• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

28

Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa dan Pembahasan

Berikut ini akan dijelaskan mengenai sampel penelitian yang digunakan dan hasil-hasil pengujian dalam penelitian ini meliputi, analisa statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji regresi linier berganda.

4.1.1. Gambaran Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini menggunakan semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2012-2014. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel dengan metode purposive sampling yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, jumlah sampel yang terpilih menjadi data penelitian sebanyak 143 perusahaan dari 511 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 4.1. Rekonsiliasi Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dan tahunan dalam periode 2012-2014 di website Bursa Efek Indonesia.

(44)

Perusahaan yang baru melakukan IPO dalam periode 2012- 2014 di Bursa Efek Indonesia.

(57)

Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang Rupiah karena perbedaan dalam menggunakan kurs akan membuat data perusahaan sulit diperbandingkan.

(72)

Data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti tidak tersedia dalam laporan keuangan dan tahunan perusahaan dalam periode 2012-2014.

(198)

Jumlah sampel perusahaan. 140

Periode penelitian. 3 tahun

Jumlah observasi data. 420

Reduksi data outlier. (26)

Jumlah data penelitian setelah reduksi outlier. 394 Sumber: Olahan Penulis

(2)

29

Universitas Kristen Petra

4.1.2 Analisa Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan salah satu tahap yang harus dilakukan setelah adanya proses pengumpulan dan pemprosesan data. Tujuan dari statistik deskriptif ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai variabel-variabel penelitian sehingga didapatkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi atas variabel penelitian yang ada.

Berikut merupakan hasil statistik deskriptif atas variabel koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan pada 394 data dengan periode penelitian tahun 2012-2014 sebagai sampel penelitian.

Tabel 4.2 Deskripsi Koneksi Politik, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

POL 394 ,00 6,00 ,9036 1,33683

ROA 394 -,09 ,19 ,0471 ,04704

MANJ 394 ,00 ,71 ,0528 ,11737

INST 394 ,02 ,99 ,6589 ,22512

Valid N (listwise) 394

Sumber: Lampiran

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan sejumlah 394 observasi data. Jumlah data ini didapatkan setelah melalui proses reduksi outlier dengan jumlah data observasi awal sebesar 420 data. Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai kinerja perusahaan sebagai variabel dependen dalam penelitian yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) memiliki nilai minimum sebesar -0,09192 (-9,192%) yaitu pada data perusahaan dengan kode HDTX (PT. Panasia Indo Resources, Tbk.) tahun 2013, yang menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan kerugian sebesar -9,192% dari total aset yang digunakan.

Nilai maksimum ROA dalam penelitian ini adalah sebesar 0,18848 (18,848%) yaitu pada perusahaan dengan kode KLBF (PT. Kalbe Farma, Tbk.) tahun 2012. Nilai rata-rata ROA dalam penelitian ini adalah 0,0471 (4,71%) dengan standar deviasi sebesar 0,04704. Melalui hasil deskripsi ini dapat diketahui bahwa nilai kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA memiliki tingkat keragaman data yang rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai standar deviasi yang lebih kecil jika

(3)

30

Universitas Kristen Petra

dibandingkan dengan nilai rata-ratanya sehingga disimpulkan data memiliki tingkat keragaman yang rendah. Rata-rata nilai kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA menunjukkan bahwa perusahaan hanya mampu menghasilkan laba rata-rata sebesar 4,71% dari total aset yang digunakan.

Struktur kepemilikan manajerial sebagai variabel independen dalam penelitian memiliki nilai minimum sebesar 0.0000000069661 (0,00000069%) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode LAMI (PT. Lamicitra Nusantara, Tbk.) pada tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 0,70673 (70,673%) dimiliki oleh perusahaan dengan kode SDMU (PT. Sidomulyo Selaras, Tbk.) pada tahun 2012.

Nilai rata-rata struktur kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah 0.0528 (5,28%) dengan nilai standar deviasi sebesar 0.11737. Melalui hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menjadi obyek penelitian memiliki tingkat keragaman data yang tinggi karena nilai standar deviasinya lebih besar jika dibandingkan nilai rata-ratanya. Rata-rata nilai struktur kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa pihak manajemen juga turut serta memiliki perusahaan dengan tingkat kepemilikan sebesar 5,28%.

