BAB II
PROFIL KABUPATEN/KOTA
2.1. Wilayah Administrasi
Parigi Moutong terletak di antara 2°22’ Lintang Utara (LU) dan 3°48’ Lintang Selatan (LS)
serta antara 119°22’ dan 124°22’ Bujur Timur (BT). Karena dilalui oleh garis 0° (garis
khatulistiwa), maka suhu udara relatif panas. Kabupaten Parigi Moutong memiliki luas 6.231,85
km2, berada pada urutan keempat luas kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah setelah
Kabupaten Morowali, Banggai dan Poso. Walaupun luasnya hanya 9,16% dari luas Provinsi
Sulawesi Tengah, produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah ini merupakan yang terbesar
di Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah Kabupaten Parigi Moutong terdiri atas 23 kecamatan pada
Tahun 2013. Wilayah ini terbentang dari Sausu (kecamatan paling selatan) sampai di Moutong
(kecamatan paling utara). Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Tinombo yaitu 613,16 km2
dan yang terkecil adalah Kecamatan Parigi yaitu sebesar 23,50 km2. Kabupaten Parigi Moutong
memiliki batas-batas wilayah antara lain sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, Kabupaten Toli-Toli, dan Provinsi
Gorontalo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kota Palu.
Luas Kabupaten Parigi Moutong menurut kecamatan Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 2.1
LUAS KABUPATEN PARIGI MOUTONG MENURUT KECAMATAN TAHUN 2013
NO KECAMATAN LUAS (Km2) PERSENTASE
1 SAUSU 410,32 6,58
IBUKOTA KECAMATAN DAN BANYAKNYA KELURAHAN DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2015
NO KECAMATAN IBU KOTA BANYAK KELURAHAN
1 SAUSU Sausu 10
Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah satu daerah agraris di Sulawesi Tengah sehingga
sektor petanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam roda perekonomian
daerah dan merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yaitu sebesar 52,98 persen. Komoditas perkebunan yang telah dikembangkan terdiri
dari kakao, kelapa, cengkeh, kopi, kapuk, kemiri dan jambu mete. Pada tahun 2009 komoditas
yang paling banyak dihasilkan adalah kakao sebesar 73.568 ton dengan luas areal tanam 65.565 Ha,
produksi kelapa mencapai 41.600 ton dengan luas areal tanam 24.906 Ha, produksi cengkeh
mencapai 875 ton dengan luas areal tanam 3.357 Ha, produksi kopi mencapai 358 ton dengan luas
kemiri mencapai 180 ton dengan luas areal tanam 260 Ha, produksi jambu mete mencapai 130 ton
dengan luas areal tanam 864 Ha. Kabupaten Parigi Moutong memiliki areal hutan seluas 396.236
Ha, terdiri dari hutan lindung 162.640 Ha, hutan produksi biasa tetap 22.467 Ha, hutan produksi
terbatas 127.607 Ha, hutan yang dapat dikonversi 22.808 Ha, hutan suaka alam dan hutan wisata
60.714 Ha. Jenis kayu yang dihasilkan terdiri dari meranti, palapi, nyatoh, motoa, cempaka, rimba
campuran, rotan dan damar. Ternak kambing merupakan populasi yang cukup besar di Kabupaten
Parigi Moutong disamping ternak lainnya. Pada tahun 2009, ternak kambing populasinya mencapai
28.351 ekor, ternak sapi dengan populasi 24.670 ekor, ternak babi dengan populasi 560 ekor dan
ternak kuda dengan populasi 377 ekor. Sedangkan ternak ayam kampung, pada tahun 2009
populasinya mencapai 320.091 ekor, ayam pedaging sebanyak 342.304 ekor, ayam ras petelur
sebanyak 12.581 ekor dan populasi ternak itik sebanyak 29.260 ekor. Jumlah potensi lestari di
Kabupaten Parigi Moutong yang terkandung dalam wilayah laut khusus Teluk Tomini mencapai
68.000 ton/tahun, terdiri dari ikan pelagis (3,2 ton/km2 per tahun) dan ikan demersal (2,9 ton/Km2
per tahun). Dari luas areal penangkapan yang mencapai 28.208 Km2, baru berproduksi sekitar
21.072,2 ton/tahun yang berarti baru 30,9 persen dari jumlah potensi lestari. Belum optimalnya
pemanfaatan potensi perikanan tangkap disebabkan masih kecilnya jumlah armada yang beroperasi
serta masih sederhananya teknologi yang digunakan. Pada tahun 2009 produksi perikanan tangkap
laut dan umum mencapai 23.583,13 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 267.913.000.000,-,
produksi perikanan budidaya tambak mencapai 1.188,70 ton dengan nilai produksi Rp.
49.166.000.000,-, produksi perikanan budidaya laut mencapai 7.886,50 ton dengan nilai produksi
Rp. 24.920.000.000,- dan produksi perikanan budidaya kolam mencapai 92,60 ton dengan nilai
produksi sebesar Rp.1.452.000.000,-.
2.2.1. Pariwisata
Adapun objek wisata yang sementara dikelola dan dikembangkan di Kabupaten Parigi
Moutong antara lain:
• Air Terjun Tolai, Rasita Cinta Bahari, dan tempat telur/sarang burung Maleo, Lokasi
Kecamatan Sausu.
• Pulau Makakata, Tanjung Makakata, Air Panas Kayu Boko, Pantai Kayu Bura, Pantai Sinar
Kampal, Pantai Bambalemo, Pantai Uwenggalojo Toboli, Pantai Mautivon Avulua, Pantai
Pointoluwa MamuaToboli, dan Air Terjun Mambuku Nujea Pangi, Lokasi Kecamatan
• Pantai Nalera, Air Terjun Likunggavali/Panjat Tebing, Tanjung Maranindi, Air Terjun
Polindo Lara, Air Panas Kasimbar, Pulau Kelelawar, Gunung Sidole, dan Gunung Sindu,
Lokasi Kecamatan Ampibabo.
• Pantai Sidoan, Air Panas Sidoan dan Air Terjun Sidoan, Lokasi Kecamatan Tinombo.
• Air Terjun Ogomojolo, Pulau Ogotion, Gunung Tinombala, dan Gua Tingkulang, Lokasi
Kecamatan Tomini.
• Pulau Ongka, Pasir Putih Santigi, Pulau Mandora, Pulau Moian, Pasir Putih Sibatang, Pulau
Solaya, Dagat Dede (Pulau Kecil), Danau Bolano Sau dan Danau Dako, Lokasi Kecamatan
Moutong.
• Kuburan Tua Bulu Malali, Magao Janggo, dan Fuse Lembah, Kecamatan Parigi.
• Ogo Alas, Monumen Khatulistiwa, Rumah Adat Tinombo, dan Batu Tikar, Kecamatan
Tinombo.
• Pulau Kubur, Kecamatan Tomini.
• Perkebunan rambutan, pembibitan pohon pinang, dan kebun durian Parigimpa, Kecamatan
Ampibabo.
2.3. Gambaran Demografi dan Urbanisasi
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong pada Tahun 2013
sebanyak 439.067 jiwa yang terbagi atas 225.766 laki-laki dan 213.301 perempuan, sedangkan pada
Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong mengalami peningkatan sebesar 1,69
persen dibandingkan Tahun 2011 yaitu dari 421.234 jiwa menjadi 428.359 jiwa. Kenaikan jumlah
penduduk tersebut juga menaikkan kepadatan penduduk dari 68 jiwa per km2 menjadi 69 jiwa per
km2. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tinombo, yang mencapai 35.244 jiwa (8,23
persen). Kepadatan penduduk tertinggi berada di ibukota kabupaten (Kecamatan Parigi) dengan
kepadatan mencapai 1.269 jiwa per km2meningkat 28 jiwa per km2dibandingkan Tahun 2011.
Berdasarkan angka sex ratio sebesar 106, penduduk laki-laki (220.408) lebih besar
dibandingkan dengan perempuan (207.951). Pertumbuhan penduduk laki-laki juga lebih besar (1,86
persen) dibandingkan perempuan (1,51 persen) pada Tahun 2012. Berdasarkan komposisinya,
penduduk Kabupaten Parigi Moutong masih tergolong usia muda, sehingga prioritas pembangunan
seyogyanya adalah bidang pendidikan. Angka ketergantungan (dependency ratio) juga masih cukup
tinggi (mencapai 61), artinya beban usia produktif masih cukup besar. Jika dibandingkan dengan
Pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu pada Kecamatan Palasa sebesar 3,30 persen per tahun,
sedangkan Kecamatan Siniu memiliki pertumbuhan penduduk yang paling rendah yaitu sebesar
0,31 persen per tahun.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Parigi Moutong pada Tahun 2012
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota
yang lainnya di Provinsi Sulawesi Tengah, TPT Kabupaten Parigi Moutong berada pada urutan
ketiga setelah Banggai dan Kota Palu. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan Sulawesi Tengah
(3,93). Namun sebagai wilayah agraris, TPT sebesar 4 persen masih tergolong rendah.
Berdasarkan data penduduk usia kerja sebanyak 265.269 jiwa, penduduk yang bukan
angkatan kerja mencapai 24,45 persen, terdiri dari penduduk yang sekolah, ibu rumah tangga,
pensiun dan penduduk yang sengaja tidak ingin bekerja. Tingkat kesempatan kerja sebenarnya
sangat tinggi, hingga mencapai 95,11 persen. Namun lapangan kerja yang tersedia mayoritas pada
sektor primer, mengingat produk terbesar yang dihasilkan di Kabupaten Parigi Moutong adalah
hasil pertanian dalam arti luas (mencakup tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan). Mobilitas tenaga kerja pada sektor pertanian sangat tinggi, sehingga menyebabkan naik
turunnya pengangguran terbuka di wilayah ini.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran kependudukan di Kabupaten Parigi Moutong dapat
dilihat pada tabel indikator kependudukan berikut.
TABEL 2.3
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 69
Sex Ratio (%) 106
Jumlah Kepala Keluarga (KK) 98,047
Rata-rata ART (Jiwa/KK) 4
Dependency Ratio 61
2.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten/Kota
2.4.1. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Parigi Moutong menunjukkan adanya kemajuan yang sangat
berarti. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi rata – rata yang dicapai
selama tahun 2003 s/d 2008 sebesar 6,27 persen. Sektor dominan yang meningkat cukup pesat
adalah Sektor Pertanian, yang didukung terutama oleh Subsektor tanaman Pangan, yaitu padi dan
palawija.
Demikian juga dari Subsektor Perkebunan, komoditi yang cukup penting adalah kakao,
kelapa sawit, cengkeh dan kelapa.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2003 s/d 2007
berdasarkan harga rata – rata berlaku sebesar 2.476.955 rupiah. Nilai ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2002, yang hanya sebesar 2.231.612 rupiah. Demikian pula
terjadi peningkatan yang signifikan pada Produk Domestik Regional Bruto riil setiap
tahunnya bertumbuh sangat pesat, Laju pertumbuhan PDRB riil setiap Tahun Anggaran
meningkat dimana Pertumbuhan positif terjadi pada tujuh sektor, sedangkan dua sektor lainnya
mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut dapat dirinci sebagai berikut : Sektor Penggalian
mencapai 8,11 %; Sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 8,82 %; Sektor Bangunan sebesar 7,14 %;
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 6,76 %; Sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar
4,43 %.
Demikian juga dengan laju pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
yang mencapai 5,38 % serta Sektor Jasa–jasa meningkat pesat menjadi 16,43 %.
Untuk target indicator makro ekonomi pada lima tahun yang akan dating dapat
TABEL 2.4
Proyeksi Pertumbuhan PDRB dan PDB Per Kapita
Tahun PDB/Kap. Ass.Pertumb. PDRB H Konstan Ass.Pertumb.
2003 5,281,545.00 1,722,354.00
Rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat diperkirakan akan tumbuh 6%
setiap tahunnya. Disamping itu Pendapatan Domestic Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Parigi
Mautong diasumsikan setiap tahunnya akan naik sebesar 8 %. Kondisi ini dimungkinkan terjadi
dengan adanya keinginan yang kuat masyarakat Kabupaten Parigi Moutong untuk berkembang
menjadi Kabupaten Terdepan di Propinsi Sulawesi Tengah pada 5 tahun yang akan dating dan
perekonomian masyarakat semakin baik serta infrastruktur yang menunjang investasi semakin
di genjot oleh pemerintah daerah.
