L/O/G/O
PEMBENTUKAN
KELOMPOK
Contents
Pembentukan Kelompok
Teori Pembentukan Kelompok Kohesi
Sumber daya Anggota Kelompok
4
1
2
3
Mengapa Orang Bergabung Dalam Kelompok?
Alasan Manfaat
Keamanan Dengan bergabung dalam suatu kelompok, para individu dapat mengurangi rasa ketidak amanan
Status Masuknya ke dalam suatu kelompok dianggap penting karena kelompok memberikan pangakuan dan status bagi para Anggotanya
Harga Diri Kelompok dapat memberikan perasaan akan berharganya seseorang
Afiliasi Kelompok dapat memenuhi kebutuhan sosial
Kekuasaan Apa yang tidak dapat dicapai secara individu seringkali mungkin terwujud melalui aksi kelompok. Jumlah yang banyak menyebabkan adanya kekuasaan
Pencapaian Tujuan
Dengan kelompok suatu tugas/pekerjaan dapat dikerjakan bersama dengan banyaknya kemampuan yang berbeda-beda dari anggota mempermudah pencapaian tujuan.
SYARAT PEMBENTUKAN KELOMPOK
❑ Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, motivasi dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.
❑ Ada hubungan timbal balik (interaksi) antara anggota yang satu dengan anggota yang lain
❑ Ada persepsi bahwa ada faktor yang dimiliki bersama sebagai pengikat, seperti; tugas, atasan, nasib, hobi dan sebagainya sehingga hubungan antar mereka menjadi erat
❑ Adanya motivasi untuk berkelompok
❑ Berstruktur dan berproses untuk mencapai tujuan.
Persepsi Motivasi Tujuan
Beberapa Teori Pembentukan Kelompok Sosial
1) Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen (George C. Homans, 1989)
❖ Teori ini mengemukakan bahwa kelompok terbentuk karena individu- individu melakukan aktivitas bersama secara intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan interaksi di antara mereka.
❖ Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau perasaan) keterikatan satu sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.
2) Teori Identitas Kelompok (Horowitz, 1939)
❖ Teori ini mengemukakan bahwa individu-individu dapat mengelompok karena memiliki kesamaan identitas etnis atau suku bangsa. Identitas etnis tersebut, misalnya, mewujud pada ciri fisik, kebiasaan hidup, bahasa, atau budaya.
3) Teori Alasan Praktis (Joseph Reitz, 1985)
❖ Teori (practicalities of group formation) ini berasumsi bahwa individu bergabung dalam suatu kelompok untuk memenuhi beragam kebutuhan praktis.
❖ Abraham H. Maslow (1908-1970) mengidentifikasi beberapa kebutuhan praktis tersebut, yaitu :
• Kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, makanan, pakaian).
• Kebutuhan rasa aman.
• Kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi
• Kebutuhan terhadap penghargaan (dari dirinya sendiri dan orang lain).
• Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (menggali segenap potensi) dan bertumbuh.
4) Teori Identitas Sosial
❖ Teori ini menegaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya sekumpulan orang-orang yang menyadari atau mengetahui adanya satu identitas sosial bersama. Adapun identitas sosial dapat dimaknai sebagai proses yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri sosial (social self) atau status yang melekat padanya. Kesamaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu hingga membentuk suatu kelompok sosial.
5) Teori Hubungan Pribadi (Schutz, 1925-2002)
❖ Teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation Behavior) Inti teori FIRO-B ialah bahwa manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hubungan antar pribadi, yakni :
❑ Kebutuhan inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibat dan tergabung dalam suatu kelompok.
❑ Kebutuhan kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, serta pedoman berperilaku dalam kelompok.
❑ Kebutuhan afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian dalam kelompok.
Teori ini membagi anggota kelompok atas dua tipe, yaitu :
✓ Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuhkan inklusi (ingin diajak, ingin dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat arahan, ingin dibimbing), dan membutuhkan afeksi (ingin diperhatikan, ingin disayangi).
✓ Tipe yang memberi (expressed), yakni memberi inklusi (mengajak, melibatkan orang lain), memberi kontrol (mengarahkan, memimpin, membimbing), dan memberi afeksi (memperhatikan, menyayangi).
6) Teori Kedekatan (Fred Luthans, 1939)
❖ Asumsi teori kedekatan/Propinquity ini bahwa seseorang berkelompok dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah (spatial and geographical proximity). Contoh, seorang pelajar yang duduk berdekatan dengan seorang pelajar lain di kelas akan lebih mudah membentuk kelompok, dibanding dengan pelajar yang berbeda kelas.
7) Teori Keseimbangan (Theodore M. Newcomb, 1903-1984)
❖ Teori ini berasusmsi bahwa seseorang tertarik untuk
berkelompok dengan orang lain atas dasar adanya kesamaan-
kesamaan tertentu, misalnya kesamaan sikap dalam
menanggapi suatu obyek (tujuan) maupun kesamaan agama,
ideologi, gaya hidup, pekerjaan, status sosial, dan sebagainya.
8) Teori Pembentukan Beralasan (Alvin Zander, 1917-1981)
Inti teori ini adalah terdapat sejumlah alasan pembentukan kelompok : a) Deliberate formation
Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti mendukung pencapaian tujuan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di suatu desa, dibentuklah kelompok tani yang bercirikan tolong-menolong dan gotong royong.
b) Spontaneous formation
Kelompok dibentuk secara spontan, tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Misalnya, siswa-siswi yang mengelompok secara sukarela untuk mengerjakan penugasan dari guru.
c) External designation
Pembentukan kelompok didasarkan atas hal-hal tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan. Contohnya, orang-orang dikelompokkan berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, usia, pekerjaan/jabatan, pendidikan, minat.
TEORI PERKEMBANGAN KELOMPOK
❖ Tahap-tahap perkembangan Kelompok menurut Bruce Tuckman tahun 1965 Terdapat 4 Tahapan dalam perkembangan Kelompok yaitu Forming (Pembentukan), Storming (Timbulnya Konflik), Norming (norma) dan Performing (berkinerja). Kemudian pada tahun 1977, Bruce Tuckman beserta Mary Ann Jensen menambahkan Adjourning (Pembubaran) pada tahap setelah Performing hingga menjadi 5 Tahap Perkembangan Kelompok.
Forming
1) Tahap pembentukan
❖ Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan kelompok kerja, para anggota mulai mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota lainnya.
❖ Tahap ini dikarakteristikkan oleh banyaknya
ketidakpastian, para anggota kelompok masih
tidak terlalu jelas mengenai tujuan dan Objective
kelompok, merasa kebingungan, masih
menyembunyikan perasaan masing-masing,
keterlibatannya masih kurang .
STORMING
2) Tahap Timbulnya Konflik
❖ Tahap kedua ini para anggota mulai bekerja tetapi mereka cenderung akan mempertahankan pendapat mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan oleh Kelompok terhadap Individu mereka.
❖ Tahap Storming ini dikarakteristikan oleh konflik Intra Kelompok. Beberapa tanda-tanda bahwa Kelompok berada di Tahap Storming adalah timbulnya kemarahan, perasaan menyebalkan, ketidaknyamanan, terjadinya adu pendapat / konfilik dan kegagalan
❖ Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Norming
3) Tahap Penormaan
❖ Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas.
❖ Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan- aturan dan nilai-nilai yang digunakan, serta menemukan cara komunikasi yang tepat antar anggota kelompok.
❖ Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelompok
❖ mulai dapat mendengar pendapat anggota lain serta
dapat meng-identifikasi-kan kekuatan dan kelemahan.
Performing
4) Tahap Berkinerja
❖ Tahap keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana semua anggota kelompok telah dapat bekerja dan berfungsi secara penuh.
Pada tahap ini, semua anggota memiliki
kebersamaan, Percaya diri, kreatif, Inisiatif dan
semangat yang tinggi serta Sukses.
Adjourning
5) Tahap Pembubaran
❖ Tahap ini dikhususkan untuk Kelompok-kelompok kerja yang bersifat sementara. Setelah suatu proyek selesai ataupun suatu permasalahan berhasil dituntaskan, kelompok kerja tersebut akan dibubarkan .
Untuk kelompok-kelompok kerja yang permanen,
Tahap terakhir adalah di Tahap berkinerja
(Performing).
KOHESI ?
DEFINISI KOHESI
❖ Merupakan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins dan Raven, 1964)
❖ Merupakan Hubungan yang erat, perpaduan yang kokoh (KBBI)
❖ Merupakan perasaan bahwa orang bersama-sama dalam kelompok (Ahmadi, 2007)
❖ Dimana anggota kelompok saling menyukai satu sama lain, dan bergantung satu sama lain serta adanya dorongan yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok.
Ada tiga makna tentang kohesi kelompok:
1) Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2) Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3) Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok
Ketertarikan Pada Kelompok
Kerjasama antar anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan kelompok - kelompok lainnya.
Karakteritik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan & nilai-nilai pribadi.
Kejelasan tujuan kelompok
Kejelasan keberhasilan pencapian tujuan
Meningkatkan Kohesi Kelompok
Kelompok
• Membentuk hubungan yang koorporatif
• Memperdalam kepercayaan diantara anggota kelompok
• Mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok
• Meningkatkan ekspresi inklusi dan menerima diantara anggota kelompok
• Memperluas saling memmpengaruhi antara
anggota kelompok dan mengembangkan norma- norma kelompok yang menunjang ekspresi
individu di anatara anggota kelompok
Kelompok Yang Makin Kohesif
Semakin mudah terjadi konformitas, anggota Makin Mudah
Tunduk Pada Norma Kelompok
Anggota Merasa Aman Dan Terlindungi
Komunikasi Lebih Efektif, Bebas,
Terbuka Dan Sering.
Tingkat Kepuasan Makin Besar
KELOMPOK
Kebutuhan Interpersonal
Interpersonal
Berkaitan dengan
keanggotaan kelompok
✓ Siapa yg di dalam kelompok siapa yang diluar?
✓ Siapa yang memiliki
kelompok siapa yg tidak?
✓ Siapa yang merupakan bagian kebersamaan siapa yang tidak?
Berkaitan hubungan terbuka dan bersifat pribadi di dalam kelompok.
Berkaitan dengan
kekuatan hubungan di dalam kelompok,
Siapa yang berkuasa?
Inklusi
Afeksi kontrol
Mengembangkan Dan Memelihara Kepercayaan
❖Kepercayaan merupakan aspek penting merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama dengan stabil dan komunikasi yang efektif.
❖Semakin tinggi tingkat kepercayaan diantara
anggota kelompok, semakin stabil kerjasama dan
komunikasi yang efektif diantara anggota
kelompok.
Konsekuensi Dari Kohesi Kelompok
Lebih siap berpartisipasi Memiliki anggota yang loyal
Lebih setuju tujuan kelompok Memiliki rasa tanggungjawab
kelompok
Lebih siap menerima tugas/peran Memiliki motivasi tinggi
melaksanakan tugas
Lebih mentaati norma kelompok Merasa puas terhadap kerjaan
kelompok
Kohesi Kelompok Kosekuensi
Ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatnya produktivitas kelompok.
Kohesif = Produktif ?
Norma Kinerja
Kekohesifan
Tinggi Rendah
Tinggi Kenaikan
Produktivitas Tinggi
Kenaikan
Produktivitas Sedang
Rendah Penurunan Produktivitas
Tidak ada
pengaruh signifikan terhadap
produktivitas
Pengaruh Kohesi terhadap Produktivitas 1. Efisiensi dalam Memanfaatkan Sumber 2. Kualitas
3. volume
SUMBER DAYA ANGGOTA KELOMPOK
KEMAMPUAN KARAKTERISTIK PRIBADI Ada hubungan antara karakteristik kepribadian yang positif dalam budaya terhadap produktivitas, semangat, dan kekohesifan kelompok.
Ada dua sumber daya yang berperan sangat penting pada anggota individu, yaitu kemampuan dan karakteristik kepribadian.
Ada hubungan antara kemampuan
intelektual
(pengetahuan) dan keterampilan dengan relevansi terhadap tugas terhadap kinerja kelompok
SUMBER DAYA ANGGOTA KELOMPOK