viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana derajat Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa tingkat II. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik purposive sampling. Subyek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi “X” Kota Bandung berusia 18-21 tahun dan tercatat sebagai mahasiswa aktif. Ukuran sampel sebanyak 139 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah derajat kemampuan Self-Regulation Fase Volitional Control. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Self-Regulation fase Volitional Control yang disusun oleh peneliti berdasarkan konsep Zimmerman (2000).
ix Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This study was conducted to determine how the degree of Self-Regulation Control volitional phase in reading a text book in Bahasa Indonesia on the second level students. This study used a survey method with purposive sampling technique. Subjects were students of the class of 2005 at the Faculty of Psychology "X" Bandung aged 18-21 years and registered as an active student. Sample size of 139 people. The variable in this study is the degree of ability Self-Regulation Phase volitional control. Measuring instrument used was a questionnaire Self-Regulation Control volitional phase prepared by the researchers based on the concept of Zimmerman (2000).
x Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ...iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ...ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9
xi Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Regulation ... 18
2.1.1 Konsep Self-Regulation ... 18
2.1.2 Definisi Triadic Self-Regulation ... 18
2.1.3 Struktur Self-Regulatory ... 21
2.1.3.1 Forethought Phase ... 23
2.1.3.2 Performance/ Volitional Control Phase ... 27
2.1.3.3 Fase Self-Reflection ... 32
2.1.4 Faktor Sosial dan Lingkungan Terhadap Self-Regulation ... 35
2.1.5 Disfungsi Dalam Self-Regulation ... 37
2.1.6 Perkembangan Keterampilan Self Regulatory ... 43
2.2 Kegiatan Membaca Dalam Setting Akademik ... 51
2.2.1 Bahan Bacaan Di Universitas ... 51
2.2.2 Teks Eksposisi ... 55
2.2.3 Pengaruh Lingkungan Sosial Dalam Membaca ... 58
2.2.3.1 Pengaruh Orangtua ... 58
2.2.3.2 Interaksi Dengan Teman ... 59
2.2.3.3 Guru dan Lingkunagn Sekolah ... 60
2.3 Masa Perkembangan Remaja Akhir ... 62
2.3.1 Perubahan Biologis ... 63
xii Universitas Kristen Maranatha
2.3.3 Perubahan Pola Pikir pada Masa Ramaja ... 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 76
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 76
3.2.1 Variabel Penelitian ... 76
3.2.2 Definisi Operasional ... 77
3.3 Alat Ukur ... 78
3.3.1 Alat Ukur Self-Regulation... 78
3.3.1.1 Pembagian Item ... 78
3.3.1.2 Prosedur Pengisian Alat Ukur ... 79
3.3.1.3 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 79
3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 80
3.3.2.1 Data Pribadi ... 80
3.3.2.2 Data Penunjang ... 80
3.4 Uji Coba Alat Ukur ... 80
3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 80
3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 81
3.5 Populasi Penelitian ... 83
3.5.1 Populasi Sasaran ... 83
3.5.2 Karakteristik Populasi ... 83
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 84
xiii Universitas Kristen Maranatha
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 86
4.1 Gambaran Sampel ... 86
4.2 Hasul Penelitian ... 87
4.3 Pembahasan ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
DAFTAR RUJUKAN... 100
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 16
Gambar 2.1 Triadic Self-Regulation ... 21
Gambar 2.2 Struktur Self-Regulatory ... 22
xv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Fase dan Sub-subproses pada Self-Regulation Fase Putaran
Self-Regulation ... 23
Tabel 3.1 Pembagian Item ... 78
Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 79
Tabel 3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 83
Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 86
Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Usia ... 86
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Fase Volitional Control Dalam Kegiatan Membaca Buku Teks Berbahasa Indonesia ... 87
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Self-Instruction ... 87
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Imagery ... 88
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Attention Focusing ... 88
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Task-Strategies ... 88
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Self-Recording ... 89
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan
membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca
merk makanan, judul buku, hingga memilih saluran televisi, semuanya menuntut
kemampuan membaca. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat masih
beranggapan bahwa membaca merupakan kegiatan orang terpelajar, bahkan ada
pemahaman yang keliru bahwa anak yang suka membaca justru dianggap aneh,
kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).
Selain itu, saat ini informasi dan teknologi berkembang pesat dan
membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut
memberikan dua dampak, yaitu perkembangan pesat dalam semua bidang
kehidupan dan perlunya kesadaran tentang pentingnya memiliki berbagai sudut
pandang terhadap perkembangan tersebut. Membaca merupakan salah satu sarana
yang berperan untuk menyiasati perkembangan tersebut (Paul dalam Caverly &
Flippo, 2000). Kemampuan membaca memungkinkan individu untuk berinteraksi
dan mengeksplorasi dunia sesuai dengan keinginan, hobi atau bidang
kehidupannya tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.Informasi-informasi tersebut
akan memperkaya wawasan dan sudut pandang individu terhadap hal-hal yang
2
Universitas Kristen Maranatha Masa sekolah adalah masa yang paling berkaitan dengan kegiatan
membaca. Hampir seluruh proses belajar saat bersekolah erat dengan membaca.
Di kelas, siswa dan mahasiswa biasanya membaca catatan atau diktat dan
mengerjakan latihan atau studi kasus. Di luar kelas, tugas akademis juga menuntut
kegiatan membaca misalnya saat belajar atau mengerjakan latihan (yang harus
dibaca agar dapat dikerjakan). Meskipun demikian, jenis dan jumlah kegiatan
membaca dalam lingkungan akademis mengalami perubahan sesuai dengan
jenjang pendidikan. Hingga jenjang SMA, hampir seluruh bahan pelajaran sudah
tersedia dalam buku paket dan catatan yang diberikan guru. Bahkan seringkali
catatan yang diberikan oleh guru dianggap sudah cukup lengkap sehingga siswa
seolah-olah tidak perlu lagi membaca buku paket. Selain itu, umumnya pekerjaan
rumah dan ulangan merupakan pengulangan dari materi yang telah diterangkan
atau soal-soal yang sebelumnya sudah dilatih di kelas. Keadaan tersebut berubah
saat siswa memasuki jenjang perguruan tinggi. Dalam proses perkuliahan,
mahasiswa diharapkan untuk lebih aktif mencari informasi yang lengkap dan
aktual, setidaknya mengenai hal yang berkaitan dengan bidang studinya.
Informasi tersebut misalnya dapat diperoleh melalui membaca buku teks, jurnal,
majalah ilmiah atau internet. Begitu juga dengan tugas dan ujian di perguruan
tinggi yang mencakup penerapan, analisis sintesis dan bahkan evaluasi terhadap
materi yang telah dipelajari. Salah satu tugas kuliah yang paling sering diberikan
dan memerlukan kegiatan membaca adalah tugas presentasi. Melalui tugas ini,
mahasiswa diharapkan mampu memahami isi buku teks dan mampu
3
Universitas Kristen Maranatha penerapan isi buku teks, misalnya dengan menyampaikan contoh dalam konteks
tertentu.
Tugas-tugas seperti itu menuntut inisiatif mahasiswa untuk memiliki
wawasan yang lebih luas mengenai materi dengan membaca sumber referensi lain
seperti buku teks maupun jurnal; dan berarti diperlukan kegiatan membaca yang
lebih banyak. Padahal sebuah penelitian mengenai kegiatan membaca di kalangan
mahasiswa Indonesia menemukan bahwa mahasiswa Indonesia hanya membaca
kurang dari satu jam setiap hari, lebih rendah dua jam daripada menonton televisi.
Dalam sebuah wawancara, petugas pelayanan perpustakaan di dua universitas di
Jakarta mengungkapkan bahwa jarang sekali mahasiswa meminjam buku atau
berkunjung ke perpustakaan bila tidak ada ujian atau tugas kuliah. Dampaknya
seperti data terakhir yang dimuat oleh Asia Week, kemampuan menguasai bacaan
pada mahasiswa di empat universitas terbaik di Indonesia hanya menduduki
peringkat ke 61, 68, 73 dan 75 dari 77 universitas di kawasan Asia Pasifik (Media
Indonesia, 5 Oktober 2001).
Rendahnya kegiatan membaca di kalangan mahasiswa Indonesia ini
dipengaruhi pula oleh rendahnya minat dan budaya membaca di kalangan
masyarakat. Saat ini semakin banyak orangtua yang bekerja dari pagi hari hingga
larut malam sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk memperkenalkan kebiasaan
membaca pada anaknya. Di sisi lain kurikulum dan tugas akademis juga menuntut
peningkatan kegiatan membaca, padahal dalam situasi seperti ini seringkali
pendidik tidak memiliki kesempatan untuk memperkenalkan beragam bahan
4
Universitas Kristen Maranatha media massa yang mampu memberikan berbagai informasi dalam waktu yang
bersamaan sehingga sebagian besar masyarakat termasuk mahasiswa, lebih suka
menonton televisi daripada membaca. Media massa, termasuk televisi
menyediakan berbagai informasi aktual namun tidak mendalam dan individu
bersifat pasif menerima informasi yang disampaikan. Sebaliknya, saat membaca
individu dapat memilih jenis informasi dan menentukan keluasan atau kedalaman
informasi yang ingin diketahui.
Situasi di atas bertolak belakang dengan yang dinyatakan oleh Kibby
(dalam Caverly & Flippo, 2000), bahwa seorang mahasiswa yang ingin sukses
harus memahami ilmu yang dipelajari secara spesifik. Hal ini mencakup
pemahaman mengenai informasi umum dan kata-kata tertentu saat membaca teks,
mendengar kuliah maupun dalam diskusi. Sayangnya sebagian besar mahasiswa
terutama mahasiswa tahun pertama membaca buku teks secara terbatas dan
dengan pemahaman yang terbatas pula, padahal telah ditemukan adanya korelasi
positif antara kegiatan membaca dan prestasi akademik (Greaney & Hegarty
dalam Barr, 1996). Di berbagai negara, penelitian dan perhatian mengenai
membaca sebagai pendukung keberhasilan studi mahasiswa sudah banyak
dilakukan dan melalui hal ini pihak universitas dapat melakukan antisipasi
terhadap metoda pengajaran dan memberikan intervensi pada kelompok
mahasiswa dengan keterampilan dan kegiatan membaca sangat rendah. Misalnya
di Amerika Serikat, penelitian The National Center for Education Statistics
5
Universitas Kristen Maranatha program perbaikan kegiatan membaca bagi mahasiswa tahun kedua yang memiliki
indeks prestasi rendah (Young & Ley, 2005).
Bahan bacaan yang digunakan dalam lingkungan akademis seringkali
memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan bacaan lain. Williams (dalam
Gavin T.L Brown, 2002) mengungkapkan bahwa bahan bacaan dalam lingkungan
akademis dapat dikelompokkan sebagai teks informasi, yaitu teks yang memuat
isi yang tidak umum serta menggunakan pola tertentu (perbandingan, sebab-akibat
dan perbedaan). Karakteristik tersebut menjadikan teks informasi lebih sulit
dipahami daripada teks narasi (artikel atau cerita). Buku teks Psikologi sebagai
teks informasi memiliki pemaparan materi dalam bentuk tulisan dan disertai
gambar ilustrasi, bagan atau skema yang menjelaskan kerangka materi serta
memuat artikel tertentu yang terkait dengan materi. Mahasiswa dapat memperoleh
informasi dari berbagai sumber namun buku teks mengandung informasi yang
komprehensif sehingga memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai
bidang studi. Melalui hal ini mahasiswa dapat membangun konsep berpikir
mengenai bidang tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk memahami materi lain
yang lebih khusus misalnya mata kuliah lanjutan, studi kasus bahkan jurnal.
