• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH BERBASIS ISLAM ( Studi Kasus Di Desa Singosari Mojosongo Boyolali ) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH BERBASIS ISLAM ( Studi Kasus Di Desa Singosari Mojosongo Boyolali ) - Test Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK

DI SEKOLAH BERBASIS ISLAM

(Studi Kasus Di Desa Singosari Mojosongo Boyolali)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

HAMIDAH NUR VITASARI

NIM : 11113262

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

ِ عَفْرَي

ِ

ِهّاللَ

ِ

ِّلا

َِني ذ

ِ

اوهنَمآ

ِ

ِْمهكْن م

ِ

َِني ذّلا َو

ِ

اوهتوهأ

ِ

َِمْل عْلا

ِ

ِ تاَجَرَد

...

“Allah akan meninggikan orang

-orang yang beriman di antaramu dan

orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

(Al-Mujadalah : 11)

Science without religion is blind, and religion without

science is lame”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahku tercinta Bapak Sri Bibit dan Ibuku tersayang Ibu jumiati yang selalu mendoakan dan memberikan banyak kasih sayang dan banyak berkorban untukku hingga aku seperti sekarang.

2. Kakak-kakakku tersayang Mas Habib Setiawan, Mas Deni Anwar Hamid, adikku tercinta Arif Rahman Hidayat, kakak-kakak ipar terbaik Mbak Anita Misriyah, Mbak Natasya Stiefani serta semua keluarga yang telah mendukungku.

3. Dosen pembimbing Drs. Wahyudhiana, M.M.Pd yang telah bersabar dan meluangkan waktunya untuk membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabatku tersayang ( dyah, wahyu, naya, citra, ana, alik, hana, enha, atul, yuni, intan, vita, laili) yang selalu memberikan pertanyaan kapan wisuda.

5. Mas Dwi Heriyanto yang selalu memberikan semangat dan dukungan penuh untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku.

7. Semua teman-temanku PAI angkatan 2013 yang bersama-sama berjuang dalam tholabul ilmi yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah

“MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH

BERBASIS ISLAM DI DESA SINGOSARI, KEC. MOJOSONGO, KAB. BOYOLALI TAHUN 2017.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Rukhayati selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Bapak Drs. Wahyudhiana, M.M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan pendidikan Agama Islam yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai

6. Keluarga, saudara, sahabat semua yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaikan skripsi ini

(8)

viii

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia pendidikan.

Salatiga, Agustus 2017 Penulis,

(9)

ix

ABSTRAK

Vitasari, Hamidah Nur. 2017. Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak Di Sekolah Berbasis Islam. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Wahyudhiana, M.M.Pd.

Kata Kunci : Motivasi, orang tua, sekolah berbasis Islam.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anak yang dapat menyebabkan orang tua khawatir terhadap masa depan putra-putrinya akibat perkembangan zaman. Hal ini terlihat dengan banyaknya krisis moral dan akhlak pada diri anak dan Maraknya pergaulan bebas yang terjadi di lingkungan sekitar. Sehingga orang tua mencari alternatif dengan memilih sekolah yang berbasis Islam sebagai lembaga pendidikan anak untuk mendapatkan pendidikan agama sekaligus pendidikan umum

Berdasarkan hal itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pandangan orang tua tentang sekolah berbasis Islam. 2) Untuk mengetahui motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO. ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR……… ... vii

ABSTRAK……… ... ix

DAFTAR ISI……… ... x

DAFTAR TABEL……… ... xiii

DAFTAR GAMBAR……… ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi ... 12

1. Pengertian Motivasi. ... 12

(11)

xi

2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak. ... 23

3. peran orang tua dalam mendidik anak. ... 27

1.Pendekatan Dan Jenis Penelitian. ... 42

2. Kehadiran Peneliti. ... 42

3. Lokasi Penelitian. ... 43

4. Sumber Data. ... 43

5. Prosedur Pengumpulan Data. ... 44

6. Analisis Data. ... 46

7. Pengecekan Keabsahan Data... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Desa Singosari ... 50

1. Letak Geografis. ... 50

2. Komposisi Penduduk. ... 50

3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan. ... 52

4. Mata Pencaharian. ... 52

5. Kondisi Keagamaan. ... 53

6. Sarana Dan Prasarana. ... 54

(12)

xii

B. Temuan Penelitian ... 55 1. pandangan orang tua di desa singosari tentang sekolah

berbasis islam. ... 55 2. motivasi orang tua menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam. ... 59 3. perkembangan sikap religiusitas pada anak yang sekolah di

sekolah berbasis islam. ... 65 C. Analisis Data. ... 69

1. Pandangan Orang Tua Menyekolahkan Anak di Sekolah

berbasis Islam. ... 69 2. Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di Sekolah Berbasis Islam. ... 70 3. Perkembangan Sikap Religiusitas Pada Anak Yang Sekolah di Sekolah Berbasis Islam. ... 77 BAB V PENUTUP

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 klasifikasi Penduduk Menurut Usia ... 49

Tabel 4.2 klasifikasi penduduk Menurut Pendidikan ... 50

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 51

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Singosari Berdasarkan Agama ... 51

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2.Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 3.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 4.Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 5.Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 6. Lembar Pernyataan Publikasi Lampiran 7.Laporan SKK

Lampiran 8. Lembar Power Point Lampiran 9.Pedoman Wawancara

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang bersifat mutlak dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, baik dari kehidupan pribadi, keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui pendidikan akan terbentuk pribadi-pribadi yang berkualitas seperti yang diharapkan oleh tujuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan sarana utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Upaya dalam meningkatan kualitas sumber daya manusia harus melalui pendidikan yang baik dan terarah. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3 yang

menyatakan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”

(17)

2

pendidikan, apa yang dicita-citakan masyarakat dapat diwujudkan melalui anak didik sebagai generasi masa depan.

Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk iman dan takwa kepada Allah Swt., meningkatkan kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, politik, agama, sosial, budaya secara tepat dan benar, sehingga dapat membawa kemajuan individu, masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ( Idi, 2003 : 71).

Menuntut ilmu dalam Islam merupakan sebuah perintah yang diwajibkan pada setiap orang. Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah Saw sendiri dalam beberapa hadisnya secara eksplisit menyebutkan bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban.

Umat islam, untuk mempertahankan kemuliaannya, diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak terbatas selama hayat dikandung badanprinsip belajar selama hidup ini merupakan ajaran Islam yang penting (Daradjat, 2011: 6). Sabda Rasulullah Saw :

)ربلا دبع نبا هاور( دحلا ىلا دهملا نم ملعلااوبلطُا

Artinya: Tuntutlah ilmu itu sejak dari ayunan sampai liang lahat (mulai dari kecil sampai mati). (H.R. Ibn. Abd. Bar).

(18)

3

diingat bahwa memberi pendidikan untuk anak adalah bagaikan menorehkan tinta di atas lembaran kosong.

Kalau kita menorehkannya dengan tinta berkualitas jelek, dengan asal-asalan, maka hasil yang kita dapatkan juga tidak baik. Lain halnya jika kita menorehkannya dengan tinta emas dan dengan penuh kecermatan serta kehati-hatian, Insyaallah kita akan mendapat hasil yang baik pula.

Dalam dunia pendidikan Islam yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua, hal ini terdapat pada

Al-Qur’an surah At-Tahrim: 6

ااهُّ ياأ ايَ

ُساَّنلا ااهُدوُقاو اًرانَ ْمُكيِلْهاأاو ْمُكاسُفْ ناأ اوُق اوُنامآ انيِذَّلا

اام انوُلاعْفا ياو ْمُهاراماأ اام اَّللَّا انوُصْعا ي لا ٌداادِش ٌظلاِغ ٌةاكِئلاام ااهْ يالاع ُةارااجِْلْااو

انوُرامْؤُ ي

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dalam ayat di atas menerangkan bahwa orang tua berkewajiban mendidik anak dengan menjaga dari api neraka dan memberikan pendidikan yang baik sehingga diharapkan menjadi generasi-generasi yang baik sesuai dengan tuntutan agama Islam.

(19)

4

sehingga kelak mereka menjadi para pemimpin dan pelopor masa depan bangsa dan agama. Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya, disaat hatinya masih bersih, putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari hal itu maka ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan akhirat ( Tholkhah, 2008: 91).

Proses informasi yang cepat karena kemajuan Teknologi Informasi (TI) semakin meluas hal ini menimbulkan berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalah global salah satunya menjadikan anak mudah dalam melakukan komunikasi dan bergaul dengan teman-temannya. Hal ini menjadikan orang tua khawatir akan dampak negatif yang terjadi dikalangan anak-anak dan remaja.

Globalisasi juga berdampak pada krisis moral atau akhlak, ini terjadi di semua lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, remaja hingga pejabat negara. Dikalangan remaja misalnya, dapat dilihat dari meningkatnya angka kriminalitas dan hubungan sex bebas.

Menurut dr. Biran Affandi di Jakarta dalam Wahyudhiana (2001: 3), bahwa 80% hubungan sex di luar nikah dilakukan remaja di rumah, 11% di hotel, 4,9 % di taman, 2,8 % di sekolah, selebihnya di mobil atau tempat yang kurang jelas.

(20)

5

kurun waktu antara bulan Juli sampai September 2012, pelajar tewas terbunuh dalam tawuran berjumlah 13 orang (Wahyudhiana, 2016: 1).

Dampak globalisasi tersebut tidak dapat dicegah, namun sebagai bangsa Indonesia yang bijaksana hal tersebut dapat kita atasi dengan melakukan suatu upaya cerdas untuk menanggulangi dampak negatif tersebut yaitu dengan melalui ranah pendidikan.

Ketika zaman terus berkembang, maka orang tua pun semakin dituntut untuk menjadi orang tua masa kini yang harus memiliki strategi khusus bagi masa depan anaknya. Orang tua ingin melihat anak-anaknya berkompeten dan memiliki kepribadian yang baik, bisa memberikan manfaat untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Maka dari itu penting bagi orang tua untuk merencanakan pendidikan bagi anak-anaknya, karena sekolah yang dipilih sebagai proses belajar menjadi salah satu faktor pembentukan kepribadian pada anak. Di sisi lain sekolah yang dipilih sebagian besar menjanjikan akan prospek masa depan anak yakni dalam menggapai cita-citanya.

(21)

6

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Selain memberikan pendidikan di dalam keluarga orang tua sangat berperan penting dalam memilih sekolahan yang mampu mendidik anaknya dengan baik yang dapat memberikan

Sekolah di samping itu hendaklah memberikan pula pendidikan keagamaan, akhlak, sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diberikan jangan bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan keluarga. Karena si anak akan dihadapkan dengan pertentangan nilai-nilai, sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan (Azra, 1998: 17).

Saat ini kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan semakin meningkat, hal ini terlihat pada keinginan masyarakat dalam memilih serta menentukan sekolah yang baik untuk anaknya, mereka berusaha menyekolahkan anak setinggi-tingginya dan memilih pendidikan yang tepat untuk anaknya. Sehingga kecenderungan orang tua dalam memilih lembaga pendidikaan bagi anaknya bukannya tidak memiliki alasan yang kuat, akan tetapi didasari oleh keinginan agar anaknya nanti mempunyai bekal yang cukup dalam menjalani hidup. Sekarang ini begitu banyak orang tua yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke Sekolah Berbasis Islam yang ada di sekitar tempat tinggal maupun di luar daerah tempat tinggal.

(22)

7

Berbasis Islam sebagai lembaga pendidikan yang tepat bagi anaknya. Hal ini terjadi karena Sekolah Berbasis Islam sebagai salah satu pendidikan yang menanamkan pendidikan umum dan juga memberikan pendidikan dibidang agama, oleh sebab itu sudah sewajarnya Sekolah Berbasis Islam menjadi pilihan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Selain itu, nilai-nilai religi juga merupakan salah satu faktor penting dan menjadi daya pikat yang tinggi bagi para orang tua murid sebagai stake holder, hal ini disebabkan para orang tua berkeinginan agar putra-putrinya kelak menjadi anak yang soleh dan solihah, punya

intregritas diniyah yang tinggi, ahli ibadah dan berakhlaqul karimah.

Terutama pada era kesremawutan global, maraknya pergaulan bebas, issu peredaran narkoba, maraknya alat komunikasi berbasis IT yang berkonotasi sangat mudah untuk akses tayangan kekerasan maupun pornografi (Wahyudhiana, 2016 : 7).

Masyarakat desa singosari mayoritas bekerja sebagai buruh petani. Latar belakang pendidikan dari mereka sebagian besar hanya lulusan SMA hanya beberapa saja lulusan dari perguruan tinggi, itu semua dikarenakan rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Desa singosari bukan termasuk desa yang memiliki basic keagamaan yang kuat, akan tetapi sebagian besar dari mereka sangat antusias dalam menyekolahkan anaknya di sekolah yang memiliki basis keislaman.

(23)

8

judul “Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di Sekolah Berbasis

Islam (Studi Kasus Di Desa Singosari Mojosongo Boyolali )”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pembahasan, di antaranya:

1. Bagaimana Pandangan Orang Tua Tentang Sekolah Berbasis Islam? 2. Apa motivasi orang tua menyekolahkan anak di Sekolah Berbasis

Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pandangan Orang Tua Tentang Sekolah Berbasis Islam.

2. Untuk mengetahui motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya di Sekolah berbasis Islam.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan terutama dalam bidang pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

(24)

9

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sekolah yang berkualitas sebagai sarana mengembangkan segala potensi yang dimiliki putra-putrinya. E. Kajian Penelitian Terdahulu

Setelah menelaah hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang terkait dengan tema tersebut antara lain:

1. Riska Nur Laila Dewi, (2015) dari Universitas Negeri Yogyakarta

berjudul “Motivasi Orang Tua Memilih Sekolah Berbasis Agama Di MI Tahassus Prapagkidul Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

(25)

10

2. Aulia Azizah, (2012) dari IAIN Antasari berjudul “ Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak pada Madrasah Ibtidaiyah Anjir Muara kota Tengah Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Batola. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Anjir Muara kota Tengah kecamatan Anjir kabupaten Batola adalah: agar anak mendapatkan pendidikan agama dan umum yang bisa membekali hidupnya di dunia dan akhirat. Selain itu anak mempunyai akhlak dan pribadi yang mulia, dapat mengembangkan bakat, minat dan prestasi belajar yang dimiliki, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

3. Penelitian yang dilakukan Mudrika (2015) yang berjudul “Motivasi

Orang Tua Menyekolahkan Anak pada Lembaga Pendidikan Islam di Desa Dologan Kec. Karanggede Kab. Boyolali 2014/2015”. Penelitian

ini menjelaskan tentang apa yang menjadi motivasi bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan Islam di desa Dologan, mengingat bahwa di desa tersebut juga ada sekolah yang berbasis negeri. Motivasi intrinsik orang tua menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Islam di desa dologan yaitu supaya anak mendapatkan pendidikan agama dan menjadi anak yang sholeh sholehah, sedangkan motivasi ektrinsiknya yaitu biaya sekolah di lembaga tersebut lebih ringan, jaraknya yang tidak terlalu jauh.

Melihat karya tulis di atas dapat dicermati, bahwa judul penelitian

(26)

11

Anak Di Sekolah Berbasis Islam di Desa Singosaren Kecamatan

Mojosongo Kabupaten Boyolali” tidak sama dengan judul yang telah

dilakukan peneliti-peneliti yang penulis sajikan. Di mana tempat penelitian serta subtansi penelitiannya berbeda.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, berisi tentang pengertian motivasi, pengertian orang tua, pengertian menyekolahkan anak dan pengertian sekolah berbasis Islam.

BAB III Metodologi Penelitian, berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data.

BAB IV Hasil Penelitian, gambaran umum desa singosari yang menjadi tempat penelitian, hasil wawancara mengenai motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam.

(27)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kata motive memiliki arti “the conscious reason which the individual gives for his behaviour” artinya motif atau motivasi adalah

alasan secara sadar yang diberikan individu bagi pelakunya. Nico S. Dister mengartikan motivasi adalah penyebab psikologis yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan seseorang. Jadi motivasi adalah suatu kekuatan yang menjadi sumber serta alasan seara sadar bagi perilaku seseorang (Islamiyah, 2013: 15).

Menurut Sardiman (2009: 73) Motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Sedangkan menurut Donald menyebutkan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap tujuan. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang telah menjadi aktif.

(28)

13

Menurut A.W. Bernard memberikan pengertian motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu (Prawira, 2013: 319).

Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Biggs dan Telfer dalam Dimyati (2003: 80), Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan dan menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.

Dari pendapat para ahli di atas dapat simpulkan bahwa motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang diberikan kepada seseorang untuk menggiatkan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki serta memberikan arah yang jelas terhadap tujuan yang hendak dicapai karena kebutuhan yang terpenuhi.

Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa Motivasi merupakan kebutuhan atau keadaan yang ada dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dirinya.

(29)

14

Di dalam teori Maslow seperti yang dikutip oleh Hasibuan (2006:152) yang menyatakan bahwa Maslow’s Need Hierarcy Theory atau Teori Hierarki Kebutuhan adalah mengikuti teori jamak yakni seseorang berperilaku dan bekerja karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan.

Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan yang kelima.

Dasar Teori Hierarki Kebutuhan, yakni sebagai berikut : 1) Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan selalu

menginginkan lebih banyak lagi dan akan berhenti jika akhir hayatnya tiba.

2) Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator.

3) Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang/hierarki. 4) Adapun jenjang/hierarki kebutuhan manusia yang dimaksud

(30)

15

a) Kebutuhan fisik dan biologis (Physiological Needs), Bagian ini terdiri dari kebutuhan akan sandang, pangan, papan, kesehatan dan lain-lain.

b) Kebutuhan keselamatan dan keamanan (Safety and Security Needs), Bagian ini terdiri dari kebutuhan perlindungan dari bahaya, ancaman dan sebagainya.

c) Kebutuhan Sosial (Affiliation or Aceptance Needs or Belongingness), Bagian ini terdiri dari kebutuhan akan cinta kasih, kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan kelompok dan rasa kekeluargaan.

d) Kebutuhan akan penghargaan atau prestise (Esteem or Status Needs), Bagian ini terdiri dari kebutuhan kehormatan diri dan berpartisipasi.

e) Aktualisasi Diri (Self Actualization), Bagian ini terdiri dari penyelesaian pekerjaan secara kreativitas dan mengembangkan diri (Handoko, 2008: 258).

b. Teori Harapan

Teori ini dikemukakan oleh Vroom yang di kutip oleh Hasibuan (2006: 165) mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting yaitu sebagai berikut :

1) Harapan (expectancy). 2) Nilai (values).

(31)

16

Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah pada hasil yang diinginkan. Yang artinya apabila seseorang menginginkan sesuatu dan jalan telah terbuka untuknya maka yang bersangkutan akan berusaha untuk mendapatkannya.

Akan tetapi, jika seseorang menginginkan sesuatu cukup besar, maka yang bersangkutan akan terdorong untuk memperolehnya. Namun sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya pun akan menjadi rendah.

3. Ciri- ciri Motivasi

Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan. Tidak mudah putus asa apabila menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

(32)

17

agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

Apabila seseorang memiliki ciri- ciri seperti di atas, berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat (Sardiman, 1994 : 83).

4. Elemen-elemen Motivasi

Dalam rumusan tersebut ada tiga yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut :

(33)

18

b. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan.

Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. Contoh: seorang terlibat dalam situasi diskusi, dia tertarik dengan masalah yang dibicarakan, karenanya dia berusaha mengemukakan pendapatnya dengan kata-kata yang lancar dan tepat.

c. Motivasi ditandai oleh timbulnya reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan

Pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Tiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuannya (Oemar, 1995: 106).

5. Macam-macam Motivasi

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.

2) Motif-motif yang dipelajari. Adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari.

(34)

19

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

2) Motif-motif darurat, antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.

3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, menaruh minat. Motif-motif ini munul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar seara efektif.

c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah.

Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah, yaitu kemauan. d. Motivasi Intrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. e. Motivasi Ekstrinsik.

(35)

20

6. Proses Motivasi

Proses terjadinya motivasi menurut Zainun (2007: 19) adalah disebabkan adanya kebutuhan yang mendasar. Dan untuk memenuhi kebutuhan timbulah dorongan untuk berperilaku. Bilamana seseorang sedang mengalami motivasi atau sedang memperoleh dorongan, maka orang itu sedang mengalami hal yang tidak seimbang.

Setiap manusia dengan berbagai kebutuhan tidak akan pernah puas dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu proses motivasi akan terus berlangsung selama manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada dasarnya proses terjadinya motivasi menunjukkan adanya dinamika yang terjadi disebabkan adanya kebutuhan yang mendasar dan untuk memenuhinya terjadi dorongan untuk berperilaku.

7. Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi adalah sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi motivasi dalam hal ini merupakan penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.

(36)

21

B. Orang Tua

1. Pengertian Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentang pengertian orang tua adalah ayah, ibu kandung (Depdikbud, 1993: 995). Orang tua adalah ayah dan ibu dari seorang anak. Tugas orang tua yaitu melengkapi dan mempersiapkan anak menuju kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang tepat agar dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Orang tua adalah orang yang menjadi anutan anaknya. setiap anak, mula-mula mengagumi kedua orang tuanya. Semua tingkah orang tuanya ditiru oleh anak. Karena itu, peneladanan sangat perlu. Orang tua adalah pendidik pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anaknya. sekolah, pesantren dan guru agama yang diundang ke rumah adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu orang tua (Tafsir, 2002: 7-8).

Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menulis bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga (Daradjat, 1992: 35).

(37)

22

pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya.

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang tua kandung atau wali yang mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan anak.

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak pada kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.

Situasi pendidikan itu terwujud bekal adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.

(38)

23

Dengan demikian jelaslah bahwa orang tua memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab memberi nafkah, mendidik, mengasuh, serta memelihara anaknya untuk mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan hidup anak di masa depan. Atau dengan kata lain bahwa orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anaknya, karena tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua.

2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak a. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Anak adalah amanah Allah Swt kepada ayah dan ibunya, oleh karena itu harus senantiasa dipelihara, dididik dan dibina dengan sungguh-sungguh supaya menjadi orang yang baik, jangan sampai anak tersebut tersesat dalam menempuh jalan hidupnya. Maka kewajiban orang terhadap anaknya bukan hanya mencarikan nafkah dan memberinya pakaian, atau kesenangan yang bersifat duniawi, tetapi lebih dari itu orang tua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaknya, memberikan contoh yang baik serta mendoakannya.

Rasulullah Saw bersabda:

ع دلولا قح

ةباتكلا هملعي ناو هبداو همسا نسحي نا هدلاو ل

(39)

24

Artinya: “Kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah memperindah

namanya, mendidik beradab, mengajarkan menulis, berenang,

memanah, tidak membiayai kecuali dengan yang baik”.

Dari pernyataan ayat diatas menunjukkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab terhadap anaknya yaitu pertama, memberikan nama yang baik untuk anaknya, memberi nama yang baik kepada anak merupakan tuntutan islam karena nama mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus pendidikan.

Kedua, mendidik beradab, sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya, anak memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum islam. Sabda Nabi Muhammad Saw:

قلاخلأا مراكم ممتلأ تثعب امنا

Artinya : Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (al-Hasyimi Bek, 1948: 128).

Ketiga, Allah memerintahkan supaya orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya menulis, membaca karena Allah menganjurkan umatnya untuk bisa membaca, selain itu orang tua dianjurkan untuk mengajarkan kepada anak-anaknya orang olah raga berenang dan memanah (Ahid, 2010: 136).

