• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di SD Negeri Keniten semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di SD Negeri Keniten semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI KENITEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

V. Retno Susilowati NIM: 091134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI KENITEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

V. Retno Susilowati Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apakah penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Negeri Keniten pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam hal ini subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 22 orang siswa. Penelitian ini menggunakan metode dari Tagart dan Kemmis yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, kuesioner, tes, observasi dan refleksi. Analisis data penelitian ini menggunakan persentase.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan presasi belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri Keniten tahun pelajaran 2013/2014, khususnya pada materi jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu 40,9% pada akhir siklus I sebesar 50% dan pada akhir siklus II adalah sebesar 63,63%.

(3)

INCREASING LEARNING ACHIEVEMENT OF SOCIAL STUDIES THROUGH THE PROBLEM-BASED LEARNING MODEL ON THE STUDENT AT V GRADE IN KENITEN GOVERNMENT ELEMENTARY SCHOOL THE FIRST SEMESTER

OF THE ACADEMIC YEAR 2013/2014

V. Retno Susilowati Sanata Dharma University

2014

This study aims to described whether the use of Problem Based Learning Model (PBM) can increase learning achievement in social studies on the student at V grade in Keniten government elementary school the first semester of the academic year 2013/2014.

This research is the Classroom Action Research conducted in two cycles. In cycle I and cycle II study performed by using Problem Based Learning Model with dividing students into groups and given issues. Lessons conducted in four meetings, each cycle consist of two meetings. Data were collected using interviews, questionnaires, evaluations tests at the end of the cycle, observation and reflection. Analysis of research data using percentages. In this case the subject of research is the students in V grade, amounts 22 students.

The result of data analysis showed that the use of Problem Based Learning Model can improve learning achievement social studies on the students at V grade in Keniten government elementary school of the academic year 2013/2014, especially on the topic, Kinds of exertion and economic activition in Indonesia. Increasing of student learning achievement can be seen from the initial conditions of students who achieved KKM is 40,9% in the end of cycle I is 50% and at the end of cycle II is 63,63%.

(4)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI KENITEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

V. Retno Susilowati NIM: 091134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Semua mimpi bisa terwujud jika kita memiliki keberanian

untuk mengejarnya.

” (

Walt Disney)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus penolongku dan Bunda Maria pembimbingku.

2. Orangtuaku tercinta Bapak Antonius Sutarto (Alm.) dan Ibu Anastasia Sri Sulastri.

3. Anakku tersayang Michaella Niken Rosari. 4. Suamiku Stevanus Ady Priyanto yang selalu

mendampingi dan menyemangati.

5. Kakakku Stevanus Gunawan Prabowo dan adikku Cicilia Rahayu Kusuma Rani atas dorongannya.

6. Semua keluarga atas doa dan semangatnya. 7. Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Oktober 2014 Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : V. Retno Susilowati

NIM : 091134237

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V di SD Negeri

Keniten Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.

Yogyakarta, 17 Oktober 2014 Yang menyatakan

(10)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI KENITEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

V. Retno Susilowati Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apakah penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Negeri Keniten pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam hal ini subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 22 orang siswa. Penelitian ini menggunakan metode dari Tagart dan Kemmis yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, kuesioner, tes, observasi dan refleksi. Analisis data penelitian ini menggunakan persentase.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan presasi belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri Keniten tahun pelajaran 2013/2014, khususnya pada materi jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu 40,9% pada akhir siklus I sebesar 50% dan pada akhir siklus II adalah sebesar 63,63%.

(11)

viii ABSTRACT

INCREASING LEARNING ACHIEVEMENT OF SOCIAL STUDIES THROUGH THE PROBLEM-BASED LEARNING MODEL ON THE STUDENT AT V GRADE IN KENITEN GOVERNMENT ELEMENTARY SCHOOL THE FIRST SEMESTER OF THE ACADEMIC YEAR 2013/2014

V. Retno Susilowati Sanata Dharma University

2014

This study aims to described whether the use of Problem Based Learning Model (PBM) can increase learning achievement in social studies on the student at V grade in Keniten government elementary school the first semester of the academic year 2013/2014.

This research is the Classroom Action Research conducted in two cycles. In cycle I and cycle II study performed by using Problem Based Learning Model with dividing students into groups and given issues. Lessons conducted in four meetings, each cycle consist of two meetings. Data were collected using interviews, questionnaires, evaluations tests at the end of the cycle, observation and reflection. Analysis of research data using percentages. In this case the subject of research is the students in V grade, amounts 22 students.

The result of data analysis showed that the use of Problem Based Learning Model can improve learning achievement social studies on the students at V grade in Keniten government elementary school of the academic year 2013/2014, especially on the topic, Kinds of exertion and economic activition in Indonesia. Increasing of student learning achievement can be seen from the initial conditions of students who achieved KKM is 40,9% in the end of cycle I is 50% and at the end of cycle II is 63,63%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih, karena berkat kemurahan kasih Tuhan, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena, dukungan, bimbingan, dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. R. Rohandi, M. Ed, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat berguna bagi penulis,

4. Bapakku Antonius Sutarto (Alm.) yang ada di Surga atas doan yang diberikan kepadaku,

5. Ibukku Anastasia Sri Sulastri yang selalu mendoakan dan mendukungku, 6. Anakku Michaella Niken Rosari, terima ksih atas keceriaan dan

kegembiraanya,

7. Suamiku Stevanus Ady Priyanto atas kesabaran dalam menghadapiku, mendampingiku dan memberi semangat dan dukungan,

8. Kakakku Stevanus Gunawan Prabowo dan adikku Cicilia Rahayu Kusuma Rani atas semangat dan doanya,

(13)

x

10.Teman-teman guru dan karyawan SD Negeri Keniten Bu Ika, Bu Titik, Pak Manto, Pak Dhani, Pak Cipto, Pak Mardi, Pak Adhi, Pak Badri, Mas Udin dan siswa kelas V yang selalu mendukung,

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga kebaikan dan bantuan mereka mendapat balasan berkat dari Tuhan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Akhir kata penulis akan selalu menerima dengan tebuka dan senang hati, apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 17 Oktober 2014 Penulis

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto dan Persembahan ... iv

Pernyataan Keaslian Karya ... v

Persetujuan Publikasi ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Batasan Pengertian ... 3

E. Tujuan ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. KAJIAN TEORI ... 5

A. Prestasi Belajar ... 5

B. Pembelajaran IPS SD ... 17

C. Standar Kompetensi IPS Kelas V Semester 1 ... 18

D. Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 1 ... 19

E. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

(15)

xii

G. Penelitian yang Relevan ... 23

H. Kerangka Berpikir ... 25

I. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Setting Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian ... 28

C. Rencana Tindakan ... 28

D. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 33

E. Indikator Keberhasilan ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Komparasi Hasil Penelitian ... 51

C. Pembahasan ... 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

Daftar Pustaka ... 58

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu Penelitian ... 27

Tabel 2. Peubah, Indikator, Data dan Instrumennya ... 33

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus I ... 35

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus II ... 35

Tabel 5. Tingkat Penguasaan Kompetensi PAP II... 40

Tabel 6. Rubrik Penilaian Kinerja saat Diskusi Kelompok ... 41

Tabel 7. Kondisi Awal prestasi belajar siswa yang diharapkan pada siklus I dan siklus II ... 41

Tabel 8. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 43

Tabel 9. Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 44

Tabel 10. Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 46

Tabel 11. Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 47

Tabel 12. Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 49

Tabel 13. Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 50

Tabel 14. Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Akhir Siklus I dan Akhir Siklus II ... 52

Tabel 15. Kenaikan Nilai Rata-Rata Setiap Siswa ... 53

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan Siklus I dan Siklus II ... 28

Gambar 2. Diagram 1 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 44

Gambar 3. Diagram 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 47

Gambar 4. Diagram 3 Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 51

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 60

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 62

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 65

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 67

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 69

Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus I ... 70

Lampiran 7. Soal Evaluasi Siklus II ... 73

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 76

Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 77

Lampiran 10. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... 78

Lampiran 11. Bukti Pelaksanaan Penelitian dari Sekolah ... 79

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmanai dan rohani, kepribadian yang mantap serta tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.

Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan penerapan konsep diri. Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan dapat tercermin dari peningkatan lulusan yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berfungsi sebagai input sekaligus calon output dan juga guru sebagai fasilitator. Guru yang berfungsi sebagai fasilitator diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Fungsi fasilitator akan berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis dan luwes, yang memungkinkan terjadinya revisi terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi.

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SLTP, dan SLTA. Pada jenjang SD, IPS dilakukan secara terpadu yang meliputi sosiologi, geografi, antropologi, sejarah dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya serta mampu memecahkan masalah sosial dengan baik.

(20)

yang dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian diperoleh informasi bahwa siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajarn IPS. Karena selama ini pelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan, siswa hanya membaca buku, tidak dikaitkan dengan kenyataan sosial dan masalah sosial sehingga siswa tidak dapat menemukan manfaat bagi kehidupannya. Selain itu, dalam penilaian guru lebih menekankan evaluasi produk atau hasil ulangan-ulangan saja sehingga menyebabkan prestasi belajar rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan KD 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, siswa yang berjumlah 22 siswa hanya 9 siswa atau 40,9% yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65 dengan rata-rata 60,8.

Guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu diperlukan model yang pembelajarannya menarik dimana subjek dalam kegiatan belajar adalah siswa. Berdasarkan permasalahn tersebut, peneliti mencoba untuk memilih model pembelajaran inovatif salah satunya yaitu pembelajaran berbasis masalah karena model ini siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dituntut untuk memecahkan suatu permasalahan. Masalah-masalah disiapkan stimulus dalam pembelajaran. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah dan guru hanya berperan memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah. Peneliti memilih model tersebut dengan alasan karena siswa lebih mudah mengingat dan memahami materi ajar, meningkatkan fokus pengetahuan yang relevan, mendorong siswa untuk berfikir, membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar, dengan begitu prestasi belajar dapat meningkat.

B. Batasan Masalah

(21)

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Keniten?

2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Keniten?

D. Batasan Pengertian

1. Prestasi belajar adalah adalah pengetahuan atau pemahaman materi IPS yang berupa nilai-nilai dan sikap yang terinteralisasi dalam kehidupan sehari-hari dan pengukuran yang digunakan adalah tes hasil belajar dan proses belajar yang berupa skor.

2. Pembelajaran IPS adalah kajian yang luas tentang manusia dan dunianya. Baik itu dengan lingkungannya maupun dengan masyarakat di sekitarnya.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari suatu masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menunjang pengetahuan siswa sehingga siswa dituntut untuk berpikir aktif dalam memecahkan masalah tersebut dan mencari solusi yang tepat guna menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

E. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Keniten.

2. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Keniten dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah.

F. Manfaat

Setelah mengadakan penelitian di SD Negeri Keniten khususnya siswa kelas V, maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis:

(22)

a. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan alternatif bagi guru dalam melakukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar baru untuk berfikir kreatif dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan baik sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Keniten terhadap pembelajaran IPS.

c. Penulis

Penelitian ini memberikan pengalaman berharga dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPS sehingga menambah pengetahuan penulis.

d. Pembaca

(23)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar 1. Prestasi

a. Pengertian Prestasi

Menurut KBBI (2008:1101) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb), sedangkan W.J.S Winkel (2006) prestasi adalah hasil yang dicapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Dimyati Mahmud (1989:84-86) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan keyakinan, sedangkan faktor eksternal meliputi kemampuan. Selain itu faktor internal terdapat tambahan yaitu takut gagal dan takut sukses. Takut gagal yang berupa perasaan cemas seperti menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru dapat mengganggu keberhasilan dalam berprestasi. Murid-murid yang merasa sangat sanggup selama menempuh ujian akan memperolah hasil yang lebih buruk ketimbang mereka yang tenang dan santai. Takut sukses merupakan perasaan-perasaan negatif terhadap prestasi. Di samping motif-motif tersebut, ada faktor-faktor lain juga yang memainkan peranan dalam berprestasi. Faktor yang dimaksud adalah persepsi seseorang terhadap prestasinya. Hal ini berkait dengan kombinasi empat faktor yaitu: kemampuan, usaha, sukarnya tugas, dan keberuntungan atau nasib baik.

(24)

misalnya: gedung, perpustakaan, suasana kelas, kualitas, dan penghasilan guru-guru. selain itu buka lingkungan sekolah saja tetapi juga lingkungan yang lain, seperti kualitas ligkungan keluarga, ada tidaknya televsi, kamus, ensiklopei dan sebagainya, sangat berkait dengan tingkat prestasi akademik siswa.

c. Fungsi dan Kegunaan Prestasi

Manusia selalu mengejar suatu prestasi atau hasil usaha menurut aktivitas yang dilakukan dan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing yang akan memberikan kepuasan tertentu pada diri manusia khususnya yang berada di lingkungan sekolah. Adapun fungsi dari prestasi belajar menurut Ariffin (1990: 3) yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. 2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Morgan dalam Agus Suprijono (2009: 2) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sementara itu, menurut Slameto (2003: 2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tersebut sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibin 1995: 5).

(25)

belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

Menurut Sardiman (1986: 23) belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dari berbagai definisi belajar yang telah diuraikan, secara umum belajar dapat dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. b. Jenis-Jenis Belajar

Menurut Muhibbin Syah (1997:122) belajar dibedakan menjadi delapan jenis. Kedelapan jenis tersebut muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang beragam. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

1) Belajar abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

2) Belajar ketrampilan

Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik dengan tujuan memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu misalnya belajar menari, melukis, belajar olahraga.

3) Belajar sosial

(26)

masalah-masalah sosial misalnya masalah keluarga, masalah kelompok, dan masalah masyarakat.

4) Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah secara sistematis, logis, teratur dan teliti tujuannya untuk memperoleh kemempuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.

5) Belajar rasional

Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional dengan tujuan memperoleh kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

6) Belajar kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan dapat menggunakan perintah, teladan, pengalaman khusus dan hukuman. Tujuannya agaer siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif sesuai dengan kebutuhan.

7) Belajar apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mampu mengembangkan kecakapan ranah rasa, dalam hal ini yeng penulis maksud adalah kemampuan menghargai sesuatu misalnya apresiasi music, apresiasi sastra.

8) Belajar pengetahuan

Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Belajar pengetahuan bertujuan agar siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinyamisalnya penelitian lapangan.

(27)

Gagne (1984) dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 12-17) mengemukakan ada lima bentuk-bentuk belajar yaitu:

1) Belajar responden

Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal.

2) Belajar kontinuitas

Belajar kontinuitas adalah suatu stimulus atau suatu respon yang dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan dalam belajar ini dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap.

3) Belajar operant

Belajar akibat reisforment merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan dalam tehnologi modifikasi tingkah laku. Reisforment adalah setiap stimulus yang meningkatkan kekuatan suatu perilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan tanpa dikeluarkan secara instinktif oleh stimulus apapun terhadap lingkungan.

4) Belajar observasional

Belajar observasional adalah belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari.

5) Belajar kognitif

Belajar kognitif adalah belajar yang melibatkan berfikir atau logika deduktif dan induktif.

d. Fase-Fase Belajar

Ign. Masidjo (2007: 35) mengemukakan ada tujuh fase belajar yang meliputi:

(28)

2) Fase Pemusatan : Fase ini melibatkan indra-indra terhadap apa yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencium, menguap dll, sehingga dapat dibentuk pola-pola perseptual.

3) Fase Pengubahan : Fase ini seorang siswa memahami pola-pola perseptual tentang apa yang dipelajari keadaan ingatan jangka waktu pendek untuk diubah menjadi simbol-simbol bermakna dengan mempertimbangkan kaitannya dengan apa yang dipelajari.

4) Fase Penyimpanan : Fase ini menyimpan simbol bermakna dalam STM (Sort Term Memory).

5) Fase Penggalian : Fase ini seorang siswa mencoba menggali simbol-simbol bermakna yang tersimpan dalam jangka waktu panjang dan memasukkan ke dalam jangka waktu pendek untuk dihubungka dengan apa atau pengetahuan lain maka simbol-simbol tersebut menjadi lebih bermakna dan telah siap untuk menjadi prestasi.

6) Fase Prestasi : Setelah simbol-simbol bermakna tentang apa yang dipelajari sungguh-sungguh tergali maka, siswa dapat menyadarkan kembali simbol-simbol yang lebih bermakna tersebut sebagai prestasi atau hasil belajar. Hasil perolehan dengan menyebutkan simbol-simbol bermakna tersebut dan dapat menunjukkan kaitannya dengan hal lain yang telah dipelajari.

7) Fase Balikan : Fase ini berupa pemberian balikan oleh guru, teman.

e. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Mustaqim (2001: 69) prinsip-prinsip belajar antara lain: 1) Belajar akan berhasil jika disertai kemampuan dan tujuan tertentu. 2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai perbuatan latihan dan ulangan. 3) Belajar akan lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau hubungan dengan kebutuhan hidupnya.

4) Belajar akan lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.

(29)

6) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.

7) Latihan dan ulangan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

f. Faktor-Faktor Belajar

Menurut Sumadi Suryabarata (1984: 253-258) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, faktor ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a) Faktor-faktor non sosial dalam belajar

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, cuaca, tempat, alat-alat yang diapakai untuk belajar (seperti alat tulis, buku-buku, alat peraga dan lain-lain).

Semua faktor yang telah disebutkan di atas juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan raya, lalu bangunan ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan psikologis dan pedagogik.

b) Faktor-faktor sosial

(30)

kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya, misalnya potret dapat dapat merupakan representasi dari seseorang.

Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di atas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Biasanya faktor tersebut mengganggu konsentrasi sehingga perhatian tidak dapat ditunjukkan kepada hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor tersebut harus diatur supaya belajar dapat berlangsung sebaik-baiknya.

2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, faktor ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a) Faktor-faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu;

1) Keadaan jasmani pada umumnya.

Keadaan jasmani ini pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.

2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi panca indra.

(31)

bersifat kuratif maupun preventif seperti pemeriksaan dokter secara periodik dan menempatkan murid secara baik di kelas.

b) Faktor-faktor psikologis

Arden N. Fradsen mengemukakan empat hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman.

4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila mengusai pelajaran.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi belajar

Menurut Winkel (1996:162) bahwa “prestasi belajar adalah

suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah

:“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan

berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaiknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi

target dalam tiga kriteria tersebut.”

(32)

mata pelajaran yang hasilnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Depdikbud, 1988: 700).

Menurut Nur Kencana (1986: 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Jadi pengertian prestasi belajar menurut penulis adalah suatu hasil yang diperoleh seorang siswa dalam melakukan proses belajar sesuai bobot pencapainya yang memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar menjadi sangat penting bagi siswa kerena dengan prestasi belajar siswa dapat mengukur sejauh mana pencapaian hasil belajar yang mereka peroleh. Selain itu menurut Zainal Arifin

(1990:3) dalam

(http://dhar321.blogspot.com/2010/10/definisipengertian-prestasi-belajar.html) prestasi belajar juga memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa.

2) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 3) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap siswa c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

(33)

Faktor intern adalah faktor yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri dan dapat digolongkan sebagai berikut :

a) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

b) Minat

Minat adalah kecenderungan yang untuk memperhatikan beberapa kegiatan atau suatu hal. Jelaslah bahwa minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu kegiatan. Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena menambah semangat siswa dalam belajar sehingga siswa memperoleh penggetahuan yang menetap. c) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari pembawaan lahir. Tumbuhnya keahlian dalam diri seseorang akan sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan perolehan prestasi belajar bidang studi tertentu. Bakat juga memegang peranan penting dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Guru atau orang tua tidak boleh memaksa anak untuk melakukan suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan bakatnya karena hal tersebut tidak akan mengembangkan bakatnya.

d) Motivasi

(34)

dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri siswa atas dasar kesadarannya sendiri untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajar.

2) Faktor Ekstern

Faktor Ekstern adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Slameto (1995:60) dalam (www.wordpress.com) faktor ekstern yang dapat

mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

a) Keadaan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Adanya rasa aman dalam sebuah keluarga sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Rasa aman tersebut membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang dapat menambah motivasi dalam diri siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat.

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Lingkungan sekolah yang baik meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa dan fasilitas pendukung kegiatan belajar. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.

(35)

Lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak dihabiskan untuk bergaul dengan lingkungan tempat mereka berada. Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak sebayanya.

Apabila anak-anak sebayanya adalah anak yang rajin belajar, maka anak tersebut akan terangsang untuk mengikuti mereka yang rajin belajar. Sebaliknya apabila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak yang nakal yang hanya berkeliaran saja maka anakpun akan terpengaruh hal-hal buruk tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

B. Pembelajaran IPS SD 1. Hakikat Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang kehidupan kemasyarakatan yang bahan-bahannya dipandu dari unsur-unsur yang diambil dari berbagai disiplin Ilmu-ilmu Sosial. (Kompas,26 Mei 2003) seperti ekonomi, sejarah, kewarganegaraan dan geografi serta diintegrasikan pula dengan pendidikan budi pekerti yang juga menjadi landasan mental bagi siswa. Menurut Nursid (1984:7) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang-bidan keilmuan yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

(36)

Oleh karena itu mata pelajaran IPS di SD disajikan dalam bentuk terpadu, sehingga siswa memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan cukup saat mereka memasuki dunia bermasyarakat saat mereka dewasa kelak.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa IPS adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai anggota masyarakat dan juga lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan aspek ekonomi, geografi, sejarah dan kewarganegaraan.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kasadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. 3. Ruang Lingkup IPS

Menurut Depdiknas (2006: 576) bahwa ruang lingkup dalam pembelajaran IPS mempunyai 4 aspek yaitu:

a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan ekonomi.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

C. Standar Kompetensi IPS Kelas V Semester I

(37)

menyeluruh dan cukup saat mereka memasuki dunia bermasyarakat kelak serta siap menghadapi tantangan global yang dapat berubah setiap saat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar, khususnya untuk kelas V semester I adalah :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai

peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa

1.1. Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasinal dari masa Hindu-Budha dan Islam di indonesia.

1.2. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di indonesia.

1.3. Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

1.4. Mengenal keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

1.5. Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

D. Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester I

(38)

ekonomi dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Secara khusus peneliti akan meneliti materi pokok jenis-jenis usaha ekonomi.

Dalam materi pokok jenis-jenis usaha ekonomi dibahas tentang jenis-jenis usaha perekonomian masyarakat meliputi usaha pertanian, usaha perdagangan, usaha perikanan, usaha peternakan, industri, ekstraktif, jasa dan jenis usaha menurut pemiliknya meliputi badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik swasta (BUMS), koperasi.

E. Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Proses pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang bayak diadopsi dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran yang Learner Centered dan yang memberdayakan siswa adalah metode Problem Based Learning (PBL) atau yang biasa kita kenal dengan nama Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

Menurut Susento (2006: 23) Pembelajaran berbasis masalah adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut paut) bagi siswa dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik.

(39)

memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berfikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Barrows Howard dan Kelson dalam Taufiq (2009:21) Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) adalah “Kurikulum dan proses pembelajaran.

Dalam kurikulum dirancang masalah-masalah yang menunjang siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.”

Jadi menurut penulis Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari suatu masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menunjang pengetahuan siswa sehingga siswa dituntut untuk berpikir aktif dalam memecahkan masalah tersebut dan mencari solusi yang tepat guna menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tan, 2003 dalam Taufiq (2009:22) mengungkapkan ciri-ciri atau karakteristik proses Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.

b. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang.

c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk, sehingga solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bidang ilmu.

d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.

e. Sangat mengutamakan belajar mandiri.

(40)

g. Pembelajarannya dirancang secara kolaboratif, komunikatif dan kooperatif serta melakukan presentasi.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arens (dalam Triyanto, 2009: 97) pada pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah yaitu:

a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara logis dalam rangka memecahkan masalah.

b. Mengorganisir siswa dalam belajar yang meliputi: 1) Guru membagi siswa dalam kelompok.

2) Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

4. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah

Sesuai dengan namanya, model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) memiliki keunggulan yang terletak pada penyajian ”masalah”.

Masalah yang disajikan guru harus dapat merangsang siswa untuk melakukan proses pembelajaran yang baik. Menurut Wee, Kek (2002) dalam Taufiq (2009:32), masalah yang baik untuk disajikan dalam PBM memiliki ciri sebagai berikut :

(41)

c. Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif. d. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. 5. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut :

a. Membutuhkan persiapan yang kompleks. b. Sulit mencari permasalahan yang relevan.

c. Sering terjadi miss-konsepsi dan memerlukan waktu yang panjang.

F. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran IPS Pemilihan suatu model pembelajaran yang digunakan guru di sekolah berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, diantaranya model pembelajaran inovatif yaitu Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena dengan model pembelajaran ini, siswa dilatih untuk berpikir secara aktif dan kritis terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran Berbasis Masalah juga dirancang secara menarik, agar siswa merasa lebih senang dan tidak mengalami kebosanan dalam mempelajari setiap materi yang disajikan oleh guru. Jika siswa telah merasakan kegembiraan dalam belajar maka prestasi belajarnya pun akan meningkat secara bertahap.

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :

(42)

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Condongcatur pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam hal ini subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 32 orang siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, kuesioner, tes, observasi dan refleksi. Analisis data penelitian ini menggunakan persentase.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi dan presasi belajar IPS siswa kelas V di SD Kanisius Condongcatur tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara Indonesia. Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 70,9 dan meningkat pada akhir siklus II yaitu menjadi 75,06. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu pada akhir siklus I sebesar 40,62%, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 46,87%.

2. Liya Nurhidayah (2011) yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IVA Di SD Negeri Ungaran II Semester Genap Tahun Pelajaran 2010-2011” memberikan hasil yaitu penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Ungaran II.

(43)

H. Kerangka Berfikir

Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan model pembelajaran yang inovatif, menarik dan interaktif. Adapun pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah. model pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi, berpendapat di depan kelas, memecahkan masalah berdasarkan kehidupan nyata, dan saling bekerjasama untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan terhadap materi yang bersangkutan. Selain itu melatih siswa bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dialami sehingga siswa dapat menemukan manfaat dari pembelajaran berbasis masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar IPS dibandingankan dengan menggunakan metode ceramah (tradisional).

A. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka dapat diajukan hipotesis bahwa:

1. Pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS tentang kegiatan ekonomi di Indonesia pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Keniten.

(44)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Keniten yang beralamatkan di Jalan Desa Keniten, Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah 51273

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah Siswa kelas V SD Negeri Keniten tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 orang, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

3. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah prestasi belajar IPS dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah khususnya pada meteri mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

4. Waktu penelitian

(45)

Tabel 1. Waktu Penelitian

Kegiatan Bulan

(46)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: Gambar 1. Tahapan siklus I dan siklus II

Siklus I Siklus II

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing siklus terdiri dari tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Proses penelitian masing-masing meliputi empat tahap yaitu rencana tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1. Persiapan

a. Meminta ijin untuk mengadakan penelitian di kelas V kepada kepala sekolah SD Negeri Keniten.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa yang berupa daftar nilai IPS dan mengamati kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri Keniten.

c. Melakukan identifikasi masalah Rencana

tindakan

Rencana tindakan

Refleksi

Pelaksanaan tindakan

Refleksi Pelaksanaan tindakan

Observasi (pengumpulan data)

(47)

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah tentang prestasi belajar siswa materi pokok “mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia”. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Keniten semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini untuk mengetahui permasalahan pembelajaran IPS khususnya pada materi pokok tersebut.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa pada materi pokok tersebut masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan pada pembelajaran IPS. Dari 22 orang siswa hanya 9 siswa yang nilainya lebih dari 65 dan 13 siswa yang lain kurang dari 65, dengan rata-rata kelas 60,8 padahal KKM pada mata pelajaran IPS adalah 65.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut, peneliti merencanakan sebuah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Kenitan semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

d. Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran

Kompetensi dasar yang mengalami permasalahan yaitu Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia dengan materi pokok Kegiatan ekonomi di Indonesia.

e. Mempersiapkan silabus

Silabus disusun dengan mengambil satu kompetensi dasar dari lima kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas V semester I yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat tiap pertemuan dalam tiap siklus.

g. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan perlu disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan penelitian.

(48)

Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menyiapkan instrumen penelitian. Lampiran tentang instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan siklus I dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Dalam tahap ini juga ditentukan indikator dan tujuan pembelajaran, kegiatan guru dan siswa, materi pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.

Pembelajaran siklus I terdiri dari satu pertemuan atau 3 jam pelajaran. Hasil dari observasi terhadap siswa pada siklus I dijadikan sebagai acuan dalam menentukan tindakan berikutnya. Adapun rencana tindakan siklus I tersebut secara rinci meliputi :

1) Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok pembelajaran yang dituangkan dalam silabus.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

3) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 4) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran 5) Menyusun instrumen penelitian

6) Membuat Lembar Kerja Siswa 7) Membuat soal evaluasi siklus I b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan berdasarkan RPP dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Siswa dibagi dalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 (lima) anak.

2) Tiap kelompok diberi LKS yang berisi gambar jenis-jenis usaha perekonomian di Indonesia

(49)

4) Siswa mendiskusikan gambar tersebut berdasarkan jenis usahanya (pertanian, perikanan, perindustrian, perdagangan, jasa)

5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 6) Siswa membahas hasil diskusi dengan bimbingan guru.

7) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I 8) Pemberian tanggapan dan peneguhan dari guru.

9) Mengkoreksi bersama hasil diskusi kelompok tentang jenis-jenis usaha perekonomian di Indonesia.

c. Observasi

Selama proses pelaksanaan tindakan siklus I, dilakukan pengamatan atau observasi yang berfokus pada masalah penelitian. Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mencatat pengamatan pada lembar pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat. Pada proses ini, pengamat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

2) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses berkomunikasi dengan anggota kelompok.

3) Melakukan penilaian hasil kerja kelompok dan individu.

4) Melakukan pengumpulan data dan menghitung persentase keberhasilan hasil belajar.

d. Refleksi

Dalam tahap refleksi ini peneliti mengkaji ulang secara seksama dari hasil tes evaluasi siswa dan didiskusikan bersama. Hal ini dilakukan untuk memahami data yang telah terkumpul dan dijadikan sebagai bahan untuk merevisi tindakan pada siklus I dan merancang tindakan selanjutnya. Adapun hasil diskusi dipergunakan untuk menetapkan tindakan yang perlu diperbaiki dan tindakan refleksi selalu dilakukan setiap selesai tindakan dan observasi sampai berhasil. Hal yang perlu dilakukan pada tahap refleksi antara lain :

(50)

2) Memperbaiki tindakan berdasarkan kesulitan dan hambatan yang ditemukan serta pengolahan nilai yang diperoleh siswa.

Siklus II a. Perencanaan

Siklus II terdiri dari satu pertemuan atau 3 jam pelajaran. Hasil dari observasi terhadap siswa pada siklus II dijadikan sebagai acuan dalam menentukan tindakan berikutnya. Adapun rencana tindakan siklus II tersebut secara rinci meliputi :

1) Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok pembelajaran yang dituangkan dalam silabus.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

3) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 4) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran 5) Menyusun instrumen penelitian

6) Membuat Lembar Kerja Siswa 7) Membuat soal evaluasi siklus II b. Pelaksanaan

Pada perencanaan siklus ini dilaksanakan pembelajaran satu kali pertemuan selama 3 x 35 menit jika tindakan pada siklus II belum berhasil. Pelaksanaan tindakannya mengacu pada RPP yaitu :

1) Siswa dibagi dalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 (empat) anak.

2) Tiap kelompok diberi LKS yang berisi soal pertanyaan yang berhubungan dengan video yang akan ditayangkan oleh guru.

3) Siswa melihat video tentang kegiatan ekonomi yang ada di Indonesia. 4) Siswa menganalisis dan mendiskusikan hasil tayangan video tersebut

dengan panduan soal-soal yang ada pada LKS.

(51)

7) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II. 8) Pemberian tanggapan dan peneguhan dari guru.

9) Mengkoreksi bersama hasil diskusi kelompok tentang kegiatan perekonomian di Indonesia.

c. Observasi

Selama proses pelaksanaan tindakan II, dilakukan observasi yang berfokus pada masalah penelitian. Observasi yang dilakukan peneliti adalah mencatat pengamatan pada lembar observasi yang dilakukan oleh teman sejawat. Pada proses ini, pengamat melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

2) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses berkomunikasi dengan anggota kelompok.

3) Melakukan penilaian hasil kerja kelompok dan individu.

4) Melakukan pengumpulan data dan menghitung persentasi keberhasilan hasil belajar.

d. Refleksi Siklus II

Guru melakukan pengamatan selama proses belajar berlangsung. Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan serta mendokumentasikan segala sesuatu pada saat pembelajaran berlangsung.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Peubah, Data, Pengumpulan Data dan Instrumen

Tabel 2. peubah, Indikator, Data dan Instrumennya No Peubah Data yang

diperlukan Pengumpulan Instrumen

1. Prestasi belajar

Nilai siswa pada tes di akhir siklus

(52)

2. Penyusunan Instrumen Instrumen Prestasi Belajar

Jenis instrumen yang digunakan yaitu : a. Silabus

Silabus disusun sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. b. RPP

RPP disusun sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. c. LKS

LKS disusun sebagai panduan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. d. Tes tertulis

Tes tertulis disusun sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Pada penelitian ini akan digunakan tes tertulis yang meliputi soal pilihan ganda. Soal-soal disusun berdasarkan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, yang kemudian dikembangkan sendiri oleh penulis dan validasi dibuat dengan cara melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru kelas. Adapun rinciannya adalah :

a) Soal pilihan ganda berjumlah 30 soal dengan ketentuan : Skor 1 jika jawaban benar

Skor 0 jika jawaban salah Total skor : 30 x 1 = 30

Sehingga skor yang dapat diperoleh siswa jika jawaban benar adalah total skor pilihan ganda.

(53)

Tabel 3. Kisi-kisi soal tes tertulis siklus I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Soal

1. Menghargai

Tabel 4. Kisi-kisi soal tes tertulis siklus II

Standar Kompetensi Kompetensi

Dasar Indikator No Soal

3. Validitas Instrumen

(54)

diuji validitas dan reliabilitasnya, sehingga dapat diketahui bahwa tiap item-item soal tersebut valid dan reliabel.

a. Pengujian Validitas

Penelitian ini akan menggunakan validitas isi supaya instrumen yang akan digunakan dapat tepat sesuai dengan apa yang akan diukur.

Dalam validitas isi, semua instrumen akan diuji menurut standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikatornya. Dalam validitas isi, semua instrumen akan dikonsultasikan dengan orang yang berkompeten di bidang itu. Dalam hal ini adalah guru kelas dan dosen pembimbing. Sehingga instrumen yang akan digunakan dapat tepat sesuai dengan apa yang akan diukur.

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen dikatakan valid atau sahih apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” alat ukur. Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk.

Validitas konstruksi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat ukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat ukur tersebut. Apabila isi item-item yang merupakan suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki validitas konsep yang tinggi. Jika validitas instrumen rendah maka perlu diketahui butir-butir instrumen mana yang menyebabkan instrumen keseluruhan tersebut jelek. Untuk keperluan inilah perlunya mencari validitas butir istrumen.

(55)

Keterangan rumus :

Rxy : koefisien korelasi antara variable X dan Y X : variable X

Y : variable Y N : jumlah siswa

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga rxy kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen pada penelitian ini adalah 0,239. Artinya apabila rxy lebih besar atau sama dengan 0,239 (rxy ≥ 0,239), nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari 0,239 (rxy ≤ 0,239), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid. Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16 for windows7.

Soal evaluasi yang digunakan dalam penelitan ini adalah yang sudah memenuhi kriteria validitas. Berdasarkan hasil uji validitas pada siklus I dari 30 soal pilihan ganda hanya 20 soal yang memenuhi kriteria valid yaitu butir 1, butir 2, butir 4, butir 5, butir 7, butir 8, butir 9, butir 10, butir 12, butir 14, butir 16, butir 18, butir 20, butir 21, butir 23, butir 24, butir 26, butir 27, butir 29 dan butir 30.

(56)

b. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperhatikan dalam taraf ketepatan dan ketelitian (Masidjo, 1995:209).

Metode yang digunakan untuk mengukur taraf reliabilitas pada soal pilihan ganda dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan persamaan Kuder-Richardson. Menurut Masidjo (1995:233) dengan metode Kuder-Richardson akan diperoleh koefisien reliabilitas suatu tes yang tinggi apabila distribusi perolehan skor dari tes tersebut merupakan distribusi normal atau dapat dikatakan bahwa taraf kesukaran tes tersebut cenderung cukupan dan siswa peserta tes merupakan kelompok yang cukup heterogen.

Metode persamaan Kuder-Richardson formula (KR-21) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung taraf reliabilitas suatu tes dengan dua pilihan jawaban benar – salah (B-S)

Adapun Kuder Richardson merumuskan persamaan (KR-21) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan jumlah rerata skor dengan persamaan

Keterangan :

M = rata-rata skor

N = banyaknya peserta tes (ΣX) = jumlah skor total

2) Menghitung taraf reliabilitas dengan rumus Koefisien Alpha sebagai berikut :

=

Gambar

Gambar 1.   Tahapan Siklus I dan Siklus II  ...................................................
Tabel 1. Waktu Penelitian
Gambar 1. Tahapan siklus I dan siklus II
Tabel 2. peubah, Indikator, Data dan Instrumennya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tindakan kelas tentang optimalisasi pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) melalui metode pengorganisasian tugas terstruktur dan kuis untuk

PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI PENGORGANISASIAN TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam.. mengembangkan model

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada tujuh (7) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran pengetahuan

Salah satu kemampuan guru yang harus dimiliki dan menjadi bagian yang paling penting adalah kemampuan membuat dan mengembangkan alat evaluasi hasil belajar siswa.

Interaksi sosial dapat terjadi di mana pun dan kapan pun, serta dilakukan oleh siapa pun tanpa mengenal usia, status sosial, dan pendidikan. Hal itu terjadi karena manusia hidup

Maka dari itu, kelebihan pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan pembelajaran tradisonal diantarnya: (1) peserta didik memiliki peran aktif di dalamnya, (2) tidak

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan