• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP SWASTA HKBP SIDORAME MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP SWASTA HKBP SIDORAME MEDAN."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP

INVEST I GAS I PADA MATE RI ALJ AB AR DI KELAS V I I I S M P S W A S T A H K B P S I D O R A M E M E D A N

Oleh:

Anggrainy Togi Marito Siregar NIM 4103111006

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GRUP INVESTIGASI PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP SWASTA HKBP

SIDORAME MEDAN

ANGGRAINY SIREGAR (4103111006) ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dan mendeskripsikan tingkat kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran dengan model kooperatif Grup Investigasi (GI) apakah pembelajaran dengan model pembelajaran Grup Investigasi dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada materi pokok Operasi Bentuk Aljabar.

Lokasi penelitian adalah SMP Swasta HKBP Sidorame Medan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-2 yang berjumlah 35 orang. Objek yang diteliti adalah peningkatan kemampuan penalaran siswa setelah dilakukan pembelajaran model kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) pada pokok bahasan Operasi Bentuk aljabar. Adapun Instrumen pengumpul data pada penelitian ini adalah berupa tes kemampuan penalaran dan observasi. Tes terdiri dari : Tes diagnostik (tes sebelum dilakukan tindakan), Tes Kemampuan Penalaran I dan Tes Kemampuan Penalaran II.

Pada siklus I peneliti memberikan pembelajaran model kooperatif tipe Grup Investigasi dengan mengelompokkan siswa dan memberikan perangkat Lembar Kerja siswa (LKS). Setelah pembelajaran siklus I, peneliti memberikan tes kemampuan penalaran I. Siklus I belum berhasil peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II. Pada siklus ini peneliti melaksanakan pembelajaran model kooperatif tipe Grup Investigasi dengan mengelompokkan siswa dengan kelompok yang berbeda dari sikklus I, dilihat dari hasil tes penalaran siklus I agar lebih efektif dan memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Hasil analisi data yang diperoleh dari Tes diagnostik, tes kemampuan penalaran I dan tes kemampuan penalaran II ditemukan peningkatan kemampuan penalaran siswa pada materi pokok Operasi Bentuk Aljabar. Secara berturut-turut peningkatan siswa yang memperoleh kemampuan penalaran mencapai ketuntasan tes diagnostik 8 orang (22,85%), tes kemampuan penalaran I sebanyak 20 siswa (57,14%) dan pada tes kemampuan penalaran II sebanyak 31 siswa (88,57%).

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Abstrak ii

Riwayat Hidup iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Rumusan Masalah 6

1.4 Batasan Masalah 6

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

1.7 Defenisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pembelajaran Matematika 9

2.1.1 Pembelajaran 10

2.1.2 Matematika 11

2.1.3 Pembelajaran Matematika 12

2.2 Kemampuan Penalaran 14

2.3 Kemampuan Penalaran Matematika 15

2.4 Model 17

2.5 Model Pembelajaran 19

2.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi 20

(5)

vii

2.8 Teori Belajar yang mendukung 27

2.9 Materi Ajar Aljabar 29

2.10 Penelitian yang relevan 36

2.11 Kerangka Berpikir 36

2.12 Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 38

3.3 Subjek dan Objek penelitian 38

3.4 Prosedur Penelitian 40

3.4.1 Tahap Permasalahan 40

3.4.2 Perencanaan Tindakan 40

3.4.3 Pelaksanaan Tindakan 41

3.4.4 Pengamatan Observasi 41

3.4.5 Tes 42

3.4.6 Prosedur Analisis dan Interpretasi Data 44

3.4.7 Evaluasi dan Refleksi 44

3.5 Siklus Pelaksanaan Penelitian 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian 51

4.1.1 Siklus I 51

4.1.2 Siklus II 62

4.2 Temuan Penelitian 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 75

5.2 Saran 76

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ikhtisar dan Perbandingan Model-Model Pembelajaran 19 Tabel 2.2 Sintaks Umum Pembelajaran Kooperatif 22 Tabel 2.3 Perbandingan Pendekatan Grup Investigasi dan 24

Pendekatan Struktural

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Penalaran Siswa 59 pada Siklus I

Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan 61 Penalaran pada Siklus I

Tabel 4.3 Hasil Yang Diperoleh Pada Siklus I 62

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Penalaran Siswa 73 pada Siklus II

Tabel 4.5 Deskripsi Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan 75 Penalaran pada Siklus II

Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa pada Tes 75 Diagnostik, Tes Kemampuan Penalaran Siswa Siklus I dan II

(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 85

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 92

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 98

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 104

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 110

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 112

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) 3 114

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) 4 116

Lampiran 9 Tes Diagnostik 118

Lampiran 10 Tes Kemampuan Penalaran I 119

Lampiran 11 Tes Kemampuan Penalaran II 122

Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Diagnostik 125

Lampiran 13 Alternatif Pembahasan Tes Penalaran I 127 Lampiran 14 Alternatif Pembahasan Tes Penalaran II 130 Lampiran 15 Lembar Observasi Proses Pembelajaran 133 Lampiran 16 Lembar Validasi Soal Tes Kemampuan Penalaran 141

Lampiran 17 Hasil Tes Diagnostik 147

Lampiran 18 Analisis Tes Kemampuan Penalaran Siswa Siklus I 148 Lampiran 19 Analisis Tes Kemampuan Penalaran Siswa Siklus II 150

Lampiran 20 Data Kesulitan Siswa 152

Lampiran 21 Jadwal Kegiatan Penelitian 158

Lampiran 22 Pedoman Penskoran Nilai Tes Kemampuan Penalaran 159

Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Siswa 162

Lampiran 24 Daftar Nama Kelompok 164

Lampiran 25 Dokumentasi Penelitian 166

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pedidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara itu baik kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari kurikulum, siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Menurut Kunandar (2011 :11) dengan buku berjudul “Guru Profesional “ bahwa :

Dengan pendidikanlah seseorang dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan tidak kalah pentingnya macam-macam tatanan hidup baik berupa norma-norma, aturan-aturan positif, dan sebagainya. Bekal yang diperoleh seseorang melalui pendidikan nantinya akan berguna bagi masa depan orang tersebut, kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa bahkan untuk seluruh umat manusia.

Salah Satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional adalah kurikulum.Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi (Kunandar, 2011: 113). Dalam perjalanannya dunia pendidikan Indonesia telah menerapkan tujuh kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan oleh pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui permen Diknas nomor 22 tentang Standar Isi, dan yang terakhir adalah kurikulum 2013 yang masih dikembangkan saat ini.

(9)

2

semata, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak: orang tua pemerintah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan rencana pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dimulai dari analisis karakter dan kompetensi yang akan dibentuk, atau yang diharapkan, muncul setelah pembelajaran. Bedanya dengan kurikulum lain, kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai.

Upaya mewujudkan keberhasilan kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk : kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen. Menurut Mulyasa (2013: 11) terwujudnya keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dapat juga dilihat dari indikator-indikator perubahan sebagai berikut:

(1) adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif dan mandiri (2) adanya peningkatan mutu pembelajaran (3) Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar (4) Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat (5) Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah (6) Tumbuhnya sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara utuh di kalangan peserta didik (7) terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) (8) Terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning) (9) Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement).

(10)

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat juga bersama-sama digunakan untuk mempelajari konsep matematika .

Menurut Sihombing (2013: 78) “pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “ yang berpangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan pada hal bersifat khusus.” Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana tetapi juga dapat terbentuk dalam wujud yang tidak sederhana. Banyak teorema dalam matematika yang “ditemukan melaluipengamatan-pengamatan khusus, misalnya teorema Phytagoras. Bila hasil pengamatan tersebut dimasukkan dalam suatu struktur matematika tertentu maka teorema yang ditemukan harus dibuktikan secara deduktif dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang diterima.

Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang diperoleh dengan bernalar, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Penalaran adalah sebuah proses mental dimana kita (melalui akal budi) bergerak dari apa yang telah kita ketahui menuju ke pengetahuan yang baru hal yang belum kita ketahui, Sumaryono (2011: 75). Selain itu Surajiyo dkk (2007: 43) menyatakan bahwa “penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi.”

(11)

4

matematika itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan penalaran berperan baik dalam pemahaman konsep maupun pemecahan masalah (problem solving). Terlebih dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan bernalar berguna pada saat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dalam lingkup pribadi, masyarakat dan institusi-institusi sosial lain yang lebih luas.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Swasta HKBP Sidorame Medan, diketahui bahwa kemampuan penalaran siswa tepatnya di kelas VIII-2 tergolong rendah. Hal ini dilihat dari hasil wawancara terhadap guru pengampu matematika kelas VIII-2 di SMP Swasta HKBP Sidorame Medan menyatakan siswa kekurangan dalam kemampuan penalaran matematis. Ditinjau dari kegiatan belajar mengajar ketika guru memberikan soal matematika yang sedikit berbeda dari contoh yang diberikan maka siswa kebingungan menjawab soal tersebut. Hal ini membuktikan bahwa siswa tidak mampu melakukan manipulasi matematika dan menarik suatu kesimpulan dari apa yang telah dijelaskan oleh guru. Selain mengenai kondisi siswa, dari wawancara juga diketahui bahwa guru pengampu matematika di kelas VIII-2 belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Investigasi kelompok (GI) dan sering mengajar secara konvensional.

Selain hasil observasi peneliti juga melakukan tes diagnostik terhadap siswa kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan. Dari hasil diagnostik yang dilakukan diperoleh bahwa hanya 21, 62% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan. Tes diagnostik yang dilakukan berkaitan dengan kemampuan penalaran. Hal ini menyatakan bahwa kemampuan penalaran matematika di kelas VIII-2 masih tergolang rendah. Salah satu hasil tes diagnostik siswa dalam menarik kesimpulan.

(12)

dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pada hakikatnya, tujuan pembelajaran kooperatif, selain untuk membangun interaksi yang positif, adalah menciptakan individu-individu yang memiliki kepribadian dan rasa tanggung jawab yang besar. Setelah berpartisipasi dalam tugas-tugas kelompok, masing-masing anggota seharusnya bisa lebih siap untuk menghadapi tugas-tugas selanjutnya yang harus diselesaikan secara individu. Menurut Huda (2011: 29) “pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh saru prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.”

Dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif, tipe yang paling cocok adalah Investigasi berkelompok/Group Investigasi (GI). Dalam metode Grup Investigasi (GI), siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi.

Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menelitinya, dan bagaimana menyajikan hasil penelitiannya di depan kelas. “Selama proses penelitian atau investigasi ini, mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir tingkat tinggi, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan” (Huda 2011 : 124 ).

Dilihat dari gambaran mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran GI membutuhkan kemampuan penalaran untuk mampu menentukan kesimpulan dari keseluruhan proses belajar-mengajar.

(13)

6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah yang muncul khususnya dalam pembelajaran matematika di kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Kemampuan penalaran siswa di kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan masih relatif rendah dalam pembelajaran matematika. b. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional. c. Perhatian dan keaktifan siswa kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame

Medan dalam mengikuti proses belajar matematika masih kurang.

d. Siswa kurang mampu menyimpulkan tujuan dari keseluruhan proses pembelajaran yang telah berlangsung.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diajukan adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIII-2 di SMP Swasta HKBP Sidorame Medan.

2. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan setelah dilaksanakan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) ?

1.4 Batasan Masalah

(14)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa di kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan

b. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang dicapai di kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan Medan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) .

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi guru

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru matematika SMP Swasta HKBP Sidorame Medan dalam menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.

b. Bagi siswa

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa SMP Swasta HKBP Sidorame Medan dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi peneliti

(15)

8

1.7 Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap beberapa variabel yang digunakan berikut ini akan dijelaskan pengertian dari variabel-variabel tersebut:

1. Kemampuan penalaran matematika adalah suatu kemampuan menggunakan aturan, sifat atau logika matematika (berpikir induktif dan deduktif) untuk mendapatkan kesimpulan yang benar.

(16)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi (GI) dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa khususnnya pada materi operasi bentuk aljabar di kelas VIII-2 SMP Swasta HKBP Sidorame Medan. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, pada siklus II kriteria ketuntasan penilaian ini sudah terpenuhi

2. Kemapuan penalaran siswa yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi (GI) meningkat dilihat dari hasil siklus I rata-rata kemampuan penalaran siswa 54 dengan persentase siswa yang telah mencapai ketuntasan sebesar 57,14 %, dan pada siklus II rata-rata kemampuan penalaran siswa meningkat menjadi 79,15 dengan persentase siswa yang telah mencapai ketuntasan 88,57 % dari jumlah siswa. Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut sudah memenuhi kriteria dari ketuntasan klasikal, karena ≥ 65% dari jumlah siswa yang mengikuti tes sudah mencapai ketuntasan.

(17)

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah :

1. Kepada guru matematika, dalam mengajarkan materi pokok Operasi Bentuk Aljabar atau topik lain yang sesuai, sebaiknya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang sesuai dengan tindakan pada siklus II.

2. Kepada siswa, diharapkan untuk lebih aktif, serius selama pembelajaran dan mau mempelajari kembali di rumah materi yang telah diberikan.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada: Medan

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika.Malang: IKIP MALANG.

Huda, Mifhatul. 2011.Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Marsigit. 2009.Matematika SMP Kelas VIII. Jakarta Timur : Yudhistira

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rapar, Jan Henrik. 2012.Pengantar Logika. Yogyakarta. Kanisius.

Sihombing, W. 2013.Telaah Kurikulum. Medan: Universitas Negeri Medan

Sumaryono, E. 2011.Dasar- Dasar Logika. Yogyakarta: Kanisisus.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Syah, M, 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 2.1Ikhtisar dan Perbandingan Model-Model Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Model ini mempunyai tujuan untuk memaksimumkan pendapatan dari semua spesies hewan yang ada dalam ranch. Dalam model ini dapat diketahui banyaknya hewan optimal yang

Faktor kontijensi yang akan peneliti ambil dalam penelitian ini adalah motivasi sebagai faktor psikologi karyawan (Riyadi, 2000), faktor pelimpahan wewenang sebagai faktor

Kaca kondukt or TCO yang t elah dilapisi TiO 2 kemudian direndam dalam cairan ant osianin dengan per bedaan lama perendaman. Pengujian Sel Surya Pew arna Tersensit

jaminan mutu, antara lain biaya untuk memproses kembali produk yang rusak. dan biaya resiko terhadap berkurangnya volume penjualan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kualitas air sumur di sekitar Tempat Penampungan Akhir sampah (TPA) Mojosongo secara biologis (2) Untuk mengetahui apakah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar yang difermentasi Rhizopus oligosporus dalam ransum terhadap persentase

Judul Tugas Akhir ini adalah Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amoniak dan Asam Sulfat denngan Proses Netralisasi Kapasitas 25.000 Ton Per Tahun.. Adanya prarancangan pabrik

Pada hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti pada kedelapan bank bank umum swasta nasional yang go public yang meliputi: bank BCA, bank Lippo, bank Niaga, bank Danamon, bank