• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KONDISI FISIK ATLET BOLA BASKET PUTRI TINGKAT SMA SE-JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KONDISI FISIK ATLET BOLA BASKET PUTRI TINGKAT SMA SE-JAWA BARAT."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh :

Indah Dias Ekowati Rahayu 1000331

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Oleh:

Indah Dias Ekowati Rahayu

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

© Indah Dias Ekowati Rahayu 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

SKRIPSI

Indah Dias Ekowati Rahayu

Profil Kondisi Fisik Atlet Bola Basket Putri Tingkat SMA Se Jawa Barat

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Alen Rismayadi, M.Pd. NIP. 197612282008121002

Pembimbing II,

Bambang Erawan, M.Pd. NIP. 196907282001121001

Mengetahui:

Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan,

(4)

Pembimbing 1 : Alen Rismayadi, M.Pd. Pembimbing 2 : Bambang Erawan, M.pd.

Indah Dias Ekowati Rahayu* 1000331

Skripsi ini dilatar belakangi oleh upaya dalam menciptakan pemain basket yang baik, harus sudah diketahui kebutuhan apa saja yang harus dipersiapkan untuk setiap tahapan. Pada kenyataannya untuk target pencapaian yang harus dicapai oleh atlet pada tingkat sekolah khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai saat ini masih belum ada data yang dapat dijadikan rujukan ataupun patokan target. Sehingga dibutuhkan data untuk dijadikan rujukan ataupun referensi pembanding agar dapat diketahui kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi oleh tiap tahapan fisik atlet basket tingkat SMA kelompok putri. Tim basket sekolah tingkat SMA, memiliki pembinaan bagi calon-calon atlet muda. Adapun masalah yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah bagaimana gambaran profil kondisi fisik atlet bola basket putri tingkat SMA Se-Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran fisik pemain bola basket putri setingkat SMA. Hasil analisis data yang diperoleh adalah untuk profil kondisi fisik tidak terdapat satupun atlet yang berada pada kategoris sempurna, baik sekali, baik dan kurang dengan presentase 0%, dan terdapat 38 orang atlet berada pada kategori cukup dengan presentase 100%. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis berkesimpulan bahwa profil fisik tim bola basket tingkat SMA Se-Jawa Barat untuk kelompok putri berada pada kategori

“CUKUP”.

(5)

Physical Condition Profil Women’s Basketball Atlete Senior High School Level

Wastern Java

Pembimbing 1 : Alen Rismayadi, M.Pd Pembimbing 2 : Bambang Erawan, M.Pd

Indah Dias Ekowati Rahayu* 1000331

This script based by effort to create a good basketball player. We have to know what is needs that have to prepare in every phase. The fact in every target that have to reach in senior high school athlete level is nothing to be recomended standar. So there need some data that will be recomended or compared refference to know what athlete needs. Specially for woman senior high school athlete. Basketball on senior high school level have development for young athlet. The purpose of this observation to show the picture of physical condition of women senior high school basketball athlete. The method is descriptive method. The result show that 0% athlete reach poor, good, verry good, and perfect condition on their physical condition and 100% athlete reach enough condition. Based on this data, writer concluded that physical condition of woman senior high school basketball athlete of west java is enough.

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakikat Profil ... 8

(7)

A. Metode Penelitian ... 27

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data ... 47

e. Kekuatan Otot Lengan (Hand Dynamometer) ... 51

f. Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) ... 52

g. Power Otot Lengan dan Bahu (Two Hand Medicine Ball) 53

(8)

2. Hasil Konversi Tes Fisik Atlet Bola Basket ... 55

a. Fleksibilitas (Sit and Reach) ... 56

b. Kecepatan (Lari 20 Meter) ... 56

c. Kelincahan (Agility Illinoise Test) ... 57

d. Power Tungkai (Vertical Jump) ... 58

f. Kekuatan Otot Lengan (Hand Dynamometer) ... 59

e. Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) ... 60

g. Power Otot Lengan dan Bahu (Two Hand Medicine Ball) 61

h. Daya Tahan Lokal Otot Perut (Sit Ups) ... 62

i. (Bleep Test) ... 63

B. Diskusi Penemuan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 73

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bola basket atau dalam bahasa indonesia berarti bola keranjang merupakan

olahraga yang populer. Permainan bola basket merupakan cabang olahraga yang

makin banyak digemari oleh para masyarakat terutama oleh kalangan pelajar dan

mahasiswa. Melalui kegiatan olahraga bola basket ini para remaja muda banyak

memperoleh manfaat khususnya dalam pertumbuhan fisik, mental dan sosial.

Olahraga bola basket yang diciptakan oleh Dr. James Naismith pada tahun

1891 ini telah berkembang begitu pesat baik di Indonesia maupun di dunia.

Sejarah bola basket bermula saat Prof. Dr. James Nainsmith mencari alternatif

olahraga saat musim dingin. Olahraga tersebut bertujuan untuk mengembalikan

semangat anak muridnya melakukan latihan dimusim dingin. Pada akhirnya, ia

menemukan sebuah olahraga baru yang dimainkan di dalam ruangan dengan

menggunakan bola dan keranjang sehingga dinamai Basketball atau bola basket.

Bola basket adalah olahraga bola besar yang dimainkan oleh dua regu putra

atau putri secara berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan

masing-masing lima orang. Permainan ini bertujuan mencetak poin sebanyak-banyaknya

dengan cara memasukkan bola ke keranjang lawan dan mencegah kemasukkan

bola ke dalam keranjang sendiri. Definisi pertandingan bola basket menurut buku

peraturan resmi bola basket tahun 2010 pasal 1 ayat 1.1 (2010, hlm. 1) ialah :

Bola basket dimainkan oleh dua (2) tim yang masing-masing terdiri dari lima (5) pemain. Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka.

Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan pula oleh Budiana dan Lubay

(2013, hlm. 12) menjelaskan bahwa:

(10)

Olahraga permainan bola basket sudah banyak mengalami perkembangan

dan modifikasi dalam permainannya. Ini semata-mata dilakukan agar permainan

bola basket lebih menarik untuk dimainkan maupun dilihat. Misalnya, permainan

bola basket three on three, streetball, crusbone, dan slam dunk kontes,

menjadikan olahraga bola basket menjadi olahraga yang bergengsi dan trend

mode di kalangan anak muda. Perkembangan bola basket di Indonesia ini

sangatlah pesat dimana dapat dilihat dari minat para penggemar olahraga bola

basket yang memandang olahraga ini dari segi kebugaran, rekreasi, ataupun untuk

mencapai prestasi.

Di indonesia, untuk meningkatkan prestasi bola basket telah ada kompetisi

yang dulu dikenal dengan nama KOBATAMA (Kompetisi Bola Basket Utama)

sekarang diganti menjadi IBL (Indonesia Basket Ball League). Sedangkan di

Internasional kompetisi yang terkenal bernama NBA (National Basket Ball

Association), yang dipertandingkan di Negara Amerika Serikat. Kepopuleran

pertandingan bola basket di tingkat nasional maupun internasional membawa

pengaruh positif untuk masyarakat terutama untuk para pelajar dan remaja yang

ingin berprestasi di cabang olahraga bola basket.

Perkembangan dan kemajuan cabang bola basket di Jawa Barat banyak di

topang tim-tim sekolah, walau pun peran klub juga cukup besar untuk melahirkan

pemain basket. Namun eksistensi tim sekolah dalam membina siswanya ternyata

mampu memberikan sumbangsih yang cukup besar untuk memajukan cabang

olahraga bola basket. Di Bandung banyak sekali pertandingan bola basket yang

diadakan antar pelajar. Baik yang sifatnya resmi maupun tidak resmi atau hiburan,

karena dari situlah para bibit-bibit atlet mulai tumbuh dan berkembang.

Adapun beberapa sekolah di Jawa Barat yang memiliki komitmen tinggi

mendukung siswa putrinya berprestasi di bidang olahraga bola basket diantaranya

adalah SMAN 1 Baleendah, MA AL-Zaytun Indramayu, SMAN 1 Majalaya,

SMAN 2 Bandung, SMAN 1 Cicalengka, SMAN 13 Bandung, SMAN 1

Margahayu, SMAN 2 Purwakarta, SMA BPK Penabur Cirebon, SMAN 1 Sindang

Indramayu, SMAN 10 Bandung, SMAN 4 Cimahi, SMAN 1 Padalarang, SMA

Trinitas Bandung, SMAN 1 Bandung, SMAN 20 Bandung, SMA 1 BPK Penabur

(11)

tersebut termasuk dalam daftar sekolah yang siswa putrinya mengikuti liga DBL

(Developmental Basketball League) 2015 yang berlangsung mulai dari Rabu, 11

Februari 2015 sampai dengan final pada hari Selasa, 24 Februari 2015, di Gor

Pajajaran Bandung.

Selain pertandingan liga PERBASI yang rutin diselenggarakan setiap tahun,

kejuaraan antar pelajar yang diadakan sekolah seakan tak putus dan saling

bergantian. Salah satunya pertandingan kejuaraan basket DBL (Developmental

Basketball League) yang merupakan salah satu dari sekian banyak kejuaraan bola

basket yang ada di Indonesia. DBL Indonesia dianggap sukses mengelola

Development Basketball League (DBL) liga basket pelajar terbesar di Indonesia,

yang pada tahun 2010 telah merambah ke 21 kota di Indonesia, diikuti sekitar

25.000 pemain dan ofisial. DBL adalah kompetisi pertama di Indonesia yang

mengembangkan konsep Student Athlete. Liga ini diniati sebagai liga pelajar

tingkat SMA yang sederhana, tapi diselenggarakan dengan cara yang benar. Tidak

boleh ada pemain profesional atau semipro, tidak boleh ada sponsor rokok,

alkohol, dan minuman berenergi. Pemain harus student athlete.

Kejuaraan yang pertama kali diadakan pada tahun 2004 di Surabaya ini,

awalnya bernama Deteksi Basketball League. Pada tahun 2008, DBL menjadi liga

pertama di Indonesia yang berkolaborasi dengan NBA (National Basketball

Association). Even pertama NBA di Indonesia diadakan di DBL Arena Surabaya

pada Agustus 2008. Dengan kapasitas 5.000 penonton, DBL Arena mulai

dibangun pada 17 Desember 2007, dibuka hanya tujuh bulan kemudian, tepatnya

pada 26 Juli 2008. Mulai 2009, DBL dikelola sepenuhnya secara profesional oleh

DBL Indonesia. Kejuaraan ini telah beberapa kali berganti nama, sambil terus

mempertahankan konsep Student Athlete, mulai2010 DBL berubah nama menjadi

Development Basketball League. Namun kini pada tahun 2015 DBL bernama

Developmental Basketball League.

