• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT

PENGRAJIN BATIK

(Studi Deskriptif di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Taboo Dago Pojok Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi PM

Oleh: Asri Novianti

1100289

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

(2)

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

(STUDI DESKRIPTIF DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT TABOO DAGO POJOK KOTA BANDUNG)

Oleh.

Asri Novianti

1100289

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

© Asri Novianti 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,

(3)
(4)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

ABSTRAK

Asri Novianti (1100289) Penyelenggaraan Program Art Education Bidang Industri Batik Fraktal Dalam Mengembangkan Kreativitas Masyarakat

Pengrajin Batik

(Studi Deskriptif di PKBM Taboo Dago Pojok Bandung)

Program Art Education merupakan suatu kegiatan pendidikan kecakapan hidup yang dipersiapkan oleh PKBM Taboo sebagai wadah dalam mengembangkan kreativitas masyarakat Dago Pojok Bandung. Art Education adalah salah satu program pembelajaran di bidang seni yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat melalui berbagai kegiatan pelatihan atau kursus dibeberapa bidang baik bidang seni, maupun keterampilan. Salah satu program pengembangan potensi dan kreativitas pada kegiatan Art Education ini adalah keterampilan pembuatan batik fraktal yang sudah berkembang menjadi industri batik. Kegiatan ini membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya dibidang pembuatan produk batik fraktal, serta mampu mendorong masyarakat dalam meningkatkan kreativitas melalui kegiatan produksi sehingga menghasilkan produk yang memiliki ciri khas serta nilai jual. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan: 1) proses penyelenggaraan program Art Education bidang industri batik fraktal dalam upaya mengembangkan kreativitas masyarakat Dago Pojok Bandung, 2) hasil pengembangan kreativitas yang diperoleh peserta, 3) dampak penyelenggaraan program Art Education

bidang industri batik fraktal di PKBM Dago Pojok Bandung. Kajian pustaka pada penelitian ini yaitu mencangkup tentang konsep Art Education, konsep kecakapan hidup, konsep pengelolaan program, dan konsep kreativitas. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek peneliti terdiri dari 1 orang pihak pengelola, 1 orang tutor serta 2 orang peserta yang terlibat dan aktif dalam program, sehingga jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang yang bertempat di PKBM Taboo Dago Pojok Bandung. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasalan hasil penelitian maka diperoleh data, yaitu:1) Proses penyelenggaraan program Art Education bidang industri batik fraktal telah dilaksanakan berdasarkan kebutuhan peserta melalui tahapan pengelolaan program, diantaranya proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program, 2) Hasil pengembangan kreativitas peserta dilihat dengan pendekatan 4P, Pribadi kreatif, Press, Proses kreatif, dan Produk kreatif. Berdasarkan pendekatan tersebut pada kegiatan ini kreativitas peserta sudah muncul dan berkembang dengan baik. 3) dampak penyelenggaraan program

Art Education bidang industri batik fraktal ini adanya kemampuan saling membelajarkan, peningkatan pendapatan dan pemasaran produk.

(5)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

ABSTRACT

Asri Novianti (1100289) Implementation of Art Education Batik Fractal Industry on Developing Creativity of Batik Craftsman Community

(Descriptive Study in PKBM Taboo Dago Pojok Bandung)

Art Education Program is one of life-skill educative activities provided by PKBM Taboo as an organization on developing creativity. Art Education is one of learning programs on art field intended to enhance entrepreneurship of the community through trainings or courses in both arts and skills. One of the developing potential and creativity program on Art Education is Batik-Fractal-Making skill that has been developed into batik industry. This activity supports the communty to develop their abilitiy on making batik fractal product, and also supports the community to enhance their creativity through production resulting in a product which has distinctive features and selling points. The purpose of this research is to describe: 1) The Implementation process of Art Education Batik Fractal Industry on Developing Creativity of Dago Pojok Bandung Community, 2) the result of creativity development on participant, 3) the impact of the Art Education Batik Fractal Industry program in PKBM Taboo Dago Pojok Bandung. The literature review of this study covers Art Education concept, life skill concept, management program concept, and creativity concept. The research metode used is descriptive method with qualitative approach and data collecting techniques used are interview, observation, and documentation study. The subject of research consists of 1 people from managerial staff, 1 tutor, and 2 participants that involved and active during the program, thus total of the infomant is 4 people which took place in PKBM Taboo Dago Pojok Bandung. Based on the results of data processing and discussion of the result, some data obtained : 1) The Implementation process of Art Education Batik Fractal Industry has been carried out based on participant needs through stages of program management including planning, performance, and evaluation, 2) the result of creativity development on participant can be seen through 4P approach, Pribadi kreatif, Press, Proses Kreatif, and Produk kreatif. Based on this approach, the creativity of participant have already emerged and progressing well, 3) the impact of Art Education Batik Fractal Industry program are the capability to educate each other, to increase income, and product marketing.

(6)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Konsep Program Art Education... 9

1. Pengertian Art Education ... 9

2. Tujuan Art Education ... 10

B.Konsep Kecakapan Hidup (Life skill)... 11

1. Pengertian Kecakapan Hidup (Life skill) ... 11

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kecakapan Hidup ... 12

3. Jenis-Jenis Kecakapan Hidup ... 13

4. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup ... 15

5. Dampak Pendidikan Kecakapan Hidup ... 16

C. Konsep Pengelolaan Program ... 16

1. Pengertian Pengelolaan Program ... 16

2. Fungsi-Fungsi Pengelolaan Progrm ... 17

D.Konsep Kreativitas ... 25

(7)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

1. Pengertian Kreativitas ... 25

2. Ciri-Ciri Kreativitas ... 28

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas ... 30

4. Teori Empat P Yang Mempengaruhi Pengembangan Kreativitas ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A.Desain Penelitian ... 34

B.Partisipan Dan Tempat Penelitian ... 35

C.Teknik Pengumpulan Data ... 35

D.TeknikAnalisis Data ... 43

E.Definisi Operasional ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A.Profil Lembaga ... 47

B.Hasil Penelitian ... 51

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 109

A.Simpulan ... 109

B.Rekomendasi ... 110

DAFTAR RUJUKAN ... 112

(8)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal

Tabel 3.1 Jadwal Observasi 37

Tabel 3.2 Jadwal Wawancara 39

Tabel 4.1 Identitas Tutor 50

(9)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

Gambar 2.1 Skema terinci life skil 13

(10)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Penelitian ... 114

Lampiran 2 Pendoman Wawancara) ... 117

Lampiran 3 Pendoman Observasi ... 126

Lampiran 4 Studi Dokumentasi ... 127

Lampiran 5 Hasil Wawancara ... 128

Lampiran 6 Daftar Peserta ... 170

Lampiran 7 Absensi Kegiatan Produksi ... 171

Lampiran 8 Jadwal Piket Peserta Dalam Kegiatan ... 173

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ... 174

Lampiran 10 SK Bimbingan ... 178

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian ... 179

Lampiran 12 Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian ... 180

Lampiran 13 Surat Keterangan Bebas Uji Plagiat ... 181

(11)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan selalu dituntut untuk menghasilkan (SDM)

Sumber Daya Manusia yang berkualitas dengan kemampuan yang unggul dan

memiliki kreativitas yang tinggi sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya

dengan baik serta mampu memajukan bangsa dalam persaingan global. Dengan

semakin berkembangnya persaingan global, maka masyarakat dituntut untuk

memiliki kesadaran agar berperilaku kreatif guna mengembangkan potensi yang

dimiliki dan membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Menurut

Munandar (2012, hlm. 27) mengungkapkan bahwa kreativits merupakan proses

merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan

masalah, menilai, menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan

mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Dengan kita memiliki

perilaku yang kreatif maka akan terjadi aktivitas yang menciptakan interaksi antar

individu yang heterogen. Interaksi yang terjadi dapat menciptakan ide-ide baru

yang tentunya dapat memicu timbulnya kreativitas. Maka untuk memenuhi hal

tersebut usaha untuk meningkatkan kreativitas masyarakat yaitu melalui dunia

pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adanya kegiatan pembelajaran dalam pendidikan tersebut akan membawa

masyarakat pada perkembangan potensi diri yaitu dengan memiliki akhlak yang

mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi masyarakat yang demokratis.

Pendidikan nasional ini memiliki 3 subsistem yaitu pendidikan formal, pendidikan

non formal dan pendidikan informal, masing-masing subsistem tersebut memiliki

tugas dan tujuan yang berpatok pada keberhasilan peningkatan kualitas hidup

masyarakat. Usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan kreativitas

(12)

2

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

pengembangan potensi masyarakat sepanjang hayat, karena pada umumnya semua

lapisan masyarakat harus memiliki kreativitas guna mengembangkan dirinya.

Seperti Menurut Comb, (1973) (dalam Sudjana, 2010, hlm.21) mengemukakan

bahwa: Pendidikan Non Formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis,

di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau

merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan

untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Adapun satuan pendidikan non formal itu terdiri dari kelompok belajar,

lembaga kursus dan pelatihan, majelis ta’lim, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan sejenis.

Salah satu satuan dari PNF yang mendukung kegiatan peningkatan kreativitas

masyarakat ini adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dengan

memiliki berbagai program atau kegiatan yang dapat menunjang masyarakat

untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya di PKBM. Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) ini merupakan salah satu wadah yang dibuat untuk

proses pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat

itu sendiri dan berbasis pada masyarakat. PKBM merupakan ide atau inisiatif dari

masyarakat itu sendiri yang dirancang untuk melakukan pemberdayaan bagi

masyarakat oleh pemerintah atau pihak lain diluar masyarakat itu. Inisiatif itu

datang dari kesadaran akan kepentingan untuk peningkatan mutu melalui proses

pembelajaran yang dibuat dalam suatu wadah yaitu melalui PKBM. Pada PKBM

ini dituntut memiliki berbagai pendekatan, dan metode yang menarik guna

meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengikuti berbagai program yang

diberikan pada masyarakat.

Upaya dalam mengembangkan kreativitas masyarakat tersebut sudah

dilakukan salah satunya oleh Lembaga PKBM Taboo di daerah Dago Pojok

Coblong-Bandung yang memiliki berbagai program atau kajian PLS, dan yang

lebih menonjol yaitu dalam bidang pemberdayaan masyarakat serta kecakapan

hidup dengan pengembangan penyadaran kreativitas masyarakat. Tujuan dari

PKBM Taboo ini adalah untuk memberikan pendidikan dan mengubah persepsi

masyarakat terhadap pengertian pendidikan yang lebih bersifat pragmatis atau

(13)

3

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

itu sendiri sebenarnya menciptakan masyarakat yang kreatif, guna mampu

menciptakan hal baru, menerima masukan dari pihak lain dan mampu

mengembangkan potensi dirinya. Maka pada PKBM Taboo ini lebih menekankan

pada pengembangan potensi masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Hidayanto

(dalam Anwar, 2012, hlm.5) Menjabarkan bahwa;

Empat pilar menjadi : pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama. Keempat pilar tersebut, merupakan pilar-pilar belajar yang harus menjadi basis dari setiap lembaga pendidian, baik pendidian formal maupun pendidian non formal dan pendidian informal dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang bertujuan pada hasil aktual yang diperlukan manusia.

