• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYESUAIAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian Sosial - HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MEMBER BARU KOMUNITAS BRIGATA CURVA SUD - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYESUAIAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian Sosial - HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MEMBER BARU KOMUNITAS BRIGATA CURVA SUD - UMBY repository"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.PENYESUAIAN SOSIAL

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Hurlock (2000) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan individu

untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya, terhadap kelompok pada khususnya.

Menurut Scheineders (1964) penyesuaian sosial adalah suatu kapasitas atau kemampuan yang

dimiliki setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas,

situasi dan reaksi sosial agar dapat diterima oleh lingkungannya.

Selain itu menurut Chaplin (2002) menyebutkan bahwa social adjusment (penyesuaian sosial)

adalah terjalinnya hubungan yang harmonis pada suatau relasi dan mempelajari tingkah laku yang

diperlukan, agar dapat diterima dimasyarakat. Penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk

mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi (Yusuf, 2011).

Pengertian penyesuaian sosial menurut Kartini Kartono (2007) ialah: “(1) penjalinan secara

harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial; (2) mempelajari tingkah laku yang diperlukan,

atau mengubah kebiasaan yang ada, sedemikian rupa, sehingga cocok bagi suatu masyarakat

sosial”. Keseluruhan proses hidup dan kehidupan individu akan selalu diwarnai oleh hubungan

dengan orang lain, baik itu dalam lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas.

Sebagai makhluk sosial individu selalu membutuhkan pergaulan dalam hidupnya dengan orang

(2)

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa secara umum penyesuaian sosial

adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan

terhadap kelompok pada khususnya, penyesuaian sosial ini merupakan pola cara atau kemampuan

individu berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial

Aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Hurlock (2000), yaitu:

a. Penampilan nyata

Perilaku sosial individu, seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, maka individu

akan diterima dalam kelompoknya. Contonya, individu dapat menerima kahadiran orang lain,

individu dapat menerima infromasi dari orang lain.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok

Individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok yang dimasukinya.

Contohnya, individu mampu untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

c. Sikap sosial

Individu harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, dapat ikut

berpartisipasi secara sosial, dan dapat berperan aktif didalam kelompoknya agar dapat dinilai

sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. Contohnya, saling

bertegur sapa apabila sedang berada dalam kegiatan kelompok, dapat berbaur dengan anggota yang

(3)

d. Kepuasan pribadi

Individu harus merasa puas dengan kontak sosialnya dan terhadap perannya di dalam

kelompok, sehingga individu dapat dikatakan mampu menyesuaikan diri secara sosial.

Selain itu, Scheineders (1964) mengungkapkan beberapa aspek penyesuaian sosial, antara

lain:

1) Recognition

adalah menghormati dan menerima hak-hak orang lain Dalam hal ini individu tidak

melanggar hakhak orang lain yang berbeda dengan dirinya, untuk menghindari terjadinya

konflik sosial. Menurut Schneiders (1964) ketika kita dapat menghargai dan menghormati

hak-hak orang lain maka orang lain akan menghormati dan menghargai hak-hak kita

sehingga hubungan sosial antar individu dapat terjalin dengan sehat dan harmonis.

2) Participation

adalah melibatkan diri dalam berelasi Setiap individu harus dapat mengembangkan dan

melihara persahabatan. Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan

orang lain dan lebih menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan penyesuain diri yang

buruk. Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan aktivitas

dilingkungannya serta tidak mampu untuk mengekspresikan diri mereka sendiri,

sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila individu tersebut mampu

menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain, mengembangkan

3). Social approval

adalah minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain Hal ini dapat merupakan

(4)

kesulitan orang lain disekelilingnya serta bersedia membantu meringankan masalahnya.

Selain itu individu juga harus menunjukan minat terhadap tujuan, harapan dan aspirasi,

cara pandang ini juga sesuai dengan tuntutan dalam penyesuaian keagamaan (religious

adjustment).

4). Altruisme

adalah memiliki sifat rendah hati dan tidak egois. Rasa saling membantu dan

mementingkan orang lain merupakan nilai-nilai moral yang aplikasi dari nilai-nilai tersebut

merupakan bagian dari penyesuaian moral yang baik yang apabila diterapkan dimasyarakat

secara wajar dan bermanfaat maka akan membawa pada penyesuaian diri yang kuat.

Bentuk dari sifat-sifat tersebut memiliki rasa kemanusian, rendah diri, dan kejujujuran

dimana individu yang memiliki sifat ini akan memiliki kestabilan mental, keadaan emosi

yang sehat dan penyesuaian yang baik

5).Conformity

adalah menghormati dan mentaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan.

Adanya kesadaran untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi yang berlaku

dilingkungan maka ia akan dapat diterima dengan baik dilingkungannya

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Hurlock (2002) meliputi penampilan nyata,

penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi. Menurut

Scheineders (1964) penyesuaian sosial memiliki beberapa aspek yaitu regocnition,

participation, social approval, altruisme dan conformity. Berdasarkan uraian di atas gejala atau

(5)

menurut Hurlock karena peneliti melihat aspek-aspek tersebut dapat memberikan gambaran

dan dapat mewakili dari setiap sikap yang ditunjukkan oleh subjek didalam kelompoknya.

3. Faktor-faktor Penyesuaian Sosial

Schneiders (dalam Nugroho, 2003) mengemukakan bahwa penyesuaian sosial yang dilakukan

oleh individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, sebagai berikut:

a. Kondisi Fisik, Meliputi faktor keturunan (hereditas) kesehatan fisik, dan sistem fisiologis

tubuh. Individu yang berada dalam kondisi yang baik akan lebih mudah melakukan

penyesuaian sosial dibandingkan dengan individu yang sedang sakit, mengalami cacat

tubuh, kelemahan fisik dan kekurangan-kekurangan lainnya. Individu yang memiliki

kekurangan yang berkaitan dengan fisik dapat mengalami perasaan-perasaan yang tidak

kuat, tertutup (inveriority) atau justru perhatian yang berlebihan terhadap fisiknya. Hal-hal

tersebut seringkali menjadi penghambat dalam melakukan penyesuaian sosial.

b. Perkembangan dan kematangan, meliputi perkembangan moral, sosial, intelektual, dan

kematangan emosioanl. Individu dengan kematangan tersebut mengembangkan pola pikir

yang lebih dewasa dalam merespon lingkungan. Individu yang memiliki hambatan atau

kegagalan dalam perkembangan akan membatasi kemampuan untuk menyelesaikan

masalah secara efektif, jika individu dapat mengtasi masalah dengan baik maka individu

akan dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula.

c. Faktor psikologis, Meliputi pengalaman, proses belajar, pengkondisian self-determination,

frustasi dan konflik. Selain itu pengalaman pada individu yang menjadikan proses belajar

(6)

apa yang telah dialami dan dijadikan pembelajaran agar dapat melakukan penyesuaian

sosial.

d. Faktor lingkungan, Meliputi kondsi rumah, keluarga, dan sekolah. Pengaruh lingkungan

rumah dan keluarga sangat penting karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama

dan utama untuk individu. Melalui keluarga individu memahami dunia dan konsep

pergaulan yang sehat. Sekolah juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses

penyesuaian sosial karena sebagian waktu individu lebih banyak dihabiskan di sekolah.

e. Faktor budaya, Meliputi juga adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi

penyesuaian sosial. Karakteristik budaya yang diturunkan kepada individu melalui

keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat turut mempengaruhi pola perilaku individu.

Berdasakan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian sosial adalah kondisi fisik, perkembangan dn kematangan, faktor psikologis, faktor

lingkungan dan faktor budaya. Penulis memilih faktor perkembangan dan kematangan sebagai

focus penelitian. Hal tersebut didasarkan pada pendapat Bambang (2015) yang menyatakan bahwa

komunkasi interpersonal dapat mempengaruhi pola penyesuaian sosial pada individu dan begitu

juga sebaliknya.

4. Penyesuaian Sosial pada Brigata Curva Sud

Brigata curva sud atau yang sering dikenal dengan BCS merupakan sebuah komunitas

supporter kesebelasan sepak bola PSS Sleman. BCS bermarkas di tribun selatan Stadion

Maguwoharjo yang juga dipakai sebagai nama komunitas tersebut “Curva Sud” yang berarti

bagian selatan. BCS berbeda dengan pendukung sepak bola yang pada umumnya. Mereka

(7)

koreografi disaat peretandingan berlangsung. BCS mewajibkan setiap anggotanya untuk bersepatu

dan berpakaian rapi disaat mendukung tim kebanggan mereka PSS Sleman.

BCS mempunyai anggota yang cukup banyak yaitu kurang lebih 2000 orang. Mereka

terbagi menjadi beberapa komunitas kecil yang didalamnya dikoordinasi oleh seseorang yang

dianggap mumpuni. Didalam komunita BCS tidak mengenal struktur kepengurusan dan juga

pemimpin seperti dalam mottonya “No Leader Just Together”, hal ini dimaksudkan agar seluruh

anggotanya memilik hak yang sama dalam mengambil keputusan.

BCS mempunyai agenda kegiatan berupa forum besar, maupun forum kecil, aksi sosial

membantu anggota komunitas yang sedang mengalami kesulitan, perayaan ulang tahun komunitas,

Srawung antar anggota BCS, jika bula ramadhan ada kegiatan untuk bagi-bagi takjil gratis

disekitaran jalan raya atau lampu merah.

Jumlah anggota BCS yang banyak dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda

memerlukan koordinasi yang baik agar komunitas dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai

tujuan yang diinginkan dalam sebuah komunitas. Komunitas merupakan wadah bagi para anggota

BCS untuk berdiskusi, menjadi salah satu wadah untuk mengembangkan potensi yang individu

miliki, terutama untuk mengembangkan relasi sosial dan hubungan sosial yang luas.

Untuk mencapai relasi sosial dan hubungan sosial yang luas individu dituntut untuk mampu

menyesuaikan diri secara sosial dengan baik. Terutama bagi para member baru BCS dituntun

untuk dapat membangun relasi dan hubungan sosial dengan anggota yang lainnya agar dapat

bersama-sama tumbuh dalam komunitas yang baik.

Dengan banyaknya agenda kegiatan BCS maka akan sering pula mereka berkumpul untuk

membahas perencanaan kegiatan. Dalam hal ini para member baru dituntut untuk dapat melakukan

(8)

membangun relasi dan hubungan sosial yang baik dengan anggota BCS yang lainnya, sehingga

mereka dapat berperan aktif dalam komunitas.

Kemampuan penyesuaian sosial yang di miliki para member baru terlihat belum cukup baik,

hal ini terlihat para member yang kurang aktif pada saat forum, baik forum langsung atau tatap

muka maupun forum tidak langsung atau lewat grub media sosial. Para member ini hanya

menyimak setiap kali forum, baik forum langsung maupun tidak langsung. Mereka cenderung

diam tidak pernah mengeluarkan pendapat. Selain itu para member baru cenderung sensitif

terhadap stimulus yang diterima dari para member yang lebih dulu bergabung. Ketika member lain

memberikan pandangan yang terlalu serius mereka menganggap ini adalah suatu penolakan, dalam

hal ini mereka memerlukan kemampuan penyesuaian diri secara sosial agar mereka tidak sensitif

terhadap stimulus dari orang yang baru mereka kenal. Dalam hal ini sikap positif didalam

komunitas terlihat rendah, mereka tidak saling menunjukkan sikap yang menyenangkan untuk

membangun relasi yang lebih baik. Sedangkan didalm komunitas diperlukan adanya sikap saling

menyenangkan agar mereka dapat membangun hubungan sosial yang baik dan harmonis sehingga

semua member akan merasa puas dengan peran mereka didalam kelompok .

B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (2010) komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan oleh satu

orang serta penerimaan pesan oleh satu orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampaknya serta dengan peluang untuk memberikan umpan balik.

Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua

orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung

(9)

Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin yaitu

yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya

proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan

ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan

disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung

oleh penyampai pesan (Wikipedia.org).

R. Wayne Pace (1979) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau

communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang

atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan

penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa komunikasi interpersonal

merupakan suatu proses interaksi antara dua orang atau lebih, dimana adanya penyampaian pesan

secara langsung.

2. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal

Devito (1997) mengemukakan agar komunikasi dapat berjalan efektif maka ada beberapa

aspek yang perlu diperhatikan oleh para pelaku komunikasi interpersonal, yaitu:

a. Keterbukaan

Yaitu kemampuan yang mencakup keinginan untuk dapat berinteraksi dan bereaksi secara

jujur dan bertanggung jawab terhadap stimulus yang ada. Keinginan terbuka dimaksudkan

agar individu tidak tertutup dalam memberikan dan menerima informasi dari orang lain.

(10)

pikiran dan perasaan yang telah diungkapkan. Misalnya, seorang member baru yang

menanyakan besarnya uang kas atau agenda forum kepada anggota yang lain, sebagai

sesama member seharusnya memberikan informasi yang baik dan benar.

b. Empati

Yaitu merasakan seperti apa yang dirasakan oleh orang lain , suatu perasaan bersama orang

lain, dan adanya upaya mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang

lain. Empati yang terjadi selama komunikasi interpersonal berlangsung mempunyai

pemahaman yang sama mengenai perasaannya. Misalnya satu teman member baru sedang

mengalami kesusahan, maka member yang lain akan ikut sedih dan merasakan apa yang

dialami oleh teman satu komunitasnya.

c. Sikap mendukung

Yaitu terciptanya kesediaan untuk menerima perbedaan pendapat, saling mendukung, dan

bersedia merubah pandangan apabila diperlukan. Dukungan dapat disampaikan dengan

verbal dan non verbal. Dukungan secara verbal dapat disampaikan dengan ucapan,

dukungan secara non verbal dilakukan dengan gerakan menggunakan kepala, tersenyum

atau ajungan jempol. Misalnya seorang anggota member baru memyampaikan gagasan

atau ide untuk kemajuan komunitas, maka member yang lain diharapkan dapat menerima

gagasannya.

(11)

yaitu sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain dalam situasi komunikasi. Sikap

positif yang dapat dilihat melalui perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang mencerminkan

kepositifan. Misanya para anggota member yang membahas jadwal forum dan waktu

masing-masing member susah untuk menyatukan jadwal forum, sebagai member yang baik

dapat mensikapi kondisi mereka secara arif dan bijaksana.

e. Kesetaraan

Yaitu keinginan seseorang untuk menyelesaikan masalah secara bekerjasama. Dalam hal

ini, adanya konflik dalam suatu kelompok dianggap sebagai usaha untuk dapat saling

mengenal, memahami dan menghargai perbedaan, buka saling menjatuhkan. Keberhasilan

komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya kesetaraan atau kesamaan antar member

yang terlihat dalam komunikasi. Kesetaraan yang tercipta antar member dalam komunikasi

akan menyebabkan semua member merasa dihargai, dihormati. Misalnya, pada saat terjadi

konflik antar member, siapapun yang salah mereka saling merangkul dan bekerjasama

dalam menyelesaikan permasalahan.

Rakhmat (1988) menyatakan dalam komunikasi interpersonal selain melibatkan dua orang

yang bertatap muka, ada beberapa aspek penting yang mendukung keberhasilan komunikasi

interpersonal, yaitu :

(12)

Dengan adanya rasa percaya ini menjadikan orang lain terbuka dalam mengungkapkan pikiran

dan perasaannya terhadap individu, sehingga akan terjalin hubungan yang akrab dan berlangsung

secara mendalam.

b. Sikap Suportif

Yang akan tampak dalam sikap ini adalah sebagai berikut :

Deskripsi, artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai. Orientasi masalah adalah

mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Spontanitas,

yaitu sikap jujur dan tidak mau menyelimuti motif yang terpendam. Empati adalah merasakan apa

yang dirasakan orang lain.

Persamaan adalah sikap yang menganggap sama derajatnya, menghargai dan menghormati

perbedaan pandangan dan keyakinan yang ada. Profesionalisme adalah kesediaan untuk meninjau

kembali pendapatnya dan bersedia mengakui kesalahan.

c. Sikap Terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi yang efektif. Adapun

karakteristik orang terbuka, sebagai berikut :

Menilai pesan secara objektif, berorientasi pada isi, mencari informasi dari berbagai sumber,

lebih bersifat profesional dan bersedia merubah kepercayaan, mencari pengertian pesan yang tidak

sesuai dengan rangkaian kepercayaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

aspek-aspek yang dapat menimbulkan adanya komunikasi interpersonal menurut De Vito memiliki

(13)

aspek empati, aspek sikap mendukung, aspek sikap positif, dan aspek kesetaraan. Berdasarkan

uraian di atas, aspek komunikasi interpersonal yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

menurut pendapat De Vito dengan alasan bahwa aspek yang dijabarkan oleh Devito banyak

digunakan sebagai indikator penyusunan alat ukur komunikasi interpersonal.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Menurut Lunandi (1994) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Citra Diri (Self Image)

Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan

dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia

belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang

penting bagi dirinya.

b. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain,

yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan

orang yang satu komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan

bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma

sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang

(14)

d. Lingkungan Sosial

Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi,

tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki

kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan

yang satu dengan lingkungan yang lain.

e. Kondisi

Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat dalam

memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang stabil,

karena komunikasi berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi

pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang terpenting

adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang

lebih wajar.

f. Bahasa Tubuh

Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga

merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi

dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum

sebagai bahasa atau pernyataan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan

(15)

C. HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MEMBER BARU SLEMAN FANS

Salah satu supoter bola yang menjadi perbincangan hangat saat ini yaitu, Sleman fans atau

lebih dikenal dengan sebutan Brigata Curva Sud atau yang biasa disingkat BCS adalah salah satu

komunitas pendukung atau supporter kesebelasan sepak bola PSS Sleman. Brigata Curva Sud

bermarkas di tribun selatan Stadion Maguwoharjo yang juga dipakai sebagai nama komunitas

tersebut "Curva Sud". Brigata Curva Sud berbeda dengan suporter sepakbola Indonesia pada

umumnya, mereka memiliki cara unik tersendiri untuk mendukung tim kesayangannya PSS

Sleman. Salah satunya, melakukan koreografi disaat pertandingan berlangsung seperti ultras-ultras

di Italia pada umumnya. Brigata Curva Sud mewajibkan anggotanya untuk bersepatu dan

berpakaian rapi disaat mendukung tim kebanggaan mereka PSS Sleman. Saat mendukung PSS

Sleman, mereka bernyanyi tanpa henti selama 2x45 menit.

Setiap komunitas tentu terdiri dari puluhan bahkan ratusan orang yang mempunyai

perbedaan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin dan karakter. Komunitas mempunyai

agenda untuk melaksanakan forum yang berfungsi sebagai wadah dalam membahas atau

mengevalusi perkembangan atau kemajuan komunitas. Dalam hal ini penyesuaian sosial perlu

dimiliki oleh setiap member baru BCS agar mereka dapat mengikuti atau berpartisipasi dengan

aktif di dalam komunitas, sehingga komunitas dapat menjadi wadah berbenah setiap penggemar

PSS Sleman agar dapat menjadi fans yang memiliki citra baik di mata publik ( Sleman.org.id )

Agenda forum yang di laksanakan oleh para anggota komunitas BCS ini, membahas tentang

bagaimana mereka menjaga loyalitas dan totalitas dalam mendukung tim sepak bola kebanggaan

BCS. Selain itu setiap kali ada pertandingan di luar daerah mereka akan membahas keamanan para

(16)

tinggi. Dan kasus yang terjadi baru-baru ini adalah tawuran antar supoter yang terjadi di sekitaran

jalan Magelang. Jumlah anggota BCS yang begitu banyak, beragam latar belakang, perbedaan usia

dan jenis kelamin dituntut agar para member yang baru bergabung dalam komunitas dapat

mengikuti segala peraturan yang sudah ditetapkan, dapat membaur dengan rekan BCS yang

lainnya, aktif dalam kegiatan komunitas, dapat saling menghargai, menghormati segala perbedaan

yang ada. Hal ini dimaksudkan agar komunitas menjadi salah satu wadah bagi para suporter bola

khususnya bagi para BCS dapat berbenah diri agar dapat mengurangi terjadinya tawuran antar

suporter. Tetapi, hal ini para member baru BCS perlu dapat menyesuaikan dengan kondisi yang

ada.

Apabila sebuah komunitas dimaksudkan untuk saling berbagi informasi, maka

keefektifannya dilihat dari berapa banyak informasi yang diperoleh anggota komunitas dan sejauh

mana anggota komunitas dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan komunitas. Dalam hal

ini komunikasi menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam sebuah komunitas. Terutama

bagi para member baru komunitas. Para member baru cenderung takut diabaikan dalam komunitas,

tidak tahu untuk memulai atau berhubungan dengan anggota lainnya, karena dengan terbentuknya

hubungan dan interaksi yang baik dalam sebuah komunitas akan melahirkan komunitas yang

memiliki keanggotaan yang aktif, efektif dan produktif (Rakhmat, 1989).

Menurut Devito (2010) komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan oleh satu

orang serta penerimaan pesan oleh satu orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampaknya serta dengan peluang untuk memberikan umpan balik.

. Menurut Devito (1997) komunikasi interpersonal memiliki aspek-aspek sebagai berikut: a)

keterbukaan, yang merupakan ketersediaan untuk dapat berinteraksi secara jujur dan terbuka, b)

(17)

lain alami dan rasakan., c) sikap mendukung, yang berarti kesediaan memberikan perhatian,

dukungan, dan bantuan kepada orang lain, d) sikap positif, yaitu menghargai setiap perbedaan yang

ada, e) kesetaraan, yaitu menerima orang lain dengan penerimaan yang positif.

Aspek pertama komunikasi interpersonal adalah keterbukaan yang merupakan keterbukaan

ketersediaan individu untuk dapat bereaksi secara jujur dan terbuka (Devito, 2011). Laswell dan

Laswell (dalam Barus, 2005) mengartikan keterbukaan mempermudah orang lain untuk

mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai, sehingga interaksi antar individu dapat berjalan

dengan baik dan dapat membangun hubungan sosial yang baik. Mampu memahami dan

memberikan reaksi sesuai dengan perasaan dan pikiran orang lain akan mempermudah individu

dalam menjalin hubungan sosial dengan baik, sehingga individu akan dapat melakukan

kemampuan penyesuaian sosial tanpa mengalami hambatan. ( dalam Trisna, 2000).

Aspek kedua komunikasi interpersonal adalah sikap empati antar anggota komunitas.

Dengan adanya empati akan memunculkan sikap saling menghormati, sikap saling menghargai

antar anggota komunitas. Empati yaitu kesediaan individu untuk mengetahui dan merasakan apa

yang dialami oleh orang lain ( Devito, 2011). Menyadari, memahami, dan menghargai perasaan

dan pikiran orang lain dapat menyelaraskan terhadap apa, bagaimana dan latar belakang perasaa

dan pikiran orang lain. Bersikap empatik berarti mampu membaca orang lain dari sudut pandang

emosi. Mampu memahami dan memberikan reaksi sesuai dengan perasaan dan pikiran orang lain

akan mempermudah individu dalam menjalin hubungan sosial dengan baik, sehingga individu

akan dapat melakukan kemampuan penyesuaian sosial tanpa mengalami hambatan. ( dalam Trisna,

2000).

Aspek ketiga komunikasi interpersonal adalah memiliki sikap mendukung, yang merupakan

(18)

Devito, 2011). Dukungan yang dimaksud adalah tindakan dan komitmen antar member untuk

dapat saling menjaga hubungan baik antar anggota komunitas. Dukungan menjadi salah satu fungsi

untuk menjaga hubungan sosial. Dukungan dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan,

percaya diri, dihargai dan diterima menjadi bagian kelompok. Mampu memahami dan memberikan

reaksi sesuai dengan perasaan dan pikiran orang lain akan mempermudah individu dalam menjalin

hubungan sosial dengan baik, sehingga individu akan dapat melakukan kemampuan penyesuaian

sosial tanpa mengalami hambatan. ( dalam Trisna, 2000).

Aspek keempat komunikasi interpersonal adalah sikap positif. Sikap positif adalah suatu

sikap yang menunjukkan penghargaan pada diri sendiri, orang lain, memuji lawan bicara dalam

situasi komunikasi secara umum ( Devito, 2011). Adanya sikap tersebut akan saling memberikan

penghargaan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain sehingga antar anggota akan saling

menunjukkan sikap solidaritas, keakraban untuk menjaga hubungan sosial.

Aspek komunikasi kelima komunikasi interpersonal adalah kesetaraan atau kesamaan.

Kesetaraan yaitu pengakuan sama-sama bernilai dan berharga ( Devito, 2011). Kesetaraan dalam

komunitas dapat tercipta dengan mengedepankan sikap saling menghargai sesama anggota

komunitas. Merasa dihargai dan diakui sebagai bagian dalam kelompok akan mempermudah

individu dalam melakukan penyesuaian sosial. (Stinet dan De Frain dalam Hawari, 2006).

Berdasarkan aspek-aspek komunikasi interpersonal menurut Devito (1997) dapat

mempermudah individu dalam menjalin hubungan sosial. Jika individu dapat menjalin hubungan

(19)

Komunikasi interpersonal pada sebuah komunitas dapat dikatakan berhasil, apabila

komunikasi antar anggota komunitas mecapai taraf yang tinggi sehingga dapat

mengkomunikasikan berbagai perbedaan pendapat, pandangan, dan prinsip ( Rihastuti, 2017).

Apabila kondisi tersebut dapat tercapai maka perbedaan latar belakang, jenis kelamin, pendidikan

dan usia dalam sebuah komunitas tidak akan menghalangi untuk terciptanya sebuah komunitas

yang baik, komunitas dapat menjadi wadah untuk mengkomunikasikan permasalahan yang terjadi

dalam dunia suportifitas sepak bola sehingga para member baru dalam sebuah komunitas akan

dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik untuk mencapai komunitas yang solid (Rakhmat,

2007).

Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2001) pergaulan adalah kontak langsung antara satu

individu dengan individu yang lainnya. Konsep pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang

mengarah pada hubungan sosial yang baik, dimana antar individu terjalin interaksi yang aktif.

Interaksi yang aktif antar individu terjalin dengan adanya komunikasi. Sehingga antar individu

dapat menjalin hubungan sosial yang baik dan dapat melakukan penyesuaian sosial tanpa

hambatan.

Hubungan sosial terjalin karena adanya proses interaksi antar individu. Proses interaksi

akan menimbulkan situasi dimana akan muncul keinginan untuk menjalin persahabatan, dan

keinginan untuk melakukan penyesuaian sosial dengan baik (Soekanto, 2003). Menurut Montago

(dalam Mauliatub dkk, 2009) hal terpenting dalam interaksi adalah komunikasi, komunikasi yang

terjalin dengan baik antar individu akan membuat individu merasa diberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapat, merasa didengar, dan dapat belajar empati. Sehingga individu akan

mempu mengembangkan komunikasi interpersonal untuk membantunya dalam proses

(20)

Penyesuaian sosial yang baik sangat tergantung pada efektivitas komunikasi yang dijalin

individu dengan orang lain (Suryaningsih, 2010). Individu yang dapat berkomunikasi dengan baik

dan lancar maka tidak akan,mengalami kesulitan yang berarti dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru, tetapi bagiindividu yang kurang dalam berkomunikasi akan menimbulkan

masalah-masalah dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya (kumpulanskripsi.com,

2003)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal antar anggota

komunitas, mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian sosial pada member baru komunitas BCS.

D. HIPOTESIS

Ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian sosial pada

member baru Sleman Fans. Semakin tinggi kemampuan komunikasi interpersonal maka akan

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya kita akan melakukan FRH untuk belanja barang, maka menu Formulir Realisasi Hutang kemudian pilih sub menu FRH Barang Sispran I sehingga tampil

Berita Acara Seminar Proposal Skripsi .... Daftar Hadir Seminar Proposal

yang merupakan tersangka vektor di Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat dengan uji ELISA dari potongan kepala- dada.. BAHAN DAN

Sementara di Nusantara, Marxisme  mulai  berkembang setelah abad ke-20, yaitu setelah kedatangan Henk Sneevliet pada tahun 1913, ia adalah seorang pendiri  ISDV

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW

Jika Anda belum pernah mengalami proses audit, “Apa yang Anda kuatirkan dari..

Tesis Keabsahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Atas Rumah Yang Belum Dibangun … Riza Meiyanto... ADLN Perpustakaan

Hukum Acara Pidana adalah menuntun pihak penyidik dalam melakukan proses penyidikan sesuai aturan atau kaedah hukum yang ada dan telah ditetapkan, dengan begitu