DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... Error! Bookmark not defined.
HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iError! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.ii KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Hakekat Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
B. Pembelajaran IPS ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian PIPS ... Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial . Error! Bookmark not defined.
C. Hasil Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.
D. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.
1. Definisi Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.
E. Konsep Dasar Persepsi ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Persepsi ... Error! Bookmark not defined.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .. Error! Bookmark not defined.
F. Profesionalisme Guru ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Kompetensi, Profesi, Profesional, dan Profesionalisme ... Error! Bookmark not defined.
2. Standar Profesionalisme Guru ... Error! Bookmark not defined.
G. Pemahaman Konsep ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Pemahaman Konsep ... Error! Bookmark not defined.
2. Tes Kemampuan Pemahaman ... Error! Bookmark not defined.
H. Hakekat Bencana ... Error! Bookmark not defined.
I. Gempa Bumi ... Error! Bookmark not defined.
J. Mitigasi Bencana ... Error! Bookmark not defined.
K. Kesiapsiagaan Bencana ... Error! Bookmark not defined.
L. Hasil Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
M. Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.
D. Hubungan Antarvariabel ... Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
a. Penyusunan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
F. Uji validitas ... Error! Bookmark not defined.
G. Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
1. Uji normalitas data ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji homogenitas data ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji linieritas ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . Error! Bookmark not defined.
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Uji Persyaratan Analisis ... Error! Bookmark not defined.
1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji Linieritas Regresi ... Error! Bookmark not defined.
C. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
1. Kontribusi Hasil Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPS (X2)TerhadapPengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y1) ... Error! Bookmark not defined. 2. KontribusiHasilBelajar IPS (X1)dan Persepsi Peserta Didik tentang
Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2)Secara Parsial Terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y1) ... Error! Bookmark not defined.
3. Kontribusi Antara Hasil Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPS (X2) dengan Pemahaman
Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) ... Error! Bookmark not defined.
4. Kontribusi Hasil Belajar IPS (X1) dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2) Secara Parsial Terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) ... Error! Bookmark not defined.
5. Kontribusi Antara Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta
Didiktentang Kompetensi Guru IPS (X2), dengan Kesiapsiagaan (Y3) ... Error! Bookmark not defined.
6. KontribusiHasil Belajar IPS (X1), dan Persepsi Peserta didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2) Secara Parsial Terhadap Kesiapsiagaan (Y3) ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
2. Kontribusi Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang
Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Pemahaman Peserta Didik terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... Error! Bookmark not defined.
3. Kontribusi Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Kesiapsiagaan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemampuan Dasar Guru ... 40
2.2 Standar Kompetensi GuruMata PelajaranDi SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA dan SMK/MAK ... 45
3.1 Populasi ... 74
3.2 Daftar Sampel... 76
3.3 Variabel Penelitian ... 78
3.4Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 82
3.5Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan ... 83
3.6Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan .... 84
3.7Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan ... 85
3.8Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 88
3.9Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan ... 89
3.10 Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan ... 90
3.11Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 98
4.1 Jumlah Peserta Didik SMPN Kecamatan Pangalengan ... 99
4.2 Klasifikasi Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran IPS ... 100
4.3 Rata-rata Hasil Pembelajaran Sampel SMPN di Kecamatan PangalenganPengertian PIPS ... 101
4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan 102 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Penggunaan Media oleh Guru ... 104
4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Metode Pembelajaran Guru IPS... 105
4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan 107 4.8Distribusi Frekuensi Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan .. 108
4.10Rencana Tanggap Darurat Responden Siswa ... 112
4.11Sistem Peringatan Bencana ... 114
4.12Mobilisasi Sumberdaya ... 115
4.13Uji Normalitas Variabel Persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS ... 117
4.14Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 117
4.15Uji Normalitas Variabel Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 118
4.16Uji Homogenitas ... 119
4.17Uji Linieritas Variabel Pengetahuan ... 119
4.18Uji Linieritas Variabel Pemahaman ... 120
4.19Uji Linieritas Variabel Kesiapsiagaan ... 120
4.20Koefisien Persamaan Regresi ... 122
4.21Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 123
4.22Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 124
4.23Koefisien Persamaan Regresi ... 128
4.24Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 129
4.25 Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 130
4.26Koefisien Persamaan Regresi ... 134
4.27Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 135
Asep Saepul Bahri, 2012
Gambar 2.1.Proses terjadinya Gempa bumi ... 63
2.2. Hubungan Antarvariabel ... 71
4.1. Hasil Pembelajaran IPS peserta didik ... 101
4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang
Profesionalisme Guru ... 102
4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang
Penggunaan Media oleh Guru ... 104
4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang
Metode Pembelajaran Guru IPS ... 106
4.5. Histogram Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang kebencanaan ... 107
Lampiran A INSTRUMEN PENELITIAN ... 159
A.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 160
A.2 Instrumen Penelitian Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 161
A.3 Instrumen Penelitian Pengetahuan Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi ... 165
A.4 Instrumen Penelitian Pemahaman Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi ... 167
A.5 Instrumen Penelitian Kesiapsiagaan ... 170
B DATA PENELITIAN ... 173
B.1 Data Persepsi Pesrta Didik tentang Kompetensi Profesional Guru IPS ... 174
B.2 Data Pengetahuan Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi 179 B.3 Data Pemahaman Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi . 183 C PENGOLAHAN DATA ... 187
C.1 Uji Persyaratan Analisis ... 188
a. Uji Normalitas ... 108
b. Uji Homogenitas ... 189
c. Uji Linieritas Regresi ... 189
C.2 Uji Hipotesis ... 192
D. Dokumen Penelitian ... 196
D.1 Surat Penelitian ... 197
D.2 Peta Lokasi Penelitian ... 201
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Realitas Indonesia sebagai “negeri bencana” tidak dapat ditampik lagi. Hal
ini terlihat dari fakta yang ada bahwa bencana yang menimpa hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Gempa bumi, letusan gunungapi, longsor, banjir, kebakaran
hutan, kekeringan serta, bencana alam lainnya senantiasa menjadi fenomena yang
dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari refleksi
fenomena alam yang secara geografis merupakan kekhasan dari wilayah
Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara tiga
lempeng besar dunia yaitu, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan
Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng tersebut menempatkan Indonesia
menjadi wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi.
UU No. 24 tahun 2007 pasal 1 angka 1 mendefinisikan bencana adalah
“peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
Maryani (2008:1) menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan alam ini
tidak begitu menimbulkan banyak masalah, manakala jumlah manusia masih
sedikit, tidak rakus dalam menggali sumberdaya alam, serta menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan. Demikian juga dengan bencana alam ketika
terjadi di wilayah yang jumlah penduduknya jarang atau bahkan tidak terdapat
penduduk, maka fenomena alam tersebut tidak dikatakan sebagai bencana alam
karena tidak menimbulkan kerugian, baik jiwa maupun harta. Seperti yang
diungkapkan oleh Maryani (2008:2) bahwa :
Beberapa dinamika alam, khususnya yang menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia dapat dideteksi dan diantisipasi, seperti letusan gunungapi, angin topan, dan banjir. Adapun dinamika alam yang menimbulkan bencana dan sulit untuk dideteksi adalah gempa bumi. Untuk meminimalkan kerugian dan korban akibat dari bencana alam tersebut perlu kiranya ada pengetahuan, pemahaman, keterampilan untuk mencegah, kesiapsiagaan, mampu mendeteksi dan mengantisipasi lebih dini tentang berbagai bencana khususnya di tempat-tempat yang memang rawan terhadap terjadinya bencana alam.
Serangkaian bencana alam telah melanda Indonesia, khususnya Jawa Barat
yang merupakan wilayah daerah dengan kerentanan bencana cukup besar seperti
bencana gunungapi, gempa bumi dan tsunami, longsor, banjir, kekeringan, dan
kegagalan teknologi. Selain itu juga kerentanan penduduk terhadap bencana
termasuk tinggi hal ini dilihat dari kedekatan dengan sumber bencana, kualitas
bangunan yang masih rendah, kemampuan kebencanaan yang rendah, struktur
demografi yang padat dan usia non produktif yang tinggi.
Bencana alam akan selalu datang dan mengancam wilayah Indonesia,
karena itu masyarakat Indonesia harus selalu siap menghadapinya. Oleh karena itu
penanganan bencana alam. Upaya itu tentu memerlukan tingkat pengetahuan yang
cukup tentang bencana alam tersebut.
Masyarakat,saat ini sudah jauh dari alam walaupun mereka tinggal di
dalamnya. Mereka tidakmengenal alam, apalagi akrab dengan alam. Mereka tidak
dapat memahamilagi tanda-tanda dari alam. Demikian juga dengan teknologi
kealaman, mereka lebih percaya isudaripada data seismogram. Berbeda sekali
dengan orang Jepang, baik orangdewasa maupun anak-anak tahu persis apa yang
harus dilakukan ketika terjadigempa dan untuk antisipasi bahaya gempa, mereka
membangun bangunan-bangunan tahan gempa. Satria (2006:10) menerangkan
bahwa, Prosedur Operasional Standar (POS) bagi setiap warga Jepang
saatmenghadapi gempa diperkenalkan di sekolah-sekolah maupun media massa.
AnakTK dan SDpun paham langkah-langkah saat terjadi gempa, seperti berdiam
dibawah meja dengan tangan dan bantal di atas kepala.
Sebagaimana yang dikutip dari United States Geological Survey (USGS,
2002),bahwa untuk “memahami mekanismekejadian-kejadian alam seperti gempa
bumi, erupsi vulkanik, longsor, banjir,kekeringan, angin topan, tsunami sangat
penting bagi masyarakat”. Denganpemahaman yang baik mengenai mekanisme
kejadian-kejadian alam, manusiadapat merencanakan dan mengelola cara yang
dapat mengurangi akibat yangdisebabkan oleh kehebatan bencana alam, hal ini
dapat dilakukan melalui jalur pendidikan di sekolah.
Fakta bencana yang terjadi di Indonesia hampir selalu menelan korban
masyarakatnya. Hal ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman msayarakat akan potensi bencana dari lingkungannya serta
bagaimana cara penanggulangan dampak dari bencana itu. Selain itu, hal ini
disebabkan oleh masih lemahnya sistem penanggulangan bencana yang
dipersiapkan oleh pemerintah.
Sejatinya masyarakat jauh hari menyadari bahwa wilayah Indonesia ini
merupakan daerah yang amat rentan bencana, pemerintah sudah seharusnya
memberikan pengetahuan dan pemahaman yang memadai kepada warga akan
potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan hidupnya. Salah satu jalan untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang
potensi-potensi bencana yang senantiasa mengancam itu adalah melalui jalan pendidikan.
Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pengertian di atas, bahwasanya pendidikan merupakan unsur
yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan manusia serta mampu
menghasilkan output yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia yang
berkepribadian, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, terampil, beretos
kerja, profesional, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media
informasi diharapkan mampu mengembangkan platform nasional yang terkait
dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi.
Menurut Astuti dan Sudarsono (2010: 33) bahwasanya “sekolah sebagai lembaga
pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam
mengubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat dengan memberikan
pendidikan mitigasi di sekolah”. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang
dikembangkan dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4
kerangka konseptual, yaitu:
1. Awarenesss (Perubahan Perilaku),
2. Knowledge Development (salah satunya pendidikan dan pelatihan), 3. Public Commitmen,
4. Risk Assesment.
Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan
jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang
penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi.Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan
modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah, psikologis
dan pedagogis untuk mencapai tujuan pembelajaran. National Council for the
Social Studies (NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial
Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.
Dari pengertian tersebut memberikan batasan pengertian pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah kajian yang terintegrasi dalam ilmu
sosial dan kemanusiaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat.
Bagian-bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah: antropologi, geografi, sejarah,
ekonomi, hukum, politik, psikologi. Sejalan dengan pengertian NCSS, Kenworthy
(Maryani, 2008:4) menegaskan pula bahwa “pada kenyataannya yang menjadi
lapangan pendidikan IPS adalah antropologi, sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu
politik, sejarah dan psikologi, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik,
agama, serta filsafat dan juga ilmu-ilmu lainnya”.
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Menengah pendidikan IPS
merupakan mata pelajaran yang terintegrasi ataupun gabungan dari ilmu-ilmu
sosial, yaitu: geografi, sejarah sosiologi, dan ekonomi sedangkan untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA) IPS sudah merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri,
seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu-ilmu lainnya.
Ilmu pengetahuan sosial memegang peranan penting dan menjadi salah
Jarolimek (1993:5-8) menjelaskan bahwa PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan
informasi dan pengetahuan (knowledgeandinformation), nilai dan tingkah laku
(attitude and values), dan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja
kelompok, dan keterampilan intelektual.
Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS tersebut, kurikulum
Pendidikan IPS diharapkandapat memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan
tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Kaitannya dengan
keberhasilan tujuan IPS di atas ditentukan oleh implementasi kurikulum, standar
pengelolaan, standar fasilitas, standar biaya, profesionalisasi guru dan
penilaian.Semua itu akan menentukan efektifitas proses pembelajaran IPS secara
berkesinambungan. Bencana, perlu dipahami dan diantisipasi oleh semua
masyarakat. Potensi kerawanan diharapkan dapat dipahami oleh birokrasi, rumah
tangga dan satuan pendidikan.
Halnya dengan para peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan yang
berada di kawasan rawan bencana. Diharapkan dapat memahami karakteristik
wilayahnya yang merupakan wilayah rawan bencana terutama bencana gempa.
Berkenaan dengan hal di atas, tesis ini akan membahas lebih fokus
menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Kontribusi Pembelajaran IPS
TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Peserta Didik SMP” khususnya di
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakahtingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta
didik SMP di Kecamatan Pangalengan?
2. Bagaimanakah kontribusi pembelajaran IPS terhadap kesiapsiagaan
bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan?
3. Kendala apakah yang dihadapi guru dan peserta didik dalam
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebencanaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai
efektivitas pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap bencana gempa bumi.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik SMP di kecamatan
Pangalengan
2. Mengetahui kontribusi pembelajaran IPS terhadap tingkat kesiapsiagaan
bencana gempa bumi peserta didik
3. Untuk mengidentifikasikesiapsiagaanpeserta didik terhadap bencana
D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan lebih bermakna apabila mampu memberikan manfaat,
baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat secara
umum. dalam segi keilmuan penelitian ini diharapkan akan mampu bermanfaat :
a. Bagipesertadidik :
1) Meningkatkankesiapsiagaanbencanagempa bumi bagipesertadidik
2) Pesertadidikdapatmengaplikasikan kesiapsiagaan bencana gempa
bumi dalam perilaku nyata ketika terjadi bencana
b. Bagi guru/peneliti diharapkan:
1) Bermanfaat sebagai bahan dan sumber belajar dalam pengembangan
pembelajaran IPS di SMP/MTs
2) Guru dapat mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik
3) Bermanfaat sebagai wacana serta bahan penelitian lebih lanjut
c. Bagi aparatur pemerintah selaku pemegang kebijakan:
1) Aparatur pemerintah dapat memahami mengenai pentingnya sosialisasi
kebencanaan
2) Bermanfaat sebagai wacana bagi pemerintah dalam merancang
kurikulum yang berbasis mitigasi bencana.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan beberapa teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan,
dapat dirumuskan hipotesis sementara yaitu, terdapat hubungan positif yang
sejajar antara pembelajaran IPS dengan pemahaman peserta didik terhadap
1. H0: tidak terdapat kontribusi fungsional yang linier dan signifikan antara
hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik
terhadap kebencanaan
Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan
peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan
2. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS
dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan
Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan
peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan
3. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS
dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan
Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan
peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai.
Metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari suatu tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan
data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan
sebagainya. Dengan demikian menggunakan teknik penelitian survai hal ini
dimaksudkan bahwa penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok
BAB III
METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Menurut
Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat
pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan
menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya
dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisisi untuk
menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian.
Kerlinger (Iskandar, 2009:3) menjelaskan bahwa penelitian survai
mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji
sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan
interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikologi. Menurut tingkat
eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono
(2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif ialah penelitian yang mencari
hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif
menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu
populasi dan sampel, karena data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang
harus diolah secara statistika, maka antar variabel-variabel yang diajukan objek
pendekatan statistika yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada
gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (validitas dan
reliabilitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasi sehingga rekomendasi
yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.
Menurut Sugiyono (2009:14), penelitian kuantitatif didasarkan kepada
paradigma positivism digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Menurut Mantra
(Singarimbun, 1995:149) menjelaskan bahwa “dalam suatu penelitian yang
menggunakan metode survai, tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam
populasi, karena di samping memakan biaya yang sangat besar juga
membutuhkan waktu yang lama.” Dengan meneliti sebagian dari populasi,
diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan menggambarkan sifat populasi
bersangkutan sehingga untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara
pengambilan sebuah sampel harus berdasarkan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Pengambilan sampel responden peserta didik di tiap sekolah dengan teknik
proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel peserta didik
secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi
populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan
karakteristik yang berbeda-beda, yaitu peserta didik kelas VII.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jumlah
seluruh peserta didik SMPN kelas VII di kecamatan Pangalengan adalah 999. Dari
jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian dengan
menggunakan rumus dari Taro Yamone (Rahmat, 1995:82), sebagai berikut :
n = � � (�)2+ 1
Keterangan :
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
D = nilai kritis/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% atau 10%
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka tingkat kesalahan yang
digunakan adalah 10%, didapatkan ukuran sampel sebesar:
n = 999
999 (0.1)2+ 1 = 91.00
Dengan demikian minimal sampel yang harus diambil adalah sebanyak 91
responden.Untuk membantu menentukan perwakilan dari setiap sampel, maka
menggunakan rumusan dari Singarimbun (1991:89) sebagai berikut:
n
k=
��
Keterangan:
nk = jumlah anggota sampel dalam jumlah sampel Pk = jumlah anggota populasi yang ada dalam kelompok P = jumlah populasi
n = jumlah sampel
Jumlah sampel untuk masing-masing bagian setelah dilakukan perhitungan
dengan mengunakan rumus di atas, dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Daftar Sampel
No Nama Sekolah Populasi Peserta Didik kelas VII
Sampel Peserta Didik
1 SMPN 1 469 43
2 SMPN 2 395 36
3 SMPN 3 135 12
Jumlah 999 91
Sumber: Hasil Hitungan, 2011
Adapun yang menjadi latar belakang dari pengambilan sampel kelas VII
ini didasari karena kelas VII program IPS telah mulai mempelajari konsep-konsep
bentuk muka bumi.
C.Operasional Variabel Penelitian
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono, 2009:60).
Variabel mempunyai kaitan yang sangat erat dengan teori yang memiliki tujuan
untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran
yang sistematis tersebut dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS (X1) yang
memiliki defenisi konseptual adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik setelah melakukan kegiatan belajar, keberhasilan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu
maupun secara berkelompok (Djamarah, 1994:19). Dalam hal ini hasil belajar
diambil dari capaian nilai rata-rata prestasi yang dicapai peserta didik pada mata
pelajaran IPS dalam periode tertentu.
Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS (X2)
yang memiliki defenisi konseptual adalah kecakapan atau kemampuan yang
dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam satu kompetensi, yaitu kompetensi
yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru dengan pandangan
dari peserta didik. Sedangkan defenisi operasional, persepsi kompetensi yang
merefleksikan kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam menjalankan
profesinya terutama kemampuan menguasai atau mendalami subject matter
(bidang studi), cara mengajar dan prilakunya (Uno, 2009:43). Persepsi secara
langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam merespon sesuatu.
Keterkaitan penafsiran peserta didik terhadap guru akan mempengaruhi kualitas
belajar peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.
Pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan (Y1)dalam hal ini
diartikan sebagai pendukung dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun
mampu mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:140). Pengetahuan
tentang bencana merupakan faktor penting dalam kesiapsiagaan.
Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan (Y2) dapat diartikan
sebagai mengerti benar atau memahami dengan benar akan konsep dari
kebencanaan. Menurut Bloom (Arifin, 2000:98) pemahaman didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang mempunyai
indikator individu dapat menjelaskan atau mendefinisikan suatu unit informasi
dengan kata-kata sendiri.
Kesiapsiagaan (Y3), menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana, merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Untuk memudahkan penelitian dan agar variabel penelitian dapat lebih
operasional, maka dikemukakan beserta indikator-indikator dari masing-masing
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
VARIABEL INDIKATOR
Persepsi Profesionalisme Guru IPS (X2)
1. Persepsi Kompetensi Akademik: Kognisi
Penafsiran Tanggapan
2. Persepsi Kompetensi Pedagogik: Kognisi
Penafsiran Tanggapan
3. Persepsi Kompetensi Kepribadian: Kognisi
Penafsiran Tanggapan
4. Persepsi Kompetensi Sosial: Kognisi Penafsiran Tanggapan Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan(Y1)
1. Mengetahui terminoligi secara umum 2. Mengetahui fakta yang spesifik 3. Mengetahui konsep dasar
Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) 1. Translasi 2. Interpretasi 3. Ekstrapolasi Kesiapsiagaan (Y3)
1. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana
2. Rencana untuk keadaan darurat bencana 3. Sistem peringatan bencana
4. Kemampuan memobilisasi sumber daya
Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru, Taxonomy Bloom, dan LIPI-UNESCO/ISDR (2006:46)
D.Hubungan Antarvariabel
Bertolak dari operasional variabel penelitian sebagaimana diuraikan di
atas, maka alur hubungan antar variabel dapat dirumuskan.berdasarkan hubungan
antar variabel tersebut, terdapat keterkaitan antar variabel sebagai berikut, variabel
Bagan 3.1Hubungan Antarvariabel
berdasarkan bagan hubungan antar variabel tersebut, terlihat keterkaitan
antar variabel satu dengan variabel lainnya, yaitu :
1. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1
2. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2
3. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3
4. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1
5. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2
6. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3
7. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan
variabel Y1
8. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan
variabel Y2
9. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan
variabel Y3
Hasil Belajar IPS (X1)
Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan
(Y1)
Persepsi Profesionalisme
Guru IPS (X2)
Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan
(Y2)
E.Teknik Pengumpulan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa
instrumen tes dan studi dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengukur
variabel pemahaman kebencanaan. Dengan bentuk tes objektif, tes objektif
merupakan keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah
tersedia. Menurut Popham (Purwanto, 2009: 72) menyebutnya dengan istilah tes
jawaban dipilih.
Sedangkan untuk studi dokumentasi digunakan untuk mengamati
catatan-catatan prestasi, baik yang menyangkut prestasi akademik maupun nonakademik.
Dokumentasi diambil dari nilai rata-rata prestasi peserta didik pada mata pelajaran
IPS dalam periode tertentu pada materi pokok keragaman bentuk muka bumi,
proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.
Teknik pengumpulan data, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
- Menyusun kisi-kisi tes
- Merumuskan pertanyaan-pertanyaan - Melakukan uji coba
- Menguji tingkat validitas dan realibilitas
a. Penyusunan Instrumen
(1) Instrumen Pengukuran Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru Instrumen ini disusun dari konstruk persepsi yang dikonseptualisasikan
melalui indikator dan dikembangkan dari defenisi persepsi Mar’at (1985) ; Thoha
(1983) ; Abdurachman (1988), sedangkan profesionalisme guru yang dimodifikasi
dari Standar Profesionalisme Guru PP No.16 Tahun 2007 terdiri dari tiga kategori
persepsi profesionalisme guru IPS :
(a) Kepercayaan, pendapat (Kognisi) mengenai profesionalisme guru geografi
akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.
(b) Penafsiran mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik,
kepribadian, dan sosial.
(c) Tanggapan mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik,
kepribadian, dan sosial.
Berdasarkan kategori-kategori di atas, tersusun 32 butir pernyataan yang
terlebih dahulu diujicobakan sebelum dijadikan alat penelitian. Kisi-kisi
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS
Variabel Indikator Aspek Butir
Instrumen Persepsi
Profesionalisme Guru IPS
(X2) 1.Persepsi Kompetensi Akademik :
Kognisi
Penafsiran
Tanggapan
1. Pemahaman teori/konsep materi bentuk muka bumi
1,6
2. Penjelasan Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas VII:
mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan
dampaknya terhadap kehidupan.
3,4,
3. Menunjukkan manfaat materi pelajaran IPS:faktor-faktor dan penyebab terjadinya gempa bumi dan akibatnya yang
ditimbulkannya.
5,8,10,15
2. Persepsi Kompetensi
Pedagogik:
Kognisi
Penafsiran
Tanggapan
1. Penerapan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran materi IPS kelas VII:bentuk muka bumi, gempa bumi.
2,7,14
2. Pemilih materi pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi sesuai dengan tujuan pembelajaran
9,11,13
3. Pengalokasikan waktu yang efesien dan efektif
16,18
4. Pemanfaatan sumber dan media pada pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi
17, 19
5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif
20, 22
6. Memotivasi peserta didik 21,24 7. Melakukan evaluasi pada setiap materi
pembelajaran IPS
23,26
3. Persepsi Kompetensi Kepribadian:
Kognisi
Penafsiran
Tanggapan
1. Berprilaku jujur, berahlak mulia, dan teladan
25,27
2. Menunjukkan pribadi yang arif dan bijaksana
28
3. Memberikan contoh teladan pada peserta didik
29
4. Persepsi Kompetensi Sosial:
Kognisi
Penafsiran
Tanggapan
1. Berinteraksi secara efektif dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas
30
2. Bersikap adil dan tidak diskriminatif pada peserta didik lainnya
31
3. Dapat berkomunikasi dengan orang tua peserta didik /teman sejawat secara efektif
32
Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru
Skala yang digunakan adalah skala interval 5-4-3-2-1, skor 5 menggambar
sangat setuju, skor 4 setuju, skor 3 ragu-ragu, skor 2 tidak setuju, skor 1 sangat
(2) Instrumen Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan
Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai,
soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Instrumen ini mencakup ranah
kognitif pada aspek pengetahuan (C1), aspek pengetahuan terbagi atas tiga bagian,
yaitu mengetahui terminologi secara umum, mengatahui fakta yang spesifik,
[image:30.595.116.503.228.551.2]mengetahui konsep dasar.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan
Variabel Indikator No Item
Pengetahuan peserta didik tentang Kebencanaan
Y1
Mengetahui terminologi secara umum 1,2,3, 13
Mengetahui fakta yang spesifik 5, 7, 9, 10, 12, 14, 15
Mengetahui konsep dasar 4, 6, 8, 11,
(3) Instrumen Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan
Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai,
soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Indikator pemahaman terdiri dari:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan
Variabel Indikator No Item
Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan
Y2
Translasi 1,2,3, 13
Interpretasi 5, 7, 9, 10,
12, 14, 15
Ekstrapolasi 4, 6, 8, 11,
Pengukuran data keduanya adalah ratio karena data yang jaraknya sama
serta mempunyai nilai yang absolut (Sugiyono, 2009:25). Dari bentuk objektif
mempunyai dua kemungkinan yaitu benar apabila pada sebuah butir soal, peserta
didik mampu menjawab sesuai dengan kunci jawabannya dan salah apabila
peserta didik memilih jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya. Oleh
karena keberadaannya bersifat pasti, maka peserta didik akan memperoleh skor 1
(satu) apabila menjawab benar dan 0 (nol) apabila menjawab salah.
(4) Instrumen Kesiapsiagaan
Instrumen ini disusun berdasarkan parameter kesiapsiagaan bencana,
menurut tim peneliti LIPI-UNESCO/ISDR yaitu, pengetahuan dan sikap terhadap
risiko bencana,rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem peringatan
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan
Variabel Indikator No Item
Kesiapsiagaan bencana
Y3
Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana
1,2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12
Rencana kesiapsiagaan bencana 13, 14, 15,16, 17
Sistem peringatan bencana 18, 19
Memobilisasi sumber daya 20, 21
Keseluruhan instrumen yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan di
salah satu SMP Negeri terhadap 41 orang peserta didik kelas VII. Selanjutnya
dianalisis untuk diketahui validitas dan realibilitasnya sehingga layak dijadikan
instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel dan SPSS (Statistical Process and Social Scince) versi 17.0.
F. Uji validitas
Dalam penelitian ini diperlukan hasil penelitian yang valid dan realiable
dengan instrumen yang valid dan realiable, Sugiyono (2009: 173) menjelaskan
instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47) menyatakan bahwa “uji
reliabilitas dan validitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat
dilakukan untuk menilai kualitas alat ukur, Singarimbun dan Sofian Effendi
(1995:124) menjelaskan bahwa “validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur”, sedangkan uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sebagai alat ukur sehingga
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Somantri dan Sambas Ali Muhidin
(2006:47-48) menjelaskan bahwa “hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek
yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subjek belum berubah”. Relatif sama yang dimaksud dalam hal ini
tetap ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa
kali pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas yaitu
sebagai berikut:
r
xy=
�∑ − ∑(∑ )
√{�∑ 2− ∑ )2 {�∑ 2 –(∑ )2} Keterangan :
N = Jumlah Responden
X = skor yang diberikan oleh rater 1
Y = skor yang diberikan oleh rater 2
Selanjutnya untuk menguji signifikansi, angka korelasi yang diperoleh dari
setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Penentuan r
digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
r = Koefesien korelasi internal n = Banyaknya responden
Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan
dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan
sebesar dk = N2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan
kaidah sebagai berikut :
1) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat
ukur yang digunakan dinyatakan valid.
2) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai
t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.
Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi profesionalisme guru
IPS ,pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan dan pemahaman peserta
didik tentang kebencanaan adalah sebagai berikut :
(a). Instrumen pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru
IPS, hasil yang didapat adalah menunjukkan bahwa dari 55 butir intrumen
kuesioner, diperoleh 53 butir instrumen kuesioner atau sebanyak 96,36% yang
memiliki nilai r-hitung > nilai r-kritis pada taraf signifikansi a = 5 % dengan nilai
r-kritis 0,308. Sedangkan sisanya sebanyak 2 butir instrumen kuesioner atau
sebanyak 3,63% memiliki nilai r-hitung < r-kritis. Dengan demikian diperoleh
butir instrumen kuesioner valid sebanyak 53 dan 2 butir instrumen kuesioner
dinyatakan drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
[image:34.595.112.515.231.566.2]Tabel 3.7
Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS
No
soal r hitung
Nilai r
Kritis Status No
soal r hitung
Nilai r
Kritis Status
1 0.379 0.308 Valid 31 0.398 0.308 Valid
2 0.421 0.308 Valid 32 0.351 0.308 Valid
3 0.398 0.308 Valid 33 0.377 0.308 Valid
4 0.402 0.308 Valid 34 0.365 0.308 Valid
5 0.408 0.308 Valid 35 0.382 0.308 Valid
6 0.392 0.308 Valid 36 0.384 0.308 Valid
7 0.374 0.308 Valid 37 0.320 0.308 Valid
8 0.363 0.308 Valid 38 0.618 0.308 Valid
9 0.376 0.308 Valid 39 0.702 0.308 Valid
10 0.399 0.308 Valid 40 0.599 0.308 Valid
11 0.317 0.308 Valid 41 0.698 0.308 Valid
12 0.383 0.308 Valid 42 0.713 0.308 Valid
13 0.364 0.308 Valid 43 0.647 0.308 Valid
14 0.352 0.308 Valid 44 0.714 0.308 Valid
15 0.280 0.308 Drop 45 0.496 0.308 Valid
16 0.411 0.308 Valid 46 0.458 0.308 Valid
17 0.408 0.308 Valid 47 0.703 0.308 Valid
18 0.408 0.308 Valid 48 0.631 0.308 Valid
19 0.363 0.308 Valid 49 0.625 0.308 Valid
20 0.384 0.308 Valid 50 0.639 0.308 Valid
21 0.393 0.308 Valid 51 0.602 0.308 Valid
22 0.474 0.308 Valid 52 0.590 0.308 Valid
23 0.360 0.308 Valid 53 0.760 0.308 Valid
24 0.499 0.308 Valid 54 0.529 0.308 Valid
25 0.578 0.308 Valid 55 0.578 0.308 Valid
26 0.280 0.308 Drop 27 0.601 0.308 Valid 28 0.561 0.308 Valid 29 0.366 0.308 Valid 30 0.334 0.308 Valid
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 53 butir
instrumen kuesioner yang dinyatakan valid dan 2 butir instrumen kuesioner
mewakili setiap indikator.
(b). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik
tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf
signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh
15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas
nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat
[image:36.595.120.504.229.545.2]digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan
No
soal r hitung
Nilai r
Kritis Status
1 0.388 0.308 Valid 2 0.453 0.308 Valid 3 0.454 0.308 Valid 4 0.401 0.308 Valid 5 0.379 0.308 Valid 6 0.435 0.308 Valid 7 0.368 0.308 Valid 8 0.395 0.308 Valid 9 0.388 0.308 Valid 10 0.367 0.308 Valid 11 0.405 0.308 Valid 12 0.363 0.308 Valid 13 0.372 0.308 Valid 14 0.380 0.308 Valid 15 0.489 0.308 Valid
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
(c). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pemahaman peserta didik
tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk
kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf
signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh
15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas
nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat
Tabel 3.9
Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan
No
soal r hitung
Nilai r
Kritis Status
1 0.411 0.308 Valid 2 0.388 0.308 Valid 3 0.368 0.308 Valid 4 0.383 0.308 Valid 5 0.442 0.308 Valid 6 0.415 0.308 Valid 7 0.599 0.308 Valid 8 0.500 0.308 Valid 9 0.452 0.308 Valid 10 0.469 0.308 Valid 11 0.461 0.308 Valid 12 0.365 0.308 Valid 13 0.506 0.308 Valid 14 0.431 0.308 Valid 15 0.398 0.308 Valid
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
G.Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian
Reliabilitas merupakan keandalan yang dapat diartikan dapat
dipercaya.Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut
Kerlinger (Purwanto, 2009:154) memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :
1. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrument yang sama atau serupa.
2. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur,
3. Keandalan dicapai dengan meminimalkan alat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran.
Dari defenisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas
berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara
cermat.Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur
dalam melakukan pengukuran.Pengujian alat ukur tes dan kuesioner
reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7 adalah nilai terendah
yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach
sebagai berikut:
r
i=
�(�−1)
{ 1 -
∑ �22
}
Keterangan:
K = mean kuadrat antara subjek
∑Si2
= mean kuadrat kesalahan
St2 = varians total (Sugiyono, 2009:365)
Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabilitas instrumen
pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS sebesar
0.949; koefesien reliabilitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik
tentang kebencanaan sebesar 0.618; koefesien reliabilitas instrumen pemahaman
peserta didik tentang kebencanaan sebesar 0.703.Dari hasil perhitungan yang
didapat maka dapat disimpulkan bahwa keempat instrumen penelitian tersebut
memiliki keajegan sebagai alat ukur.
H.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji normalitas data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara frekuensi
hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoretis), Somantri dan Sambas Ali
Muhidin (2006:292) menjelaskan bahwa “jika frekuensi hasil observasi sangat
dekat dengan frekuensi yang diharapkan, maka hal tersebut menunjukkan
kesesuaian yang baik, dan kesesuaian yang baik akan membawa kepada
penerimaan hipotesis”. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
kriteria yang digunakan untuk mengukur apakah data tersebut berdistribusi
normal atau tidak dengan cara melihat nilai signifikansi yang tertera pada hasil
pengolahan.
Adapun kaidah yang digunakan menurut Priyatno (2009:58) yaitu sebagai
berikut jika nilai signifikansi (Sig.) > 0.05, maka data yang ada berdistribusi
normal, sedangkan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0.05, maka data yang ada tidak
berdistribusi normal. Jika hasil data yang diolah merupakan data normal, maka
selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistika
parametrik, namun jika hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak
berdistribusi normal maka dalam pengujian hipotesis menggunakan perhitungan
statistika non parametrik.Jikauji normalitas dilakukan secara manual, maka
langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut (Riduwan, 2008:187):
1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil yang kemudian dilanjutkan
menghitungan Rentangan (R) dengan rumus
2) Menentukan banyaknya kelas interval
3) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus:
BK R i `
4) Menentukan rata-rata dengan rumus
n fx
X
i5) Menentukan simpangan baku dengan rumus
1. 2
n n
fx fx
n
6) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah sebagai
berikut:
o Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama
dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas ditambah 0,5.
o Mencari nilai Z-score dengan rumus
S X BK
Z
o Mencari Chi Kuadrat dengan rumus
k
i e
e o
f f f
1
2 2
Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi α 0,05 dikatakan data
berdistribusi normal jika χ2
hitung≤ χ2tabel, sedangkan jika χ2hitung> χ2tabel maka data dinyatakan tidak normal.
2. Uji homogenitas data
Uji homogenitas dilakukan guna mengetahui apakah skore setiap variabel
memiliki varians yang homogen atau tidak.Uji homogenitas ini sendiri merupakan
salah satu syarat untuk menggunakan statistik parametrik.Sebagaimana yang
dikatakan oleh Sugiyono (2009:150) bahwa “statistik parametris memerlukan
terpenuhi beberapa asumsi atau syarat, diantaranya yaitu data yang akan dianalisis
harus berdistribusi normal, varians data harus homogen dan harus memenuhi
asumsi linieritas”. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS v.17, dengan kriteria pengujian jika
signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05) maka variansi setiap sampel sama
(homogen), namun jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05) maka variansi
menunjukkan bahwa variansi data homogen, maka pengujian hipotesis dapat
menggunakan statistik parametris.
Jika uji homogenitas dilakukan secara manual, maka langkah-langkah
yang diperlukan sebagai berikut:
1) Mencari nilai F dengan menggunakan rumus (Fisher, 1985:23):
) 1
( ) 1 (
2 2
R
R
XY XY
k k n F
Vk Vb
F dimana V = S2
Keterangan
Vb = variansi terbesar
Vk = variansi terkecil
S = standar deviasi
n = jumlah responden
R = reliabel
k = variable
2) Menentukan nilai F daftar dengan mencari nilai
Fα = (n1-1)(n2-1)
3) Menentukan homogenitas dengan kriteria, jika F hitung < Fα (n1-1)(n2-1)
maka kedua variansi tersebut homogen, sedangkan jika F hitung ≥ Fα (n1
-1)(n2-1) maka kedua variansi tidak homogen.
3. Uji linieritas
Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas, yang dimaksud
membentuk garis linier atau tidak.Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono
(2008:265) bahwa “jika tidak linier maka analisis regresi tidak dapat
dilanjutkan”.Untuk itulah mengapa sebelum dilakukannya uji hipotesis, maka
terlebih dahulu dilakukan uji linieritas.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugiyono (2008:274) mengenai kriteria uji
linieritas bahwa untuk mengetahui regresi tersebut linier atau tidak, maka dapat
dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Adapun
kriterianya yaitu apabila Fhitung<Ftabel maka regresi tersebut dikatakan linier,
namun sebaliknya jika Fhitung>Ftabel maka regresi tersebut tidak linier, dan
konsekuensinya analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah
uji linieritas yaitu:
a) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg[a]) dengan rumus:
n Y JK ga
2
) (
Re
b) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg [b/a]) dengan rumus:
n
Y
X
XY
b
JK
Reg(b/a)c) Hitung Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus:
Re ( / ) Re ( )2
Res
Y
JK
gb aJK
gaJK
d) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg[a]) dengan rumus:
) ( Re )
(
Rega
JK
gaRJK
) / ( Re ) / (
Regb a
JK
gb aRJK
f) Hitung Raa-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKRes) dengan rumus:
2 Re Re n JK RJK s s
g) Hitung Jumlah Kuadrat Error (JKE) dengan rumus:
k E n Y Y JK 2 2h) Hitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC) dengan rumus:
E s
TC
JK
JK
JK
Re
i) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC) dengan rumus:
2 k JK RJK TC TC
j) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE) dengan rumus:
k n JK RJK E E
k) Mencari nilai Fhitung dengan rumus:
E TC hitung
RJK
RJK
F
l) Tentukan aturan untuk pengambilan keputusan atau kriteria uji linier; jika
Fhitung≤ Ftabel maka Ho diterima (linier).
m) Carilah nilai Ftabelmenggunakan tabel F
4. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis pertama dan kedua masing-masing dengan teknik
korelasi dan regresi sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menghitung koefesien korelasi product momentdari Pearson, yaitu teknik
pengujian untuk menyatakan tingkat hubungan antar variable penelitian, yaitu
hubungan antara variabel X dan Y. Rumus yang digunakan adalah :
r
xy=
� Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)
√{�Σ 12−(Σx1 )2}{�Σ 12−(Σ 12}
Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau
tidak, maka digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikasi korelasi product moment
dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
t = √�−2
√1− 2
Keterangan :
t = uji dua korelasi product moment r = Koefesien korelasi product moment
n = Ukuran jumlah sampel (Sugiyono, 2007:148)
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian,
digunakan pedoman interpretasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.10
Tabel. 3.10
Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0.00-0.199 Sangat rendah
0.20-0.399 Rendah
0.40-0.599 Sedang
0.60-0.799 Kuat
0.80-1.000 Sangat kuat
[image:44.595.113.508.254.564.2]b) Menghitung regresi sederhana, yaitu teknik analisis untuk melakukan prediksi
seberapa jauh perubahan nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas
dirubah, dengan menggunakan rumus :
Y = a + bX
Keterangan :
a = Σy1 Σx12 − (Σx1y1)
�Σ 12− Σ 1 2 b =
�Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)
�Σ 12− Σ 1 2
Keterangan :
y = nilai variabel Y yang akan diramalkan x = nilai variabel X
a = perpotongan garis regresi nilai Y bila X = 0
b = koefesien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y bila terjadi perubahan pada X
∑ = jumlah dari
n = jumlah sampel
c) Menghitung koefesien determinasi, yaitu teknik pengujian hipotesis yang
berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi
hubungan antar variabel. Adapun rumus yang digunakan adalah :
cd = r2 x 100 %
Keterangan :
Cd = Koefesien determinasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengetahuan
peserta didik tentang kebencanaan, pengaruh hasil belajar sebesar 0,013 atau
1,3% (kategori sangat rendah). Hasil belajar disini belum begitu mampu
mengungkapkan pembelajaran IPS mampu meningkatkan pengetahuan peserta
didik tentang kebencanaan, karena pembelajaran masih terpaku pada buku
sumber.
2. Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesional guru IPS bahkan
mempunyai hubungan yang tidak searah, dengan demikian dapat diartikan
bahwa semakin meningkat persepsi peserta didik tentang kompetensi guru
maka akan semakin rendah pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan. hal
ini tidak terlepas dari cara penyampaian pengajaran oleh guru yang dirasa
masih monoton, sehingga membuat peserta didik belum mampu menangkap
esensi dari materi pelajaran khususnya yang berkenaan dengan materi
pembentukan bumi serta akibatnya terhadap kehidupan dalam artian ini adalah
kebencanaan yang ditimbulkannya.
3. Pengaruh hasil belajar terhadap pemahaman peserta didik tentang kebencanaan
mempunyai hubungan yang searah, dengan artian bahwa semakin tinggi hasil
belajar maka akan semakin meningkat pemahaman peserta didik tentang
(kategori sangat rendah), hal ini disebabkan oleh pembelajaran IPS masih
mengacu pada hasil. Pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sekitar
86,3% diperoleh dari unsur lain yang tak dijelaskan dalam penelitian ini,
seperti peran informasi dari media massa dan juga dari lingkungan sekitar
peserta didik sehari-hari.
4. Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS
terhadap pemahaman peserta didik tidak memberikan pengaruh yang signifikan
dan terlalu rendah dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang
kebencanaan. Hal ini disebabkan karena peran guru dalam pembelajaran masih
bersifat teacher centre dan masih terpaku kepada buku sumber sebagai
informasi yang utama, sehingga guru kekurangan bahan yang memadai untuk
menjelaskan lebih lanjut mengenai kebencanaan ini.
5. Pengaruh hasil belajar terhadap kesiapsiagaan, menunjukkan pengaruh yang
signifikan namun tidak searah (berbanding terbalik). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar ini belum mampu menunjukkan tingkat
kesiapsiagaan peserta didik, namun hanya sebatas nilai semata untuk
memenuhi Kriteria Ketuntasan Mengajar. Guru masih terfokus pada
penyampaian materi semata namun belum menyentuh pada aspek
kesiapsiagaan, sehingga peserta didik menurut angket kesiapsiagaan berada
pada level kurang siap. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik baru
sebatas tahu mengenai kebencanaan belum sampai pada tahap faham.
6. Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS
Namun dari hasil uji dominan menunjukkan bahwa persepsi peserta didik
tentang kompetensi guru ini lebih dominan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perilaku guru dalam memberikan contoh penanggulangan bencanan lebih
mampu meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik. Meski demikian tingkat
kesiapsiagaan berdasarkan parameter kesiapsiagaan , termasuk kedalam level
kurang siap. Sehingga hal ini memerlukan perhatian lebih khusus untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.
B. Saran
Dari kesimpulan yang diuraikan di atas, maka berikut ini diajukkan
beberapa saran :
1. Dari hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa hasil belajar dan persepsi
peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru dapat membentuk
pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sehingga bagi para pendidik
dan umumnya dan guru pengajar IPS khususnya hasil penenlitian ini kiranya
akan lebih menyakinkan perlunya pemahaman kebencananaan bagi peserta