• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014

 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi Maret 2014 sebesar 229.430 jiwa. Angka ini mengalami penurunan pada September 2014 menjadi 225.463 jiwa, dan secara persentase mengalami penurunan sebesar 0,87 poin.

 Kondisi year-on-year (y-o-y) dari September 2013 ke September 2014, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 776 jiwa atau menurun sekitar 0,34 pesen.

 Jumlah penduduk miskin daerah perkotaan dan pedesaan mengalami penurunan. Maret 2014 tercatat jumlah penduduk miskin di perkotaan sebesar 14.776 jiwa (5,86%) berkurang menjadi 14.061 jiwa (5,52%) pada September 2014, dan di daerah pedesaan tercatat jumlah penduduk miskin dari 214.650 jiwa (36,16%) pada Maret 2014 turun menjadi 211.402 jiwa (35,01%) pada September 2014.  Garis Kemiskinan (GK) Papua Barat September 2014 sebesar 428.608 rupiah, yang

terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) sebesar Rp.341.614 dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) sebesar Rp.86.994. Angka ini mengalami peningkatan 7,78 persen dari kondisi Maret 2014. Secara year on year GK September 2014 meningkat sebesar 7,37 persen dari kondisi September 2013 (Rp.397.003).

 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) September 2014 (5,92%) mengalami penurunan dari kondisi Maret 2014 (6,20%) yang mengindikasikan ada perbaikan kondisi ekonomi/ pendapatan perkapita dari penduduk miskin yang berpengaruh langsung kepada penduduk miskin, sehingga pendapatan perkapita dari penduduk miskin akan mulai bergerak mendekati garis kemiskinan (GK).

 Hal yang sama juga terjadi untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) September 2014 sebesar 1,88 persen yang mengalami perbaikan dari kondisi Maret 2014 (2,05 %). Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan perkapita antar sesama penduduk miskin semakin homogen dan merata.

(2)

1.

Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat, Maret 2009 - September 2014

Secara umum dari tahun 2009 - 2014 terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) mengalami penurunan menjadi 225.463 jiwa (26,26 persen) pada September 2014. Penurunan jumlah penduduk miskin periode dari Maret 2009 hingga September 2014 sebesar 9,45 poin.

Selama tahun 2009–2014 persentase penduduk miskin di daerah perdesaan di Papua Barat mengalami penurunan tetapi pada kondisi September 2013 mengalami kenaikan dan kemudian menurun pada september 2014. Dalam kurun waktu 6 tahun (Maret 2009– September 2014), penurunan persentase penduduk miskin daerah pedesaan sebesar 9,7 persen dan secara absolut pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 248.290 jiwa turun menjadi 211.400 jiwa, atau berkurang sebesar 36.890 jiwa.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, 2009 – 2014

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Grafik 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Maret 2009 – September 2014

(3)

Garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan selama Maret 2014 – September 2014. Garis kemiskinan (GK) Maret 2014 tercatat sebesar 397.662 rupiah per kapita per bulan meningkat menjadi 428.608 rupiah pada September 2014. Secara y-o-y

(September 2013 - September 2014) GK meningkat sebesar 7,37 persen. 2. Perubahan Garis Kemiskinan September 2013 - September 2014

Grafik 2. Kontribusi Komoditi Makanan dan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan, September 2014

Kondisi jumlah penduduk miskin daerah perkotaan berbanding terbalik dengan daerah perdesaan. Jumlah dan Persentase penduduk miskin perkotaan dalam kurun waktu Maret 2009– Maret 2014 berfluktuasi. Tercatat pada Maret 2009 persentase penduduk miskin perkotaan sebesar 5,22 persen. Angka ini berfluktuasi dan mencapai 5,52 persen pada September 2014. Tahun 2009 jumlah penduduk miskin perkotaan diperkirakan sebanyak 8.550 jiwa meningkat hingga mencapai 14.061 jiwa pada September 2014.

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah di Provinsi Papua Barat September 2013 - September 2014

(4)

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Tabel 2 diatas memperlihatkan bahwa selama periode September 2013 ke September 2014 terjadi peningkatan garis kemiskinan. Peningkatan tersebut terjadi di daerah perkotaan dan di daerah perdesaan. Secara y-o-y (September 6457 - September 2014) garis kemiskinan daerah perdesaan mengalami peningkatan sebesar 8,15 persen sementara di perkotaan meningkat sebesar 5,76 persen, dan secara keseluruhan Papua Barat mengalami peningkatan garis kemiskinan dari September 2014-September 2014 sebesar 7,37 persen.

Kontribusi GK Makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2014 sebesar 79,70 persen dan GK Non Makanan sebesar 20,30 persen. Lima komoditi terbesar yang memberi pengaruh terhadap kenaikan GK di perkotaan adalah beras (31,97%), rokok kretek filter (12,81%), ikan tongkol/tuna/cakalang (7,72%), gula pasir (4,83%), dan telur atam ras (3,77%). Sedangkan lima jenis komoditi yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan GK di perdesaan adalah beras (124,00%), rokok kretek filter (15,32%), daging babi (6,94%), gula pasir (5,16%) dan ikan tongkol/tuna/cakalang (4,30%).

Penurunan persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat selama periode Maret 2014 - September 2014 sejalan dengan perbaikan indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks P1 dan P2 mengalami penurunan baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan (tabel 3). Secara y-o-y dari September 2013– September 2014 tidak terjadi perubahan signifikan nilai P1 dan P2. Dari Kondisi Maret 2014 ke September 2014 penurunan indeks P1 dan P2 dapat dimaknai : pertama, terdapat peningkatan pendapatan rumah tangga miskin sehingga mampu memperkecil jarak terhadap garis kemiskinan; kedua, ketimpangan pendapatan diantara penduduk miskin semakin kecil.

Tabel 3. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2014

(5)

 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pendekatan yang digunakan ada dua macam yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro.

 Pendekatan mikro diperoleh dari pendataan secara lengkap (sensus), sehingga didapatkan data mengenai penduduk miskin hingga ke individu. Misalnya PSE05 (Pendataan Sosial Ekonomi Tahun 2005) dan PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 yang menghasilkan database penduduk miskin yang dijadikan dasar pemberian BLT atau BLSM. Karena besarnya biaya yang diperlukan, pendekatan ini tidak dapat dilakukan setiap tahun.

4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, September 2013 - September 2014

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Grafik 2. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), Maret 2009– September 2014

(6)

 Pendekatan makro diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yaitu dengan mengambil sebagian sampel dari populasi yang ada kemudian digunakan sebagai dasar estimasi untuk menggambarkan keadaan wilayah tersebut, dengan demikian data yang dihasilkan adalah data agregat. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (persentase penduduk miskin terhadap total penduduk), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Kelebihan dari pendekatan ini adalah biayanya relatif lebih murah dan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data lebih singkat, sehingga dapat dilakukan tiap tahun dan dapat digunakan untuk memantau perkembangan kemiskinan sampai tingkat kabupaten/kota.

 Penduduk miskin adalah penduduk yang pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.

 Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).

 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Jl. Sowi IV No. 99, Manokwari 98312 Telp (0986) 2702414

Info lebih lanjut hubungi : RATNA MH. GUSTI, SE (Kabid Statistik Sosial) Cp : 0852 5407 2682

MASADI Y K, S.ST (Kasie. Statistik Ketahanan Sosial)

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat  Menurut Daerah, 2009 – 2014
Grafik 2. Kontribusi Komoditi Makanan dan Non Makanan    terhadap Garis Kemiskinan, September 2014
Tabel  2  diatas  memperlihatkan  bahwa  selama  periode  September  2013  ke  September  2014  terjadi  peningkatan  garis  kemiskinan
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di  Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, September 2013 - September 2014

Referensi

Dokumen terkait

Hypermarket Carrefour BG Junction Jalan Bubutan merupakan suatu bisnis eceran yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir dengan tujuan untuk melayani kebutuhan total

Kepada semua teman-teman Fakultas Teknik Program Studi sistem Informasi khususnya angkatan 2010 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran

Demikian pula adanya Instruksi Walikota Bandung Nomor 002 Tahun 2013 tanggal 20 September 2013 tentang Rencana Aksi Menuju Bandung Juara telah mencanangkan 24 Kelompok

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, pada tahun 2006 tidak terdapat kasus Filaria.Sedangkan Tahun 2007 penderita filariasis sejumlah 2 jiwa

Kemudian pada saat itu pula kapal 1 yaitu Arjuna Satu yang ingin keluar dari pelabuhan menuju daerah di perairan karang jamuang berpapasan dengan kapal 1 dalam

Simpulan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas IV SDN Se-Gugus IV Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru terbagi

Dinamika penerimaan diri pada subjek dengan umur yang paling tua dapat narpidana wanita bergantung pada faktor yang menerima keadaan subjek dengan cepat, bahkan menjadi

Salah satu hikayat yang berbentuk cerita lisan terdapat dalam tradisi mauluik dikia pada masyarakat penganut Tarekat Syatariyah di kota Padang.. Melihat kedudukan hikayat