BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.PENYESUAIAN SOSIAL
1. Pengertian Penyesuaian Sosial
Hurlock (2000) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan individu
untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya, terhadap kelompok pada khususnya.
Menurut Scheineders (1964) penyesuaian sosial adalah suatu kapasitas atau kemampuan yang
dimiliki setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas,
situasi dan reaksi sosial agar dapat diterima oleh lingkungannya.
Selain itu menurut Chaplin (2002) menyebutkan bahwa social adjusment (penyesuaian sosial)
adalah terjalinnya hubungan yang harmonis pada suatau relasi dan mempelajari tingkah laku yang
diperlukan, agar dapat diterima dimasyarakat. Penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi (Yusuf, 2011).
Pengertian penyesuaian sosial menurut Kartini Kartono (2007) ialah: “(1) penjalinan secara
harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial; (2) mempelajari tingkah laku yang diperlukan,
atau mengubah kebiasaan yang ada, sedemikian rupa, sehingga cocok bagi suatu masyarakat
sosial”. Keseluruhan proses hidup dan kehidupan individu akan selalu diwarnai oleh hubungan
dengan orang lain, baik itu dalam lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas.
Sebagai makhluk sosial individu selalu membutuhkan pergaulan dalam hidupnya dengan orang
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa secara umum penyesuaian sosial
adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan
terhadap kelompok pada khususnya, penyesuaian sosial ini merupakan pola cara atau kemampuan
individu berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial
Aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Hurlock (2000), yaitu:
a. Penampilan nyata
Perilaku sosial individu, seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, maka individu
akan diterima dalam kelompoknya. Contonya, individu dapat menerima kahadiran orang lain,
individu dapat menerima infromasi dari orang lain.
b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok yang dimasukinya.
Contohnya, individu mampu untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
c. Sikap sosial
Individu harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, dapat ikut
berpartisipasi secara sosial, dan dapat berperan aktif didalam kelompoknya agar dapat dinilai
sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. Contohnya, saling
bertegur sapa apabila sedang berada dalam kegiatan kelompok, dapat berbaur dengan anggota yang
d. Kepuasan pribadi
Individu harus merasa puas dengan kontak sosialnya dan terhadap perannya di dalam
kelompok, sehingga individu dapat dikatakan mampu menyesuaikan diri secara sosial.
Selain itu, Scheineders (1964) mengungkapkan beberapa aspek penyesuaian sosial, antara
lain:
1) Recognition
adalah menghormati dan menerima hak-hak orang lain Dalam hal ini individu tidak
melanggar hakhak orang lain yang berbeda dengan dirinya, untuk menghindari terjadinya
konflik sosial. Menurut Schneiders (1964) ketika kita dapat menghargai dan menghormati
hak-hak orang lain maka orang lain akan menghormati dan menghargai hak-hak kita
sehingga hubungan sosial antar individu dapat terjalin dengan sehat dan harmonis.
2) Participation
adalah melibatkan diri dalam berelasi Setiap individu harus dapat mengembangkan dan
melihara persahabatan. Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan
orang lain dan lebih menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan penyesuain diri yang
buruk. Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan aktivitas
dilingkungannya serta tidak mampu untuk mengekspresikan diri mereka sendiri,
sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila individu tersebut mampu
menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain, mengembangkan
3). Social approval
adalah minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain Hal ini dapat merupakan
kesulitan orang lain disekelilingnya serta bersedia membantu meringankan masalahnya.
Selain itu individu juga harus menunjukan minat terhadap tujuan, harapan dan aspirasi,
cara pandang ini juga sesuai dengan tuntutan dalam penyesuaian keagamaan (religious
adjustment).
4). Altruisme
adalah memiliki sifat rendah hati dan tidak egois. Rasa saling membantu dan
mementingkan orang lain merupakan nilai-nilai moral yang aplikasi dari nilai-nilai tersebut
merupakan bagian dari penyesuaian moral yang baik yang apabila diterapkan dimasyarakat
secara wajar dan bermanfaat maka akan membawa pada penyesuaian diri yang kuat.
