• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS Abdillah Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTEGRAL, VOL 2, NO.1, AGUSTUS Abdillah Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kemampuan Berpikir Divergen

dan Cara Belajar Matematika terhadap Akademik Mahasiswa

Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon.

Abdillah

Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang bertujuan untuk menyelediki pengaruh kecerdasan spiritual, kemampuan berpikir divergen dan cara belajar terhadap preatasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester enam Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon tahun akademik 2011/2012 yang terdiri atas 4 kelas dengan jumlah siswa 160 orang. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel stratified random sampling (Sampel Acak classter).

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kategori sedang atau 58,97% dengan skor rata-rata 75,83 dari skor ideal 100. Tingkat kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati berada dalam kategori tinggi atau 56,38% dengan skor rata-rata 199,69 dari skor ideal 297. Kemampuan berpikir divergen berada dalam kategori sangat tinggi atau 71,79% dengan skor rata-rata 69,87 dari skor ideal 100. Cara belajar matematika berada dalam kategori tinggi atau 87,18 % dengan skor rata-rata 54,74 dari skor ideal 80.

Hasil analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi akademik dengan koefesien determinasi R2 = 0,667 hal ini berarti 66,7% variansi total prestasi akademik matematika dijelaskan oleh kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen dan cara belajar matematika.

Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual, Kemampuan Berpikir Divergen, Cara Belajar Prestasi Akademik.

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat memacu proses perubahan dalam masyarakat dan mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, matematika yang merupakan salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting, dan pengaruh yang sangat besar terhadap

(2)

perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini disebabkan oleh fungsi matematika sebagai sarana berpikir logis, analitis dan sistematis sehingga membantu dalam memecahkan masalah dalam bidang ilmu lainnya.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak itu menyebabkan banyak orang yang mempelajari mengalami kesulitan yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran matematika yang dalam pelaksanaannya terlihat belum menggembirakan.

Keadaan tersebut sudah barang tentu terkait dengan kondisi tingkat pendidikan di negara kita. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi, maupun ekonomi S. Nasution1. Marzano et al2 menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Berarti lulusan yang diharapkan adalah mereka yang mampu memecahkan masalah melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan yang dimiliki, pemikir yang mempunyai spiritualitas yang tinggi, kritis dan kreatif. Dilihat dari perspektif personalitas mampu mengekspresikan diri dalam keseimbangan, keterpaduan, dan dinamika yang tinggi.

Secara umum, tanpa disadari situasi pendidikan formal saat ini, cukup memprihatinkan, baik ditinjau dari aspek kognitif dan psikomotorik, maupun aspek afektif. Dari sisi aspek kognitif, sudah menjadi isu global, lokal atau regional, maupun secara nasional, khususnya dalam mata pelajaran Matematika. Seiring dengan itu, faktor-faktor yang bersifat afektif dan kecerdasan spiritual yang diduga turut mempengaruhi prestasi belajar, juga semakin mengkhawatirkan. Mahasiswa cenderung hidup bergaya holistik dan euforia; kecenderungan terbawa dalam iklim kehidupan bergelimang citra negatif seperti tertarik pornografi, senang budaya keras, dan bahkan terpengaruh narkoba. Pada tahapan yang makin memprihatinkan, keadaan mahasiswa sudah sangat menyedihkan.

1 Nasution, S. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Pt. Bumi Aksara. Halaman 4. 2

Sanjaya, 2005. Kemampuan Berpikir, dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Luwu. Tesis. Program Studi Teknologi PPS UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA. Surabaya.

(3)

Menurut Muchlis3, Motivasi Belajar (MB) mahasiswa merupakan suatu kekuatan yang ada pada mahasiswa dan menyebabkan mahasiswa itu bertindak dan berbuat yang meliputi kehadiran kuliah, keikutsertaan kursus, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), orientasi pasca-studi, perencanaan studi, komitmen belajar, penggunaan waktu luang, tingkat kehadiran, target studi, tingkat kompetisi sesama teman, kepedulian dengan nilai, pemanfaatan sumber belajar, keaktivisan di bidang keilmuan, dan keantusiasan di ruang kuliah.

Senada dengan penjelasan di atas kondisi prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon nampaknya masih kurang memuaskan. Hal ini tergambar pada nilai rata-rata hasil belajar materi grup pada mata kuliah struktur aljabar untuk dua kelas pada tahun akademik 2010/2011 yaitu 6,49 dengan simpangan baku gabungan 13,67. Kondisi ini memerlukan munculnya generasi yang mempunyai spiritualitas yang tinggi, kreatif, pemikir divergen, dalam menyelesaikan segenap problem yang melanda bangsa ini. Hasil pengamatan atau wawancara terbatas terhadap beberapa mahasiswa memberikan indikasi bahwa kecerdasan spiritual mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon masih belum memuaskan. Di sisi lain, kemampuan berpikir divergen mereka juga masih relatif rendah. Demikian juga cara belajar yang mereka terapkan pada umumnya belum sesuai dengan cara belajar matematika yang diharapkan. Fakta-fakta tersebut disinyalir turut mempengaruhi hasil belajar matematika yang mereka capai.

Untuk meyakinkan hal itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu landasan teoretis yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempertimbangkan variabel-variabel, kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika dalam melakukan penelitian tindakan, eksperimen, dan pengembangan.

(4)

Kecerdasan Spiritual dan Prestasi Akademik Matematika

Kecerdasan spiritual mahasiswa dapat dilihat dari usaha mahasiswa membaca peristiwa alam sekitar, manusia dan hubungan sosialnya, bahkan Tuhannya. Selain daripada itu mahasiswa akan senantiasa merenung dan berpikir setelah membaca suatu hal atau peristiwa. Namun setelah membaca, mahasiswa kembali menyadari bahawa semua itu sebagai ciptaan Tuhan. Disini mahasiswa dituntut untuk mampu memberdayakan kemampuan nalar (reasoning power) dalam dirinya sehingga pada akhirnya melahirkan perbuatan yang berlandaskan pada pentingnya beribadah, contohnya berdoa, berbicara yang sopan kepada dosen- dosennya, mengucapkan istighfar bila melakukan kesalahan, alhamdulillah bila mendapat nilai yang bagus dan melakukan hal-hal yang bersifat spiritual lainnya dalam mendorong mahasiswa melakukan hal-hal yang bersifat positif sehingga pada akhirnya akan menunjang motivasi belajar di dalam peningkatan prestasi akademik matematika.

