• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI. KOMUNIKASI PERSUASIF PROF.DR.SUPRAYOGO. Penelitian ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI. KOMUNIKASI PERSUASIF PROF.DR.SUPRAYOGO. Penelitian ini"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1 Penelitian Sejenis

Sebelum melakukan penelitian ini, ada penelitian sejenis oleh para peneliti sebelumnya,adapun penelitiaanya adalah sebagai berikut : penelitian yang dilakukan oleh Dwi Chandra Pranata, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mengangkat judul penelitian KOMUNIKASI PERSUASIF PROF.DR.SUPRAYOGO. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sementara tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui model komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Prof. Imam Suprayogo dan juga untuk mengetahui manfaat komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Prof. Imam Suprayogo, persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Dwi Chandra Pranata adalah sama-sama menggunakan komunikasi persuasif sebagai metode untuk melakukan penelitia, hanya saja fokus yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada sebuah perusahaan sementara Dwi Cahandra Pranata dilakukan pada satu orang atau seseorang. Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah kuantitatif sedangkan Dwi Chandra Pranata dengan desain Kualitatif pendekatan naratif.

Penelitian sejenis selanjutnya oleh Nurhayani Mahasiswa Universitas Islam Negeri Aluddin Makassar Tahun 2016 Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul penelitian PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN

9

(2)

DAN CATATN SIPIL KOTA MAKASSAR penelitian yang dilakukan oleh Nurhayani menggunakan pendekatan kuantitatif hal inipun dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Penerapan metode atau teknik penelitiannya sama yaitu komunikasi persuasif, letak perbedaaanya terlihat pada tempat penelitian dan tujuan penelitiaanya, Nurhayani melakukan penelitian pada kinerja karyawan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar sementara peneliti pada loyalitas karyawan di PT Swadharma sarana Informatika.

2.2. Kepemimpinan

Kepemimpinan (Leadership) dengan manajemen memiliki kemiripan, meskipun sebenarnya berbeda dalam konsepnya. Menurut Bennis dan Nanuskonsepsi pemimpin lebih kea rah mengerjakan yang benar, sedangkan menejer memusatkan perhatian pada mgerjakan secara tepat atau terkenal dengan ungkapan : “Managers are people who do things and leaders are people who do yhe right thing” (Bennis, W. G dkk 1995;210).

Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.

Jelaslah bahwa seseorang bisa merupakan seorang pemimpin tanpa harus menjadi seorang manajer, dan seorang bisa menjadi manajer tanpa harus memimpin. Beberapa ahli menyatakan bahwa kedua hal tersebut secara kualitatif berbeda, bahkan masing-masing berdiri sendiri. Inti dari argumentasi menurut Yulk adalah para manajer berorientasi pada stabilitas, sedangkan para pemimpin

(3)

berorientasi pada inovasi. Para manajer membuat agar orang melakukan hal-hal secara lebih efisien, sedangkan para pemimpin membuat agar supaya orang-orang setuju mengenai bagaimana sesuatu itu harus dilakukan (Yulk, Gerry A 1998;4).

Kata kepemimpinan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris

“Leadership” yang menurut ensiklopedia umum tahun 1993 diartikan sebagai

“hubungan yang erat antara sekelompok manusia, karena adanya kepentingan yang sama”. Hubungan tersebut ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terarah dari pemimpin kepada yang dipimpin. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam kepemimpinan tentu akan menentukan unsure pemimpin yakni orang yang akan mempengaruhi tingkah laku pengikutnya (influence) dalam situasi tertentu (Qamariah, Aan 2008;241).

Untuk mendefinisikan istilah kepemimpinan secara tepat bukanlah hal yang mudah. Begitu sulitnya menentukan definisi yang tepat tentang kepemimpinan, Greenberg dan Baron memandang kepemimpinan serupa dengan cinta, dalam artian banyak orang yang meyakini bahwa ia bisa memahami tentang kepemimpinan tetapi kesulitan ketika mencoba mendefinisikannya. Disamping itu, digunakannya istilah-istilah lain seperti kekuasaan, wewenang, manajemen, administrasi, pengendalian, dan supervise yang menjelaskan hal yang sama semakin menambah kebingungan tersebut (Yulk, Gerr A 1993;3).

