• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI YANG BERORIENTASI PADA KECERDASAN VISUAL SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V DI SD KAREN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI YANG BERORIENTASI PADA KECERDASAN VISUAL SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V DI SD KAREN BANTUL."

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI YANG BERORIENTASI PADA KECERDASAN

VISUAL SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V DI SD KAREN BANTUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Yai Rohmad NIM 13108244037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI YANG BERORIENTASI PADA KECERDASAN

VISUAL SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V DI SD KAREN BANTUL

Oleh: Yai Rohmad NIM 13108244037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Karen Bantul dengan menggunakan strategi yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Karen Bantul. Penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Karen Bantul yaitu 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan tes objektif, observasi, dan dokumentasi. Tes objektif digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa, lembar observasi bertujuan mengamati aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran IPS dengan strategi yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial, sedangkan dokumentasi bertujuan mengumpulkan informasi tentang hasil belajar siswa kelas V. Validasi instrumen dilakukan oleh internal dosen pembimbing. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, hasil belajar siswa pada pra siklus atau sebelum diberi tindakan rata-rata nilai belajar dalam kelasnya 59,54 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak 3 siswa atau 13,64% sedangkan pada siklus I rata-rata nilai belajar dalam kelasnya meningkat menjadi 77,73 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak 14 siswa atau 63,64% serta di siklus II rata-rata nilai belajar siswa dalam kelas mencapai 89,55 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 19 siswa atau 86,36%. Sedangkan proses keaktifan siswa pada siklus I sebesar 71,38%, meningkat menjadi 85,38% pada siklus II atau terjadi peningkatan 14%.

(3)

IMPROVING THE FIFTH GRADERS’ LEARNING OUTCOMES USING VISUAL SPATIAL ORIENTED LEARNING IN SOCIAL SCIENCE

SUBJECT IN KAREN PUBLIC PRIMARY SCHOOL

By Yai Rohmad NIM 13108244037

ABSTRACT

This research aims to improve social sciences learning outcomes fifth grade students in Karen primary school using visual spatial oriented learning strategy.

This type of research is the classroom action research (CAR), which is held collaboratively with fifth grade elementary classroom teachers. This research uses a model kemmis & mc taggart that consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The research subjects is teachers and students of fifth grade elementary school in Karen Bantul. There are 12 male and 10 female students. The methods of collection data is using objective tests, observation and documentation. Validation of instruments is done by the internal lecturer. The techniques of analyzing data in this research uses qualitative and quantitative analysis.

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

1. Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang tidak akan berubah dengan sendirinya

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, karya ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu menyayangiku dan mendoakanku selama ini.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi yang Berorientasi pada Kecerdasan Visual Spasial dalam Pembelajaran IPS Kelas V Di SD Karen Bantul”dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Anwar Senen, M. Pd.. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dr. Farida Agus Setiawati, M, Si selaku tim Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Drs. Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

(10)

6. Bapak Karmin, S. Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Karen yang telah bersedia menjadi mitra dan bantuan dalam penelitian ini.

7. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Karen Bantul yang telah bersedia membantu terlaksananya penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

8. Orang tua, kaka dan adikku tercinta serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan doa hingga terselesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi sehingga bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 4 April 2017 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 10

1. Pengertian Hasil Belajar ... 10

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

B. Strategi Pembelajaran Visual Spasial ... 14

1. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran ... 17

C. Kecerdasan Visual Spasial ... 19

1. Pengertian Kecerdasan Majemuk ... 19

2. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk ... 21

3. Pengertian Kecerdasan Visual Spasial... 24

4. Pembelajaran yang Berorientasi pada Kecerdasan Visual Spasial ... 26

5. Pelaksanaan Pembelajaran Visual Spasial ... 28

6. Strategi Meningkatkan Kecerdasan Visual spasial... 30

D. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 36

4. Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial ... 38

E. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ... 40

(12)

G. Kerangka Berpikir ... 44

H. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Setting Penelitian ... 47

C. Subjek Penelitian ... 48

D. Model Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Definisi Operasional ... 54

G. Instrumen Penelitian ... 55

1. Instrumen ... 55

2. Validasi Instrumen Penelitian ... 56

H. Teknik Analisis Data ... 57

1. Kualitatif ... 57

2. Kuantitatif ... 58

I. Indikator Keberhasilan ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 60

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 60

B. Hasil Penelitian... 60

1. Pra Tindakan... 60

2. Siklus I... 63

3. Siklus II ... 76

4. Peningkatan Aktivitas Siswa dari Siklus I-II... 86

5. Penikatan Hasil Belajar Siswa dari Pra Siklus Sampai Siklus II ... 87

C. Pembahasan ... 90

D. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 93

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran IPS dengan Nilai

Rata-Rata Pelajaran Lainnya pada Ujian Tengah Semester

Kelas V ...…….. 4

Tabel 2. Materi Mata Pelajaran IPS Semester 1 ... 37

Tabel 3. Materi Mata Pelajaran IPS Semester 2 ... 37

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Siklus 1... 56

Tabel 5.Rentang Skor Persentase LembarObservasi Guru dan Siswa…….. 58

Tabel 6. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar ... 59

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan... 61

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 69

Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pada Siklus I... 70

Tabel 10. Hasil Belajar Siklus I ... 72

Tabel 11. Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II ... 81

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II... 82

Tabel 13. Hasil Belajar Siklus II ... 84

Tabel 14. Peningkatan Aktivitas Siswa dari Siklus I Sampai Siklus II ... 87

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian . ... 40

Gambar 2 Model Penelitian Kelas Menurut Kemmis dan MC Taggard... 49

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Kelas Tahap Pra Tindakan ... 62

Gambar 4. Diagram Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I... 71

Gambar 5. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal pada Siklus I... 73

Gambar 6. Diagram Persentase Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ... 83

Gambar 7. Diagram Persentase Ketuntasan Kelas dalam Pembelajaran IPS Siklus II ... 85

Gambar 8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa dari Pra Siklus Sampai Siklus II ... 89

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus dan RPP IPS Kelas V Siklus I ... 99

Lampiran 2. Soal Evaluasi Siklus I ... 124

Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 129

Lampiran 4. Silabus dan RPP IPS Kelas V Siklus II ... 130

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus II... 153

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 158

Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 159

Lampiran 8. Kisi-Kisi Soal Siklus II... 160

Lampiran 9. Nama Siswa Kelas V SD Negeri Karen ... 161

Lampiran 10. Hasil Belajar Pra Siklus ... 162

Lampiran 11. Hasil Belajar Siklus I... 163

Lampiran 12. Hasil Belajar Siklus II... 164

Lampiran 13. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Siklus I ... 166

Lampiran 14. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Siklus II ... 172

Lampiran 15. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Guru Siklus I ... 178

Lampiran 16. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Guru Siklus II ... 182

Lampiran 17. Dokumentasi Pembelajaran Siklus I dan II ... 186

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang dihadapkan pada tuntutan dinamika kehidupan masyarakat. Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diterapkan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, pendidikan IPS tidak hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam berbagai karakteristik. Sapriya (2009: 194) menyatakan bahwa Pelajaran IPS dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat memiliki sikap yang peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya di masyarakat.

(17)

Menurut Susanto (2014: 1-2), tujuan pembelajaran IPS yaitu untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal ini berarti tujuan pendidikan IPS bukan hanya membekali siswa dengan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan kognitif saja, akan tetapi pendidikan IPS harus mampu mengembangkan keterampilan berpikir, agar siswa mampu memahami berbagai kenyataan sosial beserta permasalahannya dan untuk anak sekolah dasar, tujuan pendidikan IPS harus disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, yang di mulai dengan pengenalan terhadap lingkungan sekitar menuju lingkungan yang lebih luas, dimulai dari lingkungan terdekat menuju lingkungan yang lebih luas.

Tahap perkembangan kognitif anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Piaget (dalam Izzaty, dkk 2013: 104), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkrit dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada masa awal kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkrit. Pada masa ini anak-anak tersebut mulai berkurang rasa egonya dan mulai bersifat sosial, dalam pembelajaran guru dapat menggunakan media pembelajaran agar anak lebih mudah memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkret sehingga anak akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang diajarkan.

(18)

pembelajaran, siswa tidak diajarkan berfikir logis tetapi hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Hal ini menyebabkan pembelajaran IPS kurang digemari sebagian siswa. Sebagian siswa merasa tidak tertarik dengan pelajaran IPS karena kegiatan pembelajarannya hanya berupa hafalan bukan kegiatan berfikir. Siswa menganggap materi IPS hanya untuk dihafalkan. Kenyataan ini menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan konsep dari materi IPS dalam kehidupan sehari-hari.

Kejenuhan dalam pembelajaran IPS membuat siswa menjadi kurang fokus dalam belajar, ketika siswa jenuh, siswa lebih memilih hal-hal yang menurut mereka lebih menyenangkan seperti mengobrol dengan temanya atau malah asik dengan imajinasinya sendiri. Hal ini akan berpengaruh terhadap penguasaan materi pembelajaran sehingga akan menyebabkan nilai hasil belajar IPS menjadi rendah. Keadaan seperti ini terjadi pada proses pembelajaran di sekolah dasar yaitu di SD Negeri Karen Bantul.

(19)

disajikan daftar perbandingan nilai rata mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata mata pelajaran lainya pada ujian tengah semester.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata Mata Pelajaran IPS dengan Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Lainya pada Ujian Tengah Semester kelas V.

NO Mata

Pelajaran

KKM Nilai

Rata-Rata UTS

Ketuntasan Total

≥KKM ≤ KKM F %

F % F %

1. Pkn 7,5 65,9 4 18,1 18 81,9 22 100

2. B. Indonesia 7,5 65,1 6 27,3 16 72,7 22 100

3. IPA 7,5 75.2 12 54,5 10 45,5 22 100

4. IPS 7,5 62,1 4 18,1 18 81,9 22 100

5. Matematika 7,5 66,1 9 40,9 13 59,1 22 100

(20)

dengan siswa, biasanya saat pembelajaran IPS guru menyuruh siswa membaca buku kemudian dijelaskan dan diberi pertanyaan sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS, dari berbagai masalah tersebut disebabkan karena kurang tepatnya penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan akibatnya tujuan pembelajaran belum tercapai. Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran adalah serangkaian rencana kegiatan yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumberdaya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Sementara itu Sanjaya (2012: 9) menyatakan bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan.

(21)

spasial yang sering disebut dengan strategi pembelajaran kecerdasan yang berkaitan dengan ruang dan gambar. Guru memilih strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial karena sebagian besar materi IPS kelas V berkaitan dengan fakta-fakta sejarah hal ini sesuai dengan pendapat Armstrong (2013: 87) menyatakan bahwa belajar dengan kecerdasan spasial sangat efektif untuk mengeja kata-kata, mengingat rumus-rumus matematika, dan fakta-fakta sejarah. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial ini membantu guru untuk melakukan pembelajaran yang lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan strategi ini akan membantu siswa dalam memahami materi IPS dengan penyajian gambar dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial mencakup kemampuan berfikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual spasial (Armstrong, 2002: 3-4). Penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang berada dalam tahap perkembangan operasional konkret yang pembelajaranya dapat menggunakan media yang berbasis visual spasial.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil judul” meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial dalam pembelajaran IPS Kelas V di SD Karen Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di SD Karen Bntul yaitu sebagai berikut:

(22)

2. Selama proses pembelajaran siswa hanya duduk diam dan sebagian ada yang ngobrol dengan temanya.

3. Hasil Belajar Siswa kelas V pada pembelajaran IPS yang masih rendah, ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada ujian tengah semester.

4. Guru belum menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada Hasil Belajar Siswa kelas V pada pembelajaran IPS yang masih rendah, ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada ujian tengah semester di SD Karen Bantul.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini. ”Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial dalam pembelajaran IPS kelas V SD diKaren Bantul?”

E. Tujuan Penelitian

(23)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, Berikut manfaat penelitian secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, melalui penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengajar untuk mencapai target pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta dapat dijadikan tambahan informasi dalam meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

b. Bagi Siswa

Penerapan pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

(24)

d. Bagi Peneliti

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan sebuah aktifitas hidup yang tentunya dilakukan dengan tujuan memperoleh nilai tambah berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar atau kegiatan pembelajaran, disebut hasil belajar. Hasil belajar diperoleh dari sebuah kegiatan belajar mandiri atau dari sebuah kegiatan belajar mengajar. Usman (2006: 5) menyatakan bahwa belajar sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu maupun interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Thobroni & Mustofa (2013: 22), hasil belajar adalah pola-pola perubahan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

(26)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu maupun individu dengan lingkungannya, perubahan tersebut dapat digolongkan dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom et all (dalam Kurniawan 2014: 10) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk lebih jelasnya penggolongan ketiga aspek mengenai hasil belajar tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Hasil Belajar Kognitif

(27)

yaitu kemampuan untuk memberi pendapat atau menentukan baik atau tidaknya sesuatu dengan menggunakan suatu kriteria tertentu.

b. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan terhadap rasa atau sikap. Jenis hasil belajar ranah afektif ini terdiri dari lima jenis yang membentuk suatu hierarkis. Kelima jenis ranah afektif itu antara lain: (1) kepekaan, merupakan sensitivitas mengenai situasi dan kondisi tertentu serta mau memperhatikan keadaan tersebut; (2) partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan kesediaan berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu; (3) penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap; (4) organisasi yaitu kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman atau pegangan hidup; (5) pembentukan pola hidup yaitu mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi seseorang.

c. Hasil Belajar Psikomotor

(28)

yaitu kemampuan melakukan gerakan secara luwes, gesit dan lincah. Penyesuaian yaitu kemampuan untuk mengubah dan mengukur kembali gerak. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu pola gerak baru.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah iya menerima pengalaman dari proses belajar. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar digunakan guru dan dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini akan tercapai apabila siswa sudah memahami dengan diiringi perubahan dan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya. dalam penelitian ini hasil belajar yang diteliti lebih menekankan pada hasil belajar kognitif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(29)

a. Faktor Internal atau faktor Diri Sendiri

Faktor internal terdiri dari unsur jasmaniah (fisiologi) dan rohaniah (psikologis) pembelajar. Unsur jasmaniah yaitu kondisi umum sistem otot dan kondisi dari organ-organ yang terutama terdiri dari pancaindra. Belajar akan terjadi dengan optimal jika keadaan otot yang bugar dan sehat. Selanjutnya yang berkaitan dengan pancaindra, jika pesan yang diterima oleh mata dan telinga bisa diterima dengan baik, maka proses penyerapan informasi berjalan dengan lancar dan terjadi proses belajar dengan baik dan sebaliknya. Sedangkan unsur rohaniah yang paling berpengaruh diantaranya yaitu tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.

b. Faktor Eksternal atau Faktor dari lingkungan

Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di lingkungan pelajar itu sendiri yang meliputi lingkungan sosial yaitu keluarga, guru, staf sekolah, masyarakat dan lingkungan non sosial yaitu keadaan rumah, sekolah peralatan dan alam.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar merupakan jenis dan upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pembelajaran. Jadi jelaslah hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi.

B. Strategi Pembelajaran Visual Spasial

(30)

(memimpin). Istilah strategi pada awal mulanya digunakan dalam dunia militer yang sering diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perang, tetapi sekarang istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini seorang guru yang mengharapkan hasil pembelajaran yang baik dalam proses pembelajarannya akan menerapkan suatu strategi, agar hasil belajar siswanya memuaskan yaitu ditandai dengan tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran dalam artian sederhana berarti upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, model, metode dan pendekatan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Menurut Majid (2016: 5), pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran akan bermakna pada dua kegiatan pokok yang pertama yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Selanjutnya yang kedua yaitu bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.

(31)

dalam setiap aktifitas pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa sehingga tujuan pembelajaranya dapat tercapai.

Menurut Khanifatul (2013: 15) strategi pembelajaran merupakan suatu rencana, cara pandang, dan pola pikir guru dalam mengorganisasikan isi pelajaran, penyampaian pelajaran, dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi pembelajaran adalah pencapaian tujuan pembelajaran.

Kecerdasan visual spasial merupakan kecerdasan yang mencakup berfikir dalam gambar, serta kemampuan untuk memcercap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual spasial (Armstrong, 2002: 3). Seorang anak yang memiliki kecerdasan visual spasial akan mudah belajar dengan unsur-unsur visual spasial seperti filem, gambar, tayangan slide, puzzle gambar dan video, beberapa dari mereka biasanya gemar menggambar, melukis dan berbagai kegiatan seni lainya. Yaumi dan Ibrahim (2013: 16) menyatakan bahwa komponen inti dari kecerdasan visual spasial adalah kepekaan terhadap garis, warna, bentuk ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola dan hubungan antar unsur-unsur tersebut.

(32)

sebuah strategi pembelajaran terkait materi apa yang akan disampaikan dan sumber belajar apa yang akan digunakan dan telah direncanakan sebelumnya sehingga tujuan pembelajarannya dapat tercapai.

1. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Ada beberapa jenis strategi pembelajaran karena strategi pembelajaran sendiri dikembangkan atau diturunkan dari model pembelajaran, strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk melaksanakan suatu strategi pembelajaran diperlukan seperangkat metode pengajaran. Seperti yang dikemukakan Rowntree (dalam Sanjaya 2009: 128) mengelompokkan ke dalam strategi pembelajaran penemuan, strategi pembelajaran individu dan kelompok. a. Strategi pembelajaran Penemuan

Strategi pembelajaran penemuan bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai materi tersebut, strategi pembelajaran ini sering disebut dengan strategi pembelajaran langsung, untuk lebih jelasnya tentang strategi pembelajaran langsung diuraikan sebagai berikut:

1) Strategi pembelajaran langsung yaitu strategi yang kadar keterpusatan pada guru paling tinggi dan sering digunakan, pada strategi pembelajaran ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, praktek dan latihan, pengajaran eksplisit serta demonstrasi.

2) Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.

(33)

ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktifitas sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Untuk lebih jelasnya tentang strategi pembelajaran tidak langsung diuraikan sebagai berikut:

1) Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dalam melakukan observasi, penyelidikan, pengembangan inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.

2) Dalam pembelajaran tidak langsung peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal.

3) Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dan jika memungkinkan memberikan umpan balik pada siswa ketika mereka melakukan inkuiri.

4) Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non cetak, dan sumber-sumber manusia.

b. Strategi Pembelajaran Individu

Strategi pembelajaran individu ini dilakukan oleh siswa secara mandiri, cepat lambat dan keberhasilannya sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa tersebut. Pembelajaranya didisain agar siswa dapat belajar mandiri, pembelajaranya biasanya berbentuk modul atau belajarnya siswa bisa melalui video. Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk siswa yang mandiri dan bertanggung jawab. Majid (2016: 12) menyatakan bahwa strategi belajar mandiri bertujuan untuk mengembangkan inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Strategi pembelajaran ini memiliki kekurangan yaitu peserta didik yang kurang dewasa sulit menggunakan pembelajaran individu.

(34)

Strategi pembelajaran kelompok berbeda dengan strategi pembelajaran individu, strategi pembelajaran kelompok dilakukan secara berkelompok, bentuk belajar kelompok itu bisa dalam kelompok besar atau dalam bentuk klasikal dan bisa juga siswa belajar dalam kelompok kecil-kecil. Sanjaya (2009: 129) menyatakan bahwa strategi belajar kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individu, setiap individu dianggap sama. Dalam belajar kelompok ini memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan biasa-biasa saja, dan sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan merasa tergusur oleh siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam kelompok tersebut.

C. Kecerdasan visual spasial 1. Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk pertama kali digagas oleh seorang tokoh psikologi Howard Gardner yang berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1983. Menurut Gardner (2003: 34), kecerdasan menyangkut kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Sedangkan menurut Yaumi & Ibrahim (2013: 11) menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan, kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk memahami hubungan, mengevaluasi dan menilai serta kapasitas untuk menghasilkan pikiran-pikiran produktif dan original.

(35)

penting memperhatikan strategi pembelajaran yang digunakan dalam setiap pembelajaranya. Penerapanya dalam dunia pendidikan sangatlah tergantung pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap berbagai cara siswa belajar. Sedangkan menurut Mifzal (2013: 48), teori kecerdasan majemuk menegaskan bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Setiap anak cerdas dan tidak ada anak yang bodoh. Berdasarkan teori tersebut maka setiap sekolah harus bisa mengakomodasikan setiap siswa dengan berbagai pola pikir yang unik.

Gardner menjelaskan bahwa teori kecerdasan Majemuk dibingkai dalam asal-usul biologis dari setiap keterampilan menyelesaikan masalah. teori kecerdasan Majemuk mengandung konsep konvensional yang artinya kecerdasan ditetapkan secara operasional sebagai kemampuan untuk menjawab berbagai jenis tes kecerdasan. Armstrong (2013: 15) menyatakan bahwa kecerdasan Majemuk adalah teori fungsi kognitif dan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dan kapasitas dalam delapan jenis kecerdasan. Delapan jenis kecerdasan ini yaitu kecerdasan verbal linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

(36)

2. Jenis-Jenis kecerdasan Majemuk a. Kecerdasan Verbal-linguistik

Armstrong (2002: 2) menyatakan bahwa kecerdasan verbal linguistik merupakan kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Menurut Baun, Viens dan Stalin (dalam Yaumi & Ibrahim, 2013: 13) kecerdasan verbal linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan verbal linguistik merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menggunakan bahasa dan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya untuk memahami orang lain.

b. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis merupakan kemampuan menggunakan angka secara efektif. Kecerdasan ini meliputi pola-pola dan hubungan yang logis, pernyataan dan dalil, fungsi dan abstraksi terkait lainya. Menurut Yaumi & Ibrahim (2013: 14) kecerdasan Logis matematis merupakan kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan logis matematis ini merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir secara logika dan mengenal pola-pola angka untuk memecahkan suatu masalah.

c. Kecerdasanvisual spasial

(37)

13) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan visual spasialmemiliki kemampuan untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikiran atau kemampuan menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Siswa yang memiliki kemampuan visual spasial ini akan terlihat antusiasme ketika mengerjakan tugas yang melibatkan gambar, warna, garis dan bentuk ruang.

d. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk mengekspresikan ide, perasaan dan kelincahan dalam menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Kecerdasan kinestetik mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan. Siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik akan menyukai pelajaran yang menggunakan bagian- bagian tubuh atau seluruh tubuh seperti pelajaran olahraga dan menari. Siswa dengan kecerdasan kinestetik biasanya unggul pada salah satu cabang olah raga dan menari.

e. Kecerdasan musikal

(38)

mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan sering mengekspresikan ide-idenya dengan musik.

f. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh. Menurut Armstrong (2002: 4), kecerdasan interpersonal meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak isyarat, dan kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal dari orang lain. Anak dengan kecerdasan interpersonal memiliki kemampuan untuk membedakan berbagai jenis isyarat interpersonal. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain.

g. Kecerdasan Intrapersonal

(39)

h. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk melakukan katagorisasi dan membuat tingkatan terhadap keadaan organisme seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam. Siswa dengan kecerdasan naturalis mempunyai keahlian dalam mengklasifikasikan berbagai jenis flora dan fauna dari suatu lingkungan tertentu. Selain itu siswa yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung senang mengobservasi lingkungan alam seperti mengamati berbagai macam bebatuan, berbagai macam tanah, berbagai macam tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan tersebut. Anak dengan kecerdasan ini akan lebih menyukai pembelajaran yang dilakukan di luar kelas, mereka memiliki ketertarikan terhadap tumbuhan, hewan maupun benda-benda yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

Demikian telah diuraikan delapan jenis kecerdasan Majemuk, namun dalam penelitian ini jenis kecerdasan majemuk yang akan di teliti yaitu jenis kecerdasan majemuk yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial saja. Penelitian ini akan menerapkan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial dalam pembelajaran IPS kelas V di SD Karen Bantul.

3. Pengertian Kecerdasan Visual Spasial

(40)

visual spasial tersebut. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur tersebut. Beberapa profesi yang menggunakan kecerdasan tersebut seperti pelaut, insinyur, dokter bedah, pemahat dan pelukis mereka semua telah mengembangkan kecerdasan visual spasial yang tinggi.

Menurut Uno & Kuadrat (2009: 13), kecerdasan visual spasial adalah kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam antara objek dan ruang. Hal ini sejalan dengan Martuti (2009: 73) menyatakan bahwa kecerdasan visual spasialyaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara akurat, membayangkan keruangan dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut. Seseorang yang memiliki kecerdasan visual spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, wujud ruang dan hubungan-hubungan yang ada antara unsur-unsur tersebut, serta orang tersebut mampu menggambarkanya dalam sebuah bentuk.

(41)

menyatakan bahwa kecerdasan visual spasial merupakan kecerdasan yang dikaitkan dengan bakat seni, khususnya seni lukis dan seni arsitektur. Mereka juga senang pandai dalam hal membaca peta dan diagram, mereka juga sangat menikmati upaya memecahkan jejaring yang rumit misalkan saja memasang sebuah puzzlebergambar.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan seseorang dalam membuat model mental dunia ruang dan mempersepsi dunia visual spasial secara akurat, membayangkan keruangan dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut. Kecerdasan tersebut memiliki kepekaan terhadap warna, garis bentuk, wujud, ruang, dan hubungan yang ada diantara unsur-unsur tersebut.

4. Pembelajaran yang Berorientasi pada Kecerdasan Visual Spasial

Pembelajaran merupakan satu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal (Sugihartono dkk, 2013: 81). Peran pendidik dalam suatu pembelajaran yaitu sebagai fasilitator yang menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, dalam hal ini peran pendidik bukan sebagai sumber belajar yang utama, tetapi lebih tepatnya sebagai fasilitator yang dapat menyediakan berbagai sumber belajar yang diperlukan peserta didik.

(42)

memiliki kecerdasan visual spasial mereka sangat peka terhadap warna, garis, bentuk, wujud ruang dan hubungan-hubungan yang ada antara unsur-unsur tersebut serta mampu menggambarkannya dalam sebuah bentuk.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode berbasis visual spasialyaitu menggunakan berbagai warna, garis, bentuk, wujud, dan ruang sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.

Kecerdasan visual spasial berkaitan dengan gambar, baik gambar-gambar yang divisualisasi dari dalam pikiran maupun gambar yang berasal dari dunia luar. Selanjutnya Martuti (2009: 79) menyatakan bahwa dalam pembelajaranya dapat menggunakan strategi pembelajaran untuk mengaktifkan kecerdasanvisual spasial dengan memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Warna

Anak-anak yang memiliki kecerdasan visual spasial tinggi biasanya peka terhadap warna. Warna-warna yang menarik pada objek-objek pelajaran dan peralatan di kelas sangat membantu mempercepat pemahaman siswa. Biarkan anak menggunakan warna favorit mereka dalam memahami pelajaran, dengan demikian sesuatu yang sulit akan lebih mudah dipahami siswa.

b. Grafis

(43)

dipertimbangkan adalah kejelasan tingkat pengandaian masalah dalam bentuk gambar bukan pada keindahan gambar tersebut.

c. Visualisasi

Menyuruh anak untuk membayangkan sebuah objek merupakan salah satu cara termudah untuk membantu para anak didik dalam menerjemahkan bahasa verbal ke dalam bentuk visual. Bentuk praktis cara ini adalah dengan meminta anak untuk memejamkan mata mereka dan membayangkan gambar yang baru saja mereka lihat. Hal ini akan membantu anak mengingat sesuatu berdasarkan gambar. 5. Pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual

spasial

Sebelum melakukan pembelajaran guru hendaknya menyusun sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaranya terarah sesuai apa yang di inginkan. Chatib (2011: 61) menjelaskan bahwa kegiatan awal pembelajaran dengan kecerdasan majemuk terdiri dari kegiatan zona alfa, scene setting dan warmer untuk mengingatkan kembali materi sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Tahap apersepsi dan motivasi (zona alfa)

(44)

menampilkan gambar, slide animasi, permainan berbasisvisual spasialatau video yang dapat memotivasi siswa. Kegiatan zona alfa ini dilakukan pada awal pembelajaran yang berfungsi untuk menambah semangat dan memotivasi siswa agar lebih siap mengikuti pembelajaran.

2) TahapSceene Setting

Tahap scene setting merupakan kegiatan yang dilakukan guru atau siswa untuk mengembangkan konsep awal pembelajaran. Kegiatan scene setting berbasis visual spasial dapat berupa kegiatan menjelaskan suatu gambar, menyusun puzzle acak, menyimak video dan mengelompokkan benda berdasarkan warna dan bentuknya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh guru saat menjelaskan materi maupun dilakukan siswa saat berdiskusi kelompok.

3) Tahapwarmer

Pada tahap kegiatan warmer diisi guru dengan mengulang atau mengingatkan pembelajaran yang telah disampaikan sebelumya pada siswa. Guru melakukan kegiatan ini di awal pembelajaran sebelum menyampaikan materi pelajaran selanjutnya. Selain itu warmer sering disebut review dan feedback. Warmeratau pemanasan merupakan kegiatan mengulang materi sebelumnya yang telah dipelajari pada tahap kegiatan ini dapat berupa permainan pertanyaan. Kegiatanwarmerini dilakukan untuk meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang telah dipelajari sebelumnya sehingga akan lebih mudah menerima materi yang akan diajarkan selanjutnya.