Setiap cabang olahraga sangat membutuhkan kemampuan fisik yang baik,

disamping keterampilan teknik yang harus baik pula. Begitu pula untuk cabang

olahraga bola basket, dimana kebutuhan komponen fisik dan teknik haruslah

sangat diperhatikan. Kondisi fisik merupakan komponen penting yang tidak bisa

(12)

mencapai prestasi tertinggi. Siapa saja atlet yang memiliki kondisi fisik yang baik

memiliki peluang yang besar untuk dapat meraih prestasi terbaik. Menurut

Harsono (1988, hlm. 153) dalam buku coaching menjelaskan, kalau kondisi fisik

baik maka :

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung.

2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik.

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.

5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.

Atlet yang memiliki kondisi fisik yang baik akan lebih cepat dalam

menguasai dan meningkatkan kemampuan tekniknya. Harsono menjelaskan dalam

buku latihan kondisi fisik (2001, hlm. 4) “. . . kalau kondisi fisik atlet baik, maka

dia akan lebih cepat pula menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan”,

artinya dengan memiliki kondisi fisik yang prima akan memudahkan atlet untuk

melatih tekniknya agar lebih baik lagi. Sedangkan atlet yang memiliki kondisi

fisik yang kurang, cenderung akan mengalami kesulitan untuk mengasah

tekniknya agar lebih baik lagi. Hal itu menjadikan atlet yang memiliki kondisi

fisik yang prima bila harus melakukan drill atau pengulangan latihan teknik yang

banyak tidak akan cepat lelah dan apabila lelah itu terjadi sekalipun akan terjadi

dalam waktu yang lama. Hal itu akan berbanding terbalik bagi atlet yang memiliki

kondisi fisik yang kurang. Jumlah pengulangan yang dilakukan oleh atlet yang

memiliki kondisi fisik yang kurang akan jauh lebih sedikit bila dibandingkan

dengan atlet yang memiliki kondisi fisik yang prima.

Permainan bola basket adalah permainan yang membutuhkan kesiapan fisik

yang ekstra. Dengan ukuran lapangan 28 x 15 meter, dimainkan oleh 10 orang di

dalam lapangan, dan dengan durasi waktu 4 x 10 menit ditambah overtime 5

menit apabila terjadi skor sama setelah 4 x 10 menit membuat permainan bola

basket ini dituntut untuk dapat mempertahankan kemampuan serta keterampilan

(13)

sangatlah dibutuhkan guna menunjang permainan dilapangan agar dapat bermain

dengan sangat maksimal.

Untuk menciptakan pemain bola basket yang baik dan benar, harus kita

ketahui kebutuhan apa saja yang harus dipersiapkan untuk setiap tahapan. Pada

kenyataannya apa saja yang harus dicapai oleh atlet bola basket putri tingkat SMA

sampai saat ini masih belum ada data yang dapat dijadikan rujukan ataupun

patokan target. Sehingga dibutuhkan data untuk dijadikan rujukan ataupun

referensi pembanding agar dapat diketahui kebutuhan apa saja yang harus

dipenuhi oleh atlet bola basket putri tingkat SMA, karena pada tingkat tersebut

merupakan gerbang bagi para bibit muda untuk memasuki gerbang olahraga bola

basket profesional. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan para pelatih

dapat mempersiapkan para atletnya dengan sebaik mungkin dan juga para atlet

dapat mempersiapkan dirinya semaksimal mungkin.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk

meneliti “Profil Kondisi Fisik Bola Basket Putri Tingkat SMA Se-Jawa Barat”.

B.Rumusan Masalah

Suatu penelitian tidak lepas dari suatu permasalahan sehingga perlu adanya

penyelesaian permasalah tersebut diteliti, dianalisis, dan dipecahkan. Berdasarkan

uraian latar belakang diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah yaitu,

Bagaimana gambaran kondisi fisik atlet bola basket putri tingkat SMA Se-Jawa

Barat?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi fisik

atlet bola basket putri tingkat SMA Se-Jawa Barat.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka diharapkan penulis

melalui penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Untuk memperoleh pemahaman secara teoritis yang pada akhirnya dapat

(14)

mempersiapkan komponen kondisi fisik agar dapat menjalani suatu

pertandingan dengan baik.

2. Secara Praktik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding dalam memberikan porsi

latihan kondisi fisik sesuai dengan kebutuhan atlet untuk meningkatkan

pencapaian prestasi atlet tersebut.

E.Batasan Penelitian

Batasan penelitian sangat perlu dinyatakan sebagai pembatasan penelitian

itu sendiri agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu gambaran

yang jelas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah

sebagai berikut:

1. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mendata kemampuan

kondisi fisik atlet bola basket putri.

2. Sumber data adalah atlet bola basket putri tingkat SMA.

3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling.