Dengan adanya tujuan tersebut, harus dibuat strategi yang tepat oleh pengelola

PKBM guna menarik partisipasi masyarakat setempat secara menyeluruh yaitu

melalui program Art Education. Program Art Education ini merupakan program

pendidikan kecakapan hidup yang bergerak dibidang seni dan keterampilan

sehingga diberi nama Art Education. Program ini sudah berlangsung sejak tahun

2013 yang melibatkan masyarakat Dago Pojok Coblong-Bandung, baik anak-anak

yang putus sekolah, ibu-ibu, dan remaja.

Dasar pemikiran dari program Art Education ini adalah bagaimana

manusia itu mengenal potensi pada dirinya, karena jika manusia itu kenal pada

dirinya sendiri maka dia akan menjadi kreatif. Selain itu yang menjadi dasar Art

Education ini, karena dalam kreativitas tidak ada kata mengeluh dan pasrah

terhadap sesuatu hal yang dihadapi, tetapi mencari dan mengeksplor potensi yang

kita miliki dan dikembangkan. Kreativitas pada umumnya dibangun oleh dua

model yaitu kreativitas karena ekonomi dan kreativitas karena pergaulan.

Kreativitas yang dibangun melalui pergaulan muncul melalui komunikasi atau

bersosialisasi dengan masyarakat lain sehingga saling bertukar pikiran, peka atau

paham terhadap kebutuhan lingkungannya dan mampu menciptakan hal baru

yang menarik. Sedangkan kreativitas yang dibangun melalui ekonomi yaitu

karena adanya desakan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang mampu

menyadarkan masyarakat untuk lebih kreatif dalam menciptakan hal baru yang

memiliki nilai jual. Dalam upaya penyadaran kreativitas pada masyarakat ini

memperoleh hambatan atau permasalahan karena banyaknya adat istiadat atau

(14)

4

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

atau permasalahan tersebut maka pengelola menggali atau mencari cara melalui

temuan baru yaitu seni lintasan, dimana seni lintasan tersebut merupakan

perpaduan antara seni tradisional dengan modern yang menciptakan sebuah

fenomena dan fenomena tersebut yang diolah untuk menjadi sumber Art

Education. Melalui hal tersebut, maka masyarakat atau peserta menjadi memiliki

ide yang tidak terbatas untuk mengembangkan kreativitasnya yang disebabkan

oleh perbedaan budaya dari masing-masing masyarakat atau peserta tersebut. Pada

program Art Education ini masyarakat diberikan keterampilan melalui berbagai

kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat itu sendiri guna menunjang kebutuhan

secara materi dan pengembangan kreativitasnya sehingga membantu dalam

meningkatkan ekonomi, pengetahuan, keterampilan dan peningkatan kesejahteran

hidup bagi masyarakat.

Program Art Education ini terdiri dari beberapa bidang, yaitu bidang

industri batik fraktal, seni rupa bermain (taman bermain educative anak), pencak

silat, seni tari, pembuatan patung, wayang, dan eksperimen kreatif (mural).

Peneliti membatasi penelitian pada salah satu dari bidang program Art Education

yaitu industri batik fraktal. Industri batik fraktal ini awalnya hanya kegiatan

pemberian keterampilan pada masyarakat, tetapi karena munculnya kreativitas

dari mayarakat/pengrajin batik dan melihat adanya kesempatan pengembangan

untuk menjadikan kegiatan ini sebagai industri, maka berkembang menjadi

industri batik fraktal di Dago Pojok Bandung. Kegiatan ini untuk membantu

masyarakat pengrajin batik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dibidang

pembuatan produk batik fraktal sehingga mampu membantu dalam meningkatkan

kreativitasnya melalui kegiatan produksi dan menghasilkan produk yang memiliki

ciri khas dan teknik pembuatan batik yang lebih cepat, praktis serta memiliki nilai

jual. Prospek produk dari hasil industri batik fraktal ini sangat potensial pada

perekonomian dalam Negeri. Hal tersebut diperkuat dari data yang dikeluarkan

oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tercatat bahwa industri

fashion dan kerajinan menyumbang masing-masing 43% dan 25% dari total

industri kreatif guna Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia.

(15)

5

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

Mencermati data diatas, produk yang dihasilkan dari kegiatan industri

batik fraktal ini memiliki peluang pasar yang besar dalam perdagangan domestik

maupun global. Kegiatan Art Education bidang industri batik fraktal ini

dilaksanakan sesuai dengan waktu luang masyarakat pengrajin batik setempat,

yang dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan di PKBM Taboo dengan

alat dan bahan yang disediakan oleh pengelola sesuai kebutuhannya. Pemasaran

atau penjualan produk tersebut yaitu melalui kegiatan rutin pameran dan festival

baik di lingkungan kampung kreatif yang mengundang banyak masyarakat

setempat maupun diluar kampung kreatif, serta melalui sosial media sehingga

banyak para pengunjung dan turis asing yang tertarik pada produknya serta

mengajak bekerja sama. Dalam pelaksanaan suatu program maka diperlukan

pengelolaan yang baik, sehingga pada saat penyelenggaraan program tersebut

berjalan dengan baik. Kemudian perencanaan dan pelaksanaannya dievaluasi

sehingga dapat diketahui keberhasilan program dan dapat dijadikan umpan balik

untuk perbaikan serta pengembangan berikutnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada Lembaga PKBM Taboo Dago Pojok Bandung

mengenai Penyelenggaraan Program Art Education Bidang Industri Batik Fraktal

Dalam Mengembangkan Kreativitas Masyarakat Pengrajin Batik”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan permasalahan yang berhasil diidentifikasi dari hasil dilapangan sebagai berikut :

1. Perencanaan kegiatan diawali dengan proses pelibatan pengelola, peserta dan

donator utama melalui diskusi/rapat pengambilan keputusan pembahasan

rencana kegiatan.

2. Pada tahun 2013 program Art Education bidang industri batik fraktal mulai

dibentuk, program ini dilakukan untuk mengembangkan kreativitas

masyarakat melalui kegiatan produksi guna mengembangkan hasil perolehan

keterampilan membatik sebelumnya, melatih kerja sama dengan peserta lain

sehingga menciptaan produk yang unggul dan memiliki nilai jual.

3. Pelaksanaan kegiatan produksi batik fraktal dilaksanakan dibawah

(16)

6

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

4. Penyediaan sarana prasarana pada pelaksanaan kegiatan produksi disediakan

oleh pihak penyelenggara program yang mampu mendorong munculnya

pengembangan kreativitas masyarakat pengrajin batik.

5. Adanya pembinaan, pengawasan dan pendampingan dari pihak penyelenggara

terhadap peserta pada kegiatan produksi sehingga membantu dalam

pencapaian tujuan yaitu adanya pengembangan kreativitas.

6. Program Art Education bidang industri batik fraktal dilaksanakan secara rutin,

melibatkan berbagai pihak yang terlibat dan kegiatan-kegiatan yang

terselenggara diikuti dengan antusiasme peserta.

7. Adanya kegiatan Art Education bidang industri batik fraktal ini, peserta bisa

mengaplikasikan dari apa yang mereka dapat selama mengikuti kegiatan

produksi. Terdapat pengembangan kreativitas peserta yang ditunjukan dengan

keberanian mengungkapkan ide-ide baru dalam produksi dan berfikir kritis.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana penyelenggaraan program Art Education

bidang industri batik fraktal dalam mengembangkan kreativitas masyarakat

pengrajin batik?” Dari rumusan masalah di atas, selanjutnya disusun pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyelenggaraan program Art Education bidang industri

batik fraktal di PKBM Taboo dalam upaya mengembangkan kreativitas

masyarakat pengrajin batik?

2. Bagaimana hasil pengembangan kreativitas yang diperoleh peserta setelah

mengikuti program Art Education bidang industri batik fraktal di PKBM

Taboo Dago Pojok Kota Bandung?

3. Bagaimana dampak setelah mengikuti penyelenggaraan program Art

Education bidang industri batik fraktal di PKBM Dago Pojok Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian tentunya harus memiliki tujuan yang jelas sehingga

dapat memberikan informasi dan hasil penelitian yang benar. Adapun tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang telah

(17)

7

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

1. Untuk mendeskripsikan proses penyelenggaraan program Art Education

bidang industri batik fraktal dalam upaya mengembangkan kreativitas

masyarakat pengrajin batik.

2. Untuk mendeskripsikan hasil pengembangan kreativitas yang diperoleh

peserta setelah mengikuti program Art Education bidang industri batik fraktal

di PKBM Taboo Dago Pojok Kota.

3. Untuk mendeskripsikan dampak setelah mengikuti program Art Education

bidang industri batik fraktal di PKBM Taboo Dago Pojok Kota

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan

praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Sebagai salah satu upaya pengelola dengan masyarakat dalam

mengembangkan kreativitas melalui berbagai kegiatan dalam lembaga serta

diharapkan menjadi masukan dalam mengembangkan keilmuan mengenai

pendidikan masyarakat melalui peningkatan pengadopsian perilaku kreatif

masyarakat. Salah satunya mengenai penyelenggaraan program Art Education

bidang industri batik fraktadi PKBM Taboo dalam mengembangkan kreativitas

masyarakat pengrajin batik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi mayarakat

dalam menjalani perannya masing-masing. Sehingga dapat memahami potensi

dirinya terutama dalam hal pengembangan kreativitasnya.

b. Bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti lanjutan yang

tertarik mengembangkan penelitian mengenai penyelenggaraan Program Art

Education bidang industri batik fraktal di PKBM Tabo dalam mengembangkan

kreativitas mayarakat pengrajin batik.

c. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengelola dan tutor lembaga

(18)

8

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

menarik perhatian masyarakat melalui berbagai kegiatan yang menarik sehingga

masyarakat dapat lebih mengembangan kreativitasnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini adalah rencana peneliti membagi-bagi pembahasan dalam

beberapa bagian, pembagian bahasan berdasarkan pedoman karya tulis ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia (2014, hlm.23). Bagian pembahasan ini yang

terdiri dari :

BAB I : Berisi tentang pendahuluan yang didalamnya membahas tentang

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian Serta Struktur Organiasi Penulisan.

BAB II: Berupa landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti

beberapa teori dan konsep mengenai konsep Art Education, Konsep Kecakapan

Hidup (Life skill), Konsep Pengelolaan Program, dan Konsep Kreativitas.

BAB III: Membahas tentang metode penelitian berisi tentang Desain

Penelitian, Partisipan Dan Tempat Penelitian, Pengumpulan Data, Analisis Data,

dan Definisi Operasional

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas Kondisi Objektif

Lokasi dan Subjek Penelitian, Pengolahan Analisis Data, dan Pembahasan

Analisis Temuan.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi yang terdiri dari hasil simpulan yang

didapat dari penelitian dan rekomendasi yang dapat digunakan oleh para peneliti

(19)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan kegiatan untuk mengetahui mengenai

penyelenggaraan program Art Education bidang industri batik fraktal dalam

mengembangkan kreativitas masyarakat pengrajin batik. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan data yang dikumpulkan dalam

bentuk deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) (dalam Moleong 2012,

hlm.4) metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Penelitian kualitatif ini merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data melalui penelitian berdasarkan kondisi yang

sebenarnya atau bersifat alamiah. Menurut Sugiyono (2009,hlm.1),

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitaif.

Maka dengan adanya hal tersebut, peneliti menggunakan penelitian kualitatif

untuk mendeskripsikan hasil penelitian mengenai penyelenggaraan program Art

Education bidang industri batik fraktal dalam mengembangkan kreativits

masyarakat pengrajin batik dengan perolehan data yang sebenarnya. Menurut

Sugiyono (2014, hlm15), penelitian kualitatif adalah:

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat indukif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif dalam bentuk deskriptif ini dipilih karena

peneliti dapat menggambarkan secara keseluruhan data yang diperoleh saat

penelitian berlangsung tanpa memanipulasi atau mengada adakan data yang

diperoleh oleh peneliti. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Sugiyono

(20)

35

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana

adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang

mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut.

B.Partisipan dan Tempat Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian terhadap masyarakat pengrajin batik

Dago Pojok Kota Bandung dan penelitian ini dilakukan di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat Taboo. Subjek penelitian menurut arikunto (2000, hlm.116)

mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah benda, atau orang dan tempat

dimana data yang dipermasalahkan dalam penelitian. Pada penelitian kualitatif

subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi

informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang

sedang dilaksanakan.

Subjek penelitian pada penelitian kualitatif ditentukan secara “purposive

sampling, menurut Sugiyono (2009, hlm. 53-54) adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan diatas, subjek peneliti ini adalah seluruh

komponen yang ada di PKBM Taboo Dago Pojok Bandung, baik itu pengelola,

tutor maupun peserta yang terdaftar dalam program Art Education bidang industri

batik fraktal. Subjek penelitian terdiri dari 1 orang pihak pengelola sebagai

penyelenggara, 1 orang tutor serta 2 orang peserta yang terlibat dan aktif dalam

program, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 4 orang.

C.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009, hlm.59), Dalam melakukan suatu penelitian

kualitatif, yang menjadi instrument penelitian atau alat penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “validasi”

seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun

kelapangan. Maka pada penelitian kualitatif ini peneliti sebagai human instrument,

menurut Sugiyono (2009,hlm.60) mengatakan bahwa human instrument,

(21)

36

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data dan membuat kesimpulan. Jadi dapat diatakan bahwa peneliti sebagai

instrument kunci pada penelitian kualitatif ini. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif ini menggunakan triangulasi data (gabungan) yaitu data-data

dikumpulan dengan berbagai teknik. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 62)

mengemukakan bahwa :

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengmpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Pengumpulan data penelitian kualitatif ini dilakukan pada kondisi yang

alamiah, sumber data primer, teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi, wawancara yang mendalam, dokumentasi, dan triangulasi atau

gabungan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui:

1. Teknik Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini menggunakan penelitian partisipan

pasif. Menurut Sugiyono (2009, hlm.66) mengemukakan bahwa partisipan pasif

(passive participation) : means the research is present at the scene of action but

does not interact or participation, jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat

kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi terhadap segala hal yang

terdapat dalam program Art Education bidang industri batik fraktal dalam

mengembangkan kreativitas masyarakat pengrajin batik, yang bertempat di Dago

Pojok Bandung agar memperoleh data secara langsung dan lebih nyata. Dalam

penelitian ini peneliti akan melakukan observasi dan menjadi observer saat

program sedang berlangsung, peneliti melihat bagaimana penyelenggaraan

program Art Education bidang industri batik fraktal, hasil yang diperoleh peserta

(22)

37

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

Pelaksanaan observasi minggu ke 3 bulan Agustus, adapun yang menjadi

objek daripada observasi ini adalah masyarakat (peserta), para pengelola dan tutor

dari program Art Education dan aktitivitasyang dilakukan dalam program.

(23)

38

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

No Hari, tanggal Sumber Data Aspek yang

Menurut Esterberg (Sugiyono 2009, hlm. 72) Wawancara adalah merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam

melakuan kegiatan wawancara untuk memperoleh data, peneliti harus menyiapkan

intrumen sebagai pedoman wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk

memperoleh data yang tidak bisa diperoleh atau ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian kualitaif ini, peneliti menggabungkan teknik penelitian observasi

dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan wawancara

terstruktur yaitu responden menjawab setiap pertanyaan yang telah disusun oleh

peneliti dan peneliti telah mengetahui informasi yang kan diperoleh.