Menghadapi hal tersebut, mahasiswa Fakultas Psikologi juga perlu
memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri agar aktivitas yang dilakukannya
dalam membaca dapat mendukung proses belajar dan memberikan hasil belajar
yang optimal. Misalnya dengan menggunakan strategi khusus saat membaca buku
teks, yang tidak perlu digunakan saat membaca buku-buku lain. Contoh strategi
6
Universitas Kristen Maranatha penting, membuat catatan, menentukan target halaman yang akan dibaca, bahkan
mempersiapkan tempat yang nyaman untuk membaca. Tindakan-tindakan tersebut
merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan usaha dan fokus dalam
melakukan kegiatan membaca, atau yang dapat disebut kemampuan
Self-Regulation fase Volitional Control.
Tidak dapat dipungkiri bahwa buku teks Berbahasa Indonesia maupun
Berbahasa Inggris merupakan sumber utama untuk memahami materi, sebagai
bahan referensi penjelasan dosen, untuk mengerjakan tugas dan saat membuat
laporan. Di Indonesia, hampir seluruh buku teks Psikologi merupakan cetakan
dari luar negeri dan menggunakan Bahasa Inggris. Namun demikian saat ini
semakin banyak buku teks Psikologi yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia, terutama untuk mata kuliah pokok. Bahkan buku teks terjemahan yang
diterbitkan pada beberapa tahun terakhir sudah memiliki format yang lebih
menarik, misalnya menyertakan ilustrasi berwarna. Meskipun masih memiliki
ciri-ciri khas teks informasi, namun buku teks Berbahasa Indonesia sebenarnya
telah mengurangi kendala bahasa yang seringkali menimbulkan keengganan
mahasiswa untuk membaca buku teks.
Di Fakultas Psikologi Universitas X sendiri, berdasarkan observasi penulis
tampaknya sebagian besar mahasiswa masih mengandalkan diktat dosen atau
meminjam catatan angkatan sebelumnya meskipun dosen yang bersangkutan telah
merekomendasikan berbagai judul buku yang tersedia di perpustakaan. Survei
awal yang dilakukan kepada 25 orang mahasiswa angkatan 2005 Fakultas
7
Universitas Kristen Maranatha bacaan yang paling sulit dipahami. Sebanyak 47% mengalami kesulitan untuk
menerapkan arti kata ke dalam konteks yang tepat dan sisanya mengalami
kesulitan untuk memahami ide utama/inti bacaan. Wawancara singkat yang
dilakukan kepada 10 orang mahasiswa lain pada angkatan yang sama di Fakultas
Psikologi Universitas X menemukan ternyata 8 orang atau 80% diantaranya hanya
membaca buku teks ketika akan mengerjakan tugas menerjemahkan atau
merangkum. Kegiatan membaca tersebut dilakukan untuk memenuhi tugas, yaitu
hanya membaca bagian tertentu saja yang menjadi bagiannya tanpa strategi
khusus. Wawancara juga dilakukan kepada 5 orang dosen di Fakultas Psikologi
Universitas X dan diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengikuti mata
kuliah hanya dengan mencatat atau meminjam hand out dari dosen atau angkatan
sebelumnya. Dalam satu mata kuliah tertentu dengan jumlah mahasiswa 50 orang,
kurang dari sepuluh mahasiswa saja yang memiliki buku teks untuk mata kuliah
tersebut. Padahal tampaknya hampir setiap dosen memberikan tugas mandiri yang
memerlukan kegiatan membaca seperti merangkum, membuat laporan atau tugas
presentasi.
Dalam lingkungan akademis, Self-Regulation merujuk pada kemampuan
mahasiswa untuk memahami dan mengatur proses belajarnya (Schunk &
Zimmerman dalam Schraw & Brooks, 2004). Berkaitan dengan hal ini, Yang
(1993) mengemukakan ciri Self-Regulation dalam proses belajar, yaitu a) mampu
belajar lebih baik di bawah pemantauan diri sendiri tanpa diawasi, b) mampu
memantau, mengevaluasi dan mengatur proses belajarnya secara efektif, c)
8
Universitas Kristen Maranatha mampu mengatur waktu belajar dengan efisien. Namun berdasarkan hasil survei
awal diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
X memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mengerahkan tingkah laku
untuk membaca dan masih banyak mahasiswa yang belum menyadari peran
membaca buku teks sebagai penunjang keberhasilan studi.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan Self-Regulation fase
Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks Berbahasa Indonesia pada
mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang hendak diteliti adalah :
Derajat kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan
membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas
Psikologi Universitas “X” Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana self-regulation
fase volitional control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia
pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota
9
Universitas Kristen Maranatha
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat Self-Regulation fase
Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada
mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
(1) Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang hendak mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai Self-Regulation dan kegiatan membaca.
(2) Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi Ilmu Psikologi,
khususnya bidang Psikologi Pendidikan mengenai faktor-faktor yang
berkaitan dengan Self-Regulation dan kegiatan membaca.
1.4.2 Kegunaan Praktis
(1) Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai Self-Regulation fase
Volitional Control dalam kegiatan membaca dengan harapan informasi ini
dapat dimanfaatkan untuk memahami kemampuan diri dan mendorong
mahasiswa dan calon mahasiswa untuk meningkatkan kegiatan membaca.
(2) Memberikan informasi bagi dosen mengenai Self-Regulation fase Volitional
Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada
mahasiswa dengan harapan dapat menjadi masukan dalam kegiatan membaca
10
Universitas Kristen Maranatha (3) Memberikan informasi bagi pihak fakultas mengenai mengenai
Self-Regulation dalam kegiatan membaca pada mahasiswa dengan harapan dapat
menjadi masukan dalam usaha peningkatan kegiatan membaca di kalangan
mahasiswa.
1.5 Kerangka Pemikiran
Saat membaca terjadi proses interaksi antara mahasiswa sebagai pembaca
dengan penulis melalui bahan bacaan. Dalam kegiatan membaca, terdapat makna
atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dan terjadi proses pemaknaan
dalam diri pembaca sehingga kegiatan membaca dapat menjadi sesuatu yang
bermakna. Saat membaca, pikiran mahasiswa bekerja secara aktif untuk
memahami bahan bacaan dan terjadi proses untuk menemukan hubungan atau
mengkombinasikan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang terdapat
dalam bahan bacaan. Departemen Pendidikan Michigan mendefinisikan kegiatan
membaca sebagai proses membangun makna melalui interaksi yang dinamis
antara pengetahuan yang sudah dimiliki pembaca, informasi yang terdapat dalam
bacaan dan konteks saat terjadinya kegiatan membaca (Dutcher, 1990).
Umumnya mahasiswa mengenal kegiatan membaca dari anggota keluarga
dan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan proses belajar. Leondhardt
(2001) mengungkapkan bahwa orangtua merupakan agen yang paling berperan
dalam menumbuhkan minat membaca pada anak karena orangtua yang pertama
kali memperkenalkan dan memfasilitasi kegiatan membaca. Meski demikian,
11
Universitas Kristen Maranatha bermain sebagai pihak yang memberikan rekomendasi mengenai buku bacaan dan
secara tidak langsung menjadi model dalam kegiatan membaca (Purnawan, 2001).
Seperti sudah diungkapkan bahwa keluarga memiliki pengaruh terhadap
pembentukan Self-Regulation mahasiswa, namun lingkungan sekolah juga
memiliki peran yang tidak kalah penting, terutama dalam pengembangan
Self-Regulation akademik. Sekolah dirancang untuk menyediakan bimbingan sosial
yang lebih besar pada tingkat pendidikan yang lebih rendah dan semakin
berkurang pada tingkat pendidikan selanjutnya, misalnya melalui pekerjaan rumah
dan ulangan. (Zimmerman, 2002). Di Taman Kanak-Kanak dan awal Sekolah
Dasar, pekerjaan rumah dan ulangan yang diberikan umumnya telah diajarkan
atau dilatih di kelas. Selain itu siswa seringkali memperoleh bimbingan dari
orangtua atau pihak lain saat mengerjakan tugas. Bimbingan tersebut bukan hanya
bertujuan menolong siswa menyelesaikan tugas sekolah, tetapi juga menolong
siswa untuk memiliki model dan belajar memiliki tanggung jawab serta inisiatif
personal dalam menghadapi tuntutan sekolah yang semakin besar pada jenjang
pendidikan berikutnya. Memasuki jenjang yang lebih tinggi seperti SMP dan
SMU, tuntutan akademik yang diberikan menjadi lebih beragam dan
membutuhkan inisiatif yang lebih besar misalnya dengan meminta bantuan guru,
teman atau pihak lain saat mengalami kesulitan.
Mahasiswa yang memiliki model maupun yang lebih banyak terlibat
dalam kegiatan membaca bersama lingkungan ternyata lebih banyak membaca
berbagai jenis bahan bacaan. Melalui hal ini mahasiswa menemukan karakteristik
12
Universitas Kristen Maranatha untuk menggunakan strategi yang beragam saat membaca untuk mendapatkan
hasil yang optimal sesuai karakteristik bahan bacaan. Pengalaman-pengalaman
tersebut memberikan model bagi mahasiswa tentang kemampuan untuk
mempertahankan usaha secara terus menerus saat melakukan kegiatan membaca.
Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Vygostky (1978) bahwa mahasiswa
yang merupakan pembaca strategis atau yang dikatakan memiliki Self-Regulation
pada umumnya telah memperoleh dukungan dari rumah maupun sekolah karena
dukungan dari lingkungan memperkaya kemampuan metakognisi dan
meningkatkan motivasi mahasiswa saat membaca.
Di perguruan tinggi, mahasiswa menghadapi tugas kuliah berupa tugas
mandiri yang lebih banyak dan beragam. Hal ini juga menjadi lebih sulit karena
mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep
ilmu tetapi juga mampu menerapkannya dalam konteks dalam situasi sehari-hari
sehingga mahasiswa harus memiliki insiatif dan usaha yang lebih besar untuk
memenuhi standar tugas yang diberikan. Dalam usaha memenuhi tugas-tugas
tersebut, salah satu cara yang dilakukan adalah membaca beberapa buku teks.
Pugh & Pawan (dalam Caverly & Flippo, 2000) mengungkapkan bahwa buku teks
umumnya memiliki sebuah paragraf yang memaparkan hasil penelitian,
mengandung konsep dalam jumlah besar, merupakan gabungan informasi,
menggunakan istilah khusus yang umumnya merupakan materi pelajaran, berisi
berbagai cara dalam memaparkan informasi yang mencakup bacaan, tabel dan
grafik, foto dan ilustrasi, anekdot, tersusun dengan sangat sistematis, serta
13
Universitas Kristen Maranatha informasi sehingga mahasiswa sebagai pembaca dapat mempelajari sesuatu
melalui kegiatan membaca.
Ditinjau dari perkembangan kognitif, mahasiswa angkatan 2005 umumnya
berusia antara 18 – 21 tahun dan berada pada tahap remaja akhir. Menurut Piaget,
tahap ini ditandai oleh kemampuan berpikir formal operasional, yaitu kemampuan
untuk berpikir mengenai konsep abstrak dan hipotesis. Sejalan dengan hal ini,
beberapa ahli juga memandang bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan
kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi, yaitu mampu memusatkan
perhatian pada tugas yang kompleks, mampu menyimpan informasi untuk
sementara, kecepatan mengolah informasi semakin meningkat, mampu untuk
merencanakan strategi sesuai dengan situasi yang dihadapi dan mampu mengenali
pikiran yang dimilikinya. Kelima ciri ini memungkinkan mahasiswa untuk
mengolah informasi dan mengerjakan tugas yang lebih kompleks, misalnya dalam
kegiatan membaca (Steinberg, 2004). Hal ini misalnya berkaitan dengan
kemampuan mahasiswa untuk memantau proses membaca yang dilakukan dan
melakukan perencanaan terhadap kegiatan membaca yang akan dilakukan.
Kemampuan yang dituliskan diatas merupakan salah satu bagian
kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam proses belajar.
Zimmerman mendefinisikan Self-Regulation sebagai kemampuan mengarahkan
pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang terencana dan berupa siklus dalam
usaha untuk mencapai tujuan pribadi (Paris & Paris, 2004). Dalam situasi
akademis, Zimmerman (1990) memberikan definisi yang lebih spesifik mengenai
14
Universitas Kristen Maranatha mengarahkan pikiran, tindakan dan sikapnya untuk mencapai tujuan belajar.
Dapat dikatakan bahwa Self-Regulation menolong mahasiswa untuk
merencanakan dan mengatur proses internal dalam diri untuk menghadapi
tuntutan lingkungan secara proaktif.
Proses Self-Regulation terdiri atas tiga fase yang berupa siklus, yaitu fase
Forethought, Volitional dan fase Self-Reflection. Fase Forethought mengacu
kepada proses dan kepercayaan yang terjadi sebelum melakukan usaha membaca
buku teks. Fase ini dilanjutkan dengan fase Volitional Control yang mengacu
kepada proses selama melakukan tingkah laku membaca buku teks. Selanjutnya
berlangsung fase ketiga, yaitu Fase Self-Reflection yang mengacu kepada proses
yang terjadi setiap kali setelah usaha membaca buku teks berlangsung. Fase
Self-Reflection akan dilanjutkan kembali dengan fase Forethought dan seterusnya
sehingga senantiasa berupa siklus yang berlangsung terus menerus (Zimmerman
dalam Zimmerman, 2002).
Corno (1994) mendefinisikan fase Volitional Control sebagai
kecenderungan untuk mempertahankan fokus dan usaha terhadap tujuan serta
mengabaikan gangguan yang potensial. Fase ini terdiri atas Control dan
Self-Observation. Self-Control membantu mahasiswa untuk menjaga fokus pada tujuan
yang telah ditetapkan dan memperbesar usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Tahap ini mencakup bagaimana seorang mahasiswa melakukan
proses untuk mencapai tujuan kegiatan membaca (self-instruction), kemampuan
untuk membentuk gambaran mental saat membaca buku teks (imagery),
15
Universitas Kristen Maranatha tujuan membaca dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan (attention-focusing),
dan kemampuan untuk memilah bahan bacaan yang mendukung tercapainya
tujuan membaca dan mengorganisasikannya secara bermakna (task-strategies).
Tahap kedua, Self-Observation, adalah kemampuan pengamatan seorang
mahasiswa untuk menelusuri kembali aspek-aspek khusus dan penting dalam
kegiatan membaca. Hal ini mencakup kemampuan mahasiswa untuk mengamati
kondisi saat melakukan kegiatan membaca dan pengaruhnya terhadap hasil
membaca. Kemampuan Self-Observation memungkinkan mahasiswa untuk
melakukan self-recording, yaitu kemampuan untuk melakukan pengamatan
dengan segera, informatif, akurat dan bernilai terhadap kegiatan membaca yang
telah dilakukannya. Self–observation menolong mahasiswa untuk melakukan
langkah - langkah baru yang lebih sesuai dan efektif dalam melakukan kegiatan
membaca untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (self–experiment).
Dalam membaca buku teks Berbahasa Indonesia, mahasiswa dapat
memiliki derajat Self-Regulation fase Volitional Control yang berbeda-beda.
Mahasiswa yang memiliki derajat Self-Regulation fase Volitional Control tinggi,
secara konsisten mampu merencanakan dan mengarahkan pikiran, tindakan dan
perasaannya untuk mencapai tujuan membaca. Kemampuan tersebut misalnya
berusaha memusatkan perhatian saat membaca buku dengan memadamkan
televisi dan melakukan pemantauan saat membaca. Mahasiswa yang memiliki
derajat sedang sudah mampu merencanakan dan mengarahkan pikiran, tindakan
dan perasaannya untuk membaca meskipun hal ini mungkin belum berlangsung
16
Universitas Kristen Maranatha
Volitional Control rendah belum mampu melakukan usaha untuk mencapai tujuan membaca, bahkan tidak mengurangi atau
meniadakan stimulus-stimulus lain yang dapat mengganggu konsentrasi saat membaca. Terkait dengan hal tersebut, dapat ditemukan
mahasiswa angkatan 2005 yang memiliki Self-Regulation fase Volitional Control dalam derajat yang rendah, sedang dan tinggi.
Kerangka Pemikiran di atas dapat digambarkan oleh bagan berikut:
17
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi
Mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota
Bandung telah memiliki kemampuan kognitif untuk melakukan Self-Regulation
Fase Volitional Control dalam membaca buku teks berbahasa Indonesia.
1. Self-Regulation Fase Volitional Control pada mahasiswa angkatan 2005
Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung mengarahkan tingkah laku
mahasiswa yang bersangkutan saat membaca buku teks berbahasa Indonesia.
2. Terdapat derajat Self-Regulation Fase Volitional Control yang beragam pada
mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung
96 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diperoleh gambaran
mengenai Self-Regulation Fase Volitional Control pada mahasiswa angkatan 2005
di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sebanyak 71,2% Mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas
“X” Kota Bandung memiliki derajat sedang dan tinggi untuk melakukan
Volitional Control saat membaca buku teks Berbahasa Indonesia.
2. Mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota
Bandung cenderung telah mampu mengerahkan usaha-usaha yang diperlukan
untuk mencapai tujuan kegiatan membaca buku teks Berbahasa Indonesia
namun hal ini belum didukung oleh inisiatif pribadi serta tujuan membaca yang
spesifik dan sistematis.
3. Mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota
Bandung masih memerlukan situasi atau stimulus untuk melakukan kegiatan
membaca buku teks Berbahasa Indonesia, yaitu berupa tugas, kuis atau ujian.
4. Faktor eksternal yang dirasakan paling mendorong mahasiswa angkatan 2005
di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung untuk membaca buku teks
97
Universitas Kristen Maranatha lingkungan adalah sebagai penyedia fasilitas atau sumber rekomendasi dan
bukan sebagai model dalam kegiatan membaca buku teks.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan beberapa saran
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca:
1. Bagi mahasiswa atau peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan
mengenai Self-Regulation dan fase didalamnya berkaitan dengan aspek-aspek
lain dalam kegiatan membaca, baik dalam konteks akademis maupun non
akademis (hobi).
2. Bagi mahasiswa, perlu meningkatkan usaha dalam membaca buku teks dengan
melakukan penetapan tujuan dan proses pengolahan setelah membaca sehingga
dapat memperoleh informasi untuk meningkatkan performa ketika membaca
buku teks di waktu selanjutnya.
3. Bagi dosen, untuk menciptakan situasi yang mendukung mahasiswa untuk
membaca buku teks dengan cara memberikan tugas, menyampaikan
rekomendasi dan isi buku serta berbagi pengalaman tentang proses membaca
buku teks yang pernah dilakukan oleh dosen. Melalui hal ini diharapkan
mahasiswa dapat memiliki model dalam membaca buku teks.
4. Bagi pihak fakultas, untuk menyampaikan informasi atau pendampingan
tentang strategi untuk menghadapi tuntutan membaca buku teks, misalnya bagi
mahasiswa baru. Hal ini berkaitan dengan terdapatnya perbedaan yang cukup
98
Universitas Kristen Maranatha 5. Bagi lingkungan, untuk membiasakan kegiatan membaca sejak dini, misalnya
dengan memperkenalkan kebiasaan membaca dan menyediakan bahan-bahan
bacaan di lingkungan keluarga. Melalui hal ini diharapkan mahasiswa dapat