Bentuk dari sifat-sifat tersebut memiliki rasa kemanusian, rendah diri, dan kejujujuran
dimana individu yang memiliki sifat ini akan memiliki kestabilan mental, keadaan emosi
yang sehat dan penyesuaian yang baik
5).Conformity
adalah menghormati dan mentaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan.
Adanya kesadaran untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi yang berlaku
dilingkungan maka ia akan dapat diterima dengan baik dilingkungannya
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Hurlock (2002) meliputi penampilan nyata,
penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi. Menurut
Scheineders (1964) penyesuaian sosial memiliki beberapa aspek yaitu regocnition,
participation, social approval, altruisme dan conformity. Berdasarkan uraian di atas gejala atau
menurut Hurlock karena peneliti melihat aspek-aspek tersebut dapat memberikan gambaran
dan dapat mewakili dari setiap sikap yang ditunjukkan oleh subjek didalam kelompoknya.
3. Faktor-faktor Penyesuaian Sosial
Schneiders (dalam Nugroho, 2003) mengemukakan bahwa penyesuaian sosial yang dilakukan
oleh individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, sebagai berikut:
a. Kondisi Fisik, Meliputi faktor keturunan (hereditas) kesehatan fisik, dan sistem fisiologis
tubuh. Individu yang berada dalam kondisi yang baik akan lebih mudah melakukan
penyesuaian sosial dibandingkan dengan individu yang sedang sakit, mengalami cacat
tubuh, kelemahan fisik dan kekurangan-kekurangan lainnya. Individu yang memiliki
kekurangan yang berkaitan dengan fisik dapat mengalami perasaan-perasaan yang tidak
kuat, tertutup (inveriority) atau justru perhatian yang berlebihan terhadap fisiknya. Hal-hal
tersebut seringkali menjadi penghambat dalam melakukan penyesuaian sosial.
b. Perkembangan dan kematangan, meliputi perkembangan moral, sosial, intelektual, dan
kematangan emosioanl. Individu dengan kematangan tersebut mengembangkan pola pikir
yang lebih dewasa dalam merespon lingkungan. Individu yang memiliki hambatan atau
kegagalan dalam perkembangan akan membatasi kemampuan untuk menyelesaikan
masalah secara efektif, jika individu dapat mengtasi masalah dengan baik maka individu
akan dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula.
c. Faktor psikologis, Meliputi pengalaman, proses belajar, pengkondisian self-determination,
frustasi dan konflik. Selain itu pengalaman pada individu yang menjadikan proses belajar
apa yang telah dialami dan dijadikan pembelajaran agar dapat melakukan penyesuaian
sosial.
d. Faktor lingkungan, Meliputi kondsi rumah, keluarga, dan sekolah. Pengaruh lingkungan
rumah dan keluarga sangat penting karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama
dan utama untuk individu. Melalui keluarga individu memahami dunia dan konsep
pergaulan yang sehat. Sekolah juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses
penyesuaian sosial karena sebagian waktu individu lebih banyak dihabiskan di sekolah.
e. Faktor budaya, Meliputi juga adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi
penyesuaian sosial. Karakteristik budaya yang diturunkan kepada individu melalui
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat turut mempengaruhi pola perilaku individu.
Berdasakan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian sosial adalah kondisi fisik, perkembangan dn kematangan, faktor psikologis, faktor
lingkungan dan faktor budaya. Penulis memilih faktor perkembangan dan kematangan sebagai
focus penelitian. Hal tersebut didasarkan pada pendapat Bambang (2015) yang menyatakan bahwa
komunkasi interpersonal dapat mempengaruhi pola penyesuaian sosial pada individu dan begitu
juga sebaliknya.
4. Penyesuaian Sosial pada Brigata Curva Sud
Brigata curva sud atau yang sering dikenal dengan BCS merupakan sebuah komunitas
supporter kesebelasan sepak bola PSS Sleman. BCS bermarkas di tribun selatan Stadion
Maguwoharjo yang juga dipakai sebagai nama komunitas tersebut “Curva Sud” yang berarti
bagian selatan. BCS berbeda dengan pendukung sepak bola yang pada umumnya. Mereka
koreografi disaat peretandingan berlangsung. BCS mewajibkan setiap anggotanya untuk bersepatu
dan berpakaian rapi disaat mendukung tim kebanggan mereka PSS Sleman.
BCS mempunyai anggota yang cukup banyak yaitu kurang lebih 2000 orang. Mereka
terbagi menjadi beberapa komunitas kecil yang didalamnya dikoordinasi oleh seseorang yang
dianggap mumpuni. Didalam komunita BCS tidak mengenal struktur kepengurusan dan juga
pemimpin seperti dalam mottonya “No Leader Just Together”, hal ini dimaksudkan agar seluruh
anggotanya memilik hak yang sama dalam mengambil keputusan.
BCS mempunyai agenda kegiatan berupa forum besar, maupun forum kecil, aksi sosial
membantu anggota komunitas yang sedang mengalami kesulitan, perayaan ulang tahun komunitas,
Srawung antar anggota BCS, jika bula ramadhan ada kegiatan untuk bagi-bagi takjil gratis
disekitaran jalan raya atau lampu merah.
Jumlah anggota BCS yang banyak dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda
memerlukan koordinasi yang baik agar komunitas dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan dalam sebuah komunitas. Komunitas merupakan wadah bagi para anggota
BCS untuk berdiskusi, menjadi salah satu wadah untuk mengembangkan potensi yang individu
miliki, terutama untuk mengembangkan relasi sosial dan hubungan sosial yang luas.
Untuk mencapai relasi sosial dan hubungan sosial yang luas individu dituntut untuk mampu
menyesuaikan diri secara sosial dengan baik. Terutama bagi para member baru BCS dituntun
untuk dapat membangun relasi dan hubungan sosial dengan anggota yang lainnya agar dapat
bersama-sama tumbuh dalam komunitas yang baik.
Dengan banyaknya agenda kegiatan BCS maka akan sering pula mereka berkumpul untuk
membahas perencanaan kegiatan. Dalam hal ini para member baru dituntut untuk dapat melakukan
membangun relasi dan hubungan sosial yang baik dengan anggota BCS yang lainnya, sehingga
mereka dapat berperan aktif dalam komunitas.
Kemampuan penyesuaian sosial yang di miliki para member baru terlihat belum cukup baik,
hal ini terlihat para member yang kurang aktif pada saat forum, baik forum langsung atau tatap
muka maupun forum tidak langsung atau lewat grub media sosial. Para member ini hanya
menyimak setiap kali forum, baik forum langsung maupun tidak langsung. Mereka cenderung
diam tidak pernah mengeluarkan pendapat. Selain itu para member baru cenderung sensitif
terhadap stimulus yang diterima dari para member yang lebih dulu bergabung. Ketika member lain
memberikan pandangan yang terlalu serius mereka menganggap ini adalah suatu penolakan, dalam
hal ini mereka memerlukan kemampuan penyesuaian diri secara sosial agar mereka tidak sensitif
terhadap stimulus dari orang yang baru mereka kenal. Dalam hal ini sikap positif didalam
komunitas terlihat rendah, mereka tidak saling menunjukkan sikap yang menyenangkan untuk
membangun relasi yang lebih baik. Sedangkan didalm komunitas diperlukan adanya sikap saling
menyenangkan agar mereka dapat membangun hubungan sosial yang baik dan harmonis sehingga
semua member akan merasa puas dengan peran mereka didalam kelompok .
B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2010) komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan oleh satu
orang serta penerimaan pesan oleh satu orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya serta dengan peluang untuk memberikan umpan balik.
Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin yaitu
yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya
proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan
ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan
disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung
oleh penyampai pesan (Wikipedia.org).
R. Wayne Pace (1979) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau
communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang
atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan suatu proses interaksi antara dua orang atau lebih, dimana adanya penyampaian pesan
secara langsung.
2. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal
Devito (1997) mengemukakan agar komunikasi dapat berjalan efektif maka ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan oleh para pelaku komunikasi interpersonal, yaitu:
a. Keterbukaan
Yaitu kemampuan yang mencakup keinginan untuk dapat berinteraksi dan bereaksi secara
jujur dan bertanggung jawab terhadap stimulus yang ada. Keinginan terbuka dimaksudkan
agar individu tidak tertutup dalam memberikan dan menerima informasi dari orang lain.
pikiran dan perasaan yang telah diungkapkan. Misalnya, seorang member baru yang
menanyakan besarnya uang kas atau agenda forum kepada anggota yang lain, sebagai
sesama member seharusnya memberikan informasi yang baik dan benar.
b. Empati
Yaitu merasakan seperti apa yang dirasakan oleh orang lain , suatu perasaan bersama orang
lain, dan adanya upaya mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang
lain. Empati yang terjadi selama komunikasi interpersonal berlangsung mempunyai
pemahaman yang sama mengenai perasaannya. Misalnya satu teman member baru sedang
mengalami kesusahan, maka member yang lain akan ikut sedih dan merasakan apa yang
dialami oleh teman satu komunitasnya.
c. Sikap mendukung
Yaitu terciptanya kesediaan untuk menerima perbedaan pendapat, saling mendukung, dan
bersedia merubah pandangan apabila diperlukan. Dukungan dapat disampaikan dengan
verbal dan non verbal. Dukungan secara verbal dapat disampaikan dengan ucapan,
dukungan secara non verbal dilakukan dengan gerakan menggunakan kepala, tersenyum
atau ajungan jempol. Misalnya seorang anggota member baru memyampaikan gagasan
atau ide untuk kemajuan komunitas, maka member yang lain diharapkan dapat menerima
gagasannya.
yaitu sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain dalam situasi komunikasi. Sikap
positif yang dapat dilihat melalui perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang mencerminkan
kepositifan. Misanya para anggota member yang membahas jadwal forum dan waktu
masing-masing member susah untuk menyatukan jadwal forum, sebagai member yang baik
dapat mensikapi kondisi mereka secara arif dan bijaksana.
e. Kesetaraan
Yaitu keinginan seseorang untuk menyelesaikan masalah secara bekerjasama. Dalam hal
ini, adanya konflik dalam suatu kelompok dianggap sebagai usaha untuk dapat saling
mengenal, memahami dan menghargai perbedaan, buka saling menjatuhkan. Keberhasilan
komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya kesetaraan atau kesamaan antar member
yang terlihat dalam komunikasi. Kesetaraan yang tercipta antar member dalam komunikasi
akan menyebabkan semua member merasa dihargai, dihormati. Misalnya, pada saat terjadi
konflik antar member, siapapun yang salah mereka saling merangkul dan bekerjasama
dalam menyelesaikan permasalahan.
Rakhmat (1988) menyatakan dalam komunikasi interpersonal selain melibatkan dua orang
yang bertatap muka, ada beberapa aspek penting yang mendukung keberhasilan komunikasi
interpersonal, yaitu :
Dengan adanya rasa percaya ini menjadikan orang lain terbuka dalam mengungkapkan pikiran
dan perasaannya terhadap individu, sehingga akan terjalin hubungan yang akrab dan berlangsung
secara mendalam.
b. Sikap Suportif
Yang akan tampak dalam sikap ini adalah sebagai berikut :
Deskripsi, artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai. Orientasi masalah adalah
mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Spontanitas,
yaitu sikap jujur dan tidak mau menyelimuti motif yang terpendam. Empati adalah merasakan apa
yang dirasakan orang lain.
Persamaan adalah sikap yang menganggap sama derajatnya, menghargai dan menghormati
perbedaan pandangan dan keyakinan yang ada. Profesionalisme adalah kesediaan untuk meninjau
kembali pendapatnya dan bersedia mengakui kesalahan.
c. Sikap Terbuka
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi yang efektif. Adapun
karakteristik orang terbuka, sebagai berikut :
Menilai pesan secara objektif, berorientasi pada isi, mencari informasi dari berbagai sumber,
lebih bersifat profesional dan bersedia merubah kepercayaan, mencari pengertian pesan yang tidak
sesuai dengan rangkaian kepercayaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
aspek-aspek yang dapat menimbulkan adanya komunikasi interpersonal menurut De Vito memiliki
aspek empati, aspek sikap mendukung, aspek sikap positif, dan aspek kesetaraan. Berdasarkan
uraian di atas, aspek komunikasi interpersonal yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
menurut pendapat De Vito dengan alasan bahwa aspek yang dijabarkan oleh Devito banyak
digunakan sebagai indikator penyusunan alat ukur komunikasi interpersonal.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Menurut Lunandi (1994) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal.
Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Citra Diri (Self Image)
Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan
dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia
belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang
penting bagi dirinya.
b. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain,
yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan
orang yang satu komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan
bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.
c. Lingkungan Fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma
sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang
d. Lingkungan Sosial
Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi,
tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki
kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan
yang satu dengan lingkungan yang lain.
e. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat dalam
memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang stabil,
karena komunikasi berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi
pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang terpenting
adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang
lebih wajar.
f. Bahasa Tubuh
Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga
merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi
dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum
sebagai bahasa atau pernyataan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
C. HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MEMBER BARU SLEMAN FANS
Salah satu supoter bola yang menjadi perbincangan hangat saat ini yaitu, Sleman fans atau
lebih dikenal dengan sebutan Brigata Curva Sud atau yang biasa disingkat BCS adalah salah satu
komunitas pendukung atau supporter kesebelasan sepak bola PSS Sleman. Brigata Curva Sud
bermarkas di tribun selatan Stadion Maguwoharjo yang juga dipakai sebagai nama komunitas
tersebut "Curva Sud". Brigata Curva Sud berbeda dengan suporter sepakbola Indonesia pada
umumnya, mereka memiliki cara unik tersendiri untuk mendukung tim kesayangannya PSS
Sleman. Salah satunya, melakukan koreografi disaat pertandingan berlangsung seperti ultras-ultras
di Italia pada umumnya. Brigata Curva Sud mewajibkan anggotanya untuk bersepatu dan
berpakaian rapi disaat mendukung tim kebanggaan mereka PSS Sleman. Saat mendukung PSS
Sleman, mereka bernyanyi tanpa henti selama 2x45 menit.
Setiap komunitas tentu terdiri dari puluhan bahkan ratusan orang yang mempunyai
perbedaan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin dan karakter. Komunitas mempunyai
agenda untuk melaksanakan forum yang berfungsi sebagai wadah dalam membahas atau
mengevalusi perkembangan atau kemajuan komunitas. Dalam hal ini penyesuaian sosial perlu
dimiliki oleh setiap member baru BCS agar mereka dapat mengikuti atau berpartisipasi dengan
aktif di dalam komunitas, sehingga komunitas dapat menjadi wadah berbenah setiap penggemar
PSS Sleman agar dapat menjadi fans yang memiliki citra baik di mata publik ( Sleman.org.id )
Agenda forum yang di laksanakan oleh para anggota komunitas BCS ini, membahas tentang
bagaimana mereka menjaga loyalitas dan totalitas dalam mendukung tim sepak bola kebanggaan
BCS. Selain itu setiap kali ada pertandingan di luar daerah mereka akan membahas keamanan para
tinggi. Dan kasus yang terjadi baru-baru ini adalah tawuran antar supoter yang terjadi di sekitaran
jalan Magelang. Jumlah anggota BCS yang begitu banyak, beragam latar belakang, perbedaan usia
dan jenis kelamin dituntut agar para member yang baru bergabung dalam komunitas dapat
mengikuti segala peraturan yang sudah ditetapkan, dapat membaur dengan rekan BCS yang
lainnya, aktif dalam kegiatan komunitas, dapat saling menghargai, menghormati segala perbedaan
yang ada. Hal ini dimaksudkan agar komunitas menjadi salah satu wadah bagi para suporter bola
khususnya bagi para BCS dapat berbenah diri agar dapat mengurangi terjadinya tawuran antar
suporter. Tetapi, hal ini para member baru BCS perlu dapat menyesuaikan dengan kondisi yang
ada.
Apabila sebuah komunitas dimaksudkan untuk saling berbagi informasi, maka
keefektifannya dilihat dari berapa banyak informasi yang diperoleh anggota komunitas dan sejauh
mana anggota komunitas dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan komunitas. Dalam hal
ini komunikasi menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam sebuah komunitas. Terutama
bagi para member baru komunitas. Para member baru cenderung takut diabaikan dalam komunitas,
tidak tahu untuk memulai atau berhubungan dengan anggota lainnya, karena dengan terbentuknya
hubungan dan interaksi yang baik dalam sebuah komunitas akan melahirkan komunitas yang
memiliki keanggotaan yang aktif, efektif dan produktif (Rakhmat, 1989).
Menurut Devito (2010) komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan oleh satu
orang serta penerimaan pesan oleh satu orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya serta dengan peluang untuk memberikan umpan balik.
. Menurut Devito (1997) komunikasi interpersonal memiliki aspek-aspek sebagai berikut: a)
keterbukaan, yang merupakan ketersediaan untuk dapat berinteraksi secara jujur dan terbuka, b)
lain alami dan rasakan., c) sikap mendukung, yang berarti kesediaan memberikan perhatian,
dukungan, dan bantuan kepada orang lain, d) sikap positif, yaitu menghargai setiap perbedaan yang
ada, e) kesetaraan, yaitu menerima orang lain dengan penerimaan yang positif.
Aspek pertama komunikasi interpersonal adalah keterbukaan yang merupakan keterbukaan
ketersediaan individu untuk dapat bereaksi secara jujur dan terbuka (Devito, 2011). Laswell dan
Laswell (dalam Barus, 2005) mengartikan keterbukaan mempermudah orang lain untuk
mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai, sehingga interaksi antar individu dapat berjalan
dengan baik dan dapat membangun hubungan sosial yang baik. Mampu memahami dan
memberikan reaksi sesuai dengan perasaan dan pikiran orang lain akan mempermudah individu
dalam menjalin hubungan sosial dengan baik, sehingga individu akan dapat melakukan
kemampuan penyesuaian sosial tanpa mengalami hambatan. ( dalam Trisna, 2000).
Aspek kedua komunikasi interpersonal adalah sikap empati antar anggota komunitas.
Dengan adanya empati akan memunculkan sikap saling menghormati, sikap saling menghargai
antar anggota komunitas. Empati yaitu kesediaan individu untuk mengetahui dan merasakan apa
yang dialami oleh orang lain ( Devito, 2011). Menyadari, memahami, dan menghargai perasaan
dan pikiran orang lain dapat menyelaraskan terhadap apa, bagaimana dan latar belakang perasaa
dan pikiran orang lain. Bersikap empatik berarti mampu membaca orang lain dari sudut pandang
emosi. Mampu memahami dan memberikan reaksi sesuai dengan perasaan dan pikiran orang lain
akan mempermudah individu dalam menjalin hubungan sosial dengan baik, sehingga individu
akan dapat melakukan kemampuan penyesuaian sosial tanpa mengalami hambatan. ( dalam Trisna,
2000).
Aspek ketiga komunikasi interpersonal adalah memiliki sikap mendukung, yang merupakan
Devito, 2011). Dukungan yang dimaksud adalah tindakan dan komitmen antar member untuk
dapat saling menjaga hubungan baik antar anggota komunitas. Dukungan menjadi salah satu fungsi
untuk menjaga hubungan sosial. Dukungan dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan,
percaya diri, dihargai dan diterima menjadi bagian kelompok. Mampu memahami dan memberikan
reaksi sesuai dengan perasaan dan pikiran orang lain akan mempermudah individu dalam menjalin
hubungan sosial dengan baik, sehingga individu akan dapat melakukan kemampuan penyesuaian
sosial tanpa mengalami hambatan. ( dalam Trisna, 2000).
Aspek keempat komunikasi interpersonal adalah sikap positif. Sikap positif adalah suatu
sikap yang menunjukkan penghargaan pada diri sendiri, orang lain, memuji lawan bicara dalam
situasi komunikasi secara umum ( Devito, 2011). Adanya sikap tersebut akan saling memberikan
penghargaan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain sehingga antar anggota akan saling
menunjukkan sikap solidaritas, keakraban untuk menjaga hubungan sosial.
Aspek komunikasi kelima komunikasi interpersonal adalah kesetaraan atau kesamaan.
Kesetaraan yaitu pengakuan sama-sama bernilai dan berharga ( Devito, 2011). Kesetaraan dalam
komunitas dapat tercipta dengan mengedepankan sikap saling menghargai sesama anggota
komunitas. Merasa dihargai dan diakui sebagai bagian dalam kelompok akan mempermudah
individu dalam melakukan penyesuaian sosial. (Stinet dan De Frain dalam Hawari, 2006).
Berdasarkan aspek-aspek komunikasi interpersonal menurut Devito (1997) dapat
mempermudah individu dalam menjalin hubungan sosial. Jika individu dapat menjalin hubungan
Komunikasi interpersonal pada sebuah komunitas dapat dikatakan berhasil, apabila
komunikasi antar anggota komunitas mecapai taraf yang tinggi sehingga dapat
mengkomunikasikan berbagai perbedaan pendapat, pandangan, dan prinsip ( Rihastuti, 2017).
Apabila kondisi tersebut dapat tercapai maka perbedaan latar belakang, jenis kelamin, pendidikan
dan usia dalam sebuah komunitas tidak akan menghalangi untuk terciptanya sebuah komunitas
yang baik, komunitas dapat menjadi wadah untuk mengkomunikasikan permasalahan yang terjadi
dalam dunia suportifitas sepak bola sehingga para member baru dalam sebuah komunitas akan
dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik untuk mencapai komunitas yang solid (Rakhmat,
2007).
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2001) pergaulan adalah kontak langsung antara satu
individu dengan individu yang lainnya. Konsep pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang
mengarah pada hubungan sosial yang baik, dimana antar individu terjalin interaksi yang aktif.
Interaksi yang aktif antar individu terjalin dengan adanya komunikasi. Sehingga antar individu
dapat menjalin hubungan sosial yang baik dan dapat melakukan penyesuaian sosial tanpa
hambatan.
Hubungan sosial terjalin karena adanya proses interaksi antar individu. Proses interaksi
akan menimbulkan situasi dimana akan muncul keinginan untuk menjalin persahabatan, dan
keinginan untuk melakukan penyesuaian sosial dengan baik (Soekanto, 2003). Menurut Montago
(dalam Mauliatub dkk, 2009) hal terpenting dalam interaksi adalah komunikasi, komunikasi yang
terjalin dengan baik antar individu akan membuat individu merasa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, merasa didengar, dan dapat belajar empati. Sehingga individu akan
mempu mengembangkan komunikasi interpersonal untuk membantunya dalam proses
Penyesuaian sosial yang baik sangat tergantung pada efektivitas komunikasi yang dijalin
individu dengan orang lain (Suryaningsih, 2010). Individu yang dapat berkomunikasi dengan baik
dan lancar maka tidak akan,mengalami kesulitan yang berarti dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru, tetapi bagiindividu yang kurang dalam berkomunikasi akan menimbulkan
masalah-masalah dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya (kumpulanskripsi.com,
2003)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal antar anggota
komunitas, mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian sosial pada member baru komunitas BCS.
D. HIPOTESIS
Ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian sosial pada
member baru Sleman Fans. Semakin tinggi kemampuan komunikasi interpersonal maka akan