Berpikir Divergen dan Prestasi Akademik Matematika

Berpikir divergen melatih pemikiran mahasiswa untuk berpikir lebih kritis, mencari suatu pemecahan dengan berbagai alternatif jawaban yang akan mengembangkan kreativitas mahasiswa misalnya diberikan soal seperti: carilah 2 buah bilangan yang selisih antara kedua bilangan tersebut adalah 10, soal ini dapat mamancing kreativitas mahasiswa untuk menemukan jawaban sebanyak-banyaknya sehingga sejalan dengan hal ini kemampuan berpikir divergen dapat berpengaruh positif terhadap prestasi akademiknya. Apalagi ditunjang dengan pendekatan dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh dosen demi meningkatkan kemampuan berpikir divergen mahasiswa.

Cara Belajar dan Prestasi Akademik Matematika

Dengan melaksanakan indikator cara belajar seperti rencana belajar, mengikuti pelajaran, mempunyai buku kerja, mempelajari buku, berdiskusi, tanya jawab, menghafal pelajaran, memantapkan prestasi akademik, dan memanfaatkan perpustakaan dengan semaksimal mungkin, ditambah dengan bimbingan dan

(5)

arahan dari para dosen yang telah berpengalaman maka mahasiswa dapat melaksanakan cara-cara belajar matematika yang baik dan efektif sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi akademik mereka. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Suharnan4 mengutip pendapat Cronbach tentang pengertian belajar, yaitu perubahan tingkah laku manusia sebagai akibat dari berbagai macam pengalaman yang dilaluinya.

Dari batasan-batasan tentang belajar di atas mengandung pengertian bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang sementara berlangsung untuk mencapai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah yang terjadi disebabkan oleh berbagai pengalaman yang disengaja, bukan karena faktor kebetulan atau tiba-tiba terjadi pada diri individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika merupakan tingkat penguasaan yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian survei yang berbentuk ex-post facto dan bersifat kausalitas, yaitu akan menyelidiki pengaruh kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika terhadap prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon.

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi tiga variabel independen dan satu variabel dependent. Variabel independen yang dimaksud yaitu: kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati dilambangkan X1, kemampuan berpikir

divergen dilambangkan X2, dan cara belajar matematika dilambangkan X3.

4

(6)

sedangkan variabel dependent adalah prestasi akademik matematika dilambangkan Y.

Hubungan antara variabel independent dan dependent digambarkan di bawah ini.

Ket: X1 = kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, X2 =

kemampuan berpikir divergen, X3 = cara belajar matematika, Y = prestasi

akademik mata kuliah analisis real.

Ada 4 (empat) instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, dua instrumen berbentuk angket dan satu instrumen berbentuk tes. Instrumen yang berbentuk angket, yaitu (1) angket kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, (2) angket cara belajar matematika, sedangkan yang berbentuk tes adalah tes prestasi hasil belajar sebagai gambaran prestasi akademik dan tes kemampuan berpikir divergen. Keempat instrumen tersebut dikembangkan melalui proses validasi dan uji lapangan. Keempat instrumen tersebut selanjutnya diberikan kepada semua mahasiswa yang menjadi unit sampel untuk direspon. Adapun untuk mengumpulkan data prestasi akademik matematika, digunakan tes hasil belajar mata kuliah analisis real matematika.

Ada tiga jenis data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan uji coba, yaitu: 1. Data tes hasil belajar pada mata kuliah analisis real II.

2. Data kemampuan berpikir divergen 3. Data cara belajar matematika.

Data tes hasil belajar pada mata kuliah analisis real II dikumpulkan menggunakan instrumen tes hasil belajar. Data kemampuan berpikir divergen dikumpulkan menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir divergen. Data cara belajar matematika dikumpulkan menggunakan instrumen angket cara belajar matematika dan diisi mahasiswa berdasarkan pengalaman mereka masing-masing.

Data yang terkumpul diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik, yaitu teknik statistik deskriptif dan inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Teknik

(7)

ini meliputi (1) mean, modus, dan median (2) ukuran dispersi, yaitu: range, simpangan baku, ragam, dan koefisien variasi, dan (3) tabel distribusi frekuensi, baik frekuensi absolut maupun frekuensi relatif atau persentase, dan (4) diagram untuk masing-masing variabel penelitian.

Adapun untuk menjawab rumusan masalah utama digunakan analisis statistik inferensial yaitu teknik analisis regresi linier multipel dengan tiga variabel bebas. Model regresi yang akan digunakan adalah model regresi linier ganda yaitu: Y= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3X3 + ε, dan fungsi taksirannya adalah Ŷ = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 . Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan Uji-F dan Uji-t yang terkait dengan Analisis Varians dalam regresi tersebut. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan paket program pengolah data melalui komputer (MS. Office Excell dan SPSS).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kecerdasan Spiritual dalam Aspek Penerapan Suara Hati

Hasil analisis statistik deskriptif yang berkaitan dengan skor variabel kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati disajikan pada tabel 4.1 berikut ini.

Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Kecerdasan Spiritual dalam Aspek Penerapan Suara Hati.

No Statistik Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mean Median Modus Maksimum Minimum Range Standar Deviasi Ragam Koefisien Variasi Koefisien Kemencengan 199,69 203,00 196,00 250,00 128,00 122,00 34,33 117,166 0,17 0,11

Mean sebesar 199,69 menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “tinggi”. Median sebesar 203,00 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa

(8)

Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor kecerdasan spiritual (penerapan suara hati) paling rendah 203,50 atau 50% paling tinggi 203,00.

Dari ukuran penyebaran meliputi deviasi standar, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data kecerdasan spiritual (penerapan suara hati) mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar 0,11 (bertanda positif) menunujukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh skor kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati di bawah mean lebih banyak daripada di atas mean.

Sebaran Frekuensi Skor Kecerdasan Spiritual dalam Aspek Penerapan Suara Hati Skor Kecerdasan

spiritual mahasiswa (penerapan suara hati)

Kualifikasi Frekuensi Persentase Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 2 20 17 0 0 5,10 51,28 43,59 0,00 0,00 Jumlah - 39 100

Keterangan: X = nilai kecerdasan spiritual

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “tinggi”. Jumlah mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati sangat rendah dan rendah berjumlah 0 orang (0,00%), sedangkan yang kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati tinggi dan sangat tinggi berjumlah 22 orang (56,38%).

(9)

2. Kemampuan Berpikir Divergen

Statistik Deskriptif untuk

Skor Variabel Kemampuan Berpikir Divergen

Statistik Ukuran Mean Median Modus Maksimum Minimum Range Standar Deviasi Ragam Koefisien Variasi Koefisien Kemencengan 69,87 75,00 75,00 87,50 37,50 50,00 12,73 162,15 0,18 -0,40

Mean sebesar 69,87 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir divergen mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “sangat tinggi”. Median sebesar 75,00 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor kemampuan divergen paling rendah 75,00 atau 50% paling tinggi 75,00.

