PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
NAMA: RATNA NATALIA NIM : 121124006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk yang paling istimewa, yaitu:
Bunda Maria Pendengar Doaku, Tuhan Yesus Kristus penolongku yang selalu kuterima pertolonganNya.
Kedua Orang tuaku Bapak Antonius Suwarto dan Ibu Angela Marsini untuk doa, cinta, kasih sayang, dukungan jasmani maupun rohani yang selalu aku terima.
Kakek, nenek, om, tante, kakak dan adik sepupu yang selalu memberikan doa dan semangat. Kakakku Pramesti Wardani, adikku Irene Tri Astuti Wardani terima
kasih atas dukungan dan doanya.
Teman dekat Yohannes Pandu Putra Sagala, terima kasih atas segala dukungan semangat dan doanya.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan doa dan semangat selama ini yang selalu aku terima.
v
MOTTO
“Keberhasilan Tidak Akan Pernah Diraih Tanpa Ketekunan, Keprihatinan dan Kesabaran”.
(Ratna Natalia)
“Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! sebab kamu tahu, bahwa dalam
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Februari 2017
Penulis,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ratna Natalia
No Mahasiswa : 121124006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA, beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 27 Februari 2017
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA. Judul ini dipilih karena ingin mengetahui penggunaan media film untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Melihat perkembangan zaman banyak sekali guru menggunakan media, bukan hanya media pembelajaran tetapi sekarang manusia lebih memfokuskan pada media sosial elektronik khususnya pada anak sekolah.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana para siswa dapat meningkatkan minat belajar ketika menggunakan media film. Oleh karena itu peneliti membuat perencanaan yang memperlihatkan perbedaan secara akurat mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik ketika tidak menggunakan media film dan proses pembelajaran menggunakan media film. Tema yang diangkat yaitu mengenai keanggotaan Gereja dan film yang digunakan yaitu film mengenai peran-peran apa saja yang perlu dilakukan sebagai anggota Gereja.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik, yang dipilih oleh penulis agar hasil yang didapatkan akan natural dan tidak dibuat-buat. Penulis melaksanakan penelitian ini di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dengan 25 responden. Penulis mengajar secara langsung dengan menggunakan media film dan ditambah dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk menambahkan hasil yang lebih akurat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya manfaat media film terhadap minat belajar siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dan hasil kuesioner memperkuat penelitian ini.
ix
ABSTRACT
This thesis is entitled THE ROLE OF USING FILM AS MEDIA
TOWARDS THE STUDENT’S INTEREST IN THE PROCESS OF CATHOLIC
RELIGIOUS EDUCATION AT THE 2ND STELLA DUCE JUNIOR HIGH SCHOLL YOGYAKARTA. This title is chosen because the researcher wants to
know the role of using movie as a teaching media to increase student’s interest in
the process of Catholic Religious Education. Nowadays, teacher uses many kinds of media for teaching not only convensional media for learning but also electronic social media as well.
The main problem in this thesis how the students can increase their learning interest by watching a film. Therefore, the researcher made a camparison between teaching process without using film and teaching process by using a film as a teaching media. The theme is about the membership of the Church. The movies which were used address about the role as Church’s members.
The method of at this study is naturalistc qualitative. The researcher conducted a research at The 2nd Stella Duce Junior High School Yogyakarta with 25 respondents. The research taught the students using a movie film. The research also distributed questionaires to the respondents to get the acurate result.
The research shows that there are benefits of using film as teaching media towards the students’s interest in the process Catholic Religious Education. It can be seen from the learning process and the result of the questionaires.
The research recommendens to the headmaster of the school to increase the use of media in learning process. The research also suggests to PAK’s lecture
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Peranan
Penggunaan Media Film Terhadap Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir,
banyak pihak yang terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan
dan bantuan yang tidak terhingga dari:
1. Tuhan Yesus yang selalu membimbing dan menyertai setiap langkah penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, S.J., M.A. selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, memberi pengarahan
dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir
pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen pembimbing II, atas
segala bimbingan, kepercayaan, kebaikan dan pengarahan dari awal penulisan
xi
4. Bapak Drs. Bambang Hendarto Y., M.Hum selaku Dosen Pembimbing
Akademik (DPA) yang selalu mengingatkan penulis untuk segara
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap Staf Sektretariat dan Perpustakaan Prodi PAK dan seluruh karyawan
bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
7. Sr. Fidelis Budiriastuti CB, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah menerima dan memberikan tempat kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Novi selaku guru Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan dan
meluangkan waktu untuk penulis sehingga dapat melakukan penelitian dan
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Antonius Suwarto, Ibu Angela Marsini dan segenap keluarga besar atas
kasih sayang, perhatian, semangat dan doa serta dukungan yang telah
diberikan selama ini hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
10.Saudara perempuanku Pramesti Wardani dan Irene Tri Astuti Wardani yang
telah memberikan dukungan, semangat dan doa.
11.Semua teman-teman Prodi Pendidikan Agama Katolik Angkatan 2012 dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini
dengan tulus telah memberikan semangat dan bantuan hingga selesainya
xii
Penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Dengan rendah hati penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar
skripsi ini menjadi semakin sempurna.
Yogyakarta, 27 Februari 2017
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL... i
PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... iii
PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAK... vii viii ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... xvii xviii BAB I. PENDAHULAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penulisan... 4
D. Manfaat Penulisan... 4
E. Metode Penulisan... 5
F. Sistematika Penulisan... 6
xiv
2. Pengertian dan Jenis Film...
Jenis-jenis Film...
3. Peran Media dalam Pembelajaran...
4. Keuntungan dan Keterbatasan Media Film dalam proses pembelajaran...
B. Pengertian Belajar dan Minat...
1. Pengertian Belajar...
2. Minat Belajar...
3. Perencanaan Persiapan Pengajaran dan Tanggung Jawab Guru...
a. Perencanaan Mengajar...
b. Peranan dan Tanggung Jawab Guru...
