32 tanaman secara diagonal. Pengamatan dilakukan sebelum panen dan dilakukan selang waktu 4 hari sekali. Peubah yang diamati adalah jumlah polong, jumlah serangan ulat M. vitrata, dan hasil panen pada pertanaman kacang panjang.

Berdasarkan hasil pengamatan, Serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong lebih rendah pada kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi, sebagai akibat lebih sedikitnya bunga dan polong yang terbentuk pada perlakuan tersebut. Jumlah polong yang lebih sedikit ini menyebabkan bobot hasil panen yang lebih rendah pada petak kacang panjang dengan A. pintoi dibandingkan yang tanpa penutup tanah, tetapi menurut analisis ragam menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Untuk mengurangi persaingan hara antara kacang panjang dan tanaman penutup tanah, daerah sekitar perakaran kacang panjang perlu dibersihkan dari tanaman penutup tanah.

(3)

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP

SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.)

(Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA

PERTANAMAN KACANG PANJANG

MOHAMAD AFIAT

A44104064

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Serangan Penggerek Polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) Serta Hasil Panen Pada Pertanaman Kacang Panjang

Nama : Mohamad Afiat

NRP : A44104064

Menyetujui,

Pembimbing

Prof. Dr Ir. Aunu Rauf, MSc. NIP. 130607614

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131124019

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 3 Desember 1986, merupakan putra ketiga dari pasangan Sofyandi dan Iche. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Banjarsari 1 pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SLTP Taruna Bakti pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMU N 2 Bandung tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi di IPB Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) sebagai dan staf Departemen Ekonomi tahun 2007. Selain aktif di kegiatan kemahasiswaan, penulis juga pernah menjadi asisten Dasar-Dasar Proteksi Tanaman tahun 2008.

(6)

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Serangan Penggerek Polong Maruca vitrata (F.) Serta Hasil Panen Pada Pertanaman Kacang Panjang Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak April 2008 hingga Juli 2008.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf,. MSc. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan telah memberikan arahan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada petani sayuran di Desa Liut Pak Andi, yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Departemen Proteksi Tanaman, Pak Wawan yang telah membantu dalam identifikasi hama dan penyakit. Penulis juga mengucapkan terima kasih staf Departemen Agronomi dan Holtikultura Mas Tisna yang telah membantu dalam proses budidaya kacang panjang.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan Laboratorium Ekologi Serangga, Dery, Bowo, Cok, Herma, Budi, Siti, Intan, David, Mika yang telah membantu penulis selama di laboratorium. Terakhir penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa DPT angakatan 41, 42, dan 43 yang telah memberi dorongan motivasi kepada penulis namun tidak dapat dicantumkan namanya pada kesempatan ini.

Bogor, Februari 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Kacang Panjang ... 3

Budidaya Tanaman Kacang Panjang ... 3

Penggerek Polong (Maruca vitrata) ... 5

Kacang Hias (Arachis pintoi)... 5

BAHAN DAN METODE ... 8

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

Metode Penelitian ... 8

Penataan Petak Percobaan ... 7

Penanaman Tanaman Penutup Tanah ... 7

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Kacang Panjang ... 7

Pengamatan Bunga, Polong, dan Tingkat Serangan M. vitrata ... 9

Pengamatan Hasil Panen ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

Banyaknya Bunga dan Polong ... 11

Banyaknya Bunga dan Polong yang Terserang M. vitrata ... 12

Tingkat Serangan Ulat M. vitrata pada Bunga dan Polong ... 13

Hasil Panen ... 15

KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan

kontrol ... 11 2. Perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan

dan kontrol ... 12 3. Perbandingan banyaknya bunga yang terserang pada petak perlakuan dan

kontrol ... 13 4. Perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan

dan kontrol ... 13 5. Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak

perlakuan dan kontrol... 14 6. Perbandingan persentase polong terserang ulat M. vitrata pada petak

Perlakuan dan kontrol ... 15 7. Perbandingan bobot hasil panen pada petak perlakuan dan kontrol ... 17

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Data iklim Leuwiliang bulan Januari 2008 sampai Juni 2008 ... 20

2. Data perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak

perlakuan dan kontrol ... 20 3. Data perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak

perlakuan dan kontrol... 21 4. Data perbandingan banyaknya bunga yang terserang pada petak

perlakuan dan kontrol... 21 5. Data perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak

perlakuan dan kontrol... 22 6. Data perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada

petak perlakuan dan kontrol ... 22 7. Data perbandingan persentase polong terserang ulat M. vitrata pada

petak perlakuan dan kontrol ... 23 8. Lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan tidak ditanami A. pintoi (b) ... 24

9. Tanaman A. pintoi ... 24

10. Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan

lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b) ... 24 11. Polong kacang panjang ketika dipanen ... 24 12. Serangan M. vitrata pada bagian tanaman kacang panjang (a) serangan

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk disertai dengan meningkatnya pendapatan per kapita mempengaruhi jumlah konsumsi pangan. Kebutuhan pangan tidak terbatas hanya pada komoditas pangan seperti beras dan jagung, tetapi juga sayuran dan buah-buahan. Khususnya sayuran mempunyai arti penting karena sebagai sumber asupan serat dan gizi. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama vitamin B dan C. Jenis sayuran yang banyak mengandung mineral dan serat di antaranya bayam, kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dimakan buah serta daunnya serta banyak mengandung protein nabati.

Kacang panjang (Vigna sesquipedalis) umumnya dipanen dalam bentuk polong muda. Polong muda banyak mengandung vitamin A, B, dan C, sedangkan polong yang tua banyak mengandung protein. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang banyak diusahakan petani Indonesia. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, luas lahan kacang panjang di Indonesia adalah 83.458 hektar dengan produksi 1,9 ton/ hektar dan harga rata-rata Rp 1250/kg (BPS 2000). Data di atas menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang merupakan komuditas yang cukup penting di Indonesia.

Banyak kendala yang dihadapi petani dalam budidaya kacang panjang, di antaranya adalah hama dan penyakit. Salah satu hama penting pada kacang panjang adalah penggerek polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) (Taylor 1964). Hama ini menyerang bagian bunga dan polong. Polong yang diserang akan tampak lubang-lubang bundar kecil dan bijinya habis dimakan. Serangan pada bagian bunga dan polong ini berpengaruh langsung terhadap kualitas dan kuantitas produksi.

Pengendalian yang dilakukan petani terhadap hama ini umumnya masih menggunakan insektisida. Perkembangan dalam dunia pertanian menunjukkan bahwa penggunaan insektisida yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif. Di antaranya adalah munculnya populasi hama yang resisten, terjadi resurgensi hama, munculnya hama sekunder, serta pencemaran lingkungan. Untuk

(11)

mengurangi dampak negatif tersebut, salah satu alternatif pengendalian yang dapat ditempuh adalah manipulasi lingkungan pertanaman. Tujuan manipulasi tadi adalah untuk menciptakan lingkungan pertanaman yang tidak sesuai bagi perkembangan hama, atau sebaliknya mendukung kehidupan musuh alami. Salah satu bentuk manipulasi lingkungan pertanaman adalah penanaman tanaman penutup tanah.

Selain sebagai tanaman hias dan pakan ternak, tanaman Arachis pintoi dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop). Penanaman A.

pintoi dapat mengundang kehadiran musuh alami (parasitoid dan predator).

Trisawa et al (2005) melaporkan bahwa penanaman kacang hias ini di perkebunan lada dapat meningkatkan jenis dan kelimpahan musuh alami hama-hama lada.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi pada budidaya kacang panjang terhadap banyaknya bunga dan polong yang terbentuk, tingkat serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong, serta terhadap bobot hasil panen.

(12)

Tinjauan Pustaka

Kacang panjang (Vigna sesquipedalis L.)

Kacang panjang (V. sesquipedalis) dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, sub ordo Rosineae, famili Leguminoceae dan genus Vigna (Lawrance 1951).

Kacang panjang merupakan tanaman musiman, tanaman dangan tinggi 80 cm atau lebih dan merambat. Akarnya kokoh dengan bagian samping dekat permukaan tanah, akar akan bergabung dengan nodul yang besar. Batang biasanya procumbent dan di sampingnya berwarna ungu. Daun pertama di atas kotiledon bentuknya sederhana dan berlawanan; daun kedua berbentuk trifolia. Pada bagian pangkal, daun berukuran besar dan panjang daripada bagian sampingnya. Mempunyai petiol kokoh dan beralur dengan panjang 5-15 cm. Daun berbentuk seperti telur dan belah ketupat, seluruh atau sebagian berlekuk dengan suatu puncak kulminasi yang halus; tersebut berukuran 6,5 -16 cm, dan lebar 4-11 cm dan daunnya miring.

Komposisi gizi pada setiap 100 g bagian kacang panjang yang dapat dimakan adalah 89 g air, 3 g protein, 0,5 g lemak, 5,2 g kabohidart, 1,3 g serat, 0,6 g hidrat arang, 64 mg kalsium, 54 mg fosfor, 1,3 mg zat besi, 167 IU vitamin A, 0,07 mg Vitamin B1, 28 mg vitamin C dan mengahasilkan 125 kalori (Prosea 1996)

Kacang panjang bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Kacang panjang tersebar luas di Afrika, penyebaran kacang panjang melalui mesir dan arab ke asia dan mediterania. Sekarang tanaman kacang panjang dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis.

Budidaya Kacang Panjang

Tanaman kacang panjang tumbuh baik di dataran rendah sampai menengah hingga ketinggian 700 dpl. Pada ketinggian di atas 700 dpl tanaman kacang panjang pertumbuhannya akan terhambat. Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kacang

(13)

panjang adalah 25-35oC pada siang hari dan pada malam hari sekitar 15 oC (Prosea 1996).

Perbanyakan tanaman kacang panjang dilakukan dengan biji. Benih dapat ditanam langsung di lubang tanam sebanyak 2-3 benih/lubang atau dengan sistem semai yang dapat menghemat benih. Penanaman kacang panjang umumnya ditanam di bedengan dengan jarak tanam (60-70)x(20-30) cm. Dengan demikian tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.

Setelah penanaman biji, kurang lebih 5 hari dari waktu tanam, sebagian besar biji sudah berkecambah. Sesudah tanaman berumur seminggu perlu disiapkan ajir untuk tanaman yang terbuat dari bambu. Ajir merupakan tempat tanaman merambat, karena kacang panjang mrupakan tanaman merambat. Tinggi tiang ajir ini 1,5-2 meter.

Pemupukan kacang panjang umumya dosis yang digunakan berupa 50 kg/ha urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCl. Cara pemakaian pupuk tersebut adalah sebagai berikut, pupuk SP-36, pupuk Kcl, dan separuh dosis pupuk urea diberikan pada waktu bersamaan pada waktu tanam. Sisa urea diberikan apabila tanaman berumur 3 minggu. Urea bila diberikan sekaligus kurang efisien, karena mudah terlarut.

Penyiangan tanaman penting untuk membasmi tumbuhan liar yang akan menhambat pertumbuhan kacang panjang. Tumbuhan liar ini aka mengambil hara air dan hara sehingga dapat menganggu tanaman yang dibudidaya. Disamping itu , tumbuhan liar juga akan bersaing dalam memperoleh cahaya dan CO2 yang

diperlukan tanaman. Jadi rumput liar atau gulma dapat menjadi pesaing perebutan hara (Irfan dan Sunarjono 2003). Penyiangan sebaiknya dilakukan pada tanaman yang telah berumur 3 minggu dan 6 minggu. Akan tetapi bila pertumbuhan gulma sangat banyak akan lebih baik dilakukan lebih awal, yaitu saat tanaman berumur 2 hingga 5 minggu.

Pemungutan hasil tanaman kacang panjang dapat dilakukan apabila polongnya berwarna hijau muda agak putih dan mudah dipatahkan. Pemanenan umumnya dipanen umur 7 minggu atau kurang lebih 50 hari. Pemetikan polong dilakukan dengan cara memetik polong secara selektif. Panen yang dapat

(14)

dilakukan 5-6 kali. Hasil produksi kacang panjang berkisar 200-600 kg biji kering/ha dan kurang lebih 1300 kg kacang panjang muda/ha.

Penggerek polong (Maruca vitrata F.)

Maruca vitrata merupakan serangga dari ordo Lepidoptera dan famili

Pyralidae (Kalshoven 1981). Serangga ini merupakan hama penting pada tanaman kacang pada daerah tropis dan subtropics.

Serangga ini termasuk dalam serangga holometabola yang mempunyai tahap perkembangan yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Telur serangga ini menetas setelah 2-3 hari.

Setelah menetas telur menjadi larva dengan lama periode larva 8-14 hari, tergantung kondisi cuaca. Larva muda memakan bagian tunas tanaman yang lunak, pangkal pucuk, peducles selama pertubuhan vegetatif, pada bunga, polong pada tanaman dewasa (Singh dan Taylor 1978). Larva dewasa sangat aktif bergerak dan berlanjut memakan bunga dan polong yang baru terbentuk. Larva aktif pada malam hari. Selama siang hari mereka bersembunyi dalam bunga , polong, tunas, dalam tanah. Larva mudah dikenali dengan melihat karakteristik bintik-bintik hitam pada tubuhnya (Usua dan Singh 1979). Gejala khas yang tampak bila larva menyerang bunga adalah bagian direkatkan dengan benang sutera, dan bila menyerang polong dicirikan oleh adanya kotoran pada lubang gerek (Meidiantie 1985).

Larva yang pertumbuhannya lengkap akan menjatuhkan diri dari bunga atau polong ke tanah dan menjadi pupa di bawah daun tanaman (Singh dan Taylor 1978). Pupa dibungkus kokon yang dibentuk dari jalinan benang sutera. Imago muncul dari pupa setelah 5-10 hari dan lama hidup imago 5-15 hari (Taylor 1967; Jerath 1968). Imago serangga ini adalah ngengat yang berwarna putih kusam, dengan tanda berwarna coklat terang pada sayap depan dan pada tepi sayap belakang. Ngengat betina dapat menghasilkan 200 telur atau lebih pada tangkai bunga.

Kacang hias (Arachis pintoi)

A. pintoi dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam Kingdom Plantae,

(15)

Kelas Magnoliopsida, Sub Kelas Rosidae, Ordo Fabales, Famili Fabaceae, Genus Archis, Spesies Arachis pintoi (USDA 2007).

A. pintoi ditemukan pada tahun 1954 di lembah Juquitinhonha dan

Tocatine di bagian tengah brazil dan disebarluaskan ke Argentina, Colombia, Amerika Tengah, Pasifik, Asia tenggara, dan Australia. A. pintoi masuk ke Indonesia melalui Singapura (BTTP 2004).

A. pintoi adalah jenis herba tahunan yang tumbuh menjalar membentuk

anyaman yang kokoh, akar dan/atau sulur akan tumbuh dari buku batang apabila ada kontak langsung dengan tanah. Tanaman mempunyai tinggi 20 cm, mepunyai daun 4 helai anak daun (tetrafoliat), daun berbentuk oval dengan ukuran lebih kurang 1,5 cm lebar dan 3 cm panjang . Kacang hias ini umumnya berbunga terus-menerus selama masa hidupnya, dengan 40–65 bunga/m2 setiap harinya. Setelah terjadi penyerbukan, ovary (indung telur) pada gynophore akan memanjang sampai 27 cm dan masuk ke dalam tanah sampai kedalaman 7 cm yang selanjutnya membentuk polong dan biji. Setiap polong biasanya mengandung sebuah biji.

Tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara biji, stek dan stolon. Perbanyakan dengan biji relatif mudah, tetapi harga benihnya mahal dan ketersediaan benihnya tidak banyak. Stek dapat diperbanyak dengan cara memotong bagian tanaman dan ditanam ke dalam tanah serta dengan stolon dapat dilakukan dengan menanam tanaman yang masih kecil lengkap dengan akarnya (Maswar 2004; MFO 2006).

A. pintoi tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah sub tropika

dan tropika, curah hujan tahunan >1.000 mm. Tahan terhadap 3–4 bulan kering, tetapi akan menggugurkan banyak daun selama periode kering tersebut. Pada tanah-tanah yang kurang air atau sering banjir, pertumbuhannya terhambat dan daun menguning.Tanaman ini cocok tumbuh pada tanah dengan tekstur liat berat sampai berpasir, namun tumbuh lebih bagus pada tanah lempung berpasir (sandy loam). Pertumbuhan lebih baik pada tanah dengan kandungan bahan organik > 3%, dan akan terhambat pada tanah dengan kadar garam (salinity) yang tinggi. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi kesuburan tanah rendah

(16)

dan pH sangat masam, serta toleran terhadap kejenuhan aluminium yang tinggi (>70%).

(17)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kampung Liud, Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung sejak Februari hingga Mei 2008.

Metode Penelitian Penataan Petak Percobaan

Percobaan dilaksanakan pada 6 petak yang masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Untuk mengurangi terjadinya perpindahan serangga di antara petakan, jarak antar petak diusahakan minimal 10 m. Keenam petak tadi ditata dalam 3 kelompok (ulangan) dengan 2 perlakuan, yaitu petakan dengan A. pintoi dan petakan tanpa A. pintoi.

Penanaman Tanaman Penutup Tanah

Penanaman A. pintoi dilakukan pada bulan Agustus 2007. Untuk maksud tersebut lahan terlebih dahulu diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha. Selain diberi pupuk kandang lahan ini juga diberi pupuk Urea 300 kg/ha, SP36 280 kg/ha, KCL 260 kg/ha. Penanaman A. pintoi dilakukan dengan cara stek buku tunggal. Buku A. pintoi diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan -IPB.

Penanaman dan Pemeliharaan Kacang Panjang

Kacang panjang yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas 777 yang bermerek Panah Merah. Varietas ini dipilih karena umum digunakan petani serta mudah diperoleh di hampir setiap toko pertanian yang ada di Darmaga. Pemupukan kacang panjang dilakukan tiga kali dengan dosis pupuk Urea 185 kg/ha , SP36 375 kg/ha dan KCL 225 kg/ha. Pemupukan pertama dengan 50% dari dosis dilakukan pada saat tanam, sedangkan pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada saat tanaman kacang panjang berumur 3 MST dan 6 MST, dengan masing-masing 25% dari total dosis pupuk. Pengajiran dilakukan pada

(18)

saat tanaman kacang panjang berumur 2 MST. Untuk maksud tersebut setiap tanaman diberi satu ajir bambu, selanjutnya setiap empat ajir diikat dengan tali menjadi satu sehingga membentuk piramida.

Penyiangan gulma dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum tanam, dan setelah tanaman kacang panjang berumur 6 MST. Penyiangan ini dilakukan pada setiap lahan baik yang ditanami A. pintoi maupun yang tidak ditanami A. pintoi. Gulma yang banyak tumbuh adalah jenis teki-tekian dan rumput-rumputan, sedangkan gulma berdaun lebar tidak banyak tumbuh pada lahan ini.

Pengamatan Bunga, Polong dan Tingkat Serangan M. vitrata

Pada setiap petak dipilih 8 piramida ajir yang masing-masing terdiri dari 4 tanaman, sehingga keseluruhan tanaman contoh adalah 32 tanaman/petak. Kedelapan piramida ajir yang dipilih terletak pada diagonal petak. Pengamatan dilakukan sebelum panen dengan selang waktu 4 hari sekali. Pengamatan meliputi banyaknya bunga dan polong yang terbentuk, serta banyaknya bunga dan polong yang terserang ulat M. vitrata. Pengamatan yang diamati adalah intesitas serangan hama pada bunga dan polong.

Tingkat serangan ulat M. vitrata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah bunga terserang

Tingkat serangan pada bunga = x100% Jumlah bunga yang diamati

Jumlah polong terserang

Tingkat serangan pada polong = x100% Jumlah polong yang diamati

Pengamatan Hasil Panen

Panen dilakukan setiap 4 hari sejak tanaman berumur 7 MST. Pada setiap kali panen, bobot kacang panjang dari kedua perlakuan ditimbang dan dicatat. Untuk keperluan analisis, bobot panen dijumlahkan dan dipilah berdasarkan perlakuan.

(19)

Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap banyaknya bunga dan polong, serta bunga dan polong yang terserang M. vitrata dan hasil panen diperiksa melalui analisis ragam pengukuran berulang dengan batuan SPSS 11.5.

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Banyaknya Bunga dan Polong

Rataan banyaknya bunga yang muncul pada setiap kali pengamatan disajikan pada Gambar 1. Tampak kecenderungan bahwa banyaknya bunga lebih rendah pada petak kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi. Namun demikian, hasil analisis ragam pengukuran berulang menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara banyaknya bunga pada kedua petak perlakuan (F = 2,49; db = 1, 4; P = 0,19).

Minggu setelah tanam

7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5

Rata

an

b

anyaknya bunga / 32 tanaman

0 10 20 30 40 50 60 70 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi

Gambar 1. Perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol

Hal yang sama diperlihatkan pula pada banyaknya polong yang terbentuk. Terdapat kecenderungan bahwa banyaknya polong lebih rendah pada petak kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi (Gambar 2). Hasil analisis ragam pengukuran berulang mengungkapkan tidak ada perbedaan yang nyata antara banyaknya polong pada kedua petak perlakuan (F = 4,12; db = 1, 4; P = 0,11).

(21)

Minggu setelah tanam 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 Rat aan b anya kn ya p olon g / 32 t ana ma n 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi

Gambar 2. Perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol

Banyaknya bunga dan polong yang cenderung lebih sedikit pada petak yang ditanami A. pintoi diduga karena adanya persaingan unsur hara antara tanaman kacang panjang dengan A. pintoi. Pada pertanaman kakao, adanya kacang A. pintoi sebagai penutup tanah menurunkan bobot kering akar, batang, dan daun (Baon dan Anugrina 2006). Penurunan banyaknya bunga dan polong kacang panjang sejak tanaman berumur 7 MST hingga 10 MST (Gambar 1 dan 2) terjadi karena produktivitas tanaman menurun pada saat menjelang masa panen berakhir. Pemanenan kacang panjang umumnya dilakukan 5-6 kali (Irfan dan Sunarjono 2003).

Banyaknya Bunga dan Polong yang Terserang Ulat M. vitrata

Rataan banyaknya bunga yang terserang ulat M. vitrata lebih tinggi pada kacang panjang yang ditanam tanpa A. pintoi, terutama pada saat tanaman berumur 7 hingga 8,5 MST (Gambar 3). Hasil analisis ragam pengukuran berulang mengungkapkan bahwa banyaknya bunga terserang pada kedua perlakuan tersebut berbeda nyata (F = 13,84; db = 1, 4; P = 0,02). Sejak tanaman kacang panjang berumur 9 MST terjadi penurunan serangan pada bunga yang diduga terkait dengan makin sedikitnya jumlah bunga yang tersedia. Pada periode ini ada kecenderungan banyaknya bunga terserang lebih tinggi pada petak kacang panjang yang ditanami A. pintoi.

(22)

Minggu setelah tanam 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Ra ta an ba n y akn y a b u n g a te rs er a n g / 32 tan a ma n 0 5 10 15 20 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi

Gambar 3. Perbandingan banyaknya bunga terserang pada petak perlakuan dan kontrol

Pengaruh yang sama tampak pula terhadap banyaknya polong yang terserang ulat M. vitrata. Pada Gambar 4 terlihat bahwa rataan banyaknya polong yang terserang ulat M. vitrata lebih tinggi pada petak kacang panjang tanpa A.

pintoi. Hasil analisis ragam pengukuran berulang menunjukkan bahwa rataan

banyaknya polong yang terserang ulat berbeda nyata antara kedua perlakuan (F = 7,74; db = 1, 4; P = 0,50). Menurunnya serangan pada polong sejak tanaman kacang panjang berumur 9 MST diduga disebabkan oleh makin sedikitnya polong yang tersedia, serta diduga karena polong sudah kurang sesuai lagi bagi perkembangan ulat M. vitrata. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pada fase polong ini, hama yang berlimpah adalah kepik Nezara viridula (L.) (Hemiptera: Pentatomidae), yang mengisap polong secara berkelompok.

M inggu setelah tanam

7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Ra taan ban y ak ny a po lo ng t er s e ra ng / 3 2 t a nam an 0 10 20 30 40 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi

(23)

Lebih rendahnya serangan ulat M. vitrata pada petak kacang panjang dengan A. pintoi diduga berhubungan dengan lebih rendahnya jumlah bunga dan polong pada petak tersebut. Selain itu, adanya penutup tanah A. pintoi diperkirakan dapat mempengaruhi perilaku pencarian inang oleh ngengat M.

vitrata. Demikian pula adanya tanaman penutup tanah dapat mengganggu

kehidupan ulat M. vitrata. Dilaporkan bahwa larva M. vitrata turun ke tanah untuk berkepompong (Singh dan Taylor 1978). Pada saat tersebut, sebagian larva dapat mengalami kematian karena terjadinya pemangsaan oleh predator penghuni tanah. Hasil penelitian Salanti (2009) menunjukkan bahwa kelimpahan predator penghuni permukaan tanah cenderung lebih tinggi pada petakan kacang panjang yang ditanami penutup tanah A. pintoi.

Tingkat Serangan Ulat M. vitrata pada Bunga dan Polong

Terdapat kecenderungan bahwa persentase bunga yang terserang ulat M.

vitrata lebih tinggi pada petak kacang panjang tanpa A. pintoi, khususnya pada

saat tanaman berumur 7 MST hingga 8,5 MST (Gambar 5). Sebaliknya, sejak tanaman kacang panjang berumur 9 MST, persentase bunga terserang lebih tinggi pada petak kacang panjang yang ditanami A. pintoi. Namun demikian, secara keseluruhan hasil analisis ragam pengukuran berulang menunjukkan tingkat serangan ulat M. vitrata pada bunga tidak berbeda nyata antara petak yang ditanami A. pintoi dan yang tidak (F = 4,20; db = 1, 4; P = 0,11).

M inggu setelah tanam

7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Ra taan % b unga terse rang / 3 2 t anam an 0 20 40 60 80 D engan A . pintoi T anpa A . pintoi

Gambar 5. Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol

Persentase polong terserang sejalan dengan banyaknya polong terserang, yaitu cenderung lebih tinggi pada petakan kacang panjang dengan perlakuan tanpa

(24)

A. pintoi (Gambar 6). Namun demikian, hasil analisis ragam pengukuran berulang

mengungkapkan tingkat serangan ulat M. vitrata pada polong tidak berbeda nyata antara petak yang ditanami A. pintoi dan yang tidak (F = 6,09; db = 1, 4; P = 0,07).

