• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP CACING NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP CACING NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP CACING

Ascaridia galli SECARA IN VITRO

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

OLEH

RINA PARAMITA UTAMI NIM. I1011141007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2017

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura

(2)

AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP CACING

Ascaridia galli SECARA IN VITRO

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

(S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak

OLEH

RINA PARAMITA UTAMI NIM. I1011141007

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

PONTIANAK 2017

(3)
(4)

AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN (Phyllanthus Niruri L.) TERHADAP CACING

Ascaridia galli SECARA IN VITRO

Rina Paramita Utami1; Ari Widiyantoro2; Muhammaad Ibnu Kahtan 3 Intisari

Latar belakang: Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan terutama bagi negara berkembang. Cacing adalah jenis parasit yang dapat menginfeksi dan merugikan manusia. Infeksi cacing terbanyak disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman liar yang berasal dari Asia yang memiliki senyawa yang berpotensi sebagai anthemintik. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anthelmintik ekstrak daun meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro.

Metodologi: Desain penelitian ini adalah true experimental dengan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan 25 ekor cacing Ascaridia galli yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif diberikan Nacl 0,9%; kontrol positif diberikan albendazole 5 mg/mL;

perlakuan 1 diberikan ekstrak etanol daun meniran 1000 mg/ml, perlakuan 2 diberikan ekstrak etanol daun meniran 50 mg/ml dan perlakuan 3 diberikan ekstrak etanol daun meniran 25 mg/mL. Waktu kematian cacing dihitung dan dilakukan analisis data. Hasil: Ekstrak etanol daun meniran dengan konsentrasi 100 mg/mL, 50 mg/mL, dan 25 mg/mL menyebabkan waktu kematian cacing berturut-turut adalah (mean±SD) 44,2 ± 3,70 jam, 61,4 ± 3,28 jam dan 72,2 ± 4,91 jam. Kontrol negatif menyebabkan waktu kematian cacing selama 83,8 ± 4,76 jam, sedangkan kontrol positif menyebabkan waktu kematian cacing selama 27,2 ± 2,77 jam. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) secara statistik pada setiap kelompok uji.

Kesimpulan: Ekstrak etanol daun meniran memiliki aktivitas anthelmintik.

Kata kunci: Anthelmintik, daun meniran, Ascaridia galli

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.

2) Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.

3) Departemen Parasitologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.

(5)

IN VITRO ANTHELMINTHIC ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT OF MENIRAN LEAVES (Phyllanthus niruri L.)

AGAINST Ascaridia galli

Rina Paramita Utami1, Ari Widiyantoro2, Muhammad I Kahtan3

Abstract

Background: Infectious diseases is a health problem especially for developing countries. Worms is a type of parasite that can be infect and disadvantageous the humans. Meniran (Phyllanthus niruri L.) is a weed which originated from Asia. Meniran have compound that can work as an anthelmintic such as alkaloid, flavonoid, saponin, tanin. Objective: To know the acivity of ethanol extract of meniran leaves (Phyllanthus niruri L.) as in vitro anthelmintic on Ascaridia galli. Objective: To know the acivity of ethanol extract of meniran (Phyllanthus niruri L.) leaves as anthelmintic on Ascaridia galli. Methode: This is a true experimental with post test only control group design. This research was using 25 Ascaridia galli worms and divided into 5 groups. Negative control group is given NaCl 0,9%;

positive group is given albendazole 5 mg/mL; treatment-1 is given 100 mg/mL ethanol extract of meniran leaves; treatment-2 is given 50 mg/mL ethanol extract of meniran leaves and treatment-3 is given 25 mg/mL ethanol extract of meniran leaves. The study involved the determination of death time of the worms. Result: The death time of the worms that caused by ethanolic extract of meniran leaves concentration 25 mg/mL, 50 mg/mL, and 100 mg/Ml, respectively were (mean±SD) 472,2 ± 4,91 4,2 ± 3,70 hours, 61,4 ± 3,28 hours and 44,2 ± 3,70 hours. The death time that caused by negative and positive control group were 83,8 ± 4,76 and 27,2 ± 2,77. There is significant difference (p<0.05) statistically in all of test group. Conclusion: This result shows that all treaments and positive control group have anthelmintic effect.