F.Penjelasan Oprasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, terdapat ungkapan

atau istilah yang perlu untuk dijelaskan. Berikut ini adalah masing-masing istilah

tersebut, yaitu:

1. Profil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah grafik atau ikhtisar

yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Profil yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah menggambarkan keadaan atlet dalam bentuk

grafik mengenai kemampuan fisik atlet bola basket putri tingkat SMA.

2. Fisik menurut website KBBI http://kbbi.web.id/fisik adalah jasmani;

Badan. Fisik disini mengenai komponen kondisi fisik pada cabang

olahraga basket yang didalamnya terdapat komponen seperti fleksibilitas,

kekuatan, kecepatan serta daya tahan.

3. Permainan bola basket menurut Budiana dan Lubay (2013, hlm. 12) adalah

(15)

pemain yang bertujuan untuk memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke

keranjang lawan dan mencegah kemasukan di keranjangnya sendiri.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,

maka berikut ini rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan

diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Memuat tentang pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian atau signifikasi penelitian, batasan penelitian, penjelasan

operasional dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Menerangkan tentang konsep, teori, dan pendapat para ahli terkait

dengan masalah yang diteliti yang berhubungan dengan tujuan

penelitian.

BAB III Berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk

komponen yang lainnya seperti populasi dan sampel, variabel, dan

teknik analisis data.

BAB IV Membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

meliputi pengolahan data untuk menghasilkan temuan yang

berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian,

hipotesis, tujuan penelitian dan teknik analisis data.

BAB V Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang memaparkan hasil

(16)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Sebuah penelitian agar dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut

membutuhkan suatu metode untuk mempermudah penelitian mendapatkan data

hingga selanjutnya melakukan pengolahan dan akhirnya dapat menyimpulkan

hasil dari penelitiannya. Arikunto (2010, hlm. 192) menjelaskan bahwa “Metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitian”. Sugiyono (2013, hlm. 2) menambahkan “Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Penggunaan metode penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang akan

diteliti oleh penulis.Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif deskriptif, hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Arikunto (2010,hlm.3) sebagai berikut “Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi

dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu”. Metode deskriptif dapat memecahkan serta menyelidiki masalah yang diteliti serta dapat menggambarkan

keadaan yang terjadi dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum secara

jelas, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan

fenomena yang diteliti.

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek

yang merupakan sifat-sifat umum. Sedangkan menurut Arikunto (2002, hlm. 108)

“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan penelitian tersebut,

maka populasi merupakan keseluruhan elemen yang ada dalam penelitian yang

akan dilakukan.

Sesuai dengan kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan yang

(17)

sekumpulan individu, sekumpulan keluarga, dan sekumpulan unsur lainnya. Dari

sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh informasi yang dapat

memecahkan masalah penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah 19 tim bola basket putri tingkat SMA

Se-Jawa Barat yang terdiri dari 228 orang atlet putri yang mengikuti liga DBL

2015 yang diadakan di gor pajajaran Bandung, yang terdiri dari SMAN 1 (satu),

Baleendah, MA AL-Zaytun Indramayu, SMAN 1 (satu) Majalaya, SMAN 2 (dua)

Bandung, SMAN 1 (satu) Cicalengka, SMAN 13 (tiga belas) Bandung, SMAN 1

(satu) Margahayu, SMAN 2 (dua) Purwakarta, SMA BPK Penabur Cirebon,

SMAN 1 (satu) Sindang Indramayu, SMAN 10 (sepuluh) Bandung, SMAN 4

(empat) Cimahi, SMAN 1 (satu) Padalarang, SMA Trinitas Bandung, SMAN 1

(satu) Bandung, SMAN 20 (dua puluh) Bandung, SMA 1 (satu) BPK Penabur

Bandung, SMA Bintang Mulia Bandung, dan SMAN 9 (sembilan) Bandung. Atlet

tim basket putri tingkat SMA dipilih karena peneliti ingin mengetahui bagaimana

kemampuan kondisi fisik tim basket putri tingkat SMA di masing-masing sekolah

untuk siap turun dalam kompetisi DBL antar pelajar ini.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang diambil oleh peneliti

dengan menggunakan metode pemilihan sampel. Sebagian dari populasi adalah

sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul ditentukan secara representatif (mewakili).

Agar sampel penelitian dapat mewakili populasi, maka peneliti menentukan untuk

mengambil salah satu cara pengambilan sampel yaitu sampel bertujuan atau

purposive sampling. Menurut Nasution (1982, hlm. 113) “Sampling purposive dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut

ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu”. Peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Sampel diambil tidak secara acak,

tapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Dijelaskan pula oleh Arikunto (2010, hlm.

(18)

Sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan di dasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi di dasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa petimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil sampel dari

populasi yaitu berdasarkan tujuan peneliti yang ingin mengetahui kemampuan

kondisi fisik atlet tim bola basket putri tingkat SMA Se-Jawa Barat. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah kelompok tim putri tingkat SMA yang masuk

4 (empat) besar pada even DBL tersebut sebanyak 38 orang, yaitu SMA 9

(sembilan) Bandung, SMA 2 (dua) Bandung, SMA Trinitas Bandung dan SMA 20

(dua puluh) Bandung. Pemilihan 4 (empat) sekolah tersebut adalah karena peneliti

ingin berasumsi bahwa even DBL diikuti oleh SMA di Jawa Barat. Hal ini sesuai

dengan tujuan yang diteliti oleh penulis mengenai profil kondisi fisik atlet bola

basket putri tingkat SMA Se-Jawa Barat.

