• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANJAR JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANJAR JURNAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

KOTA BANJAR

JURNAL

Diajukan untuk Menyelesaikan Studi pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh : HANA ALIYAH NPM : 3506120030

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BINA PUTERA BANJAR

BANJAR 2016

(2)

ABSTRAK

Judul skripsi adalah Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Banjar.

Masalah yang ditemukan adalah rata-rata kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar sudah baik pada tahun 2014, akan tetapi pada tahun 2015 kinerja pegawai mengalami penurunan sebesar 7,88% dari tahun 2014. Penurunan itu terlihat pada indikator prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, dan kerja sama yang cukup signifikan, sehingga terindikasi bahwa pada tahun 2015 terdapat masalah pada kinerja pegawai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Eksplanasi (Explanatory Research). Penelitian ini dilaksanakan di Bappeda Kota Banjar. Pengumpulan data menggunakan angket yang dibagikan kepada 27 pegawai. Teknik analisa data menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan uji hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaya kemimpinan kepala BAPPEDA Kota Banjar termasuk cukup dengan indikator tertinggi adalah direktif otokratif dengan demikian kepala BAPPEDA Kota Banjar mempunyai gaya kepemimpinan direktif otokratif. Kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar termasuk cukup. Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar. Gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang baik dan signifikan terhadap kinerja pegawai, artinya gaya kepemimpinan membuat para pegawai menjadi bertambah efektif dalam bekerja. Kinerja pegawai menjadi bertambah efektif karena Kepala Bappeda memiliki kecendrungan yang positif dalam menerapkan gaya kepemimpinan

(3)

ABSTRACT

Thesis title is The Influence Leadership Style Employee on Performance Against Regional Development Planning Board (Bappeda) Banjar.

Problems found is the average performance of employees of Regional Development Planning Board (Bappeda) Banjar been good in 2014, but in 2015 the performance of employees has decreased by 7.88% from 2014. The decline was seen in indicators of job performance, responsibility, obedience, and cooperation is significant, so it is indicated that in 2015 there were problems on the performance of employees.

The method used in this research is explanatory research (Explanatory Research). This research was conducted in Bappeda Banjar City. Collecting data using a questionnaire distributed to 27 employees. Data analysis technique using correlation analysis, coefficient of determination and hypothesis testing.

Based on the results showed that the force leadership head BAPPEDA Banjar includes enough with the highest indicator is the directive otokratif thus BAPPEDA head Banjar has otokratif directive leadership style. Employee performance Planning Agency (Bappeda) Banjar includes enough. There is a leadership style influence on employee performance Planning Agency (Bappeda) Banjar. Leadership style gives a good and significant influence on employee performance, means that the style of leadership to make employees become increasingly effective in their work. Employee performance become increasingly effective as the Head of Bappeda has a positive trend in applying leadership style

(4)

1.1 Pendahuluan

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaraan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah adalah bagaimana membangun dan menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban misinya untuk mewujudkan pembangunan pemerintahan yaitu mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahan (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman.

Kepala Bappeda mempunyai peranan yang sangat strategis guna mengarahkan, membimbing dan mendorong kinerja bawahan dalam pelaksanaan tugas yang telah digariskan oleh organisasi, sehingga pelayanan publik dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel. Hal tersebut dapat diwujudkan, apabila pada setiap pemimpin unit organisasi menggunakan kepemimpinan yang efektif dan efisien.

Kepemimpinan menyangkut proses mempengaruhi sosial dengan pengaruh yang disengaja digunakan oleh seseorang terhadap orang lain untuk mengorganisir kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan dalam organisasi. Dalam kepemimpinan yang paling penting adalah menginterpretasikan peristiwa-peristiwa, memetakan jalannya organisasi, membangun kerja sama antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sekecil apapun organisasi, peranan pemimpin sangat dominan dalam menciptakan,

(5)

2

mengembangkan, memelihara dan meningkatkan kerjasama baik vertikal, horizontal maupun diagonal. Hal tersebut mempengaruhi semua bawahan atau pengikut agar dapat memberikan pengabdian untuk mencapai tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pelayanan publik. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dapat menjadi pedoman yang baik dalam peningkatan kinerja pegawai. Gaya kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi atau instansi ingin mencapai suatu tujuan yang diinginkan yaitu efektifnya kerja pegawai. Terlebih lagi pegawai-pegawai yang baik, selalu ingin memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi atau instansi tersebut.

Kinerja pegawai merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan maupun tujuan individu. Perusahaan akan sulit mencapai tujuannya jika para karyawan di perusahaan tersebut tidak memiliki kinerja yang baik. Dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan perusahaan diperlukan adanya karyawan yang penuh kesadaran, kesetiaan, ketaatan, disiplin dan bertanggung jawab atas segala pekerjaan yang diberikan dan telah dikerjakan

Kinerja karyawan yang optimal adalah gambaran dari sumber daya manusia yang berkualitas. Kinerja ini mencerminkan keberhasilan dari diri seseorang. Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar, kinerja karyawan sangat diperhatikan karena kinerja yang tinggi dari seseorang karyawan sangat diperhatikan karena kinerja yang tinggi dari seseorang karyawan akan menghasilkan meningkatnya kinerja secara keseluruhan.

(6)

3

Hasil pengamatan awal di lapangan, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kinerja pegawai di Bappeda Kota Banjar diantaranya sebagai berikut: 1. Adanya penurunan kinerja pegawai pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan

tahun 2014 yaitu:

2. Kuantitas pegawai yang masih dinilai kurang untuk menunjang penyelesaian tugas pekerjaan agar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan contohnya pegawai pada sub bidang Evaluasi dan Pelaporan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan pembangunan daerah yang seharusnya dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun anggaran pada kenyataannya dilaksanakan kurang dari 4 kali

3. Masih rendahnya kualitas kerja yang dihasilkan pegawai yaitu ada beberapa pekerjaan yang dihasilkan masih kurang optimal, masih rendahnya inisiatif pegawai, dimana pegawai tidak menggunakan seluruh waktu kerjanya dengan hal lain diluar pekerjaan, yaitu ketika ada beberapa tugas yang belum dilaksanakan oleh beberapa pegawai.

1.2Landasan Teori

Gaya kepemimpinan merupakan norma atau perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mempengaruhi orang lain (Thoha, 2004: 49). Kebanyakan orang yang menganggap gaya kepemimpinan merupakan tipe kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (2003: 68) bahwa “Gaya kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang yang bersangkutan.”

(7)

4

Menurut Martoyo (2006: 146) gaya kepemimpinan terbagi beberapa gaya, diantaranya:

1. Gaya Kepemimpinan Direktif Otokratif

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada pemimpin dalam otoritasnya, sedangkan kebebasan bawahan sangat dibatasi. Pemimpin merupakan pusat komando dan perintah terhadap bawahan/karyawan.

2. Gaya Kepemimpinan Persuasif

Pemimpin melaksanakan kekuasaanya terutama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Masukan-masukan dari bawahan ditampung, bawahan mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Bawahan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dalam diskusi walaupun suaranya sangat minim.

3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif

Dalam gaya ini bawahan diberi kebebasan yang luas dalam mengemukakan pendapatnya. Pemimpin hanya mengemukakan rancangan yang bersifat sementara, dan kemudian ditawarkan kepada bawahan, yang memungkinkan adanya perubahan sesuai dengan usulan bawahan. Melalui cara ini pemimpin bisa menilai keefektifan bawahan dalam memberikan ide-ide/gagasannya yang nantinya akan dijadikan sebagai sebuah keputusan manajemen perusahaan.

4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Dalam gaya kepemimpinan ini bawahan diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini pemimpin dan bawahan merupakan sebuah team yang harus bekerjasama. Pemimpin tidak turun langsung tapi mendelegasikan kepada staff seniornya. Pemimpin memberikan kebebasan bertindak tetapi dalam batas tertentu, meski bawahan sangat dominan tapi tanggung jawab tetap berada ditangan pemimpin.

5. Gaya Kepemimpinan Musyawarah

Gaya kepemimpinan ini berdasarkan kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk kekeluargaan dan gotong royong. Kegiatan pemimpin didasari rasa tolong menolong dan saling membantu serta tetap berpegang teguh pada efesiensi dan efektif. Pengambilan keputusan oleh pemimpin berdasarkan prosedur penentuan masalah, pengumpulan data, penganalisisan, dan mengambil kesimpulan.

Kinerja merupakan kemampuan atau kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan yang diambil. Sedarmayanti (2010:260) mengemukakan bahwa : Kinerja didefinisikan sebagai

(8)

5

catatan mengenai out came yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu, selama kurun waktu tertentu pula.

Dwiyanto (2008: 50-51) dalam bukunya Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, menyebutkan Indikator Kinerja menurut adalah sebagai berikut:

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

b. Kualitas Layanan

Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

1.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanasi. Menurut Sugiyono (2009: 11) jenis penelitian eksplanasi yaitu:

Penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dengan

(9)

6

metode yang digunakan adalah metode asosiatif (hubungan) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya".

Berdasarkan pengertian di atas, populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai Bappeda Kota Banjar yaitu 27 orang.

Arikunto (2009: 109) menyebutkan bahwa:” apabila populasi kurang dari 100 orang, maka pengambilan sampelnya secara keseluruhan. Berdasarkan pendapat di atas maka sampel penelitian ini sebanyak 27 orang.

Alat analisis yang digunakan adalah pelacakan dan pengaturan data secara sistematis. Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama dan kedua, peneliti menggunakan analisis kuantitatif melalui pengolahan data yang ditabulasikan dan dideskripsikan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

Untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, maka digunakan uji statistik parametrik dengan mempergunakan rumus koefisien korelasi product moment (r) . Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar dapat dicari dengan menggunakan perhitungan koefisien determinasi Uji hipotesis dapat dilakukan dengan rumus uji t

1.4Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penyebaran kuesioner yang peneliti lakukan mengenai gaya kepemimpinan (X) dapat dijelaskan sebagai berikut :

(10)

7 Tabel

REKAPITULASI VARIABEL GAYA KEPEMIMPINAN (n = 27) N O Uraian Pernyataan Skor yang Ditargetkan Skor yang Dicapai % Kriteria (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kepala BAPPEDA menjalankan tugas sesuai dengan wewenangnya 27 x 5 = 255 374 75% Cukup 2. Kebebasan bawahan

dibatasi oelh Kepala BAPPEDA. 27 x 5 = 255 369 74% Cukup 3. Kepala BAPPEDA sebagai pemberi perintah pada bawahan 27 x 5 = 255 339 68% Cukup 4. Pengambilan keputusan dilakukan kepala BAPPEDA 27 x 5 = 255 325 65% Cukup 5. Kepala BAPPEDA membantu dalam pemecahan masalah 27 x 5 = 255 318 64% Cukup 6. Kepala BAPPEDA menerima masukan dari bawah 27 x 5 = 255 328 66% Cukup 7. Masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapat. 27 x 5 = 255 333 67% Cukup 8. Masyarakat diikutsertakan dalam pengambilan keputusan 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 9. Masyarakat diberi hak untuk menyatakan pendapat 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 10. Kepala BAPPEDA hanya mengemukakan rancangan sementara 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 11. Program yang

(11)

8 BAPPEDA demi kepentingan masyarakat 12. Kepala BAPPEDA menilai keefektifan program bagi masyarakat 27 x 5 = 255 333 67% Cukup 13. Masyarakat diberi kesempatan untuk menyampaikan idenya 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 14. Kepala BAPPEDA dan masyarakat bekerjasama. 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 15. Kepala BAPPEDA

tidak turun langsung tapi mendelegasikan kepada staff seniornya. 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 16. Kepala BAPPEDA memberikan kebebasan bertindak kepada masyarakat 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 17. Tanggung jawab tetap berada ditangan Kepala BAPPEDA 27 x 5 = 255 333 67% Cukup 18. Semua kegiatan dilakukan secara kekeluargaan. 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 19. Program pertanian diwujudkan dalam bentuk gotong royong 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 20. Kegiatan Kepala BAPPEDA didasari rasa tolong menolong. 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 21. Kegiatan Kepala BAPPEDA didasari rasa saling membantu 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 22. Kegiatan Kepala BAPPEDA berpegang teguh pada efisiensi 27 x 5 = 255 333 67% Cukup

(12)

9 23. Kegiatan Kepala BAPPEDA berpegang teguh pada efektifitas 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 24. Pengambilan keputusan oleh Kepala BAPPEDA berdasarkan prosedur penentuan masalah 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 25. Pengambilan keputusan oleh Kepala BAPPEDA berdasarkan pengumpulan data 27 x 5 = 255 337 67% Cukup 26. Pengambilan keputusan oleh Kepala BAPPEDA berdasarkan penganalisisan 27 x 5 = 255 284 57% Cukup 27. Pengambilan keputusan oleh Kepala BAPPEDA berdasarkan prosedur 27 x 5 = 255 333 67% Cukup Jumlah 3628 Rata-rata 329 66% Cukup

Sumber: Data Primer yang Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.32 di atas didapat skor rata-rata secara keseluruhan sebesar 94 atau dengan persentase 67% yang berada pada kategori cukup, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kemimpinan kepala BAPPEDA termasuk cukup dengan indikator tertinggi adalah direktif otokratif dengan demikian kepala BAPPEDA mempunyai gaya kepemimpinan direktif otokratif.

Hasil penyebaran kuesioner yang peneliti lakukan mengenai kinerja pegawai Kantor Bappeda Kota Banjar (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut :

(13)

10 TABEL

REKAPITULASI VARIABEL KINERJA PEGAWAI BAPPEDA KOTA BANJAR (n = 27) Indikator NO Pertanyaan Skor Kumulati f % Kategori Rata-rata Indikato r Produktivitas 1

Bekerja secara efektif dalam memberikan Pelayanan

191 75

Cukup 75 2 Kepuasan rekan kerja

selalu diutamakan 194 76 Baik 76 Responsivitas 3 Saya memiliki Kemampuan mengenali kebutuhan masyarakat 179 70 Cukup 71% (Cukup) 4

Saya dapat Menyusun agenda dan prioritas pelayanan 167 65 Cukup 5 Saya mempu Mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat 170 67 Cukup 6 Saya dapat mengembangkan program- pelayanan publik yang sesuai dengan aspirasi masyarakat 170 67 Cukup Responsibilitas 7

Saya bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar 175 69 Cukup 68% (Cukup) 8

Tugas yang saya kerjakan sesuai dengan kebijakan organisasi 176 69 Cukup 9

Pekerjaan saya secara implisit sudah sesuai kebijakan pimpinan

170 67

Cukup Akuntabilitas

(keluaran) 10

Kebijakan yang dibuat pimpinan sesuai

175 69

Cukup 68% (Cukup)

(14)

11



2 2

y x xy rxy

x2

2 y

1734,63



604,08

08 , 641 1048600 08 , 641 01 , 1024 08 , 641 dengan intruksi walikota 11 Kebijakan yang diberikan pimpinan sesuai dengan kebijakan pemerintah kota 176 69 Cukup Jumlah 1943 Rata-Rata 96 69 Cukup

Sumber: Data Primer yang Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.45 di atas didapat skor rata-rata secara keseluruhan sebesar 96 atau dengan persentase 69% yang berada pada kategori cukup, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai Kantor Bappeda Kota Banjar termasuk cukup.

Pengaruh gaya kepemimpinan Kepala (BAPPEDA) terhadap Kinerja Pegawai

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa:

Σxy = 641,08 = 1734,63 = 604.08 rxy = rxy = rxy = rxy = 0,63

(15)

12

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai korelasi sebesar 0,63. Kemudian untuk menginterprestasikan seberapa kuat hubungan kedua variabel maka dapat digunakan pedoman menurut Sugiyono (2009: 214).

Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil perhitungan maka pengaruh gaya kepemimpinan Kepala (BAPPEDA) terhadap kinerja pegawai sebesar 39,69%, sisanya sebanyak 60,31% yaitu situasi atau keadaan yang berada di luar cakupan penelitian seperti motivasi, pelayanan, dan disiplin.

Untuk mencari t tabel dengan tinggi keyakinan 95% dengan α = 0,05 dan n 27 maka diperoleh t tabel sebesar 1.66 karena t hitung sebesar 5.68> t tabel sebesar 1,66. Maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain hipotesis yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar.

1.5 Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan tentang pengaruh pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gaya kemimpinan kepala BAPPEDA Kota Banjar termasuk cukup dengan indikator tertinggi adalah direktif otokratif dengan demikian kepala BAPPEDA Kota Banjar mempunyai gaya kepemimpinan direktif otokratif. Pada gaya kepemimpinan direktif perlu adanya peningkatan pada keputusan – keputusan penting pada atasan. Pimpinan harus dapat menunjukkan

(16)

13

kemampuan dan bakat dalam hal kepemimpinan dan tingkat percaya diri. Bawahan (karyawan) tidak menyukai pemberian pendelagasian wewenang. Kepercayaan ini harus mampu ditunjukkan dengan pengambilan keputusan yang cepat, tegas dan tidak pandang bulu. Keputusan – keputusan yang cepat dan tegas serta tidak pandang bulu mampu menunjukkan kewibawaan dari pimpinan

2. Kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar termasuk cukup. Artinya pegawai memiliki produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas yang cukup

Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Banjar. Gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang baik dan signifikan terhadap kinerja pegawai, artinya gaya kepemimpinan membuat para pegawai menjadi bertambah efektif dalam bekerja. Kinerja pegawai menjadi bertambah efektif karena Kepala Bappeda memiliki kecendrungan yang positif dalam menerapkan gaya kepemimpinan.

Saran

Berdasarkan dari uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan dan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan pegawai dalam meningkatkan lagi kinerja dan produktuvitas pegawai, sehingga Bappeda dapat meningkatkan lagi pelayanan terhadap masyarakat

(17)

14

sebagaimana fungsi Bappeda sebagai instansi pelayanan dengan cara tetap berpegang teguh pada efesiensi, efektifitas dan pengambilan keputusan oleh pemimpin berdasarkan prosedur penentuan masalah

2. Kinerja pegawai perlu ditingkatkan terutama dalam menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

3. Pemimpin, harus mempunyai sifat-sifat yang positif dan memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai, agar dapat memberikan pengaruh yang positif pula bagi pegawainya. Tak hanya itu pemimpin juga harus harus mempunyai keterampilan agar dapat mengarahkan dan mendorong pegawainya agar dapat bekerja secara efektif, serta harus memiliki sifat ketegasan agar dapat mengambil keputusan secara bijaksana

Referensi

Dokumen terkait

Untuk variabel religiusitas, item pertanyaan religiusitas 1, sebanyak 40% responden menyatakan setuju karena responden hanya akan menggunakan jasa perbankan yang

Metode analisis ini dilakukan dengan menetapkan indikator dari variabel kondisi usaha dan karakteristik usaha kelompok pengasapan ikan cakalang yang meliputi

Untuk mewujudkan suatu sumber daya kompetitif berkelanjutan,terdapat empat kondisi yang harus dipenuhi oleh suatu sumber daya sebelum disebut sebagai sumber daya

Variabel primer [tingkat pengangguran terbuka (TPT)] serta kovariat [persentase kepala rumah tangga (KRT) yang menikah (persentase KRT nikah)] berasal dari data

Pada Isian Nomor Rekening : Isikan dengan 9 Digit Nomor/ID Pendaftaran yang didapat pada saat mengisi form pendaftaran online.. Pada Isian Nama : Isikan Nama Calon Mahasiswa Baru

Desain alat penangkap ikan kapal ikan menggunakan rawai tuna dasar atau long line , yaitu alat tangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali temali yang di bentangkan

(Dalam penelitian ini trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

Based on the above description, the land saving model regulation close to the nuance of pengayoman and substantive rule of law is realized by harmonizing spatial planning and by