Sehingga tidak mengherankan jika kita menemukan begitu banyak definisi kepemimpinan, bahkan Stodgill setelah melakukan kajian mendalam tentang kepemimpinan berkesimpulan bahwa terdapat hampir sama banyknya definisi tentang kepemimpinan dengan orang yang telah mendefinisikan konsep tersebut.

(4)

Meskipun demikian, untuk memahami konsep kepemimpinan dalam penelitian ini, akan dikutip beberapa pendapat pakar tentang pengertian kepemimpinan.

Robbins mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan ( Robbins, 1996;39).

Gibson dkk mendefinisiknnya sebagai upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu (Gibson 1996;334).

Demikian juga definisi yang dikemukakan Stoner, dkk tampaknya senada dengan definisi sebelumnya, menurut mereka kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Hemhill dan Conns (1995) mendefinisikan kepemimpinan sebagai prilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama.

Definisi-definisi di atas mencerminkan bahwa kepemimpinan itu menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur atau mengorganisir aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau organisasi. Berbagai definisi yang telah dijabarkan diatas keliatannnya tidak berisi hal-hal selain itu. Hanya saja menurut Yulk (1998) definisi definisi tersebut berbeda dalam berbagai aspek, termasuk didalamnya siapa yang menggunakan pengaruh, sasaran yang ingin diperoleh dari pengaruh cara bagaimana pengaruh tersebut digunakan, serta hasil dari usaha menggunakan pengaruh tersebut.

(5)

Berbagai definisi kepemimpinan di atas menunjukkan bahwa definisi secara tunggal sangat sulit ditemukan dan tidak ada definisi yang paling tepat.

Tetapi dari perbedaan yang adad, kita bisa menarik akar definisi kepemimpinan sebagai suatu proses dan prilaku untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang sama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu atau organisasi. Setidaknya menurut Stoner (1996) terdapat empat implikasi penting dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut, yaitu:

Pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain. Kepemimpinan tidak bisa berdiri sendiri tapi harus ada orang lain yang terlibat didalamya, baik sebagai bawahan atau pengikut yang akan menerima pengarahan dari pimpinan.

Kedua, kepemimpinan mengharuskan distribusi kekuasaan. Dalam kepemimpinan, seorang pemimpinan tidak seharusnya memegang kekuasaaan secara penuh, tetapi ia harus membagi-bagi kekuasaannya dengan anggota kelompok dibawahnya. Sekalian demikian ia tetap memiliki kekuasaan lebih besar dari pada yang lainnya.

Keempat, kepemimpinan berkaitan dengan nilai. Dengan kata lain bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral, pemimpin yang mengkesampinkan aspek moral dlam kepemimpinannya cenderung akan bersikap melanggar aturan dan etika yang ada.

Berdasarkan serangkaian penjelasan dan pemaparan dia atas penulis bisa menyimpilkan bahwa kepemimpinan merupakan perisai bagi sebuah perusahaan yang menjadi mesin utama untuk menajalankan perusahaan yang dipimpinnya

(6)

agar dapat berjalan beriringan dengan target serta perangkat perusahaan di dalammnya.

2.3 Komunikasi Persuasif

Persuasif atau dalam bahasa inggris persuasion yang secara harfiah berarti ajakan, bujukan, imbauan, dan lain-lain yang sifatnya halus dan luwes (Effendy, 1988:67). Istilah persuasi atau pesuasif berasal dari bahasa latin persuasion yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasi dapat dilakukan secara rasional dan emosional. Dengan cara rasioanal komponen kognitif pada seseorang dapat dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional menyentuh aspek afeksi, melalui cara emosional aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah ( soemirat dalam Abidin. 2015:184-185).

Komunikasi persuasif ( persuasive communication) adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain agar berubah sikapnya, opini dan tingkah lakunya dengan kesadaran sendiri (Effendy. 2009:81). Adapun elemen komunikasi persuasif yang dieksplorasi oleh para psikolog sosial adalah sebagai berikut : (1) komunikator, (2) pesan, (3) bagaimana pesan dikomunikasikan, dan (4) khalayak dengan kata lain siapa mengatakan apa, dengan metode apa, kepada siapa (myers dalam taylor dkk. 2009:182).

Pengertian lain mengatakan istilah persuasi berasal dari bahasa latin, persuasio, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasi dapat

dilakukan secara rasional dan emosional. Dengan cara rasional komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep, persuasi yang dilakukan secara emosional menyentuh aspek afeksi, yaitu berkatian dengan kehidupan emosional seseorang melaui cara

(7)

emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah (Soemirat dalam Abidin : 2015: 184-185).

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, apabila mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan dan komunikator akan merasa ada kesamaan sehingga bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator (Effendy, 2006:38). Komunikasi persuasif memiliki dua pengaruh yaitu :

1. Pengaruh Personal

Penelitian tentang persuasi menjelaskan bahwa yang lebih mempengaruhi diri kita bukanlah media, tetapi hubungan kita dengan orang lain. Strategi penjualan modern mencoba melakukan persuasi dari mulut ke mulut atau pesan berantai, menciptakan desas-desus dan menyemaikan penjualan (Walker dalam Myers. 2012:310).

Komunikasi secara tatap muka, oleh para ahli dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang (Effendy.2006:125).

2. Pengaruh Media

Pengaruh media dua tahap aliran. Meskipun pengaruh persuasi secara tatap muka lebih besar daripada pengaruh media, kita sebaiknya tidak menganggap rendah kekuatan media. Orang-orang yang secara personal mempengaruhi opini kita pasti mendapat gagasan dari beberapa sumber yang sering kali berasal dari media. Elihu Katz mengobservasi bahwa efek media bekerja melalui dua tahap aliran

(8)

komunikasi dari media ke pendapat tokoh dan akhirnya menjadi dokumen (Keller dan Berry dalam Myers. 2012:330).

Dua tahap aliran informasi ini mengingatkan kita bahwa media mempengaruhi budaya secara halus. Meskipun media mengarahkan secara langsung perilaku seseorang tetapi pengarahan tidak langsung yang dilakukan jauh lebih besar (Myers. 2012:331).

Pembahasan dan pengertian mengenai komunikasi persuasif yang sudah peneliti kutip dari berbagai sumber buku, memiliki keterkaitan yang sejalan dengan tujuan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang baik sesuai dengan kaidah dan kebiasaan seorang manusia dalam berkomunikasi tanpa menghilangkan nilai afektif secara emosianal.

2.3.1 Landasan Konsep Komunikasi Persuasif

Ketika melakukan persuasi perhatian kita dapat terpusat pada upaya mengubah atau memperkuat sikap dan kepercayaan sasaran persuasi, atau pada upaya mengajak untuk bertindak dengan cara tertentu (Darmawan. 2006:20). Dari penjelasan tersebut, ada tiga konsep yaitu :

1. Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Melalui komunikasi persuasif, seorang receiver (penerima pesan) dapat berubah sikap karena paparan informasi dari sender (pengirim pesan).

Menurut Martin Fishbein, sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sasaran perubahan

(9)

sikap tersebut meliputi aspek dasar sikap manusia yaitu aspek afektif (kesukaan atau perasaan terhadap suatu objek), kognitif (keyakinan terhadap sebuah objek), dan motorik / perilaku (tindakan terhadap objek) dengan uraian sebagai berikut:

A. Sasaran aspek kognitif dalam komunikasi persuasif

Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan tersebut. Proses kognitif berjalan saat proses persuasif terjadi, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap objek sikap.

B. Sasaran aspek afektif dalam komunikasi persuasif

Pada bagian ini proses afektif atau emosi yang akan dijadikan pokok bahasan. Ketika pesan persuasi disampaikan, pesan tersebut akan menyentuh dan mempengaruhi aspek emosi individu yang dijadikan sasaran persuasi. Pavlov dalam prinsip classical atau respondent conditioning mengemukakan bahwa seseorang akan bersikap positif

terhadap objek yang sering disajikan bersamaan dengan stimulus positif, begitupun sebaliknya, seseorang akan bersikap negatif terhadap objek yang disajikan bersamaan dengan stimulus negatif.

Prinsip tersebut berkaitan dengan proses afektif seseorang ketika menerima pesan.