C.Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian disusun agar mempermudah kegiatan yang

harus dilakukan dalam suatu penelitian, diperlukan suatu alur yang dijadikan

pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan

sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian

(19)

Gambar 3.1

Langkah-Langkah Penelitian (Sumber : Penulis)

D. Instrumen Penelitian

Kualitas hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian dan

kualitas pengumpulan data.Instrumen penelitian digunakan sebagai alat untuk

memperoleh data. Instrumen dapat berupa tes, observasi, wawancara, kuisioner,

dan lain-lain. Instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitiannya. Dalam

penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah tes. Sedangkan untuk bentuk Menentukan Populasi

Menentukan Sampel

Menentukan Pendata/Tester

Tes

Mengolah Data

(20)

evaluasinya yaitu bentuk evaluasi tes. Tes menurut Arikunto (2006, hlm. 150)

adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Sebelum pengambilan data, peneliti harus mempersiapkan alat-alat dan tata

cara pelaksanaan penelitian agar penelitian berjalan sesuai rencana. Alat-alat dan

tata cara penelitian atau instrumen penelitian yang akan digunakan antara lain :

1. Sit and Reach

Tujuan : Untuk mengukur kelentukan dari otot punggung, juga

elastisitas otot hamstring.

Alat/fasilitas : Meteran, Pengaris

Pelaksanaan : Orang coba duduk di bidang datar kedua kaki rapat.

Renggutkan badan ke bawah perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan

berhenti pada jangkauan terjauh.

Skor :

Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh orang coba dari dua kali

percobaan, yang diukur dalam cm.

Tabel 3.1

Kriteria Sit and Reach Putri :

(Sumber : Modul Tes & Pengukuran Keolaragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria >24 cm Sempurna

19 – 23 cm Sangat Baik

12 – 18 cm Baik

7 – 11 cm Cukup

(21)

Gambar 3.2

Sit and Reach

(Sumber : foto penelitian)

2. Lari 20 Meter

Tujuan : Mengukur komponen kecepatan

Alat : Stopwatch, meteran, lintasan, pluit

Pelaksanaan : Seorang berdiri di belakang garis start, dengan sikap start

melayang. Pada aba-aba “Ya” ia berusaha lari secepat mungkin mencapai garis finish. Setiap orang diberikan kesempatan dua kali tes.

Skor : waktu tempuh yang terbaik dari dua kali pengetesan.

Tabel 3.2

Kriteria Tes Lari 20 Meter Putri :

Rentang Skor Kriteria

- Sempurna

- Sangat Baik

< 3,1 detik Baik

3,1 – 3.3 detik Cukup

(22)

Gambar 3.3 Sprint 20 Meter (Sumber : foto penelitian)

3. Tes Kelincahan Illinois Agility Test Petunjuk pelaksanaan Illinois Agility Test

a. Tujuan : Tes ini disusun untuk mengukur kelincahan

b. Alat dan pelaksanaan :

1) Lintasan lari sepanjang 10 m dan lebar 5 m

2) Peluit dan Stopwatch

3) Cone sebagai rintangan

4) Kapur sebagai garis pembatas

5) Blangko dan

6) Alat tulis

c. Petugas : pengatur testee di garis pemberangkatan, pemberangkat testee dan

pencatat hasil.

(23)

batas finish, testee diberi kesempatan melakukan tes ini sebanyak 2 kali

kesempatan.

e. Skor : waktu tempuh yang terbaik dari dua kali pengetesan.

Tabel 3.3

KriteriaTes Kelincahan Agility Illinois Test Putri : (Sumber : www.brianmac.co.uk.illinois)

Rentang Skor Kriteria

<17.0 Sempurna

17.0 – 17.9 Baik Sekali

18.0 – 21.7 Baik

21.8–23.0 Cukup

>23.0 Kurang

Catatan : Satuan waktu dalam detik

Gambar 3.4

Tes kelincahan Agility Illinois Test

(24)

4. Vertical Jump

Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai.

Alat/Fasilitas :

a. Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas

b. Serbuk kapur dan alat penghapus

c. Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis

d. Meteran

Pelaksanaan : Subyek berdiri tegak dekat dinding. Papan dinding

berskala berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang

berada dekat dinding diangkat lurus ke atas dan telapak tangan ditempelkan

pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua

tangan lurus berada di samping badan kemudian subyek mengambil sikap

awalan dengan membengkokkan kedua lutut, kemudian subyek meloncat

setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat

dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan dinding

berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan subyek tersebut.

Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak dua kali loncatan.