Kabupaten Parigi Moutong memiliki potensi ekonomi lestari adalah sebagai berikut :
1. Luas Sawah : 30.779. Ha.
2. Perkebunan (Kakao, Kelapa, Cengkeh): 73.448. Ha.
3. Perikanan Teluk Tomini :
a. Potensi Lestari : 68.000 Ton/Tahun.
b. Tambak : 3.600 Ton/Tahun.
4. Kehutanan :
a. Hutan Lindung : 162.640 Ha.
b. Hutan Konservasi : 60.714 Ha.
Potensi lestari dimaksudkan adalah potensi yang terkandung dalam wilayah Kabupaten
Parigi Moutong yang telah diakui berdasarkan hasil penelitian dan perubahan potensi tersebut
hanya dapat dilakukan berdasarkan penelitian suatu lembaga yang professional dan akuntabel.
Untuk lima tahun yang akan dating potensi ini akan diperbaharui untuk meningkatkan
value edded (nilai tambah) bagi masyarakat melalui proses produksi yang optimal dan
memiliki daya saing untuk pasar local dan regional. Pemerintah juga akan memperhatikan
keberlanjutan potensi lestari tersebut agar tidak merusak lingkungan yang dapat mengakibatkan
bencana alam.
2.4.2. Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin 2.4.2.1.Pendapatan Perkapita
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Esensi pembangunan pada hakikatnya adalah upaya untuk peningkatan kualitas manusia itu
sendiri dilihat dari berbagai dimensi. Salah satu indikator yang secara umum digunakan untuk
menentukan keberhasilan pembangunan adalah Human Development Indeks (Indeks Pembangunan
Manusia-IPM). IPM adalah sebuah indeks yang disepakati dapat mengukur seberapa baik tingkat
kesejahteraan masyarakat daerah tertentu berdasarkan beberapa kriteria penilaian antara lain indeks
pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. Semakin baik IPM menggambarkan tingkat
kesejahteraan yang makin baik pada daerah tersebut demikian pula sebaliknya semakin rendah IPM
berarti semakin tertinggal pembangunan suatu daerah. Berdasarkan Standar yang digunakan UNDP,
skala IPM berkisar 0-100 dengan jabaran sebagai berikut :
• < 50 artinya terbelakang (kesejahteraan rendah)
• 50-65, artinya kesejahteraan menengah ke bawah
• 65-80, artinya kesejahteraan menengah ke atas
• 80 kesejahteraan tinggi
IPM dibangun dengan 3 komponen dasar yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli
Tabel 2.5
Klasifikasi Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli
Klasifikasi Indeks pendidikan Indeks kesehatan Indeks data beli
Tinggi 78.10 - 86,78 69,70 - 74,40 52,37 - 53,77
Sedang 69,21 - 78,09 64,99 - 69,69 50,96 - 52,36
Rendah 60,32 - 69,20 60,28 - 64,98 49,55 - 50,95
Sumber : UNDP dalam IPM Sulawesi Tengah, 2008
Berdasarkan klasifikasi di atas, nilai IPM kabupaten Parigi Moutong mengalami kenaikan
dan telah mampu merubah klasifikasi pembangunan dari kesejahteraan menengah ke bawah di
tahun 2004 (Nilai IPM 50-65) menjadi klasifikasi kesejahteraan menengah ke atas di tahun 2005
(nilai IPM antara 65-80), untuk tahun 2006 mengalami kenaikan (nilai IPM antara 66-80) dan di
tahun 2007 Kabupaten Parigi Moutong 67.48 (nilai IPM antara 66-80).
Berdasarkan standar UNDP di atas, maka dapat dijelaskan bahwa selama tahun 2006 dan
2007 Kabupaten Parigi Moutong telah berhasil meningkatkan IPM dari kategori menengah ke bawah menjadi masuk dalam kelompok menengah keatas. Namun demikian jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Kabupaten Parigi Moutong masih berada pada peringkat yang buruk
dimana pada tahun 2004 berada di peringkat ke 8 dari 10 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah,
sementara pada tahun 2005 turun menjadi peringkat ke 9. Penurunan peringkat ini disebabkan
karena pertumbuhan IPM kabupaten Parigi Moutong lebih rendah dari tingkat pertumbuhan IPM
kabupaten lain meskipun secara faktual indeks IPM kabupaten Parigi Moutong naik dari 64,7
menjadi 65,6 di tahun 2005. Namun tahun 2006 peringkatnya naik pada peringkat ke 6, juga di
tahun 2007 peringkatnya tetap.
Selama tahun 2004 dan 2005 IPM Kabupaten Parigi Moutong masih berada dibawah rata
berada dibawah rata—rata IPM Sulawesi Tengahyang mencapai 67,3 ditahun 2004 dan 68,5 di
tahun 2005. Namun pada tahun 2006 dan tahun 2007 terjadi perbaikan yang signifikan terhadap
IPM Kabupaten Parigi Moutong sehingga hal ini mengambarkan upaya pemerintah didalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya telah membuahkan hasil dan pada lima tahun yang
akan datang diprediksikan IPM Kabupaten Parigi Moutong lebih baik lagi hal ini dapat dilihat pada
Dari gambaran nilai IPM diatas menjaleaskan bahwa pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten
Parigi Moutong akan berada diatas rata-rata Propinsi Sulawesi Tengah dan Rata-rata Nasional.
Dengan demikian indicator ini dapat mencerminkan terpenuhinya Visi Bupati terpilih untuk
mewujudakan Kabupaten Parigi Moutong sebagai Kabupaten Terdepan di provinsi Sulawesi
Tengah.
Untuk itu pembangunan di Kabupaten Parigi mautong pada 5 (lima) tahun mendatang
menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga ciri pemerintahan yang mengedepankan
kepentingan rakyat Kabupaten Parigi Moutong dapat di aktualisasikan.
Dalam rangka itu semua proses dan kegiatan pembangunan lebih diarahkan pada
pemberdayaan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh proses pembangunan untuk
mencapai tujuan tersebut pemerintah Kabupaten Parigi Moutong bertekat meningkatkan kualitas
penduduk agar memeliki daya saing sebagai sumberdaya, baik dari aspek kesehatan, aspek
pendidikan dan kesejahtraan ekonomi (daya beli). Hal ini pula menjadi input utuk pembentukan
IPM daerah. Proyeksi masing-masing indicator dapat dilihat pada bagian berikut ini :
67,77
68,35
68,93
69,51
70,09
70,67
2008 2009 2010 2011 2012 2013
GAMBAR 2.1
INDIKATOR DAN PROYEKSI INDEKS PENDIDIKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2009-2013
Dari Gambar di atas terlihat bahwa pada tahun 2008 sampai 2013 indeks Pendidikan telah
berada pada kategori tinggi (rentang antara 78,57-83.22), indeks pendidikan semakin memperlihatkan perbaikan dari tahun ke tahun sehingga diprokyeksikan pada tahun 2013 nilai
Indeks Pendidikan Kabupaten Parigi Moutong akan berada diatas rata-rata Propinsi Sulawesi
Tengah dan rata-rata Nasional. Dengan demikian indikator ini dapat mencerminkan terpenuhinya
Visi Bupati terpilih untuk mewujudkan Kabupaten Parigi Moutong sebagai Kabupaten Terdepan di
propinsi Sulawesi Tengah.
78,57
79,50
80,43
81,36
82,29
83,22
2008 2009 2010 2011 2012 2013
GAMBAR 2.2
INDIKATOR DAN PROYEKSI INDEKS HARAPAN HIDUP KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2009-2013
Pada Gambar diatas terlihat bahwa pada tahun 2008 dan 2013 Proyeksi Angka
Harapan Hidup telah berada pada kategori kategori kategori Tinggi (rentang antara 66,33 tahun 2008) hingga mencapai angka 70,08 tahun 2013, angka tersebut memperlihatkan perbaikan dari
tahun ketahun. Kondisi ini tentu memerlukan upaya yang optimal guna meningkatkan peran serta
seluruh masyarakat dalam pembangunan serta optimalisasi peran pemerintah dalam melakukan
pelayanan dan edukasi dalam menciptakan harapan hidup masyarakat yang makin baik di masa
yang akan datang.
