• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 PANGURURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 PANGURURAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

134

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA PELAJARAN

IPS DI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 PANGURURAN

Poltak Hutauruk

Dinas Pendidikan-Pemerintah Kabupaten Samosir

Jl. Kompleks Perkantoran Parbaba, Desa Siopat Sorsor, Kab. Samosir

Abstrak

Penggunaan media Audio-visual sebagai salah satu cara pembelajaran yang mengandung unsur suara dan gambar dianggap sangat mendukung dan memotivasi untuk para siswa khususnya dimulai pada kelas VII saat ini, di mana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra penglihatan dan indra pendengaran. Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai untuk tercapainya tujuan. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Hasil kemampuan penguasaan materi siswa yang ditunjukkan dengan kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah diinformasikan seperti pada tabulasi di atas, tampak bahwa secara umum kemampuan siswa dalam penguasaan materi baru berada pada kondisi yang cukup baik dengan pencapaian rata-rata 59,23. Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada siklus I ini adalah 75 dan nilai terendah yang diperoleh siswa hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada siklus I ini baru mencapai ketuntasan belajar sebesar 61,54%. Ketuntasan tersebut menunjukkan pembelajaran belum tuntas.

Kata kunci: Hasil belajar, Audio, Visual, minat belajar

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa, guru, kebiajakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta dalam proses belajar seperti metoda, sarana dan prasarana (media pembelajaran), model, dan pendekatan belajar yang digunakan. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran.

Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan penuh makna dengan memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki

sensitivitas tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat.

Dalam praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang. Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang diambil dari teori pendidikan modern menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan agar pembelajaran tetap menarik bagi peserta didik serta senantiasa relevan dengan konteks yang berkembang.

II. TEORITIS

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana,2005). Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru).

Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai

(2)

135

dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran.

B. Masalah-masalah Dalam Belajar

Suryabrata (1984) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar,

dan ini masih lagi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :

a. Faktor-faktor non-sosial. Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan suhu, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya yang dapat kita sebut sebagai alat pelajaran).

b. Faktor-faktor sosial. Faktor sosial disini adalah faktor manusia (semua manusia), baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang melaksanakan ujian, lalu banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu dan sebagainya. Selain kehadiran yang langsung seperti yang dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang, suara nyanyian yang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang.

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a. Faktor-faktor fisiologi. Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya.Dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada

yang tidak lelah. Ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu :

(a) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya. Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. 2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi

tertentu terutama fungsi-fungsi alat indra.

b. Faktor-faktor psikologi. Arden N. Frandsen (dalam S. Suryabrata, 1984) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas 2) Adanya keinginan untuk

mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi 4) Adanya keinginan untuk

mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran

5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

2.3. Pemilihan Sumber Pembelajaran IPS

Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multimedia, sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12).

Adapun pemilihan media pendidikan, baik sebagai hardware maupun software IPS dapat melalui proses berikut ini :

a. Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.

b. Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru, sekedar selingan, atau hiburan. Hendaknya pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk peningkatan efektivitas belajar siswa.

(3)

136

c. Tidak ada satu pun media yang dipakai untuk semua tujuan. Tiap-tiap media mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

d. Pemilihan media hendaknya disesuaikan, baik dengan metode mengajar yang digunakan maupun materi pelajaran, mengingat media adalah bagian integral dalam porses pembelajaran.

e. Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri media itu.

f. Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.

g. Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan, gaya/pola belajar siswa. (Gerlach and Ely, 1980; Sleelam and Cobun, 1978 dalam Rumampuk, 1988 : 19).

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma naturalistik-kualitatif yang mengacu pada kondisi lingkungan alamiah (natural), sebab mengkaji fenomena yang lebih banyak berasal dari setting/contexts alamiah yang berpengaruh dalam memberikan arti/pengertian.

Pendekatan kualitatif berpijak pada suatu asumsi, bahwa dunia, realitas, situasi, dan peristiwa yang terjadi sebagai objek suatu studi tentang perilaku manusia dan fenomena sosial seharusnya dipandang dengan cara yang bermacam-macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan humanistik (Nasution, 1997); maka penelitian yang dikategorikan studi kasus kualitatif ini mempunyai karakteristik, antara lain: (1) latar belakang alamiah atau natural setting; (2) manusia sebagai alat atau instrumen penelitian dapat lebih adaptabel;(3) menggunakan metode kualitatif; (4) analisis data secara induktif; (5) teori dari dasar (grounded theory) melalui analisis secara induktif; (6) laporannya bersifat deskriptif; (7) lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) adanya “batas” yang ditentukan oleh fokus penelitian; (9) adanya kriteria khusu untuk keabsahan data; (1) desain penelitian bersifat sementara; (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden dan narasumber.

B. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Esensi penelitian tindakan kelas merupakan kajian terhadap konteks situasi sosial yang dicirikan adanya unsur tempat, pelaku dan kegiatan dalam waktu tertentu untuk maksud meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Dalam memaknai situasi sosial kelas yang berlangsung di dalam situasi alamiah yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung, maka penelitian tindakan kelas merupakan intervensi dalam skala kecil terhadap situasi sosial kelas, dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2005:12).

Penelitian Tindakan Kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik. PTK menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu kegiatan proses pembelajaran tetap berjalan. Informasi-informasi dikumpulkan, diolah didiskusikan, dan dinilai. Perubahan kemajuan dicermati dari waktu ke waktu atau dari peristiwa ke peristiwa. Tujuannya adalah memberi masukan bagi pengembalian keputusan praktis dalam situasi kongkrit, dan validasi teori atau hipotesis yang dihasilkan tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah semata, namun lebih-lebih dari manfaatnya dalam membantu orang untuk bertindak lebih terampil dan lebih intelejen dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam penelitian.

C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur PTK berbentuk “daur ulang” atau siklus (cicle) yang mengacu pada model Kemmis and McTaggart (Hopkins, 1993 : 48). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali hingga tujuan pembelajaran melalui pemanfataan media massa sebagai sumber pembelajaran menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna. Secara operasional, tahap-tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus, adalah sebagai berikut : Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi, Revisi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran IPS

Untuk mengetahui kondisi awal proses pembelajaran IPS di kelas VII, maka peneliti melakukan pengamatan ke kelas. Adapun pengamatan difokuskan pada kegiatan guru dalam membuka pelajaran, penyampaian materi, metode yang digunakan. media dan sumber belajar, aktivitas siswa, serta kegiatan menutup pelajaran dan evaluasi.

Observasi pertama dilakukan pada hari Kamis, tanggal 7 Februari 2013, dengan pokok bahasan ”Perkembangan masyarakat kebudayaan dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia”, sub pokok bahasan ”masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia”.

B. Analisis, Refleksi dan Rencana Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual

Kegiatan pembelajaran setiap pertemuan berlangsung selama 80 menit. Kegiatan inti berlangsung selama kurang lebih 60 menit, dilanjutkan dengan tes di mana guru mendiktekan soal yang kemudian dikerjakan oleh para siswa selama kurang lebih 15 menit (untuk pertemuan ke dua dan ke tiga). Hasil dari evaluasi siswa dikumpulkan kepada guru. Pada orientasi kedua hasil pekerjaan siswa hanya dikumpulkan sedangkan pada orientasi ketiga hasil kerja siswa langsung diperiksa dan dibagikan.

(4)

137

Berdasarkan hasil temuan lapangan, maka pada analisis dan refleksi awal menunjukkan bahwa kondisi yang demikian menuntut guru agar meningkatkan kinerjanya dan melatih keterampilannya supaya ia mampu menyampaikan pelajaran IPS dengan baik, mampu membangkitkan semangat dan kegairahan dalam belajar, serta tertuntut untuk kreatif dan inovatif dalam belajar. Siswa diharapkan tidak hanya menunggu materi yang disampaikan guru, melainkan pula aktif dalam membaca dan menemukan materi yang dipelajarinya. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif perbaikan proses pembelajaran pendidikan IPS. Terlebih lagi dalam upaya membangkitkan semangat belajar siswa.

C. Sosialisasi Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual

Sebelum pelaksanaan tindakan kelas dimulai terlebih dahulu peneliti memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru tentang pembelajaran dengan menerapkan media audio visual. Adapun materi yang dibahas, meliputi :

1. Pengertian media audio visual.

2. Pembelajaran menggunakan media audio visual.

3. Keunggulan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

4. Langkah-langkan penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran IPS, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setelah dilakukan sosialisasi tentang pembelajaran dengan menggunakan media audio visual, tiga pertanyaan diajukan oleh guru :

1. Apakah penerapan model pembelajaran ini nantinya tidak mengganggu proses pembelajaran ?

2. Apakah nantinya target materi IPS bisa tercapai sesuai dengan waktu yang ada ?

3. Apakah dalam merancang maupun menerapkan model ini guru akan bekerja bersama peneliti? Setelah dilakukan analisis dan refleksi terhadap gambaran awal pembelajaran IPS di kelas, serta hasil diskusi dengan guru, maka diperoleh suatu kesepakatan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tindakan mengikuti jadwal IPS. 2. Pelaksanaan tindakan adalah upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, melalui pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

3. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan tercapai. 4. Adanya kerjasama antara peneliti dan guru yang

berperan sebagai mitra di dalam penelitian tindakan kelas dalam membuat rancangan pembelajaran serta mencapai keberhasilan pelaksanaan tindakan.

5. Guru juga tidak keberatan bahwa peneliti

menggunakan alat bantu yang berupa media audio visual maupun kamera foto.

6. Peneliti bersama guru membuat perencanaan pembelajaran. Untuk kegiatan pelaksanaan pembelajaran tindakan pertama akan dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2013. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan adalah standar kompetensi ’Memahami kegiatan ekonomi masyarakat’.

7. Proses pembelajaran fokus pada pemberdayaan siswa agar suasana kelas yang aktif dan kreatif.

D. Pelaksanaan Penelitian Siklus 1

1. Tahap Perencanaan

Proses pembelajaran di rencanakan untuk kurang lebih 20 menit siswa menyimak materi yang ditayangkan melalui tayangan power point. Selanjutnya siswa berdiskusi mengenai materi yang dipelajarinya dan selanjutnya akan dikomunikasikan dan ditarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajarinya.

2. Tahap Pelaksanaan

Proses pembelajaran pada siklus pertama, dilakukan pada hari Senin tanggal 21 Februari 2013. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Kemudian memberitahukan siswa bahwa kegiatan pembelajaran IPS pada hari ini akan membahas standar kompetensi “Memahami kegiatan ekonomi masyarakat” dan yang menjadi materi pokoknya adalah ‘pengertian konsumsi dan jenis-jenis barang yang dikonsumsi siswa serta keluarganya’ dan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan sebagai siswa’. Di samping itu guru menginformasikan pula bahwa materi tersebut akan disampaikan dengan menggunakan media audio visual.

Kemudian guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan arti dan makna ’konsumsi’ dengan melontarkan beberapa pertanyaan :

Guru : Anak-anak pada acara perpisahan, semua siswa menyantap makanan kecil atau snack, kalian tahu nggak apa istilahnya kegiatan siswa tersebut

Siswa 1 : Makan, bu . . .!

Guru : Iya bisa, .... tapi istilahnya apa itu . . . Siswa 2 : Mengonsumsi, bu . . . salah seorang menjawab Guru : Iya betul . . , Tapi yang lebih tepat adalah konsumsi. Siswa 3 : Bu, bukankah yang dimaksud konsumsi itu adalah

kuenya? (Salah seorang siswa bertanya)

Guru : Bagus pertanyaanmu Hana, selama ini kita menganggap bahwa konsumsi itu kuenya, tapi maksud yang sebenarnya dari konsumsi itu adalah kegiatannya, bukan barangnya.

Jadi ketika kalian makan nasi berarti kalian mengkonsumsi nasi.

Anak-anak, kalian pernah dengar tidak pernyataan presiden yang mengatakan bahwa ”konsumsi BBM di negara kita cukup tinggi”, nah kata ’konsumsi’ dalam pernyataan tersebut menurut kalian berarti apa ? Siswa 4 : Menggunakan bu,

Guru : Bisa, apa lagi Siswa 5 : Memakai, bu

Guru : Itu juga bisa, yang lain coba . . . yang lebih tepatnya apa ?

(5)

138

Siswa 6 : Menghabiskan, bu

Guru : Benar sekali, . . . jadi yang dimaksud konsumsi itu adalah kegiatan memakai atau menghabiskan barang atau jasa.

3. Hasil Pembelajaran

Setelah semua hasil jawaban siswa dianalisis merujuk kriteria penilaian ditetapkan, disimpulkan rata-rata siswa dapat menuliskan esensi materi. Hasil penilaian kemampuan siswa memahami materi tayangan siklus I adalah :

Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus 1

Hasil kemampuan penguasaan materi siswa yang ditunjukkan dengan kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah diinformasikan seperti pada tabulasi di atas, tampak bahwa secara umum kemampuan siswa dalam penguasaan materi baru berada pada kondisi yang cukup baik dengan pencapaian rata-rata 59,23. Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada siklus I ini adalah 75 dan nilai terendah yang diperoleh siswa hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada siklus I ini baru mencapai ketuntasan belajar sebesar 61,54%. Ketuntasan tersebut menunjukkan pembelajaran belum tuntas.

Tabel 2. Presentasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Berdasarkan tabel di atas, proses pembelajaran pada siklus I umumnya cukup baik, pada umumnya siswa memperhatikan isi materi dan serius dalam mengerjakan tugas, serta sebagian kecil siswa yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan KBM, seperti mengobrol, tidak memperhatikan atau main-main dalam belajar. Segi keaktifan yang diharapkan dari siswa belum dapat terealisasi dengan baik. Dapat dilihatnya dari hanya dua orang siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya

ataupun mengemukakan pendapat. Hal itu, disebabkan pertemuan ini adalah pertemuan pertama yang menyebabkan siswa terlihat malu dan ragu untuk aktif di kelas. Hasil catatan lapangan pembelajaran tindakan pertama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

4. Hasil Observasi Siswa

Data observasi, guru menyampaikan materi dengan fokus siklus I. Guru berhasil mengarahkan dan membimbing siswa untuk menuangkan hal-hal penting yang terdapat dalam materi yang disimaknya.

Berdasarkan data observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran diperoleh persentase aktivitas siswa, seperti tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus 1

Data observasi lainnya menyimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dalam bentuk power point dalam pembelajaran IPS pada siklus I sudah berhasil menciptakan suasana dan situasi pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi dalam menyimak materi yang disampaikan guru melalui media audio visual.

Pembelajaran IPS dengan menggunakan media audio visual dalam bentuk power point ini merupakan pengalaman pertama bagi siswa. Oleh karena itu, siswa merasa antusias dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran tersebut Siswa mengakui media audio viisual dalam bentuk power point sangat membantu mereka untuk mendapatkan inspirasi dalam menyimak materi pembelajaran. 5. Refleksi Siklus 1

Adapun hasil pembelajaran siswa yang ditunjukkan dengan kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubngan dengan materi yang telah disampaikan selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, secara umum baru mencapai hasil yang cukup baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-rata 6,84. Meskipun sudah mencapai batas ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 6,5, namun

(6)

139

apabila diamati dari ketuntasan klasikal atau ketuntasan belajar siswa, masih belum tuntas.

Ketuntasan belajar siswa baru mencapai 68,4%, hal ini ditunjukkan dari 32 siswa hanya 23 orang siswa yang sudah mencapai atau melebihi batas ketuntasan yang ditetapkan, sementara 9 orang siswa masih belum mencapai batas ketuntasan yang diharapkan. Dengan demikian secara umum pembelajaran belum tuntas.

Siklus 2

1. Tahap Perencanaan

Beberapa hal yang dilakukan dalam upaya melakukan penyempurnaan pada pembelajaran siklus pertama. Beberapa hal yang direncanakan pada siklus kedua antara lain:

a. Mengganti media audio visual yang lebih menarik, yaitu dengan meggunakan CD interaktif.

b. Mengatur waktu proses pembelajaran dengan lebih menekankan pada proses penggunaan CD Interaktif serta proses diskusi antar siswa.

c. Memotivasi siswa untuk senantiasa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Apersepsi untuk materi dilakukan dengan tanya jawab antara guru dan siswa.

Guru : Anak-anak, pernahkah kalian pergi berbelanja dengan ibumu?

Siswa : Beberapa anak menjawab pernah

Guru : Apakah kamu melihat ibumu membawa catatan daftar belanjaan

Tedi : Tidak pernah bu, karena belanjanya hanya ke warung saja (siswa bernama Tedi menjawab) Karina : Saya pernah bu, pada waktu ke toko swalayan

(Karina menjawab)

Guru : Bagus, Karina, apakah pada saat itu ibumu berbelanja sesuai dengan daftar belanjaan tersebut, atau lebih banyak.

Karina : Lebih banyak bu, karena saya juga banyak membeli mainan yang tidak ada di catatan ibu

Guru : Nah menurut kalian, bagus atau tidak apa yang dilakukan ibunya Karina tersebut?

Siswa : Bagus . . . (sebagian siswa menjawab) Tidakkk . . . (sebagian besar)

Guru : Itulah yang dimaksud dengan perilaku kosumtif yang tentu saja ada aspek positif (kebaikan) dan aspek negatif (keburukannya)

Agar kalian dapat lebih memahami aspek positif dan negatif dari perilaku konsumtif, sekarang coba kalian pelajari dan diskusikan bersama teman-temanmu.

apersepsi tersebut tampaknya cukup berhasil membawa siswa ke arah kesiapan mengikuti pembelajaran. Di samping itu pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru mampu dijawab siswa, tidak hanya secara serempak namun secara perorangan juga seperti yang dijawab ’Tedi’ dan ’Karina’. Kondisi ini merupakan hal positif dalam mewujudkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan.

3. Hasil Pembelajaran

Hasil penilaian terhadap pekerjaan siswa pada siklus 2 ini dapat diamati pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus 2

Hasil kemampuan menyimak siswa dengan kemampuan menjawab sesuai materi diinformasikan pada kondisi pencapaian rata-rata 69,61. Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada siklus II ini adalah 90 dan nilai terendah yang diperoleh siswa hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada siklus II ini mencapai ketuntasan belajar sebesar 89,74%. Ketuntasan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sudah tuntas.

5. Hasil Observasi

Berdasarkan data observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran diperoleh persentase aktivitas siswa, seperti tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Presentasi Aktivitas Siswa Pada Siklus 2

Hasil catatan lapangan pembelajaran tindakan kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(7)

140

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa tingkat pemahaman siswa mengalami peningkatan. Diamati dari pencapaian rata-rata tampak jelas adanya peningkatan dari 59,23 pada siklus I menjadi 69,61 pada siklus kedua. Sementara itu dari pencapaian ketuntasan belajar siswa tampak juga terjadi peningkatan dari 61,54% pada siklus pertama dan menunjukkan pembelajaran belum tuntas menjadi 89,74% siswa telah tuntas pada siklus kedua dan menunjukkan pembelajaran telah tuntas.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan berkaitan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menyimak dengan menggunakan media audio visual, diambil simpulan sebagai berikut :

1. Proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan audio visual dalam dua bentuk yaitu siklus 1 menggunakan power point dan siklus 2 dengan CD interaktif. Media audio visual memunculkan perilaku belajar siswa lebih baik berupa aktivitas seperti siswa aktif bertanya, mengemukakan pendapat, dan berani tampil. Siswa juga senang dan berkesan positif. Pelaksanaan media audio visual melalui langkah berikut.

a. Guru terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan strategi pembelajaran yang akan dilakukan. b. Melakukan apersepsi untuk menghimpun

perhatian dan mempersiapkan siswa belajar c. Siswa memperhatikan penyampaian materi

melalui tayangan media audio visual baik dengan power point, maupun CD Interaktif. d. Siswa mendiskusikan materi yang

dipelajarinya. e. Evaluasi

2. Hasil kemampuan pemahaman siswa diukur hasil jawaban pertanyaan materi yang disampaikan setiap siklusnya. Siklus I rata-rata siswa 59,23; pada siklus II 69,61. Ketuntasan belajar terjadi peningkatan 61,54% pada siklus 1 meningkat jadi 89,74% pada siklus ke 2 menunjukkan pembelajaran tuntas.

REFERENCES

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aniey, Fithry. 2013. Metode Pembelajaran Gasing. Garis Besar Program Pengajaran Matematika Sekolah Dasar Tahun 1994 tentang Tujuan Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta:Prestasi Pustakaraya.

Musrofi, M. 2010. Melesatkan Prestasi Akademik Siswa. Yogyakarta: Pedagogia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru,

Karyawan dan Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa‟i, Ahmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi

Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Shanty, Nenden Octavarulia.,

Wijaya, Surya., 2012. Rectangular Array Model Supporting Students’ Spatial Structuring In Learning Multiplication on Mathematics Education (IndoMS-JME), 3 (2).

175-186. Palembang: IndoMs.

Shoimin, Aris. 2013. Excellent Teacher Meningkatkan

Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi. Semarang: Dahara

Prize. Silver,

Sirait, Anne. “Pendidikan Calon Guru Berkualitas” Buletin

STKIP Surya Suryakanta Edisi 1 Volume 2 tahun 2013.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryono, G. Margono, dan Rahayu. 2013. Pengembangan

Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Surna, Nyoman I dan D. Olga Pandeirot. 2014. Psikologi

Pendidikan 1. Jakarta: Erlangga.

Suryosubroto, B. 2010. Beberapa Aspek Dasar-Dasar

Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen

Gambar

Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus 1
Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus 2

Referensi

Dokumen terkait

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, yaitu pada lingkungan makro ( kebudayaan masyarakat ) maupun lingkungan mikro ( keluarga,

a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian mengecek kehadiran siswa dan memastikan bahwa semua siswa hadir. b) Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam

Tujuan penelitian ini adalah 1) meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan dengan media pembelajaran audio-visual dan

Sesuai dengan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa penerapan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C di SMP Negeri 1

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau perantara yang digunakan untuk memberikan atau menyalurkan pesan dari

Dalam konsep ini, pengkajian konsep lingkungan ditekankan pada kajian tentang lingkungan dalam kosep ekologi manusia yang diberi batasan sebagai semua kondisi,

Pada pembelajaran Siklus II permasalahan yang muncul tidak begitu berarti artinya hampir semua anak telah mengikuti pembelajaran dengan baik perihal keaktifan sudah mulai

Sementara itu, hanya satu siswa menyatakan bahwa dia tidak yakin apakah menonton film bisa meningkatkan kemampuannya atau tidak SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan