• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Dan Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Potensi Dan Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Kota Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

163 Analisis Potensi Dan Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan Kota Medan

Eliyani M. Rizaldy Wibowo

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan

email: elisinaga423@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerimaan pajak BPHTB dan efektivitas penerimaan pajak BPHTB Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan data sekunder yaitu dengan tehnik pengumpulan data menggunakan bukti,catatan dan laporan historis yang tersusun dalam arsip (data documenter). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerimaan pajak BPHTB Kota Medan merupakan pajak daerah yang memiliki potensi pajak kurang baik, dikarenakan belum tergalinya potensi pajak secara optimal akibatnya berdampak pada penerimaan pajak BPHTB yang sering tidak terealisasikan.

Tingkat efektivitas penerimaan pajak BPHTB Kota Medan selama tahun 2016-2020 dikategorikan kurang efektif, yaitu dengan rata-rata persentasenya 87,93%. Efektivitas penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan pengukuran keterkaitan antara hasil dari penerimaan BPHTB dengan potensi/target BPHTB. Apabila tingkat efektivitas dan potensi penerimaan BPHTB tinggi, maka kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kota Medan juga tinggi. Realisasi penerimaan BPHTB. dalam 5 tahun yaitu tahun 206-2020 mengalami pluktuatif, yang mengakibatkan sering tidak tercapainya target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Ini menandakan kurangnya tingkat kesadaran masyarakan dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

Kata Kunci : Potensi, Efektivitas, Penerimaan BPHTB

ABSTRAK

This study aims to determine the potential for BPHTB tax revenues and the effectiveness of Medan City BPHTB tax revenues. The research method used in this study is a qualitative descriptive method using secondary data, namely by data collection techniques using evidence, records and historical reports arranged in archives (documentary data). The results of this study indicate that the tax revenue of Medan City BPHTB is a local tax that has poor tax potential, because the tax potential has not been explored optimally as a result has an impact on BPHTB tax revenues which are often not realized. The level of effectiveness of Medan City BPHTB tax revenue during 2016-2020 is categorized as less effective, with an average percentage of 87.93%. The effectiveness of the receipt of Customs for the Acquisition of Rights on Land and Buildings (BPHTB) is a measurement of the relationship between the results of BPHTB receipts and the potential/target of BPHTB. If the level of effectiveness and potential for BPHTB revenue is high, then its contribution to Medan City's regional income is also high. Realization of BPHTB acceptance. in 5 years, namely the years 2016-2020, it has been fluctuating, which has resulted in the often not achieving the targets set by the government. This indicates a lack of public awareness in fulfilling their obligations as taxpayers.

Keywords : Potential, Effectiveness, Acceptance of BPHT

(2)

164 PENDAHULUAN

Dalam upaya penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah pusat telah memberi wewenang terhadap pemerintah daerah untuk mengatur serta mengurus sendiri segala urusan rumah tangganya. Dengan begitu daerah dapat berkembang dengan mengelola sendiri keuangan dan sumber-sumber yang dimiliki oleh daerahnya dan tidak selalu bergantung kepada pemerintah pusat.

Suatu Negara dapat diakatan maju dengan melihat seberapa besar negara tersebut melakukan pembagunan di Negaranya. Pembagunan tersebut dilakukan sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi materiil maupun spiritual. Dalam upaya melakukan pembangunan tersebut, pemerintah membutuhkan penerimaan Negara yang dapat bersumber dari penerimaan dalam maupun luar negeri. Negara bisa dikatakan mandiri apabila negara tersebut memiliki jumlah penerimaan dalam negeri yang besar tanpa melakukan pinjaman ke luar negeri.

Untuk mewujudkan negara Indonesia menjadi negara yang mandiri serta

pembangunan berskala nasional, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan pemungutan terhadap masyarakat yang disebut dengan pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan Negara yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembagunan nasional.

Sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta dalam dalam pembiayaan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Didalam kehidupan masyarakat ada berbagai macam jenis pajak daerah yang kita ketahui. Pajak yang dipungut pemerintah daerah Kabupaten/Kota salah satunya adalah yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Berdasrkan Undang-undang tersebut telah dinyatakan bahwasanya Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupa kan pajak perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Diperolehnya hak

(3)

165 atas tanah dan/atau bangunan oleh

orang pribadi atau Badan, merupakan suatu perbuatan hukum yaitu tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dalam upaya penyelenggaraan BPHTB Pemerintah Daerah yaitu melalui Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan bisa melakukan kegiatan intensifikasi dan juga ekstensifikasi seperti meningkatkan efektivitas maupun pengoptimalan potensi yang sudah ada dengan tetap berupaya agar potensi dan efektivitas setara, sesuai dengan ketentuan serta perhitungan pemerintah mengenai potensi dan efektivitas tersebut.

Potensi pajak adalah suatu kemampuan dasar ataupun keahlian yang telah ada, tetapi belum diperoleh ditangan dan diperlukan usaha yang maksimal untuk memperolehnya dan dikembangkan. Perlu beberapa upaya yang harus dilakukan untuk memperolehnya, dalam hal perpajakan untuk untuk menghitung potensi pajak perlu dilakukan perhitungan terhadap daya pajak (Apriliana,2014). Efektivitas pajak secara umum pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya

hasil, sering atau senantiasa dikaitkan pada pengertian efisiensi, walaupun sebenarnya terdapat perbedaan diantara keduanya. Rasio efektivitas pajak merupakan potensi yang telah dicapai oleh pemerintah daerah dalam merealisasikan pajak daerah dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kemudian dikalikan 100%. Pasal 33 Ayat (33) Amandemen Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanah sebagai bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, di samping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan lahan usaha, juga merupakan alat investasi yang sangat menguntungkan. Di samping itu, bangunan juga memberi manfaat ekonomi bagi pemiliknya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian nilai ekonomi yang diperolehnya kepada negara melelui pembayaran pajak, yang dalam hal ini

(4)

166 adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB). Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak terutang dan wajib dibayar oleh Wajib Pajak atau pihak yang dikenakan hak atas tanah dan bangunan untuk memperoleh akta peralihan hak seperti jual beli, hibah, tukar menukar, serta risalah lelang ataupun surat keputusan pemberian hak atas tanah dan bangunan yang bisa dibuat dengan memperoleh tanda tangan dari pejabat yang berwenang.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipungut dengan cara dilakukannya self assessment, yaitu pihak yang dikenakan wajib pajak mendapatkan kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Memperhatikan uraian diatas, sudah sewajarnya bila pemilik atau yang memperoleh Hak atas Tanah dan Bangunan menyerahkan sebagian nilai ekonomisnya yang diperoleh kepada pemerintah melalui pembayaran pajak yang disebut dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pemungutannya / pengenaannya harus tetap memperhatikan aspek keadilan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan masyarakat berpenghasilan rendah yang diwujudakan dalam Nilai Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang tidak dikenakan pajak. Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diberlakukan sejak 1 Januari 1998 yang dengan pertimbangan tertentu akhirnya diberlakukan sejak Juni 1998. Medan yang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Kota Medan yang sebagai ujung tombak dari pelayanan masyarakat sesuai dengan perkembangannya saat ini perlu untuk melaksanakan penerimaan serta pemungutan pajak secara potensial dan efektif. Perlu adanya pelayan yang perlu dilakuakan supaya sumber dari pendapatan daerah melalui pendapatan dari Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan agar optimal yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pemungutan serta penerimaan Pajak atas Hak dan Perolehan atas Tanah dan Bangunan.

Berikut Tabel Realisasi dan Target

(5)

167 dalam Penerimaan Pajak BPHTB

Kota Medan Tahun 2016-2020 Tabel Realisasi dan Target dalam

Penerimaan Pajak BPHTB Kota Medan Tahun 2016-2020

Tahun Target Pajak BPHTB

Realisasi Pajak BPHTB

2016 336.974.000.000 265.691.151.674

2017 336.974.000.000 402.547.433.426

2018 339.974.000.000 275.741.255.103

2019 370.085.122.322 302.724.851.911

2020 280.000.000.000 246.200.027.082

Sumber : Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan

Berdasarkan dari data yang ada pada tabel diatas dapat dilihat bahwasanya penerimaan BPHTB dari tahun 2016 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun ketahun berikutnya penerimaan BPHTB mengelami pluktuatif.

