• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dimensi Peer Attachment terhadap Self-Esteem pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 di Universitas "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dimensi Peer Attachment terhadap Self-Esteem pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 di Universitas "X" Kota Bandung."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

vi

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dimensi peer-attachment terhadap self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode convenience sampling dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 156 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian fungsional.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data mengenai peer-attachment diterjemahkan dan dimodifikasi peneliti berdasarkan Inventory Parent Peer Attachment (IPPA) dari Armsden (2009) sebanyak 24 item dengan validitas dan reliabilitas yang diukur tiap dimensi. Tingkat validitas berkisar antara 0,362-0,765. Reliabilitas dimensi trust 0,81, dimensi communication 0,642 dan dimensi alienation 0,587. Alat ukur self-esteem dimodifikasi peneliti berdasarkan Self Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967) sebanyak 35 item. dengan validitas yang berkisar antara 0,303-0,581. Reliabilitas alat ukur yaitu 0,886. Sedangkan data penunjang disusun berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem dari Coopersmith (1967). Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh koefisien fungsional sebesar 0,190 dengan sig. 0,000, dengan hasil tersebut maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa peer attachment berpengaruh terhadap self esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung. Faktor penghormatan, penerimaan yang diterima mahasiswa serta cara mengatasi kegagalan turut berkaitan terhadap self-esteem. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti kontribusi dimensi-dimensi peer-attachment terhadap peer-attachment dan faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem.

(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This study was conducted to determine the influence of peer-attachment dimensions to student’s self-esteem at Faculty of Psychology class of 2013 in "X" University Bandung. The sample selection using convenience sampling method and sample in this study were 156 people. The design used in this research is the design of functional studies.

The measuring instruments that used to collect data on the peer-attachment researchers translate and modified based Inventory Parent Peer Attachment (IPPA) of Armsden (2009) 24 items with the validity and reliability were measured in dimensions. Validity range between 0,362 to 0,765. The reliability dimension of trust 0.81, dimension of communication 0.642 and dimension of alienation 0.587. The measuring instruments of self-esteem researcher modified based Self Esteem Inventory (SEI) from Coopersmith (1967) which consists of 35 items. The validity range between 0,303 to 0,581. The reliability of measuring instruments, 0,886). Supporting data compiled based on the factors that affect the self-esteem of the Coopersmith (1967). The data obtained were processed using multiple linear regression analysis.

Based on the results of data processing, functional coefficient of 0.190 with sig. 0,000, with the results H0 is rejected. It is shows that peer attachment have a significant influence on student’s self-esteem at Faculty of Psychology class of 2013 in "X" University Bandung. Respects, acceptance received by students and ways to overcome the failure were factors that relating to self-esteem. For further research it is advisable to examine the contribution of dimensions of peer-attachment and factors that affect self-esteem.

(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR BAGAN...xi

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Identifikasi Masalah...6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...6

1.3.1. Maksud Penelitian...6

1.3.2. Tujuan Penelitian...7

1.4.Kegunaan Penelitian...7

1.4.1.Kegunaan Teoritis...7

1.4.2.Kegunaan Praktis...7

1.5.Kerangka Pikir...8

1.6. Asumsi Penelitian...14

1.7.Hipotesis Penelitian...14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...15

(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.1.1. Jenis-jenis Style of Attachment...15

2.1.2. Attachment Pada Masa Dewasa...21

2.1.3. Peer Attachment...23

2.2. Self-Esteem...24

2.2.1. Aspek-aspek Self-Esteem...24

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Esteem...26

2.2.3. Kategori Self-Esteem...26

2.3. Masa Dewasa Awal...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...31

3.1. Rancangan Penelitian...31

3.2. Bagan Rancangan Penelitian...31

3.3. Variabel Penelitian & Definisi Operasional...31

3.3.1. Variabel Penelitian...31

3.3.2. Definisi Operasional...32

3.4. Alat Ukur...33

3.4.1. Alat Ukur Self-Esteem...33

3.4.1.1 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Esteem...34

3.4.1.2 Prosedur Pengisian...34

3.4.1.3 Sistem Penilaian...34

3.4.2. Alat Ukur Peer Attachment...35

3.4.2.1 Prosedur Pengisian... ...35

3.4.2.2 Sistem Penilaian...35

3.4.3. Data Penunjang...36

3.4.4.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...37

(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur...38

3.5. Populasi Sasaran dan Teknik Sampling...39

3.5.1. Populasi Sasaran...39

3.5.2 Karakteristik Sampel...39

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel...39

3.6. Analisis Data...40

3.7. Hipotesa Statistik...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...42

4.1. Gambaran Responden...42

4.2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian...43

4.2.1 Pengujian secara keseluruhan...43

4.2.2 Pengujian secara parsial...43

4.3 Gambaran Hasil Penelitian...44

4.3.1 Peer Attachment...44

4.3.2 Self-esteem...46

4.3.3 Tabulasi Silang...46

4.4 Pembahasan Hasil...47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...52

5.1. Simpulan...52

5.2. Saran...53

5.2.1 Saran Teoritis...53

5.2.2 Saran Praktis ...53

DAFTAR PUSTAKA...55

(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...13

(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Aspek, Item Alat ukur Self-Esteem...34

Tabel 3.2 Cara Penilaian Alat Ukur Self-Esteem...34

Tabel 3.3 Aspek, Item Alat ukur Peer-Attachment...35

Tabel 3.4 Cara Penilaian Alat Ukur Peer-Attachment...36

Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan usia...42

Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin...42

Tabel 4.3 Pengaruh Peer-attachment terhadap self-esteem...43

Tabel 4.4 Pengaruh dimensi trust terhadap self-esteem...43

Tabel 4.5 Pengaruh dimensi communication terhadap self-esteem...44

Tabel 4.6 Pengaruh dimensi alienation terhadap self-esteem...44

Tabel 4.7 Gambaran Peer-attachment mahasiswa...44

Tabel 4.8 Gambaran hasil penelitian dimensi trust mahasiswa...45

Tabel 4.9 Gambaran hasil penelitian dimensi communication mahasiswa...45

Tabel 4.10 Gambaran hasil penelitian dimensi alienation mahasiswa...45

Tabel 4.11 Gambaran self-esteem mahasiswa...46

Tabel 4.12 Tabulasi silang dimensi trust dengan self-esteem...46

Tabel 4.13 Tabulasi silang dimensi communication dengan self-esteem...46

(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia(KKNI)

Lampiran 2 Letter of Consent dan Alat ukur

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian

Lampiran 5 Analisis Regresi Linier Berganda

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang DirJend Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1). Pendidikan formal sudah dimulai dari usia 6 tahun di Sekolah Dasar hingga usia dewasa yaitu Perguruan Tinggi. Tujuan pendidikan secara umum menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki secara optimal sehingga dapat menjadi dirinya dan berfungsi seutuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat.

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Berbagai macam tuntutan tersebut dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa di Indonesia. Salah satunya bagi mahasiswa Fakultas Psikologi di salah satu universitas. Mulai tahun 2013, telah diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KKNI), yang menekankan pada pendekatan student centered dimana mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri, aktif dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini menerapkan kolaborasi, suport dan kerjasama yang tidak hanya mengukur hard skill mahasiswa tetapi juga soft skill mahasiswa. Mahasiswa diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan menjelaskan (misalnya: pengantar perkembangan remaja, perubahan-perubahan fundamental pada masa remaja, konteks remaja dan perkembangan psikososial pada masa remaja) secara tertulis maupun lisan, tetapi juga memiliki kemampuan akhir dapat berkomunikasi efektif baik secara lisan maupun tertulis, dapat bekerjasama dan bekerja keras. Hal ini diberikan dalam bentuk pembelajaran seperti

cooperative learning, contextual instruction, menuliskan tugas/karya tulis/slide, mempresentasikan, berpendapat, menyiapkan tugas kelompok, berdiskusi dan antusiasme baik mencari sumber –sumber bacaan tugas maupun menjadi penyaji yang komunikatif dan apik. Maka dari itu, mahasiswa tidak hanya berelasi dengan dosen maupun asisten dosen, namun juga lebih banyak berelasi dengan teman sebayanya. Berdasarkan penuturan salah satu mahasiswa angkatan 2013, waktu perkuliahan yang lebih panjang, dimulai dari pukul 9.00 hingga pukul 15.00. Selain itu setiap harinya, mahasiswa mendapat banyak tugas kelompok maupun individu yang tidak jarang harus diselesaikan pada hari yang sama. Setiap mahasiswa diharapkan mencapai nilai minimal B pada akhir modul untuk dinyatakan lulus dalam satu Mata Kuliah.

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha dalam sikap penerimaan atau penolakan seseorang mengenai sejauh mana menganggap dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga.

Self-Esteem merupakan salah satu aspek psikologis yang penting dan harus

dikembangkan melalui pendidikan untuk keberhasilan masa depan para peserta didik. Mahasiswa yang memiliki self-esteem tinggi akan relatif merasa optimis, memiliki penyelesaian masalah yang tepat, dapat menyesuaikan diri baik dalam perkuliahan maupun relasi sosial. Contohnya pada Raeni, mahasiswi Universitas Negeri Semarang yang menjadi wisudawati terbaik dengan IPK 3,96. Ia menunjukkan tekadnya untuk menikmati masa depan yang lebih baik meskipun ayahnya hanya seorang tukang becak (Yulianingsih, 2014). Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki self-esteem rendah akan relatif merasa cemas, tertekan, pesimis tentang diri dan masa depan, mudah merasa gagal, kurang dapat menyelesaikan masalah, kurang dapat menyesuaikan diri dalam perkuliahan maupun relasi dengan sebaya dan kurang kompeten dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai mahasiswa. Contohnya yang terjadi pada Indrawan, yang merasa tertekan tidak juga menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana, melakukan aksi nekat bunuh diri lompat dari gedung lantai 13(Amirullah, 2008), begitu juga yang terjadi pada LA mahasiswi semester akhir di Batu Raja, yang mengeluh tentang sulitnya untuk sampai ujian akhir hingga akhirnya bunuh diri (Sumardi, 2014).

Self-esteem memiliki keterkaitan dengan evaluasi dan self concept yang terbentuk

dimulai dari pengalaman pada masa kanak-kanak. Interaksi pada masa bayi dengan figur signifikan membentuk internal working model tentang diri yang baik dan berharga atau diri yang buruk dan tidak berharga. Interaksi ini membentuk suatu ikatan yang disebut attachment. Rasa aman yang tercipta dalam diri sejak bayi akan menimbulkan rasa percaya diri untuk menggali dan mengenali lingkungan sekitar mereka sehingga pada akhirnya dapat menciptakan

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha Memasuki masa remaja hingga dewasa, teman menjadi figur yang lebih signifikan dibandingkan orangtua. Kelekatan antara individu dengan teman ini dinamakan peer

attachment. Peer attachment memiliki hubungan yang positif dengan prestasi akademik. Selain

itu, individu juga akan memiliki emosi yang positif dalam interaksi sosial dan kompetensi sosial. Armsden & Greenberg (1987) mengatakan, kualitas attachment terhadap orangtua dan teman sebaya pada remaja akhir memiliki hubungan yang tinggi dengan well-being, terutama dalam hal self-esteem dan kepuasan hidup. Bowlby (dalam Cassidy dan Shaver, 2008) mengatakan bahwa secure attachment (kualitas attachment yang tinggi) mempengaruhi pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya.

Penelitian menunjukan bahwa individu yang memiliki secure attachment melihat hubungan dengan teman sebaya menjadi sumber yang memberi dukungan sosial dan dukungan emosi yang positif (Laible, 2007). Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Laumi (2012) di Yogyakarta yang menemukan bahwa peer attachment menjadi prediktor yang lebih kuat dibanding dengan attachment pada ibu terhadap self-esteem remaja.

Individu yang menghayati adanya penerimaan, kasih sayang orang lain (Secure

attachment), akan memberikan pengalaman yang positif untuk meningkatkan self-esteem

(Mikulincer, 2007). Contohnya yang terjadi pada Raeni yang berhasil menjadi lulusan terbaik yang tidak hanya mendapat dukungan dari ayahnya namun juga teman-teman serta ibu kosnya(Liputan 6, 2014). Sementara, ketika individu menghayati adanya penolakan (insecure

attachment), akan memberikan pengalaman yang menyakitkan yang menurunkan self-esteem

(Mikulincer, 2007). Contohnya yang terjadi pada mahasiswa yang merasa tertekan serta tidak berguna karena proposalnya ditolak oleh dosen (Insan, 2014).

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha persepsi individu tentang komunikasi dengan teman sebaya, dan dimensi alienation yaitu perasaan individu tentang pengasingan, kesendirian. Individu yang memiliki trust dan

communication yang positif maka cenderung tidak akan terlalu merasakan hal yang negatif

ketika dirinya sendirian, sehingga cenderung menghayati secure attachment. Sedangkan jika individu sulit memiliki kepercayaan pada orang lain pada umumnya akan menilai negatif pada interaksi yang dialaminya, cenderung merasakan kesepian jika orang yang dipercayainya tidak ada sehingga ia cenderung memiliki insecure attachment.

(14)

6

Universitas Kristen Maranatha menyelesaikan dengan cepat dan sebaik mungkin. Seorang responden selain memiliki keinginan IPK 3,5, ia juga memiliki keinginan acara kepanitiaan yang diikutinya dapat sukses. Untuk mencapai hal tersebut, ia lebih serius dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan baik dalam perkuliahan kepanitiaan. Sedangkan seorang lainnya memiliki keinginan untuk memperoleh beasiswa di perkuliahan, karenanya ia sering browsing tentang program beasiswa dan berusaha untuk memperoleh IPK yang bagus.

Pada 4 dari 10 orang mahasiswa (40%) diperoleh keterangan sebagai berikut; pada dimensi trust, dua orang memiliki kecenderungan sulit untuk percaya pada orang lain. Terkait hal komunikasi merasa teman-teman sebayanya mengerti keadaan dan menghargai pendapat mereka. Pada dimensi ketiga, yaitu alienation, keduanya memiliki kecenderungan untuk selalu berada bersama dengan teman dekatnya. Sedangkan dua orang lain menilai bahwa teman dekat bagi mereka adalah orang yang bisa dipercaya dan dapat memberikan saran/solusi ketika sedang ada permasalahan. Ketika figur yang terdekat(teman) tidak ada, merasa kesal, merasa sedih dan bingung kemana akan bercerita. Dari keterangan diatas menunjukkan 4 orang tersebut kecenderungan menghayati insecure attachment. Individu yang menghayati insecure peer

attachment akan menurunkan self-esteem-nya ke arah yang lebih rendah. Misalnya yang

dialami oleh 2 orang dari 10 responden (20%) memiliki karakteristik individu yang self-esteem rendah. Seorang diantaranya yang ketika menemui tugas yang banyak, cenderung panik takut tugasnya tidak selesai. Sedangkan seorang lainnya ketika menemui tugas yang banyak, akan mengatakan semoga dirinya menjadi cepat kurus dikarenakan banyaknya tugas.

Berdasarkan survey awal, terlihat adanya perbedaan peer attachment dan derajat

self-esteem pada diri mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” kota

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat pengaruh dimensi peer attachment terhadap self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

1. Untuk memeroleh gambaran mengenai dimensi peer attachment pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” kota Bandung

2. Untuk memeroleh gambaran mengenai self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” kota Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dimensi peer attachment terhadap

self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas

“X” kota Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi apakah dimensi peer attachment pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung memengaruhi self-esteem.

2. Memberikan masukan kepada peneliti lain yang memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai dimensi peer attachment dan

(16)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi bagi mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Bandung mengenai dimensi peer-attachment dan self-esteem

yang diharapkan menjadi bahan evaluasi diri bagi mahasiswa yang berkaitan dengan teman sebaya dan penilaian terhadap diri mahasiswa.

2. Memberikan gambaran bagi psikolog maupun badan atau lembaga psikologi yang bergerak dalam ruang lingkup perkembangan untuk sesi konseling, tentang dimensi peer-attachment dan self-esteem beserta faktor yang mempengaruhi

self-esteem.

3. Memberikan informasi bagi Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung mengenai hasil penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam meningkatkan self-esteem pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2013 di universitas “X” Kota Bandung.

1.5 Kerangka Pikir

Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi, memiliki tuntutan yang berbeda dibandingkan dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Mulai dari tuntutan untuk menyelesaikan program studi dengan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan kebudayaan hingga mencari pekerjaan setelah menyelesaikan masa studi.

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha oleh masyarakat. Sistem pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah “student

centered” yang menekankan pada outcomes, keseimbangan hardskills dan softskills. Baik

secara individual maupun kelompok, mahasiswa dituntut untuk berperan secara aktif dengan mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah. Selain itu juga dalam kegiatan berpikir seperti, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam pembelajarannya mahasiswa akan lebih banyak terlibat dengan teman sebayanya.

Cara mahasiswa menghadapi berbagai tuntutan dan situasi tersebut, bergantung pada penilaian diri mahasiswa terhadap situasi yang di hadapinya. Mahasiswa dapat menilai dirinya mampu, berhasil atau tidak, baik saat bekerjasama dalam kelompok, bergaul dengan teman sebaya maupun saat pencapaian prestasi. Penilaian terhadap diri sendiri ini dinamakan

self-esteem. Self-esteem adalah evaluasi atau penilaian diri individu yang tampak dalam sikap

penerimaan atau penolakan yang dibuat individu mengenai sejauh mana menganggap dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga (Coopersmith 1967).

Aspek pertama dalam self-esteem adalah sense of power. Aspek ini merupakan kemampuan individu untuk bisa mempengaruhi aksinya dengan mengontrol tingkah lakunya sendiri dan orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima mahasiswa dari orang lain(teman sebaya, dosen, asisten) akan pikiran atau pendapat dan hak-haknya.

Aspek kedua adalah sense of significance, yaitu penilaian seseorang terhadap dirinya melalui adanya kepedulian, perhatian, dan kasih sayang yang diterimanya dari orang lain. Keadaan tersebut ditandai dengan kehangatan, keikutsertaan, minat, dan kesukaan orang lain terhadap mahasiswa. Semakin seringnya mahasiswa mendapatkan hal ini maka penilaian diri mahasiswa terhadap dirinya akan semakin positif.

(18)

10

Universitas Kristen Maranatha ketaatan mahasiswa untuk menjauhi tingkah laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan atau diharuskan oleh moral, etika dan agama. Perasaan-perasaan berharga pada diri mahasiswa akan muncul ketika dirinya dapat bertingkah laku sesuai dengan standar moral dan prinsip-prinsip yang berlaku.

Aspek keempat dalam self-esteem adalah sense of competence. Penilaian seseorang melalui keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda. White (dalam Coppersmith, 1967) mengemukakan bahwa pengalaman pada masa bayi yang secara biologis diberikan dan memberikan rasa nyaman yang mendampinginya menjumpai lingkungan dan menjadi dasar motivasi intrinsik untuk mencapai kompetensi yang lebih tinggi. Dukungan rasa mampu (sense of efficacy) dan pengalaman diberikan rasa nyaman pada masa bayi, mahasiswa akan lebih terpicu, lebih aktif dan kompetitif dalam lingkungannya.

Self-esteem pada mahasiswa dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu: penghormatan,

penerimaan, dan perlakuan yang diterima mahasiswa dari signifikan lain (Significant others) dalam hidupnya; riwayat keberhasilan dan status serta posisi yang pernah dicapai individu; nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi; serta cara individu merespon kegagalan terhadap dirinya. Adanya penghormatan, penerimaan dan perlakuan yang diterima mahasiswa dari significant

other mendasari penilaian mahasiswa terhadap diri dan lingkungannya. Oleh karena itu,

penelitian ini memusatkan pada figur signifikan mahasiswa. Pada masa remaja hingga dewasa ini teman sebaya yang menjadi figur signifikan. Mahasiswa yang merasa dirinya dihormati, diterima, dan diperlakukan baik dengan teman sebaya cenderung membentuk self-esteem yang tinggi. Sebaliknya, jika mahasiswa merasa dirinya diremehkan, diperlakukan dengan buruk cenderung membentuk self-esteem yang rendah.

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha orang lain. Mahasiswa yang berhasil di perkuliahan maka ia akan mendapat pengakuan/penghargaan yang diterimanya dari orang sekitarnya sehingga membuat penilaian yang positif tentang dirinya. Namun, ketika mahasiswa mengalami kegagalan dan tidak mendapat pengakuan, maka ia cenderung membuat penilaian yang negatif tentang dirinya.

Faktor ketiga adalah tentang nilai-nilai dan aspirasi yang dimiliki oleh seorang individu. Mahasiswa dapat menilai positif dirinya tergantung pengalaman-pengalaman yang dialaminya sesuai dengan standar/nilai yang dimilikinya. Namun ketika pengalaman-pengalaman tersebut tidak sesuai dengan standar/nilai yang dimilikinya, mahasiswa cenderung akan menilai dirinya negatif.

Faktor keempat adalah tentang bagaimana individu merespon kegagalan terhadap dirinya. Mahasiswa yang memiliki self-esteem yang tinggi cenderung akan mempertahankan dirinya ketika mengalami suatu kegagalan, sementara mahasiswa yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung akan melemah, pasrah ketika mengalami suatu kegagalan.

Ketika dewasa, hubungan dengan sebaya menjadi bagian yang penting dalam hubungan

attachment pada masa dewasa, yang disebut dengan peer attachment (Armsden dan Greenberg,

1987). Peer Attachment adalah kelekatan mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” kota Bandung dengan teman sebaya yang ditandai dengan trust,

communication dan alienation yang mengarah pada rasa nyaman (secure attachment) atau

tidak nyaman (insecure attachment) dalam berelasi.

(20)

12

Universitas Kristen Maranatha

attachment adalah alienation, perasaan individu tentang pengasingan, marah dalam

pengalamannya dengan teman-teman sebayanya.

Armsden & Greenberg (1987) mengatakan, kualitas attachment terhadap orangtua dan teman sebaya pada remaja akhir memiliki hubungan yang tinggi dengan well-being, terutama dalam hal self-esteem dan kepuasan hidup. Individu yang menghayati adanya penerimaan, kasih sayang orang lain (Secure attachment), akan memberikan pengalaman yang positif untuk meningkatkan self-esteem (Mikulincer, 2007). Mahasiswa yang memiliki kepercayaan (trust) dan menanggap teman sebayanya menerima dirinya, sensitif dengan yang dialaminya

(communication) akan menilai dirinya diterima dan berharga, patuh pada peraturan yang

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.5 Kerangka Pikir

Aspek Self-Esteem:

- Sense of Power

- Sense of Significance

- Sense of Virtue

- Sense of Competence

Peer Attachment

Mahasiswa Fakultas

Psikologi angkatan 2013 di

Universitas “X” Kota

Bandung

Dimensi Peer

Attachment:

Trust

Communication

Alienation

Self-Esteem

Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem:

1. Penghormatan, penerimaan, dan perlakuan

yang diterima individu dari signifikan lain

(Significant others) dalam hidupnya.

2. Riwayat keberhasilan dan status serta

posisi yang pernah dicapai individu.

3. Nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi.

4. Cara individu merespon kegagalan

(22)

14

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

Self-esteem individu yang bersangkutan dipengaruhi attachment pada mahasiswa Fakultas

Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung.

Attachment yang dimiliki mahasiswa diperoleh dari ketiga dimensi peer-attachment, yaitu

dimensi trust, communication, dan alienation yang memiliki keterkaitan terhadap

self-esteem mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung.

Self-esteem mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota

Bandung dipengaruhi oleh faktor-faktor penghormatan, penerimaan, dan perlakuan yang diterima mahasiswa dari signifikan lain (Significant others) dalam hidupnya; riwayat keberhasilan dan status serta posisi yang pernah dicapai individu; nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi; serta cara individu merespon kegagalan terhadap dirinya.

 Masing-masing mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota

Bandung memiliki attachment dan derajat self-esteem yang berbeda.

1.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Mayor:

Terdapat pengaruh dimensi peer attachment terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung.

Hipotesis Minor:

Terdapat pengaruh dimensi trust terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas Psikologi

angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung.

Terdapat pengaruh dimensi communication terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas

Psikologi angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung.

Terdapat pengaruh dimensi alienation terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas

(23)

52

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari pembahasan mengenai pengaruh dimensi peer-attachment terhadap self-esteem pada 156 mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh dimensi peer-attachment terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas

Psikologi Angkatan 2013 di Universitas “X” Kota Bandung. Artinya mahasiswa yang

menghayati peer-attachment yang secure akan meningkatkan derajat self-esteem yang

dimilikinya.

2. Diantara ketiga dimensi didalam peer-attachment, dimensi alienation memberikan

pengaruh terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 di

Universitas “X” Kota Bandung. Penurunan penilaian diri mahasiswa terhadap dirinya

dipengaruhi oleh perasaan ketidaknyamanan ketika tidak adanya kehadiran teman

sebaya sebagai figur signifikan.

3. Dimensi peer-attachment yang tidak memberikan pengaruh ialah dimensi trust dan

dimensi communication terhadap self-esteem mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan

2013 di Universitas “X” Kota Bandung.

4. Faktor yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan self-esteem ialah

penghormatan, penerimaan, serta perlakuan yang diterima mahasiswa dari orang

terdekat disekitarnya (orangtua, teman) dan cara mahasiswa mengatasi kegagalan yang

(24)

53

Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian lanjutan adalah:

Melakukan penelitian lebih mendalam mengenai kontribusi dimensi-dimensi

peer-attachment terhadap peer-peer-attachment.

Melakukan penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

self-esteem terkait riwayat keberhasilan dan status serta posisi yang pernah dicapai oleh

individu, nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi yang dimiliki oleh individu.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan saran kepada:

 Bagi individu hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

mengenai peer-attachment serta self-esteem yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas

Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung. Hal ini dapat dijadikan sebagai evaluasi

diri yang berhubungan dengan lingkungan bersama teman sebaya, baik di dalam

maupun di luar kelas. Untuk responden dengan peer-attachment yang insecure hal ini

dapat membantu responden meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan

orang lain, khususnya teman dalam kelompok belajar agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

 Bagi psikolog maupun badan atau lembaga psikologi yang bergerak dalam ruang

lingkup perkembangan, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran

peer-attachment yang dimiliki individu serta gambaran self-esteem beserta faktor yang

(25)

54

Universitas Kristen Maranatha dalam sesi konseling sebaiknya bersikap ketika menghadapi individu dengan peer

attachment tertentu dan self-esteem yang sebaiknya dimiliki.

Bagi masyarakat dengan peer-attachment yang insecure dapat menjadi informasi untuk

lebih memahami diri kaitannya dengan teman sebaya. Melakukan latihan tentang

penilaian diri yang lebih positif agar dapat meningkatkan self-esteem.

 Bagi fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun pelatihan yang dapat

memfasilitasi responden dalam menilai diri, khususnya bagi mahasiswa yang memiliki

(26)

lv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, Drs. Syahri. (2001). Aplikasi statistik praktis dengan SPSS 9. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Armsden, G., & Mark T. Greenberg. (2009). The Inventory of parent peer attachment (IPPA). WA, USA: University of Washington.

Bowlby, John. (1982). Attachment and loss, Vol I:Attachment. New York: Tavistock Institute of Human relations.

Cassidy, Jude & Phillip R. Shaver. (2008). Handbook of attachment: second edition. New York: The Guilford Press.

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecedents of self-esteem. San Francisco : W.H. Freeman

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (2015). Panduan penulisan skripsi sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Farliani, Annisa Binarti. (2012). Hubungan antara parental attachment, peer attachment, dan psychological well-being pada mahasiswa tahun pertama di universitas indonesia. (Skripsi). Depok: Program Studi Sarjana Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological testing: design, analysis, and use. USA: University of North California.

Gorrese, Anna & Ruggero Ruggieri. (2012). Peer attachment: a meta-analytic review of gender and age differences and associations with parent attachment.

Youth Adolescence,650-672.

Grossmann, Klaus E., Karin Grossman & Everett Waters. (2005). Attachment from infancy to adulthood. New York: The Guilford Press.

Guilford. (1956). Fundamental statistics in psychology and education. New York: Mc-GRAW-HILL Book Company, inc.

Gulo. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta: Grasindo.

Laible, D. J., Carlo, G., & Rafaelli, M. (2000). The differential relations of parent and peer attachment to adolescent adjustment. Journal of Youth and Adolescence, 29, 45-59.

(27)

lvi

Universitas Kristen Maranatha Laumi, & M. G. Adiyanti. (2012). Attachment of late adolescent to mother, father, and peer,

with family structure as moderating variable and their relationships with self-esteem. Jurnal Psikologi Volume 39, 129-142.

Lenywati. (2009). Suatu Penelitian Mengenai Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Self-Esteem Remaja Panti Asuhan “X” Di Bandung. (Skripsi). Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Mikulincer, Mario & Phillip R. Shaver. (2007). Attachment in adulthood: structure, dynamics, and change. New York: The Guilford Press.

Nazir, Moh. (1988). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pace, Serena Cecilia etc. (2011). The factor structure of the inventory of parent and peer attachment (IPPA) a survey of italian adolescents. Personality and

Individual Differences 51, 83-88.

Pearson, Dr. Judy and Jeffrey Child. (2007). A cross cultural comparison of parental and peer Attachment styles among adult children from the unted states, puerto rico, and india. Communication in the 21st Century.

Plummer, Deborah. (2005). Helping adolescents and adults to build self-esteem. London and Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers.

Santrock, John W. (2005). Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Siegel, S. (1997). Statistika non parametrik. Jakarta: PT Gramedia.

Singarimbun, Masri. (1995). Metode penelitian survai. Jakarta: LP3ES

Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sugiyono, DR. (2004). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

(28)

lvii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Amirullah. (2008). Bunuh diri gara-gara skripsi tidak juga selesai. (Online). (http://www.tempo.co/read/news/2008/12/17/064151493/Bunuh-Diri-Gara-Gara- Skripsi-Tidak-Juga-Selesai diakses pada tanggal 2 Desember 2014)

Insan, El Fietry Jamilatul. (2014). Skripsi oh Skripsi: bikin stres sampai depresi, bahkan nekad

bunuh diri. (Online). (http://www.kompasiana.com/el.fietrynotes/skripsi-oh-skripsi

bikin-stres-sampai-depresi-bahkan-nekad-bunuh-diri_54f42519745513792b6c873d diakses pada tanggal 2 Desember 2014)

Surat Kabar Pikiran Rakyat. 5 September 2014

Sumardi, Edi. (2014). Stres skripsi tak bisa selesai, mahasiswi ini bunuh diri. (Online). (http://makassar.tribunnews.com/2014/12/03/stres-skripsi-tak-bisa-selesai-mahasiswi- ini-bunuh-diri diakses pada tanggal 5 Desember 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Yeni Yuniawati 0907853, “Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Wisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist

Suatu teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ada banyak macamnya tergantung pada masalah yang dipilih serta metode penelitian yang digunakan. Sesuai dengan yang

United Nation Conference on Environment & Development.. Rio de Janeiro: United Nation

Dari uraian singkat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau

8) pemantauan dan evaiuasi pelaksanaan US serta pengiriman laporan pelaksanaan US ke Pemerintah Provinsi. Penyediaan anggaran untuk kegiatan pada butir 1) sampai dengan butir 8)

Demikian pula dengan variabel Y (efektivitas kerja peserta diklat PNS) masuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata 3,17. Dilihat dari hasil analisis korelasi yang

Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah melatih mahasiswa agar memiliki pengalaman faktual tentang proses pembelajaran dan kegiatan kependidikan lainnya di

Skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sektor basis yang mendorong perekonomian Kabupaten Jember, arah dan kekuatan pergeseran yang terjadi di Kabupaten