Keyword: Anthelmintic, meniran (Phyllanthus niruri L.) leaves, Ascaridia galli,

1) Medical Education Program, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak

2) Departement of Parasite, Medical Education Program, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak

3) Chemistry Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Tanjungpura Pontianak

(6)

1

PENDAHLUAN

Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan terutama bagi negara berkembang.1 Penyakit infeksi disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme salah satunya adalah cacing.2 Cacing adalah jenis parasit yang dapat menginfeksi dan merugikan manusia. Infeksi cacing/kecacingan merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia pada berbagai golongan usia di seluruh dunia, dengan prevalensi terbanyak terjadi pada dearah tropis–subtropis dengan personal hygene serta tingkat kesadaran akan kebersihan dan kesehatan yang rendah.1,3

Angka kejadian infeksi cacing di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 60%. Pada tahun yang sama angka kecacingan di Kalimantan Barat adalah 26,2%. Infeksi cacing terbanyak disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides.1,4 Ascaris lumbricoides atau yang dikenal dengan cacing gelang merupakan spesies cacing yang cara penularanya dengan perantaraan tanah (soil transmitted helminth). Infeksi yang disebabkan cacing ini disebut askariasis. Selain A. lumbricoides terdapat juga cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) yang juga termasuk golongan Soil Transmitted Helminth.5 Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa penderita kecacingan tergolong tinggi pada anak-anak. Hal ini diduga disebabkan karena anak memiliki banyak kontak langsung dengan tanah terutama pada aktivitas bermain sehari hari.1

Pemerintah Indonesia telah berupaya meminimalisasi angka kecacingan dengan himbauan untuk mengkonsumsi obat cacing (anthelmintik) secara rutin minimal satu tahun sekali. Namun obat cacing yang dijual dipasaran memiliki efek samping seperti mual, muntah, dan diare. Selain itu, beberapa obat cacing seperti mebendazol dan pyrantel pamoat juga memilki efek teratogen yang patensial sehingga berbahaya bila dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak dibawah 2 tahun. Oleh karenanya diperlukan obat cacing (anthelmintik) tradisional yang bersifat aman.6,7 Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai obat herbal

(7)

2

anthelmintik adalah tanaman meniran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afroz Jahan pada tahun 2013 dan penelitian yang dilakukan oleh Lakshmi Narasimhudu pada tahun 2011 tanaman meniran terbukti memiliki aktivitas anthelmintik terhadap cacing Paramphistomes dan cacing Phertima prosthuma. 8,9

Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman liar yang berasal dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia.Tanaman meniran terbukti memiliki aktivitas antibakteri dan anti inflamasi. Pada skrining fitokimia meniran memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti tannin, saponin, alkaloid, dan flavonoid.10-12

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peniliti ingin menguji aktivitas anthelmintik ekstrak etanol daun meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro.

Ascaridia galli merupakan cacing yang terdapat pada usus ayam dan memilki sifat yang hampir sama dengan penyebab infeksi cacing terbesar pada manusia yaitu Ascaris lumbricoides.13 Cacing Ascaridia galli digunakan karena cacing ini mudah untuk didapat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun meniran sebagai anthelmintik Ascaridia galli, menentukan kadar konsentrasi daun meniran yang efektif dan mengetahui waktu kematian cacing Ascaridia galli setelah terpapar ekstrak etanol daun meniran.

METODOLOGI Bahan Dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah ekstrak etanol daun meniran, etanol, methanol, akuades, NaCl 0,9%, cacing Ascaridia galli, Albendazol, pereaksi dragendroff, FeCl3, dan serium sulfat 5%.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat KLT, cawan petri diameter 15 cm, batang pengaduk kaca, pinset anatomis, gelas ukur, gelas piala, labu takar, toples, inkubator, penggaris, tabung reaksi, rotary evaporator, gelas beker, oven, ayakan, timbangan, desikator, botol kaca

(8)

3

gelap, neraca analitik, pipet tetes, gelas ukur, mikropipet, wadah plastik, gelas ukur, cawan penguap, labu erlenmeyer, krus porselin bertutup, kertas label dan kertas saring.