C. Pendidikan Agama Katolik...
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik...
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik...
3. Model-model PAK...
15 17 19 21 23 23 25 29 29 31 31 33 34 36
BAB III. PENELITIAN MENGENAI PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA………..
A. Latar Belakang Sekolah...
1. Sejarah Singkat Yayasan Tarakanita...
2. Sejarah Singkat SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...
3. Visi dan Misi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...
xv
f. Community...
5. Kurikulum SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...
6. Kegiataan Belajar Siswa-Siswi...
B. Metodelogi Penelitian...
1. Latar Belakang Penelitian...
2. Rumusan Masalah...
3. Tujuan Penelitian...
4. Manfaat Penelitian...
5. Jenis Penelitian...
6. Metode Penelitian...
7. Subyek Penelitian...
8. Tempat dan Waktu Penelitian...
9. Teknik Pengumpulan Data...
Tabel 1. Instrumen Observasi Guru………
10.Kisi-kisi Instrumen...
a. Tabel 2. Kisi-kisi Penelitian...
b. Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban Variabel...
c. Tabel 4. Koesioner Penelitian...
49 50 51 52 52 54 54 55 55 56 57 57 58 58 60 60 60 61
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...
A.Hasil Penelitian Observasi Guru dan Wawancara singkat...
B. Proses Pembelajaran Menggunakan Media Film...
C.Hasil Penelitian Koesioner...
1. Peranan Media Film...
2. Minat dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik... 3. Niat dan Harapan Siswa terhadap Pembelajara PAK dan Media Film...
D.Pembahasan Hasil Penelitian...
1. Observasi terhadap Guru dan Wawancara terbatas pada Siswa ...
2. Peranan Media Film...
xvi
3. Minat dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran...
4. Niat dan Harapan siswa pada Proses Pembelajaran PAK...
E. Rangkuman dan Hasil Penelitian...
F. RefleksiPastoral...
BAB V. PENUTUP………..
A.Kesimpulan...
B. Saran...
83
85
88
90
94
94
96
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN...
98
100
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ...
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian...
(1)
(2)
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Observasi... (3)
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... (4)
Lampiran 5 : Kuisioner Penelitian... (9)
Lampiran 6 : Hasil Kuisioner Peserta... (14)
Lampiran 7 : Foto Obeservasi Guru... (22)
Lampiran 8 : Foto Pelaksanaan Penelitian... (24)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Instrumen Observasi Guru.
Tabel 2 : Kisi-kisi Penelitian.
Tabel 3 : Skor Alternatif Jawaban Variabel.
Tabel 4 : Kuesioner Penelitian Peranan Penggunaan Media Film terhadap Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Tabel 5 : Hasil Observasi Guru.
Tabel 6 : Peranan Media Film.
Tabel 7 : Minat dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran.
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama yang diselengarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
Ef : Efesus
Tim : Timotius
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
C. Singkatan Lain
AECT : Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
BK : Bimbingan Konseling
CB : Carollus Borromeus
CD : Compact Disk
HCS : Hollands Chinneses School
IPA : Ilmu Pengetahuan Alam
IPS : Ilmu pengetahuan Sosial
xix KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
LCD : Liquid Crystal Display
N : Netral
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PJOK : Pendidikan Jasmani dan Kerohanian
PKN : Pendidikan Kewarganegaraan
PKT : Pendidikan Karakter Tarakanita
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SJ : Serikat Jesus
SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus Yesus)
SCP : Shared Christian Praxis
TS : Tidak Setuju
TK : Taman Kanak-Kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
selain itu juga agama menjadi pemandu untuk mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna. Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting bagi hidup seseorang,
melalui pendidikan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan
Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam dunia pendidikan guru merupakan komponen strategis yang
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan
bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor condisio sine qua non (tanpa syarat)
yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan
bangsa sejak dulu, terlebih lebih pada era kontemporer ini. (NN, Diktat Seminari:
2009: 12). Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini
tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Itulah
sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai
profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai- nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
bertugas merencanakan dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan. Selain
bimbingan, seorang guru juga haruslah mengadakan pelatihan kepada siswa – siswanya agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam mendidik,
dan sejauh mana para siswa memahami maksud dan tujuan seorang guru serta
dapat menerapkannya dalam kehidupannya.
“Media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Media Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (AECT) di Amerika membatasi media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan. Sumber pesan atau media adalah komponen-komponen proses
komunikasi pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang
ada di dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru maupun siswa dan saluran
media pendidikan dan penerima pesannya adalah guru dan siswa. Untuk menarik
minat atau gairah belajar siswa dapat dipertimbangkan bahan untuk memilih
suatu media yang sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai
tujuan yang diinginkan atau tidak.
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam
membantu proses belajar mengajar. Film mendahului radio dan televisi sebagai
menyebarluaskan ideologi. Sebagai suatu media, keunggulan-keunggulan film
yang diambil dari buku Media Pembelajaran (1986:70), Arief S. Sadiman
mengatakan bahwa :
1. Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas
maupun yang lambat akan memperoleh sesuatu dari film yang sama.
Keterampilan baca atau penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi dengan
menggunakan film.
2. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian sejarah yang lampau.
3. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari film yang bersifat
umum ke khusus atau sebaliknya.
4. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai
dengan kebutuhan dan hal-hal yang abstrak bisa menjadi semakin jelas.
5. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa.
Melihat latar belakang di atas maka penulis mengangkat judul skripsi
“Peranan Penggunaan Media Film Terhadap Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diolah lebih lanjut dalam
penulisan ini, yaitu:
2. Apa itu Pendidikan Agama Katolik?
3. Bagaimana peranan media film terhadap minat belajar siswa di SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta?
C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Menyampaikan pengertian yang benar tentang media film dalam
Pendidikan Agama Katolik.
2. Menyampaikan pengertian Pendidikan Agama Katolik secara benar.
3. Mengetahui situasi belajar anak dengan peranan pengunaan media film
dalam proses pembelajaran.
4. Mengetahui minat anak di dalam kelas dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan media film.
5. Mengetahui pengaruh hasil pembelajaran setelah atau sebelum
menggunakan media film dalam Pendidikan Agama Katolik.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini yaitu:
Bagi Sekolah :
Memberi gambaran pada pihak sekolah bahwa proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dapat menggunakan berbagai media,
khususnya media film dan dapat membantu siswa-siswi untuk semakin
Bagi Siswa :
1. Membantu siswa untuk semakin mengetahui bahwa media film sangat
memengaruhi minat belajar di dalam kelas.
2. Meningkatkan semangat dan minat belajar siswa dengan media film yang
digunakan oleh guru.
Bagi Mahasiswa :
1. Menjadi semakin mendalami dan mendapatkan wawasan serta
pengetahuan mengenai manfaat dari media film dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
2. Menambah kreativitas dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa di sekolah.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskripsi
analitis yang merupakan cara penulisan dengan landasan kajian teori yang akan
disertai dengan analitis tentang permasalahan yang sedang dibahas dalam
penulisan ini. Pada penelitian ini penulis memaparkan dan menganalisis
permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai.
Metode ini didukung dengan menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini
cenderung menggunakan analisis proses dan makna, penulis memanfaatkan
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam mencari data yang dibutuhkan
untuk penelitian, penulis melakukan observasi tentang proses pembelajaran yang
dilakukan oleh sang guru serta penulis langsung praktik dalam mengajar
Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan media film untuk memperoleh
hasil yang diinginkan dan menyebarkan kuisioner kepada para naradidik untuk
mengetahui seberapa besar peranan penggunaan media film dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Stella Duce 2
Yogyakarta. Setelah itu juga penulis memberikan kuesioner kepada peserta didik.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau peryataan yang diberikan kepada
responden.
F.Sistematika Penulisan
BAB I: Bab ini menjelaskan latar belakang masalah yang akan diteliti,
rumusan masalah, tujuan dari penulisan, manfaat dari penulisan,
metode penulisan, sistematika dan kerangka tentatif.
BAB II: Penulis menjelaskan pengertian, jenis-jenis dan fungsi media
pembelajaran serta pengertian, pengertian minat belajar, prestasi
belajar, Pendidikan Agama Katolik.
BAB III: Penulis menjelaskan situasi sekolah dan penjelasan mengenai
penelitian yang akan di laksanakan serta melakukan Penelitian untuk
memperoleh hasil data yang akan diteliti di SMP Stella Duce 2
BAB IV: Penulis memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP
Stella Duce 2 lalu memaparkan hasil penelitian dan menuliskan
Refleksi Pastoral.
BAB V: Penulis menyampaikan kesimpulan dan saran yang menyangkut minat
BAB II
MEDIA FILM, MINAT BELAJAR DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Media film adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk
mencapai tujuan pendidikan. Media film juga menuntut para peserta didik untuk
konsentrasi dan meningkatkan bagaimana keaktivan siswa di dalam kelas saat
proses pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Agama Katolik. Dalam bab II
ini penulis akan memaparkan secara lebih mendalam pengertian media film,
keaktivan belajar dan Pendidikan Agama Katolik.
A. Media Film
1. Pengertian Media
Secara harfiah kata “media” memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.
Iswarahadi (2013:35) dalam buku Media dan Pewartaan Iman menyebutkan
bahwa “komunikasi adalah suatu proses interaksi antara dua atau lebih orang
yang berlangsung secara timbal balik”. Oleh karena itu media digunakan orang
untuk menyalurkan pesan atau informasi, wadah maupun sarana yang dipakai
banyak orang. Media juga dapat dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Media juga mempunyai peran dalam mengubah hidup sosial manusia di
dalam masyarakat. Media dimengerti oleh banyak masyarakat sebagai sarana yang
hendak dicapai bagi orang yang akan menggunakan media tersebut. Media juga
bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio
visual. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.
Apa pun batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional, media itu
memiliki fungsi dan ada persamaan-persamaannya, yaitu media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima. Jadi bahan pengajaran dapat diterima dengan baik dengan pikiran,
perasaan dan minat peserta didik, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan.
a. Jenis-jenis Media:
Media Visual: media visual adalah media yang hanya bisa dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan. Jenis media ini sering digunakan guru untuk
membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Berbagai jenis media ini
sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media menurut Salahudin Anas dalam
buku Penelitian Tindakan Kelas, media jumlahnya yang sangat banyak dan
mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Namun media visual ini meliputi
media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual) dan media yang
diproyeksikan (project visual). Contoh: media foto, gambar, komik, gambar
tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya. Salahudin
Anas (2015:124). Media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang
disajikan secara fotografis, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat
atau objek yang lainnya yang berkaitan dengan bahan atau isi pelajaran yang akan
Media Audio: media audio adalah media yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan para peserta didik untuk mempelajari bahan atau materi
yang disampaikan. Program kaset suara dan radio adalah bentuk media audio.
Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik, siaran radio dan kaset suara atau
CD dan sebagainya. Penggunaan media audio di dalam kelas untuk pembelajaran
pada umumnya untuk menyampaikan materi pembelajaran tentang mendengarkan.
Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar
dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan
penglihatan secara bersamaan. Contohnya: teater, pementasan, film, dan televisi.
Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan
menyatukan semua jenis format media, maka disebut multimedia karena berbagai
format ada dalam internet dan saling terkoneksi satu sama lain. Media audio
visual ini dapat dibedakan menjadi tiga hal. Pertama, media audio visual lebih
mempunyai arti sebagai sarana. Media audio visual lebih merupakan alat
komunikasi yang bertujuan mempermudah, memperjelas dan memperlancar suatu
komunikasi dan mengarah pada alat indra dan telinga. Kedua, media audio visual
lebih merupakan ungkapan bahasa yang menuntut adanya partisipatif seseorang
yang berkomunikasi. Pada dasarnya bahasa audio visual menuntut adanya suatu
kreativitas, partisipasi, efektivitas dan kesadaran yang kritis. Ketiga, media audio
visual sebagai budaya. Hal ini merupakan pengungkapan pengalaman melalui
gambar dan suara serta tulisan yang disatukan dengan konteks hidup seseorang.
perasaan untuk menarik perasaan seseorang dalam menikmatinya. Dengan
demikian orang yang menikmatinya dapat merasakan apa apa yang disampaikan
melalui media audio visual tersebut sampai dapat menyentuh hati dan
perasaannya.
Pembelajaran di dalam kelas yang menggunakan media audio visual akan
semakin lengkap dan optimal dalam penyajian bahan ajar kepada peserta didik.
Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran
dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi,
tetapi juga penyajian materi dapat digantikan oleh media dan peran guru dapat
beralih menjadi seorang fasilitator.
b. Fungsi media pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan memengaruhi jenis media
pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan
respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Guru hendaknya dapat menggunakan
peralatan yang lebih ekonomis, efisien dan mampu dimiliki oleh sekolah serta
tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Beberapa fungsi media
1)Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif.
2)Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat pada tujuan dan bahan ajar.
3)Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai hiburan. Dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya untuk permainan atau memancing perhatian peserta didik.
4)Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran peserta didik dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
5)Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir karena dapat dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
c. Memilih Media Pendidikan
Memilih media pendidikan harus didasarkan pada kriteria pemilihan yang
obyektif. Penggunaan media pendidikan bukanlah sekedar untuk menampilkan
program pendidikan itu di dalam kelas. Penggunaannya haruslah bagian dari
kegiatan belajar-mengajar secara keseluruhan. Dalam buku Pedoman Umum
tentang Media Pendidikan yang ditulis oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1979: 11) ditegaskan bahwa dalam memilih media pendidikan ada
beberapa faktor serta kelebihan dan keterbatasan media pendidikan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1)Obyektivitas
Jika media film sesuai dengan apa yang diinginkan yaitu membuat peserta
didik menjadi aktif di dalam kelas, yang harus diperhatikan oleh seorang guru
adalah bagaimana menggunakan media film dengan sebaik-baiknya tanpa harus
menghilangkan metode belajar lainnya.
2) Materi Program
Materi program pendidikan yang dipilih harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Walaupun secara teknis suatu program itu sangat baik dan menarik, tetapi jika tidak sesuai dengan kurikulum, maka tidak banyak memberikan manfaat. Isi program media pendidikan juga harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti yang hendak disampaikan. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979:11)
Kemampuan dan kreativitas guru di sini harus digunakan, karena setiap
guru pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Proses
pembelajaran menggunakan media film sangatlah bagus, tetapi di sini guru harus
memilih apakah media yang dipakai sudah sesuai dengan materi yang akan
diberikan kepada para peserta didik. Media film bukan hanya sekedar menonton
film saja, melainkan harus ada materi yang akan dicapai oleh para peserta didik di
dalam film tersebut. Jadi, media film dan materi pembelajaran harus saling
berkesinambungan.
3)Tujuan
Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa media film berpengaruh terhadap
keaktivan belajar siswa di dalam kelas dalam proses pembelajaran PAK. Media
film selain membuat peserta didik fokus dalam proses pembelajaran, apakah
media film juga mampu membuat peserta didik lebih aktif. Selain dibantu dengan
media, peran seorang guru juga sangat berpengaruh dalam perkembangan anak di
dalam sekolah maupun kelas.
4)Sasaran Program
Dalam membeli atau memilih program media pendidikan perlu diperhatikan apakah penggunaan program tersebut sesuai dengan khalayak (audience) sasaran yang direncanakan jika ditinjau dari segi umum dan tingkat pengetahuan. Untuk mengajar SMP di kelas tujuh hendaknya dicari program yang khalayak (audience) sasarannya SMP anak kelas delapan juga. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979:11)
Memikirkan materi dan tujuan program harus dipastikan apakah program
yang akan dicapai tersebut sudah sesuai dengan sasaran atau tidak. Sebelum
melaksanakan program harus direncanakan secara matang, sehingga apa yang
telah dipersiapkan sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Sasaran program
juga harus nyata dan sesuai dengan target yang akan dipakai. Sasaran yang akan
dipakai ialah peserta didik SMP kelas Tujuh, maka materi harus disesuaikan
dengan sasaran.
5)Situasi dan Kondisi
Media yang akan digunakan harus dilihat apakah sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada di sekolah. Harus diperiksa kembali perlengkapan apa saja yang
akan dipakai. Media film sangat cocok dipakai untuk sekolah SMP Stella Duce 2
Yogyakarta, karena memiliki perlengkapan yang diperlukan. Jika kita berada di
sebuah desa dan perlengkapan yang diinginkan tidak ada, kita bisa menggunakan
media gambar, karena tetap relevan dan membantu para peserta didik dalam
proses pembelajaran. Di sinilah kreativitas dan kepekaan seorang guru sangat
diperlukan, karena guru harus melihat dan mempraktikkan apa yang telah
dipelajari dan akan dilihat oleh para peserta didik.
2. Pengertian dan jenis Film a. Pengertian Film
Film merupakan media yang ditemukan sebelum adanya radio dan televisi.
Gambar adalah salah satu media film, karena dengan gambar kita dapat
merancang ataupun menggunakannya sebagai media film. Selain gambar/foto,
diagram, sketsa pun menjadi salah satu film yang ada pertama kali. Di antara
media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum digunakan untuk
proses pembelajaran, karena paling mudah dimengerti dan dinikmati oleh peserta
didik, tetapi dalam media pendidikan gambar/foto yang cocok dengan tujuan
pembelajaran harus memiliki keaslian (autentik). Gambar haruslah secara jujur
atau sesuai kenyataan melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda yang
sebernarnya. Gambar/foto juga harus sederhana dan cukup jelas menunjukkan
(1989:29) menggunakan media gambar/foto memiliki kelebihan dan kelemahan,
antara lain:
1) Kelebihan:
a) Sifatnya konkret. Gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
b) Gambar dapat membatasi ruang dan waktu, tidak semua benda, objek dan peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar/foto dapat mengatasinya.
2) Kelemahan:
a) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata.
b) Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada
kecepatan tertentu, sehingga menjadi urutan tingkatan yang berjalan terus dan
menggambarkan pergerakan yang nampak normal. Film pada hakikatnya
merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang
mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama. Film yang
dimaksudkan di sini adalah film sebagai audio visual untuk pengajaran. Penulis
menggunakan “media film” untuk menunjukkan pada program audio visual yang ditayangkan, bukan sekedar alat yang digunakan untuk merekam. Film, video dan
audio visual memiliki arti dan kegunaan yang sama dalam pendidikan yaitu
sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan untuk membantu proses
pembelajaran yang lebih efektif selain itu menggunakan media film dalam
pendidikan pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat terutama untuk
minat dan motivasi belajar. Film sendiri merupakan media yang dipakai untuk
merekam suatu keadaan atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai untuk
memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu mengkomunikasikan suatu gagasan,
pesan atau kenyataan. Sadiman Arif S (1998: 225) dalam bukunya yang berjudul
Media Pendidikan mengungkapkan bahwa film terbukti secara signifikan lebih
baik dari media yang lain dalam hal mengingat dan mampu memengaruhi emosi
para siswa.
b. Jenis-Jenis Film
Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh para peserta didik, media pembelajaran sangat membantu para
peserta didik memiliki minat untuk mengikuti proses tersebut. Salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan yang dalam konteks pembelajaran memiliki
beberapa jenis yang variatif, berikut adalah: 1) film dokumenter (documentaries),
2) film docudrama, 3) film drama dan semidrama, 4) film action/ laga, 5) film
animasi/kartun dan 6) film kolosal. (Yudhi Munadi, 2010: 117)
1) Film dokumenter (documentaries)
Menurut Heinich yang dilansir oleh Yudhi Munadi film yang dibuat
berdasarkan fakta bukan fiksi dan memfiksikan fakta. Documentary sebagai “a creative treatment of actuality” yakni perlakuan kreatif terhadap suatu kenyataan.
Poin terpenting dalam film ini menurutnya ialah menggambarkan permasalahan
manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan
2) Film docudrama
Film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian
kisah-kisah yang ada dalam dokudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah
nyata dari kehidupan yang sebenarnya, bisa diambil dari sejarah (Yudhi Munadi,
2010:118). Contoh dari film jenis dokudrama adalah kisah teladan para rasul,
Santo-Santa dan tokoh terkenal lainnya.
3) Film drama dan semi drama
Drama dan semi drama keduanya melukiskan human relation.
Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga diambil dari nilai-nilai kehidupan
yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita (Yudhi Munadi, 2010:118). Contoh
film drama dan semidrama adalah kisah tentang penyesalan orang kafir, kisah
orang yang takut pada Allah, kisah orang yang hidup penuh dengan kesabaran,
kisah indahnya hidup damai dan lain-lainnya.
4) Film action/laga
Film jenis ini mengandung aksi-aksi yang menegangkan. Pada umumnya
ada banyak adegan perkelahian, saling kejar-mengejar atau aksi menggunakan
senjata api (Adhi Prasetyo Nugroho, 2015:3). Jenis film ini yang mengandung
banyak gerakan dinamis para aktor dan aktris dalam sebagian besar adegan film,
seperti halnya adegan baku tembak, perkelahian, kejar mengejar, ledakan, perang
5) Film animasi/kartun
Film kartun dalam sinematografi dikategorikan sebagai bagian yang
integral film yang memiliki ciri danbentuk khusus. Film secara umum merupakan
serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak. Gambar obyek
tersebut kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dan memutarnya dalam
kecepatan tertentu sehingga menghasilkan gambar hidup. Film kartun dalam
sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa
ilustrasi dimana semua gambarnya saling berkesinambungan (Adhi Prasetyo
Nugroho, 2015:3) Jenis film kartun animasi dengan berbagai alur cerita. Biasanya
genre film ini memiliki sub genre hampir sama dengan genre utama film non
animasi.
6) Film kolosal
Kolosal sendiri berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya diproduksi
dengan dana yang sangat banyak dan melibatkan banyak pemain, mulai dari
pemeran utama sapai figuran. Biasanya, film kolosal hampir selalu betema
sejarah atau zaman kuno yang menampilkan adegan peperangan besar-besaran
(Adhi Prasetyo Nugroho, 2015:2)
c) Peran Media dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan media
pembelajaran memiliki peran yang lebih baik untuk peserta didik, namun dalam
ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara
lain landasan filosofis dan psikologis.
a. Landasan Filosofis
Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media
teknologi baru di dalam kelas, proses pembelajaran kurang manusiawi atau
dengan kata lain penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Dengan adanya berbagai media pembelajaran, siswa dapat
mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan
karakteristik pribadinya.
Selain landasan filosofis, Salahudin Anas (2015:131) memiliki pandangan
lain untuk penggunaan media pembelajaran yaitu landasan psikologis:
b. Landasan Psikologis
Kajian psikologis menyatakan bahwa peserta didik akan lebih mudah
mempelajari hal yang konkret dari pada yang abstrak. Berkaitan dengan kontinum
konkret-abstrak dan berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran.
Peran media dalam pembelajaran menjadi salah satu manfaat untuk proses
pengajaran di dalam kelas. Media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang
tercapaikan tujuan yang sudah direncanakan atau yang akan dicapai oleh seorang
guru untuk para peserta didiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus
melihat sejauh mana para peserta didik mendukung tercapainya tujuan dan
diperlukan juga strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan.
berbekal kreativitas guru dapat membuat dan menyediakan sumber bahan yang
sederhana, namun mudah dan bisa dimengerti oleh peserta didik. Setiap
pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar secara optimal mungkin sangat
penting, sehingga keefektivan pembelajaran ditentukan oleh kemauan dan
kemampuan mendayagunakan sumber belajar.
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi. Materi
pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari seluruhan kurikulum,
yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979:3).
d) Keuntungan dan Keterbatasan media film dalam proses pembelajaran
a) Keuntungan media film
Kemampuan film untuk memanipulasikan waktu dan ruang sangat penting
dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa keuntungan menggunakan media
film dalam proses pembelajaran menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media
Pendidikan (2014: 50).
1) Film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif dibandingkan
dengan media lain.
2) Film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika
membaca, berdiskusi, praktik dan lain-lain. Film merupakan pengganti
alam sekitar, bahkan dapat menunjukkan objek secara normal yang tidak
3) Film memungkinkan adanya pengamatan yang baik terhadap suatu
keadaan/peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung.
4) Film berguna mengajarkan keterampilan, karena memungkinkan adanya
pengulangan, sehingga keterampilan mampu dipelajari secara
berulang-ulang.
5) Film dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar, kelompok kecil,
kelompok heterogen maupun perorangan.
6) Dengan kemampuan dan teknik pegambilan gambar frame demi frame,
film yang dalam kecepatan moral memakan waktu satu minggu dapat
ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian
mekarnya bunga, mulai dari larinya kuncup bunga hingga kuncupnya itu
mekar.
b) Keterbatasan media film
Media film memiliki banyak manfaat atau pun keuntungan, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa setiap media memiliki keterbatasan juga. Berikut
beberapa keterbatasan media film menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media
Pendidikan (2015: 50):
1) Tidak semua siswa memiliki kemampuan berfikir yang sesuai dengan
kecepatan sebuah film. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar
bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi
2) Produksi sebuah film pada umumnya mahal dan memakan waktu yang
cukup lama.
3) Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar
yang diinginkan, kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
B. Pengertian Belajar dan Minat 1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk
bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai
bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu
peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang tersebut sebenarnya belum
mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam
proses belajar. (Winkel, 2012: 222) Belajar yang efektif dapat membantu siswa
untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan
kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang
ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan
manusia. Misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang
memadai. Winkel (2012:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Prestasi belajar merupakan
hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak pada periode tertentu. Proses belajar tidak bersifat tunggal saja, namun
terdapat jenis-jenis belajar yang memiliki cirinya sendiri, biarpun semuanya
merupakan suatu proses belajar. Menurut Winkel (2015:68-69) dalam buku
Psikologi Belajar belajar memiliki jenisnya, yaitu:
a) Belajar dinamik/konatif: belajar berkehendak sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarangan menghendaki dan juga tidak menghednaki sembarang hal. Contohnya yaitu berkehendak sesuatu aktivitas psikis dan yang terarah.
b) Belajar afektif: belajar menghayati nilai dari suatu obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda atau kejadian/peristiwa. Contohnya, dalam proses pembelajaran peserta didik harus mengungkapkan perasaannya ketika mengikuti pelajaran yang sedang diikutinya secara wajar.
d) Belajar senso-motorik: belajar menghadapi dan menangani aneka obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Contohnya menggerakkan anggota-anggota badan sambil naik tangga atau berenang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “belajar” merupakan suatu
aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan
berbekas.
2. Minat Belajar
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek ataupun peserta yang
menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan
sedang mempelajari materi tersebut. Winkel dalam buku Psikologi Belajar
(2015:212) mengatakan bahwa minat momentan ialah perasaan tertarik pada suatu
topik yang sedang dibahas atau dipelajari. Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiataan. Kegiatan yang diamati
seseorang diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang. (Slameto,
2010:180) mengatakan :
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang meminta atau dilakukan dengan senang hati. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat siswa dapat dilihat dari bagaimana ia bersikap dalam menilai hal
suatu subyek akan cenderung memberikan perhatian lebih terhadap subyek
tersebut. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang mengantarkan
siswa kepada proses selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. (Slameto,
2010:18) mengatakan bahwa:
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu memengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.
Jika terdapat siswa yang menunjukkan sikap tidak suka atau kurang
berminat dalam belajar, seorang guru harus meningkatkan dan mengusahakan
agar siswa berminat untuk belajar. Banyak hal yang bisa dilakukan seorang guru
untuk mengajak siswa mempunyai minat belajar yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan dapat dihubungkan dengan cita-cita yang
diinginkan seorang siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas yang diminati
oleh siswa.
Psikologis memiliki arti sendiri terhadap minat yaitu minat menyangkut
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu minat pembawaan dan minat yang muncul
karena adanya pengaruh dari luar. Minat pembawaan muncul dengan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan. Minat
saja berubah karena danya pengaruh dari luar seperti lingkungan dan kebutuhan.
Bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan
sebaik-baiknya. Demikian pula sebaliknya, bidang studi yang tidak sesuai dengan
minatnya tidak akan mempunyai daya tarik baginya (Salahudin, 2008:78-79).
Oleh karena itu, media pembelajaran yang sesuai dan relevan akan sangat
membantu para siswa memiliki minat belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Selain minat belajar yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di dalam kelas, siswa juga memiliki alam perasaan yang terdiri dari
beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terhadap semangat belajar.
Kenyataan ini diuraikan oleh (Winkel, 2012: 207-211), bahwa:
1) Temperamen: pada setiap orang alam perasaan memiliki sifat-sifat umum
tertentu. Ada orang yang pada umumnya cenderung berperasaan sedih dan
pesimis, ada pula yang biasanya berperasaan gembira dan optimis. Hal ini
dikenal dengan istilah “stemming dasar” atau nada dasar alam perasaan, yang
lebih kurang menetap. Temperamen seseorang merangkum tiga hal, yaitu
stemming dasar, sifat-sifat perasaan seperti mudah tersentuh, intensitas
perasaan, dalamnya perasaan dan lamanya perasaan, tempo psikis yang
berirama tinggi atau lambat. Berkaitan dengan belajar di sekolah, stemming
dasar dalam alam perasaan atau suasana hati, membuat siswa lebih tertutup
atau lebih terbuka bagi perasaan yang spesifik dan ikut menentukan intensitas
dan dalamnya perasaan. Contohnya: siswa yang pada dasarnya seorang
sekolah, sebaliknya siswa yang pada dasarnya seorang pemurung, akan mudah
merasa terganggu oleh hal-hal yang kurang menyenangkan.
2) Perasaan yang dimaksud di sini adalah perasaan momentan dan intensional.
“Momentan” berarti bahwa perasaan timbul pada saat tertentu. “Intensional”
berarti bahwa reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau
situasi tertentu. Apabila situasi berubah, maka perasaan berganti juga.
Contohnya: bila guru sedang memarahi siswa dalam kelas, mereka mungkin
merasa takut, tetapi beberapa waktu kemudian perasaan itu hilang dan diganti
dengan perasaan lega, bila guru menceritakan suatu lelucon untuk
meringankan suasana yang menjadi terlalu tegang. Perasaan momentan dapat
berubah menjadi perasaan yang betahan lebih lama. Ini biasa dikenal dengan
istilah “stemming aktual” atau “mood”.
3) Sikap: orang yang bersikap tertentu cenderung menerima atau menolak suatu
obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hak yang berguna
atau berharga baginya atau tidak. Dengan demikian siswa yang memandang
belajar di sekolah pada umumnya atau bidang studi tertentu sebagai sesuatu
yang sangat bermanfaat baginya akan memiliki sikap yang positif. Sebaliknya
siswa yang memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak berguna, akan
memiliki sikap negatif. Penilaian spontan melalui perasaan, berperan sebagai
aspek afektif dalam pembentukan sikap. Hasil refleksi ini menjadi aspek
kognitif dalam pembentukan sikap dan membuat sikap semakin tertanam
3. Perencanaan Persiapan Pengajaran dan Tanggung Jawab Guru
a. Perencanaan Mengajar
Persiapan atau perencanaan adalah suatu hal yang sangat penting yang
harus dikerjakan oleh setiap guru. Dalam persiapan proses pembelajaran guru
haruslah memperhatikan semua prinsip-prinsip mengajar. Perencanaan adalah
pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Team Didaktik Metodik IKIP
(1986: 126) Surabaya mengungkapkan ada dua faedah perencanan yang penting,
yaitu :
Pertama : karena adanya perencaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.
Kedua : karena perencanaan maka seseorang akan tumbuh menjadi guru yang baik.
Pertama, karena perencanaan atau persiapan proses pembelajaran, seseorang guru
akan bisa memberikan pelajaran dengan baik. Guru dapat menghadapi situasi di
dalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Guru telah merintis jalan tertentu
yang harus ditempuh, tetapi di samping itu guru juga harus memperhitungkan
alternatif dan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa terjadi dalam
pelaksanaan proses pengajaran di dalam kelas. Kedua, karena membuat persiapan
yang baik, seseorang akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik. Seseorang
bisa menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat pengalaman dan
akibat dari hasil belajar yang terus menerus. Seorang guru hendaknya dapat
melihat dan menggunakan prinsip-prinsip umum, dengan mengadakan persiapan
yang baik maka guru itu akan tumbuh menjadi seorang guru yang ahli di dalam
Perencanaan yang baik merupakan suatu proses pertumbuhan. Lalu
bagaimanakah caranya untuk mencapai hasil belajar yang efektif, peserta didik
yang harus dijadikan pedoman dalam setiap kali membuat persiapan mengajar.
Guna mencapai tujuan tersebut, maka Team Didatik Metodik (1986: 129) melihat
aspek-aspek yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk perencanaan
mengajar, yaitu :
1)Persiapan terhadap situasi umum, yaitu sebelum mengajar guru hendaknya
memiliki pengetahuan umum yang akan dihadapi.
2)Persiapan terhadap murid-murid yang akan dihadapi, yaitu Bukan hanya
mengenal keadaan luar seperti keterangan-keterangan/catatan tentang nama
murid-murid, tetapi juga harus mengenal taraf kematangan dan taraf
pengetahuan peserta didik serta sifat-sifat khusus mereka masing-masing,
misalnya: tentang bakat, minat, sikap, watak, kemampuan serta ciri-ciri jasani
setiap peserta didik.
3)Persiapan terhadap tujuan pelajaran yang hendak dicapai, yaitu sebelum
mengajar hendaknya telah jelas di dalam perencanaan mengajar seorang guru
tentang rumusan tujuan-tujuan pelajaran atau tujuan instruksional apakah yang
hendak dicapainya bersama para peserta didik.
4)Persiapan tentang bahan pelajaran yang hendak diajarkan, yaitu guru harus
benar-benar menguasi bahan pelajaran atau pokok pelajaran yang hendak
diberikan kepada peserta didik,
5) Persiapan tentang metode-metode mengajar yang hendak dipakai yaitu
disesuaikan dengan kekhususan masing-masing mata pelajaran tertentu serta
alat-alat peraga yang tersedia dan situasi mengajar belajar itulah tugas utama bagi
seorang guru di dalam perencanaan dan persiapan mengajarnya agar bisa
berlangsung proses pengajaran yang lancar, baik dan efektif.
Dari uraian-uraian di atas jelaslah betapa pentingnya, perlunya dan
manfaatnya adanya perencanaan atau persiapan yang matang cermat dan
menyeluruh, sebelum seorang guru mengajar di dalam kelas maka persiapan
perencanaan itu sangatlah amat penting karena dengan perencanaan pengajaran
proses pembelajaran akan berjalan lancar dan efektif.
b. Peranan dan Tanggung Jawab Guru
Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah saja, tetapi bisa dimana
saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua dan sebagai pendidik bagi
para putera dan puterinya. Di dalam masyarakat sekitar, guru seringkali dipandang
sebagai orang teladan bagi orang-orang disekitarnya, baik dalam sikap dan
perbuataanya. Misalnya, cara berpakaian, berbicara dan bergaul. Pendapatnya atau
buah pikirannya seringkali menjadi ukran kebenaran bagi orang-orang
disekitarnya karena guru dianggap memiliki pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang berbagai hal.
Di sekolah, tugas dan peranan seorang guru bukanlah sebagai pemegang
kekuasaan, tukang perintah, melarang dan menghukum para peserta didik, tetapi
sebagai pembimbing dan pengabdi para peserta didik, artinya guru harus selalu
harus mengetahui bagaimana proses perkembangan jiwa para peserta didik, guru
harus membina mental mereka, membentuk moral mereka dan membangun
kepribadian yang baik, sehingga mereka kelak berguna bagi nusa dan bangsa.
Seorang guru akan merasa puas, bangga dan merasa berhasil dalam tugasnya
mendidik dan mengajar jika para peserta didik dapat berkembang dalam
bidangnya. Team Didaktik Metodik (1986: 18), mengatakan bahwa guru harus
memiliki peranan dan hubungan guru dengan muridnya, yaitu:
1) Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri teladam bagai para peserta didiknya.
2) Di dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru harus dijiwai dengan kasih sayang, adil serta menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab.
3) Guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap para peserta didiknya. 4) Guru sebaiknya/seyogyanya mencegah usaha-usaha atau
perbuataan-perbuataan yang dapat menurunkan martabatnya.
5) Guru sebaiknya/seyogyanya tidak memberi pelajaran tambahan kepada para peserta didiknya dengan memungut bayaran.
6) Setiap guru dalam pergaulan dengan para peserta didiknya tidak dibenarkan mengaitkan persoalan politik dan ideologi yang dianutnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Guru dan peserta didik pada umunya adalah perintis pembangunan
disegala bidang kehidupan dalam masyarakat. Seorang guru yang sadar akan
tugas dan tanggung jawabnya, tentulah akan bangga, merasa puas, selalu
mengadakan intropeksi, berusaha selalu ingin berkembang maju, agar bisa
menjalankan tugasnya dengan lebih baik, dengan selalu menambah pengetahuan,
memperkaya pengalaman, melalui membaca-baca buku perpustakaan dan
C. Pendidikan Agama Katolik
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan
bimbingan agama ini diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti dan
benar dalam menjalani hidupnya dan membangun peradabannya. (Bambang
Sugiharto, 1998: 41). Agama merupakan pegangan hidup manusia yang
seharusnya dilaksanakan dengan baik, dengan adanya agama manusia diharapkan
memiliki arah hidup yang membuat dirinya bermanfaat. Agama diwahyukan
untuk manusia, bukannya manusia yang menciptakan untuk kepentingan agama.
“Agama adalah jalan, bukan tujuan. Dengan bimbingan agama itulah manusia
berjalan mendekati Tuhan dan mendapatkan ridha-Nya melalui amal kebaikan
yang berdimensi vertikal (ritual keagamaan) dan horizontal (pegabdian social).
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak
mulia serta peningkatan potensi spiritual. PAK berperan membuka jalan
selebar-lebarnya agar setiap naradidik memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta
kekayaan iman komunitas (Heryatno, 2008: 20). Jadi Pendidikan Agama Katolik
lebih mengutamakan para peserta didik untuk menemukan iman yang ada di
dalam diri naradidik, bukan sekedar pengetahuan saja yang harus diterima oleh
para peserta didik. Menurut Konsili Vatikan II (1993), akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan
pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dikembangkan secara
terencana untuk mengembangkan kemampuan peserta didik khususnya dalam
penghayatan iman. Peserta didik juga diajarkan agar selalu memperhatikan dan
saling menghargai terhadap agama lain untuk meningkatkan kerukunan antar
umat beragama di dalam masyarakat.
Gereja adalah persekutuan orang beriman, komunikasi iman. Proses
komunikasi iman dibedakan dua macam: pengajaran dan perayaan. Yang satu
komunikasi dengan kata-kata, baik dalam katekese biasa maupun dalam
pengajaran resmi pimpinan Gereja, yang lain komunikasi iman dalam ibadat
bersama. Gereja wajib mengakui iman di muka orang-orang, sebab berkat iman
kita menerima pengertian tentang makna hidup yang fana. Iman menyinari segala
sesuatu dengan cahaya yang baru, dan memaparkan rencana ilahi tentang seluruh
panggilan manusia.
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam
iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok. Jemaat
lainnya membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus,
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup
Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.
Konsili Vatikan II, dalam pernyataan “Gravissimum Educationis”: Pernyataan
tentang Pendidikan Kristen (art. 8:301): mengatakan bahwa membangun hidup
beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang
memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan
situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan
keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan. Pendidikan itu tidak hanya bertujuan untuk pendewasaan pribadi
manusia, melainkan hendak mencapai tujuan, supaya mereka yang telah dibaptis
langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari
makin menyadari akan kurnia iman yang telah mereka terima, supaya mereka
dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalan kebenaran dan
kekudusan yang sejati (Ef 4:22-24). Dengan demikian mereka mencapai
kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus (lih. Ef 4:13). Demikianlah nilai-nilai kodrati akan ditampung dalam
perspektif menyeluruh manusia yang telah ditebus oleh Kristus, dan merupakan
sumbangan bagi kesejahteraan segenap masyarakat. Oleh karena itu Konsili ini
mengingatkan para gembala jiwa-jiwa akan kewajiban mereka yang amat berat
untuk mengusahakan segala sesuatu, supaya seluruh umat beriman menerima
Kerajaan Allah sebagai metapurpose pendidikan dalam iman menuntut
proses pendidikan yang membentuk dan memberdayakan seluruh dimensi hidup
naradidik sebagai mitra Yesus Kristus di dalam memperjuangkan terwujudnya
KerajaanNya di tengah-tengah komunitas sekolah mereka. Menyadari realitas itu,
ada pernyataan yang berkaitan dengan arah dasar pendidikan iman demi Kerajaan
Allah, menurut Heryatno (200