C. Sasaran aspek motorik/perilaku dalam komunikasi persuasif

Tensi disonansi memotivasi kita untuk berubah, baik perilaku kita atau keyakinan kita, dalam upaya untuk menghindari perasaan tertekan.

(10)

Semakin penting isu (pesan) untuk kita dan semakin besar perbedaan di antara perilaku dan keyakinan kita, maka semakin tinggi besarnya disonansi yang akan kita rasakan. Perubahan sikap dapat terjadi karena adanya keinginan seseorang untuk menghilangkan keadaan ketidakcocokan/ketidaknyamanan.

2. Kepercayaan

Kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan kebenaran sesuatu. Kepercayaan timbul akibat dari percampuran observasi pengalaman, bukti dari pihak kedua, juga motivasi yang kompleks. Martin Fishbein mengatakan bahwa kepercayaan adalah hipotesis bahwa suatu objek itu ada dan bahwa hubungan yang terjadi diantara objek dengan pertimbangan objek-objek yang lainnya. Sehingga menurut definisi tersebut, terdapat dua kepercayaan yaitu kepercayaan kepada objek dan kepercayaan tentang objek. Kepercayaan kepada objek seperti Fulan sedang mengalami cedera. Kepercayaan tentang objek seperti cedera yang dialami Fulan tidak akan berlangsung lama.

3. Perilaku

Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas atau dapat diamati. Perilaku merupakan tindakan dari sikap kita terhadap sesuatu.

Seperti perilaku membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu tindakan yang terlihat dari orang yang memiliki sikap sadar akan kebersihan. (Darmawan. 2006:21-23).

(11)

Manusia pada dasarnya cenderung untuk berkelompok, manusia tidak bisa hidup secara individual ia selalu membutuhkan orang lain hal ini sejalan dengan konsep komunikasi persuasif yang telah dipaparkan di atas, berdasarkan penjelasan konsep komunikasi persuasif penulis akan mengambil 3 konsep komunikasi persuasif sebagai alat ukur untuk melakukan penelitian, dimana Sikap, Kepercayaan dan Perilaku adalah hal paling sering dijumpai dalam suatu organisasi atau perusahaan sebagai bentuk loyalitas terhadap tanggung jawab pekerjaanya, adapun penjelasan mengenai hal yang sejalan mengenai bagaimana konsep komunikasi persuasif beriringan dengan penelitian penulis akan dijelaskan pada sub halaman berikutnya.

2.3.2 Metode Komunikasi Persuasif

Metode komunikasi persuasif memiliki 5 metode yaitu Asosiasi, Integrasi, pay of idea, iching device, dan red hering, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.

2. Integrasi adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan, metode ini mengandung pengertian adanya kemampuan komunikator untuk menyatukan diri kepada pihak komunikan.

(12)

3. Pay of idea merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau hal yang menjanjikan harapan.

4. Iching device yaitu menata pesan komunikasi dengan himbauan emosional sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi lebih tertarik 5. Red hering adalah seni seorang komunikator untuk meraih

kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit aspek yang disukainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan (Effendy, dalam Karlinda. 2012:21).

Berdasarkan metode komunikasi persuasif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran seorang pemimpin atau komunikator sangat signifikan hal ini ditunjukkan dengan kelima metode komunikasi persuasif tersebut menyebutkan bahwa komunikator atau seorang pemimpin harus mempunyai keahlian untuk mempengaruhi seseorang melalui pesan ataupun kebijakan yang disampaikannya sehingga dapat merubah pola pikir bahkan perilaku seseorang yang dipengaruhinya.

2.3.3 Tahap-tahap dan Teknik-teknik Persuasif

1) Tahap-tahap Persuasif

Komunikasi persuasif dilakukan dengan menggunakan cara-cara halus dan manusiawi sehingga komunikan dapat menerima dan melaksanakan dengan sukarela sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, seorang guru dalam berkomunikasi harus menggunakan cara-cara yang

(13)

luwes dengan pendekatan kemanusiaan. Untuk keberhasilan komunikasi persuasif terdapat tahap-tahap yang harus diperhatikan. Hal ini ditegaskan Onong U. Effendi 2004: 25) yang mengatakan bahwa:

Tahapan tersebut dikenal dengan A-A procedure atau from attention to action procedure melalui formula AIDDA singkatan dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan).

Onong U. Effendi (2004: 25-26) mengungkapkan bahwa: Berdasarkan formula AIDDA tersebut komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian komunikan misalnya pemilihan kata-kata yang menarik serta gaya penampilan fisik yang simpatik. Setelah komunikator berhasil membangkitkan perhatian komunikan langkah selanjutnya adalah tahap menumbuhkan minat komunikan. Setelah komunikator berhasil menumbuhkan minat, tahap selanjutnya diikuti dengan upaya memunculkan hasrat dengan alternatif cara yang dilakukan diantaranya dengan melakukan ajakan atau bujukan. Pada tahap ini imbauan emosional perlu ditampilkan komunikator sehingga pada tahap-tahap selanjutnya komunikan dapat langsung mengambil keputusan untuk melakukan suatu tindakan sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator.

Dari tahapan-tahapan tersebut akan tampak bahwa pentahapan dalam komunikasi persuasif dimulai dari upaya membangkitkan perhatian,

(14)

menumbuhkan minat, memunculkan hasrat, mengambil keputusan sampai melakukan melakukan tindakan.

2) Teknik-Teknik Persuasif

Onong U. Effendy (2004: 21) mengungkapkan bahwa: Persuasif merupakan kegiatan psikologis yang bertujuan untuk merubah sikap, perbuatan dan tingkah laku dengan kesadaran, kerelaan dan disertai dengan perasaan senang. Agar komunikasi tersebut mencapai sasaran dan tujuan, perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi yang mencakup:

pesan, media, dan komunikan.

Hal yang perlu diperhatikan komunikator adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan pesan (message management). Untuk itu diperlukan teknik-teknik tertentu dalam melakukan komunikasi persuasif. Onong U.

Effendy (2004: 6) mengungkapkan bahwa: cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan disebut teknik berkomunikasi.

Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif itu, Onong U. Effendy (2004: 23) mengungkapkan teknik-teknik yang dapat dipilih dalam proses komunikasi persuasif yaitu:

a) Teknik Asosiasi

(15)

Adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpahkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.

b) Teknik Integrasi

Ialah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti bahwa melalui kata-kata verbal maupun non verbal komunikator menggambarkan bahwa ia

"senasib" dan dengan karena itu menjadi satu dengan komunikan.

c) Teknik Ganjaran

Adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-ngiming hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan.

d) Teknik Tataan

Teknik tataan atau icing technique dalam kegiatan persuasi ialah seni penataan pesan dengan imbauan emosional (emotional appeal) sedemikan rupa sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya.

e) Teknik red herring

Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif teknik red herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan

dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Jadi teknik ini dilakukan pada saat komunikator berada dalam posisi yang terdesak.

(16)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif memiliki teknik-teknik tertentu dalam proses penyampaiannya. Teknik-teknik tersebut antara lain teknik asosiasi, teknik integrasi, teknik ganjaran, teknik tataan, dan teknik red-herring.

2.3.4 Model Operasional Komunikasi Persuasif

Model operasional komunikasi persuasif, menurut Lerbinger Otto dalam Abidin (2015 : 186-187), antara lain sebagai berikut :

a. Stimulus Respons

Model persuasi ini paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep asosiasi.

b. Kognitif

Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran, dan rasio untuk peningkatan pemahaman, mudah dimengerti, dan logis. Dalam melakukan persuasi pada posisi ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis. Artinya idea tau informasi yang disampaikan tidak dapat diterima sebelum alasannya jelas.

c. Motivasi

Motivasi, yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mengubah opininya atau agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan menawarkan ganjaran tertentu.

d. Sosial

Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau komunikan, artinya pesan yang disampaikan sesuai dengan

(17)

status sosial yang bersangkutan sehingga proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan.

e. Personalitas

Model persuasi ini memerhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respons dari khalayak tertentu.

f. Taktik / Strategi Persuasi

Salah satu strategi persuasi adalah berupaya mencari tahu sesuatu yang telah diyakini dan dapat membujuk komunikan, sekaligus mempengaruhi opini agar sesuai dengan keinginan dan tujuan dari komunikasi.

Model operasional yang dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model operasional komunikasi persuasif ini dapat memberikan gambaran bagaimana memahami karakter, pesan yang akan disampaiakan upaya mempengaruhi hingga sikap yang sewaktu-waktu dapat berubah.

2.4 Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi menurut Wiryanto adalah pengiman dan penerimaan berbagai pesan organisai di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi, isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial berorientasi bukan pada organisasi, akan tetapi lebih kepada anggotanya secara individual (Romli. 2011:2).

(18)

Everett M Rogers dalam bukunya communication in organitazion,yang kemudian dikutip oleh Rekha Angarwala, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melaui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas (Rekha Abgarwala.

1976:135). Sementara itu menurut Senjaya komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam kontek komunikasi (Senjaya. 1994:133).

Kolerasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang berfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, factor-faktor apa saja yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Secra umum fungsi komunikasi organisasi yaitu sebagai beriku :

1. Fungsi Informatif

Organisasi dpat dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi. Maksudnya seluruh anggota seluruh anggota dalam suatu organisai berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi yang di dapat memumgkinkan setiap anggota organisai dapat melakukan pekerjaanya secara lebih pasti.

2. Fungsi Regulatif

(19)

Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu :

a. Berkaitan dengan orang-orang yangn berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan juga perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya.

b. Berkaitan dengan pesan, yaitu pesan-pesan regulatif yang pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil seuai dengan yang diharapkan.

Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada member perintah. Sebab, pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar di banding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas pekerjaanya

(20)

dengan baik. Adda dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu :

a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (bulletin, news latter) dan laporan kemajuan organisasi.

b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan anatar pribadi selama istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan kegiatan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi (Senjaya. 1994:133- 134).

2.4.1 Dimensi Komunikasi Internal Dalam Organisasi

Komunikasi organisasi tak bisa terlepas dari dimensi-dimensi yang menyempurnakan alur komunikasinya agar berjalan senada sesuai harapan sebuah lembaga, instansi pemerintahan bahkan perusahaan. Dua jenis dimensi komunikasi organisasi yaitu :

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahannya dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbale balik. Dalam komunikasi vertikal pemimpin memberikan intruksi-intruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasa kepada bawahannya. Bawahan

(21)

memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pimpinan (Effendy. 2006: 123).

2. Komunnikasi Horizontal

Komunikasi secara mendatar antara anggota staff, karyawan, sesama karyawan. Berbeda dengan vertikal sifatnnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal mereka berkomunikasi satu sama lain bukan padda waktu mereka sedang bekerja melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja (Effendy. 2006:

124).

Berdasarkan pemaparan tentanng komunikasi organisasi yang telah diuraikan di atas, penulis dapat menambil kesimpulan komunikasi organisasi adalah komunikasi antara pemimpin dan bawahan maupan bawahan dengan pimpinan dilakukan terstruktur rapi dalam sebuah lembaga, instansi pemerintahan ataupun perusahaan secara keseluruhan, bukan sekedar berkomunikasi tanpa dengan tujuan akan tetapi memiliki tujuan bersama, untuk itu sebuah organisasi harus mengelola komunikasinyas secara terus- menerus.

2.5 Loyalitas

Loyalitas atau kesetian merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian karyawan yang mencangkup kesetiaan terhaddap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi di dalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab (Hasibuan. 2005: ).

(22)

Pengertian lain menyebutkan bahwa loyalitas kepada pekerjaan tercermin pada sikap karyawan yang mencurahkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab, displin, serta jujur dalam bekerja (poerwopoespito. 2004: ). Kemudian dijelaskan kembali bahwa sikap karyawan sebagi bagian dari perusahaan yang paling utama adalah loyal, sikap ini diantaranya tercermin dari terciptanya suasana yang menyenangkan dan mendukung di tempat kerja, menjaga citra perusahaan dan adanya kesediaan untuk bekerja dalam jangka waktu yang lebih panjang (poerwopoespito. 2005: ).

Pemaparan definisi mengenai loyalitas di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa loyalitas karyawan tercermin pada perilaku seperti apa yang diperlihatkan dalam pekerjaanya karena terikat oleh tanggung jawab yang diembannya.

2.5.1 Aspek-Aspek Loyalitas

Pengertian mengenai loyalitas kemudian bagaimana loyalitas itu bekerja dengan baik ditunjukkan oleh beberapa aspek loyalitas yaitu :

1.Ketaatan Atau Kepatuhan

Ketaatan yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala peraturan kedinasan yang belaku dan mentaati perintah dinas yang diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan yang ditentukan.

6 Ciri-ciri ketaatan yaitu :

a. mentaati segala peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

b. mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang dengan baik

(23)

c. selalu mentaati jam kerja yang sudah ditentukan

d. selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya 2. Bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat waktu, serta berani mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau tindakan yang dilakukan. Ciri-ciri tanggung jawab yaitu :

a. Dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu

b. Selalu menyimpan atau memelihara barang-barang dinas dengan sebaik-baiknya

c. Mengutamakan kepentingan dinas dari kepentingan golongan

d. Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain.

3. Pengabdian

Pengabdian yaitu sumbangan pemikiran dan tenaga secara ikhlas kepada perusahaan.

4.Kejujuran

Kejujuran adalah keselarasan antara yang terucap atau perbuatan dengan kenyataan. Ciri-ciri kejujuran yaitu :

a. Selalu melakukan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa

b. Tidak menyalahgunakan wewenang yang ada padanya

c. Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan apa adanya ( Saydam. 2000:

)

(24)

Aspek- aspek dari loyalitas yang dikemukakan di atas dikuatkan dengan unsur-unsur loyalitas diantaranya :

1. Dorongan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, kekuatan aspek ini sangat dipengaruhi oleh keadaan individu, baik kebutuhan, tujuan maupun kecocokan individu dalam perusahaan.

2. Keinginan umtuk berusaha semaksimal mungkin bagi perusahaan, kesamaan presepsi antara karyawan dan perusahaan didukung oleh kesamaan tujuan dalam perusahaan untuk mewujudkan keinginan yang kuat agar berusaha maksimal.

3. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai perusahaan. Kepastian kepercayaan yang diberikan karyawan tercipta dari operasional perusahaan yang tidak lepas ddari kepercayaan perusahaan terhadap karyawan itu sendiri dalam melaksanakan pekerjaanya. Karyawan yang memiliki jiwa loyalitas yang tinggi akan memiliki jiwa kerja yang positif. Sifat kerja yang positif meliputi : a. Kemauan untuk bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu

kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang secara individual.

b. Rasa memiliki. Adanya rasa memiliki karyawan terhaddap perusahaan akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab pada perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya tujuan bersama.

(25)

c. Hubungan antar pribadi, karyawan yang mempunyai loyalitas tinggi mereka akan mempunyai sikap fleksibel kearah hubungan antar pribadi. Hubungan antar pribadi ini meliputi, hubungan sosail diantara karyawan, hubungan yang harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman kerja.

d. Suka terhadap pekerjaan, perusahaan harus dapat menghadapi kenyatan bahwa karyawannya setiap hari dating untuk bekerja sam sebagai manusia seutuhnya dalm hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati.

2.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Kerja

Loyalitas kerja akan tercipta apabila karyawan merasa tercukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup dari pekerjaannya, sehingga mereka merasa betah bekerja dalam suatu perusahaan tersebut. Hal ini menegaskan bahwafaktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan adalah adanya fasilitas-fasilitas kerja, tunjangan, kesejahteraan, suasana kerja serta upah yang diterima dari perusahaan.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Stree & Porter yang kemudian dikutip oleh Kadarwati bahwa loyalitas kerja dipengaruhi oleh diantaranya sebagai berikut :

1. Karateristik Pribadi

Karakteristik pribadi merupakan faktor yang menyangkut karyawan itu sendiri yang meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, tinhkat pendidikan, prestasi yang dimiliki, ras dan sifat keperibadian.

2. Karakteristik Pekerjaan

(26)

Karakteristik pekerjaan menyangkut pada seluk beluk perusahaan yang dilakukan meliputi tantangan kerja, job stress, kesempatan untuk berinteraksi sosial, identifikasi tugas, umpan balik dan kecocokan tugas.

