• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBAN KERJA STAKEHOLDERS DALAM AKTIVITAS RANTAI PASOK KOMODITAS KENTANG DI BERASTAGI, SUMATERA UTARA AHIRA SEPTINI PUTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BEBAN KERJA STAKEHOLDERS DALAM AKTIVITAS RANTAI PASOK KOMODITAS KENTANG DI BERASTAGI, SUMATERA UTARA AHIRA SEPTINI PUTRI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBAN KERJA

STAKEHOLDERS

DALAM AKTIVITAS

RANTAI PASOK KOMODITAS KENTANG

DI BERASTAGI, SUMATERA UTARA

AHIRA SEPTINI PUTRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

AHIRA SEPTINI PUTRI. Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang di Berastagi, Sumatera Utara. Dibimbingan oleh

ANGGRAINI SUKMAWATI dan LINDAWATI KARTIKA.

Kecamatan Berastagi merupakan salah satu daerah penghasil kentang (Solanum tuberosum L) tipe Granola. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis waktu kerja dalam rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equivalent (FTE), (2) Menganalisis peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok stakeholders melalui business process mapping berdasarkan kondisi eksisting dalam rangka meningkatkan daya saing petani dari segi harga dan kualitas, (3) Menganalisis distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai tambah Hayami. Penelitian dilakukan di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi literatur beserta internet. Hasil FTE menunjukkan bahwa waktu kerja yang digunakan masih belum optimal dikarenakan metode pertanian yang konvensional. Berdasarkan business process mapping, kondisi eksisting aktivitas rantai pasok kentang di Kecamatan Berastagi masih belum efektif dan efisien dikarenakan penggunaan bibit yang belum terstandarisasi dan kurangnya pemahaman petani tentang pentingnya kontrak bisnis. Dari perhitungan distribusi nilai tambah didapat nilai tambah stakeholders yang tidak sesuai dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan business process reengineering melalui training dan penyuluhan trust building, improvement, budidaya organikdan relationship building.

Kata kunci : Analisis beban kerja, business process mapping, Full Time Equivalent, rantai pasok

ABSTRACT

AHIRA SEPTINI PUTRI. Workload Analysis of the Stakeholders of Potato Supply Chain Activity in Berastagi District. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and

LINDAWATI KARTIKA.

Berastagi District is one of the potato (Solanum tuberosum L) type Granola producer area in North Sumatera Highlands. The purpose of this research are 1) to analyze the working time in the stakeholders commodity supply chain of highland vegetable based workload analysis through the calculation of Full Time Equivalent (FTE); 2) to analyze effectiveness and efficiency of activity opportunities through business process mapping on the stakeholders based on existing condition in order to improving the competitiveness of farmers in terms of price and quality and (3) to analyze value added distribution of each stakeholders based on activities conducted through the Hayami value added analysis. This research was done in Gurusinga Village, Berastagi District, North Sumatera. The data collection methods are using interviews, field survey and literature study. FTE analysis showed working time of farmer is not optimal because of conventional farming methods. Business process mapping showed existing condition potato supply chain in Berastagi District is not effective and efficient yet because the seeds that used is not standardized yet and the lack of farmers knowledge about the importance of business contracts. The calculation of value-added distribution showed that stakeholders’ value doesn’t match with the number of activities conducted. This can be

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Berastagi, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013 Ahira Septini Putri NIM H24090092

(5)

overcome by business process reengineering through training and counseling, improvement, organic cultivation and relationship building.

Keywords: Business process mapping, Full Time Equivalent, supply chain activity, workload analysis

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS BEBAN KERJA

STAKEHOLDERS

DALAM

AKTIVITAS RANTAI PASOK KOMODITAS KENTANG

DI BERASTAGI, SUMATERA UTARA

AHIRA SEPTINI PUTRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Berastagi, Sumatera Utara

Nama : Ahira Septini Putri

NIM : H24090092

Disetujui oleh

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM Lindawati Kartika, SE, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai Februari 2013 ini ialah analisis beban kerja, dengan judul Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktifitas Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Berastagi, Sumatera Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada program HIBAH STRATEGI NASIONAL 2012. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Lindawati Kartika, SE. MSi selaku dosen pembimbing, serta Bapak Ir. Muhammad Syamsun, MSc., PhD dan Bapak R. Dikky Indrawan, MM yang telah banyak membantu dan mengarahkan pada saat pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibunda Sumarni, Ibunda Ayu Suhaini, Ayahanda Nasriyono, Adinda Jenni Indah, seluruh keluarga serta Andra Fanizha atas doa, semangat dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Perumusan masalah 2 Tujuan penelitian 2 Manfaat penelitian 3

Ruang lingkup penelitian 3

METODE PENELITIAN 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Analisis Model distribusi Kentang di Berastagi 6

Business Process Mapping 10

Pengoptimalan Waktu Kerja dengan Perhitungan FTE 11

Analisis Nilai Tambah 16

Implikasi Manajerial 20

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

(14)

DAFTAR TABEL

1 Beban kerja stakeholders melalui perhitungan FTE 5

2 Prosedur perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 6

3 Tingkatan prioritas struktur rantai pasok kentang 9

4 Analisis beban kerja petanimelalui FTE 12

5 Analisis beban kerja pengumpulmelalui FTE 13

6 Analisis beban kerja eksportir melalui FTE 13

7 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement 14

8 Analisis nilai tambah pada petani 16

9 Analisis nilai tambah pada pengumpul 17

10 Analisis nilai tambah pada eksportir 18

11 Analisis distribusi nilai tambah petani, pengumpul dan eksportir 19 12 Marjin pemasaran, FTE dan nilai tambah pada stakeholders

Rantai pasok kentang di Berastagi 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran analisis beban kerja stakeholders dalam aktivitas rantai

pasok komoditas kentang Berastagi 4

2 Model rantai distribusi kentang di Desa Gurusinga, Berastagi 7 3 Business process mapping pada rantai pasok komoditas kentang di Berastagi 11 4 Implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholders komoditas ketang

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara, terbentang pada ketinggian 600— 1.400 m di atas permukaan laut. Dengan topografi tersebut, Kecamatan Berastagi sangat potensial sebagai daerah penghasil komoditas hortikultura. tidak mengherankan jika kecamatan berpenduduk lebih dari 42 ribu jiwa ini masih mengandalkan sektor pertanian sebagai kegiatan ekonomi. Buktinya, sekitar 75% lapangan usaha masyarakat di sana bekerja di sektor pertanian.

Salah satu komoditas holtikultura unggulan pada daerah ini adalah kentang (Solanum tuberosum L) tipe Granola.Berdasarkan data dari Kementrian BUMN pada pertengahan tahun 2012 Sumatera Utara telah mengekspor sebanyak 595 ton kentang melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT). Di sisi lain, Sumatera Utara juga melakukan impor kentang sebanyak 104 ton dari Bangladesh.

Sebagai daerah pusat penghasil kentang, Kecamatan Berastagi memiliki kontribusi yang besar dalam kegiatan ekspor kentang Sumatera Utara yang terus mengalami kenaikan pada akhir tahun 2012. Namun, temuan di lapangan menunjukkan bahwa pasar kentang petani Berastagi dikalahkan oleh kentang impor dari Bangladesh. Kentang dari Bangladesh dijual dengan harga yang lebih murah di pasar Berastagi sehingga kentang dari petani berastagi terpaksa dijual dengan harga murah agar tetap laku. Hal ini mengakibatkan kerugian pada petani Berastagi.