Dari ukuran penyebaran meliputi standar deviasi, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data kemampuan berpikir divergen mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar -0,40 (bertanda negatif) menunujukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh skor kemampuan berpikir divergen di atas mean lebih banyak daripada di bawah mean.

Sebaran Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Divergen Skor Kemampuan

Berpikir Divergen Kualifikasi Frekuensi Persentase Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 28 7 4 0 0 71,79 17,95 10,26 0 0 Jumlah - 39 100

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar kemampuan berpikir divergen mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “tinggi dan sangat tinggi”. Jumlah mahasiswa yang

(10)

memiliki kemampuan berpikir divergen sangat rendah dan rendah berjumlah 0 orang (0,00%), sedangkan yang kemampuan berpikir divergennya tinggi dan sangat tinggi berjumlah 35 orang (89,74%).

3. Cara Belajar Matematika

Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Cara Belajar Matematika

No Statistik Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mean Median Modus Maksimum Minimum Range Standar Deviasi Ragam Koefisien Variasi Koefisien Kemencengan 54,74 55,00 51,00 68,00 37,00 31,00 8,44 71,24 0,15 0,44

Mean sebesar 54,74 menunjukkan bahwa cara belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “tinggi”. Median sebesar 55,00 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor cara belajar matematika paling rendah 55,00 atau 50% paling tinggi 55,00

Dari ukuran penyebaran meliputi standar deviasi, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data cara belajar matematika mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar 0,44 (bertanda positif) menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh skor cara belajar matematika di bawah mean lebih banyak daripada di atas mean.

Sebaran Frekuensi Skor Cara Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon Skor Cara Belajar

Matematika Kualifikasi Frekuensi Persentase Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 0 34 5 0 0 0,00 87,18 12,82 0 0 Jumlah - 39 100

(11)

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar cara belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “tinggi”. Jumlah mahasiswa yang memiliki cara belajar matematika tinggi dan sangat tinggi adalah 34 orang (87,18%) sedangkan mahasiswa yang cara belajarnya rendah dan sangat rendah berjumlah 0 orang (0,00%).

4. Prestasi Akademik

Statistik Deskriptif untuk Skor Variabel Prestasi Akademik

No Statistik Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mean Median Modus Maksimum Minimum Range Deviasi Standar Ragam Koefisien Variasi Koefisien Kemencengan 75,43 76,63 45,40 91,90 45,40 46,50 2,00 125,32 0,15 2,68

Mean sebesar 75,43 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon termasuk dalam kualifikasi “sedang”. Median sebesar 76,63 menunjukkan bahwa ada 50% mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon yang skor hasil belajar matematika paling rendah 76,63 atau 50% paling tinggi 76,63.

Dari ukuran penyebaran meliputi standar deviasi, ragam, range, dan koefisien variasi yang skornya relatif kecil memberikan indikasi bahwa data prestasi akademik mahasiswa cenderung menyebar secara homogen. Koefisien kemencengan sebesar 0,38 (bertanda positif) menunujukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh skor prestasi akademik di bawah mean lebih banyak daripada di atas mean.

(12)

Sebaran Frekuensi Skor Prestasi Akademik Skor Hasil Belajar

Matematika Kualifikasi Frekuensi Persentase Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 4 8 23 4 0 10,26 20,51 58,97 10,26 0 Jumlah - 39 100

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon berada dalam kualifikasi “sedang”. Jumlah mahasiswa yang memiliki prestasi akademik rendah dan sangat rendah adalah 4 orang (10,26%) sedangkan mahasiswa yang prestasi akademiknya tinggi dan sangat tinggi berjumlah 12 orang (30,77%).

PENUTUP

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifikasi “tinggi”

2. Kemampuan berpikir divergen mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifikasi “sangat tinggi”. 3. Cara belajar matematika mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN

Ambon secara umum termasuk dalam kualifiksi “tinggi”.

4. Prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon secara umum termasuk dalam kualifiaksi “sedang”.

5. Kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan suara hati, kemampuan berpikir divergen, dan cara belajar matematika, secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon. Kontribusi ketiga variabel bebas tersebut terhadap prestasi akademik sebesar 66,7%.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. Filsafat Matematika (bagian 2). Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi. Yogyakarta. 1993.

---, Cara Belajar yang Efisien. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. 1988.

Ginanjar Agustian, Ary. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga. 2001.

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=19252. Diakses 2012/02/9

Munandar, Utami. Kreativitas dan Keterbakatan (strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1999.

Rahman, R. Model pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kecerdasan Spritual untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa SMA. Bandung. UPI. 2010.

Sak. U & Maker. J. C,. Divergence and convergence of mental force of children in open and slosed mathematical problems. International education journal, 6(2), 252-260. 2005.

Sanjaya, Kemampuan Berpikir, dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Luwu. Tesis. Program Studi Teknologi PPS UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA. Surabaya. 2005.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. 2000.

Sudjana, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (edisi revisi). Tarsito. Bandung. 2002.

Suharnan, Psikologi Kognitif. Penerbit Srikandi, Surabaya. 2005.

Zohar, D dan Marshall, I. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: MIZAN Pustaka. 2001.

Gardner, Howard. Multiple intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam: Interaksara. 2003.

(14)

Inovasi Realistic Mathematic dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran sebagai Bekal Bagi Mahasiswa Matematika IAIN Ambon untuk Kajian

Matematika SMP Ajeng Gelora Mastuti

Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon s

ABSTRAK

Salah satu keluhan yang banyak terdengar dalam dunia pendidikan matematika adalah kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika di sekolah dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berbasis pada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman matematika siswa.

Penelitian ini dianalisis untuk memperoleh manfaat sebagai berikut: sebagai bekal mengajar bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika ke depannya, bahan masukan bagi guru-guru matematika SMP dalam mengajarkan materi pecahan, dan juga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam mengembangkan alternatif pembelajaran terhadap konsep matematika khususnya konsep pecahan apabila menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang berorientasi pendekatan pembelajaran matematika realistik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan perangkat karena peneliti ingin mengembangkan suatu perangkat pembelajaran pada topik pecahan yang berorientasi pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic. Penelitian pengembangan yang dimaksud adalah penelitian yang menghasilkan perangkat pembelajaran yang meliputi RP, buku siswa yang memuat LKS. Model pengembangan perangkat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan four D Models (model 4-D) yang terdiri dari empat tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate), sebagaimana dikemukakan oleh Thiagarajan.

Berdasarkan hasil uji coba perangkat diperoleh perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang baik, karena memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan, yaitu: (1) Kemampuan guru/ dosen dalam mengelola pembelajaran: efektif; (2) Tes hasil belajar baik.

Berdasarkan hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan sampai pada ujicoba sehingga menghasilkan draft final, maka diperoleh perangkat pembelajaran sebagai berikut: Rencana Pembelajaran, Buku Siswa yang memuat LKS. Berdasarkan nilai postest yang baik pada masing-masing kelompok maka perangkat pembelajaran tersebut merupakan bekal bagi mahasiswa jurusan pendidikan matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP

Kata Kunci : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction), perangkat pembelajaran, keefektifan pembelajaran, hasil belajar.

(15)

PENDAHULUAN

Dewasa ini matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendapat perhatian cukup besar, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan matematika di Indonesia oleh berbagai pihak yang peduli kepada matematika sekolah. Namun hasil belajar yang dicapai belum sesuai seperti yang diharapkan. Berbicara tentang pembelajaran matematika di sekolah tidak terlepas dari masalah-masalah yang terdapat didalamnya. Para guru menyadari bahwa matematika bukanlah termasuk bidang studi yang mudah bagi kebanyakan siswa. Matematika sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang sulit dan membosankan siswa karena kebanyakan matematika diajarkan dengan metode yang tidak menarik, guru menerangkan sementara siswa hanya mencatat sehingga tidak heran apabila nilai matematika siswa rendah dibanding nilai pelajaran lain. Namun rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika bukan semata-mata karena materi yang sulit, tetapi bisa juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Soedjadi5 menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah lebih khusus di dalam kelas, banyak ditentukan oleh proses mengajar belajar (pembelajaran) yang ditanggani langsung oleh para guru. Selanjutnya dikatakan bahwa masukan instrumental yang meliputi pendidik, sarana, kurikulum serta evaluasi hasil belajar dipandang sebagai faktor dominan yang memiliki pengaruh besar. Berikut ini digambarkan skema untuk mempermudah melakukan analisis terhadap proses pembelajaran.

Kecenderungan pembelajaran matematika saat ini adalah pembelajaran yang memusatkan pada keterlibatan siswa secara aktif. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah khususnya di SMP masih berjalan secara konvensional. Banyak guru matematika yang mendominasi pembelajaran sehingga aktivitas siswa cenderung kurang. Hal

5 Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas.

(16)

ini tentu saja berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Yuwono6 mengatakan bahwa pembelajaran matematika secara konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Selain itu, salah satu keluhan yang banyak terdengar dalam dunia pendidikan matematika adalah kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika di sekolah dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa.

Observasi di lapangan mendukung data tersebut, misalnya di Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon, beberapa mahasiswa semester I (satu) bahkan semester IV (empat) mengalami kesulitan dan bahkan salah dalam menyelesaikan operasi penjumlahan pecahan. Beberapa kesalahan diantaranya, seperti menyelesaikan penjumlahan pecahan baik penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama maupun penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Mereka menjawab 16 6 8 5 8 1 dan penjumlahan 6 7 6 3 6 4 3 1 2 1 , dan beberapa kesalahan lainnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Soedjadi7 bahwa kelemahan siswa di SD antara lain tidak dengan cepat mengerjakan perkalian dan pembagian, mengerjakan pecahan, memahami geometri, menyelesaikan soal cerita. Berkaitan dengan hal tersebut, guru perlu mengupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang sekiranya dapat membawa pemahaman siswa lebih baik tentang suatu konsep. Salah satu upaya untuk menanggulangi beberapa kesulitan siswa tentang pembelajaran topik pecahan seperti di atas adalah dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic dalam mengajarkan topik tersebut.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berbasis pada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman matematika siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika sebaiknya diupayakan bersifat kontekstual, artinya

6

Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang.

7

Soedjadi, 1992. Miskonsepsi Matematika dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Sains dan Matematika. IKIP Surabaya

(17)

pembelajaran matematika perlu dikelola dengan memperhatikan konteks (lingkungan) kehidupan sehari-hari. Misalnya, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan menggunakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang berasal dari lingkungan kehidupan siswa. Benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang berasal dari lingkungan kehidupan siswa tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk mengawali pembahasan topik-topik matematika tertentu.

Suwarsono8 mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika yang memanfaatkan lingkungan (konteks) kehidupan siswa memberikan berbagai manfaat, antara lain: menumbuhkembangkan kesadaran pada diri para siswa bahwa sekalipun konsep-konsep matematika bersifat abstrak, pembentukan dan pengembangan konsep-konsep tersebut ternyata seringkali didasarkan pada fenomena-fenomena yang ada di dunia nyata,menumbuhkembangkan kesadaran pada diri para siswa bahwa sekalipun konsep-konsep matematika bersifat abstrak, banyak di antara konsep-konsep tersebut mempunyai berbagai penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Program pembelajaran dalam kerangka Realistic Mathematic dikembangkan dan diteliti di Belanda selama kurang lebih 33 tahun (sejak tahun 1970) atau yang dikenal juga sebagai Realistic Mathematics Education (RME) didasarkan pada gagasan-gagasan Professor Hans Freudenthal, antara lain menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Artinya bahwa matematika bukan merupakan suatu subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan bahwa matematika adalah suatu pelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya9.

Freudenthal10 mengemukakan beberapa penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik:1) membuat matematika lebih menarik, relevan, dan

8

Suwarsono, St , 2001. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi

Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional

tentang Pendekatan Matematika Realistik Universitas Sanata Dharma tanggal 14-15 Nopember 2001

9

TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

10

(18)

bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, 2) menekankan belajar matematika pada „learning by doing,3) memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku, 4) menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.

Berdasarkan keadaan di atas, peneliti mencoba menggunakan pembelajaran dengan Inovasi Realistic Mathematic dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran sebagai Bekal Bagi Mahasiswa Matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP.

Inovasi Pendekatan Pembelajaran Matematika

Treffers11 merumuskan dua jenis pematematikaan, yaitu pematematikaan horisontal dan pematematikaan vertikal. Pematematikaan horisontal berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai alat untuk menyelesaikan masalah dari dunia nyata. Sedangkan pematematikaan vertikal berkaitan dengan proses organisasi kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak.

Berkaitan dengan dua jenis pematematikaan di atas, secara umum terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan intensitas pematematikaannya pada tabel 2.1, yaitu:

Pendekatan Pembelajaran Komponen matematisasi Horison tal Vertikal Mekanistik - - Empiristik + - Strukturalistik - + Realistik + +

Keterangan: tanda „+‟ lebih memuat komponen, tanda „-„ kurang memuat komponen.

11 Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas

(19)

Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic

Soedjadi12 dalam sebuah makalah seminar nasional tentang Realistic Mathematic di Surabaya, menyatakan bahwa Realistic Mathematic pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik (siswa) untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada yang lalu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami siswa melalui membayangkan sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.

Perangkat Pembelajaran

Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dalam hal ini adalah sekumpulan komponen sumber belajar yang menggunakan pendekatan Realistic Mathematic, maka perangkat pembelajaran yang dirancang atau didesain selanjutnya dilakukan validasi naskah perangkat pembelajaran oleh para ahli (validator) mencakup kebenaran substansi dan kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa yang mengacu pada indikator validasi perangkat oleh Fauzi13.

Perangkat buku siswa yang memuat LKS disusun berdasarkan pendekatan pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini. Buku siswa ini diupayakan dapat memberi kemudahan guru dalam menerapkan Realistic Mathematic juga memberi kemudahan guru dan mahasiswa dalam mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gasasan matematika khususnya konsep pecahan yang bermula dari masalah kontekstual yang disajikan. Adapaun indikator validasi buku siswa mencakup:

a. Apakah masalah-masalah kontekstual sesuai dengan tuntutan RP? b. Apakah tuntutan soal sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? c. Apakah pengorganisasiannya sistematis?

12 Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas

13 Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD.

(20)

d. Apakah cakupan materinya memadai?

e. Bagaimana peranan soal untuk mendorong siswa menemukan dengan cara mereka sendiri konsep yang dipelajari?

f. Apakah gambar menunjang materi? g. Apakah latihan soal mendukung konsep?

h. Apakah bahasa yang digunakan sudah baku/tepat? i. Apakah jenis dan ukuran huruf sesuai untuk siswa? j. Kejelasan petunjuk dan arahan.

Model Thiagarajan

Gambar 2.2 Modifikasi Pengembangan Perangkat Model 4-D

Analisis Kurikulum1994

Analisis Siswa Analisis Materi

Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus

Merancang Perangkat Pembelajaran

Validasi Ahli Revisi I Uji Coba Revisi II dst Define Design Develop Analisis Tugas Draft I Draft II Draft III HV HUC

Laporan Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Draft Final)

(21)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan perangkat karena peneliti ingin mengembangkan suatu perangkat pembelajaran pada topik pecahan yang berorientasi pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic. Penelitian pengembangan yang dimaksud adalah penelitian yang menghasilkan perangkat pembelajaran yang meliputi RP, buku siswa yang memuat LKS.

Model pengembangan perangkat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan four D Models (model 4-D) yang terdiri dari empat tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate), sebagaimana dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel14 yang telah dimodifikasi.

1. Tes Hasil Belajar

Pemberian tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada awal penelitian sebelum pembelajaran dilakukan dan pada akhir pembelajaran setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Tes yang diberikan sebelum pembelajaran bertujuan untuk memperoleh kemampuan awal siswa, sedangkan tes akhir bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan setelah diajar dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic.

a. Penilaian kinerja/ Rubrik

Tabel 3.1 berikut merupakan acuan penilaian tes yang berupa pembuatan perangkat.

No Kriteria Kinerja

1. FORMAT 1. Pembagian materi tidak jelas, tidak memiliki daya tarik dan penomoran yang kurang jelas, tidak adanya pengaturan ruang dan tata letak yang baik, tidak ada kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf.

2. Pembagian materi cukup jelas, memiliki cukup daya tarik dan penomoran yang cukup jelas, adanya pengaturan ruang dan tata letak yang cukup baik, ada sedikit kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf. 3. Pembagian materi jelas, memiliki daya tarik dan

14

Thiagarajan, S., Semmel D. S.,& Semmel M. I. 1974. Intructional Development For Traning

Teachers Of Execeptional Children. A source Book Bloomington: Center for Innovation on

(22)

penomoran yang cukup jelas, adanya pengaturan ruang dan tata letak yang baik, ada kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf.

4. Pembagian materi jelas dan terinci, memiliki daya tarik dan penomoran yang jelas, adanya pengaturan ruang dan tata letak yang baik dan berwarna, kesesuaian gambar dan teks serta ukuran huruf.

2. BAHASA 1. Tidak ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, tidak mendorong minat membaca karena kerumitan struktur kalimat, serta petunjuk dan arahan tidak jelas.

2. Sedikit ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, cukup mendorong minat membaca karena ada sedikit kerumitan struktur kalimat, serta petunjuk dan arahan cukup jelas.

3. Cukup ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, mendorong minat membaca karena struktur kalimat cukup sederhana, serta petunjuk dan arahan cukup jelas.

4. Ada kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, mendorong minat membaca karena kesederhanaan struktur kalimat, serta petunjuk dan arahan jelas.

3. ILUSTRASI 1. Dukungan ilustrasi tidak memperjelas konsep dan tidak memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan tidak jelas dan sulit dipahami.

2. Dukungan ilustrasi sedikit memperjelas konsep dan sedikit memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan cukup jelas dan cukup dipahami.

3. Dukungan ilustrasi mulai memperjelas konsep dan memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan jelas dan cukup dipahami.

4. Dukungan ilustrasi memperjelas konsep dan memberikan rangsangan secara visual, serta tampilan jelas dan mudah dipahami.

4. I S I 1. Tidak ada kebenaran materi secara esensial maupun urutannya dan tidak dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, tidak sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic.

2. Sedikit ada kebenaran materi secara esensial tetapi tidak dengan urutannya dan ada yang dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, cukup sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic.

(23)

urutannya dan dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic.

4. Ada kebenaran materi secara esensial maupun urutannya dan dikelompokkan pada bagian-bagian yang logis, sesuai dengan kurikulum yang ada dan pembelajaran realistic mathematic.

Penilaian umum Kesimpulan penilaian secara umum *):

1 : kurang baik 2 : cukup baik 3 : baik 4 : baik sekali

2. Analisis kemampuan guru/ Dosen mengelola pembelajaran

Data hasil pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan skor rata-rata. Kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata dari semua skor untuk tiap RP berada pada kriteria minimal 3. Hasil analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran ini digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil validasi ahli, beberapa revisi yang dilakukan pada perangkat pembelajaran yang terdiri dari sekumpulan sumber belajar berupa: Rencana Pembelajaran (RP), Buku Siswa yang memuat LKS, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel Revisi RP (Berdasarkan masukan dari validator) Yang

direvisi

Sebelum direvisi Sesudah direvisi RP-1 Sub pokok bahasan

penjumlahan pecahan baik penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama maupun penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama disatukan dalam satu kali pertemuan.

Sub pokok bahasan

penjumlahan pecahan dibagi dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama (RP-1) membahas penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama dan pertemuan kedua (RP-2) membahas penjumlahan

(24)

pecahan yang penyebutnya tidak sama.

Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan masukan dari validator) Yang

direvisi

Sebelum direvisi Sesudah direvisi Buku Siswa

1,2,3

Arahan: Apa yang akan kamu pelajari hari ini

Arahan: Apa yang akan kalian pelajari hari ini?

Buku siswa 1 Lab mini 1: Jumlahkan 1/8 dan 3/8

Lab mini 1: kalimat

“Jumlahkan 1/8 dan 3/8” , telah dihapus

Buku siswa 1 Semua kalimat perintah pada lab mini 1 diubah menjadi kalimat kegiatan.

 Gambarlah sebuah

persegipanjang pada kertas grafik yang menunjukkan perdelapanan.

 Dari persegipanjang tersebut warnailah satu bagian dari

persegipanjang tersebut

dengan pensil warna untuk menyatakan

8 1

 Dengan menggunakan pensil warna yang lain, warnailah tiga bagian yang lain dari

persegipanjang itu untuk

menyatakan

8 3

Buku siswa 1 Terdapat jawaban pada hasil diskusi 1

Tidak ditunjukkan jawabannya.

2. Hasil Simulasi

Simulasi tersebut, dilakukan secara terbatas karena keterbatasan waktu, dalam arti peneliti hanya mensimulasikan RP-1 dan RP-2 terhadap enam orang mahasiswa semester IV pendidikan matematika IAIN Ambon. Simulasi tersebut dimaksudkan untuk melakukan uji keterbacaan Buku Siswa yang memuat LKS kepada enam mahasiswa yang telah dipilih dengan cara meminta mahasiswa untuk menggaris bawahi kata-kata atau kalimat yang tidak dipahami. Selain itu simulasi ini juga dimaksudkan untuk memberi gambaran cara mengajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic kepada mahasiswa. Berdasarkan hasil simulasi kemudian dilakukan revisi perangkat. Revisi dari hasil simulasi diuraikan pada tabel berikut.

(25)

Tabel Revisi RP (Berdasarkan hasil simulasi)

Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi RP-1

(Indikator)

Siswa mampu melakukan operasi hitung pada himpunan pecahan dan dapat menulis suatu bilangan dalam bentuk baku

Siswa mampu melakukan operasi hitung pada

pecahan dan dapat menulis suatu bilangan dalam bentuk baku.

Semua RP (Pendekatan Pembelajaran)

Mathematic Realistic Mathematic Realistic

Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan hasil simulasi)

Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi Buku Siswa -1 Latihan: Tini membuat sebuah

diagram lingkaran....

Latihan: Tini membuat sebuah diagram lingkaran untuk menunjukkan kepada teman sekelasnya

bagaimana dia

menghabiskan waktunya setiap hari.

3. Hasil Ujicoba Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan hasil validasi dan simulasi, selanjutnya diujicobakan pada mahasiswa semester IVA Pendidikan matematika IAIN Ambon. Perangkat pembelajaran ini diujicobakan sebanayk 3 kali pertemuan. Dari hasil ujicoba tersebut kemudian dilakukan revisi kembali untuk mendapatkan draft IV (draf final) perangkat pembelajaran.

Uji coba melibatkan dua orang pengamat. Adapun yang bertindak sebagai pengamat 1 adalah Anasufi Banawi, M.Pd dan pengamat 2 adalah Abdillah, M.Pd. Dalam uji coba ini pengamat melakukan pengamatan terhadap kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa. Sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat umum, yang mengamati secara umum proses pembelajaran.

Kegiatan ujicoba ini telah dilaksanakan selama tiga hari dengan jadwal kegiatan sebagaimana tercantum pada waktu penelitian. Dalam proses pembelajaran, siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok heterogen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan rata-rata tiap kelompok relatif sama.

(26)

Tabel Revisi RP (Berdasarkan hasil ujicoba)

Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi Semua RP Tidak ada penilain Dibuat kolom penilaian Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan hasil ujicoba)

Yang direvisi Sebelum direvisi Sesudah direvisi BS-2 Contoh 1:

Pak Arif mempunyai sebidang tanah untuk lahan perkebunan. Dia merencanakan menanami separuh lahannya dengan tanaman apotik hidup. Dia ingin sepertiga dari lahan yang akan ditanami tanaman apotik hidup itu ditanami temulawak

Contoh 1:

Pak Arif mempunyai sebidang tanah untuk lahan perkebunan. Dia merencanakan menanami separuh lahannya dengan tanaman apotik hidup. Dia ingin sepertiga dari lahan yang akan ditanami tanaman apotik hidup itu ditanami kunyit

BS-3 Kamu mempunyai 6 buah permen yang akan dibagi kepada teman-temanmu. Masing-masing teman memperoleh 2 biji permen. Berapa orang yang menerima permen?

Kamu mempunyai 6 biji permen yang akan dibagi kepada teman-temanmu. Masing-masing teman memperoleh 2 biji permen. Berapa orang yang menerima permen?

Data yang diperoleh dari ujicoba berupa data kemampuan guru mengelola pembelajaran. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran dikumpulkan menggunakan instrumen lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran.

Dalam proses pengembangan perangkat pembelajaran dan untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka pada tahap ujicoba ini akan dipaparkan analisis deskriptif data pengamatan meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Hal tesebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi pendekatan Realistic Mathematic pada pokok bahasan pecahan dan untuk kemungkinan penerapan.

Analisis data yang dihasilkan dari instrumen pengelolaan pembelajaran dan instrumen aktivitas didasarkan pada instrumen yang telah dikembangkan oleh Fauzi2015.

20

Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di

(27)

1. Deskripsi Kemampuan Guru/ Dosen Mengelola Pembelajaran

Untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic pada tiap-tiap pertemuan, digunakan instrumen pengelolaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh seorang pengamat dengan cara menuliskan tanda cek pada kolom yang bersesuaian dengan skor penilaian.

Kemampuan Guru/ Dosen Mengelola Pembelajaran (Uji Coba) N

o

Aspek Yang Diamati RP1 RP2 RP3

1 Kegiatan Awal:

a. Menghubungkan pelajaran hari ini dengan pelajaran

sebelumnya 4 3 3

b. Memotivasi siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran 4 3 3

2 Kegiatan Inti:

a. Memberikan masalah kontekstual (pada buku siswa) 3 3 3

b. Membantu siswa memahami „konteks‟ dalam soal, mengarahkan siswa menemukan jawaban dan cara untuk menjawab soal dengan bantuan terbatas

3 3 3

c. Mengamati cara siswa menyelesaikan soal, 3 3 3

d. Mengoptimalkan interaksi siswa, 3 e. Mendorong siswa membandingkan jawabannya saat

diskusi kelompok dan diskusi kelas, 3 3 3

f. Meminta siswa mempresentasikan hasil

pekerjaannya di depan kelas, 3 3 3

g. Menghargai berbagai pendapat siswa 3 3 3

h. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi

dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber 3 3 3 i. Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dari

suatu prosedur/konsep, 3 3 3

j. Mendorong siswa untuk bertanya atau menjawab

pertanyaan dari guru/teman 3 3 3

3 .