Preparasi Sampel

Sampel dideterminasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Tanjungpura. Sampel yang telah dideterminasi dibuat menjadi simplisia dan dimaserasi menggunakan etanol.

Uji Metabolit Sekunder

Skrining fitokimia yang digunakan ialah metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Adapun uji skrining yang dilakukan antara lain pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan steroid.

Hewan uji

Hewan yang digunakan adalah cacing Ascaridia galli yang diperoleh dari tempat pemotongan ayam kampung di Pasar Flamboyan, kecamatan Pontianak Kota. Cacing Ascaridia galli yang digunakan adalah cacing dewasa, aktif bergerak, ukuran 5-11 cm dan tidak tampak cacat anatomi.

Perlakuan pada hewan uji

Hewan uji dipisahkan menjadi 5 kelompok dengan 5 ekor cacing di tiap kelompok. Kelompok kontrol negatif diberikan larutan NaCl 0,9%, kelompok kontrol positif diberikan albendazole 5 mg/mL, kelompok perlakuan dosis yang diberikan ekstrak etanol akar pandan wangi dengan dosis 1 (25 mg/mL), dosis 2 (50 mg/mL) dan dosis 3 (100 mg/mL). Semua kelompok perlakuan diamati hingga cacing mengalami kematian.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji statitsik Shapiro- Wilk dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc Test LSD.

(9)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil dari determinasi tumbuhan dari penelitian ini adalah Phyllanthus niruri L. Simplisia sebanyak 1000 gram menghasilkan maserat sebanyak 5 liter, 3 liter maserat diuapkan dan didapatkan hasil 153,176 gram ekstrak etanol daun meniran. Hasil uji skrining fitokimia, ekstrak etanol daun meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan tritepenoid/steroid.

Uji daya antelmintik dilakukan terhadap cacing dewasa Ascaridia galli sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kontrol positif yang berisi larutan albendazole 5 mg/mL, kontrol negatif yang berisi latutan NaCl 0,9%, Kelompok uji 1 yang berisi ekstrak etanol daun meniran 100 mg/mL, Kelompok uji 2 yang berisi ekstrak etanol daun meniran 50 mg/mL dan Kelompok uji 3 yang berisi ekstrak etanol daun meniran 25 mg/mL. Cacing di inkubasi pada suhu 37o C. Pengamatan mortalitas cacing dilakukan setiap jam sampai semua cacing mengalami kematian. Hasil pengamatan selengkapnya dijelaskan dalam tabel 1.

berikut :

(10)

5

Tabel 1. Waktu Kematian Cacing

Replikasi

Waktu Kematian (Jam) Kontrol

(+)

Kontrol

(-) Uji 1 ⃰⃰/ ⃰ ⃰ Uji 2 ⃰⃰/ ⃰ ⃰ Uji 3 ⃰⃰/ ⃰ ⃰

1 26 78 47 65 74

2 28 90 42 63 80

3 29 81 43 57 69

4 23 87 40 63 68

5 30 83 49 59 70

Rata-rata (Mean±SD)

27,2 ± 2,77 83,3 ± 4,76 44,2 ± 3,70 61,4 ± 3,28 72,2 ± 4,91

Keterangan: Kontrol (+) = Albendazole 5mg/mL, Kontrol (-) = NaCl 0,9%, Uji 1 = Ekstrak 100 mg/mL, Uji 2= Esktrak 50 mg/mL, Uji 3 = Ekstrak 25 mg/mL (ANOVA, P < 0,05), ⃰ = berbeda signifikan dengan kontrol positif (LSD, P < 0,05),

⃰ ⃰ = berbeda signifikan dengan kontrol negatif (LSD, P < 0,05).

