• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Fase Volitional Control dalam Kegiatan Membaca Buku Teks Berbahasa Indonesia (Suatu Penelitian pada Mahasiswa Angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas "X" Kota Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Fase Volitional Control dalam Kegiatan Membaca Buku Teks Berbahasa Indonesia (Suatu Penelitian pada Mahasiswa Angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas "X" Kota Bandung)."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana derajat Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa tingkat II. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik purposive sampling. Subyek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi “X” Kota Bandung berusia 18-21 tahun dan tercatat sebagai mahasiswa aktif. Ukuran sampel sebanyak 139 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah derajat kemampuan Self-Regulation Fase Volitional Control. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Self-Regulation fase Volitional Control yang disusun oleh peneliti berdasarkan konsep Zimmerman (2000).

(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study was conducted to determine how the degree of Self-Regulation Control volitional phase in reading a text book in Bahasa Indonesia on the second level students. This study used a survey method with purposive sampling technique. Subjects were students of the class of 2005 at the Faculty of Psychology "X" Bandung aged 18-21 years and registered as an active student. Sample size of 139 people. The variable in this study is the degree of ability Self-Regulation Phase volitional control. Measuring instrument used was a questionnaire Self-Regulation Control volitional phase prepared by the researchers based on the concept of Zimmerman (2000).

(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Regulation ... 18

2.1.1 Konsep Self-Regulation ... 18

2.1.2 Definisi Triadic Self-Regulation ... 18

2.1.3 Struktur Self-Regulatory ... 21

2.1.3.1 Forethought Phase ... 23

2.1.3.2 Performance/ Volitional Control Phase ... 27

2.1.3.3 Fase Self-Reflection ... 32

2.1.4 Faktor Sosial dan Lingkungan Terhadap Self-Regulation ... 35

2.1.5 Disfungsi Dalam Self-Regulation ... 37

2.1.6 Perkembangan Keterampilan Self Regulatory ... 43

2.2 Kegiatan Membaca Dalam Setting Akademik ... 51

2.2.1 Bahan Bacaan Di Universitas ... 51

2.2.2 Teks Eksposisi ... 55

2.2.3 Pengaruh Lingkungan Sosial Dalam Membaca ... 58

2.2.3.1 Pengaruh Orangtua ... 58

2.2.3.2 Interaksi Dengan Teman ... 59

2.2.3.3 Guru dan Lingkunagn Sekolah ... 60

2.3 Masa Perkembangan Remaja Akhir ... 62

2.3.1 Perubahan Biologis ... 63

(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

2.3.3 Perubahan Pola Pikir pada Masa Ramaja ... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 76

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 76

3.2.1 Variabel Penelitian ... 76

3.2.2 Definisi Operasional ... 77

3.3 Alat Ukur ... 78

3.3.1 Alat Ukur Self-Regulation... 78

3.3.1.1 Pembagian Item ... 78

3.3.1.2 Prosedur Pengisian Alat Ukur ... 79

3.3.1.3 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 79

3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 80

3.3.2.1 Data Pribadi ... 80

3.3.2.2 Data Penunjang ... 80

3.4 Uji Coba Alat Ukur ... 80

3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 80

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 81

3.5 Populasi Penelitian ... 83

3.5.1 Populasi Sasaran ... 83

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 83

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 84

(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 86

4.1 Gambaran Sampel ... 86

4.2 Hasul Penelitian ... 87

4.3 Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

DAFTAR RUJUKAN... 100

(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 16

Gambar 2.1 Triadic Self-Regulation ... 21

Gambar 2.2 Struktur Self-Regulatory ... 22

(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Fase dan Sub-subproses pada Self-Regulation Fase Putaran

Self-Regulation ... 23

Tabel 3.1 Pembagian Item ... 78

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 79

Tabel 3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 83

Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 86

Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Usia ... 86

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Fase Volitional Control Dalam Kegiatan Membaca Buku Teks Berbahasa Indonesia ... 87

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Self-Instruction ... 87

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Imagery ... 88

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Attention Focusing ... 88

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Task-Strategies ... 88

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sub-Aspek Self-Recording ... 89

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan

membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca

merk makanan, judul buku, hingga memilih saluran televisi, semuanya menuntut

kemampuan membaca. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat masih

beranggapan bahwa membaca merupakan kegiatan orang terpelajar, bahkan ada

pemahaman yang keliru bahwa anak yang suka membaca justru dianggap aneh,

kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

Selain itu, saat ini informasi dan teknologi berkembang pesat dan

membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut

memberikan dua dampak, yaitu perkembangan pesat dalam semua bidang

kehidupan dan perlunya kesadaran tentang pentingnya memiliki berbagai sudut

pandang terhadap perkembangan tersebut. Membaca merupakan salah satu sarana

yang berperan untuk menyiasati perkembangan tersebut (Paul dalam Caverly &

Flippo, 2000). Kemampuan membaca memungkinkan individu untuk berinteraksi

dan mengeksplorasi dunia sesuai dengan keinginan, hobi atau bidang

kehidupannya tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.Informasi-informasi tersebut

akan memperkaya wawasan dan sudut pandang individu terhadap hal-hal yang

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Masa sekolah adalah masa yang paling berkaitan dengan kegiatan

membaca. Hampir seluruh proses belajar saat bersekolah erat dengan membaca.

Di kelas, siswa dan mahasiswa biasanya membaca catatan atau diktat dan

mengerjakan latihan atau studi kasus. Di luar kelas, tugas akademis juga menuntut

kegiatan membaca misalnya saat belajar atau mengerjakan latihan (yang harus

dibaca agar dapat dikerjakan). Meskipun demikian, jenis dan jumlah kegiatan

membaca dalam lingkungan akademis mengalami perubahan sesuai dengan

jenjang pendidikan. Hingga jenjang SMA, hampir seluruh bahan pelajaran sudah

tersedia dalam buku paket dan catatan yang diberikan guru. Bahkan seringkali

catatan yang diberikan oleh guru dianggap sudah cukup lengkap sehingga siswa

seolah-olah tidak perlu lagi membaca buku paket. Selain itu, umumnya pekerjaan

rumah dan ulangan merupakan pengulangan dari materi yang telah diterangkan

atau soal-soal yang sebelumnya sudah dilatih di kelas. Keadaan tersebut berubah

saat siswa memasuki jenjang perguruan tinggi. Dalam proses perkuliahan,

mahasiswa diharapkan untuk lebih aktif mencari informasi yang lengkap dan

aktual, setidaknya mengenai hal yang berkaitan dengan bidang studinya.

Informasi tersebut misalnya dapat diperoleh melalui membaca buku teks, jurnal,

majalah ilmiah atau internet. Begitu juga dengan tugas dan ujian di perguruan

tinggi yang mencakup penerapan, analisis sintesis dan bahkan evaluasi terhadap

materi yang telah dipelajari. Salah satu tugas kuliah yang paling sering diberikan

dan memerlukan kegiatan membaca adalah tugas presentasi. Melalui tugas ini,

mahasiswa diharapkan mampu memahami isi buku teks dan mampu

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha penerapan isi buku teks, misalnya dengan menyampaikan contoh dalam konteks

tertentu.

Tugas-tugas seperti itu menuntut inisiatif mahasiswa untuk memiliki

wawasan yang lebih luas mengenai materi dengan membaca sumber referensi lain

seperti buku teks maupun jurnal; dan berarti diperlukan kegiatan membaca yang

lebih banyak. Padahal sebuah penelitian mengenai kegiatan membaca di kalangan

mahasiswa Indonesia menemukan bahwa mahasiswa Indonesia hanya membaca

kurang dari satu jam setiap hari, lebih rendah dua jam daripada menonton televisi.

Dalam sebuah wawancara, petugas pelayanan perpustakaan di dua universitas di

Jakarta mengungkapkan bahwa jarang sekali mahasiswa meminjam buku atau

berkunjung ke perpustakaan bila tidak ada ujian atau tugas kuliah. Dampaknya

seperti data terakhir yang dimuat oleh Asia Week, kemampuan menguasai bacaan

pada mahasiswa di empat universitas terbaik di Indonesia hanya menduduki

peringkat ke 61, 68, 73 dan 75 dari 77 universitas di kawasan Asia Pasifik (Media

Indonesia, 5 Oktober 2001).