(40)

25

Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu atau membimbing anak didik di dalam perkembangannya dalam penetapan nilai-nilai. Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh orang tua di dalam lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Daradjat, 2011: 34).

Menurut Nur Ahid (2010: 99) dalam bukunya Darma Susanto, keluarga adalah merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama mendapatkan pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan Ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai siterdidiknya. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak, agar anak dapat berkembang secara baik.

Menurut Daradjat (2011: 35) Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu di sampingnya. Oleh karena itu biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik.

(41)

26

melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada arah pekerjaan anaknya.

Menurut Djamarah Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terwujud dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila diuraikan maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anaknya, memberi nama yang baik, memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan akidah, melatih dan mengajarkan shalat, bersikap adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbau porno,menempatkannya dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, serta mendidiknya bertetangga dan bermasyarakat yang baik (Djamarah, 2004: 28).

Menurut Azyumardi Azra (1998: 16) Keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam membentuk generasi muda muslim. Dalam Islam keluarga merupakan pendidikan pertama dan terutama bagi anak didik. Sikap keagamaan, akhlak, akal pikiran, tingkah laku sosial dan budaya anak banyak dibentuk oleh pendidikan dalam keluarga. Karena itu tepat sekali Nabi Muhammad Saw bersabda:

(42)

27

Artinya : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci sampai ia dapat berbicara. Maka orang tuanyalah yang meyahudikannya, menasranikannya, atau memajusikannya (Imam Jamaluddin, 1967: 235).

Dalam hal tugas keluarga ini, faktor lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh. Karena itu, keluarga harus menjaga anak agar tidak bergaul dan masuk ke lingkungan yang tidak baik. Al-Ghazali menegaskan, “melatih anak-anak agar mempunyai karakter yang baik merupakan tanggung jawab orang tua (Azra, 1998: 17). 3. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Menurut Mustaqim (2005:49) Orang tua mempunyai peran penting dalam mendidik putra-putrinya di dalam keluarga, yaitu: a. Menyayangi anak bukan memanjakannya

Agama Islam sangat menekankan sikap kasih sayang terhadap anak, maka sangatlah penting mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Namun,tampaknya sebagian orang tidak dapat membedakan antara menyayangi anak dan memanjakannya. Kadang-kadang orang tua terlalu berlebihan dalam menyayangi anaknya, hingga terperosok pada sikap yang memanjakannya.

(43)

28

Sebagai orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik, membimbing, dan membombong anaknya. Berhasil tidaknya proses pendidikan bergantung pada sikap bijak orang tua dalam mendidiknya.

Nabi Saw. bersabda, “Hak anak yang wajib dipenuhi oleh

orang tuanya, antara lain: pertama, mendidik mereka dengan mengajarkan agama; kedua, tidak memberikan makan, kecuali dari yang halal; ketiga, mengajarkan keterampilan (seperti memanah atau berenang); keempat, menikahkannya setelah ia dewasa.

c. Membangun komunikasi efektif dengan anak

Komunikasi orang tua dengan anak harus dibangun atas dasar kebutuhan kasih sayang antara kedua belah pihak. Kebutuhan ini dapat diaplikasikan setiap saat sepanjang komunikasi efektif bagi keduanya. Misalnya, saat makan bersama, saat liburan bersama, saat berkumpul dirumah dan lain sebagainya.

d. Jangan menghukum fisik anak.

(44)

29

yang baik. Salah satunya adalah jangan terlalu sering menggunakan kekerasan atau hukuman fisik terhadap anak.

e. Menjaga kesehatan jasmani dan ruhani anak sejak dini

Agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat jasmani dan ruhani, orang tua harus memerhatikan kesehatan anak-anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan-penyimpangan moral sejak kecil.

f. Mengajarkan Kedisiplinan Pada Anak

Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengarahkan tingkah laku anak supaya bersikap disiplin. Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya hingga mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini akan berdampak negatif bagi pribadi mereka.

4. Peran dan Fungsi Keluarga

Menurut syantut dalam Riska (2015: 15) memaparkan beberapa hal yang harus dilakukan orang tua dalam mempersiapkan anak-anak sebelum masuk ke sekolah, yaitu sebagai berikut:

a. Persiapan usia

(45)

30

bermain si anak, hal ini dapat berdampak anak akan sulit menerima pelajaran yang diberikan.

b. Mempersiapkan anak masuk sekolah

Dalam hal ini orang tua harus memberikan perhatian yang lebih ketika anak mulai memasuki sekolah dasar. Orang tua dapat menemani anak saat masuk hari pertama untuk bertemu dan berkenalan dengan teman-teman barunya, serta mengenal lingkungan sekolah. Orang tua juga dapat menanyakan kembali materi atau kegiatan apa saja yang dilakukan anak bersama guru dan teman-temannya di sekolah.

c. Selektif dalam memilih sekolah

Sekolah Islam terpadu dapat menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua dalam menentukan tempat bagi anak-anaknya bersekolah, dengan catatan sekolah tersebut memiliki track record

yang baik. Bagaimanapun tempat anak bersekolah dapat menjadi penyempurna nilai-nilai dan pengetahuan yang telah didapatkan anak di rumah. Dalam memilih sekolah ada hal yang tidak kalah penting selain memperhatikan kualitas sekolah, yaitu kesanggupan dari orang tua itu sendiri.

d. Masuk sekolah

(46)

teman-31

teman barunya. Orang tua hendaknya selalu menjalin komunikasi rutin dengan guru. Hal ini dilakukan agar orang tua selalu mengetahui perkembangan anak dis sekolah. Selain hal-hal tersebut, orang tua juga harus melakukan fungsi kontrol terhadap perilaku anak di rumah, kaitannya dengan pengawasan tugas-tugas, pekerjaan rumah, atau hal-hal yang diberikan di sekolah.

Terkait dengan hal pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa peranan orang tua ketika anak akan memasuki usia sekolah sangatlah penting untuk diperhatikan. Namun, setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam menjalankan peranannya sebagai orang tua yang baik untuk anak-anaknya.

5. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak a. Pengertian pola asuh

(47)

32

Setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan berperilaku yang baik (ihsan), oleh karena itu dalam membentuk karakter anak harus secermat mungkin dan seteliti mungkin. Karena pendidikan pertama yang diterima oleh anak adalah pendidikan dari orang tua, sehingga perlakuan orang tua terhadap anak memberikan andil sangat banyak dalam proses pembentukan karakter anak. Dengan demikian berarti orang tua harus menciptakan suasana keluarga yang kondusif untuk mewujudkan pola asuh yang baik.

b. Macam-macam pola asuh orang tua

Pola asuh yang digunakan oleh orang tua menurut Hurlack yang dikutip oleh Chabib Thoha, yaitu :

1) Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan dalam bertindak dibatasi. Pola asuh otoriter ini juga juga ditandai dengan hukuman-hukuman yang dilakukan dengan keras.

2) Pola asuh demokratis

(48)

33

kepada orang tua. Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.

3) Pola asuh laisses fire

Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya.

Pola asuh ini dapat diterapkan kepada orang dewasa yang sudah matang pemikirannya. Apalagi bila diterapkan untuk pendidikan agama banyak hal yang harus disampaikan secara bijaksana. Oleh karena itu dalam keluarga orang tua harus merealisasikan peranan atau tanggung jawab dalam mendidik anaknya.

C. Sekolah Berbasis Islam 1. Pengertian Sekolah

(49)

34

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Syantut dalam Riska (2015: ) sekolah merupakan sebuah institusi kedua setelah keluarga sebagai sarana untuk mendidik generasi muda dalam rangka mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan hidup.

Haidar Putra (2012: 36) mengemukakan bahwa sekolah menitikberatkan kepada pendidikan formal, di sekolah prosedur pendidikan telah diatur sedemikian rupa, ada guru, siswa, jadwal pelajaran yang berpedoman pada kurikulum dan silabus, jam-jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan peraturan lainnya.

(50)

35

2. Sekolah berbasis islam

Sekolah berbasis Islam adalah salah satu jenjang pendidikan formal yang bernaung di bawah institusi Islam dan di bawah binaan Kementerian Agama RI yang meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama, Pesantren, dan Perguruan Tinggi Agama Islam (Daradjat, 2011: 96).

Menurut Azyumardi Azra (1998:17) lembaga-lembaga pendidikan formal Islam mengambil bentuk yang bermacam-macam pada kalangan masyarakat Muslim di berbagai negara. Antara lain, Darul Hikmah, al-Kuttab, Madrasah, Pesantren, Sekolah Islam.

Sejarah mencatat bahwa pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Artinya, Islam lahir dengan memuat upaya-upaya pendidikan. Formulasi pendidikan Islam pada awalnya tidak merujuk pada sebuah sistem sebagaimana dikenal saat ini, melainkan lebih pada upaya syiar Islam itu sendiri yang dilaksanakan dalam bentuk halaqah di sudut masjid, bahkan prosesnya bermula dari sebuah rumah sahabat Nabi yang lebih dikenal dengan sebutan Darul Arqam (Nahidl, 2007: 10).

(51)

36

keberadaan madrasah memang didedikasikan terutama kepada ‘ulum diniyah dengan penekanan khusus pada bidang fiqh, tafsir dan hadis.

Pada tataran praksis, menurut Tholhah Hasan, pendidikan Islam tidak terbatas pada label Islam, atau lembaga ke-Islaman, juga tidak terbatas pada pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam. Pendidikan Islam mencakup semua aktivitas, mulai konsep, visi, misi, institusi, kurikulum, metodologi, proses belajar mengajar, dan SDM kependidikan yang disemangati dan bersumber pada ajaran dan nilai-nilai Islam, yang buitl-in dalam proses semua aktivitas tersebut (Nahidl, 2007: 11).

Kemunculan sekolah-sekolah Islam yang oleh Azyumardi Azra disebut sebagai sekolah elit Muslim telah memberikan paradigma baru dalam sejarah pendidikan Islam di tanah air. Kiprah lembaga-lembaga ini telah mengubah citra pendidikan Islam dari yang semula diorientasikan hanya pada penguasaan ilmu-ilmu keislaman semata, kini mulai menyentuh aspek ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan mulai mereposisikannya pada tataran yang strategis (Lubis, 2008: 86).

(52)

37

pendidikan Islam karena memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan Halfian Lubis (2008: 82) dalam bukunya A. Malik Fadjar berikut ini (1) menggunakan label Islam yang diletakkan pada lembaganya, (2) landasan penyelenggaraannya didasarkan pada komitmen keislaman, atau (3) program-program pendidikan yang dijalankan didasarkan pada pengembangan nilai-nilai keislaman.

Selain madrasah dan pondok pesantren, yang termasuk sekolah berbasis Islam adalah sekolah umum yang bercirikan Islam yang memberikan indikator mata pelajaran pendidikan agama Islam lebih dari lima jam pelajaran per minggu.

Memberikan pendidikan kepada anak adalah suatu kewajiban orang tua yang harus di laksanakan. Ini berdasarkan nash-nash secara umum dari Al Quran dan As Sunnah yang suci ataupun secara naluri insaniyah yang sudah seharusnya peduli akan hal tersebut. Namun perlu dingat bahwa memberi pendidikan untuk anak adalah bagaikan menorehkan tinta di atas lembaran kosong. Kalau kita menorehkannya dengan tinta berkualitas jelek, dengan asal-asalan, maka jangan harap akan mendapatkan hasil yang baik. Lain halnya jika kita menorehkannya dengan tinta emas dan dengan penuh kecermatan serta kehati-hatian, insya Allah kita akan mendapat hasil yang memuaskan.

(53)

38

secara umum bahwa kedua orang tuanya merupakan sarana pendidikan pertama dan sangat menentukan bagi masa depan sang anak. Dalam hal ini terlebih dahulu dibutuhkan keshalihan kedua orang tua. Sebab keshalihan orang tua secara umum akan berpengaruh kepada anak-anaknya atau bahkan sampai anak cucunya.

Demikian pula Islam memerintahkan agar para orang tua berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana Firman Allah :

Q.S. At-Tahrim/66: 6 :

ُة َراَج ِحْلا َو ُساَّنلا اَهُدوُق َو اًراَن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفْنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

نو ُرَمْؤُي اَم َنوُلَعْفَي َو ْمُهَرَمَأ اَم َ َّاللَّ َنوُصْعَي لا ٌداَدِش ٌظلاِغ ٌةَكِئلاَم اَهْيَلَع

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim/66: 6)

(54)

anak-39

anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh yang baik-baik serta mendoakannya.

ْلَف ْمِهْيَلَع اوُفاَخ اًفاَع ِض ًةَّيِِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اوُك َرَت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْل َو

اوُقَّتَي

اًديِدَس لا ْوَق اوُلوُقَيْل َو َ َّاللَّ

Artinya:“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya (mereka) meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”(An

Nisa 9)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada setiap orang tua untuk senantiasa khawatir terhadap pendidikan dan masa depan anaknya, agar nantinya anak-anaknya bisa menjadi orang yang bertakwa dengan senantiasa

beramal shaleh, beramar ma’ruf nahi munkar dan rajin melakukan

ketaatan lainnya.

(55)

40

sekolah itu sebenarnya hanya sarana dan tempat singgah anak untuk menempuh ke jenjang-jenjang berikutnya, namun tidak jarang sekolah bisa lebih mewarnai prilaku dan tabiat buruk bagi anak.

Tentunya orang tua berharap sekolah yang dipilih akan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Aischa Revaldi (2010: 69) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih sekolah untuk anak, yaitu sebagai berikut:

1) Lokasi sekolah dan lingkungan 2) Sarana fisik

3) Visi dan misi sekolah 4) Porsi pendidikan agama 5) Profil pendidik

6) Kurikulum pembelajaran 7) Alternatif aktivitas

8) Ketertiban dan kebersihan sekolah 9) Keterampilan skolastik

10) Lihat presentasi dan keberhasilan alumninya

(56)

41

Menurut Daradjat orang-orang yang pada masa kecilnya dulu tidak mendapatkan didikan agama, atau mendapatkannya dengan cara yang tidak sesuai dengan pertumbuhan jiwanya, serta tidak pernah dilatih atau dibiasakan melaksanakan ajaran agama, terutama ibadah, maka setelah dewasa nanti mereka tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama, sehingga sikap mereka menjadi acuh tak acuh, bahkan mungkin menjadi anti terhadap agama (Daradjat, 1975: 92).

Setiap orang tua memiliki pertimbangan tersendiri untuk memilih pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Terbaik menurut mereka memang memiliki definisi yang berbeda. Ada yang terbaik karena progaramnya, biayanya, fasilitasnya, atau berbagai kriteria lain.

Namun, terlepas dari pilihan tersebut, hendaklah setiap orang tua mempertimbangkan siapa yang akan memberikan pengajaran pada anaknya. Terutama dengan memperhatikan agama dan akhlaknya yang baik dari para pendidik. Sebab seorang pendidik yang baik diharapkan akan mampu mencetak karakter baik kepada murid-muridnya.

(57)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dari penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong, 2008: 6).

Dan jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di Desa Singosari, Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali.

Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintahan (Sarjono, 2004: 21). 2. Kehadiran Peneliti

(58)

43

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172).

a. Sumber Data Utama (Primer)

Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi. Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan yang diperoleh dari sumber utama.

Menurut Lofland dan Lofland (1984) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2008: 157).

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu masyarakat desa Singosari untuk mendapatkan informasi mengenai motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam.

b. Sumber Data Sekunder

(59)

44

penting lainnya yaitu berbagai sumber tertulis seperti sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, 2008: 159).

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu kepala desa singosari untuk mendaptkan data tentang gambaran desa singosari.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2010: 193).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010: 308).

a. Metode Observasi

Observasi diartikan sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memeperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1998: 146-147).

(60)

45

sehingga dapat diperoleh informasi tentang motivasi orang tua menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam.

b. Metode Wawancara (Interview)

Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden (Moleong, 2008: 188).

Wawancara terbuka ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai motivasi orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis Islam.

c. Metode Dokumentasi

(61)

46

Dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti profil desa, dan kegiatan yang ada di desa.

6. Analisis Data

Menurut Bodgan dalam Moleong (2009: 248) analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa saja yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian ini mencakup pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2010: 338).

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

a. Mencatat yang menghasilkan atatan lapangan, analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Data itu diperoleh dari informan ketika melakukan penelitian.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

(62)

47

hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang tidak terpola.

Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.

Dalam hal ini peneliti mereduksi data dengan membuat kategori sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dengan membuat pedoman observasi dan pedoman wawancara. Kemudian dari hasil data-data wawancara, observasi dan dokumentasi yang terkumpul, peneliti memilih yang pokok saja.

c. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka data yang diperoleh didisplay, yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

(63)

48

d. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian data.

Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian, karena penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari objek penelitian (Sugiyono, 2010: 336-337).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (1989: 324) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Sedangkan yang berkaitan dengan penelitian inihanya menggunakan tiga unsur, yaitu:

a. Kepercayaan (credibility)

(64)

49

b. Kebergantungan (dependability)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh dosen pembimbing.

c. Kepastian (confirmability

(65)

50

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Desa Singosari 1. Letak Geografis

Desa Singosari adalah merupakan salah satu Desa yang ada di Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian Desa Singosari ini terdiri dari 28 RT dan 5 RW. Adapun lokasinya jika ditunjuk dari kota Boyolali adalah sebelah selatan dari kota / kabupaten Boyolali yang jaraknya kurang lebih 7 km dari kota Boyolali.

Kemudian batas-batas Desa Singosari sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Tambak – Mojosongo b. Sebelah Selatan : Sedayu – Tulung c. Sebelah Barat : Sukorejo – Musuk d. Sebelah Timur : Sudimoro -Tulung

Luas wilayah Desa Singosari adalah 375. 5979 Ha yang terdiri dari

a. Perkarangan : 102.3575 Ha b. Perladangan : 273.1604 Ha 2. Komposisi Penduduk

(66)

51

jiwa, perincian 2233 laki-laki dan 2219 perempuan. Jumlah Kepala Keluarga Desa Singosari adalah 1055 KK.

Tabel 4.1

Klasifikasi Penduduk Menurut Usia a. Kelompok Pendidikan

No Umur Jumlah

1 0 – 3 Tahun 159

2 4 – 6 Tahun 176

3 7 – 12 Tahun 301 4 13 – 15 Tahun 127

5 16 – 18 Tahun 146 6 19 – keatas

b. Kelompok Tenaga Kerja

No Umur Jumlah

1 10 – 14 Tahun 304

(67)

52

3. Keadaan Pendidikan

Desa Singosari sebagian besar sudah melaksanakan pendidikan formal baik tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Untuk data yang lebih terperinci dapat dilihat table berikut:

Tabel 4.2

Klasifikasi Penduduk Menurut Pendidikan

4. Mata Pencaharian

Penduduk Desa Singosari bermata pencaharian sebagai petani, buruh atau pedagang dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lulusan Pendidikan Jumlah

1 Taman Kanak-Kanak 278

2 Sekolah Dasar 916

3 SMP/ SLTP 694

4 SMA/ SLTA 1857

5 Madrasah 132

6 Akademi/ D1-D3 100

(68)

53

N0 Pekerjaan Jumlah

1 PNS 94

2 ABRI 6

3 Tani 1899

4 Buruh Tani 212

5 Pensiunan 34

5. Kondisi Keagamaan

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Singosari sebagian besar masyarakatnya menganut agama Islam hanya sebagian kecil yang menganut agama non Islam.

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Desa Singosari Berdasarkan Agama

N0 Agama Jumlah

1 Islam 4443

2 Kristen 15

3 Katholik 4

4 Hindu -

5 Budha -

(69)

54

Tabel 4.5

Jumlah Tempat Ibadah di Desa Losari

No Sarana Jumlah

6. Sarana dan Prasarana Desa

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Singosari yang berhubungan dengan masyarakat umum yaitu dibidang olah raga Lapangan Sepak Bola, Lapangan Volly, Lapangan Bulu Tangkis, Lapangan Tenis Meja

(70)

55

B. Temuan Penelitian

Berdasarkan penelitian di Desa Singosari, dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:

1. Pandangan Orang Tua Di Desa Singosari Tentang Sekolah Berbasis Islam

Pandangan orang tua mengenai sekolah berbasis Islam sangat beragam. Pandangan yang mereka sampaikan berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan. Sebagaimana yang diperoleh dari hasil wawancara pada orang tua di Desa Singosari yang menyekolahkan anak di sekolah berbasis Islam.

Pandangan mereka tentang sekolah berbasis Islam adalah suatu lembaga pendidikan yang tidak hanya mengedepankan pelajaran umum tetapi juga pelajaran agama.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh NR:

“Sekolah berbasis Islam itu sekolah yang banyak mengajarkan pelajaran-pelajaran agama”(Wawancara kepada Ibu NR pada tanggal 9-05-2017). Pendapat senada juga diungkapkan oleh Ibu SP dan Ibu SA.

(71)

56

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu AA:

“Sekolah yang berbasis Islam adalah sekolah dimana porsi mata pelajaran agama Islam lebih banyak dari pada sekolah umum. Kalau di sekolah umum porsi mata pelajaran agamanya hanya sedikit, jadi

untuk pengalaman agamanya anak akan kurang” (Wawancara kepada

Ibu AA pada tanggal 13-05-2017). Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu ZN, Bapak SG.

Lain halnya dengan Ibu KW beliau menyatakan:

“Bahwa sekolah berbasis Islam itu sekolah yang dapat membekali anak dengan ilmu agama dan juga ilmu umum” (Wawancara kepada

Ibu KW pada tanggal 13-05-2017)

Selain mengedepankan pelajaran agama sekolah berbasis Islam tentunya juga memiliki program unggulan di luar jam pembelajaran, seperti ekstrakurikulernya.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak TH yaitu sebagai berikut:

“Sekolah berbasis Islam merupakan sekolah yang selain banyak pelajaran agamanya tapi juga banyak program-program keagamaan di

luar jam pembelajaran, seperti ekstrakurikuler” (Wawancara kepada

Bapak TH pada tanggal 14-05-2017).

Sekolah berbasis Islam yaitu sekolah yang dapat memberikan pelajaran pemahaman tentang ajaran-ajaran Islam secara detail.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu TP:

“Sekolah Islam itu jelas berbeda dengan sekolah umum mbak, apalagi

dalam hal agama, kalau sekolah Islam itu waktu pembelajaran agamanya lebih banyak otomatis dalam menyampaikan materi bisa

Gambar

Tabel 4.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Usia
Tabel 4.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Pendidikan
Tabel 4.4
Tabel 4.5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) SOIna adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olahraga bagi

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah berupa skripsi berjudul Evaluasi

Untuk itu, dalam menilai keberhasilan pelaksanaan kinerja organisasi dilaporkan beberapa indikator kinerja sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi,

KODE URAIAN ANGGARAN ( Rp ) SUMBERDANA 1 2 3 4 REKENING 5 PENDAPATAN

Menggunakan media sosial dengan cara yang positif juga bisa dilakukan dengan membagikan hal-hal yang kita lakukan dengan baik atau membagikan pencapaian yang sebelumnya belum

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat kesehatan, pemahaman, dan kasihNya sehingga kami dapat menyelesaikan

Beberapa penelitian yang membahas penjadwalan job shop kelompok mesin paralel homogen dan heterogen dengan kriteria minimasi makespan diantaranya, Puryani (2003)

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,