• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelekatan Orangtua Dengan Kemandirian Remaja SMA Di Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kelekatan Orangtua Dengan Kemandirian Remaja SMA Di Banda Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Original Article Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi

Vol. 1, No. 3 : 34- November 2016

44

Hubungan Kelekatan Orangtua Dengan Kemandirian Remaja SMA Di Banda Aceh

Nurul Fadhillah*, Syarifah Faradina

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universits Syiah Kuala, Banda Aceh

iyunnurulfs@gmail.com*

ABSTRAK

Kemandirian penting untuk dimiliki oleh remaja SMA. Untuk mencapai kemandirian, kelekatan antara orangtua dengan remaja dapat menjadi peranan penting dalam membantu remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kelekatan orangtua dengan kemandirian pada remaja SMA di Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik multi stage cluster dan disproportionate stratified random sampling. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 336 siswa/i SMA di Banda Aceh. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian yang disusun serta dikembangkan sendiri oleh peneliti dan mengadaptasi skala Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg. Hasil analisis data menggunakan teknik analisis data Spearman menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,135 dengan nilai p = 0,014 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang diajukan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kelekatan orangtua dengan kemandirian pada remaja SMA di Banda Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelekatan antara remaja dengan orangtua maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelekatan antara orangtua dengan remaja di Aceh berada pada kategori tinggi yaitu 316 subjek (94,04%) dan kemandirian juga berada pada kategori tinggi yaitu 240 (71,42%).

(2)

Aged Adolescents In Banda Aceh ABSTRACT

Autonomy is important for adolescents. To achieve the autonomy, attachment between parents an adolescents could be the key role to help adolescents. The purpose of this study is to investigates the correlation between parents attachment with autonomy on adolescents in Banda Aceh. This study was done in the quantitative approach with multi stage cluster and disproportionate stratified random sampling technique. The sample are 336 high school students in Banda Aceh. The scales used in this study are autonomy scale that made by researcher and adaptation of Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) scale by Armsden and Greenberg. The result of data analysis using the Spearman test showed correlation coefficient of 0,135 with p value = 0,014 (p < 0,05). The proposed hypothesis was confirmed so it can be concluded that there's a positive correlation between parents attachment and autonomy on adolescents in Banda Aceh. It shows that on adolescents in Banda Aceh, the more attached adolescents with their parents therefore they will be more autonomous. The result of this study described that the attachment between parents with their adolescents children include on high category for 316 subject (94,04%) and also autonomy on high category for 240 subject (71,42%).

(3)

Original Article Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi

Vol. 1, No. 3 : 7-18 November 2016

44

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa yang riskan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul. Salah satu permasalahan-permasalahannya adalah meningkatnya penyalahgunaan narkotika, minuman keras, ekstasi dan obat-obatan terlarang yang penyebab utamanya karena gagalnya kemandirian remaja (Bisono, 2013). Di Aceh sendiri dalam Serambi Indonesia (Bakri, 2015) berdasarkan data BNNP (Badan Narkotika Nasional Provinsi) Aceh, jumlah pecandu narkoba di Aceh dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, bahkan ada sekitar 7.000 orang yang telah menjadi pemakai narkoba didominasi oleh kalangan pemuda, remaja dan juga anak-anak.

Masa remaja memang masa yang penuh gejolak, kecemasan, kebingungan, yang justru merupakan suatu proses terpenting dalam tahap pendewasaan seorang remaja. Banyak orangtua yang masih menganggap bahwa anaknya masih kecil, sehingga masih terus harus dituntun (Bisono, 2013). Orangtua terkadang masih ingin memegang kendali penuh atas kehidupan remaja (Dewi & Valentina, 2013). Padahal remaja sudah memiliki kemampuan untuk mandiri, walaupun masih dalam taraf belajar untuk bersikap mandiri, melakukan pilihan dan memutuskan apa yang terbaik bagi mereka (Bisono, 2013). Dengan memiliki kemandirian, remaja akan mampu mengambil keputusan dengan cara menemukan akar suatu permasalahan dan mampu mengidentifikasikan alternatif pemecahan masalah tanpa bantuan orang lain (Suryadi & Damayanti, 2003). Oleh karena itu, remaja di tuntut untuk dapat menyelesaikan tantangan atau masalahnya sendiri dengan mandiri (Jannah, 2013).

Perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungan, selain potensi yang telah dimiliki remaja sejak lahir sebagai keturunan dari orangtuanya. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kemandirian diantaranya adalah faktor gen atau keturunan, pola asuh orangtua, sistem kehidupan di masyarakat dan sistem pendidikan di sekolah (Ali & Asrori, 2015). Selain itu menurut Allen dkk (2003) faktor lain yang dapat memengaruhi kemandirian yaitu kelekatan (attachment).

Kelekatan memiliki peranan penting untuk membantu remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya khususnya untuk mencapai kemandirian (Muslimah & Wahdah, 2013). Kelekatan dibentuk melalui dukungan emosional dan rasa kedekatan, dari orangtua terhadap remaja (Rice & Dolgin, 2001 dalam Dewi & Valentina, 2013). Kelekatan atau hubungan yang baik antara orangtua dan remaja akan mendukung remaja untuk menjadi mandiri, sehingga perkembangan kemandirian remaja tidak menghasilkan penolakan atas pengaruh orangtua, justru remaja akan mencari masukan dari orangtua untuk mengambil keputusan (Ws & Ws, 2013). Jadi, ketika remaja belajar untuk menjalin hubungan dengan orang diluar keluarganya, dukungan yang diterima dari orangtua atau keluarga akan membuat remaja mampu lebih percaya diri dan terbuka terhadap orang lain (Rice & Dolgin, 2001 dalam Dewi & Valentina, 2013). Peran orangtua dan respon dari lingkungan ini sangat diperlukan oleh remaja sebagai “penguat” bagi setiap perilakunya (Rini, 2012). Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

(4)

45

melihat hubungan kelekatan orangtua dengan kemandirian pada remaja SMA di Banda Aceh.

TINJAUAN TEORI

a. Kemandirian

Kemandirian merupakan suatu kemampuan individu untuk bertingkah laku seorang diri. Kemandirian seseorang ditunjukkan dengan tingkah laku sesuai keinginan sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya sendiri (Steinberg, 2002).

b. Kelekatan

Armsden dan Greenberg (1987) mendefinisikan kelekatan sebagai ikatan afeksi antara dua individu yang memiliki intensitas yang kuat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 336 orang dengan karakteristik sebagai berikut: (a) siswa yang berusia 15-18 tahun, (b) tercatat sebagai siswa SMA di Banda Aceh, (c) tinggal bersama orangtua (Ayah dan Ibu), (d) bersedia menjadi responden penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penggabungan dua teknik pengambilan sampel yaitu teknik multi stage cluster dan disproportionate stratified random sampling. Sampel penelitian dibagi ke dalam wilayah-wilayah cakupan penelitian, yaitu berdasarkan kecamatan dan sekolah SMA dengan menggunakan teknik multi stage cluster. Tahapan berikutnya menggunakan teknik disproportionate stratified random sampling. Selanjutnya, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah disproportionate stratified random sampling untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2014). Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala Kemandirian yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi kemandirian yang diajukan oleh Steinberg (2002) dan adaptasi Skala Kelekatan dari Inventory Parent Peer Atachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg (1987)

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode non parametrik yaitu Spearman. Analisis tersebut digunakan karena salah satu dari variabel penelitian tidak berdistribusi secara normal yaitu variabel kelekatan.

(5)

Original Article Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi

Vol. 1, No. 3 : 7-18 November 2016

46

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi adalah p = 0,014 lebih kecil dari 0,05 (p <0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat hubungan antara antara kelekatan orangtua dengan kemandirian remaja SMA di Banda Aceh.Hasil analisis penelitian ini juga menunjukkan koefisien korelasi sebesar (r) = 0,135 yang merupakan korelasi positif, artinya terdapat hubungan positif antara kelekatan dengan kemandirian. Hubungan tersebut mengartikan bahwa jika semakin tinggi kelekatan orangtua dengan remaja maka semakin tinggi pula kemandiriannya. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 88,7% subjek memiliki tingkat kelekatan yang tinggi dan sebanyak 71,42% subjek memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.

Penelitian ini dilakukan pada 3 SMA di Banda Aceh dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 336 subjek yang terdiri dari 112 subjek/SMA. Data demografi yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Data Demografi Subjek Penelitian Deskripsi

Subjek Kategori Jumlah

Persentase (%) Total Usia 15 tahun 157 46,73 100% 16 tahun 144 42,86 17 tahun 35 10,41

Jenis Kelamin Perempuan 239 71,13 100%

Laki-laki 97 28,87

Asal Sekolah SMA Negeri 7 112 33,33

100% SMA Labschool UNSYIAH 112 33,33 SMA Negeri 4 112 33,33 Kelekatan Ayah 58 17,26 100% Ibu 278 82,74 DISKUSI

Kelekatan (attachment) membuat remaja tidak melepaskan diri dari ikatan keluarga ketika remaja belajar untuk mengembangkan hubungan diluar keluarga (Dewi & Valentina, 2013). Ketika remaja berusaha mengembangkan hubungan diluar keluarganya, remaja juga mengembangkan kemandirian dirinya (Rini, 2012). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelekatan dengan kemandirian (Dewi dan Valentina, 2013; Nurhayati, 2015). Kedua hasil penelitian tersebut sejalan dengan literatur yang menyebutkan bahwa remaja memperoleh kemandirian yang lebih tinggi dari orangtua, meski demikian remaja tetap terlibat dalam hubungan yang dekat dengan orangtua. Remaja mempertahankan kelekatannya dengan orangtua selama hidup mereka (Khairani & Hildayani, 2012).

Hasil kedua penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa terdapat hubungan positif antara kelekatan dan kemandirian. Hubungan yang positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelekatan maka akan semakin

(6)

47

tinggi pula kemandiriannya. Dari hasil penelitian ini juga menemukan bahwa sebesar 88,7% subjek memiliki kelekatan yang tinggi dan 71,42% subjek memiliki kemandirian yang tinggi pula.

Berdasarkan data demografi penelitian, terdapat 278 subjek atau 82,74% memilih ibu sebagai figur lekatnya. Paterson, Field dan Pryor (dalam Laumi & Adiyanti, 2012) mengatakan bahwa kelekatan ibu memainkan peran yang kuat pada masa remaja dibandingkan dengan kelekatan ayah.

Kelekatan yang tinggi mencerminkan kelekatan yang aman kepada orangtua (Ma & Hunter dalam Dewi & Valentina, 2013). Kelekatan merupakan sebuah konstruk yang berlaku sepanjang hidup. Seorang anak akan mempertahankan ikatan kelekatan yang dimilikinya dengan orangtua dari masa kanak-kanak hingga dewasa (Khairani & Hildayani, 2012). Kelekatan antara anak dengan orangtua pada awal tahun pertama kehidupan memberikan suatu landasan penting bagi perkembangan psikologis anak pada tahun-tahun selanjutnya, diantaranya adalah kemandirian (Nurhayati, 2015).

Kemandirian yang tinggi dicerminkan oleh kemampuan remaja untuk mandiri secara emosional mampu mengatasi setiap masalahnya sendiri, tidak lagi mencari, menemui serta menyibukkan orangtua mereka setiap kali merasa marah, khawatir atau membutuhkan bantuan. Kemandirian secara perilaku dicerminkan oleh kemampuan seseorang yang bebas melakukan sesuatu atas dasar keinginan dan pertimbangannya sendiri. Sedangkan kemandirian nilai dicerminkan oleh perubahan konsep moral, politik, ideologi dan agama yang terjadi pada remaja dan memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah, tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting (Steinberg, 2002).

Pada proses pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini. Pertama, data pada penelitian ini dianalisis menggunakan teknik statistik non parametric sehingga hasil dari penelitian tidak dapat digeneralisasikan secara umum. Kedua, alat ukur dianggap memiliki jumlah pernyataan yang banyak sehingga subjek merasa jenuh ketika mengisi. Ketiga, selama proses pengumpulan data, subjek dalam penelitian ini terlihat tidak serius saat mengisi alat ukur yang diberikan. Terakhir, dalam penelitian ini peneliti memodifikasi alat ukur kelekatan yang hanya mengukur kelekatan remaja dengan orangtua saja, tidak membedakan alat ukur antara kelekatan ayah dan ibu. Beberapa keterbatasan ini dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

(7)

Original Article Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi

Vol. 1, No. 3 : 7-18 November 2016

48

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelekatan orangtua dengan kemandirian remaja SMA di Banda Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara kelekatan dan kemandirian. Artinya semakin tinggi kelekatan maka semakin tinggi pula kemandirian dan sebaliknya, semakin rendah kelekatan maka akan semakan rendah pula kemandirian. Hal ini terjadi karena dengan kelekatan maka akan memengaruhi kemandirian.

Disarankan bagi remaja SMA dapat mempertahankan tingkat kemandirian yang tinggi agar menjadi seorang individu yang lebih mandiri pada masa selanjutnya (masa dewasa). Kepada orangtua diharapkan dapat tetap menjaga hubungan yang aman dan nyaman dengan anak atau remaja, tetap memberikan respon yang baik disaat anak sudah beranjak remaja dan menuju dewasa. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat membantu siswa/i untuk mempertahankan dan juga lebih mengembangkan kemandiriannya. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan diharapkan dapat melakukan penelitian serupa namun dengan menggunakan alat ukur kelekatan yang membedakan pengukuran kelekatan ayah dan ibu. Peneliti selanjutnya juga dapat mengungkap faktor lain yang mungkin akan memengaruhi kemandirian pada remaja SMA di Banda Aceh.

(8)

49

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, Mary D. Salter. (1969). Object Relations, Dependency, and Attachment: A Theoretical Review of The Infant-Mother Relationship.

Journal: Child Development, Johns Hopkins University, 1969, 40, 969-1025.

Aji, P., & Uyun, Z. (2010). Kelekatan (Attachment) Pada Remaja Kembar. Jurnal Ilmiah Berskala Psikologi, 12(1), 37-46.

Allen, J. P., McElhane, K. B., Land, J. L., Kuperminc, G P., Moore, C W., Kell, H. O., & Kilmer, S, L. (2003) A Secure Base in Adolescence: Markers of Attachment Security in the Mother–Adolescent Relationship. Child Development, 74(1), 92–307.

Ali, M., & Asrori, M. (2015). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Armsden, G. C., & Greenberg, M. T. (1987). The inventory of parent and peer attachment: relationships to well-being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 16 (5), 427-454

Asiyah, N. (2013). Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan Kemandirian Mahasiswa Baru. Persona Jurnal Psikologi Indonesia,2(2),108-121.

Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi (ED.2). Yogyakarta: Pustaka. Bakri. (Serambi Indonesia, 4 Maret 2015). 7.000 Warga Aceh Pecandu Narkoba.

Diakses pada tanggal 27 April 2016 dari http://aceh.tribunnews.com/2015/03/04/7000-warga-aceh-pecandu-narkoba Bisono, Tika. (BNN, 29 Mei 2013). Gagalnya Kemandirian Remaja Sebagai

Penyebab Utama Meningkatnya Penyalagunaan Narkotika, Minuman Keras, Ekstasi Dan Obat-Obatan Terlarang. Diakses pada tanggal 26 Maret

2016 dari

http://www.bnn.go.id/portal/konten/detail/puslitdatin/artikel/11010/gagalnya

-kemandirian-remaja-sebagai-penyebab-utama-meningkatnya-penyalagunaan-narkotika-minuman-keras-ekstasi-dan-obat-obatan-terlarang Bowlby, J. (1988). A secure base: clinical applications of attachment theory.

London: Routledge.

Dewi, A. A. A., & Valentina, T. D. (2013). Hubungan Kelekatan Orangtua-Remaja dengan Kemandirian pada Orangtua-Remaja di Smkn 1 Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 181-189.

Greenberg, Mark T., Siegel, Judith M., & Leitch, Cynthia, J. (1983). The nature and importance of attachment relationship to parents and peers during adolescene. Journal of Youth and Adolescene, 12(5), 373-386

(9)

Original Article Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi

Vol. 1, No. 3 : 7-18 November 2016

50

Jannah, E. U. (2013). Hubungan Antara Self-Efficacy Dan Kecerdasan Emosional Dengan Kemandirian Pada Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 2(3), 278-287.

Hurlock, E. B. (1993) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

KEMENDIKBUD (2016). Jendela Pendidikan Dan Kebudayaan. Diakses pada

tanggal 20 Juni 2016 dari

http://jendela.data.kemdikbud.go.id/jendela/index.php/chome/dashboard/ King, L. A. (2010). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:

Salemba Humanika.

Musdalifah. (2007). Perkembangan Sosial Remaja Dalam Kemandirian. IQRA’, 4, 46-56.

Muslimah, A. I., & Wahdah, N. (2013). Hubungan Antara Attachment dan Self Esteem dengan Need For Achievement Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur. Jurnal Soul, 6(1), 43-56.

Nurhayati, Hani. (2015). Hubungan Kelekatan Aman (Secure Attachment) Anak Pada Orangtua Dengan Kemandirian Anak Kelompok B TK PKK 37 Dodogan Jatimulyo Dlingo Bantul. Tesis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Pritaningrum, M., & Hendriani, W. (2013). Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(3), 141-150.

Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS; Analisis statistik data, lebih cepat, efesien, dan akurat. Yogyakarta: MediaKom.

Puspitadesi, D. I., Yuliadi, I., & Nugroho, A. A. (2013). Hubungan Antara Figur Kelekatan Orangtua dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jurnal Psikologi UNS.

Rini, A. R. P. (2012). Kemandirian Remaja Berdasarkan Urutan Kelahiran. Jurnal Pelopor Pendidikan, 3(1), 61-70.

Santrock, J.W. (1997). Life-span development. Madison: Brown & Benchmark Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak, Edisi Ke Sebelas. Jakarta: Salemba Humanika

(10)

51

Sprinthall, N. A., & Collins, W. A. (1995). Adolescent Psychology: A development View.USA: McGraw Hill

Steinberg, L. (2002). Adolescence: Sixth Edition. USA: McGraw Hill Higher Education.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Suharnan. (2012). Pengembangan Skala Kemandirian. Persona Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), 66-76.

Suryadi, D., & Damayanti, C. (2003). Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Puteri Yang Ibunya Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi,

1(1), 1-28.

Suwinita, I. G A. M., & Marheni, A. (2015). Perbedaan Kemandirian Remaja SMA Antara Yang Single Father dengan Single Mother Akibat Perceraian.

Jurnal Psikologi Udayana, 2(1), 59-67.

Triyanto, E., Anitah, S., & Suryani, N. (2013). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan,

1(2), 226-238.

Wibowo, A. E. (2012). Aplikasi praktis spss dalam penelitian. Yogyakarta: Gava Media.

Wiranti, A. (2013). Hubungan Antara Attachment Terhadap Ibu dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(1), 1-7.

Ws, L. I. S. S. H. W., & Ws, H. W. (2013). Perbedaan Tingkat Kemandirian Dan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Suku Batak Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Character, 1(2), 1-6.

Referensi

Dokumen terkait

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

Gejala eksternal penyakit yang ditimbulkan dalam uji coba postulat koch secara umum hampir sama dan sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa ikan yang terserang

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa media G-lernen berbasis flash, dari aspek pembelajaran dan aspek materi memperoleh presentase 86,46% dan dinyatakan

Sehubungan dengan telah selesainya masa sangga maka Pokja VIII, Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Maluku Tengah atas paket Pekerjaan Belanja jasa konsultansi

ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERSAHABAT DAN KARAKTER CINTA DAMAI BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII A

Akibat hukum yang terjadi terhadap pengalihan objek leasing kepada pihak ketiga tanpa persetujuan leasing terjadi akibat tidak adanya komunikasi yang baik antara

Bahan pakan tambahan (suplemen) yang diharapkan mampu membantu proses involusi uterus pada sapi perah adalah daun pepaya dan kunyit.. Daun pepaya mengandung alkaloid

Rasio kejadian sindrom koroner akut an- tara laki-laki: perempuan adalah 7:3 berdasarkan teori yang ada dikarena laki-laki lebih rentan akibat faktor-faktor resiko yang ada