Kegiatan Akhir:

a. Menengaskan kembali kesimpulan materi. 3 3 3

b. Memberikan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

3 3 3

4 Pengelolaan waktu 3 3 3

(28)

a. Antusias siswa 3 3 3

b. Antusis guru 3 3 3

Rata-rata 3,12 3,00 3,00

Berdasarkan kriteria kemampuan guru mengelola pembelajaran seperti diuraikan dalam BAB III, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif, karena dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata dari semua skor untuk tiap RP mencapai kategori nilai minimal 3.

2. Tes untuk mahasiswa dalam membuat perangkat

Untuk menilai tes mahasiswa dalam membuat perangkat pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic, digunakan instrumen penilaian kinerja (bab III). Penilaian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara menuliskan tanda cek pada kolom yang bersesuaian dengan skor penilaian.

Deskripsi penilaian tes kinerja mahasiswa dalam membuat perangkat dengan Pendekatan Realistic Mathematic sebelum pembelajaran

Kelompok SKOR SKOR RATA-RATA KATE- GORI

format bahasa ilustrasi isi 1 2 3 4 2 1 1 2 2 3 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 Cukup Cukup Kurang Cukup

Tabel 4.10 Deskripsi penilaian tes kinerja mahasiswa dalam membuat perangkat dengan Pendekatan Realistic Mathematic setelah pembelajaran

Kelompok SKOR SKOR RATA-RATA KATE- GORI

format bahasa ilustrasi isi 1 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 Baik Baik Baik Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah diberikan pembelajan dengan pendekatan Realistic Mathematic nilai kinerja masing_masing kelompok meningkat. Seperti pada kelompok 1 di mana nilai awalnya cukup menjadi sangat baik, begitu pula dengan kelompok 2, dan 4 dari nilai cukup menjadi baik, dan kelompok 2 dari nilai kurang menjadi baik. Hal ini menjadi dasar bahwa

(29)

pengembangan perangkat pembelajaran dalam hal ini khususnya buku siswa yang memuat LKS dapat dipahami oleh mahasiswa dan dijadikan bekal pada kajian matematika SMP dan ke masa yang akan datang ketika menjadi seorang guru.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan sampai pada ujicoba sehingga menghasilkan draft final, maka diperoleh perangkat pembelajaran sebagai berikut: Rencana Pembelajaran dan Buku Siswa yang memuat LKS. Berdasarkan nilai postest yang baik pada masing-masing kelompok maka perangkat pembelajaran tersebut merupakan bekal bagi mahasiswa jurusan pendidikan matematika IAIN Ambon untuk Kajian Matematika SMP.

DAFTAR PUSTAKA

Bartle, R.G, and Sherbert, 2000. Introduction to Real Analysis, 3rd ed.,Newyork: John Wiley and Sons, Inc.

Fauzi, KMS, 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis. PPs Universitas Negeri Surabaya.

Ijudin, Romal. 2005. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Pokok Bahasan Persamaan Linear dengan Dua Peubah di Kelas II SLTP. Tesis. PPs Unesa Surabaya.

Junaidi, Dedi, 2002. Kamus Matematika, Bandung: Pustaka Setia. Negoro, B. Harahap,2003. Ensiklopedia Matematika.Jakarta: Erlangga. Pandoyo, 2003. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Ruseffendi, E. T, 1979. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta:

Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D. II dan Pendidikan Kependudukan.

Soedjadi, 1992. Miskonsepsi Matematika dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Sains dan Matematika. IKIP Surabaya.

(30)

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta. Dirjend Dikti Depdiknas.

Suwarsono, St , 2001. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pendekatan Matematika Realistik Universitas Sanata Dharma tanggal 14-15 Nopember 2001. Thiagarajan, S., Semmel D. S.,& Semmel M. I. 1974. Intructional Development

For Traning Teachers Of Execeptional Children. A source Book Bloomington: Center for Innovation on Teaching the Handicapped. TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: FMIPA Depdiknas Universitas Negeri Malang.

(31)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK MELALUI OPTIMALISASI PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI POKOK BAHASAN

SUKU BANYAK DI MAN 1 AMBON Djafar Lessy

Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon ABSTRAK

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Maka mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dan sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, agar lulusan sekolah menengah diharapkan dapat membangun, menerapkan informasi dan pengetahuan dan dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, guru tidak terlepas dari masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik, selain metode atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan, fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI MAN 1 Ambon pada pokok bahasan suku banyak dengan mengoptimalkan pengelolaan kelas. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah dua peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata ( 60%). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tahap-tahap berdasarkan pendapat Milles dan huberman (reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan).

Berdasarkan Hasil yang diperoleh, ditemukan bahwa fungsi pengelolaan kelas sangat berpengaruh penting dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat berpikir kritis dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya S1 dan S2 yang mampu menyelesaikan soal pokok bahasan suku banyak secara baik, sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Robert Ennis.

Kata kunci : Berpikir kritis, pengelolaan kelas PENDAHULUAN

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadi proses

(32)

belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.16

Tidak lepas dari tujuan pendidikan, matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran pada pendidikan menengah atas, mempunyai tujuan meningkatkan kecerdasan dalam berpikir logis, pengetahuan tentang matematika, keterampilan dalam berhitung dan syarat untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan tersebut menjadikan perlunya pelajaran matematika pada jenjang-jenjang pendidikan sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Sehingga, lulusan sekolah menengah diharapkan dapat membangun, menerapkan informasi dan pengetahuan dan dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan.

Terkait dengan tujuan pendidikan menengah, maka berpikir kritis yang bertujuan membuat peserta didik dapat memutuskan apa yang diyakini atau di kerjakan, sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar, karena berpikir kritis sebagai jantung pembelajaran di kelas guna memperoleh pengetahuan.17

Keberadaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Ambon, dengan prestasi akademis yang diraih seperti perolehan kejuaraan olympiade ilmu pengetahuan maupun dalam bidang karya ilmiah baik tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Demikian pula berbagai prestasi dalam bidang kegiatan (Non Akademis) diantaranya kejuaraan PMR, Pramuka, Marching Band, MTQ untuk tingkat Propinsi, Kabupaten/Kodya memaksakan setiap guru untuk memberikan yang terbaik saat melakukan proses belajar mengajar kepada peserta didiknya.

16 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:PT.Rineka

Cipta, 2006), hlm 173.

17 Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Pembelajaran Kemempuan bepikir kritis Matematika,

(33)

Sekolah dengan jumlah peserta didik sekitar 500 orang dan tenaga pengajar sekitar 49 orang membuat MAN I Ambon menjadi salah satu sekolah menengah yang dituntut untuk menjadi sekolah menengah yang menghasilkan peserta didik yang cerdas, berpengetahuan, berkepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan pengalaman peneliti yang telah mengajar di MAN 1 Ambon semester I tahun ajaran 2011/2012 diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mendapat pembelajaran konvensional antara lain:

1. Dalam setiap tes yang di lakukan, peserta didik memperoleh nilai matematika rata-rata adalah 4,5.

2. Pencapaian nilai tertinggi 7 3. Nilai terendah 1.

Pengalaman peneliti juga menemukan bahwa peserta didik kesulitan dalam memahami materi suku banyak yang disampaikan oleh guru, terutama dalam menentukan hasil bagi dan sisa pembagian. kemungkinan masalah-masalah yang timbul sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik minim atau kurang memuaskan, yaitu :

1. Penataan ruang kelas yang tidak sesuai, sehingga membuat suasana proses belajar mengajar sangat membosankan terutama bagi peserta didik.

2. Suasana di dalam kelas terasa sangat panas saat berlangsungnya pelajaran matematika yang di sampaikan pada jam ke-7 dan 8 atau pada pukul 12.00 - 01.30 WIT.

3. Pada saat yang bersamaan peserta didik kurang, bahkan tidak pernah mengajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung sampai selesai. 4. Peserta didik terlihat tidak siap dalam menerima pelajaran.

Berpikir Kritis

Menurut John Dewey berpikir kritis adalah pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi

(34)

kecenderungannya. Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Menurut Edward Glaser, berpikir kritis adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Sedangkan menurut Robert Ennis – definisinya yang sudah beredar luas dalam bidang berpikir kritis – berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.18

Dari beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk memahami masalah yang masuk akal dan refleksi yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan serta menarik kesimpulan yang valid.

Dalam kurikulum berpikir kritis, menurut Ennis terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikolompokkan dalam lima kemampuann berpikir, yaitu (1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) Membangun keterampilan dasar (basic support), (3) Membuat inferensi (inferring), (4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), (5) Mengatur strategi (strategies and tactics). Kelima kolompok indikator keterampilan berpikir kritis tersebut diuraikan lebih lanjut pada tabel berikut :19

Tabel. 2.1. Indikator berpikir kritis Keterampilan

berpikir kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Penjelasan

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) 1. Memfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan

b. Mengidentifikasi kriteria- kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin. c. Menjaga kondisi pikiran. 2. Menganalisa

argumen.

a. Mengidentifikasi kesimpulan. b. Mengidentifikasi alasan (sebab)

18

Alec Fisher, Berpikir Kritis (Sebuah Pengantar), hlm. 2.

19 Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Pembelajaran Kemampuan berfikir kritis Matematika,

(35)

yang dinyatakan (eksplisit). c. Mengidentifikasi alasan (sebab)

yang tidak dinyatakan (implisit). d. Mengidentifikasi

ketidakrelevelan dan kerelevelan.

e. Mencari persamaan dan perbedaan.

f. Mencari struktur suatu argumen. g. merangkum 3. bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang. a. Mengapa.

b. Apa intinya, apa artinya.

c. Apa contohnya, apa yang bukan contohnya.

d. Bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut. e. Perbedaan apa yang

menyebabkan.

f. Akankah anda menyatakan lebih dari itu 2. Membangun keterampilan dasar (basic support), 1. Mempertimbangka n keredibilitas (kriteria) suatu sumber a. Ahli.

b. Tidak adanya konflik internal c. Kesepakatan antara sumber. d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang ada

f. Mengetahui resiko.

g. Kemampuan memberi alasan. h. Kebiasaan hati-hati.

2. Mengobservasi dan mempertimbang kan hasil observasi

a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan.

b. Dilaporkan oleh pengamat sendiri.

c. Mencatat hal-hal yang diinginkan.

d. Penguatan (collaboration) dan kemungkinan penguatan. e. Kondisi akses yang baik. f. Penggunaan teknologi yang

kompeten.

g. Kepuasan observer atas kredibilitas criteria. 3. Membuat

kesimpulan

1. Membuat deduksi dan

a. Kelompok yang logis. b. Kondisi yang logis.

(36)

(inferring), mempertimbangka n hasil deduksi. c. Interpretasi pernyataan. 2. Membuat induksi dan mempertimbangka n induksi a. Membuat generalisasi b. Membuat kesimpulan dan

hipotesis. 3. Membuat dan

mempertimbangka n nilai keputusan

a. Latar belakang fakta. b. Konsekuensi. c. Penerapan prinsip-prinsip d. Memikirkan alternative. e. Menyeimbangkan memutuskan. 4. Membuat penjelsan lebih lanjut (advanced clarification) 1. Mendefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi

a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh.

b. Strategi definisi (tindakan mengidentifikasi persamaan) c. Konten (isi)

2. Mengidentifikasi asumsi

a. Penalaran secara implicit. b. asumsi yang diperlukan,

rekontruksi, argument. 5. Mengatur strategi (strategies and tactics). Memutuskan suatu tindakan a. Mendefinisikan masalah b. Menyeleksi criteria untuk

membuat solusi

c. Merumuskan alternative yang memungkinkan

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentative. e. Mereview

f. Memonitor implementasi

Pengelolahan Kelas

Pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikonto, sebagaimana yang dikutip oleh Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, “pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membentuk, menciptakan kondisi belajar yang optimal”.20

20 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, hlm.103

Gambar

Gambar 2.2  Modifikasi Pengembangan Perangkat Model 4-D Analisis Kurikulum1994
Tabel Revisi RP (Berdasarkan masukan dari validator)  Yang
Tabel Revisi Buku Siswa (Berdasarkan masukan dari validator)  Yang
Tabel Revisi RP (Berdasarkan hasil simulasi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum dengan Pasca Kualifikasi Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Pengadaan dan Perbaikan Guadrail pada Ruas Jalan Tol Cabang Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan

Maka dari itu seperti secara tidak langsung dalam prisip demokrasi ekonomi ini, negara disudutkan dan diletakkan pada posisi yang sulit dan seolah – olah negara

Sorgum memiliki potensi untuk dikembangkan dengan kandungan gizi yang bermutu dan salah satu upayanya adalah dengan pembuatan susu kedelai dengan adanya penambahan

Ketika BRR bersiap menutup kantornya, proyek portofolio mereka bisa dikategorikan sebagai berikut dalam hubungannya dengan skenario pelimpahan: proyek tahun jamak (dari IRFF,

Pada masa replesi, kelompok yang sebelumnya merupakan kelompok deplesi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan kelompok

Kabupaten Sragen dikenal dengan wilayahnya yang cukup luas akan tetapi hanya sedikit memiliki obyek wisata, obyek wisata tersebut terdiri dari Museum Purbakala Sangiran,