Minggu setelah tanam

7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 R ata an % po long t ersera ng / 32 tan am an 0 10 20 30 40 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi

Gambar 6. Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol

Hasil Panen

Hasil analisis ragam menunjukkan bobot hasil panen tidak berbeda nyata antara petak yang ditanami A. pintoi dan yang tidak (F = 2,84; db = 1, 4; P = 0,17). Pada petak ulangan-1 bobot hasil panen sangat rendah, sekitar setengahnya dari petak ulangan lain. Data bobot hasil panen yang beragam inilah yang dapat menyebabkan hasil pengujian statistika tidak nyata. Pada petak perlakuan A.

.pintoi, umur kacang panjang tidak sama dengan umur kacang panjang pada petak

kontrol. Pada petak ulangan-1 terjadi penyulaman seluruh tanaman akibat benihnya tidak berkecambah. Perbedaan kondisi tanaman ini dapat menyebabkan keragaman bobot hasil panen. Total bobot hasil panen disajikan pada Gambar 7. Secara umum terdapat kecenderungan bahwa bobot hasil panen lebih tinggi pada petak kacang panjang tanpa penutup tanah dibandingkan petak yang ditanami A.

pintoi. Hal ini berkaitan dengan jumlah polong yang lebih banyak pada tanaman

kacang panjang yang tumbuh pada petak tanpa A. pintoi. Sebaliknya, pada petak yang ditanami A. pintoi jumlah polong yang terbentuk lebih sedikit. Akibatnya

(25)

bobot panen juga lebih rendah. Diperkirakan pada petak dengan penutup tanah terjadi persaingan dalam mendapatkan air dan unsur hara antara tanaman kacang panjang dengan A. pintoi.

Perlakuan Bobo t has il panen (k g) 0 20 40 60 80

Gambar 7. Perbandingan bobot hasil panen pada petak perlakuan dan kontrol

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN

Serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong lebih rendah pada kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi, sebagai akibat lebih sedikitnya bunga dan polong yang terbentuk pada perlakuan tersebut. Jumlah polong yang lebih sedikit ini menyebabkan bobot hasil panen yang lebih rendah pada petak kacang panjang dengan A. pintoi dibandingkan yang tanpa penutup tanah. Untuk mengurangi persaingan hara antara kacang panjang dan tanaman penutup tanah, daerah sekitar perakaran kacang panjang perlu dibersihkan dari tanaman penutup tanah.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Baon JB, Anugrina Y. 2006. Kajian sifat kompetisi tanaman penutup tanah

Arachis pintoi terhadap pertumbuhan tanaman kakao.

http://www.iccri.net/22-3-1-JBB.pdf [3 Desember 2008].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Survey Pertanian, Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan. Jakarta: BPS Press.

[BPTP Lampung] Balai Pengkajian ekologi Pertanian Lampung. 2004. Arachis

pintoi sebagai tanaman peuntup tanah pada perkebunan lada. BPTP

Lampung. http://Lampung.litabang.deptan.go.id/teknologi. html [20 November 2006].

Salanti D. 2009. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang Panjang . Skripsi. Departemen Proteksi tanaman. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Irfan, Sunarjono H. 2003. Bertanam Kacang Sayur. Cimanggis: Penebar Swadaya. Jerath ML. 1968. Insectisidal control of Maruca testulalis on cowpea in Nigeria.

J Econ Entomol 61: 231-236

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan P A van der, penerjemah . Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve.

Lawrence GHM. 1951. Taxonomy vascular Plants. New York: Macmillan.

[MFO] Manglayang Farm Online. 2004. Arachis pintoi dan rumput Lampung (Setaria spp.). MFO.

Maswar 2004. Kacang pintoi (Arachis pintoi) pada usaha tani lahan kering. Badan penelitian tanah: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

http://balittanah.litabang.deptan.go.id/produk/publikasi/pub/leaflet/arachispi ntoi.pdf [19 November 2008].

[PROSEA] Plant Resources South East Asia. 1996. PROSEA: Cerals. Volume ke-10. Grubben GJH dan Partohardjono S, editors. Leiden: Backhuys. 274-278 p.

(28)

Singh SR. 1978. Resistance to pest of cowpea in Nigeria. In Singh, SR., van Emden HF, and Taylor TA, eds, Pest of Grain Legumes: Ecology and Control, London: Academic Press. 267-279 p.

Taylor TA. 1964. The filed pest problems on Cowpeas, Vigna sinensis L. in Southern Nigeria. Nig Grow Prod 3: 1-4

Taylor TA. 1967. The bionomics of Maruca testulalis (Geyer) (Lepidoptera: Pyralidae), a major pest of cowpea in Nigeria. J wes Afc sc Assc 12: 111-129.

Taylor TA. 1978. Maruca testulalis: an Important pest o tropical grain legume. Pp. 193-200 In Sighh, S.R., Van Emden. TA Taylor (ed) Pest of grain Legumes: Ecology and Control. London: Academic Press.

Trisawa IM, IW Laba, WR Atmadja. 2005. Artropoda yang Berasosiasi pada Ekosistem Tanaman Lada. Jurnal Entomologi Indonesia 2(1):10-18.

Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama terpadu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 273 h.

Usua EJ, Sigh SR. 1979. Behavior of Cowpea pod Borer Maruca testulalis. Geyer, Nig J Entomol 3: 231-239.

(29)
(30)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data iklim Leuwiliang bulan Januari 2008 sampai Juni 2008 (Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor).

Bulan Temperatur rata-rata (oC)

Kelembaban rata-rata (%)

Curah hujan

(mm/bulan) Hari hujan

Januari 25,7 84 241 10 Februari 24,4 90 201 15 Maret 25,1 87 281 18 April 25,5 83 257 16 Mei 25,8 82 175 14 Juni 25,6 83 94 8 Jumlah 152,1 515 1249 81 Rata-rata 25,53 85,83 208,16 13,5

Lampiran 2. Data perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol

MST Jumlah rataan bunga/ 32 tanaman dengan A. pintoi

Jumlah rataan bunga/ 32 tanaman tanpa A. pintoi

7 30 36 7,5 37 40 8 19,67 35 8,5 40,67 32,67 9 17 36,67 9,5 16,33 22 10 7,33 3,33

(31)

Lampiran 3. Data perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol

MST Jumlah rataan polong/ 32 tanaman dengan A. pintoi

Jumlah rataan polong/ 32 tanaman tanpa A. pintoi

7 95,67 103,33 7,5 112,67 147,33 8 104,33 130,67 8,5 134,67 159,33 9 92,33 98 9,5 85 93 10 51,33 57,67

Lampiran 4. Data perbandingan banyaknya bunga terserang pada petak perlakuan dan kontrol

MST

Jumlah rataan bunga yang terserang/ 32 tanaman

dengan A. pintoi

Jumlah rataan bunga yang terserang/ 32 tanaman tanpa A. pintoi 7 3 5,33 7,5 3,33 9 8 1,33 6,33 8,5 4,33 13,67 9 2,67 0 9,5 3 0,67 10 0 0

(32)

Lampiran 5. Data perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol

MST

Jumlah rataan banyaknya polong yang terserang/ 32 tanaman dengan A. pintoi

Jumlah rataan banyaknya polong yang terserang/ 32

tanaman tanpa A. pintoi

7 6,67 16,33 7,5 9 27 8 8 18,33 8,5 11,33 18 9 4 7 9,5 3,33 7,33 10 0 0

Lampiran 6. Data perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol

MST

Rataan % bunga yang terserang/32 tanaman

dengan A. pintoi

Rataan % bunga yang terserang/32 tanaman tanpa A. pintoi 7 7,15 13,87 7,5 9,22 25,86 8 6,95 18,63 8,5 10.64 46,37 9 15 0 9,5 16,97 2,67 10 0 0

(33)

Lampiran 7. Data perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol

MST

Rataan % polong yang terserang/32 tanaman

dengan A. pintoi

Rataan % polong yang terserang/32 tanaman tanpa A. pintoi 7 6,01 14,09 7,5 7,62 18,99 8 7,36 14,71 8,5 8,38 11,1 9 4,19 6,87 9,5 4,37 7,67 10 0 0

(34)

(a) (b)

Lampiran 8. Lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan yang tidak ditanami A. pintoi (b)

Lampiran 9. Tanaman A. pintoi

(a) (b)

Lampiran 10. Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b)

(35)

(a) (b)

Lampiran 12. Serangan M. vitrata pada bagian tanaman kacang panjang (a) serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong

Gambar

Gambar  1. Perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan  kontrol
Gambar  2. Perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol
Gambar  4. Perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol
Gambar  5. Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata  pada petak perlakuan dan  kontrol
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis

Alhamdulillah Wa Syukurillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas seluruh rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pemetaan Dampak