Struktur kepemilikan institusional sebagai variabel independen dalam penelitian memiliki nilai minimum sebesar 0,018 (1,8%) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode INCI (PT. Intanwijaya Internasional, Tbk.) pada tahun 2013 dan nilai maksimum sebesar 0,99143 (99,143%) dimiliki oleh perusahaan dengan kode BMRI (PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.) pada tahun 2014. Nilai rata- rata struktur kepemilikan institusional dalam penelitian ini adalah 0,6589 (65,89%) dengan nilai standar deviasi sebesar 0,22512. Melalui hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa dari 394 data observasi yang digunakan dalam penelitian memiliki tingkat keragaman data yang rendah karena nilai standar deviasinya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Rata-rata nilai struktur kepemilikan institusional menunjukkan tingkat kepemilikan pihak lain dalam hal ini pihak institusi dalam struktur kepemilikan perusahaan sebesar 65,89%.

Hasil statistik untuk variabel koneksi politik dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan analisis karena variabel koneksi politik merupakan dummy variabel.

Dummy variabel dalam penelitian ini akan bernilai 1 dengan menggunakan sistem kumulatif sesuai dengan jumlah pimpinan perusahaan (dewan komisaris dan/atau

(4)

31

Universitas Kristen Petra

dewan direksi) atau pemegang saham mayoritas memiliki hubungan dengan politisi, pejabat pemerintah (presiden, menteri, gubernur, walikota), anggota militer, anggota kepolisian baik yang sedang bertugas maupun yang sudah tidak bertugas menjabat lagi. Apabila pimpinan perusahaan atau pemegang saham mayoritas tidak memiliki hubungan apapun maka akan bernilai 0. Berdasarkan 394 data observasi menunjukkan bahwa nilai minimum dalam penelitian sebesar 0 dengan jumlah 48%

dari total sampel dan nilai maksimum dalam penelitian sebesar 6 dengan jumlah 1% dari total sampel. Perusahaan yang memiliki koneksi politik bernilai 6 adalah perusahaan dengan kode TINS (PT. Timah (Persero), Tbk.), TLKM (PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk.), dan PTBA (PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.).

4.1.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan salah satu prasyarat yang harus dilakukan dalam melakukan analisis regresi linear berganda. Tujuan dari uji asumsi klasik adalah untuk memastikan ketepatan estimasi, ketidakbiasan, dan konsistensi dalam koefisien regresi yang didapatkan. Pada penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji normalitas, uji multikolienaritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi penelitian eror sudah terdistribusi secara normal atau tidak.

Uji normalitas pada penelitian ini akan diperlakukan pau ui (residual), apabila ui

berdistribusi normal secara otomatis seluruh 420 data penelitian yang digunakan berdistribusi normal.

Gambar 4.1 dibawah telah menunjukkan bahwa residual belum memenuhi uji asumsi normalitas. Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa data yang diwakili dengan plot-plot residual masih bergerak menjauh dari garis normal atau bergerak menyebar tidak berada disekitar garis normal yang ada. Selain dengan residual, terdapat cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui secara pasti apakah data telah terdistribusi dengan normal melalui Kolmogorov Smirnov dengan hasil berikut:

Tabel 4.3 telah menunjukkan bahwa data masih belum dapat memenuhi kriteria distribusi normal. Hal ini disebabkan karena berdasarkan hasil tabel uji Kolomogorov Smirnov menunjukkan angka sebesar 2,710 dengan tingkat

(5)

32

Universitas Kristen Petra

signifikansi sebesar 0,000 dimana angka ini masih berada dibawah 0,05.

Berdasarkan hasil yang ada maka harus dilakukan penghapusan data outlier sehingga distribusi data pada residual dapat memenuhi distribusi normal.

Gambar 4.1. Uji Normalitas Sebelum Outlier Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 420

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,69571131

Most Extreme Differences Absolute ,398

Positive ,321

Negative -,398

Kolmogorov-Smirnov Z 8,155

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Lampiran

Outlier data menyebabkan total data penelitian menyusut mulai dari 420 data menjadi 394 data. Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar 4.2 setelah proses penghapusan outlier menujukkan bahwa residual telah memenuhi uji asumsi normalitas. Hal ini dapat dilihat dimana plot-plot telah mendekat dan berada disekitar garis normal.

Tabel 4.4 telah menunjukkan bahwa data telah memenuhi kriteria distribusi normal. Hal ini disebabkan karena berdasar hasil uji Kolmogorov Smirnov telah

(6)

33

Universitas Kristen Petra

menunjukkan angka sebesar 1,353 dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,51 sehingga dapat disimpulkan uji asumsi normalitas telah terpenuhi.