3. Karakteristik Desain Perusahaan

Karakteristik desainperusahaan menyangkut padda intern perusahaan yang dapat dilihat dari sentralisasi, tingkat formalitas, tinhkat keikiutsertaan dalam mengambil keputusan, paling tidak telah mengajukan tingkat asosiasi dengan tannggung jawab perusahaan, ketergantungan fungsional maupun fungsi control perusahaan.

4. Pengalaman Yang Diperoleh Dari Perusahaan

pengalaman tersebut merupakan internalisasi individu terhadap perusahaan setelah melaksanakan pekerjaan dalam perusahaan sehingga menimbulkan rasa aman, merasakan adanya keputusan pribadi yangdipenuhi oleh perusahaan (Stree & Porter, dalam Kadarwati. 2003 : ).

Berdasarkan faktor-faktor yang telah diungkap diatas dapat dilihat bahwa masing-masing faktor mempunyai dampak tersendiri bagi kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tuntutan loyalitas yang diharapkan olehperusahaan, baru dapat terpenuhi apabila karyaawn memiliki karakteristik seperti yang diharapkan dan perusahaan sendiri telah mampu memenuhi harapan-harapan karyawan, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi loyalitas tersebut meliputi :

a. adanya fasilitas-fasilitas kerja b. tunjangan kesejahteraan

(27)

c. suasana kerja d. upah yang diterima

e. karakteristik pribadi individu atau karyawan f. karakteristik pekerjaan

g. karakteristik desain perusahaan dan pengalaman yang diperolah selama h. karyawan menekuni pekerjaan itu.

2.6 Kerangka Berfikir

Penyusunan alur pemikiran ini, penulis tidak menggunakan teori melainkan menggunakan konsep komunikasi persuasif yaitu sikap,kepercayaan ,dan perilaku. Alasan penulis menggunakn konsep karena penulis kesulitan menemukan teori khusus mengenai komunikasi persuasif, sementara yang dijadikan tolak ukur dari penelitian ini penulis mengambil 5 teknik komunikasi persuasif yaitu teknik asosiasi, teknik integritas, teknik ganjaran,teknik taatan dan teknik red herring. Adapun kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

(28)

Gambar 2.1 Alur Pemikiran (Sumber : Olahan Penulis)

Konsep komunikasi persuasif terpusat pada upaya mengubah atau memperkuat sikap dan

kepercayaan sasaran persuasi atau upaya mengajak untuk bertindak dengan cara tertentu

(Darmawan: 2006:20)

Indikator :

1 . Teknik Asosiasi 2. Teknik Integrasi 3. Teknik Ganjaran 4. Teknik Tataan 5. Teknik Red Herring

( Effendy: 2004:23)

Parameter :

1 . Pengetahuan 4. Ketertarikan Perhatian 5. Argumentasi 2. Verbal

Non Verbal 3. Harapan

Teknik Komunikasi Persuasif Untuk Membentuk Loyalitas Karyawan PT Swadharma Sarana Informatika

Gambar

Gambar 2.1 Alur Pemikiran (Sumber : Olahan Penulis)

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya menurut Pateda (2010: 158) perubahan terjadi karena manusia sebagai pemakai bahasa menginginkannya; pembicara membutuhkan kata; manusia membutuhkan

Sedangkan menurut Ahmadi (2004:127) mengemukakan belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

Menurut Suheriyanto (2008), belalang merupakan jenis serangga yang hidup sendiri, tetapi pada saat jumlahnya sangat banyak mereka hidup berkelompok dan dapat

(2010) menjelaskan pengetahuan tentang lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang diketahui tentang manusia dan perilakunya, makhluk hidup lainnya dan semua benda yang

Game merupakan salah satu kebutuhan sekaligus suatu program yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan hiburan manusia. Hiburan dianggap penting karena manusia

Persuadee adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal..

Manusia tidak hidup sendiri di dalam masyarakat dan manusia juga membutuhkan orang, dengan begitu maka, dengan interaksi yang dibangun akan memberikan asumsi yang positif karena saling

Konsumen memiliki hak untuk me- rasa puas dan tidak puas dengan produk atau layanan jasa yang diberikan oleh e-commerce tersebut, maka terlihat dari teori komunikasi persuasif yang