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji pada penelitian ini, diketahui bahwa semua konsentrasi yang diujikan memiliki aktivitas anthelmintik. Aktivitas tertinggi adalah aktivitas yang diberikan pada kelompok uji dengan konsentrasi 100 mg/mL dan aktivitas terendah adalah aktivitas yang diberikan pada kelompok uji dengan konsesntrasi 25 mg/mL. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan konsentrasi esktrak etanol daun meniran dapat mepercepat waktu kematian cacing karena peningkatan konsentrasi ekstrak menyebabkan peningkatan kandungan bahan aktif yang berperan sebagai zat anthelmintik.

Antelmintik bekerja dengan cara membuat parasit menjadi paralisis (misalnya dengan mencegah terjadinya kontraksi otot), atau dengan menghancurkan parasit sehingga dapat dieliminasi oleh sistem imun, atau dengan mengubah metabolisme cacing (misalnya memengaruhi fungsi mikrotubulus). Agar efektif, obat antelmintik harus dapat berpenetrasi menembus kutikula eksterior atau bekerja pada saluran pencernaan

(11)

6

cacing.14 Adapun senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak etanol daun meniran bekerja dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Alkaloid

Pada cacing alkaloid memiliki aktivitas terhadap sistem syaraf yang dapat menghentikan impuls sel syaraf sehingga menyebabkan paralisis cacing Ascaridia galli.15

b. Saponin

Saponin menyebabkan iritasi pada selaput lendir saluran pencernaan, menekan sistem syaraf, sistem pernapasan dan sistem gerak. Diduga apabila zat ini tertelanoleh cacing akan menyebabkan iritasi pada selaput lendir sehingga mengganggu proses penyerapan zat makanan dalam usus cacing. Tertekannya sistem syaraf dan sistem gerak menyebabkan kelemahan umum pada cacing, sedangkan tertekannya sistem pernapasan menyebabkan kekurangan oksigen sehingga cacing mati.16

c. Tanin

Tanin dapat merusak kutikula cacing ascaridia galli dewasa.

Aktivitas tanin juga dapat merusak membran cacing dewasa sehingga menyebabkan cacing cepat mengalami paralisis yang akhirnya mati. Selain itu, tanin dapat menghambat kerja enzim dan mengganggu proses metabolisme pencernaan sehingga cacing akan kekurangan nutrisi yang pada akhirnya menyebabkan kematian cacing.20,21

d. Flavonoid

Flavonoid mempunyai efek farmakologi pada pembuluh darah dengan terjadinya vasokonstriksi kapiler dan menurunkan permeabilitas pembuluh darah Ini menyebabkan adanya gangguan pembuluh darah sehingga zat-zat makanan dan oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup cacing terganggu, sehingga mempercepat kematian cacing. 17,18

(12)

7

e. Triterpenoid/steroid

Triterpenoid saponin memiliki bioaktivitas antelmintik yang dapat menyebabkan paralisis dan kematian cacing. Triterpenoid saponin dalam jumlah besar dapat menyebabkan diare.

Triterpenoid saponin berkhasiat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, beberapa ada juga yang beracun Diduga apabila zat ini tertelan oleh cacing, cacing akan mati karena racun yang ada pada triterpenoid.19

Pada penelitian ini digunakan albendazole 5mg/mL sebagai kontrol positif. Adapun mekanisme kerja albendazol dalam menyebabkan kematian cacing adalah dengan cara menghambat polimerisasi dari β- tubulin sehingga pembentukan mikrotubulus sitoplasmik menjadi terhambat.14

KESIMPULAN

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok perlakuan yang diuji dan kontrol positif memiliki daya anthelmintik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjay T, Kirana R. Obat – Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2013.

2. Harti SA. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset; 2015.

3. Suriptiastuti. Infeksi Soil Transmitted Helminth: Ascariasis, Trichuriasis dan Cacing Tambang. J Univ Med. 2006 Jun; 25(2):84- 93.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;

2008.

5. Gandahusada I, Pribadi. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008

(13)

8

6. Aziz S. Kembali Sehat dengan Obat. Edisi ke-2. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2008

7. Berhmen K, Ervin AM. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi Ke-6.

Jakarta: Penerbit Buku Penerbit Kedokteran EGC; 2013.

