• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2012 sebesar 223.241 jiwa mengalami kenaikan pada Maret 2013 menjadi 224.273 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu September 2012 ke Maret 2013 sebesar 0.46 persen.

 Kendati jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan, secara persentase penduduk miskin berkurang 0,37 poin dari 27,04 persen pada September 2012 menjadi 26,67 persen pada Maret 2013.

 Jumlah penduduk miskin di perdesaan kondisi September 2012 sebanyak 209.970 jiwa dan men- galami kenaikan pada Maret 2013 sebanyak 210.060 jiwa.

 Daerah perkotaan mengalami hal yang sama dalam kenaikan jumlah penduduk miskin dari keadaan September 2012 sebanyak 13.270 jiwa menjadi 14.210 jiwa pada Maret 2013.

 Garis Kemiskinan Papua Barat Maret 2013 sebesar Rp. 363.930,- yang terdiri dari Garis Kemiski- nan Makanan (GKM) sebesar Rp. 287.655,- dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) sebe- sar Rp. 76.725,-

 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2013 (6,35 persen) mengalami kenaikan dari kondisi September 2012 (5,71 persen) yang mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin tidak mengalami perubahan untuk mendekati Garis Kemiskinan yang diperparah dengan kondisi harga bahan makanan dan non makanan yang mulai meningkat.

 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2013 (2,16 persen) mengalami kenaikan dari kondisi September 2012 (1,71 persen) yang mengindikasikan gap pengeluaran antar sesama penduduk miskin mulai melebar.

No. 31/07/91/Th. VI, 1 Juli 2013

(2)

1. Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat, 2008 - 2013

Secara umum dari tahun 2011 - 2013 terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat tahun 2011 sebanyak 249.840 jiwa (31,92 persen) mengalami penurunan di tahun 2013 kondisi Maret 2013 menjadi 224.273 jiwa (26,67 persen). Penurunan jumlah penduduk miskin periode 2011 -2013 sebesar 10,23 persen. Jika dilihat penurunan jumlah penduduk miskin Maret 2012 ke Maret 2013 (y-o-y), terjadi penurunan sebesar 5.716 jiwa (1, 53 poin).

Selama tahun 2018– 2013 perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin daerah perdesaan di Papua Barat mengalami penurunan. Dalam kurun waktu 5 tahun, penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 11,37 persen. Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 237,020 jiwa (43,74 persen) menurun menjadi 210.060 jiwa (35,64 persen) di tahun 2013 (Maret). Kondisi jumlah penduduk miskin daerah perkotaan berbanding terbalik dengan daerah perdesaan. Jumlah dan Persentase penduduk miskin perkotaan dalam kurum waktu 2008– 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin perkotaan diperkirakan sebanyak 9.480 jiwa (5,93 persen) meningkat di tahun 2013 (Maret) menjadi 14.210 jiwa (5,65 per- sen), dan secara absolut bertambah 4.730 jiwa.

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2008 9,48 237,02 246,5 5,93 43,74 35,12

2009 8,55 248,29 256,84 5,22 44,71 35,71

2010 9,59 246,66 256,25 5,73 43,48 34,88

2011 10,78 239,06 249,84 6,05 39,56 31,92

2012 13,27 209,97 223,24 5,36 36,33 27,04

2013 * 14,21 210,06 224,27 5,65 35,64 26,67

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, 2008 – 2013

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel, 2008- 2013 Keterangan : *) Kondisi Maret 2013

(3)

Kondisi garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat Maret 2012-Maret 2013 (y-o-y) men- galami peningkatan. Garis kemiskinan pada Maret 2012 tercatat sebesar 333.485 rupiah per kapita per bulan dan pada Maret 2013 naik menjadi 363.930 rupiah atau meningkat sebesar 9,13 persen. Selama periode tersebut, terjadi kenaikan sumbangan garis kemiskinan makanan dari 72,92 persen pada Maret 2012 menjadi 79,04 persen pada Maret 2013.

2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2012 - Maret 2013

Grafik 1. Kontribusi Komoditi Makanan dan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan, Maret 2013

Tabel 1. Garis Kemiskinan Menurut Daerah di Provinsi Papua Barat Maret 2012 - Maret 2013

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel, 2012- 2013

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Makanan Non Makanan Total

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan

Maret 2012 255.001 94.677 349.678

September 2012 273.680 100.702 374.382

Maret 2013 276.018 106.887 382.905

Perdesaan

Maret 2012 271.489 55.125 326.613

September 2012 286.304 59.853 346.157

Maret 2013 292.615 59.853 355.839

Kota+Desa

Maret 2012 266.576 66.908 333.485

September 2012 282.516 72.110 354.626

Maret 2013 287.655 76.275 363.930

Maret 2012-2013 (y-o-y), terjadi peningkatan garis kemiskinan di daerah perkotaan dan di daerah perdesaan. Peningkatan garis kemiskinan daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan. Garis kemiskinan di perkotaan meningkat 9,50 persen sementara di perdesaan meningkat 8.95 persen.

(4)

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), 2012-2013

Secara year-on-year penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat selama periode Maret 2012– Maret 2013 diikuti oleh penurunan indeks kedalaman kemiski- nan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Penununan indeks P1 dan P2 terjadi di perdesaan (Lihat Tabel 3). Penurunan indeks P1 dan P2 dapat dimaknai: pertama, terdapat pen- ingkatan tingkat pengeluaran rumah tangga miskin sehingga mampu memperkecil jarak terhadap garis kemiskinan; kedua, ketimpangan pendapatan di antara penduduk miskin semakin menyempit.

Jika pada tahun Maret 2012, rata-rata jarak pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiski- nan sebesar 7,23 persen dengan nilai kesenjangan pengeluaran di antara penduduk miskin sebe- sar 2,65 persen maka secara year-on-year pada Maret 2013, rata-rata jarak pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan telah berkurang menjadi 6,35 persen dengan nilai kesenjangan pengeluaran di antara penduduk miskin sebesar 2,16 persen.

Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P

1

) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P

2

) di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, Maret 2012 - Maret 2013

Tahun Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2012 1,23 9,78 7,23

September 2012 0,65 7,87 5,71

Maret 2013 0,60 8,81 6,35

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2012 0,34 3,63 2,65

September 2012 0,15 2,37 3,03

Maret 2013 0,11 3,03 2,16

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel, 2008 - 2012

Kondisi kemiskinan di Papua Barat kondisi Maret 2012 - Maret 2013 untuk daerah perdesaan maupun perkotaan menunjukan keadaan yang membaik. Untuk kondisi Maret 2013 jika dibandingkan dengan kondisi September 2013 baik di daerah perkotaan maupun perdesaan terjadi kenaikan Indeks keparahan kedalaman kemiskinan (P1), akan tetapi untuk Indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata -rata pendapatan perkapita penduduk miskin di bawah garis kemiskinan tidak mengalami per- baikan secara signifikan dan tidak sejalan dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang menyebabkan gap antara pendapatan perkapita penduduk miskin mulai menjauh dari garis kemiskinan. Untuk penurunan Indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan tidak ada kesenjangan pendapatan antara sesama penduduk miskin.

(5)

 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

 Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

 Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi bulan Maret 2012.

4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Sosial

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Jl. Sowi IV No. 99, Manokwari 98312 Telp (0986) 2702414

Contact Person:

RATNA MH. GUSTI, S.E HP. 0852 5407 2682

MASADI Y K, S.ST HP. 0812 4851 1108

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat  Menurut Daerah, 2008 – 2013
Tabel 1. Garis Kemiskinan Menurut Daerah di Provinsi Papua Barat  Maret 2012 - Maret 2013
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )  di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, Maret 2012 - Maret 2013

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding perkotaan, begitu juga tingkat

Hal tersebut mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan mengarah semakin mengecil artinya rata-rata

Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat selama periode Maret 2010 – Maret 2011 diikuti oleh penurunan indeks kedalaman kemiskinan (P 1 )

Semakin tinggi indeks kedalaman kemiskinan, mengindikasikan semakin besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan  Semakin Buruk. Indeks

Hal tersebut mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin mengecil, artinya rata-rata pengeluaran

Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung

Sementara di daerah perdesaan, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2017 adalah sebesar 23,48 persen yang berarti ada pada kategori

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata- rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin