• Tidak ada hasil yang ditemukan

Juklak+KiPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja BPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Juklak+KiPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja BPK"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PETUNJUK PELAKSANAAN

PEMERIKSAAN KINERJA

Tim Penyusun:

Daeng M. Nazier

Hery Subowo

Ria Anugriani

Beni Subena

Agus Bambang Irawan

G. Yorrie Rismanto Adi

Dwi Afriyanti

Harpanto Guno Sabanu

Subeki Supriyadi

Iwan Purwanto Sudjali

Sandra Willia Gusman

Bambang Prayudhi

Denny Wahyu Sendjaja

Yosie

Asad Agung Perkasa

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan RI

Jl. Jenderal Gatot Subroto 31

Jakarta -10210

(3)

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /K/I-XIII.2/12/2011 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara antara lain meliputi Pemeriksaan Kinerja;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, disebutkan bahwa Pemeriksaan Kinerja dilaksanakan atas aspek ekonomi, aspek efisiensi, dan aspek efektivitas;

c. bahwa untuk mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan kinerja sebagaimana dimaksud pada huruf b, agar mendapat hasil pemeriksaan yang sesuai dengan tujuan dan standar Pemeriksaan Kinerja, perlu menetapkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);

3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran

(4)

4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata

Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/SK/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan

Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan

atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;

7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA.

Pasal 1

Menetapkan dan memberlakukan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja di Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 2

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

a. BAB I : PENDAHULUAN

b. BAB II : GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA c. BAB III : PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA d. BAB IV : PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA e. BAB V : PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA f. BAB VI : PENUTUP

(5)

Pasal 3

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal :

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

WAKIL KETUA, KETUA,

HASAN BISRI HADI POERNOMO

ANGGOTA, ANGGOTA,

MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA T AUFIEQURACHMAN RUKI

Plh. ANGGOTA, ANGGOTA,

HASAN BISRI ALI M ASYKUR MUSA

ANGGOTA, ANGGOTA,

SAPTO AM AL DAM ANDARI RIZAL DJALIL ANGGOTA,

(6)

i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 1 C. Dasar Hukum ... 1 D. Lingkup Bahasan ... 2 E. Sistematika Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA ... 3

A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja ... 3

B. Perbedaan Pemeriksaan Kinerja dengan Pemeriksaan Keuangan dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu ... 3

C. Konsep Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas... D. Standar Pemeriksaan Kinerja ... E. Persyaratan Dasar Pemeriksa ... F. Metodologi Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja... G. Kegiatan Dalam Pemeriksaan Kinerja... H. Pendekatan Dalam Pemeriksaan Kinerja... 4 7 7 8 9 11 BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA... 12

A. Tujuan ... 12 B. Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan... C. Penentuan Topik Potensial Pemeriksaan... D. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan... E. Pemahaman Entitas dan Pengidentifikasian Masalah... F. Penentuan Area Kunci... G. Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan...

H. Penetapan Kriteria Pemeriksaan... I. Penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan

Program Pemeriksaan Terinci...

12 13 16 17 20 24 26 31

(7)

ii

BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA...

A. Tujuan... B. Kegiatan Pemeriksaan... C. Perolehan dan Pengujian Data... D. Penyusunan Temuan Pemeriksaan... E. Pendokumentasian... 35 35 35 36 39 41

BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA...

A. Tujuan... B. Kegiatan dalam Pelaporan Pemeriksaan... C. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan...

42

42 42 42

BAB VI PENUTUP...

A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan... B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan... C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan...

48

48 48 48

(8)

iii Lampiran 3.1 Penentuan Topik Pemeriksaan Kinerja

Lampiran 3.2 Kertas Kerja Pemahaman Entitas

Lampiran 3.3 Kertas Kerja Pengidentifikasian Masalah

Lampiran 3.4 Pemahaman Sistem Pengendalian Internal Dengan Menggunakan Pendekatan COSO Lampiran 3.5 Kertas Kerja Penentuan Area Potensial

Lampiran 3.6 Kertas Kerja Pemilihan Area Kunci

Lampiran 3.7 Kertas Kerja Penetapan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan Lampiran 4.1 Kertas Kerja Pengujian Data Pemeriksaan

(9)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab I

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pada saat ini porsi kegiatan pemeriksaan BPK lebih banyak melakukan pemeriksaan keuangan seiring dengan dimulainya era pelaporan keuangan yang lebih transparan dari Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Namun demikian, perhatian publik secara luas mulai bergeser ke arah nyata dari peristiwa terkini, baik tentang pencapaian kinerja pemerintah, usaha pemberantasan korupsi, perusakan alam, dan sebagainya. Sebagai sebuah lembaga pemeriksa yang independen, BPK menjadi tumpuan masyarakat luas sebagai sebuah lembaga yang dapat memberikan kontribusinya untuk menuju Indonesia ke arah yang lebih baik.

Perhatian publik bergeser ke arah pencapaian kinerja pemerintah

02 Untuk menuju Indonesia ke arah yang lebih baik, perlu dilakukan banyak pembenahan terutama dalam hal perbaikan kinerja pemerintah. Pemeriksaan kinerja merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja pemerintah terutama dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik yang menjadi tuntutan masyarakat.

Pemeriksaan kinerja sebagai salah satu cara meningkatkan kinerja pemerintah

B. Tujuan

03 Dalam rangka peningkatan porsi pemeriksaan kinerja ke depan, BPK memerlukan suatu pedoman pemeriksaan kinerja agar terdapat kesamaan persepsi dan keseragaman metodologi dalam rangka pemeriksaan yang efisien dan efektif. Penyusunan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja ini dimaksudkan untuk membantu pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan kinerja secara lebih efektif, efisien, dan dengan cara yang lebih sistematik.

Tujuan penyusunan juklak

C. Dasar Hukum

04 Dasar hukum penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Kinerja ini, antara lain:

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);

Dasar hukum penyusunan Juklak

(10)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707);

Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata

Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan

Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang

Perubahan atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;

dan

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan.

D. Lingkup Bahasan

05 Juklak ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan kinerja mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan. Tahap tindak lanjut atas rekomendasi BPK tidak dibahas dalam juklak ini, karena akan dibahas dalam petunjuk teknis tentang pemantauan tindak lanjut. Juklak ini juga tidak mengatur hal-hal yang bersifat rinci yang mungkin membutuhkan referensi petunjuk teknis lainnya untuk diperhatikan.

Lingkup bahasan juklak

E. Sistematika Penulisan

06 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja ini disusun dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA

BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA

BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA

BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA

(11)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3

BAB II

GAMBARAN UMUM

PEMERIKSAAN KINERJA

A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja

01 Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 Pasal 4 ayat (3) tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.

Pemeriksaan kinerja menurut UU

02 Terminologi baku untuk pemeriksaan kinerja yang digunakan oleh anggota

International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) adalah performance audit. INTOSAI mendefinisikan pemeriksaan kinerja sebagai suatu

pemeriksaan yang independen atas efisiensi dan efektivitas kegiatan, program, dan organisasi pemerintah, dengan memperhatikan aspek ekonomi, dengan tujuan untuk mendorong ke arah perbaikan.

Pemeriksaan kinerja menurut INTOSAI

03 Terminologi lain yang dikenal dari pemeriksaan kinerja adalah value for money

audit, yang digunakan di Inggris, Kanada, dan beberapa negara

persemakmuran, dan diartikan sebagai suatu proses penilaian atas bukti-bukti yang tersedia untuk menghasilkan suatu pendapat secara luas mengenai bagaimana entitas menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien.

Value for money audit

B. Perbedaan Pemeriksaan Kinerja dengan Pemeriksaan Keuangan dan

Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu

04 Pokok perbedaan antara pemeriksaan kinerja, pemeriksaan keuangan dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) terletak pada tujuan dan hasil pemeriksaan. Penjelasan untuk kedua aspek perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Perbedaan pemeriksaan kinerja dengan pemeriksaan keuangan dan PDTT Tabel 2.1

Perbedaan Pemeriksaan Kinerja, Pemeriksaan Keuangan dan PDTT

Jenis Pemeriksaan

Tujuan Hasil

Kinerja Menilai aspek

ekonomi, efisiensi, atau efektivitas.

Simpulan dan rekomendasi atas aspek kinerja yang dinilai.

Keuangan Menilai kewajaran laporan keuangan.

Opini atas laporan keuangan.

PDTT Memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa dan dapat bersifat eksaminasi (pengujian), reviu, atau prosedur yang

disepakati (agreed

upon procedures).

Tergantung jenis PDTT  Eksaminasi

Simpulan dengan tingkat keyakinan positif (positive

assurance) bahwa suatu

pokok masalah telah sesuai dengan kriteria, dalam semua hal yang material.

(12)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4 Jenis Pemeriksaan Tujuan Hasil  Reviu Simpulan dengan tingkat keyakinan negatif (negative assurance) bahwa

tidak ada informasi yang diperoleh pemeriksa dari pekerjaan yang dilaksanakan

menunjukkan bahwa pokok masalah tidak didasari (atau tidak sesuai dengan) criteria.  Agreed upon

procedures

Simpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yang

disepakati dengan pemberi tugas terhadap

suatu pokok masalah.

C. Konsep Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas

05 Pada prinsipnya, konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas berhubungan erat dengan pengertian input, output dan outcome. Input adalah sumber daya dalam bentuk dana, Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan, dan material yang digunakan untuk menghasilkan ouput. Output adalah barang-barang yang diproduksi, jasa yang diserahkan/diberikan, atau hasil-hasil lain dari proses atas input. Proses adalah kegiatan-kegiatan operasional yang menggunakan input untuk menghasilkan output, sedangkan outcome adalah tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output. Gambar 1 berikut ini menjelaskan hubungan antara input, proses, output, dan outcome.

Hubungan konsep 3E dengan input,

output dan outcome

GAMBAR 1

Hubungan input, proses, output dan outcome

06 Ekonomi berkaitan dengan perolehan sumber daya yang akan digunakan dalam proses dengan biaya, waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas yang benar. Ekonomi berarti meminimalkan biaya perolehan input yang akan digunakan

Pengertian ekonomi BIAYA INPUT EKONOMI INPUT PROSES EFISIENSI OUTPUT OUTCOME EFEKTIFITAS

(13)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5

dalam proses, dengan tetap menjaga kualitas sejalan dengan prinsip dan praktik administrasi yang sehat dan kebijakan manajemen. Organisasi yang ekonomis memperoleh input pada kualitas dan kuantitas yang tepat, dengan harga termurah. Penekanan untuk aspek ekonomi berhubungan dengan perolehan barang atau jasa sebelum digunakan dalam proses.

07 Contoh: Barang A dapat dibeli di toko B seharga Rp100.000.000,00, dengan

cara pembayaran, kualitas, dan layanan purnajual yang sama, barang A dapat dibeli di toko C seharga Rp90.000.000,00. Jika entitas membeli di toko B, maka dikatakan entitas tersebut telah melakukan pemborosan atau ketidakekonomisan sebesar Rp10.000.000,00.

08 Pemeriksaan atas aspek ekonomi meliputi faktor-faktor, apakah:

(1) barang atau jasa untuk kepentingan program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa yang sama; dan

(2) barang atau jasa telah diperoleh dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga yang sama.

Faktor-faktor dalam pemeriksaan aspek ekonomi

09 Langkah-langkah dalam pengukuran ekonomi adalah sebagai berikut: (1) identifikasi input yang diperoleh;

(2) identifikasi biaya dan waktu/pengorbanan untuk mendapatkan input; (3) penentuan kriteria;

(4) pembandingan data yang diperoleh pada langkah (2) dengan kriteria yang telah dibuat pada langkah (3); dan

(5) interpretasi hasilnya.

Langkah-langkah pengukuran ekonomi

10 Efisiensi merupakan hubungan yang optimal antara input dan output. Suatu entitas dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu dengan memanfaatkan input minimal.

Pegertian efisiensi

11 Untuk menilai efisiensi, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan dalam melakukan pemeriksaan:

(1) apakah input yang tersedia telah dipakai secara optimal?

(2) apakah output yang sama dapat diperoleh dengan lebih sedikit input? (3) apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas dapat

diperoleh dari input yang digunakan?

Pertanyaan untuk menilai efisiensi

12 Temuan atas efisiensi dapat dirumuskan dengan menggunakan perbandingan antara aktivitas/industri/organisasi yang sejenis, periode lain, standar, dan best

practices yang secara tegas telah diadopsi oleh entitas.

Cara perumusan temuan efisiensi

13

Contoh: Untuk memproduksi suatu jenis output tertentu dengan jumlah

tertentu yang sama terdapat tiga cara:

(1) cara 1 membutuhkan lima unit material A dan dua jam kerja sebagai

input;

(2) cara 2 membutuhkan enam unit material A dan tiga jam kerja sebagai

input; dan

(3) cara 3 membutuhkan tujuh unit material A dan empat jam kerja sebagai

input.

(14)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6

Berdasarkan data tersebut, cara 1 lebih efisien daripada cara 2 dan 3 karena rasio input dan output (i/o) pada cara 1 lebih kecil dibandingkan dengan rasio

input dan output (i/o) pada cara 2 dan cara 3.

14 Pemeriksaan atas efisiensi meliputi aspek, apakah:

(1) program, aktivitas, fungsi, kegiatan telah dikelola, diatur, diorganisasikan, dan dilaksanakan secara efisien; dan

(2) jasa pelayanan oleh pemerintah telah diberikan dengan kualitas terbaik, berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan diberikan tepat waktu.

Aspek pemeriksaan efisiensi

15 Langkah-langkah pengukuran efisiensi adalah sebagai berikut: (1) identifikasi dan pilih input yang relevan;

(2) identifikasi dan pilih output yang relevan; (3) penentuan unit pengukuran input dan output;

(4) penentuan rasio pengukuran antara input dan output; (5) penentuan kriteria;

(6) pembandingan data yang diperoleh pada langkah (4) dengan kriteria yang telah dibuat pada langkah (5); dan

(7) interpretasi hasil.

Langkah-langkah pengukuran efisiensi

16 Efektivitas pada dasarnya adalah pencapaian tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcome). Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian efektivitas

17 Contoh: Pemerintah Daerah X mempunyai program pelayanan bus yang

bertujuan untuk mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di dalam kota. Outputnya berupa pelayanan bus yang diukur dengan jumlah kilometer pelayanan bus. Dalam rangka pelaksanaan program tersebut, Pemerintah Daerah X melakukan pembelian bus baru.

18 Misalnya, biaya pengoperasian setahun bus merek A Rp1.000.000.000,00, sedangkan biaya pengoperasian bus merek B juga Rp1.000.000.000,00. Kilometer yang dilayani bus A 250.000 km setahun, sedangkan bus B 225.000 km setahun. Akan tetapi, dengan bus A penggunaan kendaraan pribadi turun sebesar 10%, sedangkan dengan bus B, penggunaan kendaraan pribadi turun sebesar 30%.

19 Kesimpulan dari sisi efektivitas (hubungan antara output dan outcome) penggunaan bus B lebih efektif, sedangkan dari sisi efisiensi (hubungan antara

input dan ouput) penggunaan bus A lebih efisien daripada bus B.

20 Perbedaan ini disebabkan bus A memang mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh, tetapi tingkat kenyamanan yang kurang memadai, sehingga masyarakat tidak serta-merta menggunakan bus A sebagai kendaraan pengganti mobil pribadi.

21 Untuk melakukan pemeriksaan atas efektivitas suatu entitas, maka pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan:

(1) apakah output yang dihasilkan telah dimanfaatkan sebagaimana diharapkan?

(2) apakah output yang dihasilkan konsisten dengan tujuan?

(3) apakah dampak yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan bukan dari pengaruh lingkungan luar?

Pertanyaan untuk menilai efektivitas

(15)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7

22 Langkah-langkah pengukuran efektivitas adalah sebagai berikut: (1) identifikasi tujuan (outcome) yang telah ditetapkan sebelumnya; (2) identifikasi output aktual;

(3) penentuan unit pengukuran output dan outcome; (4) pembandingan antara output dan outcome; dan (5) interpretasi hasil.

Langkah-langkah pengukuran efektivitas

23 Dalam pemeriksaan kinerja, pemeriksa dapat memilih untuk memeriksa: salah satu aspek saja (1E) misalnya menilai aspek ekonomi, efisiensi atau efektivitas; kombinasi dua aspek (2E) misalnya menilai aspek ekonomi dan efisiensi, atau aspek efisiensi dan efektivitas; dan seluruh aspek (3E) baik ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Pemeriksa dapat memilih untuk memeriksa 1E, 2E atau 3E

24 Untuk memilih aspek pemeriksaan kinerja (1E, 2E atau 3E), pemeriksa harus mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan risiko pemeriksaan. Semakin luas aspek kinerja yang diperiksa, maka risiko pemeriksaan juga akan meningkat. Best practice yang umumnya dilakukan adalah hanya memeriksa 1E atau 2E saja.

Pertimbangan dalam memeriksa aspek 3E

D. Standar Pemeriksaan Kinerja

25 Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang disusun dan ditetapkan BPK melalui Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2007. SPKN yang berlaku bagi pemeriksaan kinerja meliputi: (1) Standar Umum

Standar Umum berkaitan dengan persyaratan kemampuan dan keahlian pemeriksa, independensi organisasi dan individual pemeriksa, kemahiran profesional berupa kecermatan dan keseksamaan, serta pengendalian mutu pemeriksaan.

(2) Standar Pelaksanaan

Standar Pelaksanaan berkaitan dengan syarat-syarat bagi pemeriksa dalam merencanakan dan mengawasi pekerjaan di lapangan. Standar pelaksanaan meliputi:

a) perencanaan; b) supervisi;

c) bukti pemeriksaan; dan d) dokumentasi pemeriksaan. (3) Standar Pelaporan

Standar Pelaporan berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaporan hasil kegiatan pemeriksaan. Standar pelaporan meliputi: a) kewajiban penyusunan laporan hasil pemeriksaan;

b) isi laporan hasil pemeriksaan;

c) prasayarat kualitas laporan hasil pemeriksaan; dan d) distribusi laporan hasil pemeriksaan.

Standar Pemeriksaan Kinerja

E. Persyaratan Dasar Pemeriksa

26 Pemeriksaan kinerja merupakan kegiatan yang berdasar pada informasi yang menuntut nilai-nilai profesional untuk mengelola informasi tersebut menjadi titik sentral. Salah satu bentuk nilai profesional tersebut adalah pentingnya seorang pemeriksa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keahliannya dan mempertahankan hasil yang baik dalam pelaksanaan tugas.

Pemeriksa profesional harus mengembangkan keahliannya

(16)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8

27 Agar dapat mencapai tujuan pemeriksaan kinerja yang telah ditetapkan, pemilihan personil pemeriksa yang akan ditugasi menjadi salah satu faktor yang cukup menentukan. Seorang pemeriksa dalam pemeriksaan kinerja harus mempunyai latar belakang pendidikan formal yang cukup dan mempunyai keahlian lainnya seperti kemampuan menganalisis, kemampuan berkreativitas, kemampuan berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis serta kemampuan terhadap pemahaman atas suatu pengelolaan/ manajemen yang baik. Selain itu, pemeriksa kinerja juga dituntut untuk selalu memperoleh pendidikan profesional dari berbagai disiplin ilmu secara berkelanjutan, seperti telah diatur dalam SPKN PSP 01 paragraf 08, untuk memperoleh informasi/ ilmu yang mutakhir sehingga dapat mendukung pelaksanaan pemeriksaan.

28 Dalam pelaksanaan suatu pemeriksaan kinerja, BPK dapat menggunakan tenaga ahli yang berasal dari dalam atau luar BPK. Atas penggunaan tenaga ahli internal ataupun eksternal tersebut, pemeriksa perlu mempertimbangkan kualifikasi mereka seperti yang telah diatur dalam Pasal 6 Peraturan BPK RI Nomor 1 tahun 2008 tentang Penggunaan Pemeriksa dan/atau Tenaga Ahli dari Luar BPK, dan diatur juga dalam SPKN PSP 01 paragraf 09.

Penggunaan tenaga ahli dari luar BPK

29 SPKN PSP 04 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 7 juga telah menetapkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja. PSP tersebut juga mengisyaratkan bahwa pemeriksa harus memiliki kompetensi dan keahlian yang cukup dalam menjalankan tugasnya.

30 Lebih lanjut, SPKN PSP 01 Standar Umum Paragraf 10 secara jelas juga mengatur persyaratan dasar kemampuan/keahlian para pemeriksa yang harus dipenuhi dalam melakukan tugas pemeriksaan.

F. Metodologi Pemeriksaan Kinerja

31 Metodologi pemeriksaan kinerja dapat terlihat pada bagan berikut. Metodologi pemeriksaan kinerja 3. Pemahaman Entitas & Pengidentifikasian Masalah 5. Penentuan Tujuan & Lingkup

Pemeriksaan 4. Penentuan Area Kunci 6. Penentuan Kriteria Pemeriksaan 7. Pengidentifikasian Jenis Bukti & Prosedur Pemeriksaan

10. Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan

12. Penyampaian Temuan Kepada Entitas

11. Perolehan Tanggapan Entitas

14. Perolehan Tanggapan atas Rekomendasi & Simpulan

15. Penyusunan dan penyampaian LHP

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN

2. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan

9. Pengujian Data 13. Penyusunan Konsep LHP METODOLOGI PEMERIKSAAN KINERJA

Ukuran Kinerja Pemeriksaan: - Standar Pemeriksaan - Panduan Manajemen Pemeriksaan

- Tujuan dan Harapan Penugasan

SUPERVISI – KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU (Supervisi, Quality Control & Assurance)

Dokumentasi

1. Penentuan Topik Potensial

8. Penyusunan RKP dan P2 Terinci

(17)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9

32 Secara garis besar metodologi ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Masing-masing tahap mempunyai uraian detail seperti tertera dalam sistematika di bawah ini:

1. perencanaan

a. penentuan topik potensial pemeriksaan;

b. penyusunan program pemeriksaan pendahuluan; c. pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah; d. penentuan area kunci;

e. penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan; f. penentuan kriteria pemeriksaan;

g. pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan; dan

h. penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan Program Pemeriksaan (P2) Terinci.

2. pelaksanaan

a. pengujian data;

b. penyusunan dan penyampaian konsep Temuan Pemeriksaan (TP); c. perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep TP; dan d. penyampaian TP.

3. Pelaporan

a. penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan;

b. perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan; dan

c. penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

G. Kegiatan Dalam Pemeriksaan Kinerja

33 1. Perencanaan Pemeriksaan

Kegiatan dalam tahap perencanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut.

34

a.

Penentuan topik potensial pemeriksaan Penentuan topik

potensial pemeriksaan

Langkah awal dalam pemeriksaan kinerja adalah menentukan topik pemeriksaan. Penentuan topik pemeriksaan diperlukan agar sumber daya pemeriksaan yang dimiliki BPK dapat dialokasikan pada topik pemeriksaan yang tepat. Informasi yang dapat digunakan dalam menentukan topik pemeriksaan antara lain Rencana Strategis BPK, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan isu-isu yang berkembang di masyarakat.

35

b.

Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan

Setelah mengetahui topik pemeriksaan, pemeriksa dapat menyusun program pemeriksaan pendahuluan. Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk:

1) menetapkan hubungan yang jelas dan konsisten antara rencana strategis BPK dengan rencana pemeriksaan kinerja;

2) mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur pemeriksaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan pada tahap perencanaan; dan

3) memudahkan supervisi dan reviu untuk pemerolehan keyakinan mutu pemeriksaan.

Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan

(18)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10

36

c.

Pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah Pemahaman entitas dan

pengidentifikasian masalah

Pemahaman entitas diperlukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai entitas yang diperiksa. Pemahaman entitas dapat membantu pemeriksa untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obyek pemeriksaan.

Pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah akan membantu pemeriksa dalam hal:

1) penaksiran risiko pemeriksaan; 2) penentuan tujuan pemeriksaan;

3) perencananaan dan pelaksanaan pemeriksaan secara efisien dan efektif; dan

4) pengevaluasian keandalan bukti pemeriksaan.

37

d.

Penentuan area kunci Penentuan area kunci

Area kunci adalah area, bidang, atau kegiatan yang merupakan fokus pemeriksaan. Penentuan area kunci sangat penting agar pelaksanaan pemeriksaan lebih fokus pada tujuan pemeriksaan dan memungkinkan penggunaan sumber daya pemeriksaan yang lebih efisien dan efektif. Pemilihan area kunci dapat dilakukan berdasarkan faktor-faktor pemilihan (selection factors), yaitu; (1) risiko terhadap

manajemen, (2) signifikansi, (3) dampak pemeriksaan, dan (4) auditabilitas.

38

e.

Penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan Penentuan tujuan dan lingkup

pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan harus didefinisikan dengan jelas, agar mempermudah tim pemeriksa dalam menarik simpulan pada akhir pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan sangat memengaruhi penentuan lingkup pemeriksaan karena lingkup pemeriksaan terkait erat dengan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Penentuan lingkup pemeriksaan akan memengaruhi prosedur yang diperlukan selama pelaksanaan pemeriksaan, sumber daya yang dibutuhkan, dan masalah-masalah penting yang akan dilaporkan.

39

f.

Penetapan kriteria pemeriksaan Penetapan kirteria pemeriksaan Penentuan kriteria pemeriksaan diperlukan untuk menentukan

apakah suatu entitas mencapai kinerja yang diharapkan. Apabila kriteria dibandingkan dengan kondisi aktual, maka akan timbul temuan pemeriksaan. Jika kondisi memenuhi atau melebihi kriteria, hal ini mengindikasikan bahwa entitas telah melaksanakan praktik terbaik. Sebaliknya, jika kondisi tidak memenuhi kriteria, hal ini mengindikasikan perlunya tindakan perbaikan.

40

g.

Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan Pengidentifikasian

jenis bukti dan prosedur pemeriksaan

Setelah mengetahui kriteria pemeriksaan, pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memperoleh bukti tersebut. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan akan mempermudah pemeriksa pada saat di lapangan, sehingga pemeriksaan dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

(19)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11

41

h.

Penyusunan RKP dan P2 Terinci Penyusunan RKP dan P2 terinci Setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan pendahuluan dan

memutuskan untuk melakukan pemeriksaan terinci, maka pemeriksa dapat menyusun RKP dan P2 untuk pemeriksaan terinci. RKP akan menjabarkan topik pemeriksaan, jenis pemeriksaan, kebutuhan SDM, dan anggaran pemeriksaan. Sementara P2 terinci akan menjabarkan prosedur terinci untuk efektivitas biaya pengumpulan data.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

42 a. Pengujian data

Pada tahap ini, pemeriksa menganalisis bukti pemeriksaan dari obyek yang diperiksa untuk memperoleh keyakinan yang memadai dalam menjawab tujuan pemeriksaan.

Pengujian data

43 b. Penyusunan konsep temuan pemeriksaan

Pemeriksa menyusun konsep Temuan Pemeriksaan (TP) atas kondisi yang tidak memenuhi kriteria pemeriksaan yang ditetapkan. Temuan pemeriksaan meliputi unsur-unsur kondisi, kriteria, akibat, dan sebab.

Penyusunan konsep temuan pemeriksaan

44 c. Perolehan tanggapan entitas atas temuan pemeriksaan

Pemeriksa mengomunikasikan konsep TP kepada entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan. Tujuan komunikasi tersebut adalah untuk memvalidasi konsep TP yang telah dikembangkan oleh pemeriksa.

Perolehan tanggapan entitas

3. Pelaporan Pemeriksaan

45 a. Penyusunan konsep LHP

Penyusunan konsep LHP memuat unsur-unsur seperti: pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar; tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan; hasil pemeriksaan (temuan, simpulan dan rekomendasi); tanggapan pejabat terperiksa atas Hasil Pemeriksaan (HP); dan pelaporan informasi rahasia bila ada.

Penyusunan konsep LHP

46 b. Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan

Setelah menyusun konsep LHP, pemeriksa menyampaikan konsep LHP tersebut kepada entitas untuk memperoleh tanggapan dari entitas yang diperiksa. Hal tersebut bertujuan agar laporan dapat disajikan secara berimbang.

Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan

47 c. Penyusunan dan penyampaian LHP

Pemeriksan akan melakukan finalisasi atas konsep LHP yang telah mendapatkan tanggapan dari entitas. LHP yang sudah difinalisasi selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang secara resmi berkepentingan.

Penyusunan dan penyampaian LHP

H. Pendekatan dalam Pemeriksaan Kinerja

48 Dalam pemeriksaan kinerja terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan oleh pemeriksa, yaitu:

a. pemeriksaan yang menekankan pada proses/prosedur/metode yang dilakukan pada entitas/program/kegiatan yang diperiksa, dan

b. pemeriksaan yang menekankan pada hasil yang dicapai oleh entitas/program/kegiatan yang diperiksa.

Pendekatan dalam pemeriksaan kinerja

49 Pendekatan pemeriksaan ini akan memengaruhi pemeriksa dalam

menentukan tujuan dan kriteria pemeriksaan.

50 Penjelasan lebih rinci mengenai pendekatan pemeriksaan ini akan

(20)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

12

BAB III

PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA

A. Tujuan

01 Tujuan perencanaan pemeriksaan adalah mempersiapkan suatu RKP dan P2 atas pemeriksaan terinci. RKP dan P2 ini akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan pemeriksaan terinci sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Tujuan perencanaan pemeriksaan

02 Dalam perencanaan pemeriksaan, pemeriksa mengumpulkan informasi untuk menentukan kebijakan awal mengenai: (1) topik potensial pemeriksaan, (2) lingkup pemeriksaan, (3) biaya, waktu dan keahlian yang diperlukan, (4) tujuan pemeriksaan, (5) area pemeriksaan yang perlu untuk direviu secara mendalam, (6) kriteria pemeriksaan, dan (7) jenis bukti dan prosedur pengujian yang akan dilakukan.

B. Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan

03 Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan meliputi: penentuan topik potensial pemeriksaan, penyusunan program pemeriksaan pendahuluan, pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah, penentuan area kunci, penentuan tujuan, dan lingkup pemeriksaan, penentuan kriteria pemeriksaan, pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan, penyusunan RKP dan P2 terinci.

Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan

04 Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan, terutama pada tahap pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah sampai dengan pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan dapat dituangkan dalam suatu pemeriksaan pendahuluan. Hasil pemeriksaan pendahuluan digunakan sebagai bahan keputusan untuk meneruskan pemeriksaan kinerja ini ke tahap berikutnya, yaitu pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan kinerja. Jika diputuskan untuk diteruskan ke tahap berikutnya, maka hasil pemeriksaan pendahuluan ini sekaligus digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RKP dan P2 terinci atas pemeriksaan terinci tersebut.

PERENCANAAN

2. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan

3. Pemahaman Entitas & Pengidentifikasian

Masalah

4. Penentuan Area Kunci

5. Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan

6. Penentuan Kriteria

8. Penyusunan RKP & P2 Terinci

7. Pengidentifikasian Jenis Bukti & Prosedur

Pemeriksaan

1. Penentuan Topik Potensial Pemeriksaa

05 Petunjuk pelaksanaan pada tahap perencanaan pemeriksaan ini terdiri dari delapan tahap, yaitu:

1) tahap penentuan topik potensial pemeriksaan;

2) tahap penyusunan program pemeriksaan pendahuluan; 3) tahap pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah; 4) tahap penentuan area kunci;

5) tahap penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan; 6) tahap penentuan kriteria pemeriksaan;

7) tahap Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan; dan

(21)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab III

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

13

C.

Penentuan Topik Potensial Pemeriksaan

06 Langkah awal dalam perencanaan pemeriksaan kinerja adalah menentukan topik potensial pemeriksaan. Setiap unit kerja pemeriksaan harus membuat usulan topik potensial.

07 Tujuan utama penentuan topik potensial pemeriksaan adalah:

a. agar pemeriksaan kinerja yang dilakukan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan publik;

b. agar kegiatan pemeriksaan menjadi lebih terarah, sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektif; dan c. agar sumber daya pemeriksaan yang terbatas benar-benar

dialokasikan pada topik pemeriksaan yang tepat. 08 Input yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi:

a. Rencana Strategis BPK dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja;

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah;

c. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); d. Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya; dan

e. Isu yang sedang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.

Input penentuan topik potensial

09 Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan topik potensial pemeriksaan adalah sebagai berikut.

a. Mengumpulkan data dan informasi

Untuk menentukan topik potensial terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dan informasi. Data dan informasi tersebut meliputi rencana strategis BPK dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja, RPJMN, dan informasi lain seperti RKA, laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, isu yang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.

Langkah-langkah penentuan topik potensial

10 b. Menginventarisasi topik potensial pemeriksaan

Hal-hal yang dilakukan untuk menginventarisasi topik potensial pemeriksaan adalah:

11 1. Pelajari rencana strategis serta kebijakan BPK tentang pemeriksaan kinerja untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang menjadi topik pemeriksaan kinerja.

Contoh: Berdasarkan rencana strategis BPK Tahun 2006-2010 untuk AKN I pemeriksaan kinerja dilakukan atas

topik yang bersifat strategis bagi hajat hidup orang banyak (pelayanan umum) seperti pelayanan ketenagakerjaan, ketransmigrasian, keimigrasian, perkeretaapian dan kepelabuhanan, serta pelayanan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).

12 2. Reviu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Pemerintah untuk mengidentifikasi permasalahan, sasaran, arah kebijakan dan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah.

(22)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

14

13 3. Reviu atas isu-isu yang berkembang di masyarakat

Contoh: Pada tahun 2010 berbagai media banyak menyoroti permasalahan keamanan tabung gas elpiji 3 Kilogram (Kg) yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka konversi minyak tanah ke gas. Maka isu mengenai gas elpiji tersebut dapat diangkat menjadi topik potensial pemeriksaan kinerja.

14 4. Reviu atas hasil pemeriksaan sebelumnya, baik dari pemeriksaan kinerja, keuangan maupun PDTT untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kinerja. Permasalahan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan topik potensial pemeriksaan kinerja. Selain itu, suatu topik pemeriksaan baru yang belum termasuk dalam lingkup pemeriksaan sebelumnya, juga dapat diprioritaskan untuk menjadi topik potensial pemeriksaan.

15 5. Melakukan inventarisasi topik-topik potensial pemeriksaan berdasarkan hasil reviu atas informasi-informasi yang sudah terkumpul.

16 c. Memilih topik potensial

Berdasarkan hasil inventarisasi topik-topik potensial, selanjutnya unit kerja pemeriksaan menentukan topik potensial pemeriksaan.

Unit kerja pemeriksa dapat menggunakan beberapa faktor di bawah ini sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan

topik pemeriksaan.

17 1) Jumlah anggaran yang dikelola/materialitas keuangan

Berdasarkan faktor jumlah anggaran yang dikelola, suatu entitas atau program yang mengelola anggaran penerimaan dan/atau pengeluaran yang besar akan mendapatkan prioritas yang lebih tinggi untuk dipertimbangkan menjadi topik pemeriksaan.

18 2) Kepentingan publik/masyarakat

Suatu entitas/program yang sedang mendapatkan sorotan masyarakat dan menjadi isu nasional, atau diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang optimal oleh masyarakat atau menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak dapat diprioritaskan menjadi topik pemeriksaan.

19 3) Kepentingan politik

Suatu program/kegiatan yang keberhasilannya menjadi prioritas pemerintah dan mengandung kepentingan politik yang tinggi, perlu diperhatikan untuk dipilih menjadi topik pemeriksaan. Hal ini untuk memastikan bahwa tingkat capaian keberhasilan pemerintah atas program/kegiatan tersebut telah dilaporkan sesuai dengan fakta yang ada. 20 4) Signifikansi program atau kegiatan

Semakin signifikan suatu program/kegiatan dalam penilaian keberhasilan kinerja suatu entitas ataupun pemerintah, maka semakin tinggi prioritasnya untuk dijadikan sebagai topik pemeriksaan.

(23)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab III

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

15

21 5) Auditabilitas

Dalam mempertimbangkan suatu topik pemeriksaan, unit kerja pemeriksaan juga perlu mempertimbangkan aspek auditabilitas dari suatu topik pemeriksaan. Aspek auditabilitas ini dapat dipandang dari sisi internal maupun eksternal. Sisi internal erat kaitannya dengan ketersediaan sumber daya pemeriksaan baik secara kuantitas maupun kuantitas. Sedangkan sisi eksternal terkait dengan faktor-faktor dari luar BPK yang menghambat suatu topik untuk diperiksa. Misalnya terdapat perubahan struktur organisasi secara besar-besaran pada entitas yang akan diperiksa. 22 6) Dampak terhadap lingkungan

Dalam menentukan topik pemeriksaan, unit kerja pemeriksa perlu mempertimbangkan aspek lingkungan. Entitas yang memiliki dampak yang tinggi terhadap lingkungan antara lain: entitas yang berwenang menyusun peraturan terkait lingkungan; memiliki proses bisnis yang memanfaatkan sumber daya alam; atau memiliki proses bisnis yang memengaruhi lingkungan.

23 Pemeriksa juga dapat mengembangkan faktor-faktor lainnya yang dianggap penting dalam menentukan topik pemeriksaan.

24 Dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, pemeriksa dapat memberikan skor untuk setiap faktor di atas dengan bobot sebagai berikut.

1) Bobot 1 untuk nilai yang rendah, 2) Bobot 2 untuk nilai sedang, dan 3) Bobot 3 untuk nilai tinggi.

25 Output dari kegiatan penentuan topik potensial adalah teridentifikasinya topik-topik potensial pemeriksaan beserta urutan prioritas dan dasar pemilihan topik yang akan menjadi dasar dalam menyusun rencana kegiatan pemeriksaan (RKP) dan menyusun perencanaan selanjutnya. Contoh kertas kerja penentuan topik pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran III.1.

Output penentuan topik potensial

D. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan

26 Suatu pemeriksaan pendahuluan dalam pemeriksaan kinerja, sebaiknya dilakukan untuk memperoleh suatu perencanaan pemeriksaan yang baik dan matang. Perencanaan yang baik dan matang akan mendukung proses pemeriksaan yang efisien dan efektif sehingga terwujud hasil pemeriksaan yang optimal. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) pendahuluan merupakan langkah awal yang harus disiapkan oleh tim pemeriksaan kinerja pada tahap perencanaan.

27 Tujuan utama penyusunan P2 pendahuluan adalah:

1) menetapkan hubungan yang jelas dan konsisten antara rencana strategis BPK dengan rencana operasional pemeriksaan kinerja; 2) mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur pemeriksaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan pada tahap ini; dan

3) memudahkan supervisi dan reviu untuk pemerolehan keyakinan mutu pemeriksaan.

Tujuan penyusunan P2 Pendahuluan

(24)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

16

28 P2 Pendahuluan harus disusun sejalan dengan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Hasil dari kegiatan perencanaan operasional sangat memengaruhi lingkup, tujuan, dan proses pemeriksaan kinerja selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan operasional harus disusun dengan cermat.

29 Input yang diperlukan dalam kegiatan “Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan” adalah:

1) hasil dari kegiatan pada tahap penentuan topik potensial pemeriksaan;

2) Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP);

3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN); 4) Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP); dan 5) pengarahan khusus pimpinan.

Input penyusunan P2 Pendahuluan

30 Sumber data yang dapat digunakan dalam menyusun lingkup dan sasaran pemeriksaan pendahuluan antara lain:

1) hasil pemeriksaan sebelumnya atas entitas yang diperiksa;

2) informasi dari media massa baik media cetak maupun elektronik; dan

3) hasil wawancara dengan pemeriksa terdahulu dan pihak lain yang dianggap memiliki pemahaman yang memadai atas sasaran yang akan dituju dalam pemeriksaan kinerja.

Setelah memperoleh informasi yang cukup, pemeriksa menyusun P2 Pendahuluan yang akan menjadi pedoman pemeriksa dalam menjalankan penugasan pemeriksaan kinerja.

Sumber data untuk penyusunan P2 Pendahuluan

31 Beberapa Informasi yang dapat dituangkan dalam P2 Pendahuluan adalah sebagai berikut:

1) dasar pemeriksaan; 2) standar pemeriksaan;

3) organisasi/program yang diperiksa; 4) tahun anggaran yang diperiksa;

5) identitas dan data umum entitas yang diperiksa; 6) alasan pemeriksaan;

7) jenis pemeriksaan; 8) tujuan pemeriksaan; 9) sasaran pemeriksaan; 10) metodologi pemeriksaan;

11) langkah atau prosedur pemeriksaan pendahuluan.

Informasi dalam P2 Pendahuluan

32 Output atas hasil kegiatan “Penyusunan P2 Pendahuluan” adalah

berupa suatu Program Pemeriksaan Pendahuluan. P2 Pendahuluan ini akan digunakan pemeriksa sebagai pedoman dalam tahap perencanaan operasional untuk mengidentifikasi:

1) permasalahan/isu terkait dengan entitas/program yang akan diperiksa;

2) area kunci yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan terinci pemeriksaan kinerja;

3) tujuan dan lingkup pemeriksaan kinerja; 4) kriteria pemeriksaan yang akan digunakan, dan 5) jenis bukti dan prosedur pemeriksaan

(25)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab III

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

17

33 Seluruh data dan informasi yang diperoleh untuk penyusunan P2 Pendahuluan ini harus didokumentasikan. Data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan. Seluruh dokumen yang digunakan dalam proses ini disimpan sebagai Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) indeks A.

E. Pemahaman Entitas dan Pengidentifikasian Masalah

34 Sebelum melakukan pengidentifikasian masalah, pemeriksa terlebih dahulu harus memperoleh pemahaman yang memadai atas harapan penugasan dan entitas yang diperiksa.

35 Pemeriksa memerlukan pemahaman entitas agar dapat memahami kegiatan pokok, proses bisnis, isu dan permasalahan yang dihadapi, peraturan yang terkait dengan entitas/kegiatan/program yang diperiksa termasuk juga isu lingkungan hidup dan data umum entitas lainnya.

36 Pemahaman entitas serta pemahaman atas harapan penugasan dapat membantu pemeriksa dalam hal:

a) penentuan arah pemeriksaan kinerja;

b) penaksiran risiko dan identifikasi masalah pemeriksaan yang signifikan; dan

c) perencanaan pemeriksaan yang matang sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

37 Tujuan dari kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah adalah:

a) memperoleh data, informasi, serta latar belakang entitas/program/ kegiatan dan fungsi pelayanan publik yang diperiksa mengenai hal-hal yang berhubungan dengan input, proses, output, serta outcome; dan

b) mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam entitas/kegiatan/program yang akan diperiksa.

Tujuan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah

38 Input yang diperlukan dalam kegiatan ini dapat berupa antara lain:

a) Hasil analisis pemilihan topik potensial pemeriksaan yang dilakukan pada tahap penentuan topik potensial pemeriksaan; b) Peraturan perundang-undangan seperti: Undang-Undang (UU),

Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres) Keputusan Menteri (Kepmen), Keputusan Dirjen, Surat Edaran Direktur, Keputusan Kepala Dinas, Surat Edaran Kepala Dinas, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUMN/BUMD, Keputusan Direksi, dan Company Profile BUMN/BUMD yang terkait dengan program/kegiatan yang diperiksa;

c) System dan Operational Prosedure (SOP), dan petunjuk operasional yang terkait dengan program/ kegiatan yang diperiksa;

d) Hasil evaluasi terhadap program entitas dan rencana kerja pemeriksa internal dan laporan hasil pemeriksaan sebelumnya; e) Hasil-hasil diskusi dengan manajemen dan stakeholder; dan f) Hasil liputan media masa dan penelaahan informasi dari internet

yang terkait dengan program/ kegiatan yang diperiksa.

Input yang diperlukan dalam pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah

(26)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

18

39 Tidak semua input yang terdaftar di atas harus diperoleh pemeriksa, tergantung dari lingkup entitas yang diperiksa dan pertimbangan pemeriksa.

40 Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan signifikan pada entitas, terdapat dua pendekatan utama yang dapat digunakan yaitu:

1) pendekatan yang berorientasi pada hasil; dan 2) pendekatan yang berorientasi pada proses.

Pendekatan untuk mengidentifikasi permasalahan signifikan

41 Dalam menggunakan pendekatan yang berorientasi pada hasil, Pemeriksa dapat mengembangkan pemeriksaan dengan menggunakan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah kinerja atau hasil apa yang telah dicapai oleh entitas?

2) Apakah persyaratan-persyaratan untuk melakukan kegiatan pada suatu entitas telah dipenuhi?

3) Apakah tujuan dari entitas/program/kegiatan telah tercapai? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan di atas, pemeriksa melakukan analisis awal tentang hasil kinerja entitas yang telah dicapai (dilihat dari aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas) dibandingkan dengan hasil observasi awal tentang kriteria yang ada (misal: tujuan, sasaran, peraturan, dan lain-lain). Kesimpulan awal hasil analisis ini dapat dikembangkan lebih lanjut dalam langkah perencanaan operasional berikutnya, yaitu untuk penentuan area kunci, tujuan, lingkup, dan kriteria pemeriksaan.

Pendekatan yang berorientasi pada hasil

42 Dalam pendekatan yang berorientasi pada proses, pemeriksa melakukan verifikasi dan analisis awal tentang segala proses yang melekat pada entitas yang akan diperiksa. Pemeriksa dapat memanfaatkan berbagai macam sumber data dan informasi untuk mendapatkan data yang relevan. Beberapa proses yang telah teridentifikasi tersebut merupakan titik awal dari tahap perencanaan pemeriksaan kinerja.

Kegiatan utama dalam pendekatan ini adalah memverifikasi apakah terdapat permasalahan yang ada dalam proses yang telah teridentifikasi, dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Verifikasi dan analisis atas masalah dalam proses tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek 3E. Selanjutnya pemeriksa memformulasikan dugaan awal atau hipotesis tentang penyebab terjadinya masalah dan akibatnya tersebut, untuk dilakukan pengujian lebih lanjut. Dugaan awal atau hipotesis tersebut dipengaruhi oleh pertimbangan profesional pemeriksa, berdasarkan hasil analisisnya.

Pendekatan yang berorientasi pada proses

43 Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah dapat dirinci sebagai berikut. a. Reviu hasil analisis pemilihan topik potensial pemeriksaan pada

tahap penentuan topik potensial yang secara khusus terkait dengan entitas/program/ kegiatan yang diperiksa.

b. Analisis SOP dari entitas yang diperiksa, yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.

c. Jika diperlukan, lakukan observasi singkat di lokasi kegiatan utama entitas, misalnya, pabrik atau gudang untuk BUMN/BUMD, atau kantor untuk instansi pemerintah. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengukur tingkat kepatuhan atas

Langkah-langkah dalam pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah

(27)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab III

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

19

implementasi SOP dan Sistem Pengendalian Internal (SPI). d. Jika diperlukan, lakukan wawancara dengan manajemen.

Wawancara ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh informasi yang bersifat umum, seperti misi entitas yang diperiksa, target kegiatan pada tahun berjalan yang diperiksa, anggaran yang tersedia, realisasi kegiatan, dan sebagainya. e. Reviu peraturan-peraturan yang mendasari

entitas/program/kegiatan yang diperiksa, laporan kemajuan pelaksanaan program, serta hambatan-hambatan dalam pencapaian program.

f. Identifikasi dan reviu tujuan dan sasaran dari program yang diperiksa, kemudian teliti apakah dalam mencapai tujuan tersebut terdapat tolok ukur, standar, atau Key Performance

Indicator (KPI) untuk menentukan kelemahan dan keberhasilan

program tersebut.

g. Lakukan inventarisasi atas tolok ukur, standar, atau KPI yang telah diterapkan oleh entitas dalam melaksanakan program/kegiatan.

Misalnya, dalam pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Pelajar SMU terdapat tolok ukur sebagai berikut:

1) Standar rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) adalah 6,5. 2) Standar nilai rata-rata mata pelajaran ilmu pasti

(Matematika, Fisika, dan Kimia) adalah 7.

3) Standar nilai rata-rata mata pelajaran PMP adalah 8.

h. Buatlah simpulan mengenai pemahaman entitas dan permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam tahap ini. Permasalahan ini merupakan identifikasi awal bagi pengembangan arah dan tujuan pemeriksaan pada tahap perencanan selanjutnya.

44 Output dari kegiatan “Pemahaman Entitas dan Pengidentifikasian Masalah” dapat meliputi:

(a) gambaran umum dari entitas/program/kegiatan yang diperiksa yang antara lain meliputi input, proses, output, dan outcome; (b) penilaian awal pemeriksa tentang capaian kinerja entitas;

(c) identifikasi tentang permasalahan yang dihadapi entitas, serta hipotesis awal tentang faktor-faktor penyebab dan akibatnya; (d) hasil reviu peraturan perundang-undangan yang mendasari

entitas/program/kegiatan yang diperiksa;

(e) informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja entitas; dan

(f) kesimpulan umum tentang identifikasi masalah berupa area potensial yang dapat dianalisis lebih lanjut sebagai area kunci.

Output kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah

45 Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai tahap ”Pemahaman entitas dan Pengidentifikasian Masalah” harus didokumentasikan dalam KKP. Contoh KKP kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah dapat dilihat pada Lampiran III.2 dan Lampiran III.3.

Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan

(28)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

20

F. Penentuan Area Kunci

46 Lingkup pemeriksaan kinerja sangatlah luas, sedangkan sumber daya pemeriksaan, yaitu tenaga pemeriksa, sumber dana, dan waktu pemeriksaan, sangat terbatas. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 8 (delapan) mensyaratkan pemeriksa untuk mempertimbangkan signifikansi suatu masalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas pemeriksaan kinerja. Suatu masalah dianggap signifikan apabila masalah itu relatif penting bagi pencapaian tujuan pemeriksaan dan bagi calon pengguna laporan hasil pemeriksaan. Untuk melaksanakan SPKN dan juga mempertimbangkan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh pemeriksa, serta menyesuaikan dengan tahap dalam Juklak Pemeriksaan Kinerja, maka dalam tahap perencanaan pemeriksaan, Pemeriksa perlu menentukan suatu area kunci.

47 Area kunci adalah area, bidang, program, atau kegiatan yang merupakan fokus pemeriksaan dalam entitas yang diperiksa. Penentuan area kunci sangat penting agar pelaksanaan pemeriksaan dapat lebih fokus pada tujuan pemeriksaan, sehingga memungkinkan penggunaan sumber daya pemeriksaan yang lebih efisien dan efektif. Dalam kegiatan penentuan area kunci, pemeriksa akan dapat memahami suatu permasalahan yang sudah teridentifikasi pada tahap sebelumnya, secara lebih mendalam.

Pengertian area kunci

48 Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemahaman entitas dan identifikasi masalah, yang di dalamnya terdapat informasi tentang visi, misi, proses bisnis, tugas utama dari entitas, serta permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat pencapaian tujuan entitas/program/kegiatan, pemeriksa dapat menentukan beberapa area potensial yang dapat dikembangkan dalam pemeriksaan. Area potensial yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya akan dipilih berdasarkan urutan prioritasnya untuk ditentukan sebagai fokus utama obyek pemeriksaan yang disebut area kunci. Untuk menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih, digunakan suatu pendekatan faktor-faktor pemilihan (selection factors).

Faktor-faktor pemilihan tersebut terdiri dari empat faktor utama yang terdiri dari:

a) risiko terhadap manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen atas tidak tercapainya aspek 3E (Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas);

b) signifikansi suatu program, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam suatu area audit secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam obyek pemeriksaan secara keseluruhan;

c) dampak pemeriksaan, yaitu pengaruh hasil pemeriksaan terhadap perbaikan atas area yang diperiksa; dan

d) auditabilitas, yaitu berhubungan dengan kemampuan tim pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai standar. Dalam mempertimbangkan auditabilitas, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan risiko pemeriksaan. Semakin tinggi risiko pemeriksaan, maka auditabilitasnya akan semakin rendah.

Faktor pemilihan area kunci

(29)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab III

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

21

Dengan menggunakan faktor-faktor pemilihan tersebut, pemeriksa melakukan pembobotan atas masing-masing area potensial yang akan diperiksa untuk menentukan urutan prioritas yang akan dipilih sebagai area kunci. Berdasarkan hasil atas urutan prioritas yang telah dianalisis, pemeriksa menentukan area kunci yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja.

49 Tujuan penentuan area kunci adalah:

1) memahami area-area kunci yang memiliki risiko tinggi untuk diperiksa; dan

2)

menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor pemilihan yang terdiri atas (1) risiko manajemen, (2) signifikansi, (3) dampak pemeriksaan, dan (4) auditabilitas.

Tujuan penentuan area kunci

50 Dalam menentukan area kunci, khususnya pada saat mempertimbangkan risiko manajemen, pemeriksa dapat mempertimbangkan kualitas Sistem Pengendalian Internal (SPI) entitas/program.kegiatan yang diperiksa. Hal ini dikarenakan pengendalian yang lemah atas suatu entitas/program/kegiatan akan mengakibatkan tujuan entitas/program/kegiatan (meliputi efektivitas, efisiensi, atau ekonomi) semakin sulit tercapai. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai kualitas SPI adalah The Committee of

Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO).

51 Sesuai dengan COSO, SPI terdiri atas lima komponen yang saling terkait, yaitu:

(a) Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi lingkungan organisasi yang menetapkan corak suatu organisasi dan memengaruhi kesadaran akan pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal, meliputi integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite pemeriksaan, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

(b) Penaksiran risiko

Proses penaksiran risiko meliputi identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko yang dihadapi oleh manajemen, yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi.

(c) Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian dapat meliputi reviu kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, serta pemisahan tugas.

(d) Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi yang memungkinkan setiap orang dapat melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi menghasilkan laporan atas hal-hal yang terkait dengan operasional, keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan.

(30)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

22

(e) Pemantauan

Seluruh sistem pengendalian organisasi harus dipantau untuk menilai kualitas sistem pengendalian tersebut. Kelemahan dalam sistem pengendalian harus dilaporkan kepada manajemen tingkat atas. Selain itu, harus dilakukan evaluasi yang independen atas SPI. Frekuensi dan lingkup evaluasi tergantung pada penaksiran risiko dan efektivitas prosedur pengawasan. 52 Dalam menilai sistem pengendalian internal dengan pendekatan

COSO, pemeriksa tidak harus menanyakan seluruh pertanyaan yang

ada dalam kuesioner COSO, pemeriksa dapat melakukan modifikasi kuesioner dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan suatu entitas/program/kegiatan.

Daftar pertanyaan yang dapat membantu pemeriksa untuk memahami SPI entitas berdasarkan pendekatan COSO ini dapat dilihat pada Lampiran III.4.

53 Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan area kunci dapat berupa:

1) hasil kegiatan pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah;

2) hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas;

3) hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen satuan kerja pemeriksa;

4) hasil olahan database entitas yang dikelola oleh BPK;

5) hasil kajian atau kumpulan informasi yang disediakan oleh unit non pemeriksa BPK seperti pada dokumen kajian hukum terhadap suatu organisasi/program/fungsi pelayanan publik (Direktorat Binbangkum); hasil kumpulan pengaduan masyarakat (Biro Humas dan Luar Negeri) dan/atau hasil kajian atau studi atau kajian pemeriksaan yang dibuat oleh Litbang BPK; dan

6) hasil wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya yang digunakan oleh pemeriksa dalam mengumpulkan data dan informasi dalam tahap perencanaan pemeriksaan ini.

Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan area kunci

54 Seperti telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya, bahwa dalam penentuan area kunci ini terdapat beberapa kegiatan utama yang meliputi:

1. Menentukan area-area potensial yang dapat diperiksa.

Berdasarkan output dari tahap identifikasi masalah telah teridentifikasi beberapa permasalahan utama yang ada pada entitas. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam beberapa area potensial yang akan dijadikan area pemeriksaan. Area-area tersebut adalah area yang dianggap signifikan terhadap keseluruhan program yang akan diperiksa.

2. Membuat urutan prioritas atas beberapa area yang telah ditentukan berdasarkan faktor-faktor pemilihan.

Tidak semua area potensial yang telah ditetapkan sebelumnya akan ditindaklanjuti dalam pemeriksaan terinci. Area-area

Langkah-langkah penentuan area kunci

Referensi

Dokumen terkait

a. sarana kegiatan kurikulum, dan c. prasarana dan sarana. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, bahwa kualitas pendidikan tersebut juga didukung dengan

bahwa dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, maka usaha penyelenggaraan jasa Pos dan Telekomunikasi dalam masyarakat semakin berkembang baik

Pengamatan dilakukan untuk menentukan sampel yang akan digunakan pada tahap analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut.. Tahap kedua yaitu analisis sifat

Tentu saja banyak keuntungan yang saya terima, saya hanya dari kalangan bawah dengan keuangan yang sedikit, tetapi harus menjalani operasi dengan biaya yang banyak, dengan adanya

Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam memperingati

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas semen segar sapi bali pada kelompok produktif dengan kelompok umur lewat produktif dan mengevaluasi kualitas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam, klien mampu mengon- trol cemas dengan kriteria : ity Tolerance (0005) - Monitor intensitas ce-mas -

Reaksi transesterifikasi yang dikatalisis dengan menggunakan bantuan enzim lipase memiliki beberapa kelebihan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas konversi minyak nabati