8. Afroz J, Jangde CR, Sanweer K, Swati AU. In Vitro Anthelmintic Activity Of Phyllanthus nruri Linn. Against Paramphistomes. J Pharm and Phram Sci. 2013 : 5(5); 836-8.

9. Lakshmi Narasimhudu, Naga Ruju, Philip Dan Ventaka Raju. In Vitro Anthelmintic Activity Of Phyllanthus amarus Schum. & Thonn (Euphorbiaceae). Journal Pharmacy Research. 2011:4(8); 2705-6 10. Yufri A, Mahyudin, Dian H. Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Etil

Asetat Dari Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) Terhadap Reaksi Hipersensitivitas Kutan Aktif. J Sains dan Tek Farm. 2013:

18(1); 9-16.

11. Ros S, Yuliandini, Melly R. Efek Anti-Inflamasi Dan Anti-Diare Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) dan Daun Ungu (Garptophyllum pictum L. Griff) Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi Dan Klinik. Jakarta:

Universitas Pancasila; 2013[Skripsi].

12. Mangunwardoyo W. Ekstrasksi Dan Identifikasi Senyawa Antimikroba Herba Maniran (Phyllanthus niruri L.). J Ilmu Kefarm Ind. 2009: 7(2); 57-63.

13. Lakshmi Narasimhudu, Naga Ruju, Philip Dan Ventaka Raju. In Vitro Anthelmintic Activity Of Phyllanthus amarus Schum. & Thonn (Euphorbiaceae). Journal Pharmacy Research. 2011:4(8); 2705-6 14. Rang HP, MM Dale, Ritter JM, Moore PK. Pharmacology. 5th

edition. London: Churchill Living Stone; 2011.

15. Lateef M, Iqbal Z, Khan MN, Akhtar MS, dan Jabbar A. 2003.

Anthelmintic activity of Adhatoda vesica roots. Int. J. Agri. Biol. 5(1):

86-90

16. Gardner RJ. 1957. Veterinary Toxycology. Bailiere Tindall and Cox.

London.

(14)

9

17. Hayati, Elok Kamilah, Halimah, Nur, 2010. Phytochemical Test and Brine Shrimp Lethality Test Againts Artemia salina Leach of Anting- Anting (Acalypha indica Linn) Plant Extract, Alchemy, Vol. 1 (2): 53- 103.

18. Sulistia. 1987. Farmakology dan Terapi. Edisi III. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

19. Vickery ML, dan B. Vickery . 1981. Secondary Plant Methabolism.

The Macmillan Press. London and Basingtoke.

20. Chafton, L.A. 2006. The effect of a condensed tannin containing forage, Sericea lespedeza, on existing and challenge infections of Haemonchus contortus in sheep. Thesis. The Graduate Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College.

21. Iqbal Z, Sarwar M, Jabbar A, Ahmed S, Nisa M, Sajid MS, Khan MN, Mufti KA dan Yaseen M. 2007. Direct and indirect anthelmintic effects of condensed tannins in sheep. Vet. Parasitol. 144: 125–

131.

Referensi

Dokumen terkait

Materi yang digunakan dalam penyusunan aplikasi ini tentunya terkait dengan kalender tanam, yaitu standing crop yang diekstrak dari citra satelit MODIS, data

Hasil penelitian menunjukkan jadwal tanam yang sesuai untuk Desa Abbanuangnge dan Minangatellue pada musim tanam rendengan 2018 adalah 10-30 April yang merupakan

Peran guru sebagai agen pembelajaran disebutkan dalam pasal 28 ayat 3 yang menyebutkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

Tema atau topik yang diangkat Gita dalam video konten “beropini”-nya ini mengangkat sebuah topik mengenai toleransi beragama. Hal ini terkait pelarangan beberapa Negara

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain selain variabel dalam penelitian saat ini yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing seperti

“BERJENJANG” dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang ada di Satker sampai dengan Unit Akuntansi Penguna Anggaran (UAPA) di tingkat

Cormick (1994; Trihandini, 2005) dalam penelitiannya tentang faktor manusia dalam engineering dan desain membedakan kecerdasan spiritual dengan religiusitas di dalam

[r]