• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Tematik Pengertian Pembelajaran Tematik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Tematik Pengertian Pembelajaran Tematik"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Trianto (2009:78), berpendapat bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Tema yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah yang dekat dengan lingkungan siswa, dengan harapan siswa dapat mengenal lingkungannya lebih jauh.

Abdul Majid (2014:80), menggungkapkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bemakna kepada murid. Pembelajaran tematik menggunakan tema yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa memperoleh pengalaman langsung dengan mencari dan menemukan sendiri apa yang mereka pelajari.

Pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema (Trianto, 2009:82). Pembelajaran ini tidak ada batas-batas mata pelajaran, namun berbagai mata pelajaran tersebut dikaitan kedalam suatu topik yang sesuai. Sehingga siswa dapat secara aktif mengeksplorasi informasi yang mereka dapatkan.

Abdul Majid (2014:85), juga berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengkaitan beberapa aspek baik dalam intra-mata pelajaran maupun antar-mata pelajaran.

Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.

Bermakna berati bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar-konsep dalam intra maupun antar-

(2)

mata pelajaran (Abdul Majid, 2014:85). Dalam pembelajaran tematikk sangat berbeda dengan pembalajaran konvensional, dimana dalam pembelajaran ini lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap proses pembelajaran.

BNSP (2006:16) menyatakan bahwa ‘pengalaman belajar peserta didik menepati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan’. Maka dari itu guru dituntut untuk dapat memadukan berbagai mata pelajaran kedalam satu tema dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman agar siswa memperoleh pengalaman ketika proses pembelajaran berlangsung. Karena cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang sedemikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembalajaran lebih efektif dan menarik (Trianto, 2009:83). Namun tidak sedikit guru yang bisa memedukan berbagai mata pelajaran ke dalam tema-tema, sehingga hasil belajar tidak sesuai seperti yang diharapkan dan siswa menjadi kurang aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi perserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar siswa karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintregasikan atau menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema yang saling terkait.

Dalam pembelajaran ini guru dan siswa dituntut untuk dapat secara aktif menggambangkan potensi yang dimiliknya. Tema yang dipilih juga disesuaikan dengan kehidupan siswa yaitu di ligkungan sekitar siswa. Dengan harapan pembelajaran yang berlangsung dapat bermakna bagi siswa dan dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan.

(3)

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa tujuan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kemdikbud (2014:15-16).

Tujuan dari pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:

(a)mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau satu topik tertentu. (b) mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama. (c) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. (d) mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. (e) lebih begairah belajar karena peserta didik dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. (f) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. (g) guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan sacara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan. (h) budi pekerti dan moral peserta didik dapat tumbuh kembangan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Diterapkannya pembelajaran tematik, diharapkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

2.1.2 Pendekatan Saintifik

2.1.2.1 Hakekat Pendekatan Saintifk

Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2013 adalah sebagai langkah pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penerapan kurikulum ini melalui berbagai tahapan dan komponen-komponen yang melekat dalam Kurikulum 2013.

Hal yang paling menonjol adalah adanya pendekatan saintifik karena dengan diterapkannya pendekatan ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak langsung pada informasi searah dari guru (Abdul Majid, 2014:193).

Proses pembelajaran yang diharapkan adalah yang sesuai dengan kriteria pendekatan ilmiah yang mengacu pada nilai-nilai, prinsip-prinsip dan kriteria

(4)

ilmiah. Abdul Majid (2014:194) menjelaskan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira- kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbatas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur bepikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik bepikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir didasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari subtansi atau matei pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon subtansi atau matei pembelajaran.

6. Bebasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Pendekatan atau proses kerja yang dapat memenuhi kriteria ilmiah, apabila lebih mengedepankan penelaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning) menurut Kemnendikbud (2014:18). Penalaran deduktif ini melihat fenomena umum untuk kemudian ditarik kesimpulan menjadi lebih spesifik. Sedangkan pada penalaran induktif memandang fenomena atau situasi yang spesifik kemudian ditarik kesimpulan secara keseluruhan.

Ilmiah adalah metode pencarian (method of inquiry) harus bebasis pada bukti-bukti yang dapat diobsevasi, empiris, daan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik dikutip dari Kemdikbud (2014:19). Dalam

(5)

pembelajarannya siswa diberi sebuah masalah, kemudian siswa diminta untuk secara mandiri ataupun kelompok menyelesaikan permasalahan tersebut melalui pendekatan ilmiah.

Langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik menganut beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

1. Ranah sikap menggampit transformasi substansi atau materi ajar agar pserta didik “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan menggampit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan menggampit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.

4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintregasi.

Pencapaian ranah pembelajaraan di atas, diharapkan siswa tidak hanya tahu apa yang mereka pelajari tetapi siswa juga dapat menemukan sendiri apa yang mereka pelajari. Selain itu siswa juga dapat mengembangkan prodiktifitas, kreatifitas dan dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif dan efektif.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dirancang sedemikin rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

(6)

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (M.Hosman 2014:34).

Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya, menumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan (Mulyasa, 2015:99). Namun kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak dapat berjalan sesuai yang diinginkan apabila tidak adanya peran dari guru. Guru sebisa mungkin mampu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dengan memperhatikan kondisi siswa agar bersama-sama berperilaku ilmiah dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan sehingga peserta didik dapat mengusai materi yang dipelajari dengan benar.

2.1.2.2 Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut M.Hosman (2014:37) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa

2. Pembelajaran membentuk student self concept 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme

4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, prinsip.

5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan bepikir siswa.

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8. Adanya proses validasi tehadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstuksi siswa dalam struktur kognitifnya.

2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

M.Hosman (2014:36) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

(7)

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

1. Mengamati (Observing)

Mengamati/observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamati/observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interrelasinya elemem- elemen/unsur-unsur tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba komplek dalam pola-pola kultural tertentu.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah, seperti berikut ini:

a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

(8)

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

2. Menanya (Questing)

Kegiatan belajar dalam menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Salah satu langkah penerapan model menanya adalah sebagai berikut:

a. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.

b. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan.

c. Pajangkan atau bagikan media yang telah disiapkan kepada siswa.

d. Berikan waktu kepada siswa untuk memperhatikan media yang telah dipersiapkan.

e. Tugaskan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan membuat pertanyaan untuk dibahas.

f. Adakan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media pembelajaran yang disampaikan.

3. Mengumpulkan Infomasi

Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan infomasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

Tahapan kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Guru harus bisa membuat peserta didik aktif terlibat dalam kegiatan mengamati, dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan, ceria, dan penuh semangat.

(9)

b. Guru harus menampung semua pendapat-pendapat peserta didik dan membimbingnya untuk memperbaiki/mengkoreksi pengucapan kalimat/kata yang kurang tepat, tanpa membuat peseta didik malu/patah semangat

c. Biasakan mengoreksi setelah peserta didik selesai mengungkapkan pendapatnya (apa yang dia ketahui) jangan memotongnya langsung ketika peserta didik sedang bicara.

d. Ajukan beberapa pertanyaan yang dapat merangsang peserta didik untuk bertanya dan berdiskusi.

e. Guru selalu memberikan kata-kata pujian/penyemangat, setiap peserta didik mengemukakan pendapatnya.

4. Mengasosiasikan/Mengolah Infomasi/ Menalar (Associating)

Associating/mengasosiasi/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperiman maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Kegiatan belajarnya adalah sebagi berikut:

a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

5. Mengomunikasikan

Kegiatan mengomunikasikan dalam pembelajaran dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan bedasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

(10)

Kegiatan dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.

2.1.2.5 Kelebihan Pendekatan Saintifik

1. Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan santifik secara benar.

2. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

2.1.2.6 Kekurangan Pendekatan Saintifik

1. Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan. Perlu adanya sosialisasi untuk pengajar agar konsep pendekatan saintifik dapat di[ahami dengan baik sehingga pengajar dapat menerapkan pendekatan saintifik sesuai dengan prosedur. Selain itu pengajar juga bisa mencari informasi tentang pendekatan saintifik dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, website atau teman sejawat agar dapat dijadikan referensi dalam mengajar.

2. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik cenderung lebih lama, hal ini disebabkan proses kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Siswa mencari sendiri jawaban dari materi pelajaran yang disampaikan, perlu adanya tindakan agar pembelajaran tidak lama. Tindakan yang dapat dilakukan guru dalam menghemat waktu pembelajaran adalah dengan mempersiapkan pembelajaran sebaik mungkin, guru harus merancang pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan perencanaan yang matang diharapkan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama dan pembelajaran menjadi lebih efektif.

(11)

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Hakikat Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresepsi dan keterampilan. Hasil belajar menurut Gagne & Briggs (1979:51) dalam Jamil Siprihatiningrum (2013:37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (leaner’sperformance). Menurut Sudjana (2011), hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memerima pengalaman belajarnya.

Selanjutnya menurut Ahmad Susanto (2013), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar yang sering disebut dengan “scholastic achievement” atau “academic achievement” adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Sumarno, 2010). Hamalik (2002) menyatakan bahwa, perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mendapat pengajaran guru yang berupa nilai dan perubahan sikap yang diperoleh melalui proses belajar dan tes tertulis.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Suryabrata (2010:233) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, digolongkan menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi faktor nonsosial dan faktor sosial.

(12)

1. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam, yaitu: jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. (Suryabrata, 2010:235).

Jasmani memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap proses belajar siswa. Keadaan jasmani yang sehat dan segar akan mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dibandingkan keadaan jasmani yang kurang sehat.

Sedangkan fungsi-fungsi fisiologis tertentu seperti pancaindera juga memiliki pengaruh terhadap pehaman siswa dalam menerima materi pelajaran.

Suryabrata (2010:236) mengemukakan bahwa baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.

Dalam proses belajar, pancaindera yang memiliki peran penting adalah mata dan telinga. Melalui mata siswa dapat melihat berbagai hal baru yang sebelumnya tidak ia ketahui dan dengan telinga siswa mampu mendengarkan berbagai informasi yang dapat menjadi sumber belajar.

2. Faktor psikologi

Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri individu memiliki peranan dalam mendorong siswa untuk menerima materi pembelajaran. Suryabrata, 2010:236 mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah:1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju; 3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman-teman; 4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;

5)adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

3. Faktor nonsosial

Beberapa faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi proses belajar menurut Suryabrata (2010:233) adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya),

(13)

alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut sebagai alat pelajaran).

Keadaan-keadaan seperti yang dikemukan diatas akan mempengaruhi suasana belajar siswa, sehingga konsentrasi dalam memperhatikan materi dapat terganggu yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.

4. Faktor sosial

Suryabrata (2010:234) menyatakan yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (hubungan manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

Keberadaan atau kehadiran seseorang dapat mempengaruhi konsentrasi siswa dalam proses belajar. Hubungan yang terjalin diantara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru menunjukan hubungan sosial yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Namun keadaan sosial yang tidak baik, seperti keributan yang terjadi di dalam kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam memahami dan menerima materi belajar yang disampaikan.

Faktor-faktor yang telah dikemukakan tersebut akan mempengaruhi proses belajar yang dilakukan siswa yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Tinggi dan rendah nya hasil belajar yang diperoleh siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya.

Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

1) Kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu evaluasi.

(14)

2) Afektif

Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Uno (2006:41), ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana sampe ke yang kompleks, yaitu 1) kemauan menerima, 2) kemauan menanggapi, 3) berkeyakinan, 4) penerapan karya, 5) ketekunan dan ketelitian.

Sedangkan menurut Depdiknas (2004:7), aspek kognitif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri.

a. Sikap

Sikap adalah peranan positif atau negatif terhadap suatu objek.

Objek ini bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

b. Minat

Minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatau mata pelajaran.

b. Nilai

Nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan, misalnya keyakinan akan kemampuan siswa. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap, dan kepuasan.

c. Konsep diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat bagi siswa.

3) Psikomotorik

Ranah psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik. Ranah psikomotorik ini juga mempunyai tingkatan, dari urutan yang paling sedehana ke yang paling kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

(15)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang mengkaji tentang penerapan pendekatan saintifik dari berbagai kalangan. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang penerapan pendekatan saintifik.

Penelitian yang dilakukan Arifudin Hidayat yang berjudul ‘Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Peningkatan Prestasi Belajar Kelas 1B SD N 1 Bsntul Tahun Ajaran 2013/2014’.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI kelas 1B SD N Bantul secara garis besar tahap-tahap pada pendekatan saintifik seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jejaring sudah dilaksanakan sepenuhnya dengan baik. 2) Adanya peningkatan prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa kelas 1B SD N Bantul dalam pembelajaran PAI setelah menerapkan pendekatan saintifik. Pada ranah kognitif sudah bisa dibuktikan pada persentase ketuntasan dari pra tindakan, post test siklus I sampai post test siklus 11 yaitu dari hasil yang tidak baik (14,81%), cukup baik (62,96%) menjadi baik (77,78%). Sedangkan prestasi belajar ranah afektif bisa dibuktikan dari nilai rata-rata seluruh aspek pada siklus I ke siklus II yaitu dari hasil yang cukup (2,44) menjadi baik (2,99).

Dinsi Marlenawati, 2014 dalam penelitiannya yang berjudul ‘Pendekatan saintifik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 113 Bengkulu Selatan’. Hasil observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa pada siklus I mencapai skor 29 dengan kriteria cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil sebesar 34 dengan kategori baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I sebesar 28,5 dengan kriteria cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 34, dengan kategori baik. Hasil belajar ranah kognitif siklus I dengan rata-rata 64,84 ketuntasan klasikal 84,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar khususnya siswa kelas V SD Negeri 113 Bengkulu Selatan.

Azhar Sulistiyono, 2014 dengan judul penelitian ‘Penerapan Pendekatan Saintifik dengan media realia untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD N Blotongan 03 Kecamatan Sidoharjo Kota Salatiga Semester II tahun

(16)

Pelajaran 2013/2014’. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014. Melalui pendekatan saintifik dengan media realia terlihat hasil perbandingan antar siklus yakni ketuntasan belajar klasikal pada kondisi pra siklus 41%, skor rata-rata sebesar 55, skor maksimal sebesar 87, skor minimal sebesar 30. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal sebesar 81%, skor rata-rata 71, skor maksimal sebesar 95, dan skor minimal sebesar 50. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II sebesar 93%, skor rata-rata sebesar 80, skor maksimal sebesar 100, dan skor minimal sebesar 56.

Ketiga penelitian di atas menjadi referensi dalam penelitian ini untuk dapat mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pembelajaran dengan tahapan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan), sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna menjadikan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Perlu adanya tindakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menjadikan pembelajaran yang bermakna.

Penelitian ini bertujuan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik, agar siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik sehingga hasil belajar (kognitif) siswa kelas IVB SD Negeri Getasan yang semula masih rendah dapat meningkat.

(17)

2.3 Kerangka Pikir

Bila dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Getasan dimana sekolah ini menggunakan kurikulum 2013, bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran kurang sesuai dengan langkah-langkah pendekatan saintifk. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV terdapat beberapa masalah yang dihadapi di SD Negeri Getasan yaitu: (1) kegiatan pembelajaran tematik yang berlangsung masih kurang optimal, guru belum sepenuhnya memadukan berbagai materi pelajaran ke dalam tema yang ditentukan, (2) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, (3) terdapat beberapa siswa yang tidak lulus KKM.

Proses pembelajaran yang diharapkan dalam pendekatan saintifk adalah pembelajaran berpusat pada siswa, dengan pengamatan yang dilakukan siswa secara langsung sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajarnya sendiri.

Selain itu pembelajaran menjadi lebih bermakna dengan adanya interaksi langsung yang dilakukan antara guru dengan siswa dan siswa dapat seluasa untuk bertanya dan mengkomunikasikan apa yang dipikirannya. Peneliti menerapkan pendekatan saintifik di kelas IVB dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menerapkan pendekatan saintifik sesuai dengan langkah pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Kerangka pikir dalam penelitian yang berjudul “Mengoptimalkan Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Tema ‘Makananku Sehat Dan Bergizi’ Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016” adalah sebagai berikut:

(18)

Gambar 1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan saintifik dalam tema

‘makananku sehat dan bergizi’.

KONDISI AWAL

TINDAKAN

Belum menerapkan Pendekatan Saintifik

Menerapkan Pendekatan Saintifik

KONDISI AKHIR

Hasil belajar siswa masih rendah

Siklus I

Dugaan dengan menggunakan pendekatan saintifik akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Getasan

Setelah menerapkan Pendekatan Saintifik

Siklus II

TINDAKAN

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kebudayaan memberikan desain bagi setiap manusia untuk mendesain pribadinya menjadi manusia yang utuh dalam kehidupan keluarga, sosial, kelompok dan masyarakat. Uraian

(1) tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia; (2) matematika adalah suatu bidang

Soerjono soekanto menyebutkan jika bentuk umum dari proses-proses social adalah interaksi sosial (yang juga dapat disebut dengan proses sosial) oleh karena itu interaksi

Dalam kehidupan manusia tidak pernah lepas dari berbagai masalah, begitu juga dengan peserta didik. Masalah yang dialami peserta didik dapat berupa masalah pribadi,

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan dari berbagai faktor, baik internal maupun

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Membaca Pemahaman Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca.. permulaan maupun membaca lanjut (membaca

Menurut Law Lim Un Tung, dkk (2010: B-76), komputer vision bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang berguna tentang obyek fisik nyata dan pemandangan