Gambar 4.2. Uji Normalitas Setelah Outlier Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 394

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,04569153

Most Extreme Differences Absolute ,067

Positive ,067

Negative -,058

Kolmogorov-Smirnov Z 1,338

Asymp. Sig. (2-tailed) ,056

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Lampiran 4.1.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara variabel independen dalam penelitian terhadap model regresi. Pada uji asumsi klasik ini apabila terjadi hubungan antara variabel independen membuat terdapat multikolinearitas sehingga data tidak dapat memenuhi uji asumsi multikolinearitas yang ada.

(7)

34

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas

No Variabel Penelitian Tolerance VIF Keterangan

1 Koneksi Politik (X1) 0,976 1,025 Tidak terjadi multikolinearitas 2 Struktur Kepemilikan

Manajerial (X2) 0,705 1,419 Tidak terjadi multikolinearitas 3 Struktur Kepemilikan

Institusional (X3) 0,713 1,403 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa antara variabel independen dalam penelitian tidak terdapat multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing variabel yang telah memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Variabel koneksi politik memiliki hasil tolerance sebesar 0,976 dan VIF sebesar 1,025.

Variabel struktur kepemilikan manajerial memiliki hasil tolerance sebesar 0,705 dan VIF sebesar 1,419. Variabel struktur kepemilikan institusional memiliki hasil tolerance sebesar 0,713 dan VIF sebesar 1,403. Berdasarkan hasil yang ada dapat disimpulkan bahwa penelitian telah memenuhi uji asumsi multikolinearitas.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan variabel residual dari satu persamaan ke persamaan lain. Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji dengan menggunakan Spearman’s Rho menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas antar variabel residual. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi variabel yang sudah berada diatas 0,05.

Variabel koneksi politik memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,722, variabel kepemilikan manajerial memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,377, dan variabel kepemilikan institusional memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,711 sehingga disimpulkan bahwa penelitian ini telah memenuhi uji asumsi heteroskedastisitas.

Tabel 4.6. Hasil Uji Spearman’s Rho No Variabel Penelitian Korelasi Rank

Spearman

P-

value Keterangan

1 Koneksi Politik (X1) 0,018 0,722 Tidak terjadi heteroskedastisitas

(8)

35

Universitas Kristen Petra

2 Struktur Kepemilikan

Manajerial (X2) 0,045 0,377 Tidak terjadi heteroskedastisitas 3 Struktur Kepemilikan

Institusional (X3) 0,019 0,711 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Lampiran

4.1.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara residual pada periode waktu saat ini dengan residual pada periode waktu sebelumnya dalam sebuah model regresi linier. Pada penelitian ini uji autokorelasi akan menggunakan Durbin Watson (DW).

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil uji dengan menggunakan Durbin Watson menunjukkan hasil sebesar1,089. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa nilai DW masih berada dalam range antara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi autokorelasi pada residual model regresi dan telah memenuhi uji asumsi autokorelasi.

Tabel 4.7. Hasil Uji Durbin Watson Model Durbin Watson

1 1,089

Sumber: Lampiran 4.1.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel koneksi politik (X1), struktur kepemilikan manajerial (X2), dan struktur kepemilikan institusional (X3) terhadap kinerja perusahaan (Y). hasil pengelolaan data ini menggunakan SPSS 19 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8. Persamaan Linear Regresi Berganda Variabel Bebas Koefisien Regresi

Konstanta 0,071

Koneksi Politik (X1) 0,006 Kepemilikan Manajerial (X2) -0,068 Kepemilikan Institusional (X3) -0,038

Sumber: Lampiran

(9)

36

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan tabel 4.8, maka persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y= 0,071 + 0,006 X1 – 0,068 X2 - 0,038 X3 + e

Dari hasil persamaaan regresi diatas dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

1. b0 = 0,071

Nilai konstanta menunjukkan besarnya nilai kinerja perusahaan (Y). Apabila variabel koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional sama dengan 0 (nol) atau konstan, maka Y sebesar 0,071.

2. b1 = 0,006

Koefisien b1 merupakan koefisien regresi untuk koneksi politik (X1) yang artinya setiap adanya kenaikan pada variabel koneksi politik (X1) sebesar satu satuan, akan membuat terjadinya peningkatan variabel kinerja perusahaan (Y) sebesar 0,006 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan.

3. b2 = -0,068

koefisien b2 merupakan koefesien regresi untuk struktur kepemilikan manajerial (X2) yang artinya setiap adanya kenaikan pada variabel struktur kepemilikan manajerial (X2) sebesar satu satuan akan membuat terjadinya penurunan variabel kinerja perusahaan (Y) sebesar -0,068 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan.

4. b3 = -0,038

Koefisien b3 merupakan koefisien regresi untuk struktur kepemilikan institusional (X3) yang artinya setiap adanya kenaikan pada variabel struktur kepemilikan institusional (X3) sebesar satu satuan, akan membuat terjadinya penurunan variabel kinerja perusahaan (Y) sebesar -0,038 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan.

4.1.5 Pengujian Hipotesis 4.1.5.1 Uji F (Uji Bersama)

Uji F dilakukan dalam penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam sebuah model penelitian mempunyai pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen yang digunakan. Selain itu, terdapat tujuan lain yang dapat diperoleh melalui uji F

(10)

37

Universitas Kristen Petra

yaitu untuk mengetahui mengetahui kecocokan model regresi linear berganda yang digunakan.

Angka Ftabel diatas didapat dengan jumlah data sebanyak 394 data dan α = 5% sehingga dapat diperoleh angka Ftabel sebesar 2,62. Berdasarkan hasil dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa H0 ditolak. Hal ini diketahui karena Fhitung > Ftabel dimana 7,813 > 2,62. Selain itu, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 sehingga model regresi yang dihasilkan adalah sesuai untuk mengetahui pengaruh koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa variabel koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Tabel 4.9. Hasil Uji F ANOVA

Hipotesis Nilai Kesimpulan

Koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan

institusional berpengaruh secara

simultan terhadap kinerja perusahaan

Fhitung = 7,813 Sig F = 0,000 Ftabel = 2,62

α = 0,05

Berpengaruh

Sumber: Lampiran 4.1.5.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variasi pada variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Secara umum besarnya pengaruh variabel koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan dilihat dari nilai R2 yaitu:

Tabel 4.10. Hasil Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square

1 0,238a 0,057 0,049

Sumber: Lampiran

(11)

38

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai R2 yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 0,057 (5,7%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional dalam menjelaskan variabel kinerja perusahaan sebesar 5,7%.

Sedangkan sisa sebesar 94,3% variasi dalam kinerja perusahaan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini, seperti ukuran perusahaan, corporate governance, struktur modal, kepemimpinan dan budaya organisasi.

4.1.5.3 Uji T

Uji T dilakukan dalam penelitian dengan tujuan untuk mengetahui secara parsial variabel koneksi politik, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan. Suatu variabel independen dapat dikatakan berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen apabila t hitung > t tabel dengan nilai signifikansi sebesar 0,05 (5%).

Tabel 4.11. Hasil Uji T

Hipotesis Nilai Kesimpulan

Koneksi politik berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan

Thitung = 3,233 Sig T = 0,001 Ttabel = 1,966

α = 0,05

Berpengaruh

Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan

Thitung = -2,885 Sig T = 0,004

Ttabel = 1,966 α = 0,05

Berpengaruh

Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan

Thitung = -3,156 Sig T = 0,002

Ttabel = 1,966 α = 0,05

Berpengaruh

Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari hasil uji T sebesar 0,001 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Selain itu, berdasarkan uji T didapatkan hasil thitung sebesar 3,233, dimana thitung > ttabel yaitu 3,233 > 1,966 sehingga dapat disimpulkan bahwa koneksi

(12)

39

Universitas Kristen Petra

politik berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari hasil uji T sebesar 0,004 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Selain itu, berdasarkan uji T didapatkan hasil thitung sebesar -2,885, dimana thitung > ttabel yaitu -2,885 > 1,966 sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari hasil uji T sebesar 0,002 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Selain itu, berdasarkan uji T didapatkan hasil thitung sebesar -3,156, dimana thitung < ttabel yaitu -3,156 > 1,966 sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

4.2 Temuan dan Interpretasi

Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai hasil pengujian-pengujian yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya.

4.2.1 Hubungan Koneksi Politik dan Kinerja Perusahaan

Pengujian pengaruh koneksi politik terhadap kinerja perusahaan yang diuji dengan uji T menunjukkan hasil 3,233 > 1,966 dan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa koneksi politik berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Li et al (2008) menyebutkan bahwa dengan adanya koneksi politik dalam sebuah perusahaan swasta di Cina memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan karena dapat membantu perusahaan untuk memperoleh pinjaman kredit dari bank lebih mudah. Dombrovsky (2008) juga menemukan bahwa perusahaan yang memberikan kontribusi kepada partai pemenang pemilu akan memiliki kinerja perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak. Selain itu, Wu dan Wen Feng (2012) juga menemukan bahwa koneksi politik akan membuat

(13)

40

Universitas Kristen Petra

perusahaan mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan proyek-proyek pemerintah yang secara otomatis akan mempengaruhi pendapatan sehingga kinerja perusahaan meningkat.

Koneksi politik bukanlah hal baru di Indonesia, dunia bisnis dan politik bagaikan dua sisi yang jalan bersama-sama. Politik akan bertujuan untuk menciptakan kebijakan publik termasuk didalamnya kebijakan bagi dunia usaha.

Dunia usaha akan bertugas untuk menunjang jalannya dunia politik suatu negara.

Berdasarkan gambaran ini muncul istilah koneksi politik. Adanya koneksi politik dalam sebuah perusahaan dapat mempengaruhi tingkat kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Faccio (2006), Tjondro dan Basuki (2012) dimana perusahaan yang memiliki koneksi politik dapat memiliki beberapa manfaat dalam menjalankan bisnisnya dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki koneksi politik. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah kemudahan memperoleh kredit bank, kemudahan penyelesaian sengketa hukum, dan kemudahan untuk mendapatkan proyek pemerintah.

Perusahaan yang memiliki koneksi politik dengan pemerintah dapat memperoleh keuntungan untuk dapat mengetahui rencana strategis yang akan dilakukan oleh pemerintah dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak memiliki koneksi politik. Menurut Goldman et al (2009), selain pengurangan biaya kompetisi manfaat lain yang dapat diperoleh perusahaan dengan koneksi politik adalah kemudahan dalam mendapatkan proyek pemerintah.

Kriteria koneksi politik dalam penelitian ini adalah dewan direksi dan/ atau dewan komisaris memiliki rangkap jabatan sebagai politisi yang memiliki hubungan dengan partai politik, pejabat pemerintah, pejabat militer, dan mantan pejabat pemerintah atau mantan pejabat militer. Berdasarkan 394 observasi data penelitian didapat sebanyak 137 data (44,3%) memiliki koneksi politik sedangkan sisanya tidak memiliki koneksi politik. Diantara 137 data observasi yang memiliki koneksi politik terdapat 31 (22,62%) data yang merupakan perusahaan milik pemerintah (BUMN dan BUMD). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa perusahaan publik di Indonesia dengan sadar menggunakan koneksi politik untuk mendapatkan beberapa manfaat dalam menjalankan usahanya.

(14)

41

Universitas Kristen Petra

Perusahaan yang memiliki koneksi politik dengan pemerintah dapat memperoleh keuntungan untuk dapat mengetahui rencana strategis yang akan dilakukan oleh pemerintah dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak memiliki koneksi politik. Menurut Goldman et al (2009), selain pengurangan biaya kompetisi manfaat lain yang dapat diperoleh perusahaan dengan koneksi politik adalah kemudahan dalam mendapatkan proyek pemerintah. Pendapat ini didukung dengan data dari Fatchurrochman (2011) yang menunjukkan bahwa 70% dari anggota-anggota yang memiliki hubungan dengan pemerintah akan mendapatkan kontrak dan bergerak di proyek konstruksi yang dibiayai dengan APBN dan APBD milik pemerintah. Melalui proyek-proyek yang didapatkan ini akan membantu meningkatkan pendapatan perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Hal ini sejalan dengan dengan pendapat dari Johnson dan Mitton (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki koneksi politik dengan pemerintah cenderung memiliki kinerja atau profit yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki koneksi politik karena adanya beberapa kemudahan yang dapat diperoleh dengan perusahaan koneksi politik.

4.2.2 Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusahaan Pengujian pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan yang diuji dengan uji T menunjukkan hasil -2,885 > 1,966 dan tingkat signifikansi 0,004 < 0,05 yang berarti bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardianingsih dan Ardiyani (2010) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, penelitian Mahaputeri dan Yadnyana (2014) juga menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan, konflik keagenan muncul karena adanya perbedaan kepentingan serta pendelegasian tugas antara pemegang saham dan manajemen dalam perusahaan yang membuat masing-masing pihak memaksimalkan kepentingan masing-masing. Seorang manajemen memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena pekerjaannya

(15)

42

Universitas Kristen Petra

meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, serta pengambil keputusan dalam sebuah perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan itu sendiri (Sukirni, 2012). Manajer sebagai pengelola perusahaan dengan peran-perannya yang luas membuat manajemen mampu memiliki informasi yang lebih banyak dari pemegang saham lain sehingga dapat menimbulkan tindakan opportunistic manajemen.

Kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat membuat adanya status ganda yang dimiliki manajer baik sebagai pemegang saham dan pengelola perusahaan. Status ganda yang dimiliki ini juga dapat membuat manajer mempunyai kemampuan yang besar untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam sebuah perusahaan karena seolah-olah manajer mengawasi dirinya sendiri. Pendapat ini sejalan dengan Mahaputeri dan Yadnyana (2014) yang menyebutkan bahwa dengan kemampuan yang dimiliki manajer untuk mengendalikan perusahaan ini dapat membuat pemegang saham lainnya semakin sulit untuk mengendalikan segala tindakan yang dilakukan oleh manajer. Hal ini dapat muncul karena manajer cenderung menjalankan perusahaan dengan tujuan dan kepentingan manajer sendiri seperti gaji yang besar dan fasilitas yang dapat menjadi beban bagi pemegang saham lainnya sehingga kinerja perusahaan menurun.

4.2.3 Hubungan Struktur Kepemilikan Institusional dan Kinerja Perusahaan

Pengujian pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan yang diuji dengan uji T menunjukkan hasil -3,156 > 1,969 dan tingkat signifikansi 0,002 < 0,05 yang berarti bahwa struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahaputeri dan Yadyana (2014) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Susanti dan Mildawati (2014) juga menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatifterhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan teori agensi, kepemilikan institusional dibutuhkan agar dapat terjadi pengawasan kepada pihak manajemen untuk mengurangi kemungkinan konflik yang terjadi. Namun, pemegang saham institusional justu tidak mampu

(16)

43

Universitas Kristen Petra

menjalankan fungsinya dengan baik. Pendapat ini diutarakan Pound (1999) dalam Wulandari dan Raharja (2013) bahwa, sebagaian besar kepemilikan institusional cenderung tidak melakukan upaya monitoring dan lebih memilih berpihak atau berkompromi atas segala tindakan yang dilakukan oleh manajemen. Tanpa adanya monitoring yang dilakukan akan membuat manajemen untuk mengambil tindakan- tindakan yang justru mengarah untuk memenuhi kepentingan pribadi manajemen sehingga akan membuat beban perusahaan semakin besar sehingga membuat kinerja perusahaan akan menurun.

Susanti dan Mildawati (2014) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional yang besar dalam sebuah perusahaan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Pendapat ini muncul karena dengan semakin besar kepemilikan pihak institusional membuat pemegang saham akan menggunakan segala cara untuk mengamankan posisi yang dimilikinya dan kepentingannya sendiri sehingga pemegang saham mayoritas akan mengorbankan kepentingan pemegang saham minoritas yang sehingga cenderung membuat kinerja perusahaan menurun.

Gambar

Tabel 4.1. Rekonsiliasi Sampel
Tabel 4.2 Deskripsi Koneksi Politik, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan  Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan
Tabel 4.4 telah menunjukkan bahwa data telah memenuhi kriteria distribusi  normal.  Hal  ini  disebabkan  karena  berdasar  hasil  uji  Kolmogorov  Smirnov  telah
Gambar 4.2. Uji Normalitas Setelah Outlier  Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

Statistik Deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambara atau deskripsi data yang digunakan adalah Manajemen Laba (EM), beban pajak tangguhan (BBPT),

Pengamatan pada proses produksi benar-benar dilakukan untuk mengamati seberapa besar jumlah cacat yang terjadi pada bulan February 2008.. Hasil pengumpulan data-data

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif

4 ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan dijabarkan hasil dari proses pengerjaan pada bab satu, dua dan tiga Pada bab ini juga akan dilakukan analisa terhadap

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi, dengan cara memasukkan seluruh data

Proses pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada bulan Juli 2012 minggu ketiga dengan bimbingan kelas. Pada kegiatan ini penulis

Deskripsi Data Pada bagian ini akan menjelaskan tentang statistik deskriptif atau penyebaran data penelitian yang meliputi variabel dana pihak ketiga, kecukupan modal, penyaluran