2008 2009 2010 2011 2012 2013
GAMBAR 2.3
INDIKATOR DAN PROYEKSI INDEKS DAYA BELI KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2009-2013
Dari Gambar diatas terlihat bahwa pada tahun 2006 dan 2005 indeks daya beli telah berada
pada kategori tinggi (rentang antara 52,37-53.77), indeks pendidikan belum memperlihatkan perbaikan darikategori sedang di tahun 2004 maupun di tahun 2005 (rentang 69,21-78,09). Yang sangat ironi adalah indeks kesehatan yang masih berada pada kategori rendah (rentang 60,28-64,98) baik di tahun 2004 maupun 2005. Kondisi ini tentumemerlukan upaya yang optimal guna
meningkatkan peran serta seluruh masyarakat dalam pembangunan kesehatan serta optimalisasi
peran pemerintah dalam melakukan pelayanan dan edukasi dalam menciptakan derajat kesehatan
masyarakat yang makin baik di masa yang akan datang.
2.4.2.2. Proporsi Penduduk Miskin
Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2008 sebesar
18.479 rumah tangga. Dibandingkan dengan jumlah rumah tangga miskin pada tahun 2005 yang
berjumlah 27.018, berarti jumlah rumah tangga miskin berkurang 8.539 rumah tangga atau
mengalami penurunan sebesar 31,6 persen. Kecamatan Parigi merupakan kecamatan yang
mengalami penurunan jumlah rumah tangga miskin tertinggi yaitu 64.41 persen, dari 1152 rumah
tangga menjadi 410 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Mepanga mengalami penurunan jumlah
58,41
58,47
58,53
58,59
58,65
2008 2009 2010 2011 2012
rumah tangga miskin terendah yaitu 12,03 persen, dimana dari 1.771 rumah tangga menjadi 1.558
rumah tangga.
Penurunan jumlah rumah tangga dikarenakan beberapa hal yaitu diantaranya adalah:
a. Penduduk miskin transient dan penduduk dalam klasifikasi hampir miskin sudah
bisa membebaskan diri dari kemiskinan (ditandai dengan kepemilikan aset, motor,
bangunan/lahan produktif, ternak, alat pertanian besar >1,5 jt, menjadi PNS)
b. meninggal tanpa ahli waris
c. pindah (keluar dari wilayah kabupaten Parigi Moutong)
d. didropnya Inclussion error (rumah tangga yang sudah tidak layak yang harus
dikeluarkan) dari database baik yang memang sudah terdata sebelumnya ataupun
temuan baru (data ganda, data tidak layak miskin).
TABEL 2.6
JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
TABEL 2.7
JUMLAH RUMAH TANGGA DAN JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN
DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG MENURUT KECAMATAN
2.4.3. Isu Pembangunan Infratruktur Bidang Cipta Karya
Guna pengaturan/penataan kawasan-kawasan permukiman yang berkembang saat ini
• Sektor bangkim
1. Penataan Kawasan Perkotaan sesuai identifikasi kawasan kumuh belum tuntas 2. Penataan Kawasan Perdesaan sesuai masterplan Perdesaan belum tuntas
• Sektor PBL
1. Penataan dalam hal pemenuhan Ruang Terbuka Hijau belum tuntas 2. Penataan dalam hal Sarana Interaksi Publik belum tuntas
3. Penataan dalam hal Pelestarian tempat bersejarah belum tuntas 4. Penataan dalam hal menunjang kawasan wisata belum tuntas
• Sektor PLP
1. Pemenuhan Layanan Infrastruktur Penanganan Air Limbah Belum Tuntas 2. Pemenuhan Layanan Infrastruktur Penanganan Persampahan Belum Tuntas
• Sektor Air Minum
1. Pemenuhan Akses Air Minum di Ibukota Kecamatan Belum Tuntas 2. Pemenuhan Akses Air Minum di Perdesaan Belum Tuntas