b. Tahap Inti

(45)

berperan aktif dalam pembelajaran, salah satunya yaitu dengan menggunakan berbagai media berbasis visual spasial seperti penggunaan gambar, menyusun puzzle acak, menyimak video, menyimak tayangan slide dan mengelompokkan benda berdasarkan warna. Armstrong (2013: 86) menyatakan bahwa ada lima strategi pengajaran yang dirancang dengan kecerdasan visual spasial yaitu visualisasi, tanda-tanda berwarna warni, gambar metafora, membuat sketsa ide dan simbol-simbol gambar. Tahap kegiatan inti hendaknya dilakukan secara sistematis dan sistemik agar pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaranya dapat tercapai

c. Evaluasi

Evaluasi berisi tentang teknik yang digunakan guru untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi yang dikuasai siswa setelah pembelajaran. Alat ukur dalam evaluasi berupa tes, sedangkan cara pelaksanaanya, tes dapat di bedakan menjadi tes tertulis dan tes lisan. Selain melakukan menggunakan tes guru juga harus melakukan penilaian autentik. Chatib (2011: 166) menyatakan bahwa penilaian autentik sangat berkaitan dengan aktifitas pembelajaran. Semakin banyak aktifitas pembelajaran yang dapat dinilai semakin baik pula hasil pembelajaran tersebut. Penilaian aktifitas siswa ini dapat dimulai dari awal hingga akhir pembelajaran.

6. Strategi Meningkatkan KecerdasanVisual spasial

(46)

didik dapat dikembangkan melalui strategi-strategi yaitu dengan membuat potongan kertas berwarna-warni, mewarnai gambar, dan membuat sketsa, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Membuat potongan kertas berwarna warni

Pembelajaran menggunakan potongan kertas berwarna-warni merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasikan pada kecerdasan visual spasial. Pembelajaran dengan kertas berwarna-warni akan mengembangkan kemampuan visual spasial anak. Armstrong (2013: 87) menyatakan bahwa anak yang kemampuan visual spasialnya tinggi sering sensitif terhadap warna. Sehingga anak akan lebih mudah memahami materi jika disajikan dengan berbagai warna yang menarik. Pembelajaran dengan kertas berwarna-warni merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang cukup sederhana dan tidak membutuhkan biaya dan tenaga yang cukup banyak, pelaksanaanya pun sangat mudah dapat dilakukan guru-guru dimanapun mereka berada karena kertas berwarna ini cukup mudah untuk didapatkan. Potongan kertas tersebut berisi bahan ajar yang hendak diajarkan pada peserta didik, potongan kertas tersebut berisi kata kunci atau dapat juga menggunakan kalimat lengkap, namun dipotong-potong sesuai panjang dan lebar kertas, warna tulisan dalam kertas harus sesuai atau kontras agar dapat dilihat dengan baik oleh peserta didik sehingga peserta didik akan lebih mudah membacanya.

(47)

kertas yang berisi cerita bergambar tanpa kata sehingga peserta didik dapat menuliskan dengan kalimatnya sendiri sesuai dengan tema gambar yang diperoleh. Menurut Yaumi & Ibrahim (2013: 87), tujuan aktifitas pembelajaran dengan membuat potongan-potongan kertas-berwarna warni yang berisi materi pelajaran adalah agar peserta didik mampu:

1) Menerima pesan-pesan pembelajaran dengan mudah, cepat dan akurat. 2) Terlibat langsung untuk mengalami proses pembelajaran.

3) Mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan ide-ide sederhana yang dijabarkan dalam pembelajaran.

4) Mengembangkan pengetahuan dengan mengaitkan yang dipelajari dengan situasi riel yang ada.

b. Mengamati Gambar

(48)

Guru dapat menampilkan gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran baik berupa gambar elektronik maupun gambar nyata. Martuti (2009: 79) menyatakan bahwa kecerdasan visual spasial berkaitan erat dengan gambar yang divisualisasi dari dalam pikiran maupun dunia luar. Saat pembelajaran dengan menampilkan gambar guru hendaknya sambil menjelaskan materi yang akan diajarkan sehingga akan menambah pengetahuan siswa, saat guru menampilkan gambar seorang tokoh, guru dapat menjelaskan dimana tokoh itu dilahirkan, dari mana tokoh berasal dan bagaimana perjuangan tokoh tersebut. Penyajian gambar juga hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan kesesuaian materi yang diajarkan.

Kegiatan belajar dengan gambar dapat dilakukan baik di kelas tinggi maupun kelas rendah, tetapi penyajian gambar dan cara penjelasannya harus disesuaikan dengan anak yang di ajar yaitu pada anak kelas tinggi atau anak kelas rendah gambar itu disajikan dan keberhasilannya tergantung dari kreatifitas guru dalam mendisain dan mengintegrasikanya.

c. Tayangan Slide dan Video

(49)

gambar di dunia eksternal seperti foto, film, simbol grafis dan bahasa ideografik. Kemudian pada gambar video gambar dapat bergerak layaknya benda sehingga dapat menggambarkan suatu peristiwa dengan detail dan biasanya video dilengakapi dengan audio atau suara yang menjelaskan isi gambaran peristiwa dalam video tersebut.

Menyusun pembelajaran yang berorientasikan pada kecerdasan visual spasial dapat dilakukan dengan menyajikan tayangan slide atau video dalam pembelajaran, penggunaan tayangan slide dan video ini memiliki banyak keuntungan karena dapat menampilkan beberapa obyek yang tidak dapat di bawa dalam kelas seperti mengamati tubuh gajah, mengamati peristiwa gunung meletus dan bentang alam lainya. Penggunaan dengan tayangan slide atau video akan memberikan detail suatu peristiwa sehingga anak akan lebih memahai bagaiman peristiwa itu terjadi.

D. Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian Ilmu pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta berbagai kegiatan manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Kajian IPS mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, budaya, sejarah dan politik, semua dipelajari dalam ilmu sosial.

(50)

mata pelajaran atau disiplin ilmu dan ada yang berarti program pengajaran. IPS di ajarkan di sekolah dasar dengan sistematis dan dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaranya. Oleh karena itu peranan pembelajaran IPS sangatlah penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

Menurut Susanto (2014: 143), menyatakan bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dalam IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS anak diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan beberapa pengertian IPS di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat serta memiliki tujuan untuk mendidik siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara Indonesia.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

(51)

didik untuk menerapkan dirinya dalam masyarakat. Selanjutnya menurut Sapriya (2009: 194-195), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis berdasarkan rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. 3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup pelajaran IPS sangatlah kompleks yang meliputi berbagai aspek yang menyangkut kegiatan dasar manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) (2006: 2) menyatakan bahwa ruang lingkup pelajaran IPS, meliputi beberapa aspek antara lain:

a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan uraian di atas, ruang lingkup IPS adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku manusia dan kebutuhannya termasuk gejala dan masalah-masalah sosialnya. Tetapi untuk anak SD ruang lingkupnya dibatasi pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau yaitu ruang lingkup yang ada di lingkungan siswa itu sendiri.

(52)
[image:52.595.116.492.118.458.2]

Tabel 2. Materi Mata Pelajaran IPS Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai

peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

1.1 Mengenal makna

peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.2 Menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.3 Mengenal keragaman

kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan udaya di Indonesia. 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan

[image:52.595.121.491.464.719.2]

kegiatan ekonomi di Indonesia Tabel 3. Materi Mata Pelajaran IPS Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankaan kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

(53)

terdapat pada standar kompetensi menghargai peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan indikator mengidentifikasi perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan.

4. Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial

Dimensi ilmu pengetahuan sosial menurut Sapriya (2009: 49), program pendidikan IPS yang komperehesif mencakup empat dimensi yaitu:

a. Dimensi pengetahuan (knowledge) b. Dimensi keterampilan

c. Dimensi nilai dan sikap d. Dimensi tindakan

a. Dimensi pengetahuan (knowledge)

Secara konseptual, pengetahuan hendaknya mencakup: (1) fakta, (2) konsep, (3) generalisasi yang dipahami siswa. Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi. konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkata-katagori dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua konsep atau lebih yang saling terkait.

b. Dimensi keterampilan

Keterampilan yang diperlukan untuk mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis:

(54)

3) Keterampilan partisipasi sosial 4) Keterampilan berkomunikasi c. Dimensi nilai dan sikap

Nilai yang dimaksud adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir dan bertindak. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai subjektif dan nilai prosedural.

1) Nilai Subjektif

Nilai subjektif merupakan keyakinan yang telah dipandang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menamakan atau menyampaikan informasi semata, setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinan tentang segala sesuatu.

2) Nilai prosedural

Peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas. Nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain-nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain. Nilai-nilai kunci ini dapat menyokong terbentuknya masyarakat yang demokratis.

d. Dimensi tindakan

Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran sosial meliputi tiga model aktifitas adalah sebagai berikut:

(55)

2) Berkomunikasi dengan anggota masyarakat. 3) Pengambilan keputusan.

E. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar tentunya sudah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dibandingkan tahap sebelumnya yaitu pada tahap prasekolah. Anak yang berada pada kelas awal sekolah dasar merupakan anak yang berada pada rentang usia dini. Pada tahap tersebut merupakan masa yang pendek tetapi merupakan tahap yang penting bagi seseorang, pada tahap tersebut anak belum mampu berpikir secara abstrak. Sedangkan anak sekolah dasar pada kelas tinggi mereka sudah mulai mampu berpikir lebih kompleks dari tahap sebelumya. Anak usia sekolah dasar biasanya berada pada rentang usia 7-12 tahun. Kartini Kartono (2007: 138) menyatakan bahwa ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas paling besar dan paling kuat daya menghafal dan memorisasi. Pada tahap ini anak memiliki memori yang cukup kuat untuk menghafal sesuatu, sehingga anak mampu memuat materi ingat yang cukup banyak.

(56)

Pengelompokan kemampuan mulai hadir namun pemikiran secara abstrak belum berkembang (King, 2013: 163).

Anak sekolah dasar pada kelas tinggi biasanya berusia 10-12 tahun. Menurut Izzati. dkk (2013: 114) ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar adalah:

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Ana-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peer group untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Anak usia sekolah dasar pada kelas tinggi umumnya rasa egosentrisnya mulai berkurang, anak mulai belajar memperhatikan dan menerima pandangan orang lain, berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial. Maka dalam pembelajaranya seorang pendidik perlu memperhatikan strategi pembelajaran yang digunakan yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Menurut Marsh (dalam Izzaty, dkk, 2013: 116-117) strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan bahan-bahan yang konkrit, misalnya barang atau benda konkret

b. Gunakan alat visual misalnya OHP, transparan.

c. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks.

d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, misalnya menggunakan angka kecil dari butir-butir kunci.

e. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki dan curah pendapat.

(57)

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang memuaskan. F. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan pengetahuan peneliti, sudah banyak penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penerapan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun penelitian dan menjadi referensi, peneliti menyampaikan beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti Rahayu (2013: vii) tentang penerapan multiple intelligence sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri Salakan Lor, kalasan, Sleman. Penelitian ini menunjukan bahwa dengan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran multiple intelligences dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hal ini terbukti dengan hasil belajar ranah kognitif, afektif, psikomotor subjek penelitian dapat mengalami peningkatan. Peningkatan persentase hasil belajar yaitu pra tindakan ranah kognitif 19,04%, afektif dan psikomotor 0%; siklus I ranah kognitif 76,19 % ranah afektif 85,71% ranah psikomotor 76,19% dan siklus II ranah kognitif 85,71% ranah afektif 100% ranah psikomotor 90,48%.

(58)

pembelajaranmultiple intelligences dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Terlihat dari meningkatnya rata-rata nilai siswa pada setiap siklus. Pada pra siklus rata-rata hasil belajar siswa 72, 2 dan pada siklus 1 meningkat menjadi 75, 83 dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 75% serta di siklus 2 rata-rata hasil belajar siswa mencapai 80 dengan persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 87,5%. Ranah afektif pada siklus 1 rata-rata hasil belajar siswa mencapai 77, 25 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 82,6%. Pada ranah psikomotor siklus 1 rata-rata hasil belajar siswa mencapai 83 dan mengalami peningkatan pada siklus 2 sehingga menjadi 100%.

3. Penelitian yang dilakukan Pradini Ghodia Manar (2011: vii) tentang peningkatan hasil belajar IPA melalui strategi multiple intelligences kelas IV SD Negeri Ngabean Secang Magelang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA melalui strategi Multiple Intelligences pada siswa kelas IV SD Negeri Ngabean. Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari proses hasil tes yang meningkat di setiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar IPA dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dengan materi “Gaya” dan ketuntasan

belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM=75). Nilai siswa pra-tindakan yang mencapai standar ketuntasan minimal sebesar 49% dengan jumlah 18 siswa, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 84% dengan jumlah 31 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 100% dengan jumlah 37 siswa.

(59)

G. Kerangka pikir

Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Mata pelajaran ini bertujuan untuk mendidik siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Pendidikan memiliki kriteria keberhasilan apabila proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilan tujuan pembelajaran tersebut ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang mencapai KKM. Hasil belajar dalam penelitian ini ditunjukkan dalam bentuk nilai angka sebagai indikator ketercapain keberhasilan belajar siswa dalam menerima materi pelajaran dari guru. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar siswa yang mencapai KKM diperlukan suatu strategi pembelajaran yaitu strategi pembelajaran pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial dalam pembelajaran IPS.

(60)

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri Karen Bantul. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, guru menyatakan siswa masih mengalami kesulitan dalam menerima materi pembelajaran IPS, hal ini terlihat dengan rendahnya nilai hasil ujian tengah semester pada pelajaran IPS. Saat dilakukan observasi pada pembelajaran IPS siswa kurang memberikan respon yang positif dalam pembelajaran. Saat guru menyampaikan materi, sebagian besar siswa duduk diam dan memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada sebagian siswa yang berbicara sendiri dengan temanya. Sedangkan faktor dari guru, guru belum mengoptimalkan proses pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, biasanya saat pembelajaran IPS guru menyuruh siswa membaca buku kemudian dijelaskan dan diberi pertanyaan sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS.

Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti memilih menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial sebagai solusi guna meningkatkan hasil belajar IPS. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode berbasis visual spasial yaitu menggunakan berbagai warna, garis, bentuk, wujud, dan ruang sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.

(61)
[image:61.595.134.521.167.531.2]

mampu meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Karen Bantul.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian H. Hipotesis Tindakan

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Menurut Suwandi (2010: 10), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan tujuan dari penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010: 1) bertujuan menyelesaikan masalah melalui suatu perbuatan nyata, bukan hanya mencermati suatu fenomena tertentu kemudian mendeskripsikan apa yang terjadi dengan fenomena yang bersangkutan.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri tetapi bekerjasama dengan guru kelas V SD Karen Bantul. Guru sebagai mitra peneliti, terlibat aktif dalam penelitian ini mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini. guru diberdayakan dari sudut pandang keprofesionalan sedangkan peserta didik mendapatkan manfaat dari upaya guru karena mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari dampak meningkatnya kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang dilakukan dengan menggunakan strategi yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

B. Setting Penelitian

(63)

2016/2017, nilai UTS ilmu pengetahuan sosial memiliki rata-rata paling rendah dibandingkan nilai pelajaran lainnya dan masih banyak nilai pelajaran ilmu pengetahuan sosial anak kelas V yang belum mencapai KKM. Hal ini disebabkan karena kualitas proses pembelajaran yang kurang baik. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran, salah satunya dengan meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan Siswa Kelas V SD Karen Bantul yang terdiri atas 22 anak yaitu 12 anak laki-laki dan 10 anak perempuan dan obyek penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

D. Model Penelitian

(64)
[image:64.595.127.263.109.325.2]

Gambar 2. Model Penelitian Kelas Menurut Kemmis dan MC Taggard. Sumber: Kusumah & Dwitagama, 2010: 21

Keterangan: 1. Plan (perencanaan)

2. Act and Observe (Tindakan dan Pengamatan) 3. Reflect (refleksi)

Prosedur yang ditempuh dalam PTK berdasarkan gambar di atas adalah sebagai berikut:

Siklus I a. Perencanaan

(65)

besar siswa duduk diam dan memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada sebagian siswa yang berbicara sendiri dengan temanya. Sedangkan faktor dari guru, guru belum mengoptimalkan proses pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, biasanya saat pembelajaran IPS guru menyuruh siswa membaca buku kemudian dijelaskan dan diberi pertanyaan sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar IPS.

Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan pembelajaran yaitu:

1) Membuat skenario pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

2) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran siswa.

3) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran sesuap dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial.

4) Mempersiapkan lembar kerja siswa sebagai panduan dalam belajar. 5) Mempersiapkan soal tes yang diperlukan untuk melakukan evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

(66)

menerapkan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan visual spasial sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1) Guru memulai pembelajaran dan mempresensi kehadiran siswa.

2) Guru memberikan motivasi agar siswa l

Gambar

Tabel 2. Materi Mata Pelajaran IPS Semester 1
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Model Penelitian Kelas Menurut Kemmis dan MC Taggard.Sumber: Kusumah & Dwitagama, 2010: 21
Tabel 4. Kisi-kisi soal tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

terwujud dari keinginan dan semangat seorang mahasiswa untuk dapat berdakwah dengan fokus pada hasil dari penyampaian dakwah, mampu menetapkan sasaran yang

Peningkatan nilai RB ikan lele pada perlakuan C yang setelah uji tantang menunjukkan bahwa dosis 6 g/kg ekstrak batang pisang yang diberi melalui pakan mampu

Hal inilah yang menjadi suatu ketertarikan sendiri bagi penulis untuk menelusuri masalah ini, sehingga penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN

Pembuktian Kualifikasi dilakukan oleh direktur atau penerima kuasa dari pimpinan perusahaaan yang nama nya tercantum dalam akte pendirian atau pegawai tetap dengan membawa surat

Simbol arus dan lain-lain menunjukkan arus data dan barang, suatu awal atau akhir dari bagan alir,. waktu keputusan dibuat dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah konseptual pada materi SPLTV yang ditinjau berdasarkan analisis kesalahan

Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep kunci dalam teori pemasaran modern yang terdiri dari variabel harga, produk, tempat dan promosi yang dapat