Rendahnya kegiatan membaca di kalangan mahasiswa Indonesia ini

dipengaruhi pula oleh rendahnya minat dan budaya membaca di kalangan

masyarakat. Saat ini semakin banyak orangtua yang bekerja dari pagi hari hingga

larut malam sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk memperkenalkan kebiasaan

membaca pada anaknya. Di sisi lain kurikulum dan tugas akademis juga menuntut

peningkatan kegiatan membaca, padahal dalam situasi seperti ini seringkali

pendidik tidak memiliki kesempatan untuk memperkenalkan beragam bahan

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha media massa yang mampu memberikan berbagai informasi dalam waktu yang

bersamaan sehingga sebagian besar masyarakat termasuk mahasiswa, lebih suka

menonton televisi daripada membaca. Media massa, termasuk televisi

menyediakan berbagai informasi aktual namun tidak mendalam dan individu

bersifat pasif menerima informasi yang disampaikan. Sebaliknya, saat membaca

individu dapat memilih jenis informasi dan menentukan keluasan atau kedalaman

informasi yang ingin diketahui.

Situasi di atas bertolak belakang dengan yang dinyatakan oleh Kibby

(dalam Caverly & Flippo, 2000), bahwa seorang mahasiswa yang ingin sukses

harus memahami ilmu yang dipelajari secara spesifik. Hal ini mencakup

pemahaman mengenai informasi umum dan kata-kata tertentu saat membaca teks,

mendengar kuliah maupun dalam diskusi. Sayangnya sebagian besar mahasiswa

terutama mahasiswa tahun pertama membaca buku teks secara terbatas dan

dengan pemahaman yang terbatas pula, padahal telah ditemukan adanya korelasi

positif antara kegiatan membaca dan prestasi akademik (Greaney & Hegarty

dalam Barr, 1996). Di berbagai negara, penelitian dan perhatian mengenai

membaca sebagai pendukung keberhasilan studi mahasiswa sudah banyak

dilakukan dan melalui hal ini pihak universitas dapat melakukan antisipasi

terhadap metoda pengajaran dan memberikan intervensi pada kelompok

mahasiswa dengan keterampilan dan kegiatan membaca sangat rendah. Misalnya

di Amerika Serikat, penelitian The National Center for Education Statistics

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha program perbaikan kegiatan membaca bagi mahasiswa tahun kedua yang memiliki

indeks prestasi rendah (Young & Ley, 2005).

Bahan bacaan yang digunakan dalam lingkungan akademis seringkali

memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan bacaan lain. Williams (dalam

Gavin T.L Brown, 2002) mengungkapkan bahwa bahan bacaan dalam lingkungan

akademis dapat dikelompokkan sebagai teks informasi, yaitu teks yang memuat

isi yang tidak umum serta menggunakan pola tertentu (perbandingan, sebab-akibat

dan perbedaan). Karakteristik tersebut menjadikan teks informasi lebih sulit

dipahami daripada teks narasi (artikel atau cerita). Buku teks Psikologi sebagai

teks informasi memiliki pemaparan materi dalam bentuk tulisan dan disertai

gambar ilustrasi, bagan atau skema yang menjelaskan kerangka materi serta

memuat artikel tertentu yang terkait dengan materi. Mahasiswa dapat memperoleh

informasi dari berbagai sumber namun buku teks mengandung informasi yang

komprehensif sehingga memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai

bidang studi. Melalui hal ini mahasiswa dapat membangun konsep berpikir

mengenai bidang tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk memahami materi lain

yang lebih khusus misalnya mata kuliah lanjutan, studi kasus bahkan jurnal.

Menghadapi hal tersebut, mahasiswa Fakultas Psikologi juga perlu

memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri agar aktivitas yang dilakukannya

dalam membaca dapat mendukung proses belajar dan memberikan hasil belajar

yang optimal. Misalnya dengan menggunakan strategi khusus saat membaca buku

teks, yang tidak perlu digunakan saat membaca buku-buku lain. Contoh strategi

(14)

6

Universitas Kristen Maranatha penting, membuat catatan, menentukan target halaman yang akan dibaca, bahkan

mempersiapkan tempat yang nyaman untuk membaca. Tindakan-tindakan tersebut

merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan usaha dan fokus dalam

melakukan kegiatan membaca, atau yang dapat disebut kemampuan

Self-Regulation fase Volitional Control.

Tidak dapat dipungkiri bahwa buku teks Berbahasa Indonesia maupun

Berbahasa Inggris merupakan sumber utama untuk memahami materi, sebagai

bahan referensi penjelasan dosen, untuk mengerjakan tugas dan saat membuat

laporan. Di Indonesia, hampir seluruh buku teks Psikologi merupakan cetakan

dari luar negeri dan menggunakan Bahasa Inggris. Namun demikian saat ini

semakin banyak buku teks Psikologi yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia, terutama untuk mata kuliah pokok. Bahkan buku teks terjemahan yang

diterbitkan pada beberapa tahun terakhir sudah memiliki format yang lebih

menarik, misalnya menyertakan ilustrasi berwarna. Meskipun masih memiliki

ciri-ciri khas teks informasi, namun buku teks Berbahasa Indonesia sebenarnya

telah mengurangi kendala bahasa yang seringkali menimbulkan keengganan

mahasiswa untuk membaca buku teks.

Di Fakultas Psikologi Universitas X sendiri, berdasarkan observasi penulis

tampaknya sebagian besar mahasiswa masih mengandalkan diktat dosen atau

meminjam catatan angkatan sebelumnya meskipun dosen yang bersangkutan telah

merekomendasikan berbagai judul buku yang tersedia di perpustakaan. Survei

awal yang dilakukan kepada 25 orang mahasiswa angkatan 2005 Fakultas

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha bacaan yang paling sulit dipahami. Sebanyak 47% mengalami kesulitan untuk

menerapkan arti kata ke dalam konteks yang tepat dan sisanya mengalami

kesulitan untuk memahami ide utama/inti bacaan. Wawancara singkat yang

dilakukan kepada 10 orang mahasiswa lain pada angkatan yang sama di Fakultas

Psikologi Universitas X menemukan ternyata 8 orang atau 80% diantaranya hanya

membaca buku teks ketika akan mengerjakan tugas menerjemahkan atau

merangkum. Kegiatan membaca tersebut dilakukan untuk memenuhi tugas, yaitu

hanya membaca bagian tertentu saja yang menjadi bagiannya tanpa strategi

khusus. Wawancara juga dilakukan kepada 5 orang dosen di Fakultas Psikologi

Universitas X dan diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengikuti mata

kuliah hanya dengan mencatat atau meminjam hand out dari dosen atau angkatan

sebelumnya. Dalam satu mata kuliah tertentu dengan jumlah mahasiswa 50 orang,

kurang dari sepuluh mahasiswa saja yang memiliki buku teks untuk mata kuliah

tersebut. Padahal tampaknya hampir setiap dosen memberikan tugas mandiri yang

memerlukan kegiatan membaca seperti merangkum, membuat laporan atau tugas

presentasi.

Dalam lingkungan akademis, Self-Regulation merujuk pada kemampuan

mahasiswa untuk memahami dan mengatur proses belajarnya (Schunk &

Zimmerman dalam Schraw & Brooks, 2004). Berkaitan dengan hal ini, Yang

(1993) mengemukakan ciri Self-Regulation dalam proses belajar, yaitu a) mampu

belajar lebih baik di bawah pemantauan diri sendiri tanpa diawasi, b) mampu

memantau, mengevaluasi dan mengatur proses belajarnya secara efektif, c)

(16)

8

Universitas Kristen Maranatha mampu mengatur waktu belajar dengan efisien. Namun berdasarkan hasil survei

awal diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

X memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mengerahkan tingkah laku

untuk membaca dan masih banyak mahasiswa yang belum menyadari peran

membaca buku teks sebagai penunjang keberhasilan studi.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan Self-Regulation fase

Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks Berbahasa Indonesia pada

mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang hendak diteliti adalah :

Derajat kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan

membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas

Psikologi Universitas “X” Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana self-regulation

fase volitional control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia

pada mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat Self-Regulation fase

Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada

mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

(1) Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang hendak mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai Self-Regulation dan kegiatan membaca.

(2) Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi Ilmu Psikologi,

khususnya bidang Psikologi Pendidikan mengenai faktor-faktor yang

berkaitan dengan Self-Regulation dan kegiatan membaca.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(1) Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai Self-Regulation fase

Volitional Control dalam kegiatan membaca dengan harapan informasi ini

dapat dimanfaatkan untuk memahami kemampuan diri dan mendorong

mahasiswa dan calon mahasiswa untuk meningkatkan kegiatan membaca.

(2) Memberikan informasi bagi dosen mengenai Self-Regulation fase Volitional

Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada

mahasiswa dengan harapan dapat menjadi masukan dalam kegiatan membaca

(18)

10

Universitas Kristen Maranatha (3) Memberikan informasi bagi pihak fakultas mengenai mengenai

Self-Regulation dalam kegiatan membaca pada mahasiswa dengan harapan dapat

menjadi masukan dalam usaha peningkatan kegiatan membaca di kalangan

mahasiswa.

1.5 Kerangka Pemikiran

Saat membaca terjadi proses interaksi antara mahasiswa sebagai pembaca

dengan penulis melalui bahan bacaan. Dalam kegiatan membaca, terdapat makna

atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dan terjadi proses pemaknaan

dalam diri pembaca sehingga kegiatan membaca dapat menjadi sesuatu yang

bermakna. Saat membaca, pikiran mahasiswa bekerja secara aktif untuk

memahami bahan bacaan dan terjadi proses untuk menemukan hubungan atau

mengkombinasikan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang terdapat

dalam bahan bacaan. Departemen Pendidikan Michigan mendefinisikan kegiatan

membaca sebagai proses membangun makna melalui interaksi yang dinamis

antara pengetahuan yang sudah dimiliki pembaca, informasi yang terdapat dalam

bacaan dan konteks saat terjadinya kegiatan membaca (Dutcher, 1990).

Umumnya mahasiswa mengenal kegiatan membaca dari anggota keluarga

dan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan proses belajar. Leondhardt

(2001) mengungkapkan bahwa orangtua merupakan agen yang paling berperan

dalam menumbuhkan minat membaca pada anak karena orangtua yang pertama

kali memperkenalkan dan memfasilitasi kegiatan membaca. Meski demikian,

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha bermain sebagai pihak yang memberikan rekomendasi mengenai buku bacaan dan

secara tidak langsung menjadi model dalam kegiatan membaca (Purnawan, 2001).

Seperti sudah diungkapkan bahwa keluarga memiliki pengaruh terhadap

pembentukan Self-Regulation mahasiswa, namun lingkungan sekolah juga

memiliki peran yang tidak kalah penting, terutama dalam pengembangan

Self-Regulation akademik. Sekolah dirancang untuk menyediakan bimbingan sosial

yang lebih besar pada tingkat pendidikan yang lebih rendah dan semakin

berkurang pada tingkat pendidikan selanjutnya, misalnya melalui pekerjaan rumah

dan ulangan. (Zimmerman, 2002). Di Taman Kanak-Kanak dan awal Sekolah

Dasar, pekerjaan rumah dan ulangan yang diberikan umumnya telah diajarkan

atau dilatih di kelas. Selain itu siswa seringkali memperoleh bimbingan dari

orangtua atau pihak lain saat mengerjakan tugas. Bimbingan tersebut bukan hanya

bertujuan menolong siswa menyelesaikan tugas sekolah, tetapi juga menolong

siswa untuk memiliki model dan belajar memiliki tanggung jawab serta inisiatif

personal dalam menghadapi tuntutan sekolah yang semakin besar pada jenjang

pendidikan berikutnya. Memasuki jenjang yang lebih tinggi seperti SMP dan

SMU, tuntutan akademik yang diberikan menjadi lebih beragam dan

membutuhkan inisiatif yang lebih besar misalnya dengan meminta bantuan guru,

teman atau pihak lain saat mengalami kesulitan.

Mahasiswa yang memiliki model maupun yang lebih banyak terlibat

dalam kegiatan membaca bersama lingkungan ternyata lebih banyak membaca

berbagai jenis bahan bacaan. Melalui hal ini mahasiswa menemukan karakteristik

(20)

12

Universitas Kristen Maranatha untuk menggunakan strategi yang beragam saat membaca untuk mendapatkan

hasil yang optimal sesuai karakteristik bahan bacaan. Pengalaman-pengalaman

tersebut memberikan model bagi mahasiswa tentang kemampuan untuk

mempertahankan usaha secara terus menerus saat melakukan kegiatan membaca.

Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Vygostky (1978) bahwa mahasiswa

yang merupakan pembaca strategis atau yang dikatakan memiliki Self-Regulation

pada umumnya telah memperoleh dukungan dari rumah maupun sekolah karena

dukungan dari lingkungan memperkaya kemampuan metakognisi dan

meningkatkan motivasi mahasiswa saat membaca.

Di perguruan tinggi, mahasiswa menghadapi tugas kuliah berupa tugas

mandiri yang lebih banyak dan beragam. Hal ini juga menjadi lebih sulit karena

mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep

ilmu tetapi juga mampu menerapkannya dalam konteks dalam situasi sehari-hari

sehingga mahasiswa harus memiliki insiatif dan usaha yang lebih besar untuk

memenuhi standar tugas yang diberikan. Dalam usaha memenuhi tugas-tugas

tersebut, salah satu cara yang dilakukan adalah membaca beberapa buku teks.

Pugh & Pawan (dalam Caverly & Flippo, 2000) mengungkapkan bahwa buku teks

umumnya memiliki sebuah paragraf yang memaparkan hasil penelitian,

mengandung konsep dalam jumlah besar, merupakan gabungan informasi,

menggunakan istilah khusus yang umumnya merupakan materi pelajaran, berisi

berbagai cara dalam memaparkan informasi yang mencakup bacaan, tabel dan

grafik, foto dan ilustrasi, anekdot, tersusun dengan sangat sistematis, serta

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha informasi sehingga mahasiswa sebagai pembaca dapat mempelajari sesuatu

melalui kegiatan membaca.

Ditinjau dari perkembangan kognitif, mahasiswa angkatan 2005 umumnya

berusia antara 18 – 21 tahun dan berada pada tahap remaja akhir. Menurut Piaget,

tahap ini ditandai oleh kemampuan berpikir formal operasional, yaitu kemampuan

untuk berpikir mengenai konsep abstrak dan hipotesis. Sejalan dengan hal ini,

beberapa ahli juga memandang bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan

kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi, yaitu mampu memusatkan

perhatian pada tugas yang kompleks, mampu menyimpan informasi untuk

sementara, kecepatan mengolah informasi semakin meningkat, mampu untuk

merencanakan strategi sesuai dengan situasi yang dihadapi dan mampu mengenali

pikiran yang dimilikinya. Kelima ciri ini memungkinkan mahasiswa untuk

mengolah informasi dan mengerjakan tugas yang lebih kompleks, misalnya dalam

kegiatan membaca (Steinberg, 2004). Hal ini misalnya berkaitan dengan

kemampuan mahasiswa untuk memantau proses membaca yang dilakukan dan

melakukan perencanaan terhadap kegiatan membaca yang akan dilakukan.

Kemampuan yang dituliskan diatas merupakan salah satu bagian

kemampuan Self-Regulation fase Volitional Control dalam proses belajar.

Zimmerman mendefinisikan Self-Regulation sebagai kemampuan mengarahkan

pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang terencana dan berupa siklus dalam

usaha untuk mencapai tujuan pribadi (Paris & Paris, 2004). Dalam situasi

akademis, Zimmerman (1990) memberikan definisi yang lebih spesifik mengenai

(22)

14

Universitas Kristen Maranatha mengarahkan pikiran, tindakan dan sikapnya untuk mencapai tujuan belajar.

Dapat dikatakan bahwa Self-Regulation menolong mahasiswa untuk

merencanakan dan mengatur proses internal dalam diri untuk menghadapi

tuntutan lingkungan secara proaktif.

Proses Self-Regulation terdiri atas tiga fase yang berupa siklus, yaitu fase

Forethought, Volitional dan fase Self-Reflection. Fase Forethought mengacu

kepada proses dan kepercayaan yang terjadi sebelum melakukan usaha membaca

buku teks. Fase ini dilanjutkan dengan fase Volitional Control yang mengacu

kepada proses selama melakukan tingkah laku membaca buku teks. Selanjutnya

berlangsung fase ketiga, yaitu Fase Self-Reflection yang mengacu kepada proses

yang terjadi setiap kali setelah usaha membaca buku teks berlangsung. Fase

Self-Reflection akan dilanjutkan kembali dengan fase Forethought dan seterusnya

sehingga senantiasa berupa siklus yang berlangsung terus menerus (Zimmerman

dalam Zimmerman, 2002).

Corno (1994) mendefinisikan fase Volitional Control sebagai

kecenderungan untuk mempertahankan fokus dan usaha terhadap tujuan serta

mengabaikan gangguan yang potensial. Fase ini terdiri atas Control dan

Self-Observation. Self-Control membantu mahasiswa untuk menjaga fokus pada tujuan

yang telah ditetapkan dan memperbesar usaha yang dilakukan untuk mencapai

tujuan tersebut. Tahap ini mencakup bagaimana seorang mahasiswa melakukan

proses untuk mencapai tujuan kegiatan membaca (self-instruction), kemampuan

untuk membentuk gambaran mental saat membaca buku teks (imagery),

(23)

15

Universitas Kristen Maranatha tujuan membaca dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan (attention-focusing),

dan kemampuan untuk memilah bahan bacaan yang mendukung tercapainya

tujuan membaca dan mengorganisasikannya secara bermakna (task-strategies).

Tahap kedua, Self-Observation, adalah kemampuan pengamatan seorang

mahasiswa untuk menelusuri kembali aspek-aspek khusus dan penting dalam

kegiatan membaca. Hal ini mencakup kemampuan mahasiswa untuk mengamati

kondisi saat melakukan kegiatan membaca dan pengaruhnya terhadap hasil

membaca. Kemampuan Self-Observation memungkinkan mahasiswa untuk

melakukan self-recording, yaitu kemampuan untuk melakukan pengamatan

dengan segera, informatif, akurat dan bernilai terhadap kegiatan membaca yang

telah dilakukannya. Self–observation menolong mahasiswa untuk melakukan

langkah - langkah baru yang lebih sesuai dan efektif dalam melakukan kegiatan

membaca untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (self–experiment).

Dalam membaca buku teks Berbahasa Indonesia, mahasiswa dapat

memiliki derajat Self-Regulation fase Volitional Control yang berbeda-beda.

Mahasiswa yang memiliki derajat Self-Regulation fase Volitional Control tinggi,

secara konsisten mampu merencanakan dan mengarahkan pikiran, tindakan dan

perasaannya untuk mencapai tujuan membaca. Kemampuan tersebut misalnya

berusaha memusatkan perhatian saat membaca buku dengan memadamkan

televisi dan melakukan pemantauan saat membaca. Mahasiswa yang memiliki

derajat sedang sudah mampu merencanakan dan mengarahkan pikiran, tindakan

dan perasaannya untuk membaca meskipun hal ini mungkin belum berlangsung

(24)

16

Universitas Kristen Maranatha

Volitional Control rendah belum mampu melakukan usaha untuk mencapai tujuan membaca, bahkan tidak mengurangi atau

meniadakan stimulus-stimulus lain yang dapat mengganggu konsentrasi saat membaca. Terkait dengan hal tersebut, dapat ditemukan

mahasiswa angkatan 2005 yang memiliki Self-Regulation fase Volitional Control dalam derajat yang rendah, sedang dan tinggi.

Kerangka Pemikiran di atas dapat digambarkan oleh bagan berikut:

(25)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota

Bandung telah memiliki kemampuan kognitif untuk melakukan Self-Regulation

Fase Volitional Control dalam membaca buku teks berbahasa Indonesia.

1. Self-Regulation Fase Volitional Control pada mahasiswa angkatan 2005

Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung mengarahkan tingkah laku

mahasiswa yang bersangkutan saat membaca buku teks berbahasa Indonesia.

2. Terdapat derajat Self-Regulation Fase Volitional Control yang beragam pada

mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung

(26)

96 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diperoleh gambaran

mengenai Self-Regulation Fase Volitional Control pada mahasiswa angkatan 2005

di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sebanyak 71,2% Mahasiswa angkatan 2005 Fakultas Psikologi Universitas

“X” Kota Bandung memiliki derajat sedang dan tinggi untuk melakukan

Volitional Control saat membaca buku teks Berbahasa Indonesia.

2. Mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota

Bandung cenderung telah mampu mengerahkan usaha-usaha yang diperlukan

untuk mencapai tujuan kegiatan membaca buku teks Berbahasa Indonesia

namun hal ini belum didukung oleh inisiatif pribadi serta tujuan membaca yang

spesifik dan sistematis.

3. Mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota

Bandung masih memerlukan situasi atau stimulus untuk melakukan kegiatan

membaca buku teks Berbahasa Indonesia, yaitu berupa tugas, kuis atau ujian.

4. Faktor eksternal yang dirasakan paling mendorong mahasiswa angkatan 2005

di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung untuk membaca buku teks

(27)

97

Universitas Kristen Maranatha lingkungan adalah sebagai penyedia fasilitas atau sumber rekomendasi dan

bukan sebagai model dalam kegiatan membaca buku teks.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan beberapa saran

yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca:

1. Bagi mahasiswa atau peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan

mengenai Self-Regulation dan fase didalamnya berkaitan dengan aspek-aspek

lain dalam kegiatan membaca, baik dalam konteks akademis maupun non

akademis (hobi).

2. Bagi mahasiswa, perlu meningkatkan usaha dalam membaca buku teks dengan

melakukan penetapan tujuan dan proses pengolahan setelah membaca sehingga

dapat memperoleh informasi untuk meningkatkan performa ketika membaca

buku teks di waktu selanjutnya.

3. Bagi dosen, untuk menciptakan situasi yang mendukung mahasiswa untuk

membaca buku teks dengan cara memberikan tugas, menyampaikan

rekomendasi dan isi buku serta berbagi pengalaman tentang proses membaca

buku teks yang pernah dilakukan oleh dosen. Melalui hal ini diharapkan

mahasiswa dapat memiliki model dalam membaca buku teks.

4. Bagi pihak fakultas, untuk menyampaikan informasi atau pendampingan

tentang strategi untuk menghadapi tuntutan membaca buku teks, misalnya bagi

mahasiswa baru. Hal ini berkaitan dengan terdapatnya perbedaan yang cukup

(28)

98

Universitas Kristen Maranatha 5. Bagi lingkungan, untuk membiasakan kegiatan membaca sejak dini, misalnya

dengan memperkenalkan kebiasaan membaca dan menyediakan bahan-bahan

bacaan di lingkungan keluarga. Melalui hal ini diharapkan mahasiswa dapat

(29)
(30)

Gambar

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui skim persamaan garis lurus siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga.. Subyek

Merancang media grafis sebagai sebuah strategi promosi untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan menarik bagi wisatawan tentang wisata bahari di Desa Kiluan Negeri. Observasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, HAP yang tersubstitusi karbonat dapat disintesis dengan menggunakan batu kapur sebagai sumber kalsium dan penambahan

DINCAN?ROCRA IAMTTRAAX POL{ NrI fuKYAT ETR).. I'AIUPATf,N PTIAL{WAN PROPINSI

Dengan demikian, untuk mengantisipasi dampak signifikan yang ditimbulkan dari ancaman tersebut maka organisasi perlu menerapkan suatu rencana pemulihan yang

Yang dimaksud Behavior based WIF tinggi yaitu Polwan yang sudah berkeluarga di wilayah Polda Jabar mengalami konflik yang berkaitan dengan ketidak sesuaian tuntutan pola

JUDUL TUGAS AKHIR : DAMPAK PEMBANGUAN PUSAT PERDAGANGAN JODOH DI KOTA BAT AM TERHADAP KONDISI SO SIAL EKONOMI PEDAGANG.. NAMA :

Alur pelaksanaan PPL di SLB yakni observasi dan asesmen, menentukan masalah, menentukan tujuan, koordinasi dengan pihak sekolah, koordinasi dengan guru pamong,