Dengan adanya hal tersebut, maka peneliti harus menyiapkan berupa

pedoman wawancara guna memperoleh informasi. Menurut Sugiyono (2009,hlm.

73) dalam melalukan wawancara, selain harus membawa instrument sebagai

(24)

39

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat

membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Metode ini dilakukan guna memperoleh data yang jelas dan nyata mengenai

pengelolaan, hasil kegiatan, dan dampak program Art Education bidang industri

batik fraktal dalam upaya mengembangkan kreativitas masyarakat pengrajin batik.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan 1 orang pihak

pengelola,1 Orang tutor, dan perwakilan 2 peserta. Waktu pelaksanaan wawancara

dilaksanakan pada akhir bulan Agustus 2014 di PKBM Taboo Dago Pojok Selama

1 minggu.

Tabel 3.2 Jadwal Wawancara

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu

bidang industri batik

fraktal.

Pengelola 1.Hasil pengembangan

(25)

40

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu

Peserta (P1) 1. Identitas informan

(26)

41

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu

Peserta (P1) 1. Hasil perkembangan

kreativitas yang

Peserta (P2) 1. Identitas informan

2. Penyelenggaraan

Peserta (P2) 1. Hasil perkembangan

kreativitas yang

(27)

42

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu Wawancara

2015 diperoleh peserta

setelah mengikuti

program.

a. Pribadi kreatif

b. Press (dorongan)

c. Proses kreatif

d. Produk kreatif

2. Dampak setelah

mengikuti program

a. Saling

membelajarkan

b. Peningkatan

pendapatan

c. Pemasaran produk

3. Teknik Dokumentasi

Sugiyono (2009, hlm.82) mengemukakan bahwa Dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Teknik pengumpulan data

melalui dokumentasi ini meruapakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk

pengumpulan data yang mengahasilkan catatan-catatan penting dari lembaga yang

berhubungan dengan penelitian sehingga dapat diperoleh data yang sah, dan

bukan berdasarkan pemikiran. Pada teknik pengumpulan data studi dokumentasi

ini peneliti mengumpulkan data yang berupa foto kegiatan, hasil karya/produk

dari kegiatan, jadwal kegiatan, jadwal piket harian, daftar hadir, profil lembaga dll

yang berhubungan dengan permasalahan dari pihak pengelola program agar

mendapatkan dapa yang sah dan bukan berdasarkan pemikiran.

4. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2009, hlm.83) dalam teknik pengumpulan data,

(28)

43

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Dalam teknik triangulasi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan observasi partisipasi pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak. Dan triangulasi sumber yaitu

untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang

sama.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono 2009, hlm.88) menyatakan bahwa analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dengan

adanya hal tersebut, peneliti melalukan analisis data dan dengan meyususunnya

secara beraturan atau sistematis yang telah diperoleh melalui wawancara,

observasi, studi dokumenasi dan triangulasi data selama penelitian berlangsung

guna memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan tujuan,Menurut

Sugiyono (2009, hlm.89):

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Analisis data kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution (1988)

dalam Sugiyono (2009, hlm.89) menyatakan “ Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungin, teori yang grounded“.

Namun dalam peneliian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

(29)

44

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

Menurut Sugiyono (2009, hlm.90) mengemukakan bahwa analisis data

kualitatif sebelum masuk penelitian lapangan, analisis dilakukan terhadap data

hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat

sementara, dan akan berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapagan.

Peneliti melakukan analisis terhadap data hasil studi pendahuluan ke PKBM

Taboo mengenai program Art Education untuk memperoleh data sementara untuk

menentukan fokus masalah.

2. Analisis selama di lapangan

Menurut Sugiyono (2009, hlm.92) mengemukakan bahwa Analisis data

dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,

dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di

wawancarai.

Menurut konsep Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009,

hlm.91), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification..

a) Reduksi data,

Setelah melakukan penelitian dilapangan, maka peneliti akan memperoleh

jumlah data yang banyak sehingga peneliti harus menganalisis data dengan cara

mereduksi. Seperti halnya menurut Sugiyono (2009, hlm.92) semakin lama

peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 92). Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Pada tahap ini peneliti mengolah dan memilih hasil pengumpulan data

(30)

45

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu peneliti meringkas secara

sistematis sehingga dapat diketahui pokok-pokok permasalahan yang penting.

Data-data yang direduksi terdiri dari hasil wawancara, observsi, studi dokumentasi

yang berkaitan dengan fokus penelitian.

b)Data Display (penyajian data)

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 95) dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sejeninya. Sedangkan menurut Miles dan Huberman (Sugiyono

2009,hlm.95) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif, dan disarankan

dalam melakukan display data selain dengan teks naratif juga dapat berupa grafik,

matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

Maka pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan

data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada

setiap subpokok permasalahan untuk memudahkan memperoleh kesimpulan dari

lapangan, maka dibuat matrik atau bagan. Matriks sangat berguna untuk melihat

hubungan antara data. Kode digunakan agar data yang banyak dapat dikendalikan.

c) Conclusion drawing (verification)

Tahap akhir pada analisis data adalah penarikan kesimpulan, seperti yang

diungkapkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono 2009, hlm.99) langkah ketiga

dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada

kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan

mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian

dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian

tersebut.

Menurut Sugiyono (2009, hlm.99) kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal

atau interaktif, hipotesis atau teori. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan yang

(31)

46

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

E.Definisi Operasional

Untuk menjaga terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dari

pembahasan penelitian, maka peneliti memberikan batasan istilah definisi agar

sesuai dengan apa yang dimaksud, yaitu sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan menurut Sudjana (1992, hlm. 9) penyelenggaraan pendidikan

luar sekolah adalah sesuatu kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan luar

sekolah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

2. Program Art Education bidang industri batik fraktal ini merupakan suatu

kegiatan kecakapan hidup yang dipersiapkan oleh PKBM Taboo. Kegiatan ini

sebagai wadah untuk pengembangan potensi dan kreativitas masyarakat

pengrajin batik melalui keterampilan pembuatan batik fraktal yang sudah

berkembang menjadi industri di daerah Dago Pojok Bandung. Selain itu

kegiatan ini mampu mendorong masyarakat pengrajin batik untuk

mengembangkan kreativitas yang muncul melalui kegiatan produksi sehingga

menghasilkan produk yang memiliki ciri khas serta nilai jual yang memberikan

dampak adanya kegiatan wirausaha, saling membantu, dan perolehan

peningkatan pendapatan dari hasil penjualan produk

3. Kreativitas sebagaimana disebutkan oleh Roger (Munandar 2012,hlm.18)

menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk

mengaktulisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan

menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan

semua kemampuan organisme. Kreativitas dalam penelitian ini adalah adanya

dorongan untuk berkembang dan menggali potensi sehingga /peserta memiliki

kemampuan dalam membuat serta mengkreasikan batik fraktal menjadi produk

yang kreatif/inovatif berdasarkan hasil pemikirannya sendiri.

4. Masyarakat menurut KBBI merupakan sejumlah manusia dalam arti yang

seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang merek anggap sama.

Masyarakat pada penelitian ini adalah pengrajin batik/peserta program Art

(32)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan dalam bab IV, peneliti

dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Proses penyelenggaraan program Art Education bidang industri batik fraktal dalam mengembangkan kreativitas masyarakat pengrajin batik

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terkait mengenai

penyelenggaraan program Art Education bidang industri batik fraktal ini, pada

proses penyelenggaraannya telah dilaksanakan berdasarkan kebutuhan peserta melalui tahapan pengelolaan program, diantaranya proses perencanaan, pelaksanaan yang didalamnya terdapat proses pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, serta

evaluasi yang didalamnya terdapat proses pengembangan (tindak lanjut).

Tahapan pengelolaan program tersebut dilakukan untuk mengetahui

ketercapaian program sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik

dan mampu memunculkan adanya pengembangan kreativitas pada masyarakat

pengrajin batik. Melalui penyelenggaraan program ini, kreativitas peserta muncul

dan berkembang dengan baik karena adanya penyedian sarana prasana yang

memadai, pendampingan, pengawasan serta proses bimbingan dari pihak

penyelenggara dan tutor ketika kegitan produksi berlangsung sehingga peserta

mampu menghasilkan beberapa produk batik fraktal yang memiliki ciri khas dan

nilai jual yang memberikan keuntungan bagi pihak penyelenggara maupun

peserta.

2. Hasil pengembangan kreativitas yang diperoleh peserta setelah mengikuti program Art Education bidang industri batik fraktal

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian setelah mengikuti program

Art Education bidang industri batik fraktal ini peserta mampu mengembangkan

kreativitasnya dalam kegiatan produksi, hal ini terbukti bahwa peserta dapat

memperoleh kreativitas yang dilihat melalui dimensi atau pendekatan empat P,

yaitu Pribadi kreatif, Press, Proses dan Produk. Keempat dimensi tersebut saling

berkaitan guna mengetahui pengembangan kreativitas peserta. Hasil

(33)

110

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

pribadi kreatif peserta untuk mengikuti kegiatan secara rutin yang didukung

dengan adanya dorongan internal maupun eksternal sehingga menimbulkan proses

kreatif pada saat produksi berlangsung yang mampu menghasilkan karya atau

produk kreatif berupa barang yang memiliki ciri khas dan nilai jual yang

memberikan keuntungan, serta kebermanfaatan yang luas.

3. Dampak setelah mengikuti penyelenggaraan program Art Education bidang industri batik fraktal di PKBM Dago Pojok Kota Bandung

Dampak yang muncul dari peserta setelah mengikuti kegiatan industri batik

fraktal ini yaitu adanya kegiatan saling membelajarkan. Peserta mampu

mengapliasikan ilmu atau hasil kegiatan yang diikutinya dengan berbagi informasi

baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan kepada pihak-pihak lain yang

belum berpartisipasi seperti menjadi tutor dalam kegiatan pelatihan pembuatan

batik. Peserta juga mampu untuk saling membantu ketika kegiatan berlangung

sehingga adanya kerjasama yang terbentuk antar peserta, tutor ataupun pihak

pengelola.

Dampak yang diarasakan selanjutnya adalah munculnya pemikiran kreatif

dari peserta mengenai pemasaran produk batik fraktal. Kegiatan pemasaran ini

membantu pengembangan diri menjadi lebih kreatif dalam memecahkan masalah

penjualan produk agar terus melakukan produksi batik dengan melalui cara atau

strategi pemasaran yang menarik dan baik, sehingga akhirnya akan memberikan

keuntungan berupa peningkatan pendapatan bagi peserta setelah mengikuti

kegiatan industri batik fraktal ini. Peningkatan pendapatan yang diperoleh peserta

melalui kegiatan produksi, dan penjualan batik yang dikelola dikoperasi sebesar

Rp. 200.000-250.000 ribu/bulan. Selain itu jika mereka menjadi narasumber atau

tutor dalam kegiatan seminar maupun pelatihan batik memperoleh sebesar Rp

50.000 untuk satu kali pertemuan.

B.Rekomendasi 1. Bagi Pengelola

Pihak PKBM Taboo terus melanjutkan kegiatan Art Education bidang

industri batik fraktal, agar kegiatan industri batik fraktal yang dilaksanakan

semakin berkembang, dan dapat mengatasi masalah pengangguran dengan melalui

pemberian keterampilan sebagai modal utama untuk mendapatkan suatu pekerjaan

(34)

111

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

sebaiknya melakukan pembaharuan peserta atau perekrutan peserta remaja

sehingga dengan adanya hal tersebut mampu mendukung program untuk lebih

berkembangan dengan munculnya pemikiran-pemikiran yang lebih kreatif dan

baru dari para peserta remaja.

2. Bagi Tutor

Peran tutor dalam kegiatan Art Education bidang industri batik fraktal ini

yaitu untuk meningkatkan motivasi atau keinginan mengikuti kegiatan

keterampilan, dan mengajarkan keterampilan pada peserta. Sehingga tutor harus

mampu untuk melakukan pendekatan dan membuat strategi yang lebih kreatif

untuk memotivasi, terus membimbing dan membina peserta agar terus mengikuti

kegiatan dengan rutin dan tidak merasa bosan.

3. Bagi Masyarakat Pengrajin Batik/Peserta

Kegiatan Art Education bidang industri batik fraktal ini sangat bermanfaat

untuk kehidupan masyarakat pengrajin batik/peserta dimasa yang akan datang,

maka diharapkan masyarakat/peserta harus lebih bersungguh-sungguh dan rutin

dalam mengikuti kegiatan industri batik fraktal. Masyarakat/peserta dianjurkan

mampu melakukan kegiatan sejenis yaitu membuka wirausaha sendiri dan

bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemasaran dan

penyediaan bahan pembuatan batik fraktal, sehingga manfaat dari program akan

lebih terasa dan dapat membantu kehidupan masyarakat dalam peningkatan

ekonomi secara mandiri

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa pada kegiatan penelitian ini

masih banyak terdapat kekurangan. Bagi peneliti yang tertarik untuk mengkaji

atau melakukan penelitian lebih jauh mengenai program Art Education bidang

industri batik fraktal, agar memfokuskan topik masalah yang akan dikaji seperti

efektifitas program Art Education bidang industri batik fraktal dalam

mengembangkan kreativitas masyarakat pengrajin batik ataupun pembinaan

kreativitas masyarakat Dago Pojok melalui kegiatan yang sesuai dengan kajian

(35)

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

DAFTAR RUJUKAN

Sumber buku

Anwar. (2012). Pendidikan Kecakapa Hidup. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mc Fee, June King. (970). Prepare for Art (Second Edition). Belmont California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

Lansing, K.M. 1990. Art, Artists and Education. London : McGrawHill Book Company.

Moleong, J, Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar,U. (2012). “Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat”. Jakarta:Rineka Cipta

. (2002). “Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi

Kreatif & Bakat.”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

. (1999). Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi

Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Sudjana, D. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah

. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Pers.

Sugiyono.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, Dan R&D. Bandung: Alfbeta

. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfbeta

Supriadi, D.(2001). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Jakarta: Alfabeta

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung: UPI Press

Sumber Undang-Undang

(36)

113

Asri Novianti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK

Sumber lain

Hilmi M.I (2012). Dampak Program Kursus Keterampilan Home Industry

Kerajinan Patung Tanimar Terhadap Kreativitas Pengrajin. Skripsi. Tidak

diterbitkan.

Iryanti, E.V. (2001). Mempertimbangkan Konsep Pendidikan Seni. Jurnal. Tidak diterbitkan

Kasiyan, (2000). Pendidikan Kesenian Dalam Pembangunan Karakter Banga. Jurnal Tidak diterbitkan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Wanto, A. (2011). Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Bagi Remaja

Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Jurnal. Tidak

diterbitkan

Sumber elektronik

Surabayapost. (2012, 8 Maret). Industry Kreatif Jatim Belum Maksimal. Surabaya Post [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.2 Jadwal Wawancara
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Teknik pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Secara spesifik Kampung wisata ini memiliki potensi (1) letaknya di lingkungan kraton Yogyakarta, sehingga banyak tempat yang memiliki nilai seni dan cagar budaya, (2)

Seperti manusia yang sangat berkeinginan untuk menjadi sukses, memang tujuannya bagus tp bila tidak dilakukan dengan benar maka orang tersebut hanya memaksakan dirinya saja..

Taman Wisata menjadi salah satu tempat berpergian yang dilakukan bersama-sama atau banyak orang pada saat akhir pekan atau pun disaat hari libur.. yang bertujuan untuk

dikatakan bahwa strategi merupakan rencana – rencana yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan – tujuan yang diinginkan yaitu agar mampu mengikuti

Laporan Penelitian : Penerimaan Remaja Laki – laki dengan Perilaku Antisosial Terhadap Peran Ayahnya di Dalam Keluarga. Lembaga Penelitian Universitas

studi kasus terhadap kawasan wisata spiritual gunung tidar, kecamatan magelang selatan, kota magelang, provinsi jawa tengah).

Stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat. dipercaya, cenderung berperilaku merusak sehingga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas layanan konseling individual terhadap perilaku agresif siswa kelas XI di MAN 1 Pidie.. Penelitian