Berdasarkan data penerimaan BPHTB Kota Medan, dapat diketahu bahwa pada tahun 2016 realisasi sebesar 265.691.151.674 dengan target sebesar 336.974.000.000,00.

Kemudian pada tahun 2017 penerimaan BPHTB mengalami kenaikan bahkan melebihi target yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dengan realisasi sebesar 402.547.433.426 dengan target sebesar 336.974.000. Selanjutnya pada tahun 2018 penerimaan BPHTB mengalami penurunan dengan realisasi sebesar 275.741.255.103 dengan target sebesar 339.974.000.000,00. Kemudian pada tahun 2019 penerimaan BPHTB kembali mengalami kenaikan dengan realisasi sebesar 302.724.851.911 sedangkan targetnya sebesar 370.085.122.322,00. Selanjutnya paada tahun 2020 kembali mengalami penurunan terhadap penerimaann BPHTB dengan realisasi sebesar 246.200.027.082 dengan target sebesar 280.000.000.000,00.

Pemerintah Kota Medan setiap tahunnya selalu mempunyai target penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang telah ditetapkan, tetapi tidak selalu terealisasikan dengan sempurna.

Bahkan terkadang realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan jauh dibawah target yang telah ditetapkan. Sehingga dalam hal ini Pemerintah Kota Medan melakukan upaya untuk mencapai

(6)

168 tujuannya, yaitu salah satunya adalah

dengan dilakukannya pemungutan pajak. Dengan adanya pemungutan pajak, akan menjadikan sumber penerimaan pendapatan yang dapat menjadi peran dalam penyediaan sumber dana bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam mencapai tujuan penerimaan pajak. Kontradiksi antara penerimaan BPHTB dengan pertumbuhan penerimaan BPHTB Kota Medan menandakan bahwasanya realisasi penerimaan pajaknya belum optimal.

Sedangkan apabila dilihat berdasarkan target dan realisasinya, penerimaan BPHTB sering tidak mencapai target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga secara umum menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajaknya belum sesuai dengan potensi riil yang ada.

Berdasarkan kepada batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah Potensi Penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Medan Tahun 2016-2020 ?

2. Bagaimana tingkat efektivitas Penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Medan Tahun 2016-2020?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif kualitatif yang apabila ditinjau berdasarkan tujuan dan juga sifatnya, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengamatan guna mendapatkan suatu penjelasan atau keterangan dari suatu permasalahan tertentu serta untuk memperoleh gambaran mengenai potensi dan efektivitas penerimaan BPHTB.

Berikut merupakan kerang berfikir dalam penelitian ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

(7)

169 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemungutan pajak yang dilakukan Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan memungut beberapa jenis pajak daerah yang berdasarkan pada Ketentuan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Salah satu dari pajak daerah yang dipungut oleh Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan yaitu Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah salah satu sumber pendapatan dari pajak daerah Kota Medan. Jumlah pajak daerah Kota Medan ditentukan berdasarkan kemampuan pemerintah Kota Medan dalam memungut pajak BPHTB dari wajib pajak, dalam hal ini sangat membantu pemerintah Kota Medan dalam memberikan pelayanan serta meningkatkan perkembangan Kota Medan. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan pada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan telah diperoleh data yang berupa realisasi dan target

penerimaan BPHTB yang bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Target (potensi) dan Realisasi Penerimaan BPHTB Badan Pengelola Pajak dan Retribusi

Daerah KotaMedan Periode Tahun 2016 s/d 2020

Sumber : Badan Pengelolaan Pajakdan Retribusi Daerah Kota Medan

Berdasarkan tabel diatas, bisa dilihat bahwa pada tahun 2016 target (potensi) BPHTB sebesar Rp 336.974.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 265.691.151.674 terdapat selisih Rp71.282.848.326 dan persentase 78,85%, yang artinya target yang sudah ditetapkan tidak tercapai. Tahun 2017 target BPHTB sebesar Rp 336.974.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 402.547.433.426, terdapat selisih Rp 65.573.433.326 dan persentase 119,46%, yang artinya bahwa target yang telah ditetapkan oleh pemerintah

(8)

170 telah mencapai target dan

bahkanmelebihi target yang sudah ditetapkan. Tahun 2018 target

BPHTB sebesar Rp

339.974.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 275.741.255.103, terdapat selisih Rp 64.232.774.897 dan persentase 81,11%, yang artinya target yang sudah ditetapkan oleh tidak tercapai. Tahun 2019 target

BPHTB sebesar Rp

370.085.122.322,00 dengan realisasi sebesar Rp 302.724.851.911 terdapat selisih Rp 67.360.270.411 dan persentase 81,80%, yang artinya target yang sudah ditetapkan oleh tidak tercapai. Pada tahun 2020 target

BPHTB sebesar Rp

280.000.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 246.200.027.082 terdapat selisihRp 33.799.972.918 dan persentase 87,93%, yang artinya target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah belum tercapai.

Dari data diatas dapat dilihat bahwasanya dari tahun 2016-2020 potensi penerimaan BPHTB sering tidak terealisasikan. Sehingga akan berdampak pada penerimaan pendapatan Daerah. Realisasi terendah terjadi pada tahun 2020 yaitu

sebesar Rp 246.200.027.082 dengan target (potensi) sebesar Rp 280.000.000.000 dan persentase 87.93%. sedangkan realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp 402.547.433.426 dengan potensi sebesar Rp 336.974.000.000 dan persentase 119.46% Ini menandakan bahwasanya ada potensi yang belum tergali yang bisa dioptimalkan agar dapat meningkatkan PAD. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu lebih berupaya dalam mengsosialisasikan kepada masyarakat agar lebih meningkatkan ketaatan dalam membayar pajak, karena secara tidak langsung dengan masyarakat membayar pajak maka telah ikut serta dalam pembangunan daerah. Berikut perhitungan efektivitas penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanahdan Bangunan (BPHTB) dengan rumus sebagai berikut :

Efektivitas

=

Realisasi Penerimaan BPHTB Target Penerimaan BPHTB

×

100%

1. Efektivitas 2016 = 265.691.151.674

336.974.000.000 × 100% = 78,85%

(9)

171 2. Efektivitas 2017 =

402.547.433.426

336.974.000.000 × 100% = 119,46%

3. Efektivitas 2018 = 275.741.255.103

339.974.000.000 × 100% = 81,11%

4. Efektivitas 2019 = 302.724.851.911

370.085.122.322 × 100% = 81,80%

5. Efektivitas 2020 = 246.200.027.082

280.000.000.000 × 100% = 87,93%,

Jika dilihat berdasarkan tingkat persentase efektivitas penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Medan mengalami peningkatan dan penurunan akan tetapi sering tidak tercapainya target yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Medan yang dihasilkan mengalami kriteria yang kurang efektif, dapat dilihat berdasarkan indikator dari Depdagri Kepmendagri No.690.900.327.

Interprestasi Nilai Efektivitas Persentase Kriteria

Presentase Efektivitas (%)

Kriteria

Diatas 100% Sangat Efektif

100% Efektif

90%-99% Cukup Efektif 79%-89% Kurang Efektif

<75% Tidak Efektif

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.

690.900.327)

Berdasarkan tabel diatas bisa disimpulkan bahwasanya realisasi penerimaan BPHTB selama 5 tahun yaitu tahun 2016 sampai dengan 2020 mengalami kenaikan dan juga penurunan tetapi sering tidak tercapainya target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Ini menandakan bahwasanya Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan kurang efektif dalam merealisasikan penerimaan Pajak BPHTB.

(10)

172 Analisis Potensi Penerimaan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan

Dengan menganalis potensi ini dapat diketahui besarnya penerimaan pajak BPHTB yang sebenarnya di Kota Medan, untuk mengetahui seberapa besar potensi yang ada, maka perlu dilakukannya perbandingan antara target/potensi yang sudah ditetapkan dengan pemerintah dengan realisasi atau penerimaan yang telah dicapai.

Dengan demikian bisa deperkirakan tindakan apa yang harus dilakukan dalam menggali potensi yang ada di Kota Medan guna menentukan besarnya target yang akan ditetapkan pada tahun berikutnya.

Berdasarkan target/potensi yang telah ditetapkan pemerintah, sering tidak terealisasikannya penerimaan BPHTB. Target/potensi yang sering tidak terealisasikan disebabkan wajib pajak yang belum ingin untuk memperoleh dan meningkatkan status atas hak kepemilikan tanah-tanah yang dimiliki oleh wajib pajak, sehingga selisih antara target dan realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Medan telah menandakan bahwa potensi pajak BPHTB yang dimiliki sangat besar yang belum digali dengan optimal.

Analisis Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan

Untuk menganalisis tingkat efektivitas penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan bisa dilakukan dengan cara membandingkat antara target penerimaan dengan realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) berdasarkan tahun yang sama.

Sering tidak tercapainya target dan penurunan jumlah realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kota Medan ini terjadi akibat kurangnya kesadaran masyarakat atau wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak. Selain itu, disebabkan besarnya aparatur

(11)

173 perpajakan dan juga peran dalam

melaksanakan tugas serta tindakan proaktif yang dilakikan oleh fiskus yang jurusita perpajakan dan juga kepala bagian seksi pemungutan pajak dalam memberikan edukasi kepada wajib pajak dalam menjalankan pelaksanaan pemungutan dalam penerimaan pajak memiliki andil yang cukup besar.

Efektivitas penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan pengukuran keterkaitan antara hasil dari penerimaan BPHTB dengan potensi/target BPHTB. Dengan melakukan perbandingan antara realisasi penerimaan BPHTB yang diperoleh oleh pemerintah daerah dengan target penerimaan BPHTB yang dianggarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan dengan tahun yang sama merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat efektivitas penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB. Maka dari itu, efektivitas adalah perbandingan antara realisasi penerimaan BPHTB pada Kota Medan dengan Potensi/target

penerimaan BPHTB yang sudah dutetapkan oleh pemerintah. Apabila tingakat efektivitas dan potensi penerimaan BPHTB tinggi, maka kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kota Medan juga tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Potensi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan sering mengalami fluktusi dalam realisasi penerimaan pajaknya. Akibatnya potensi pajak dikategorikan kurang baik, yang mengakibatkan sering terjadi potensial loss yaitu merupakan belum tergalinya potensi pajak secara optimal dalam meningkat kan PAD.

2. Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada Badan Penelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan, dikategorikan kurang

(12)

174 efektif, dikarenakan

berdasarkan pada tingkat penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banguan (BPHTB) yang mengalami penurunan serta peningkatan tetapi sering tidak tercapainya target yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan.

Saran

1. Perlu dilakukannya sosialisasi yang lebih intensif kepada

masyarakat guna

meningkatkan status dalam hak kepemilikan lahan-lahan yang dimiliki.

2. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak-pihak terkait seperti, Pimpinan, Petugas Lapangan, BPN, Notaris, dan juga para Wajib Pajak dalam pelaksanaan Pajak BPHTB agar lebih meningkatkan PAD.

3. Meningkatkan kegiatan- kegiatan penyuluhan kepada 4. masyarakat agar dapat

membuka pola fikir

masyarakat betapa pentingnya membayar pajak demi meningkatkan pembangunan di Kota Medan.

5. Kepada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan diharapkan agar lebih teliti dalam menerapkan perencanaan penetuan target

BPHTB dengan

menyesuaikan kepada potensi yang ada di Kota Medan

DAFTAR PUSTAKA

Kapahese, I. B., Karamoy, H., &

Pangerapan, S. 2021.

"Analisis Efektivitas, Efisiensi, Dan Kontribusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Bitung". Jurnal EMBA, Vol.

9(No. 1), 1420-1427.

Kurniawan, P., & Purwanto, A.2004.

Pajak Daerah dan Restribusi Daerah di Indonesia. Malang:

Bayumedia Publishing.

Lubis, R. H.2018. Pajak Penghasilan.

Yogyakarta: ANDI.

Mardiasmo.2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Mardiasmo.2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI.

(13)

175 NUR, S. W.2018. Pengaruh Tugas

Terhadap Pembelian Tanah Dan Bangunan Hak Atas Pendapatan Asli Daerah.

IJEMSS, Vol. 1(No. 1), 2614- 3887.

Nurmayan, & Christina.2015.

Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis Teori dan Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia.

Puspita Sari, D. H., Heriansyah, K., &

Masri, I. 2018. "Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan BPHTB Dan PBB-P2 Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor)".

JURNAL ILMIAH WAHANA AKUNTANSI, Vol. 13(No. 2), 176-193.

Resmi, S.2013. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta Selatan:

SALEMBA EMPAT.

Sari, H. K., & Rahayu, D. 2020.

"Potensi Dan Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah

danBangunan (BPHTB) dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarmasin".

Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 3( No. 2), 2746-3249.

Sari, N., Luthan, E., & Syafriyeni, N.

2019. "Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hak Atas Bumi dan Bangunan

(BPHTB) Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pariaman Sebelum dan Setelah Menjadi Pajak Daerah (2009-2015)".

Jurnal Internasional Sains dan Teknologi Penelitian Inovatif, Vol. 4(No. 10), 2456- 2165.

Sugiyono.2019. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&

D. Bandung: ALFABETA, CV.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. 2018. Pajak Penghasilan. In R. H. Lubis, Pajak Penghasilan (p. 1).

Yogyakarta: ANDI.

Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Undang-undang ini menggantikan ordonansi Bea Balik Nama Staatsblad 1924 Nomor 291.

Peraturan Pmerintah No, 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena waris dan Hibah.

Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan.

(14)

176 Peraturan Pemerintah No. 113 Tahun

2000 tentang Penentuan Beasarnya NPOPTKP BPHTB. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan Dasar-dasar Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku lainnya.

Walyo.2018. Akuntansi Pajak.

Jakarta Selatan : Salemba Empat.

Wulandari, E., Harimurti, F., &

Widarno, B. 2017. "Anlisis Efektivitas Dan Estimasi Penerimaan Pajak BPHTB Serta Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011-2015". Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, Vol.

13(No. 1), 33 – 40.

Yunita, N., & Fahriani, D. 2020.

"Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan BPHTB Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo". Greenomika, Vol.

2(No. 2), 2657-0114.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil simulasi numerik, titik setimbang kepunahan akan stabil asimtotis jika laju pemanenan spesies pertama dan kedua lebih besar dari laju pertumbuhannya..

Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena perumusan masalah akan membantu peneliti untuk mengidentifikasi persoalan yang akan

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan keberhasilan pelaksanaan discharge planning perawat pada pasien pasca pembedahan

Analisis Keragaman Pengaruh Pemberian Tepung Kulit Buah Markisa Fermentasi Phanerochaete chrysosporium terhadap

di Kejaksaan RI, dipilih oleh pengaju keberatan sesuai dengan alasan keberatan yang diajukan **** Diisi sesuai dengan ketentuan jangka waktu dalam Peraturan Jaksa

Penulisan Ilmiah ini membahas mengenai cara pembuatan website komunitas dengan berbagai fasilitas yang disediakan dalam cms Wordpress dan PhpBB. Pembuatan Website ini bertujuan

Selektivitas tertinggi didapatkan pada sampel komposit semikonduktor TiO 2 -SrCO 3 dengan persentase mol 70% TiO 2 + 30% SrCO 3 yaitu 3,26 pada tegangan 24 volt pada

- Pada saat alat menyala, secara otomatis akan dimulai proses pendeteksi pola tangan oleh user. - Alat ini dibagi menjadi 2 data, yaitu data latih dan data uji. - Data pada