No. 58/09/12/Th. XVIII, 15 September 2015
P
ROFIL
K
EMISKINAN
S
UMATERA
U
TARA
M
ARET
2015
MARET 2015, JUMLAH PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA NAIK 103.070 ORANG
DIBANDING SEPTEMBER 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada Maret 2015 sebanyak 1.463.670 orang (10,53%), angka ini bertambah sebanyak 103.070 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin September 2014 yang berjumlah 1.360.600 orang (9,85%).
Selama periode September 2014 - Maret 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 71.240 orang (dari 693.130 orang pada September 2014 menjadi 764.370 orang pada Maret 2015), sedangkan di daerah perkotaan bertambah 31.830 orang (dari 667.470 orang pada September 2014 menjadi 699.300 orang pada Maret 2015).
Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015 sebesar 10,16 persen,naik dibanding September 2014 yang sebesar 9,81 persen.Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 9,89 persen pada September 2014 naik menjadi 10,89 persen pada Maret 2015.
Pada Maret 2015, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total sebesar Rp.347.953,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp.364.320,- dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp.331.895,- per kapita per bulan.
Pada periode September 2014 – Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. P1 turun dari 1,710 pada September 2014 menjadi
1,649 pada Maret 2015, dan P2 turun dari 0,450 pada September 2014 menjadi 0,421 pada Maret 2015. Ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin berkurang.
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Sumatera Utara September 2014 – Maret 2015
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.463.670 orang atau sebesar 10,53 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.360.600 orang atau sebesar 9,85 persen. Dengan demikian, ada peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 103.070 orang serta peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,68 poin. Perkembangan tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2015, ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 1999 – 2015 Tahun Jumlah (ribu jiwa) Persentase (%) (1) (2) (3) Februari 1999 1 972,7 16,74 Februari 2002 1 883,9 15,84 Februari 2003 1 889,4 15,89 Maret 2004 1 800,1 14,93 Juli 2005 1 840,2 14,68 Mei 2006 1 979,7 15,66 Maret 2007 1 768,4 13,90 Maret 2008 1 613,8 12,55 Maret 2009 1 499,7 11,51 Maret 2010 1 490,9 11,31 Maret 2011 September 2011 1 492,2 1 436,4 11,33 10,83 Maret 2012 1 425,8 10,67 September 2012 1 400,4 10,41 Maret 2013 1 362,4 10,06 September 2013 1 416,4 10,39 Maret 2014 1 286,7 9,38 September 2014 1 360,6 9,85 Maret 2015 1 463,7 10,53
Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara yang berada di daerah perkotaan pada Maret 2015 sebanyak 699.300 orang dan di daerah perdesaan sebanyak 764.370 orang. Jika dibandingkan dengan
penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 10,16 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 10,89 persen.
Tabel 2.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah September 2014 – Maret 2015 Daerah Jumlah (ribu jiwa) Persentase (%) September 2014 Maret 2015 September 2014 Maret 2015 (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan 667,47 699,30 9,81 10,16 Perdesaan 693,13 764,37 9,89 10,89 Kota + Desa 1 360,60 1 463,67 9,85 10,53
Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2014 – Maret 2015 diduga berkaitan dengan faktor-faktor berikut:
a. Inflasi selama periode September 2014 – Maret 2015 meningkat menjadi 3,49 persen, dari 2,55 persen pada periode sebelumnya (Maret 2014 – September 2014).
b. Nilai Tukar Petani mengalami penurunan, yaitu dari 99,76 pada September 2014 menjadi 99,09 pada Maret 2015.
c. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami peningkatan yaitu dari 6,23 persen pada Agustus 2014 menjadi 6,39 persen pada Februari 2015.
d. Demikian pula Pertumbuhan Ekonomi melambat, yaitu dari 5,41 persen pada Triwulan III 2014 menjadi 4,83 persen pada Triwulan I 2015.
2. Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada Maret 2015 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp.347.953,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp.364.320,- per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp.331.895,- per kapita per bulan.
Dibanding September 2014, garis kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2015 naik 5,23 persen. Garis kemiskinan di perkotaan naik 4,28 persen dan garis kemiskinan di perdesaan naik 6,21 persen. Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2015, perkembangan garis kemiskinan ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3.
Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2005 - 2015 (Rp/Kapita/Bulan)
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan yang menyangkut kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Tabel 4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Utara, Maret 2014 – September 2014
Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa
(1) (2) (3) (4) Juli 2005 175 152 117 578 143 095 Mei 2006 184 694 142 095 155 810 Maret 2007 205 379 154 827 178 132 Maret 2008 218 333 171 922 193 321 Maret 2009 234 712 189 306 210 241 Maret 2010 247 547 201 810 222 898 Maret 2011 September 2011 271 713 288 023 222 226 239 208 246 560 263 209 Maret 2012 286 649 238 368 262 102 September 2012 295 080 249 165 271 738 Maret 2013 307 352 263 061 284 853 September 2013 330 517 292 186 311 063 Maret 2014 338 234 299 145 318 398 September 2014 349 372 312 493 330 663 Maret 2015 364 320 331 895 347 953
Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa
(1) (2) (3) (4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2014 1,556 1,859 1,710
Maret 2015 1,596 1,700 1,649
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2014 0,387 0,512 0,450
Pada periode September 2014 - Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun
dari 1,710 pada September 2014 menjadi 1,649 pada bulan Maret 2015. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,450 menjadi 0,421 pada periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin berkurang.
Pada Maret 2015, Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perdesaan sebesar 1,700 sementara di perkotaan 1,596 dan Indeks Keparahan Kemiskinan untuk perdesaan sebesar 0,461 sedangkan di perkotaan hanya 0,380. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding perkotaan, begitu juga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih lebar dibanding perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dibanding daerah perkotaan.
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori (kkalori) per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, serta minyak dan lemak, dll.
d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2015 adalah data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2015. Jumlah sampel secara Nasional sebanyak 300.000 rumatangga dan di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 18.960 rumahtangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar) yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan.