• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Kanak-kanak 1. Sejarah Taman Kanak-kanak - Ayu Rahmawati Utami BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Kanak-kanak 1. Sejarah Taman Kanak-kanak - Ayu Rahmawati Utami BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Kanak-kanak

1. Sejarah Taman Kanak-kanak

Sejarah munculnya Taman Kanak-kanak dimulai pada tahun 1840-an. Berangkat dari keprihatinan seorang tokoh bernama Friedrich Froebel akan kualitas pendidikan bagi anak-anak kecil menuntunnya ke arah pendidikan Taman Kanak-kanak yang secara harfiah berarti “taman bagi anak-anak”. Pendiri Taman kanak-Kanak mengerti bahwa anak-anak ibarat tanaman yang tumbuh dan memerlukan pengasuhan serta pemeliharaan yang baik (Santrock 2002, dalam Maizida, 2007).

Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Indria yaitu sarana pendidikaan untuk anak prasekolah. Bersama dengan berdirinya Taman Indria, berdiri pula Taman Kanak-kanak dengan nama Bustanul Athfal yang disponsori oleh organisasi-organisasi Islam. Pada tahun 1941, sekolah-sekolah Froebel dilanjutkan dengan nama Taman Kanak-kanak (Patmonodewo, 2003).

(2)

adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.

2. Tujuan Taman Kanak-kanak

Program kegiatan belajar Taman Kanak-kanak yaitu membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

3. Ruang Lingkup Taman Kanak-kanak

Untuk menyederhanakan lingkup program dan menghindari tumpang tindih serta untuk memudahkan guru menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman mereka, maka isi program itu dipadukan dalam program kegiatan belajar yang utuh yang mencakup :

a. Program kegiatan belajar (PKB) dalam rangka pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di Taman Kanak-kanak yang mencakup pengembangan moral pancasila, disiplin, perasaan/emosi, agama dan kemampuan bermasyarakat.

(3)

guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta keterampilan dan jasmani.

4. Taman Kanak - kanak Reguler (Half Day)

Menurut Nawawi (dalam Rahmawati, 2001), pendidikan reguler adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis. Sekolah reguler dimulai pukul 07.30 dan berakhir pukul 10.00. Sekolah reguler atau half day school menawarkan kelebihan yaitu tidak adanya metode pembelajaran yang beragam yang membuat anak merasa ringan dalam memperoleh pelajaran, sehingga tidak merasa bosan atau lelah ketika pulang sekolah. Selain itu sekolah reguler juga mempunyai kelemahan yaitu waktu efektif yang hanya selama 3 jam tidak ada aktivitas diluar jam belajar dan bermain, dan menyebabkan kurangnya waktu bermain dengan teman sebaya disekolah dan komunikasi terbuka dengan guru (Herdiana, 2007). 5. Taman Kanak - kanak Full Day

a) Pengertian Full Day School

Full day school adalah kata dalam bahasa inggris yang

terdiri dari tiga suku kata yaitu kata Full, Day, dan School. Kata Full artinya penuh, Day artinya hari, dan School artinya sekolah. Menurut Kasubdit DEPDIKNAS, Sediono. Konsep Full Day School mangadopsi konsep Joy Full Learning-nya

(4)

Sekolah full day merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman anak. Jam tambahan tersebut dialokasikan pada jam setelah sholat dhuhur sampai ashar, sehingga praktis sekolah model ini masuk pukul 07.30 pulang pukul 14.30. sekolah model ini sangat diminati kalangan masyarakat modern yang mempunyai kesibukan di luar rumah sangat tinggi.

Taman Kanak-kanak full day sebagai sistem pendidikan terpadu yang menawarkan keuntungan bagi anak didiknya. Anak mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dari pada reguler (Herdiana, 2007). Adanya aktivitas penuh membuat waktu tidak terbatas bagi anak didik. Artinya ada aktivitas lain diluar kelas yang merupakan sisi kehidupan anak sehari-hari untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

b) Tujuan Full Day School

Pada sistem pendidikan full day school sebagian besar waktu peserta didik banyak dihabiskan di lingkungan sekolah dengan tujuan untuk mengkondisikan peserta didik dengan pembiasaan positif secara terkontrol. Ada beberapa hal yang melatar belakangi munculnya full day school, antara lain : 1) Jumlah orang tua tunggal meningkat dan banyaknya

(5)

2) Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri.

3) Perubagahan sosial budaya mempengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat.

c) Keuntungan dan Kerugian Taman Kanak- kanak Full Day 1. Keuntungan

a. Adanya metode belajar yang bervariasi

b. Adanya waktu berinteraksi dengan teman sebaya di sekolah.

2. Kerugian

a. Stimulasi pendidikan sekolah yang beragam dan mendominasi waktu berinteraksi dengan teman sebaya dirumah.

b. Kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarga.

c. Waktu berkomunikasi, bercanda, serta mempelajari semua hal dari orang tua semakin kecil.

B. Perkembangan Sosial

1. Pengertian Perkembangan Sosial

(6)

dengan lingkungan sosialnya, baik keluarga, teman bermainnya dan orang dewasa. Apabila lingkungan sosial tersebut menfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun apabila lingkungan sosial kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, pengajaran terhadap anak dalam menerapkan tatakrama, norma-norma, anak cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti: a) bersifat minder; b) senang menyendiri;

c) bersifat egois; d) senang mendominasi orang lain; e) kurang memiliki perasaan tenggang rasa, dan f) kurang mempedulikan norma dalam berperilaku (Yusuf, 2011).

Perkembangan sosial adalah kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu (Hurlock, 2005).

(7)

Perkembangan sosial menurut Muhibin (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2005) merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat) yaitu pribadi dalam keluarga, budaya, dan bangsa.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung terus menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. Perkembangan bagi anak sangat diperlukan karena anak merupakan manusia yang tumbuh dan kembang yang akan hidup ditengah masyarakat. Pada masa kanak-kanak merupakan masa awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktififtas sosial.

(8)

beradaptasi dengan lingkungan. Hambatan perkembangan sosial membuat anak mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu (Harlimsyah, 2007). Sebaliknya orang tua yang protektif, akan menjadikan anak sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengajarkan sesuatu sendiri karena tidak diberi kesempatan.

2. Proses Sosialisasi

Hurlock (2005) mengemukakan proses-proses dalam perkembangan sosialisasi, antara lain :

1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.

2) Memainkan peran sosial yang diterima

(9)

3) Perkembangan sikap sosial

Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak menurut Hurlock (2005), yaitu :

a. Faktor Keluarga

1) Hubungan antar orang tua, antar saudara, anak dengan orang tua.

Hubungan anak dengan orang tua ataupun saudara mempunyai pengaruh yang sangat kuat, akan terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang ditunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua yang membimbing anak mengenal lingkungan sekitar tempat tinggal.

(10)

kelaminnya lain dari saudaranya cenderung lebih banyak menyendiri ketika berada bersama anak-anak lain. Misal anak tunggal yang sering mendapatkan perhatian yang lebih dari semestinya, akibatnya mereka mengharapkan perlakuan yang sama dari orang luar dan cepat marah jika tidak mendapatkannya. Jika hal ini terjadi berpengaruh pada kemandirian dan sosialisasi anak.

3) Jumlah keluarga

Jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit. Dalam suatu keluarga mempunyai anggota keluarga yang sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih sayang lebih tercurahkan dimana bentuk aktifitas dapat ditemani atau dibantu. Hal ini berbeda dengan anak dengan keluarga yang besar.

4) Perlakuan orang tua atau saudara terhadap anak

(11)

5) Harapan orang tua

Setiap orang tua memiliki harapan pada anak yang lebih baik dan terarah dalam masa depannya. Harapan orang tau adalah mempunyai anak memiliki perkembangan sesuai dengan pertumbuhannya.

b. Faktor di Luar Keluarga 1) Hubungan teman sebaya

Jika hubungan mereka dengan teman sabaya diluar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial dan ingin mengulanginya. Sebaliknya hubungan diluar rumah tidak menyenangkan atau menakutkan anak-anak akan menghindar dan kembali ke lingkungan keluarga.

4. Ciri-ciri Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Menurut Piaget (1998) mengatakan bahwa ciri-ciri perkembangan sosial anak prasekolah adalah:

a. Usia 4 tahun

Perkembangan sosial anak usia 4 tahun yang seharusnya yaitu : 1) Sangat antusias

2) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih

3) Suka memakai baju orang tua

(12)

5) Tidak menyukai bila dipegang tangannya 6) Menarik perhatian karena dipuji

b. Usia 5 tahun

Perkembangan sosial anak usia 5 tahun yang seharusnya yaitu : 1) Senang dirumah dekat dengan ibu

2) Suka membantu, ingin disuruh dan patuh 3) Senang pergi ke sekolah

4) Gembira bila berangkat dan pulang sekolah 5) Bermain dengan 2 atau 5 orang

6) Kadang-kadang malu dan sukar bicara

7) Bekerja terpacu oleh kompetensi dengan anak lain c. Usia 6 tahun

Perkembangan sosial anak usia 6 tahun yang seharusnya yaitu : 1) Menjadi pusatnya sendiri

2) Mulai lepas dari ibu

3) Antusiasme yang impulsif dan kegembiraan yang meluap-luap menular keteman

4) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan mau yang nomer satu

(13)

C. Karakteristik Fase Perkembangan Anak Prasekolah

Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki keadaan tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Proporsi tubuh dapat berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia lima tahun.

2. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode profesional, yaitu tahap di mana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi di sini adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik.

Keterbatasan yang menandai atas yang menjadi karaketristik periode profesional ini adalah sebagai berikut : a. Egosentrisme, yaitu maksudnya bukan “Selfishness” (egois)

(14)

1). Diferensiasi diri, lingkungan orang lain yang tidak sempurna.

2). Kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan.

b. Kaku dalam berpikir (Rigidit of thought)

Salah satu karakteristik berpikir profesional adalah kaku (Frozen).

c. Semilogical reasoning

Anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang misterius, yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Perkembangan Emosional

Beberapa jenis emosi yang berkembangan pada masa anak, di antaranya: takut, cemas, cemburu, kegembiraan, kasih sayang, hobi dan ingin tahu (Curiosity).

4. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah dapat di klarifikasikan dalam dua tahap, yaitu :

a. Masa ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan :

1) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.

(15)

4) Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan kalimatnya.

b. Masa keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan :

1) Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.

2) Tingkat berfikir anak sudah mulai maju. 5. Perkembangan Sosial

Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah :

a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik dilingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.

b) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan. c) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.

d) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebayanya.

6. Perkembangan Bermain

Secara psikologi, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak, yaitu :

a) Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga.

b) Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab dan kooperatif (mau bekerja sama).

(16)

7. Perkembangan Kepribadian

Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntunan dan tanggung jawab.

8. Perkembangan Moral

Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik, boleh, diterima, disetujui atau buruk, tidak boleh ditolak, tidak disetujui.

9. Perkembangan kesadaran beragama

Kesadaran beragama pada usia ini, ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Sikap keagamaannya bersifat menerima.

b) Pandangan ketuhanannya bersifat dipersonifikasi. c) Penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam.

d) Hal ketuhanan dipahamkan secara Ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya ).

D. Pengukuran Perkembangan Sosial

(17)

yang digunakan untuk mengukur dan mengungkapkan derajat tingkat kematangan anak. Tes ini diberikan kepada anak usia 0-12 tahun dengan tujuan untuk mencari kemasakan atau kematangan sosial anak. Dimana alat tes ini mengkategorikan kemampuan motorik dan perkembangan sosial anak dari lahir sampai dewasa. Pada tes ini diperlukan jawaban atau informasi yang dapat dipercaya dari orang tua anak, mengenai perkembanagan anaknya mulai dari tahun-tahun pertama sampai pada tes dilakukan. Kualitas hasil pemeriksaan tergantung pada kemampuan penguji dan ayah atau ibu yang memberi jawaban. Kegunaan skala ini adalah tes yang digunakan untuk mengukur dan mengungkapkan derajat atau tingkat kematangan sosial anak (Soetjiningsih, 2002). Dalam tes ini terdapat poin-poin yang dapat mengungkapkan kematangan sosial yang dimiliki anak. Skala maturitas sosial dari Vineland ini dibagi menjadi 8 kategori perkembangan (Doll dalam Trisnawati, 2013) yaitu :

1. Self-help general (SHG)

(18)

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun sesuai perkembangannya anak mampu pergi tidur sendiri, mencuci muka dan tangan tanpa dibantu serta mengeringkannya sendiri

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun sesuai perkembangannya anak mampu pergi tidur sendiri tanpa bantuan dan anak menggosok gigi tanpa bantuan (Sholihah dalam Trisnawati, 2011).

2. Self-help eating (SHE)

Self-help eating merupakan kamampuan menolong diri sendiri

anak dalam hal makan yakni anak mampu untuk makan sendiri. Kemampuan anak usia prasekolah dalam self-help eating adalah sebagai berikut :

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu mengambil makanan sendiri tanpa bantua, anak dapat memakai sendok atau garpu saat makan, dan anak mampu memotong makanan sendiri.

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu mengambil makanan sendiri dengan baik dan mampu melayani dirinya sendiri saat makan.

3. Self-help dressing (SHD)

(19)

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu memakai pakaian sendiri.

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun, sesuai perkembangannya anak membuka pakaian sendiritanpa bantuan termasuk baju yang harus ditarik ke atas (Wong, 2008).

4. Self-help direction (SD)

Kemampuan anak dalam mengarahkan, memimpin dirinya sendiri, dan bertanggung jawab penuh konsekuensi dari setiap perilakunya.

Kemampuan self help direction anak usia prasekolah adalah sebagai berikut:

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun, sesuai perkembangannya anak dapat disuruh membeli sesuatu dan anak mengetahui jadwal makan dan belajar yang teratur.

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu belanja kecil-kecilan (Sholihah dalam Trisnawati, 2011).

5. Occupation (O)

(20)

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun, perkembangannya yang sesuai anak mampu menyisir rambut secara sederhana dan menggunakan pensil atau kapur untuk menggambar.

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun, perkembangan yang sesuai anak mampu menggunakan pisau untuk memotong dan anak dapat menggunakan pensil untuk menulis satu huruf atau lebih (Sholihah dalam Trisnawati, 2011).

6. Communication (C)

Merupakan kemampuan anak dalam berkomunikasi seperti berbicara, tertawa dan membaca untuk mengekspresikan sesuatu hal yang sedang dirasakan dan juga untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

Kemampuan komunikasi yang dapat dilakukan oleh anak usia prasekolah yaitu:

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu menyampaikan pesan sederhana kepada orang lain dan anak dapat mengutarakan keinginannya.

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu mengutarakan keinginannya dan mengungkapkan perasaannya (Sholihah dalam Trisnawati, 2011).

7. Locomotion (L)

(21)

satu aktivitas motorik yang dilakukan anak, dengan adanya aktivitas motorik yang baik maka semakin baik pula kemampuan bergerak dan kemampuan berpindah yang anak dapat lakukan. Kemampuan anak usia prasekolah dalam locomotion yaitu:

a. Anak usia prasekolah 4-5 tahun, perkembangannya yang sesuai anak mampu menaiki dan menuruni tangga tanpa bantuan serta anak pergi ke tetangga dekat tanpa diantar orang tua.

b. Anak usia prasekolah 5-6 tahun, sesuai perkembangannya anak mampu mengikuti permainan yang beresiko seperti melompat, mendorong, dan jungkir balik (Sholihah dalam Trisnawati, 2011).

8. Socialization (S)

Merupakan kemampuan anak dalam berteman, terlibat dalam permainan dan berkompetisi dengan tujuan memperoleh kepuasan diri dalam hubungan sosial tersebut. Kemampuan socialization anak usia prasekolah yaitu;

(22)

Perkembangan sosial anak

E. Kerangka Teori

Faktor keluarga :

a. Hubungan orang tua dengan saudara b. Posisi anak dalam keluarga

c. Jumlah keluarga

d. Perlakuan orang tua / saudara e. Harapan orang tua

Gambar 2.1.Kerangka Teori

Sumber : Djiwandono (2003), Hurlock (2005)

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat dibentuk kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Anak TK full day

Proses sosialisasi Faktor diluar keluarga : - Hubungan dengan teman

sebaya Sistem pendidikan

TK :

a. Half day

b. Full day Perkembangan sosial

(23)

G. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan peneliti, yang harus diuji kebenarannya secara empiris (Nursalam, 2003).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Gambar

Gambar 2.1.Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil proses pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak pada materi Pembangunan Perangkat Lunak dengan menerapkan model pembelajaran PjBL selama dua siklus, diperoleh beberapa

Daftar Rincian Pemakaian Bahan Baku dan Penolong selama 1 bulan bagi Perusahaan yang nilai investasi seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tenpat usaha Rp.5 juta s/d

Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya dimana terdapat perbedaan yang signifikan

Dengan menunjuk kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 1981, telah diinstruksikan kepada Saudara-saudara untuk segera dibentuk Panitia Pertimbangan

Jika dan adalah vektor-vektor basis di yaitu vektor satuan yang masing- masing sejajar dan searah dengan sumbu x dan sumbu y dan berpangkal di titik O dalam ,

Setelah udang memijah dan telur yang telah ditetaskan pada hari pertama penetasan maka pengamatan larva di mulai dengan menghitung jumlah larva yang dihasilkan pada saat

diharapkan kehadiran Bapak/Ibu tepat pada waktunya.. TTD Ketua LPPM

Protein lain yang terletak pada diskus interkalaris, seperti zona occludens-1, desmosom memungkinkan hemichannel yang tersusun dari protein connexin43 dapat ditranspor ke