Peluang bisnis besar yang terdapat pada Kecamatan Berastagi terhambat oleh belum tercapainya aktivitas yang efektif dan efisien pada rantai pasok antar stakeholders. Kegiatan pertanian kentang merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dan tidak memiliki pembagian kerja khusus pada masing-masing petani. Lemahnya kemampuan petani dan kurangnya pengelolaan dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam satu pekerjaan mencakup uraian pekerjan dan spesifikasi pekerjaan pada petani menyebabkan beban kerja petani yang tidak merata sehingga efektifitas dan efisiensi sulit diukur. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan perencanaan sumberdaya manusia yang dapat mengukur beban kerja petani dalam rantai pasok kentang guna mencari solusi untuk meningkatkan daya saing petani Berastagi dan stakeholders yang berkaitan seperti pengumpul dan eskportir sehingga kentang lokal dapat bersaing dari segi harga dan kualitas dari kentang impor Bangladesh. Analisis nilai tambah perlu dilakukan untuk menghitung nilai tambah yang didapatkan masing-masing stakeholders dalam rantai pasok kentang untuk mendapatkan nilai tambah yang selaras dengan beban kerja. Analisis business process mapping pada kondisi eksisting akan dilakukan untuk melihat efektifitas dan efisiensi aktifitas rantai pasok komoditas kentang di Kecamatan Berastagi.

Anatan dan Lena (2008) mengungkapkan bahwa konsep rantai pasok merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasa kepada dua fungsi pelanggan dan merupakan konsep baru dalam memandang persoalan logistik dalam suatu perusahaan. Perencanaan sumber daya manusia

(16)

2

pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan (Siagian 2008). Menurut Nawawi (2008), salah satu manfaat perencanaan SDM adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendayagunaan SDM. Menurut Rivai (2006), perencanaan SDM terfokus pada penyusunan seperangkat kebijakan-kebijakan program SDM yang terpadu untuk mencapai tujuan perusahaan dan SDM. Aktivitas yang dilakukan oleh tiap posisi atau jabatan dalam rangka untuk melaksanakan tugasnya seperti tercantum dalam deskripsi pekerjaannya memberikan suatu beban kerja (workload) pada posisi atau jabatan tersebut. Workload analysis dapat diartikan sebagai analisis perhitungan beban kerja yang didapat dari total waktu aktifitas terhadap total waktu yang tersedia (Wakui 2000). FTE (full time equivalent) adalah jumlah jam bekerja yang menunjukkan waktu penuh yang digunakan seorang karyawan untuk bekerja selama periode tertentu seperti bulanan atau tahunan. FTE menyederhanakan pengukuran kerja dengan mengubah jumlah beban jam kerja ke jumlah orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu (Taylor 1911). Agar lebih terarah penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup perencanaan sumber daya manusia, khususnya mengidentifikasi beban kerja anggota rantai pasok yaitu petani, pengumpul dan eksportir dalam aktivitas rantai pasok komoditas kentang yaitu pada Kecamatan Berastagi Daerah Sumatera Utara melalui analisis deskriptif dan perhitungan Full Time Equivalent (FTE). Menurut Lal dan Srivastava (2009), studi waktu digunakan untuk menentukan waktu yang dihabiskan untuk setiap elemen pekerjaan. Total waktu diambil oleh semua elemen dari pekerjaan disebut waktu standar. Studi gerak berarti membagi pekerjaan ke dalam elemen-elemen mendasar dari pekerjaan untuk tujuan menghilangkan yang tidak perlu.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah mengenai analisis beban kerja stakeholders dalam prores rantai pasok komoditas kentang dari petani Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara, pengumpul dan Perusahaan Eksportir PT. Alamanda. Untuk mengembangkan permasalahan tersebut, maka digunakan beberapa pertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana penggunaan waktu kerja dalam rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE)?, (2) Bagaimana peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok stakeholders melalui business process mapping berdasarkan kondisi eksisting dalam rangka meningkatkan daya saing petani dari segi harga dan kualitas?, (3) bagaimana distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai tambah Hayami?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis waktu kerja dalam rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja

(17)

3

melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE), (2) Menganalisis peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok stakeholders melalui business process mapping berdasarkan kondisi eksisting dalam rangka meningkatkan daya saing petani dari segi harga dan kualitas, (3) Menganalisis distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai tambah Hayami.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: (1) Bagi pelaku usaha, Hasil penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan referensi bagi pelaku usaha agar aktivitas rantai nilai stakeholders komoditas kentang dapat lebih efektif dan efisien, (2) bagi pemerintah daerah Berastagi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah daerah setempat untuk dapat meningkatkan daya saing petani komoditas kentang, (3) Bagi umum, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait perencanaan sumber daya manusia melalui analisis beban kerja sumber daya manusia dalam aktivitas rantai pasok kentang.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada perencanaan sumber daya manusia, khususnya mengidentifikasi beban kerja stakeholders dalam aktivitas rantai pasok komoditas kentang yaitu pada Kecamatan Berastagi daerah Sumatera Utara melalui analisis deskriptif dan perhitungan Full Time Equivalent (FTE) untuk meningkatkan daya saing petani kentang Kecamatan Berastagi.

METODE

Model analisis dalam penelitian mengenai beban kerja anggota rantai pasok yaitu petani, pengumpul dan eksportir dalam aktivitas rantai pasok komoditas kentang dataran tinggi yaitu pada Kecamatan Berastagi melalui FTE dapat dilihat pada Gambar 1.

(18)

4

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis beban kerja stakeholders dalam aktivitas rantai pasok komoditas kentang Kecamatan Berastagi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data primer bersifat kualitatif dan kuantitatif serta data sekunder. Data kualitatif berupa informasi mengenai tugas-tugas pokok pekerjaan stakeholders terkait aktivitas rantai pasok pada komoditas kentang di Kecamatan Berastagi, sedangkan data kuantitatif berupa angka penggunaan waktu kerja, rata-rata waktu penyelesaian suatu tugas pokok dan beban kerja. Data primer diperoleh dari stakeholders terkait aktivitas rantai pasok dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan para responden untuk mengetahui uraian pekerjaan yang dilakukan. Uraian pekerjaan menggambarkan tugas-tugas, tanggung jawab, syarat-syarat kerja, dan kegiatan pekerjaan utama. Uraian pekerjaan beragam dalam hal tingkat kerincian isi, namun beberapa komponen sebenarnya terdapat pada setiap uraian pekerjaan (Mangkuprawira 2004).

Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal dan dari internet. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Responden yang diambil pada penelitian ini adalah stakeholders yang terkait aktivitas rantai pasok pada komoditas kentang, pengumpul yang juga berprofesi sebagai petani, dan PT. Alamanda Sejati Utama sebagai eksportir.

Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu; 1) pemeriksaan terhadap data yang telah diperoleh pada wawancara dan observasi langsung dan selanjutnya langsung dipindahkan ke dalam Miscrosoft Excel; 2) memasukkan data mengenai frekuensi rata-rata tugas pokok pekerjaan yang dilakukan dan standar kemampuan rata-rata waktu penyelesaian tugas-tugas pokok pekerjaan responden; 3) menghitung WPT (waktu penyelesaian tugas) yang dikonversikan selama satu tahun yang akan menjadi beban kerja responden yang diamati dengan satuan menit per tahun; 4) menghitung Full Time Equivalent (FTE). FTE akan didapatkan dari beban kerja stakeholders selama satu tahun dibagi dengan waktu kerja efektif selama satu tahun; 5) melakukan business process mapping; 6) menghitung distribusi nilai tambah melalui ananlisis nilai tambah Hayami. Dari perhitungan tersebut, maka dapat dianalisis aktifitas rantai pasok yang efektif pada komoditas kentang di Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara.

