• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN IPS TERHADAPKESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI PESERTA DIDIK SMP DI KECAMATAN PANGALENGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI PEMBELAJARAN IPS TERHADAPKESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI PESERTA DIDIK SMP DI KECAMATAN PANGALENGAN."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... Error! Bookmark not defined.

HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iError! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.ii KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Hakekat Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembelajaran IPS ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian PIPS ... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial . Error! Bookmark not defined.

C. Hasil Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.

D. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.

1. Definisi Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.

(2)

E. Konsep Dasar Persepsi ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Persepsi ... Error! Bookmark not defined.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .. Error! Bookmark not defined.

F. Profesionalisme Guru ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Kompetensi, Profesi, Profesional, dan Profesionalisme ... Error! Bookmark not defined.

2. Standar Profesionalisme Guru ... Error! Bookmark not defined.

G. Pemahaman Konsep ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pemahaman Konsep ... Error! Bookmark not defined.

2. Tes Kemampuan Pemahaman ... Error! Bookmark not defined.

H. Hakekat Bencana ... Error! Bookmark not defined.

I. Gempa Bumi ... Error! Bookmark not defined.

J. Mitigasi Bencana ... Error! Bookmark not defined.

K. Kesiapsiagaan Bencana ... Error! Bookmark not defined.

L. Hasil Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

M. Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Operasionalisasi Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D. Hubungan Antarvariabel ... Error! Bookmark not defined.

E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

a. Penyusunan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

F. Uji validitas ... Error! Bookmark not defined.

G. Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Uji normalitas data ... Error! Bookmark not defined.

2. Uji homogenitas data ... Error! Bookmark not defined.

3. Uji linieritas ... Error! Bookmark not defined.

(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . Error! Bookmark not defined.

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Uji Persyaratan Analisis ... Error! Bookmark not defined.

1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

2. Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.

3. Uji Linieritas Regresi ... Error! Bookmark not defined.

C. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

1. Kontribusi Hasil Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPS (X2)TerhadapPengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y1) ... Error! Bookmark not defined. 2. KontribusiHasilBelajar IPS (X1)dan Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2)Secara Parsial Terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y1) ... Error! Bookmark not defined.

3. Kontribusi Antara Hasil Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPS (X2) dengan Pemahaman

Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) ... Error! Bookmark not defined.

4. Kontribusi Hasil Belajar IPS (X1) dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2) Secara Parsial Terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) ... Error! Bookmark not defined.

5. Kontribusi Antara Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta

Didiktentang Kompetensi Guru IPS (X2), dengan Kesiapsiagaan (Y3) ... Error! Bookmark not defined.

6. KontribusiHasil Belajar IPS (X1), dan Persepsi Peserta didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2) Secara Parsial Terhadap Kesiapsiagaan (Y3) ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(4)

2. Kontribusi Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Pemahaman Peserta Didik terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... Error! Bookmark not defined.

3. Kontribusi Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Kesiapsiagaan ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kemampuan Dasar Guru ... 40

2.2 Standar Kompetensi GuruMata PelajaranDi SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA dan SMK/MAK ... 45

3.1 Populasi ... 74

3.2 Daftar Sampel... 76

3.3 Variabel Penelitian ... 78

3.4Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 82

3.5Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan ... 83

3.6Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan .... 84

3.7Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan ... 85

3.8Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 88

3.9Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan ... 89

3.10 Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan ... 90

3.11Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 98

4.1 Jumlah Peserta Didik SMPN Kecamatan Pangalengan ... 99

4.2 Klasifikasi Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran IPS ... 100

4.3 Rata-rata Hasil Pembelajaran Sampel SMPN di Kecamatan PangalenganPengertian PIPS ... 101

4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan 102 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Penggunaan Media oleh Guru ... 104

4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Metode Pembelajaran Guru IPS... 105

4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan 107 4.8Distribusi Frekuensi Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan .. 108

(6)

4.10Rencana Tanggap Darurat Responden Siswa ... 112

4.11Sistem Peringatan Bencana ... 114

4.12Mobilisasi Sumberdaya ... 115

4.13Uji Normalitas Variabel Persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS ... 117

4.14Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 117

4.15Uji Normalitas Variabel Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 118

4.16Uji Homogenitas ... 119

4.17Uji Linieritas Variabel Pengetahuan ... 119

4.18Uji Linieritas Variabel Pemahaman ... 120

4.19Uji Linieritas Variabel Kesiapsiagaan ... 120

4.20Koefisien Persamaan Regresi ... 122

4.21Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 123

4.22Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 124

4.23Koefisien Persamaan Regresi ... 128

4.24Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 129

4.25 Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 130

4.26Koefisien Persamaan Regresi ... 134

4.27Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 135

(7)

Asep Saepul Bahri, 2012

Gambar 2.1.Proses terjadinya Gempa bumi ... 63

2.2. Hubungan Antarvariabel ... 71

4.1. Hasil Pembelajaran IPS peserta didik ... 101

4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang

Profesionalisme Guru ... 102

4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang

Penggunaan Media oleh Guru ... 104

4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang

Metode Pembelajaran Guru IPS ... 106

4.5. Histogram Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang kebencanaan ... 107

(8)

Lampiran A INSTRUMEN PENELITIAN ... 159

A.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 160

A.2 Instrumen Penelitian Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 161

A.3 Instrumen Penelitian Pengetahuan Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi ... 165

A.4 Instrumen Penelitian Pemahaman Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi ... 167

A.5 Instrumen Penelitian Kesiapsiagaan ... 170

B DATA PENELITIAN ... 173

B.1 Data Persepsi Pesrta Didik tentang Kompetensi Profesional Guru IPS ... 174

B.2 Data Pengetahuan Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi 179 B.3 Data Pemahaman Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi . 183 C PENGOLAHAN DATA ... 187

C.1 Uji Persyaratan Analisis ... 188

a. Uji Normalitas ... 108

b. Uji Homogenitas ... 189

c. Uji Linieritas Regresi ... 189

C.2 Uji Hipotesis ... 192

D. Dokumen Penelitian ... 196

D.1 Surat Penelitian ... 197

D.2 Peta Lokasi Penelitian ... 201

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Realitas Indonesia sebagai “negeri bencana” tidak dapat ditampik lagi. Hal

ini terlihat dari fakta yang ada bahwa bencana yang menimpa hampir di seluruh

wilayah Indonesia. Gempa bumi, letusan gunungapi, longsor, banjir, kebakaran

hutan, kekeringan serta, bencana alam lainnya senantiasa menjadi fenomena yang

dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari refleksi

fenomena alam yang secara geografis merupakan kekhasan dari wilayah

Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara tiga

lempeng besar dunia yaitu, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan

Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng tersebut menempatkan Indonesia

menjadi wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi.

UU No. 24 tahun 2007 pasal 1 angka 1 mendefinisikan bencana adalah

“peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

(10)

Maryani (2008:1) menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan alam ini

tidak begitu menimbulkan banyak masalah, manakala jumlah manusia masih

sedikit, tidak rakus dalam menggali sumberdaya alam, serta menggunakan

teknologi yang ramah lingkungan. Demikian juga dengan bencana alam ketika

terjadi di wilayah yang jumlah penduduknya jarang atau bahkan tidak terdapat

penduduk, maka fenomena alam tersebut tidak dikatakan sebagai bencana alam

karena tidak menimbulkan kerugian, baik jiwa maupun harta. Seperti yang

diungkapkan oleh Maryani (2008:2) bahwa :

Beberapa dinamika alam, khususnya yang menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia dapat dideteksi dan diantisipasi, seperti letusan gunungapi, angin topan, dan banjir. Adapun dinamika alam yang menimbulkan bencana dan sulit untuk dideteksi adalah gempa bumi. Untuk meminimalkan kerugian dan korban akibat dari bencana alam tersebut perlu kiranya ada pengetahuan, pemahaman, keterampilan untuk mencegah, kesiapsiagaan, mampu mendeteksi dan mengantisipasi lebih dini tentang berbagai bencana khususnya di tempat-tempat yang memang rawan terhadap terjadinya bencana alam.

Serangkaian bencana alam telah melanda Indonesia, khususnya Jawa Barat

yang merupakan wilayah daerah dengan kerentanan bencana cukup besar seperti

bencana gunungapi, gempa bumi dan tsunami, longsor, banjir, kekeringan, dan

kegagalan teknologi. Selain itu juga kerentanan penduduk terhadap bencana

termasuk tinggi hal ini dilihat dari kedekatan dengan sumber bencana, kualitas

bangunan yang masih rendah, kemampuan kebencanaan yang rendah, struktur

demografi yang padat dan usia non produktif yang tinggi.

Bencana alam akan selalu datang dan mengancam wilayah Indonesia,

karena itu masyarakat Indonesia harus selalu siap menghadapinya. Oleh karena itu

(11)

penanganan bencana alam. Upaya itu tentu memerlukan tingkat pengetahuan yang

cukup tentang bencana alam tersebut.

Masyarakat,saat ini sudah jauh dari alam walaupun mereka tinggal di

dalamnya. Mereka tidakmengenal alam, apalagi akrab dengan alam. Mereka tidak

dapat memahamilagi tanda-tanda dari alam. Demikian juga dengan teknologi

kealaman, mereka lebih percaya isudaripada data seismogram. Berbeda sekali

dengan orang Jepang, baik orangdewasa maupun anak-anak tahu persis apa yang

harus dilakukan ketika terjadigempa dan untuk antisipasi bahaya gempa, mereka

membangun bangunan-bangunan tahan gempa. Satria (2006:10) menerangkan

bahwa, Prosedur Operasional Standar (POS) bagi setiap warga Jepang

saatmenghadapi gempa diperkenalkan di sekolah-sekolah maupun media massa.

AnakTK dan SDpun paham langkah-langkah saat terjadi gempa, seperti berdiam

dibawah meja dengan tangan dan bantal di atas kepala.

Sebagaimana yang dikutip dari United States Geological Survey (USGS,

2002),bahwa untuk “memahami mekanismekejadian-kejadian alam seperti gempa

bumi, erupsi vulkanik, longsor, banjir,kekeringan, angin topan, tsunami sangat

penting bagi masyarakat”. Denganpemahaman yang baik mengenai mekanisme

kejadian-kejadian alam, manusiadapat merencanakan dan mengelola cara yang

dapat mengurangi akibat yangdisebabkan oleh kehebatan bencana alam, hal ini

dapat dilakukan melalui jalur pendidikan di sekolah.

Fakta bencana yang terjadi di Indonesia hampir selalu menelan korban

(12)

masyarakatnya. Hal ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan dan

pemahaman msayarakat akan potensi bencana dari lingkungannya serta

bagaimana cara penanggulangan dampak dari bencana itu. Selain itu, hal ini

disebabkan oleh masih lemahnya sistem penanggulangan bencana yang

dipersiapkan oleh pemerintah.

Sejatinya masyarakat jauh hari menyadari bahwa wilayah Indonesia ini

merupakan daerah yang amat rentan bencana, pemerintah sudah seharusnya

memberikan pengetahuan dan pemahaman yang memadai kepada warga akan

potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan hidupnya. Salah satu jalan untuk

memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang

potensi-potensi bencana yang senantiasa mengancam itu adalah melalui jalan pendidikan.

Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwasanya pendidikan merupakan unsur

yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan manusia serta mampu

menghasilkan output yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia yang

(13)

berkepribadian, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, terampil, beretos

kerja, profesional, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media

informasi diharapkan mampu mengembangkan platform nasional yang terkait

dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi.

Menurut Astuti dan Sudarsono (2010: 33) bahwasanya “sekolah sebagai lembaga

pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam

mengubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat dengan memberikan

pendidikan mitigasi di sekolah”. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang

dikembangkan dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4

kerangka konseptual, yaitu:

1. Awarenesss (Perubahan Perilaku),

2. Knowledge Development (salah satunya pendidikan dan pelatihan), 3. Public Commitmen,

4. Risk Assesment.

Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan

jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang

penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi.Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan

modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi,

sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah, psikologis

dan pedagogis untuk mencapai tujuan pembelajaran. National Council for the

Social Studies (NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial

(14)

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.

Dari pengertian tersebut memberikan batasan pengertian pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah kajian yang terintegrasi dalam ilmu

sosial dan kemanusiaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat.

Bagian-bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah: antropologi, geografi, sejarah,

ekonomi, hukum, politik, psikologi. Sejalan dengan pengertian NCSS, Kenworthy

(Maryani, 2008:4) menegaskan pula bahwa “pada kenyataannya yang menjadi

lapangan pendidikan IPS adalah antropologi, sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu

politik, sejarah dan psikologi, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik,

agama, serta filsafat dan juga ilmu-ilmu lainnya”.

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Menengah pendidikan IPS

merupakan mata pelajaran yang terintegrasi ataupun gabungan dari ilmu-ilmu

sosial, yaitu: geografi, sejarah sosiologi, dan ekonomi sedangkan untuk Sekolah

Menengah Atas (SMA) IPS sudah merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri,

seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu-ilmu lainnya.

Ilmu pengetahuan sosial memegang peranan penting dan menjadi salah

(15)

Jarolimek (1993:5-8) menjelaskan bahwa PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan

informasi dan pengetahuan (knowledgeandinformation), nilai dan tingkah laku

(attitude and values), dan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja

kelompok, dan keterampilan intelektual.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS tersebut, kurikulum

Pendidikan IPS diharapkandapat memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan

tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Kaitannya dengan

keberhasilan tujuan IPS di atas ditentukan oleh implementasi kurikulum, standar

pengelolaan, standar fasilitas, standar biaya, profesionalisasi guru dan

penilaian.Semua itu akan menentukan efektifitas proses pembelajaran IPS secara

berkesinambungan. Bencana, perlu dipahami dan diantisipasi oleh semua

masyarakat. Potensi kerawanan diharapkan dapat dipahami oleh birokrasi, rumah

tangga dan satuan pendidikan.

Halnya dengan para peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan yang

berada di kawasan rawan bencana. Diharapkan dapat memahami karakteristik

wilayahnya yang merupakan wilayah rawan bencana terutama bencana gempa.

Berkenaan dengan hal di atas, tesis ini akan membahas lebih fokus

menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Kontribusi Pembelajaran IPS

TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Peserta Didik SMP” khususnya di

(16)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakahtingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta

didik SMP di Kecamatan Pangalengan?

2. Bagaimanakah kontribusi pembelajaran IPS terhadap kesiapsiagaan

bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan?

3. Kendala apakah yang dihadapi guru dan peserta didik dalam

meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebencanaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai

efektivitas pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman peserta didik

terhadap bencana gempa bumi.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik SMP di kecamatan

Pangalengan

2. Mengetahui kontribusi pembelajaran IPS terhadap tingkat kesiapsiagaan

bencana gempa bumi peserta didik

3. Untuk mengidentifikasikesiapsiagaanpeserta didik terhadap bencana

(17)

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila mampu memberikan manfaat,

baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat secara

umum. dalam segi keilmuan penelitian ini diharapkan akan mampu bermanfaat :

a. Bagipesertadidik :

1) Meningkatkankesiapsiagaanbencanagempa bumi bagipesertadidik

2) Pesertadidikdapatmengaplikasikan kesiapsiagaan bencana gempa

bumi dalam perilaku nyata ketika terjadi bencana

b. Bagi guru/peneliti diharapkan:

1) Bermanfaat sebagai bahan dan sumber belajar dalam pengembangan

pembelajaran IPS di SMP/MTs

2) Guru dapat mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik

3) Bermanfaat sebagai wacana serta bahan penelitian lebih lanjut

c. Bagi aparatur pemerintah selaku pemegang kebijakan:

1) Aparatur pemerintah dapat memahami mengenai pentingnya sosialisasi

kebencanaan

2) Bermanfaat sebagai wacana bagi pemerintah dalam merancang

kurikulum yang berbasis mitigasi bencana.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan beberapa teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan,

dapat dirumuskan hipotesis sementara yaitu, terdapat hubungan positif yang

sejajar antara pembelajaran IPS dengan pemahaman peserta didik terhadap

(18)

1. H0: tidak terdapat kontribusi fungsional yang linier dan signifikan antara

hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik

terhadap kebencanaan

Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan

peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

2. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS

dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan

Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan

peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan

3. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS

dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan

Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan

peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai.

Metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari suatu tempat tertentu yang

alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan

data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan

sebagainya. Dengan demikian menggunakan teknik penelitian survai hal ini

dimaksudkan bahwa penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Menurut

Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat

pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan

menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya

dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisisi untuk

menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian.

Kerlinger (Iskandar, 2009:3) menjelaskan bahwa penelitian survai

mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji

sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan

interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikologi. Menurut tingkat

eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono

(2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif ialah penelitian yang mencari

hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif

menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu

populasi dan sampel, karena data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang

harus diolah secara statistika, maka antar variabel-variabel yang diajukan objek

(20)

pendekatan statistika yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada

gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (validitas dan

reliabilitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasi sehingga rekomendasi

yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Menurut Sugiyono (2009:14), penelitian kuantitatif didasarkan kepada

paradigma positivism digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Menurut Mantra

(Singarimbun, 1995:149) menjelaskan bahwa “dalam suatu penelitian yang

menggunakan metode survai, tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam

populasi, karena di samping memakan biaya yang sangat besar juga

membutuhkan waktu yang lama.” Dengan meneliti sebagian dari populasi,

diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan menggambarkan sifat populasi

bersangkutan sehingga untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara

pengambilan sebuah sampel harus berdasarkan memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pengambilan sampel responden peserta didik di tiap sekolah dengan teknik

proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel peserta didik

(21)

secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi

populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan

karakteristik yang berbeda-beda, yaitu peserta didik kelas VII.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jumlah

seluruh peserta didik SMPN kelas VII di kecamatan Pangalengan adalah 999. Dari

jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian dengan

menggunakan rumus dari Taro Yamone (Rahmat, 1995:82), sebagai berikut :

n = � � (�)2+ 1

Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

D = nilai kritis/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% atau 10%

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka tingkat kesalahan yang

digunakan adalah 10%, didapatkan ukuran sampel sebesar:

n = 999

999 (0.1)2+ 1 = 91.00

Dengan demikian minimal sampel yang harus diambil adalah sebanyak 91

responden.Untuk membantu menentukan perwakilan dari setiap sampel, maka

menggunakan rumusan dari Singarimbun (1991:89) sebagai berikut:

n

k

=

��

(22)

Keterangan:

nk = jumlah anggota sampel dalam jumlah sampel Pk = jumlah anggota populasi yang ada dalam kelompok P = jumlah populasi

n = jumlah sampel

Jumlah sampel untuk masing-masing bagian setelah dilakukan perhitungan

dengan mengunakan rumus di atas, dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Daftar Sampel

No Nama Sekolah Populasi Peserta Didik kelas VII

Sampel Peserta Didik

1 SMPN 1 469 43

2 SMPN 2 395 36

3 SMPN 3 135 12

Jumlah 999 91

Sumber: Hasil Hitungan, 2011

Adapun yang menjadi latar belakang dari pengambilan sampel kelas VII

ini didasari karena kelas VII program IPS telah mulai mempelajari konsep-konsep

bentuk muka bumi.

C.Operasional Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu

obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono, 2009:60).

Variabel mempunyai kaitan yang sangat erat dengan teori yang memiliki tujuan

untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran

yang sistematis tersebut dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu

(23)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS (X1) yang

memiliki defenisi konseptual adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta

didik setelah melakukan kegiatan belajar, keberhasilan peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu

maupun secara berkelompok (Djamarah, 1994:19). Dalam hal ini hasil belajar

diambil dari capaian nilai rata-rata prestasi yang dicapai peserta didik pada mata

pelajaran IPS dalam periode tertentu.

Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS (X2)

yang memiliki defenisi konseptual adalah kecakapan atau kemampuan yang

dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam satu kompetensi, yaitu kompetensi

yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru dengan pandangan

dari peserta didik. Sedangkan defenisi operasional, persepsi kompetensi yang

merefleksikan kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam menjalankan

profesinya terutama kemampuan menguasai atau mendalami subject matter

(bidang studi), cara mengajar dan prilakunya (Uno, 2009:43). Persepsi secara

langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam merespon sesuatu.

Keterkaitan penafsiran peserta didik terhadap guru akan mempengaruhi kualitas

belajar peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.

Pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan (Y1)dalam hal ini

diartikan sebagai pendukung dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun

(24)

mampu mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:140). Pengetahuan

tentang bencana merupakan faktor penting dalam kesiapsiagaan.

Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan (Y2) dapat diartikan

sebagai mengerti benar atau memahami dengan benar akan konsep dari

kebencanaan. Menurut Bloom (Arifin, 2000:98) pemahaman didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang mempunyai

indikator individu dapat menjelaskan atau mendefinisikan suatu unit informasi

dengan kata-kata sendiri.

Kesiapsiagaan (Y3), menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana, merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Untuk memudahkan penelitian dan agar variabel penelitian dapat lebih

operasional, maka dikemukakan beserta indikator-indikator dari masing-masing

(25)

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

VARIABEL INDIKATOR

Persepsi Profesionalisme Guru IPS (X2)

1. Persepsi Kompetensi Akademik:  Kognisi

 Penafsiran  Tanggapan

2. Persepsi Kompetensi Pedagogik:  Kognisi

 Penafsiran  Tanggapan

3. Persepsi Kompetensi Kepribadian:  Kognisi

 Penafsiran  Tanggapan

4. Persepsi Kompetensi Sosial:  Kognisi  Penafsiran  Tanggapan Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan(Y1)

1. Mengetahui terminoligi secara umum 2. Mengetahui fakta yang spesifik 3. Mengetahui konsep dasar

Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) 1. Translasi 2. Interpretasi 3. Ekstrapolasi Kesiapsiagaan (Y3)

1. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

2. Rencana untuk keadaan darurat bencana 3. Sistem peringatan bencana

4. Kemampuan memobilisasi sumber daya

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru, Taxonomy Bloom, dan LIPI-UNESCO/ISDR (2006:46)

D.Hubungan Antarvariabel

Bertolak dari operasional variabel penelitian sebagaimana diuraikan di

atas, maka alur hubungan antar variabel dapat dirumuskan.berdasarkan hubungan

antar variabel tersebut, terdapat keterkaitan antar variabel sebagai berikut, variabel

(26)

Bagan 3.1Hubungan Antarvariabel

berdasarkan bagan hubungan antar variabel tersebut, terlihat keterkaitan

antar variabel satu dengan variabel lainnya, yaitu :

1. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1

2. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2

3. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3

4. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1

5. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2

6. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3

7. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan

variabel Y1

8. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan

variabel Y2

9. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan

variabel Y3

Hasil Belajar IPS (X1)

Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

(Y1)

Persepsi Profesionalisme

Guru IPS (X2)

Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan

(Y2)

(27)

E.Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa

instrumen tes dan studi dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengukur

variabel pemahaman kebencanaan. Dengan bentuk tes objektif, tes objektif

merupakan keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah

tersedia. Menurut Popham (Purwanto, 2009: 72) menyebutnya dengan istilah tes

jawaban dipilih.

Sedangkan untuk studi dokumentasi digunakan untuk mengamati

catatan-catatan prestasi, baik yang menyangkut prestasi akademik maupun nonakademik.

Dokumentasi diambil dari nilai rata-rata prestasi peserta didik pada mata pelajaran

IPS dalam periode tertentu pada materi pokok keragaman bentuk muka bumi,

proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.

Teknik pengumpulan data, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

sebagai berikut:

- Menyusun kisi-kisi tes

- Merumuskan pertanyaan-pertanyaan - Melakukan uji coba

- Menguji tingkat validitas dan realibilitas

(28)

a. Penyusunan Instrumen

(1) Instrumen Pengukuran Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru Instrumen ini disusun dari konstruk persepsi yang dikonseptualisasikan

melalui indikator dan dikembangkan dari defenisi persepsi Mar’at (1985) ; Thoha

(1983) ; Abdurachman (1988), sedangkan profesionalisme guru yang dimodifikasi

dari Standar Profesionalisme Guru PP No.16 Tahun 2007 terdiri dari tiga kategori

persepsi profesionalisme guru IPS :

(a) Kepercayaan, pendapat (Kognisi) mengenai profesionalisme guru geografi

akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(b) Penafsiran mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik,

kepribadian, dan sosial.

(c) Tanggapan mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik,

kepribadian, dan sosial.

Berdasarkan kategori-kategori di atas, tersusun 32 butir pernyataan yang

terlebih dahulu diujicobakan sebelum dijadikan alat penelitian. Kisi-kisi

(29)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS

Variabel Indikator Aspek Butir

Instrumen Persepsi

Profesionalisme Guru IPS

(X2) 1.Persepsi Kompetensi Akademik :

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Pemahaman teori/konsep materi bentuk muka bumi

1,6

2. Penjelasan Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas VII:

mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan

dampaknya terhadap kehidupan.

3,4,

3. Menunjukkan manfaat materi pelajaran IPS:faktor-faktor dan penyebab terjadinya gempa bumi dan akibatnya yang

ditimbulkannya.

5,8,10,15

2. Persepsi Kompetensi

Pedagogik:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Penerapan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran materi IPS kelas VII:bentuk muka bumi, gempa bumi.

2,7,14

2. Pemilih materi pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi sesuai dengan tujuan pembelajaran

9,11,13

3. Pengalokasikan waktu yang efesien dan efektif

16,18

4. Pemanfaatan sumber dan media pada pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi

17, 19

5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif

20, 22

6. Memotivasi peserta didik 21,24 7. Melakukan evaluasi pada setiap materi

pembelajaran IPS

23,26

3. Persepsi Kompetensi Kepribadian:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Berprilaku jujur, berahlak mulia, dan teladan

25,27

2. Menunjukkan pribadi yang arif dan bijaksana

28

3. Memberikan contoh teladan pada peserta didik

29

4. Persepsi Kompetensi Sosial:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Berinteraksi secara efektif dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas

30

2. Bersikap adil dan tidak diskriminatif pada peserta didik lainnya

31

3. Dapat berkomunikasi dengan orang tua peserta didik /teman sejawat secara efektif

32

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru

Skala yang digunakan adalah skala interval 5-4-3-2-1, skor 5 menggambar

sangat setuju, skor 4 setuju, skor 3 ragu-ragu, skor 2 tidak setuju, skor 1 sangat

(30)

(2) Instrumen Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai,

soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Instrumen ini mencakup ranah

kognitif pada aspek pengetahuan (C1), aspek pengetahuan terbagi atas tiga bagian,

yaitu mengetahui terminologi secara umum, mengatahui fakta yang spesifik,

[image:30.595.116.503.228.551.2]

mengetahui konsep dasar.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan

Variabel Indikator No Item

Pengetahuan peserta didik tentang Kebencanaan

Y1

 Mengetahui terminologi secara umum 1,2,3, 13

 Mengetahui fakta yang spesifik 5, 7, 9, 10, 12, 14, 15

 Mengetahui konsep dasar 4, 6, 8, 11,

(3) Instrumen Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan

Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai,

soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Indikator pemahaman terdiri dari:

(31)
[image:31.595.134.494.133.287.2]

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan

Variabel Indikator No Item

Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan

Y2

 Translasi 1,2,3, 13

 Interpretasi 5, 7, 9, 10,

12, 14, 15

 Ekstrapolasi 4, 6, 8, 11,

Pengukuran data keduanya adalah ratio karena data yang jaraknya sama

serta mempunyai nilai yang absolut (Sugiyono, 2009:25). Dari bentuk objektif

mempunyai dua kemungkinan yaitu benar apabila pada sebuah butir soal, peserta

didik mampu menjawab sesuai dengan kunci jawabannya dan salah apabila

peserta didik memilih jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya. Oleh

karena keberadaannya bersifat pasti, maka peserta didik akan memperoleh skor 1

(satu) apabila menjawab benar dan 0 (nol) apabila menjawab salah.

(4) Instrumen Kesiapsiagaan

Instrumen ini disusun berdasarkan parameter kesiapsiagaan bencana,

menurut tim peneliti LIPI-UNESCO/ISDR yaitu, pengetahuan dan sikap terhadap

risiko bencana,rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem peringatan

(32)
[image:32.595.121.508.114.529.2]

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan

Variabel Indikator No Item

Kesiapsiagaan bencana

Y3

 Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

1,2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12

 Rencana kesiapsiagaan bencana 13, 14, 15,16, 17

 Sistem peringatan bencana 18, 19

 Memobilisasi sumber daya 20, 21

Keseluruhan instrumen yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan di

salah satu SMP Negeri terhadap 41 orang peserta didik kelas VII. Selanjutnya

dianalisis untuk diketahui validitas dan realibilitasnya sehingga layak dijadikan

instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft

Excel dan SPSS (Statistical Process and Social Scince) versi 17.0.

F. Uji validitas

Dalam penelitian ini diperlukan hasil penelitian yang valid dan realiable

dengan instrumen yang valid dan realiable, Sugiyono (2009: 173) menjelaskan

instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47) menyatakan bahwa “uji

reliabilitas dan validitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat

(33)

dilakukan untuk menilai kualitas alat ukur, Singarimbun dan Sofian Effendi

(1995:124) menjelaskan bahwa “validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur”, sedangkan uji reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sebagai alat ukur sehingga

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Somantri dan Sambas Ali Muhidin

(2006:47-48) menjelaskan bahwa “hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya

apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek

yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek belum berubah”. Relatif sama yang dimaksud dalam hal ini

tetap ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa

kali pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas yaitu

sebagai berikut:

r

xy

=

�∑ − ∑

(∑ )

√{�∑ 2− ∑ )2 {�∑ 2 –(∑ )2} Keterangan :

N = Jumlah Responden

X = skor yang diberikan oleh rater 1

Y = skor yang diberikan oleh rater 2

Selanjutnya untuk menguji signifikansi, angka korelasi yang diperoleh dari

setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Penentuan r

digunakan rumus sebagai berikut :

(34)

Keterangan :

r = Koefesien korelasi internal n = Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan

dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan

sebesar dk = N2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan

kaidah sebagai berikut :

1) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat

ukur yang digunakan dinyatakan valid.

2) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai

t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi profesionalisme guru

IPS ,pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan dan pemahaman peserta

didik tentang kebencanaan adalah sebagai berikut :

(a). Instrumen pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru

IPS, hasil yang didapat adalah menunjukkan bahwa dari 55 butir intrumen

kuesioner, diperoleh 53 butir instrumen kuesioner atau sebanyak 96,36% yang

memiliki nilai r-hitung > nilai r-kritis pada taraf signifikansi a = 5 % dengan nilai

r-kritis 0,308. Sedangkan sisanya sebanyak 2 butir instrumen kuesioner atau

sebanyak 3,63% memiliki nilai r-hitung < r-kritis. Dengan demikian diperoleh

butir instrumen kuesioner valid sebanyak 53 dan 2 butir instrumen kuesioner

dinyatakan drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

[image:34.595.112.515.231.566.2]
(35)
[image:35.595.134.489.161.571.2]

Tabel 3.7

Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS

No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status

1 0.379 0.308 Valid 31 0.398 0.308 Valid

2 0.421 0.308 Valid 32 0.351 0.308 Valid

3 0.398 0.308 Valid 33 0.377 0.308 Valid

4 0.402 0.308 Valid 34 0.365 0.308 Valid

5 0.408 0.308 Valid 35 0.382 0.308 Valid

6 0.392 0.308 Valid 36 0.384 0.308 Valid

7 0.374 0.308 Valid 37 0.320 0.308 Valid

8 0.363 0.308 Valid 38 0.618 0.308 Valid

9 0.376 0.308 Valid 39 0.702 0.308 Valid

10 0.399 0.308 Valid 40 0.599 0.308 Valid

11 0.317 0.308 Valid 41 0.698 0.308 Valid

12 0.383 0.308 Valid 42 0.713 0.308 Valid

13 0.364 0.308 Valid 43 0.647 0.308 Valid

14 0.352 0.308 Valid 44 0.714 0.308 Valid

15 0.280 0.308 Drop 45 0.496 0.308 Valid

16 0.411 0.308 Valid 46 0.458 0.308 Valid

17 0.408 0.308 Valid 47 0.703 0.308 Valid

18 0.408 0.308 Valid 48 0.631 0.308 Valid

19 0.363 0.308 Valid 49 0.625 0.308 Valid

20 0.384 0.308 Valid 50 0.639 0.308 Valid

21 0.393 0.308 Valid 51 0.602 0.308 Valid

22 0.474 0.308 Valid 52 0.590 0.308 Valid

23 0.360 0.308 Valid 53 0.760 0.308 Valid

24 0.499 0.308 Valid 54 0.529 0.308 Valid

25 0.578 0.308 Valid 55 0.578 0.308 Valid

26 0.280 0.308 Drop 27 0.601 0.308 Valid 28 0.561 0.308 Valid 29 0.366 0.308 Valid 30 0.334 0.308 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 53 butir

instrumen kuesioner yang dinyatakan valid dan 2 butir instrumen kuesioner

mewakili setiap indikator.

(b). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik

tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product

(36)

kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf

signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh

15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas

nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat

[image:36.595.120.504.229.545.2]

digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan

No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status

1 0.388 0.308 Valid 2 0.453 0.308 Valid 3 0.454 0.308 Valid 4 0.401 0.308 Valid 5 0.379 0.308 Valid 6 0.435 0.308 Valid 7 0.368 0.308 Valid 8 0.395 0.308 Valid 9 0.388 0.308 Valid 10 0.367 0.308 Valid 11 0.405 0.308 Valid 12 0.363 0.308 Valid 13 0.372 0.308 Valid 14 0.380 0.308 Valid 15 0.489 0.308 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

(c). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pemahaman peserta didik

tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product

moment dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk

kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf

signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh

15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas

nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat

(37)
[image:37.595.114.511.161.532.2]

Tabel 3.9

Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan

No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status

1 0.411 0.308 Valid 2 0.388 0.308 Valid 3 0.368 0.308 Valid 4 0.383 0.308 Valid 5 0.442 0.308 Valid 6 0.415 0.308 Valid 7 0.599 0.308 Valid 8 0.500 0.308 Valid 9 0.452 0.308 Valid 10 0.469 0.308 Valid 11 0.461 0.308 Valid 12 0.365 0.308 Valid 13 0.506 0.308 Valid 14 0.431 0.308 Valid 15 0.398 0.308 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

G.Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian

Reliabilitas merupakan keandalan yang dapat diartikan dapat

dipercaya.Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut

Kerlinger (Purwanto, 2009:154) memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :

1. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrument yang sama atau serupa.

2. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur,

3. Keandalan dicapai dengan meminimalkan alat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran.

Dari defenisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas

berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara

cermat.Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur

dalam melakukan pengukuran.Pengujian alat ukur tes dan kuesioner

(38)

reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7 adalah nilai terendah

yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach

sebagai berikut:

r

i

=

(�−1)

{ 1 -

∑ �2

2

}

Keterangan:

K = mean kuadrat antara subjek

∑Si2

= mean kuadrat kesalahan

St2 = varians total (Sugiyono, 2009:365)

Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabilitas instrumen

pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS sebesar

0.949; koefesien reliabilitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik

tentang kebencanaan sebesar 0.618; koefesien reliabilitas instrumen pemahaman

peserta didik tentang kebencanaan sebesar 0.703.Dari hasil perhitungan yang

didapat maka dapat disimpulkan bahwa keempat instrumen penelitian tersebut

memiliki keajegan sebagai alat ukur.

H.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara frekuensi

hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoretis), Somantri dan Sambas Ali

Muhidin (2006:292) menjelaskan bahwa “jika frekuensi hasil observasi sangat

dekat dengan frekuensi yang diharapkan, maka hal tersebut menunjukkan

kesesuaian yang baik, dan kesesuaian yang baik akan membawa kepada

penerimaan hipotesis”. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

(39)

kriteria yang digunakan untuk mengukur apakah data tersebut berdistribusi

normal atau tidak dengan cara melihat nilai signifikansi yang tertera pada hasil

pengolahan.

Adapun kaidah yang digunakan menurut Priyatno (2009:58) yaitu sebagai

berikut jika nilai signifikansi (Sig.) > 0.05, maka data yang ada berdistribusi

normal, sedangkan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0.05, maka data yang ada tidak

berdistribusi normal. Jika hasil data yang diolah merupakan data normal, maka

selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistika

parametrik, namun jika hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak

berdistribusi normal maka dalam pengujian hipotesis menggunakan perhitungan

statistika non parametrik.Jikauji normalitas dilakukan secara manual, maka

langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut (Riduwan, 2008:187):

1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil yang kemudian dilanjutkan

menghitungan Rentangan (R) dengan rumus

2) Menentukan banyaknya kelas interval

3) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus:

BK R i `

4) Menentukan rata-rata dengan rumus

n fx

X

i

5) Menentukan simpangan baku dengan rumus

 

1

. 2

 

n n

fx fx

n

(40)

6) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah sebagai

berikut:

o Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama

dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas ditambah 0,5.

o Mencari nilai Z-score dengan rumus

S X BK

Z  

o Mencari Chi Kuadrat dengan rumus

  k

i e

e o

f f f

1

2 2

Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi α 0,05 dikatakan data

berdistribusi normal jika χ2

hitung≤ χ2tabel, sedangkan jika χ2hitung> χ2tabel maka data dinyatakan tidak normal.

2. Uji homogenitas data

Uji homogenitas dilakukan guna mengetahui apakah skore setiap variabel

memiliki varians yang homogen atau tidak.Uji homogenitas ini sendiri merupakan

salah satu syarat untuk menggunakan statistik parametrik.Sebagaimana yang

dikatakan oleh Sugiyono (2009:150) bahwa “statistik parametris memerlukan

terpenuhi beberapa asumsi atau syarat, diantaranya yaitu data yang akan dianalisis

harus berdistribusi normal, varians data harus homogen dan harus memenuhi

asumsi linieritas”. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan software SPSS v.17, dengan kriteria pengujian jika

signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05) maka variansi setiap sampel sama

(homogen), namun jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05) maka variansi

(41)

menunjukkan bahwa variansi data homogen, maka pengujian hipotesis dapat

menggunakan statistik parametris.

Jika uji homogenitas dilakukan secara manual, maka langkah-langkah

yang diperlukan sebagai berikut:

1) Mencari nilai F dengan menggunakan rumus (Fisher, 1985:23):

) 1

( ) 1 (

2 2

R

R

XY XY

k k n F

   

Vk Vb

F dimana V = S2

Keterangan

Vb = variansi terbesar

Vk = variansi terkecil

S = standar deviasi

n = jumlah responden

R = reliabel

k = variable

2) Menentukan nilai F daftar dengan mencari nilai

Fα = (n1-1)(n2-1)

3) Menentukan homogenitas dengan kriteria, jika F hitung < Fα (n1-1)(n2-1)

maka kedua variansi tersebut homogen, sedangkan jika F hitung ≥ Fα (n1

-1)(n2-1) maka kedua variansi tidak homogen.

3. Uji linieritas

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas, yang dimaksud

(42)

membentuk garis linier atau tidak.Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono

(2008:265) bahwa “jika tidak linier maka analisis regresi tidak dapat

dilanjutkan”.Untuk itulah mengapa sebelum dilakukannya uji hipotesis, maka

terlebih dahulu dilakukan uji linieritas.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugiyono (2008:274) mengenai kriteria uji

linieritas bahwa untuk mengetahui regresi tersebut linier atau tidak, maka dapat

dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Adapun

kriterianya yaitu apabila Fhitung<Ftabel maka regresi tersebut dikatakan linier,

namun sebaliknya jika Fhitung>Ftabel maka regresi tersebut tidak linier, dan

konsekuensinya analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah

uji linieritas yaitu:

a) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg[a]) dengan rumus:

 

n Y JK ga

2

) (

Re 

b) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg [b/a]) dengan rumus:









  

n

Y

X

XY

b

JK

Reg(b/a)

c) Hitung Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus:

Re ( / ) Re ( )

2

Res

Y

JK

gb a

JK

ga

JK

d) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg[a]) dengan rumus:

) ( Re )

(

Rega

JK

ga

RJK

(43)

) / ( Re ) / (

Regb a

JK

gb a

RJK

f) Hitung Raa-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKRes) dengan rumus:

2 Re Re   n JK RJK s s

g) Hitung Jumlah Kuadrat Error (JKE) dengan rumus:

 



  k E n Y Y JK 2 2

h) Hitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC) dengan rumus:

E s

TC

JK

JK

JK

Re

i) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC) dengan rumus:

2   k JK RJK TC TC

j) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE) dengan rumus:

k n JK RJK E E  

k) Mencari nilai Fhitung dengan rumus:

E TC hitung

RJK

RJK

F

l) Tentukan aturan untuk pengambilan keputusan atau kriteria uji linier; jika

Fhitung≤ Ftabel maka Ho diterima (linier).

m) Carilah nilai Ftabelmenggunakan tabel F

(44)

4. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis pertama dan kedua masing-masing dengan teknik

korelasi dan regresi sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menghitung koefesien korelasi product momentdari Pearson, yaitu teknik

pengujian untuk menyatakan tingkat hubungan antar variable penelitian, yaitu

hubungan antara variabel X dan Y. Rumus yang digunakan adalah :

r

xy

=

� Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)

√{�Σ 12−(Σx1 )2}{�Σ 12−(Σ 12}

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau

tidak, maka digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikasi korelasi product moment

dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

t = √�−2

√1− 2

Keterangan :

t = uji dua korelasi product moment r = Koefesien korelasi product moment

n = Ukuran jumlah sampel (Sugiyono, 2007:148)

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian,

digunakan pedoman interpretasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.10

Tabel. 3.10

Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.599 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.000 Sangat kuat

[image:44.595.113.508.254.564.2]
(45)

b) Menghitung regresi sederhana, yaitu teknik analisis untuk melakukan prediksi

seberapa jauh perubahan nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas

dirubah, dengan menggunakan rumus :

Y = a + bX

Keterangan :

a = Σy1 Σx12 − (Σx1y1)

�Σ 12− Σ 1 2 b =

�Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)

�Σ 12− Σ 1 2

Keterangan :

y = nilai variabel Y yang akan diramalkan x = nilai variabel X

a = perpotongan garis regresi nilai Y bila X = 0

b = koefesien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y bila terjadi perubahan pada X

∑ = jumlah dari

n = jumlah sampel

c) Menghitung koefesien determinasi, yaitu teknik pengujian hipotesis yang

berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi

hubungan antar variabel. Adapun rumus yang digunakan adalah :

cd = r2 x 100 %

Keterangan :

Cd = Koefesien determinasi

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengetahuan

peserta didik tentang kebencanaan, pengaruh hasil belajar sebesar 0,013 atau

1,3% (kategori sangat rendah). Hasil belajar disini belum begitu mampu

mengungkapkan pembelajaran IPS mampu meningkatkan pengetahuan peserta

didik tentang kebencanaan, karena pembelajaran masih terpaku pada buku

sumber.

2. Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesional guru IPS bahkan

mempunyai hubungan yang tidak searah, dengan demikian dapat diartikan

bahwa semakin meningkat persepsi peserta didik tentang kompetensi guru

maka akan semakin rendah pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan. hal

ini tidak terlepas dari cara penyampaian pengajaran oleh guru yang dirasa

masih monoton, sehingga membuat peserta didik belum mampu menangkap

esensi dari materi pelajaran khususnya yang berkenaan dengan materi

pembentukan bumi serta akibatnya terhadap kehidupan dalam artian ini adalah

kebencanaan yang ditimbulkannya.

3. Pengaruh hasil belajar terhadap pemahaman peserta didik tentang kebencanaan

mempunyai hubungan yang searah, dengan artian bahwa semakin tinggi hasil

belajar maka akan semakin meningkat pemahaman peserta didik tentang

(47)

(kategori sangat rendah), hal ini disebabkan oleh pembelajaran IPS masih

mengacu pada hasil. Pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sekitar

86,3% diperoleh dari unsur lain yang tak dijelaskan dalam penelitian ini,

seperti peran informasi dari media massa dan juga dari lingkungan sekitar

peserta didik sehari-hari.

4. Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS

terhadap pemahaman peserta didik tidak memberikan pengaruh yang signifikan

dan terlalu rendah dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang

kebencanaan. Hal ini disebabkan karena peran guru dalam pembelajaran masih

bersifat teacher centre dan masih terpaku kepada buku sumber sebagai

informasi yang utama, sehingga guru kekurangan bahan yang memadai untuk

menjelaskan lebih lanjut mengenai kebencanaan ini.

5. Pengaruh hasil belajar terhadap kesiapsiagaan, menunjukkan pengaruh yang

signifikan namun tidak searah (berbanding terbalik). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar ini belum mampu menunjukkan tingkat

kesiapsiagaan peserta didik, namun hanya sebatas nilai semata untuk

memenuhi Kriteria Ketuntasan Mengajar. Guru masih terfokus pada

penyampaian materi semata namun belum menyentuh pada aspek

kesiapsiagaan, sehingga peserta didik menurut angket kesiapsiagaan berada

pada level kurang siap. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik baru

sebatas tahu mengenai kebencanaan belum sampai pada tahap faham.

6. Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS

(48)

Namun dari hasil uji dominan menunjukkan bahwa persepsi peserta didik

tentang kompetensi guru ini lebih dominan, sehingga dapat disimpulkan bahwa

perilaku guru dalam memberikan contoh penanggulangan bencanan lebih

mampu meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik. Meski demikian tingkat

kesiapsiagaan berdasarkan parameter kesiapsiagaan , termasuk kedalam level

kurang siap. Sehingga hal ini memerlukan perhatian lebih khusus untuk

meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diuraikan di atas, maka berikut ini diajukkan

beberapa saran :

1. Dari hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa hasil belajar dan persepsi

peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru dapat membentuk

pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sehingga bagi para pendidik

dan umumnya dan guru pengajar IPS khususnya hasil penenlitian ini kiranya

akan lebih menyakinkan perlunya pemahaman kebencananaan bagi peserta

Gambar

Tabel 2.1 Kemampuan Dasar Guru .......................................................................
Gambar 2.1.Proses terjadinya Gempa bumi .........................................................
Tabel 3.1 Daftar Sampel
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memenuhi Tersedia Tanda Daftar Perusahaan (TDP) CV Grand Indo Timber yang diterbitkan oleh instansi berwenang dan masih berlaku sesuai dengan kegiatan usahanyag. NPWP Nomor

Rencana Strategis Kedeputian Bidang Pembiayaan 2015 - 2019 9 bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan penerbitan obligasi koperasi

Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pelat timbal bekas tutup instalasi listrik pada atap rumah

[r]

In addition, other members of Sinarmas Group may from time to time perform investment banking or other services (including acting as advisor, manager or lender) for, or

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dewan Syariah Nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TAKTIS DAN KOOPERATIF TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK DASAR DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Di Surat Ber- harga Negara yang dapat diperdagangkan, sejak Oktober 2018, net buy asing mencapai Rp 49,09 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 14,79 triliun, sedangkan di