Tabel 3.4

Kriteria Vertical Jump Putri :

(Sumber : Modul Tes & Pengukuran keolahragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria

(Catatan : Satuan dalam cm)

Skor : Selisih yang terbesar antara jangkauan sesudah melompat

dengan tinggi jangkauan sebelum melompat, dari dua kali percobaan. Tinggi

(25)

Gambar 3.5 Vertical Jump

(Sumber :http://www.basketballhow.com/wp-content/uploads/2013/04/vertical-jump-test.jpg)

5. Leg Dynamometer (Leg Strength)

Tujuan : Mengukur komponen kekuatan otot (tungkai)

Alat/Fasilitas : Leg Dynamometer

Pelaksanaan : Orang coba memakai pengikat pinggang, kemudian

berdiri dengan membengkokkan kedua lututnya sebesar 45 derajat, lalu alat

tersebut dikaitkan pada leg dynamometer. Setelah itu orang coba berusaha

sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya. Setelah orang itu ternyata telah

maksimum meluruskan kedua tungkainya, lalu lihat jarum alat tersebut

menunjukkan angka berapa. Angka ini menyatakan besarnya kekuatan otot

tungkai orang tersebut.

Skor : Besarnya kekuatan otot tungkai yang dapat dilihat pada

alat tersebut.Angka yang ditunjukkan oleh jarum alat tersebut menyatakan

(26)

Tabel 3.5

Kriteria Leg DynamometerPutri :

(Sumber : Modul Tes & Pengukuran keolaragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria

≥ 242 Sempurna

183 – 241 Sangat Baik

142 – 182 Baik

65 – 123 Cukup

6 – 64 Kurang

(Catatan : Satuan dalam kg)

Gambar 3.6

Leg Dynamometer

(Sumber :http://prohealthcareproducts.com/images/baseline-adolescent-back-legs-chest-dynamometer.jpg)

6. Hand Push Dynamometer

Tujuan : Mengukur komponen kekuatan otot lengan

Alat/fasilitas : Hand Dynamometer

Pelaksanaan :

1. Orang coba berusaha menekan alat dengan kedua tangan secara

bersama-sama sekuat-kuatnya, kemudian alat tersebut menunjukkan besarnya dari

(27)

2. Tiap-tiap orang diberi kesempatan masing-masing dua kali percobaan.

Skor :

Kemampuan daya dorong terbesar yang dapat dilakukan oleh orang coba dari

dua (dua) kali percobaan yang dapat dicoba pada alat tersebut.

Tabel 3.6

Kriteria Hand Dynamometer Putri :

(Sumber : Modul Tes & Pengukuran keolaragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria

≥ 45 Sempurna

36 – 44 Sangat Baik

27 – 35 Baik

18 – 26 Cukup

9 – 17 Kurang

(Catatan : Satuan dalam kg)

Gambar 3.7

Hand Dynamometer

(Sumber :http://www.sportstek.net/images/push-pull.jpg)

7. Two Hand Medicine Ball-Put

Tujuan : Mengukur komponen Power (otot lengan dan bahu)

Alat/fasilitas : Bola medicine seberat 3 pound, Pita ukuran, Tali, Kursi

Pelaksanaan : Orang coba duduk tegak di kursi, sambil kedua tangan

(28)

kedua tangan mendorong bola tersebut ke depan sejauh mungkin. Sebelum

orang coba mendorong bola medicine, seutas tali dilingkarkan pada dada

orang coba dan ditarik ke belakang, sehingga bdan bersandar pada kursi. Hal

ini untuk mencegahagar orang coba pada waktu mendorong tidak dibantu oleh

gerakan badan ke depan. Orang coba diberi kesempatan 3 (tiga) kali

percobaan.

Skor : Jarak tolakan yang terjauh dari 3 (tiga) kali percobaan,

yang diukur mulai dari tepi luar kursi sampai batas atau tanda dimana bola

medicine tersebut jatuh. Jarak diukur dengan cm.

Tabel 3.7

Kriteria Two Hand Medicine Ball-Put Putri : (Sumber : Modul Tes & Pengukuran keolaragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria

≥ 4,04 Sempurna

3,52 – 4,03 Sangat Baik

2,95 – 3,51 Baik

2,38 – 2,94 Cukup

1,81 – 2,37 Kurang

(Catatan : Satuan dalam m.)

Gambar 3.8

Two Hand Medicine Ball-Put

(29)

8. Sit Ups

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan lokal otot perut.

Alat : Matras

Pelaksanaan : Orang coba tidur terlentang, kedua tangan saling berkaitan

di belakang kepala, kedua kaki dilipat sehingga lutut membentuk 90 derajat.

Seorang pembantu memegang erat-erat kedua pergelangan kaki orang coba

dan menekannya pada saat orang coba bangun. Orang coba berusaha bangun

sehingga berada dalam sikap duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua

lutut dan kemudian dia kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan ini secara

berulang-ulang, sampai orang coba tak mampu mengangkat badannya lagi.

Perhatikan agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 90 derajat, pada waktu

melakukan sit-ups.

Skor : Jumlah gerakan sit-ups yang betul, yang dapat dilakukan

oleh orang coba.

Tabel 3.8

Kriteria Sit-Ups Putri :

(Sumber : Modul Tes & Pengukuran keolaragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria

≥ 88 Sempurna

69 – 87 Sangat Baik

48 – 68 Baik

29 – 47 Cukup

(30)

Gambar 3.9

Sit-Ups

(Sumber :Foto penelitian)

9. Bleep test

Tujuan : Tes Lari Multi Tahap atau Bleep Test memiliki tujuan untuk

mengukur tingkat efesiensi fungsi jantung dan paru-paru, yang ditunjukkan

melalui pengukuran pengambilan oksigen masksimum (maximum oxygen

uptake).

Fasilitas dan alat :

(1)Lintasan datar dan tidak licin

(2)Meteran

(3)Kaset (pita suara)/ file suara bleep test

(4)Kerucut/cones

(5)Stop watch

Petugas :

(1)Pengukur jarak

(2)Petugas start

(31)

(4)Pencatat skor

Pelaksanaan :

- Pertama-tama ukurlah jarak sepanjang 20 meter dan beri tanda pada kedua

ujungnya dengan kerucut atau tanda lain sebagai tanda jarak. Siapkan pita

suara kaset/file suara bleep test.

Peserta tes disarankan melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum

mengikuti tes dengan melaksanakan beberapa gerakan seluruh anggota

tubuh secara umum, sekaligus dengan beberapa macam peregangan,

terutama dengan menggerakan otot-otot kaki.

- Hidupkan pita suara/file suara. Jarak antara dua sinyal “TUT” menandai

suatu interval 1 menit.

- Beberapa petunjuk untuk peserta tes telah tersedia dalam kaset. Pita kaset

mengeluarkan sinyal suara “TUT” tunggal pada beberapa interval yang

teratur.

- Peserta test berusaha sampai keujung berlawanan bertepatan dengan saat

sinyal “TUT” pertama berbunyi. Kemudian meneruskan berlari dengan

kecepatan sama, agar dapat sampai keujung lintasan bertepatan dengan

terdengar sinyal “TUT” berikutnya.

- Akhir setiap lari bolak-balik (balikan) ditandai dengan “TUT” tunggal,

sedangkan akhir tiap tahap ditandai dengan sinyal “TUT” tiga kali

berturut-turut, serta oleh pemberi petunjuk dalam rekaman pita tersebut.

- Peserta tes harus selalu menempatkan satu kaki pada atau tepat dibelakang

tanda garis start/finish pada akhir setiap lari.

- Peserta tes harus meneruskan lari selama mungkin sampai tidakmampu

lagi menyesuaikan dengan kecepatan yang telah diatur dalam pita rekaman

sehingga peserta tes secara sukarela harus menarik diri dari tes yang

sedang dilakukan.

- Apabila peserta tes gagal mencapai jarak dua langkah menjelang garis

ujung pada saat terdengar sinyal “TUT”, peserta tes masih diberi kesempatan untuk meneruskan dua kali lari agar dapat memperoleh

(32)

- Tes ini bersifat maksimal progresif, artinya cukup mudah pada

permulaannya kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat

terakhir. Agar hasilnya cukup valid, peserta tes harus mengerahkan kerja

maksimal sewaktu menjalani tes ini, dan oleh karena itu peserta tes harus

berusaha mencapai tahap setinggi mungkin sebelum menghentkan tes.

-Tabel 3.9 Kriteria VO2Max

(Sumber : Modul Tes & Pengukuran keolaragaan, 2013)

Rentang Skor Kriteria

E.Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Observasi 1. Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Waktu : 03.30

Tempat : SMA Negeri 9 Bandung

2. Hari dan Tanggal :Senin, 27 April 2015 & 4 Mei 2015

Waktu : 04.00 & 10.00

Tempat : SMA Trinitas Bandung

3. Hari dan Tanggal : Jumat, 10 April 2015

Waktu : 10.35

Tempat : SMA Negeri 20 Bandung

4. Hari dan Tanggal : 7 Mei 2015

Waktu : 04.00

(33)

F.Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data didapatkan. Pengolahan data diolah

menggunakan rumus-rumus statistika. Pengolahan data penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menghitung Nilai Rata-Rata

Cara menghitung rata-rata dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

rumus sebagai berikut :

Cara menghitung rata-rata dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

rumus sebagai berikut :

Pengolahan data menghasilkan hasil data, dari data yang diolah kemudian

disederhanakan kedalam persentase menggunakan analisis deskriptif

persentase dengan rumus yang tertera berikut ini :

(34)

Keterangan :

DF = Klasifikasi nilai

F = Jumlah skor yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes N = Jumlah keseluruhan skor

Persentase dari hasil pengolahan data disederhanakan dalam

bentuk diagram batang seperti dibawah ini.

Gambar 3.10 Diagram Batang

4. Memberi Nilai Konversi

Memberi nilai konversi dari setiap kategori komponen kondisi fisik,

dengan sesuai pada table di bawah ini.

Tabel 3.10

Tabel Konversi Nilai Kondisi Fisik

(Sumber : Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan,2013)

(35)

5. Norma Kemampuan Fisik

Penentuan kriteria kondisi fisik atlet ditentukan berdasarkan norma yang

telah ditetapkan. Adapun norma untuk kemampuan fisik seperti dijelaskan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11

Tabel Norma Kemampuan Fisik

(Sumber : Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan,2013)

Nilai Kriteria Kondisi Fisik

9,5 – 10

7,6 – 9,4

6 – 7,5

4 – 5,9

2 – 3,9

Sempurna (SM)

Baik Sekali (BS)

Baik (B)

Cukup (C)

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan, penghitungan, dan penganalisisan data, maka

dapat ditarik kesimpulan profil fisik tim bola basket tingkat SMA kelompok putri

adalah sebagai berikut : Profil kondisi fisik tim bola basket tingkat SMA

kelompok putri berada pada kategori “Cukup”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dan

kemukakan, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan

saran sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih hendaknya bisa memberikan program latihan yang

sistematis, analisis yang baik, dan jelas bentuk latihannya pada atlet baik

secara fisik, teknik, taktik, mental, maupun yang nantinya bertujuan untuk

menjadikan atlet berprestasi.

2. Bagi para atlet hendaknya menjaga kondisi fisik diluar program latihan, juga

diharapkan agar dapat meningkatkan komponen kondisi fisik yang masih

kurang agar tingkat kondisi fisiknya menjadi lebih baik. Sehingga dapat

bersaing dilevel kompetisi yang lebih tinggi. Serta diharapkan kepada para

atlet agar senantiasa menumbuhkan kesadaran dirinya untuk terus

meningkatkan kemampuannya dan tidak cepat puas dengan kemampuan

yang sudah dimiliki sebelumnya. Sehingga dalam melaksanakan setiap

menu latihan, dapat dilakukan dengan serius, semangat, dan penuh

kesadaran diri akan pentingnya setiap materi yang diberikan oleh pelatih.

3. Bagi para rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang profil

fisik pada permainan bola basket, penulis menganjurkan untuk meneliti

tingkatan yang lebih baik lagi, seperti tim professional NBL, ataupun

Timnas. Sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat dijadikan rujukan yang

lebih baik lagi dalam mempersiapkan calon-calon atlet penerus yang siap

(37)

4. Bagi para peneliti lanjut yang masih berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan penulis, penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dengan kajian yang lebih mendalam sehingga hasilnya dapat

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Nuril. (2007). Permainan Bola Basket. Solo: Era Intermedia.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bompa, T. O. (1999). Periodization Training For Sport. United States Of America: Versa Press.

Bompa, T. O. (2000). Total Training for Young Champions. United States Of America: Versa Press.

Brittenham, Greg. (1996). Bola Basket Panduan Lengkap Latihan Khusus Pemantapan. Jakarta Utara: PT. RajaGrafindo Persada.

Brown, Lee E, dan Ferrigno, Vince A. (2005) Training For Speed, Agility, and Quickness. USA: Human Kinetics.

Budiana, D., & Lubay, L. H. (2013). Pembelajaran Permainan Bola Basket. Bandung: Prodi PJKR.

Cholil, D. H. (2008). Tes Kemampuan Kondisi Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI.

Giriwijoyo, S., & Sidik, D. Z. (2010). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma.

Harsono. (2004). Latihan Kondisi Fisik.

Matjan, B. N. (2010). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Prodi Kepelatihan Olahraga.

Napitupulu et al. (1983). Kamus Istilah Olahraga.

Nasution, S. (1982). Metode Research. Bandung: Jemmars.

Nurhasan., et al. (2008). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK.

Sidik, D. J. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung: UPI.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Basket. (2010). Peraturan Resmi Bola Basket 2010. Bandung: FPOK.

(39)

Wissel, Hal. (2000). Step to Success BasketBall. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumber Internet :

http:// www.brianmac.co.uk.illinois.jpg

http://www.basketballhow.com/wp-content/uploads/2013/04/vertical-jump-test.jpg

http://prohealthcareproducts.com/images/baseline-adolescent-back-legs-chest-dynamometer.jpg

http://www.sportstek.net/images/push-pull.jpg

http:/kbbi.web.id/fisik

http:/kbbi.web.id/kelompok

http:/kbbi.web.id/klub

http:/kbbi.web.id/profil

Gambar

Gambar 3.1  Langkah-Langkah Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria Sit and Reach Putri : (Sumber : Modul Tes & Pengukuran Keolaragaan, 2013)
Tabel 3.2 Kriteria Tes Lari 20 Meter Putri :
Gambar 3.3  Sprint 20 Meter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang diperoleh, maka hasil penelitian ini diperoleh atlet bola basket liga mahasiswa putra jawa barat tahun 2013/2014

PROFIL KONDISI FISIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BOLA VOLI PUTRI PORPROVSU KOTA BINJAI..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik atlet putri Kota Binjai Tahun 2013 yang diperoleh atlet bola voli Kota Binjai Tahun 2013 yang diperoleh

Kondisi fisik adalah prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan

diperoleh hasil kondisi fisik atlet sepak bola Putri Klub Medan Sri Kandi Tahun 2012.. dengan jumlah nilai rata-rata 1.71 masuk dalam kategori

Gambar 4.11 Histogram Prosentase Nilai Hasil Tes Profil Kondisi Fisik Atlet Profesional Sepak bola Indonesia ...98.. Rekapitulasi Data Hasil Tes Tinggi Badan ...111

Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa: tingkat kondisi fisik Atlet Putri Klub PSSI Putri Kota Kediri yang akan mendeskripsikan mengenai keadaan pada siswa Atlet Putri

Hasil penelitian dari ini adalah 1 Tingkat daya tahan anaerobik atlet bolabasket IKABAS kota Padang, untuk atlet putra berada pada kategori baik sekali dengan rata-rata fatigue indeks