Waktu kerja dan peluang business process mapping yang efektif dan efisien

Aktifitas rantai pasok stakeholders yang ideal Pengoptimalan waktu kerja

stakeholders berdasarkan FTE Pengukuran kebutuhan waktu kerja

Beban kerja stakeholders Analisis pekerjaan, business process

mapping, analisis nilai tambah Penentuan beban kerja stakeholders

(19)

5

Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai berdasarkan Beban Kerja dalam rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil yaitu sebagai berikut:

a. Menetapkan Waktu Kerja

Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari kerja efektif dan jam kerja efektif.

Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Hari Kerja Efektif = (A – (B + C + D)) Keterangan :

A = jumlah hari menurut kalender

B = jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun C = jumlah hari libur dalam setahun

D = jumlah cuti tahunan b. Menganalisis Beban Kerja

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006, beban kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawai/unit organisasi dengan norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk informasi mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja oraganisasi. Rumus perhitungan waktu penyelesaian tugas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beban Kerja Stakeholders Melalui Perhitungan FTE No Uraian Tugas Pokok F W

A WPT (TA/F) FTE TTU/TJE 1. Persiapan 2. Penanaman 3. Pemeliharaan 4. Pemanenan 5. Pasca panen

Keterangan F = Frekuensi kegiatan dilakukan

WA = waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan WPT = jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan

FTE = Full Time Equivalent

TJE = Total jam efektif bekerja (menit/tahun)

c. Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah menurut Gittinger (1986) yang dikutip oleh Tarigan (1998) adalah nilai output dikurangi nilai input yang dibeli dari luar. Besarnya nilai tambah tersebut dinyatakan secara matematik menggunakan metode Hayami. Data mengenai analisa nilai tambah yang diperoleh dari wawancara dengan anggota rantai pasok.

(20)

6

Perhitungan nilai tambah pengolahan dengan metode Hayami dapat dilihat pada Tabel2.

Tabel 2. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input, dan Harga

1 Output (Kg) (1)

2 Bahan Baku (Kg) (2)

3 Tenaga Kerja Langsung (HOK) (3)

4 Faktor Konversi (4) = (1) / (2)

5 Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg) (5) = (3) / (2)

6 Harga Output (Rp/Kg) (6)

7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) (7) Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8)

9 Harga Input lain (Rp/Kg) (9)

10 Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) – (8) – (9)

b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a) / (10) x 100 12 a. Pendapatan tenaga kerja Langsung (Rp/Kg) (12a) = (5) * (7)

b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) (12b) = (12a) / (11a) x 100

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) – (12a)

b. Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a) / (10) x 100 Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) (14) = (10) – (8)

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) (14a) = (12a) / (14) x 100 b. Sumbangan input lain (%) (14b) = (9) / (14) x 100 c. Keuntungan perusahaan (%) (14c) = (13a) / (14) x 100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Model Distribusi Kentang Di Kecamatan Berastagi

Struktur distribusi sayuran dataran tinggi di Indonesia memiliki karakteristik rantai yang berbeda-beda. Perbedaan utama sistem distribusi sayuran terdapat pada jenis sayuran dan kualitas yang dihasilkan. Perbedaan kualitas disebabkan oleh penggunaan bibit yang tidak terstandarisasi oleh petani. Untuk meningkatkan kulitas kentang, maka petani diharapkan dapat menggunakan bibit yang terstandar.

Struktur distribusi kentang yang ditemukan pada sentra Kentang Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara, umumnya mengikuti pola seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.

(21)

7

.

Gambar 2. Model distribusi kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi Aliran komoditas kentang pada model rantai pasok diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:

1) Struktur Rantai 1

Petani  Pengumpul  Pedagang pasar induk Kecamatan Berastagi

Petani menjual barangnya kepada pengumpul yang akan dibawa ke pasar tradisional. Pada penelitian, ditemukan satu orang petani yang juga berprofesi sebagai pengumpul sehingga bisa langsung membawa kentang hasil panennya ke pasar induk Kecamatan Berastagi. Pembeli yang ada di pasar induk Kecamatan Berastagi merupakan pembeli grosiran yang akan menjual lagi produknya ke luar daerah. Marjin pemasaran merupakan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Berikut perhitungan marjin pemasaran pada struktur pertama.

a. Petani ke pengumpul

Harga input petani per kg = Rp. 2.250

Harga jual rata-rata ke pengumpul per kg = Rp. 3.500 Marjin = Rp. 1.250

b. pengumpul ke pedagang Pasar Induk Kecamatan Berastagi Harga beli dari petani = Rp. 3.500

Harga jual ke pedagang pasar induk = Rp. 3.900 Marjin = Rp. 400

c. pedagang Pasar Induk Kecamatan Berastagi ke pasar dalam negeri harga beli dari pedagang pasar induk =Rp. 4.000

Harga jual ke pasar dalam negeri = Rp 8.000 Marjin = Rp. 4.000

Total marjin = Marjin A + Marjin B + Marjin C = Rp. 1.250 + Rp. 400 + Rp. 4.000 =Rp.5.650

2) Struktur Rantai 2

Petani  Pengumpul  Perusahaan Eksportir  Pasar luar negeri.

Para pengumpul yang ada di Desa Gurusinga juga menjalin kerjasama dengan eksportir yaitu PT. Alamanda Sejati Utama. Perusahaan ini memasarkan Kentang ke Singapura. Kentang dikirim ke Singapura paling lama dalam waktu seminggu. Kentang dari pengumpul dalam 1 hari langsung ke eksportir.

Pasar luar negeri (Singapura) Pengumpul Petani ada grad e han ya sort asi rusa k dan ga rusa k Perusahaan eksportir Pedagang Pasar Induk

Kecamatan Berastagi

Perusahaan eksportir

Pedagang Pasar Induk Kecamatan Berastagi

(22)

8

Setelah itu dari eksportir ke Singapura biasanya produk masuk ke gudang selama 2 hari untuk proses pencucian, pemberian grade, dan packaging, dari gudang eksportir ke pelabuhan Belawan memakan waktu 6-10 jam, dan berada di belawan 1 hari. Eksportir dan pengumpul telah memiliki kontrak kerja sama dalam jangka panjang. Kontrak tersebut memuat jumlah pesanan, kualitas dan harga. Meskipun demikian, pelaksanaan kontrak tersebut belum optimal karena masalah di tingkat petani. Petani terkadang tidak memenuhi jumlah produksi yang disyaratkan karena telah menjual kentangnya ke pihak lain yang menawar lebih tinggi. Akibatnya pengumpul kesulitan memenuhi jumlah produksi yang harus diberikan kepada PT. Alamanda Sejati Utama. Berikut perhitungan marjin pemasaran pada struktur distribusi bagian 1.

a. Petani ke Pengumpul

Harga input petani per kg = Rp. 2.250 Harga jual ke pengumpul = Rp. 3.500 Marjin = Rp. 1.250

b. Pengumpul ke Perusahaan Eksportir Harga beli dari petani = Rp. 3.500

Harga jual ke perusahaan eksportir = Rp. 4.500 Marjin = Rp. 1.000

c. Perusahaan Eksportir ke Pasar Luar Negeri Harga beli pengumpul = Rp. 4.500

Harga jual ke pasar luar negeri = Rp. 18.224,05 Marjin = Rp. 13.724,05

Total marjin = Margin A + Marjin B + Marjin C = Rp. 1.250 + Rp. 1.000 + Rp. 13.724,05 = Rp. 15.974,05

3) Struktur Rantai 3

Petani  Perusahaan Eksportir Pasar Luar Negeri.

Petani-petani kentang yang ada di Kecamatan Berastagi juga memiliki kerjasama langsung dengan Gudang Eksportir. Kerjasama ini berisi kontrak kuantitas, harga, dan kualitas. Banyak petani yang lebih memilih menjual kentang hasil panennya lebih banyak ke eksportir karena berapapun supply kentang yang petani punya, harganya akan tetap sama. Harga jual di eksportir juga lebih tinggi dari pada harga jual di pasar. Pada struktur distribusi ketiga, ketang dari petani langsung masuk gudang tanpa dilakukan sortasi oleh petani terlebih dahulu. Sortasi dilakukan oleh gudang eksportir. Pihak eksportir biasanya membagi kentang dari petani ke dalam tiga bagian yaitu mini berisi kentang grade B, Medium yaitu kentang grade A, dan terakhir XL dengan kentang grade super. Gudang Eksportir yang ditemukan pada penelitian adalah PT. Alamanda Sejati Utama yang melakukan ekspor khusus untuk perusahaan NTUC Fairprice Cooperative Ltd, Singapur. Berikut perhitungan marjin pemasaran pada struktur distribusi bagian 1.

a. Petani ke Perusahaan Eksportir

Harga pokok produksi petani = Rp. 2.250 Harga jual ke Eksportir = Rp. 4.500 Marjin = Rp. 2.250

(23)

9

b. Perusahaan Eksportir ke Pasar Luar Negeri Harga beli dari petani = Rp. 4.500

Harga jual ke pasar luar negeri = Rp. Rp. 18.224,05 Marjin = Rp. 13.724,05

Total marjin = Marjin A + Marjin B

= Rp. 2.250 + Rp. 13.724,05

= Rp. 15.974,05

4) Struktur Rantai 4

Petani  Pasar Induk Kecamatan Berastagi

Pada stuktur ini, biasanya kentang yang telah dibawa oleh petani ke Pasar Induk Kecamatan Berastagi ditimbang dan langsung dihargai saat itu juga dengan sistem lelang. Kentang-kentang yang telah dibeli oleh pembeli grosir akan dijual ke daerah seperti Medan, Aceh, ataupun Jakarta apabila supply kentang di Jakarta tidak dapat memenuhi kebutuhan. Kentang yang dibawa oleh petani hanya dipisahkan antara kentang yang bagus dengan kentang rindilan yang memang tidak laku dijual dan langsung dibuang. Petani mengatakan bahwa belakangan harga kentang anjlok di pasaran karena masuknya kentang dari Bangladesh, India. Akibatnya petani akan membiarkan saja kentang yang seharusnya sudah bisa dipanen sampai harga akan stabil kembali.

a. Petani ke Pasar Induk Kecamatan Berastagi Harga input petani per kg = Rp. 2.250

Harga jual rata-rata ke Pasar Induk Kecamatan Berastagi per kg = Rp. 3.800 Marjin = Rp. 1.550

Tingkatan prioritas struktur rantai yang paling menguntungkan untuk petani berdasarkan perhitungan marjin pemasaran akan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkatan prioritas struktur rantai pasok kentang

NO Nomor struktur Marjin pemasaran (Rp)

1 3 2.250

2 4 1.550

3 2 1.250

4 1 1.250

Dari keempat marjin pemasaran yang ada, terlihat bahwa total marjin pemasaran terbesar ada pada struktur distribusi nomor 2 dan 3 yaitu sebesar Rp. 15.974,05. Hal ini disebabkan oleh harga beli yang sama pada tingkat eksportir yaitu sebesar RP. 4.500/kg untuk kentang baik datangnya dari petani maupun pengumpul. Sementara marjin pemasaran terendah terdapat pada struktur rantai nomor 4 yaitu sebesar Rp. 1.550. hal ini disebabkan oleh struktur rantai 4 yang hanya terdiri dari petani dan pedagang Pasar Induk Kecamatan Berastagi. Sementara struktur rantai nomor 3 merupakan struktur rantai dimana petani paling banyak mendapatkan keuntungan dilihat dari marjin pemasaran petani yaitu sebesar Rp. 2.250. Tingginya marjin pemasaran petani pada struktur ke 3 disebabkan oleh harga beli dari eksportir yang lebih tinggi dibandingkan harga beli dari pengumpul. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dengan cara memfokuskan aktifitas pada struktur 3 melalui

(24)

10

peningkataan kualitas produk agar lebih banyak kentang dari petani yang lulus tahap penyortiran oleh eksportir.

Banyaknya kentang yang tidak lulus tahap penyortiran oleh eksportir disebabkan oleh penggunaan bibit kentang yang tidak terstandarisasi. Oleh karena itu kualitas kentang yang dihasilkan sangat bervariasi. Sehingga hanya beberapa kentang saja yang lolos tahap sortir oleh eksportir. oleh karena itu, diperlukan penggunaan bibit yang terstandarisasi sehingga variasi hasil produksi dapat di tekan.

Business Process Mapping

Menurut Anderson (2009) Business process mapping mengacu pada kegiatan yang terlibat dalam mendefinisikan apa yang dilakukan dalam suatu usaha, siapa yang bertanggung jawab, serta bagaimana suatu proses bisnis harus dilakukan. Sebelumnya petani Berastagi sempat menjalin kerjasama dengan retail di Medan, namun karena petani menganggap tindakan retail yang menjual kembali kentang dari Berastagi ke hotel yang ada di Berastagi sebagai tindak kecurangan, kerjasamapun dihentikan. Padahal hal ini merupakan alur bisnis yang wajar. Oleh karena itu petani harus diberikan pemahaman tantang bisnis. Petani juga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi agar bisa bekerjasama langsung dengan pihak hotel.

(25)

11 Business process mapping pada distribusi komoditas kentang di Kecamatan Berastagi secara jelas terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Business process mapping pada distribusi komoditas kentang di Kecamatan Berastagi

Pengoptimalan Waktu Kerja Dengan Perhitungan FTE

Pada kegiatan rantai pasok komoditas kentang di Kecamatan Berastagi terdapat tiga anggota rantai pokok yaitu petani, pengumpul, dan eksportir. Pada aktifitas pertanian, penentuan waktu efektif memiliki perbedaan dengan penentuan waktu efektif aktifitas lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa pihak seperti petani yang melakukan pekerjaan setiap hari.

Sumber daya manusia, bibit kentang, pupuk, pengendali hama, cangkul, air, lahan.

Eksportir

Mensortir kentang yang layak sesuai standar untuk di golongkan ke jenis XL, Medium dan Mini

menimbang

membersihkan kentang dari kotoran Mengemas dengan plastik

Mengemas ke dalam kardus Menaikkan kardus ke kontainer Melakukan pengiriman ke luar negeri

Pengumpul melakukan penimbangan melakukan pembelian mengangkut kentang untuk dijual Petani Memilah umbi Membelah umbi

Merendam bibit dengan POC Membiakkan produk pengendali hama

Herbisida Membajak lahan Membuat bedengan

Membuat saluran pembuangan air Menebar pengendali hama Mencampur pupuk kandang Menamam

Memberi pupuk

Mengganti tanaman yang tidak tumbuh Melakukan penyiangan Memangkas bunga Contolling Menyemprot POC Melakukan pengairan Memanen Melakukan sortir Mengemas ke karung Melakukan pengiriman kentang

(26)

12

Berikut merupakan perhitungan waktu efektif untuk tanaman kentang :

1 tahun = 365 hari

Hari non tanam kentang = 84 hari -

Hari kerja = 281 hari

Waktu kerja = 56 jam/minggu

Waktu kerja 1 hari = 56 = 8 jam/hari 7

Total hari Kerja dalam jam = 281 x 8 jam = 2248 Jam Faktor efisiensi rata-rata = 87,5 %

Total jam efektif bekerja = 118.020 menit/tahun

Setelah melakukan perhitungan waktu efektif, maka dilakukan analisis beban kerja petani yang secara rinci dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis beban kerja petani melalui FTE

No Aktifitas Frekuensi (kali/ tahun) Waktu Alokasi (menit) Waktu Penyelesaian Tugas (menit) FTE (menit/ tahun) 1 Persiapan lahan

Memilah umbi hasil produksi 3 60 20 0,00017

Membelah umbi menjadi 2-4 potongan 3 90 30 0,00025 Merendam bibit dengan POC 3 620 206,67 0,00175 Mengembang biakkan produk pengendali hama dalam

pupuk kandang 3 90 30 0,00025

Membersihkan tanah dari rumput dan sisa tanaman

musim sebelumnya 3 1080 360 0,00305

Membajak lahan yang akan ditanam 3 1440 480 0,00407

Membuat bedengan 3 2880 960 0,00813

Membuat saluran pembuangan air 3 2160 720 0,00610 Menebarkan pengendali hama secara merata pada

bedengan 3 360 120 0,00102

Mencampur pupuk kandang dengan tanah bedengan 3 360 120 0,00102

TOTAL FTE 0,02581

2 Penanaman

Meletakkan satu umbi bibit/lubang 3 1080 360 0,00305 Memberikan pupuk kandang 3 720 240 0,00203

TOTAL FTE 0,00508

3 Pemeliharaan

Mengganti tanaman yang tidak tumbuh 3 360 120 0,00102

Penyiangan 6 360 60 0,00051

Memangkas bunga 90 4050 45 0,00038

Mengontrol 365 21900 60 0,00051

Menyemprotkan POC 36 60 1,67 0,00001

Melakukan prose pengairan 48 480 10 0,00008

TOTAL FTE 0,00251

4 Pemanenan

Mencangkul tanah disekitar umbi kemudian mengangkat

umbi dengan garuk (panen) 3 1440 480 0,00407 Memisahkan umbi rindilan dan layak 3 180 60 0,00051 Mengemas umbi kedalam karung 3 360 120 0,00102

TOTAL FTE 0,00560

5 Pasca Panen Melakukan pengiriman 3 60 20 0,00017

(27)

13

Selain analisis beban kerja petani, analisis beban kerja pengumpul dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis beban kerja pengumpul melalui FTE

Eksportir merupakan stakeholders ketiga yang terdapat pada aktifitas rantai pasok komoditas kentang di Berastagi. Analisis beban kerja eksportir secara rinci

terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis beban kerja eksportir melalui FTE

Nilai FTE yang dihasilkan dari kumpulan aktifitas tersebut adalah sebesar 0,04905 menit/tahun. Aktifitas petani memiliki FTE sebesar 0,03900 menit/tahun yang merupakan aktifitas dengan FTE terbesar diantara stakeholders lainnya. Persiapan lahan pada petani memakan waktu paling lama diantara lima aktifitas besar lainnya dilihat dari FTE sebesar 0,02581 menit/tahun. Pada tahap persiapan lahan, terdapat aktifitas membersihkan tanah dari rumput yang memakan waktu hingga 6 jam, aktifitas membajak lahan yang memakan waktu hingga 8 jam, membuat bedengan selama 16 jam dan membuat saluran pembuangan air hingga 12 jam. Tahap penanaman memakan waktu 6 jam untuk meletakkan umbi dan tahan panen memakan waktu 8 jam untuk mencangkul tanah agar umbi dapat di keluarkan. Aktifitas-aktifitas ini memakan waktu yang sangat lama sehingga diperlukan improvement di aktifitas yang memungkinkan untuk membuat aktifitas-aktifitas tersebut menjadi lebih efektif.

No Aktifitas Frekuensi (kali/ tahun) Waktu Alokasi (menit) Waktu Penyelesaian Tugas (menit) FTE (menit/ tahun) 1 Mengemas 365 21900 60 0,00051 2 Menimbang 365 5475 15 0,00013 3 Mendistribusikan 365 5475 15 0,00013 FTE PENGUMPUL 0,00080 No Aktifitas Frekuensi (kali/ tahun) Waktu Alokasi (menit) Waktu Penyelesaian Tugas (menit) FTE (menit/ tahun) 1 Penyortiran 365 21900 60 0,00051 2 Menimbang 365 3650 10 0,00008 3 Mencuci kentang 365 21900 60 0,00051 4 pengemasan Dengan plastik 365 21900 60 0,00051 Dengan kardus 365 16425 45 0,00038 5 Pengiriman Menaikkan ke kontainer 26 3120 120 0,00102 Mengirim ke Singapura 26 18720 720 0,00610 FTE EKSPORTIR 0,00924

(28)

14

Setelah beban kerja petani, pengumpul, dan eksportir di hitung melalui FTE, dapat dilihat aktifitas mana yang dapat dioptimalkan waktu pengerjaannya. Improvement yang dilakukan untuk mengoptimalkan waktu penyelesaian aktifitas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement No

Aktifitas Frekuensi Waktu

Aktual

Waktu Penyelesaian

Tugas

Employee FTE

(kali/tahun) (Menit) (menit) petani pengumpul Eksportir (Menit/tahun)

1 Memilah umbi hasil produksi 3 120 40 40 0,00034

2 Merendam bibit dengan POC 3 620 206,67 206,67 0,00175

3 Mengembang biakkan produk pengendali hama dalam pupuk kandang 3 90 30 30 0,00025 4 Membersihkan tanah dari rumput dan sisa tanaman musim

sebelumnya,sekaligus membajak lahan dengan traktor 3 1080 360 360 0,00305

5 Membuat bedengan 3 2880 960 960 0,00813

6 Membuat saluran pembuangan air 3 2160 720 720 0,00610

7 Menebarkan pengendali hama secara merata 3 360 120 120 0,00102

8 Mencampur pupuk kandang dengan tanah bedengan 3 360 120 120 0,00102

9 Menanam umbi dengan Automatic Potato Planting Machine 3 720 240 240 0,00203

10 Memberikan pupuk kandang setelah umbi ditanam 3 720 240 240 0,00203

11 Mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuhnya jelek 3 360 120 120 0,00102

12 Membersihkan lahan dari berbagai gula (penyiangan). 6 360 60 60 0,00051

13 Memangkas bunga 90 4050 45 45 0,00038

14 Controlling 365 21900 60 60 0,00051

15 Menyemprotkan POC 36 60 1,67 1,67 0,00001

16 Melakukan prose pengairan dengan sistem irigasi tetes 48 480 10 10 0,00008

(29)

15

Keterangan F = Frekuensi kegiatan dilakukan

WA = waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan WPT = jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan

FTE = Full Time Equivalent

Lanjutan Tabel 7. Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement

No Aktifitas Frekuensi Waktu

Alokasi

Wakktu Penyelesaian

Tugas

Employee FTE

(kali/tahun) (Menit) (menit) petani pengumpul Eksportir (Menit/tahun)

18 Memisahkan umbi rindilan dan layak 3 180 60 60 0,00051

19 Mengemas umbi kedalam karung 3 360 120 120 0,00102

20 Melakukan pengiriman 3 60 20 20 0,00017

21 Melakukan pengemasan apabila kentang yang datang kepada mereka belum

dikemas 365 21900 60 60 0,00051

22 Menimbang kentang yang sudah dikemas per karung 365 5475 15 15 0,00013

23 Mendistribusikan kentang kepada eksportir 365 5475 15 15 0,00013

24 Mensortir kentang yang layak sesuai standar untuk di golongkan ke jenis XL,

Medium dan Mini 365 21900 60 60 0,00051

25 melakukan penimbangan kentang 365 3650 10 10 0,00008

26 membersihkan kentang dari kotoran dengan air bersih 365 21900 60 60 0,00051

27 Mengemas kentang dalam kemasan plastik 365 21900 60 60 0,00051

28 mengemas kentang ke dalam kardus 365 16425 45 45 0,00038

29 menaikkan kardus-kardus kentang ke kontainer 26 3120 120 120 0,00102

30 melakukan pengiriman ke luar negeri (singapur) 26 18720 720 720 0,00610

(30)

16

Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah merupakan suatu metode untuk mengukur suatu peningkatan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai tambah pada petani, pengumpul dan eksportir.

a. Analisis Nilai Tambah Petani

Pada dasarnya petani kentang memiliki tingkat produktivitas yang hampir sama. Faktor yang membedakan antara satu petani dan petani lainnya adalah harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh pengumpul. Walaupun sebenarnya harga beli yang ada tidak terlalu berbeda jauh. Analisis nilai tambah pada petani secara lengkap ditampilan pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis nilai tambah pada petani

Variabel Nilai

I. Output, input dan harga

1. Output (Kg) 10.000

2.Input (Kg) 1.300

3. Tenaga kerja (HOK) 6

4.Faktor konvensi 7,69

5.Koefisien tenaga kerja (HOK) 0,005

6.harga output (Rp/Kg) 3.500

7.Upah tenaga kerja langsung(Rp/HOK) 50.000

II. Penerimaan dan Keuntungan

8.Harga bahan baku (Rp/Kg) 1.950

9.Sumbangan Input lain (Rp/kg) 300

10.Nilai output (Rp/kg) 26.915

11.a.Nilai tambah (Rp/Kg) 24.665

b.Rasio nilai tambah(%) 91,64

12.a.Pendapatan Tenaga kerja

langsung(Rp/Kg) 250

b.Pangsa tenaga kerja (%) 1,01

13.a.Keuntungan (Rp/Kg) 24.415

b.Tingkat keuntungan (%) 90,71

14. Margin 24.965

a. pendapatan tenaga kerja langsung 1,01

b. sumbangan input lain 1,20

(31)

17 b. Analisis Nilai Tambah Pengumpul

Pengumpul kentang melakukan proses sortasi dan pengemasan apabila kentang belum disortir dan di kemas oleh petani serta melakukan penjualan kentang. Pengumpul di Desa Gurusinga tidak terlalu jauh dalam menentukan harga. Analisis nilai tambah untuk pengumpul kentang secara rinci dijelaskan pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis nilai tambah untuk pengumpul

Variabel Nilai

1. Output (Kg) 1.000

2.Input (Kg) 1.100

3. Tenaga kerja (HOK) 3

4.Faktor konvensi 1

5.Koefisien tenaga kerja(HOK) 0,003

6.harga output(Rp/Kg) 4.500

7.Upah tenaga kerja langsung(Rp/HOK) 15.000

II. Penerimaan dan Keuntungan

8.Harga bahan baku (Rp/Kg) 3500

9.Sumbangan Input lain(Rp/Kg) 0

10.Nilai output(Rp/Kg) 4.500

11.a.Nilai tambah(Rp/Kg) 1.000

b.Rasio nilai tambah(%) 22,22

12.a.Pendapatan Tenaga kerja langsung(Rp/Kg) 45

b.Pangsa tenaga kerja (%) 4,5

13.a.Keuntungan (Rp/Kg) 955

b.Tingkat keuntungan (%) 21,22

14. Margin 1.000

a. pendapatan tenaga kerja langsung 4,5

b. sumbangan input lain 0

c. keuntungan pengumpul 95,5

c. Analisis Nilai Tambah Eksportir

Perusahaan eksportir tidak mau menerangkan harga yang dia bayarkan kepada petani serta nilai tambah yang diberikan kepada produk kentang. Namun kentang yang telah memasuki gudang eksportir akan melewati proses sortir, pencucian, packaging, dibawa oleh container ke pelabuhan hingga dikirim ke luar negeri.

(32)

18

Perkiraan dan asumsi dilakukan untuk melakukan analisis nilai tambah pada tingkat eksportir agar lebih memudahkan. Analisis nilai tambah untuk eksportir secara rinci dijelaskan pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis nilai tambah untuk eksportir

Variabel Nilai

1. Output (Kg) 10000

2.Input (Kg) 10000

3. Tenaga kerja (HOK) 10

4.Faktor konvensi 1,00

5.Koefisien tenaga kerja (HOK) 0,001

6.harga output (Rp/Kg) 18224,05

7.Upah tenaga kerja langsung(Rp/HOK) 10000

II. Penerimaan dan Keuntungan

8.Harga bahan baku (Rp/Kg) 4500

9.Sumbangan Input lain (Rp/Kg) 500

10.Nilai output(Rp/Kg) 18224,05

11.a.Nilai tambah (Rp/kg) 13224,05

b.Rasio nilai tambah(%) 72,56

12.a.Pendapatan Tenaga kerja langsung(RP/Kg) 10,00

b.Pangsa tenaga kerja(%) 0

13.a.Keuntungan(Rp/Kg) 13214,05

b.Tingkat keuntungan (%) 99,9243802

14. Margin 13.724

a. pendapatan tenaga kerja langsung 0,07

b. sumbangan input lain 3,64

c. keuntungan eksportir 96,28

d. Analisis Distribusi Nilai Tambah

Analisis distribusi nilai tambah digunakan untuk membandingkan persentase nilai tambah real yang didapat stakeholders pada penelitian ini. Berdasarkan analisis nilai tambah petani dengan metode Hayami pada Tabel 8, nilai tambah petani merupakan nilai tambah yang terbesar diantara stakeholders lain. Namun pada kondisi real, pihak eksportir merupakan penerima nilai tambah terbanyak. Hal ini disebabkan oleh pada kondisi real, harga produk pertanian ditentukan oleh pasar. Sehingga, nilai output kentang yang idealnya Rp.26.915 melalui analisis nilai tambah Hayami hanya dihargai Rp.3.500 di pasaran.

(33)

19

Analisis distribusi nilai tambah untuk ketiganya dapat dilihat secara jelas pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis distribusi nilai tambah petani, pengumpul dan eksportir

No Pelaku Harga input/kg Biaya input lain/kg Harga output/kg Nilai tambah/kg Persentase nilai tambah (%) 1 Petani 1950 300 3.500 1.250 8,08 2 Pengumpul 3500 0 4.500 1.000 6,46 3 Eksportir 4500 500 18.224,05 13.224,05 85,46 Total 15.474,05 100

Setelah dilakukan perhitungan marjin pemasaran, FTE dan nilai tambah, semua hasil perhitungan tersebut secara singkat dirangkum pada Tabel 11.

Tabel 12. Margin Pemasaran, FTE dan Nilai Tambah pada Stakeholders rantai pasok komoditas kentang di Berastagi

Stakeholders Marjin Pemasaran (Rp) FTE Persentase Nilai

Tambah Petani Struktur 1. Rp. 1.250 2. Rp. 1.250 3. Rp. 2.250 4. Rp. 1.550 0,03900 8,08 Pengumpul Struktur 1. Rp. 400 2. Rp. 1.000 0,00080 6,46 Eksportir Struktur 2. 13.724,05 3. 13.724,05 0,00924 85,46

Berdasarkan business process mapping dan perhitungan FTE, aktifitas terbanyak terdapat pada petani. Walaupun begitu, berdasarkan distribusi nilai tambah, margin pemasaran eksportir merupakan yang terbesar. Banyaknya input yang ditambahkan oleh eksportir seperti plastik dan kardus serta harga jual kentang di Singapura yang tinggi membuat marjin pemasaran eksportir lebih tinggi dari stakeholders lain. nilai tambah merupakan peningkatan nilai melalui harga maupun proses yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Seharusnya nilai tambah terbesar didapat oleh petani mengingat aktifitas terbanyak dan sumberdaya yang besar terdapat pada petani. Oleh karena itu dibutuhkan pengoptimalan waktu kerja, improvement, dan business process reengineering agar dapat disesuaikan antara banyaknya aktifitas dengan nilai tambah yang didapat. Business process reengineering (BPR) merupakan strategi manajemen bisnis yang dirintis pada awal tahun 1990. BPR berfokus pada analisis dan desain alur kerja serta proses dalam sebuah organisasi. BPR bertujuan untuk membantu organisasi secara fundamental memikirkan kembali bagaimana mereka melakukan pekerjaan mereka secara dramatis dalam rangka meningkatkan

(34)

20

pelayanan pelanggan, memotong biaya operasional, dan menjadi pesaing kelas dunia (GAO 1007). Selain itu, diperlukan adanya suatu badan yang menaungi petani-petani di Kecamatan Berastagi guna mewadahi aktifitas petani agar nilai tambah dapat ditingkatkan seperti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Koperasi Unit Desa. Pengolahan pasca panen yang tepat dan kreatif juga dapat meningkatkan nilai tambah kentang. Kentang yang merupakan komoditas pertanian yang tidak tahan lama dan mudah busuk dapat diolah menjadi lebih tahan lama dengan memprosesnya menjadi keripik kentang, dan french fries yang saat ini telah menjadi salah satu kudapan favorit di indonesia.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peta implikasi manajerial dari analisis beban kerja stakeholders komoditas kentang di Kecamatan Berastagi secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholders komoditas kentang di Kecamatan Berastagi

1. Assesment dan workload analysis telah dilakukan di Desa Gurusinga Kecamatan Berastagi melalui observasi, wawancara dan perhitungan waktu penyelesaian tugas dengan perhitungan FTE. Yang menunjukkan bahwa aktifitas yang memiliki FTE terbesar terdapat pada petani yaitu sebesar 0,03900.

Assesment dan work load analysis Observasi, wawancara, perhitungan waktu penyelesaian tugas Petani, pengumpul, eksportir

Business process mapping dan analisis nilai tambah

Business process reengineering yang efektif dan efisien pada sistem rantai

pasok kentang

Training dan penyuluhan, Trust building, teknologi,

budidaya organik,

(35)

21 2. Business process mapping dan analisis nilai tambah telah dilakukan pada masing-masing stakeholders yang terdapat pada rantai pasok komoditas kentang yaitu petani, petani sekaligus pengumpul, dan eksportir di Kecamatan Berastagi. Dari Business process mapping terlihat bahwa aktifitas terbanyak terdapat pada petani. Sementara dari perhitungan distribusi nilai tambah, nilai tambah terbanyak didapatkan oleh pihak eksportir. Pada perhitungan marjin pemasaran, struktur nomor 3 menghasilkan marjin pemasaran terbesar untuk petani. Struktur 3 terdiri dari petani dan eksportir PT. Alamanda sejati Utama. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dengan cara memfokuskan aktifitas pada struktur 3 melalui peningkataan kualitas produk agar lebih banyak kentang dari petani yang lulus tahap penyortiran oleh eksportir.

3. Business process reengineering. Kondisi eksisting business process mapping pada aktifitas rantai pasok kentang menunjukkan kondisi yang tidak efektif dan efisien bagi petani. Aktifitas yang paling banyak terdapat pada petani namun nilai tambah justru paling banyak didapatkan oleh eksportir. oleh karena itu dibutuhkan business process reengineering guna mencapai efektifitas dan efisiensi rantai pasok kentanf melalui :

a. Training dan penyuluhan. Petani yang kurang memiliki pengetahuan akan kewirausahaan dan proses bisnis membutuhkan training dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran petani tentang kewirausahaan dan petani mandiri. Peran pemerintah dan Badan Penyuluhan sangat penting dalam menciptakan program pelatihan untuk petani. Training dan penyuluhan mengenai penciptaan nilai tambah dan penguasaan aktifitas hilir dapat menambah kompetensi petani sehingga petani tidak hanya menjual kentang mentah dan melakukan aktifitas hulu saja. Misalnya saja kentang rindilan yang langsung dibuang oleh petani dapat dimanfaatkan untuk dijual ke rumah makan baik di Sumatera Utara maupun ke Pulau Jawa sebagai kentang untuk masakan rendang. Kentang-kentang tersebut juga dapat dijual ke hotel sebagai bahan untuk membuat mashed potato atau keripik kentang agar produk kentang dapat bertahan lama. Aktifitas di tingkat eksportir juga dapat dilakukan oleh petani seperti sudah mencuci bersih kentang yang akan diantarkan ke eksportir. Bahkan apabila petani mampu meningkatkan kompetensinya, maka aktifitas pengumpul pun dapat digantikan oleh petani. b. Trust building. Kepercayaan yang terbangun diantara anggota rantai pasok

mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai pasok, seperti kelancaran transaksi, penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. Proses trust building di dalam rantai pasokan Kentang di Desa Gurusinga sebagian besar terjalin tanpa adanya kesepakatan kontraktual yang mengikat. Namun tetap ada beberapa petani yang memiliki kesepakatan kontraktual dengan perusahaan eksportir. Walaupun telah terdapat kesepakatan kontraktual, petani masih sering melanggar kontrak mengenai kesepakatan kuantitas karena petani akan menjual kentangnya kepada pihak yang menawar lebih tinggi dari harga beli eksportir. oleh karena itu perlu adanya penyuluhan tentang trust building dan proses membangunnya yang dilakukan oleh badan penyuluhan maupun pemerintah.

c. Teknologi. Beberapa aktifitas di petani masih belum efektif karena masih menggunakan cara konvensional sehingga membutuhkan waktu yang lama.

(36)

22

Keterbatasan modal dan pengetahuan mengenai teknologi budidaya merupakan faktor yang menyebabkan petani tidak dapat menggunakan teknologi yang tepat. Improvement dengan menambahkan teknologi perlu dilakukan guna menciptakan efektifitas dan efisiensi pada aktifitas stakeholders. Penyiraman otomatis dengan sistem irigasi tetes merupakan sistem paling tepat karena petani dapat memberikan nutrisi kepada tanaman sesuai kebutuhannya. Metode ini menghemat air dan pupuk serta mengurangi penyakit dan jamur pada tanaman. Kegiatan menanam umbi kentang bisa dilakukan dengan Automatic Potato Planting Machine yang merupakan mesin modern untuk menanam kentang yang sudah sering digunakan pada pertanian kentang di luar negeri. Kegiatan pemanenan yang biasanya hanya menggunakan cangkul dan garuk dapat dioptimalkan dengan menggunakan Potato Harvest Machine. Apabila hal ini diimplementasikan, maka dibutuhkan training dan penyuluhan untuk petani agar mampu mengoperasikan mesin tersebut. Penambahan teknologi tidak dimaksudkan untuk menghilangkan lapangan pekerjaan. Hal ini justru diharapkan dapat memicu kesadaran petani untuk memiliki kompetensi dan menjadi petani mandiri yang kreatif. Sehingga tidak menutup kemungkinan petani Berastagi bisa membuat perusahaan sendiri.

d. Budidaya organik. Kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan melalui mengkonsumsi segala makanan organik mulai meningkat. Budidaya secara organik juga dapat diterapkan pada kentang di Kecamatan Berastagi. Teknologi budidaya secara organik dapat meningkatkan harga kentang melalui segmen khusus.

e. Relationship building. Dikarenakan harga mesin untuk memanen dan

menanam kentang yang cukup mahal, Pemerintah melalui Kementrian Pertanian dan Dinas Pertanian harus mengupayakan kerjasama dengan CSR perusahaan-perusahaan besar yang memiliki concern terhadap pertanian. Sebagai negara pertanian, semua pihak terkait harus memberikan support terhadap pertanian. Seperti Pertamina yang menyumbangkan dana kemitraan terbesar untuk bidang pertanian sebesar Rp858 milyar lebih dan untuk bidang perkebunan sebesar Rp178 milyar (Ruslan 2012). Apabila kerjasama ini dapat dijalin, maka penyediaan mesin-mesin modern untuk kentang dapat direalisasikan. Dikarenakan mesin-mesin ini merupakan sumbangan dari pihak lain untuk petani, maka harga produk tidak akan meningkat. Harga akhir malah dapat ditekan dan mampu bersaing dengan kentang impor. Selain itu pemerintah diharapkan dapat tegas dalam memberlakukan kebijakan penurunan dan pembatasan harga pupuk. Sehingga harga ke end user yang murah dapat dicapai. Kentang pesaing dari Bangladesh pun dapat dikalahkan oleh kentang lokal dari Kecamatan Berastagi.

(37)

23

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Waktu kerja yang digunakan dalam rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE) pada Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara masih belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh penggunaan cara-cara yang masih tradisional sehingga beberap aktifitas yang ada pada petani masih memakan waktu yang cukup lama. Berdasarkan business process mapping, kondisi eksisting aktivitas rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Sumatera Utara dalam rangka meningkatkan daya saing petani dari segi harga dan kualitas masih belum efektif dan efisien. Penyebabnya adalah penggunaan bibit yang belum terstandarisasi, metode pertanian yang konvensional dan kurangnya pemahaman petani tentang pentingnya kontrak sehingga alur bisnispun menjadi terhambat. Perhitungan distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai tambah Hayami belum merata. Aktifitas terbanyak terdapat pada petani namun nilai tambah terbanyak justru didapatkan oleh eksportir. Hal ini dapat diatasi dengan business process reengineering melalui pemberian penyuluhan kepada petani tentang kontrak bisnis serta training guna meningkatkan kompetensi petani untuk memperluas pasar petani, trust building, improvement, budidaya organik dan relationship building. Harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh pengumpul berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh kuantitas kentang yang ada pada petani, pengumpul akan menawar harga apabila semakin banyak supply yang ada pada petani.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dikarenakan belum adanya penelitian sebelumnya yang membahas tentang beban kerja petani. Sehingga sulit bagi peneliti untuk menemukan referensi dari penelitian terdahulu.

Saran

Berdasar penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan saran sebagai berikut:

1. Diterapkannya implikasi manajerial seperti pengadaan training dan penyuluhan, trust building, improvement, budidaya organik dan relationship building guna tercapainya desain pekerjaan pada sistem rantai pasok yang efektif dan efisien.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis beban kerja petani selain beban kerja berdasarkan aktifitas. Misalnya saja berdasarkan rasio ataupun target 3. Diadakan penelitian selanjutnya untuk menganalisis efektifitas dan efisiensi

(38)

24

Daftar Pustaka

Anderson C. 2009. What is a process map [internet]. [diunduh 2013 Feb 28]. Tersedia pada: http://www.bizmanualz.com/blog/what-is-a-process-map.html Charles et all 2007. Drip and Micro Irrigation Design and Management for Trees,

Vines, and Field Corps 3rd Edition.

[Geo] United States General Accounting Office. 1997. Business Process Re-engineering Assessment Guide [internet]. [diunduh 2013 april 03]. Tersedia pada: http://www.gao.gov/special.pubs/bprag/bprag.pdf

Hayami Y. 1987. Agricultural marketing and processing un Upland Java, a Perspective from Sunda Village. CGPRT center. Bogor.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. 2004. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004). Jakarta.

Lal, Srivastava. 2009. Cost Accounting. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

Lina, lena. 2008. Supply Chain Management Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Mangkuprawira S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nawawi H. 2008. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Komptetitif. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Keuangan No. 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban kerja (Workload Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan.

Rivai V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Rajagrafindo Perkasa. Jakarta.

Ruslan B. 2012. Dana Kemitraan Pertamina terbesar ke pertanian [internet]. [diunduh 2013 Jan 7]. Tersedia pada:

http://m.antaranews.com/berita/1336581581/dana-kemitraan-pertamina-terbesar-ke-pertanian

Siagian S. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. Tarigan J. 1998. Analisis Nilai Tambah dan Biaya Sumber Domestik Industri Pulp

dan Kertas PT. Kertas Padalarang. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB

Taylor F. 1911. Shop Management. New York and London. Harper, brothers. Wakui, Taadaki. 2000. Study On Work Load of Matron Under Shift A Special

(39)

25

RIWAYAT HIDUP

Ahira Septini Putri lahir lahir di Langsa, Aceh Timur pada tanggal 30 September tahun 1991 dan merupakan putri pertama dari Ibu Sumarni. Penulis mengecap pendidikan dasar di SD Negeri Impres Sei Liput pada tahun 1997 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kuala Simpang pada tahun 2004. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Kejuruan Muda. Tahun 2009 penulis resmi menjadi civitas akademika Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Sime Darby Minamas Plantation. Kegiatan penulis diluar akademik adalah mengikuti organisasi, mengisi acara sebagai MC dan bermain alat musik. Penulis pernah menjabat sebagai sekretaris Departemen Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen serta mengikuti kepanitiaan lainnya seperti Extravaganza, Sportakuler, Bakti Pendidikan dan Bina Mapres. Sejak bangku sekolah menengah penulis sering mengikuti lomba pidato serta debat Bahasa Inggris baik di Sekolah maupun di tingkat kejuaraan provinsi. Pada tahun 2010 penulis memperoleh juara kedua lomba berpidato Bahasa Inggris pada acara Fateta Annual English Competition yang diadakan oleh BEM FATETA Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis beban kerja stakeholders dalam aktivitas  rantai pasok komoditas kentang Kecamatan Berastagi
Tabel 2. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami
Gambar 2. Model distribusi kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi  Aliran  komoditas  kentang  pada  model  rantai  pasok  diatas  dibagi  menjadi  beberapa rantai, sebagai berikut:
Gambar 3. Business process mapping pada distribusi komoditas kentang di  Kecamatan Berastagi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Asam Lemak Rantai Pendek (ALRP) Hasil penelitian yang disajikan pada tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa pemberian tepung tempe dan konsentrat serat kedelai pada pakan

Data hasil respon siswa akan game edukasi 3D diperoleh dari 5 buah pernyataan akan ketertarikan siswa dalam bermain, konsistensi siswa dalam menggunakan game,

Dik:.. Bola kecil membawa muatan 50 nC dan kerangka tidak membawa muatan bersih. Hitunglah kekuatan medan listrik 5.0 cm dari pusat. Sebuah bola kecil

Model yang dibuat terdiri dari model perhitungan kebutuhan bahan, model penugasan mesin, dan model penjadwalan untuk semua workstation yang ada, sedang pengujian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Wonoharjo Kecamatan Nguntorona di Kabupaten Wonogiri

Sajian terakhir gendhing Jathilan dimainkan pada saat nimbul atau penyembuhan, yaitu ketika gendhing ini kembali dihadirkan sebagai musik dalam penyembuhan, meskipun

Abdul Gafur, 2010, Peran imam dalam penyelesaian sengketa perkawinan lari di Makassar, Tesis, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.. jaringan dalam peta budaya.

oleh pemilik atau penyelenggara reklame yang diperoleh berdasarkan estimasi yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. l) Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame