• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan penggunaan media film terhadap minat siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan penggunaan media film terhadap minat siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

NAMA: RATNA NATALIA NIM : 121124006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk yang paling istimewa, yaitu:

Bunda Maria Pendengar Doaku, Tuhan Yesus Kristus penolongku yang selalu kuterima pertolonganNya.

Kedua Orang tuaku Bapak Antonius Suwarto dan Ibu Angela Marsini untuk doa, cinta, kasih sayang, dukungan jasmani maupun rohani yang selalu aku terima.

Kakek, nenek, om, tante, kakak dan adik sepupu yang selalu memberikan doa dan semangat. Kakakku Pramesti Wardani, adikku Irene Tri Astuti Wardani terima

kasih atas dukungan dan doanya.

Teman dekat Yohannes Pandu Putra Sagala, terima kasih atas segala dukungan semangat dan doanya.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan doa dan semangat selama ini yang selalu aku terima.

(5)

v

MOTTO

“Keberhasilan Tidak Akan Pernah Diraih Tanpa Ketekunan, Keprihatinan dan Kesabaran”.

(Ratna Natalia)

“Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! sebab kamu tahu, bahwa dalam

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Februari 2017

Penulis,

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ratna Natalia

No Mahasiswa : 121124006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA, beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 27 Februari 2017

Yang menyatakan

(8)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA. Judul ini dipilih karena ingin mengetahui penggunaan media film untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Melihat perkembangan zaman banyak sekali guru menggunakan media, bukan hanya media pembelajaran tetapi sekarang manusia lebih memfokuskan pada media sosial elektronik khususnya pada anak sekolah.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana para siswa dapat meningkatkan minat belajar ketika menggunakan media film. Oleh karena itu peneliti membuat perencanaan yang memperlihatkan perbedaan secara akurat mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik ketika tidak menggunakan media film dan proses pembelajaran menggunakan media film. Tema yang diangkat yaitu mengenai keanggotaan Gereja dan film yang digunakan yaitu film mengenai peran-peran apa saja yang perlu dilakukan sebagai anggota Gereja.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik, yang dipilih oleh penulis agar hasil yang didapatkan akan natural dan tidak dibuat-buat. Penulis melaksanakan penelitian ini di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dengan 25 responden. Penulis mengajar secara langsung dengan menggunakan media film dan ditambah dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk menambahkan hasil yang lebih akurat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya manfaat media film terhadap minat belajar siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dan hasil kuesioner memperkuat penelitian ini.

(9)

ix

ABSTRACT

This thesis is entitled THE ROLE OF USING FILM AS MEDIA

TOWARDS THE STUDENT’S INTEREST IN THE PROCESS OF CATHOLIC

RELIGIOUS EDUCATION AT THE 2ND STELLA DUCE JUNIOR HIGH SCHOLL YOGYAKARTA. This title is chosen because the researcher wants to

know the role of using movie as a teaching media to increase student’s interest in

the process of Catholic Religious Education. Nowadays, teacher uses many kinds of media for teaching not only convensional media for learning but also electronic social media as well.

The main problem in this thesis how the students can increase their learning interest by watching a film. Therefore, the researcher made a camparison between teaching process without using film and teaching process by using a film as a teaching media. The theme is about the membership of the Church. The movies which were used address about the role as Church’s members.

The method of at this study is naturalistc qualitative. The researcher conducted a research at The 2nd Stella Duce Junior High School Yogyakarta with 25 respondents. The research taught the students using a movie film. The research also distributed questionaires to the respondents to get the acurate result.

The research shows that there are benefits of using film as teaching media towards the students’s interest in the process Catholic Religious Education. It can be seen from the learning process and the result of the questionaires.

The research recommendens to the headmaster of the school to increase the use of media in learning process. The research also suggests to PAK’s lecture

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai saya, sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Peranan

Penggunaan Media Film Terhadap Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir,

banyak pihak yang terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan

dan bantuan yang tidak terhingga dari:

1. Tuhan Yesus yang selalu membimbing dan menyertai setiap langkah penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, S.J., M.A. selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, memberi pengarahan

dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir

pembuatan skripsi ini.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen pembimbing II, atas

segala bimbingan, kepercayaan, kebaikan dan pengarahan dari awal penulisan

(11)

xi

4. Bapak Drs. Bambang Hendarto Y., M.Hum selaku Dosen Pembimbing

Akademik (DPA) yang selalu mengingatkan penulis untuk segara

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

6. Segenap Staf Sektretariat dan Perpustakaan Prodi PAK dan seluruh karyawan

bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

7. Sr. Fidelis Budiriastuti CB, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Stella Duce 2

Yogyakarta yang telah menerima dan memberikan tempat kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Novi selaku guru Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan dan

meluangkan waktu untuk penulis sehingga dapat melakukan penelitian dan

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Antonius Suwarto, Ibu Angela Marsini dan segenap keluarga besar atas

kasih sayang, perhatian, semangat dan doa serta dukungan yang telah

diberikan selama ini hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

10.Saudara perempuanku Pramesti Wardani dan Irene Tri Astuti Wardani yang

telah memberikan dukungan, semangat dan doa.

11.Semua teman-teman Prodi Pendidikan Agama Katolik Angkatan 2012 dan

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini

dengan tulus telah memberikan semangat dan bantuan hingga selesainya

(12)

xii

Penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Dengan rendah hati penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar

skripsi ini menjadi semakin sempurna.

Yogyakarta, 27 Februari 2017

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAK... vii viii ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... xvii xviii BAB I. PENDAHULAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penulisan... 4

E. Metode Penulisan... 5

F. Sistematika Penulisan... 6

(14)

xiv

2. Pengertian dan Jenis Film...

Jenis-jenis Film...

3. Peran Media dalam Pembelajaran...

4. Keuntungan dan Keterbatasan Media Film dalam proses pembelajaran...

B. Pengertian Belajar dan Minat...

1. Pengertian Belajar...

2. Minat Belajar...

3. Perencanaan Persiapan Pengajaran dan Tanggung Jawab Guru...

a. Perencanaan Mengajar...

b. Peranan dan Tanggung Jawab Guru...

C. Pendidikan Agama Katolik...

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik...

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik...

3. Model-model PAK...

15 17 19 21 23 23 25 29 29 31 31 33 34 36

BAB III. PENELITIAN MENGENAI PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA………..

A. Latar Belakang Sekolah...

1. Sejarah Singkat Yayasan Tarakanita...

2. Sejarah Singkat SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...

3. Visi dan Misi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...

(15)

xv

f. Community...

5. Kurikulum SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...

6. Kegiataan Belajar Siswa-Siswi...

B. Metodelogi Penelitian...

1. Latar Belakang Penelitian...

2. Rumusan Masalah...

3. Tujuan Penelitian...

4. Manfaat Penelitian...

5. Jenis Penelitian...

6. Metode Penelitian...

7. Subyek Penelitian...

8. Tempat dan Waktu Penelitian...

9. Teknik Pengumpulan Data...

Tabel 1. Instrumen Observasi Guru………

10.Kisi-kisi Instrumen...

a. Tabel 2. Kisi-kisi Penelitian...

b. Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban Variabel...

c. Tabel 4. Koesioner Penelitian...

49 50 51 52 52 54 54 55 55 56 57 57 58 58 60 60 60 61

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...

A.Hasil Penelitian Observasi Guru dan Wawancara singkat...

B. Proses Pembelajaran Menggunakan Media Film...

C.Hasil Penelitian Koesioner...

1. Peranan Media Film...

2. Minat dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik... 3. Niat dan Harapan Siswa terhadap Pembelajara PAK dan Media Film...

D.Pembahasan Hasil Penelitian...

1. Observasi terhadap Guru dan Wawancara terbatas pada Siswa ...

2. Peranan Media Film...

(16)

xvi

3. Minat dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran...

4. Niat dan Harapan siswa pada Proses Pembelajaran PAK...

E. Rangkuman dan Hasil Penelitian...

F. RefleksiPastoral...

BAB V. PENUTUP………..

A.Kesimpulan...

B. Saran...

83

85

88

90

94

94

96

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

98

100

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ...

Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian...

(1)

(2)

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Observasi... (3)

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... (4)

Lampiran 5 : Kuisioner Penelitian... (9)

Lampiran 6 : Hasil Kuisioner Peserta... (14)

Lampiran 7 : Foto Obeservasi Guru... (22)

Lampiran 8 : Foto Pelaksanaan Penelitian... (24)

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Instrumen Observasi Guru.

Tabel 2 : Kisi-kisi Penelitian.

Tabel 3 : Skor Alternatif Jawaban Variabel.

Tabel 4 : Kuesioner Penelitian Peranan Penggunaan Media Film terhadap Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

Tabel 5 : Hasil Observasi Guru.

Tabel 6 : Peranan Media Film.

Tabel 7 : Minat dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran.

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama yang diselengarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Ef : Efesus

Tim : Timotius

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissimum Educationis

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

C. Singkatan Lain

AECT : Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan

BK : Bimbingan Konseling

CB : Carollus Borromeus

CD : Compact Disk

HCS : Hollands Chinneses School

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IPS : Ilmu pengetahuan Sosial

(19)

xix KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

LCD : Liquid Crystal Display

N : Netral

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PJOK : Pendidikan Jasmani dan Kerohanian

PKN : Pendidikan Kewarganegaraan

PKT : Pendidikan Karakter Tarakanita

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SJ : Serikat Jesus

SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus Yesus)

SCP : Shared Christian Praxis

TS : Tidak Setuju

TK : Taman Kanak-Kanak

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

selain itu juga agama menjadi pemandu untuk mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna. Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting bagi hidup seseorang,

melalui pendidikan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan

Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam dunia pendidikan guru merupakan komponen strategis yang

memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan

bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor condisio sine qua non (tanpa syarat)

yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan

bangsa sejak dulu, terlebih lebih pada era kontemporer ini. (NN, Diktat Seminari:

2009: 12). Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau

pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini

tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Itulah

sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai

profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan

dan mengembangkan nilai- nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti

(21)

bertugas merencanakan dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan. Selain

bimbingan, seorang guru juga haruslah mengadakan pelatihan kepada siswa – siswanya agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam mendidik,

dan sejauh mana para siswa memahami maksud dan tujuan seorang guru serta

dapat menerapkannya dalam kehidupannya.

“Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

“medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Media Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (AECT) di Amerika membatasi media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan

pesan/informasi.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

penerima pesan. Sumber pesan atau media adalah komponen-komponen proses

komunikasi pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang

ada di dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru maupun siswa dan saluran

media pendidikan dan penerima pesannya adalah guru dan siswa. Untuk menarik

minat atau gairah belajar siswa dapat dipertimbangkan bahan untuk memilih

suatu media yang sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai

tujuan yang diinginkan atau tidak.

Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam

membantu proses belajar mengajar. Film mendahului radio dan televisi sebagai

(22)

menyebarluaskan ideologi. Sebagai suatu media, keunggulan-keunggulan film

yang diambil dari buku Media Pembelajaran (1986:70), Arief S. Sadiman

mengatakan bahwa :

1. Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas

maupun yang lambat akan memperoleh sesuatu dari film yang sama.

Keterampilan baca atau penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi dengan

menggunakan film.

2. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali

kejadian-kejadian sejarah yang lampau.

3. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari film yang bersifat

umum ke khusus atau sebaliknya.

4. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai

dengan kebutuhan dan hal-hal yang abstrak bisa menjadi semakin jelas.

5. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa.

Melihat latar belakang di atas maka penulis mengangkat judul skripsi

“Peranan Penggunaan Media Film Terhadap Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diolah lebih lanjut dalam

penulisan ini, yaitu:

(23)

2. Apa itu Pendidikan Agama Katolik?

3. Bagaimana peranan media film terhadap minat belajar siswa di SMP Stella

Duce 2 Yogyakarta?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Menyampaikan pengertian yang benar tentang media film dalam

Pendidikan Agama Katolik.

2. Menyampaikan pengertian Pendidikan Agama Katolik secara benar.

3. Mengetahui situasi belajar anak dengan peranan pengunaan media film

dalam proses pembelajaran.

4. Mengetahui minat anak di dalam kelas dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan media film.

5. Mengetahui pengaruh hasil pembelajaran setelah atau sebelum

menggunakan media film dalam Pendidikan Agama Katolik.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini yaitu:

Bagi Sekolah :

 Memberi gambaran pada pihak sekolah bahwa proses pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik dapat menggunakan berbagai media,

khususnya media film dan dapat membantu siswa-siswi untuk semakin

(24)

Bagi Siswa :

1. Membantu siswa untuk semakin mengetahui bahwa media film sangat

memengaruhi minat belajar di dalam kelas.

2. Meningkatkan semangat dan minat belajar siswa dengan media film yang

digunakan oleh guru.

Bagi Mahasiswa :

1. Menjadi semakin mendalami dan mendapatkan wawasan serta

pengetahuan mengenai manfaat dari media film dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.

2. Menambah kreativitas dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa di sekolah.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskripsi

analitis yang merupakan cara penulisan dengan landasan kajian teori yang akan

disertai dengan analitis tentang permasalahan yang sedang dibahas dalam

penulisan ini. Pada penelitian ini penulis memaparkan dan menganalisis

permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai.

Metode ini didukung dengan menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini

cenderung menggunakan analisis proses dan makna, penulis memanfaatkan

(25)

penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam mencari data yang dibutuhkan

untuk penelitian, penulis melakukan observasi tentang proses pembelajaran yang

dilakukan oleh sang guru serta penulis langsung praktik dalam mengajar

Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan media film untuk memperoleh

hasil yang diinginkan dan menyebarkan kuisioner kepada para naradidik untuk

mengetahui seberapa besar peranan penggunaan media film dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Stella Duce 2

Yogyakarta. Setelah itu juga penulis memberikan kuesioner kepada peserta didik.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau peryataan yang diberikan kepada

responden.

F.Sistematika Penulisan

BAB I: Bab ini menjelaskan latar belakang masalah yang akan diteliti,

rumusan masalah, tujuan dari penulisan, manfaat dari penulisan,

metode penulisan, sistematika dan kerangka tentatif.

BAB II: Penulis menjelaskan pengertian, jenis-jenis dan fungsi media

pembelajaran serta pengertian, pengertian minat belajar, prestasi

belajar, Pendidikan Agama Katolik.

BAB III: Penulis menjelaskan situasi sekolah dan penjelasan mengenai

penelitian yang akan di laksanakan serta melakukan Penelitian untuk

memperoleh hasil data yang akan diteliti di SMP Stella Duce 2

(26)

BAB IV: Penulis memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP

Stella Duce 2 lalu memaparkan hasil penelitian dan menuliskan

Refleksi Pastoral.

BAB V: Penulis menyampaikan kesimpulan dan saran yang menyangkut minat

(27)

BAB II

MEDIA FILM, MINAT BELAJAR DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Media film adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk

mencapai tujuan pendidikan. Media film juga menuntut para peserta didik untuk

konsentrasi dan meningkatkan bagaimana keaktivan siswa di dalam kelas saat

proses pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Agama Katolik. Dalam bab II

ini penulis akan memaparkan secara lebih mendalam pengertian media film,

keaktivan belajar dan Pendidikan Agama Katolik.

A. Media Film

1. Pengertian Media

Secara harfiah kata “media” memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.

Iswarahadi (2013:35) dalam buku Media dan Pewartaan Iman menyebutkan

bahwa komunikasi adalah suatu proses interaksi antara dua atau lebih orang

yang berlangsung secara timbal balik”. Oleh karena itu media digunakan orang

untuk menyalurkan pesan atau informasi, wadah maupun sarana yang dipakai

banyak orang. Media juga dapat dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta

instrumen yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

Media juga mempunyai peran dalam mengubah hidup sosial manusia di

dalam masyarakat. Media dimengerti oleh banyak masyarakat sebagai sarana yang

hendak dicapai bagi orang yang akan menggunakan media tersebut. Media juga

(28)

bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio

visual. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.

Apa pun batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional, media itu

memiliki fungsi dan ada persamaan-persamaannya, yaitu media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima. Jadi bahan pengajaran dapat diterima dengan baik dengan pikiran,

perasaan dan minat peserta didik, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan

baik dan sesuai dengan tujuan.

a. Jenis-jenis Media:

Media Visual: media visual adalah media yang hanya bisa dilihat dengan

menggunakan indra penglihatan. Jenis media ini sering digunakan guru untuk

membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Berbagai jenis media ini

sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media menurut Salahudin Anas dalam

buku Penelitian Tindakan Kelas, media jumlahnya yang sangat banyak dan

mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Namun media visual ini meliputi

media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual) dan media yang

diproyeksikan (project visual). Contoh: media foto, gambar, komik, gambar

tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya. Salahudin

Anas (2015:124). Media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang

disajikan secara fotografis, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat

atau objek yang lainnya yang berkaitan dengan bahan atau isi pelajaran yang akan

(29)

Media Audio: media audio adalah media yang mengandung pesan dalam

bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemampuan para peserta didik untuk mempelajari bahan atau materi

yang disampaikan. Program kaset suara dan radio adalah bentuk media audio.

Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik, siaran radio dan kaset suara atau

CD dan sebagainya. Penggunaan media audio di dalam kelas untuk pembelajaran

pada umumnya untuk menyampaikan materi pembelajaran tentang mendengarkan.

Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar

dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan

penglihatan secara bersamaan. Contohnya: teater, pementasan, film, dan televisi.

Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan

menyatukan semua jenis format media, maka disebut multimedia karena berbagai

format ada dalam internet dan saling terkoneksi satu sama lain. Media audio

visual ini dapat dibedakan menjadi tiga hal. Pertama, media audio visual lebih

mempunyai arti sebagai sarana. Media audio visual lebih merupakan alat

komunikasi yang bertujuan mempermudah, memperjelas dan memperlancar suatu

komunikasi dan mengarah pada alat indra dan telinga. Kedua, media audio visual

lebih merupakan ungkapan bahasa yang menuntut adanya partisipatif seseorang

yang berkomunikasi. Pada dasarnya bahasa audio visual menuntut adanya suatu

kreativitas, partisipasi, efektivitas dan kesadaran yang kritis. Ketiga, media audio

visual sebagai budaya. Hal ini merupakan pengungkapan pengalaman melalui

gambar dan suara serta tulisan yang disatukan dengan konteks hidup seseorang.

(30)

perasaan untuk menarik perasaan seseorang dalam menikmatinya. Dengan

demikian orang yang menikmatinya dapat merasakan apa apa yang disampaikan

melalui media audio visual tersebut sampai dapat menyentuh hati dan

perasaannya.

Pembelajaran di dalam kelas yang menggunakan media audio visual akan

semakin lengkap dan optimal dalam penyajian bahan ajar kepada peserta didik.

Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran

dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi,

tetapi juga penyajian materi dapat digantikan oleh media dan peran guru dapat

beralih menjadi seorang fasilitator.

b. Fungsi media pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar dua unsur yang amat penting adalah

metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan memengaruhi jenis media

pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus

diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan

respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks

pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Guru hendaknya dapat menggunakan

peralatan yang lebih ekonomis, efisien dan mampu dimiliki oleh sekolah serta

tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan

tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Beberapa fungsi media

(31)

1)Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif.

2)Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat pada tujuan dan bahan ajar.

3)Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai hiburan. Dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya untuk permainan atau memancing perhatian peserta didik.

4)Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran peserta didik dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.

5)Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir karena dapat dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

c. Memilih Media Pendidikan

Memilih media pendidikan harus didasarkan pada kriteria pemilihan yang

obyektif. Penggunaan media pendidikan bukanlah sekedar untuk menampilkan

program pendidikan itu di dalam kelas. Penggunaannya haruslah bagian dari

kegiatan belajar-mengajar secara keseluruhan. Dalam buku Pedoman Umum

tentang Media Pendidikan yang ditulis oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (1979: 11) ditegaskan bahwa dalam memilih media pendidikan ada

beberapa faktor serta kelebihan dan keterbatasan media pendidikan yang perlu

diperhatikan, yaitu:

1)Obyektivitas

(32)

Jika media film sesuai dengan apa yang diinginkan yaitu membuat peserta

didik menjadi aktif di dalam kelas, yang harus diperhatikan oleh seorang guru

adalah bagaimana menggunakan media film dengan sebaik-baiknya tanpa harus

menghilangkan metode belajar lainnya.

2) Materi Program

Materi program pendidikan yang dipilih harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Walaupun secara teknis suatu program itu sangat baik dan menarik, tetapi jika tidak sesuai dengan kurikulum, maka tidak banyak memberikan manfaat. Isi program media pendidikan juga harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti yang hendak disampaikan. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979:11)

Kemampuan dan kreativitas guru di sini harus digunakan, karena setiap

guru pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Proses

pembelajaran menggunakan media film sangatlah bagus, tetapi di sini guru harus

memilih apakah media yang dipakai sudah sesuai dengan materi yang akan

diberikan kepada para peserta didik. Media film bukan hanya sekedar menonton

film saja, melainkan harus ada materi yang akan dicapai oleh para peserta didik di

dalam film tersebut. Jadi, media film dan materi pembelajaran harus saling

berkesinambungan.

3)Tujuan

(33)

Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa media film berpengaruh terhadap

keaktivan belajar siswa di dalam kelas dalam proses pembelajaran PAK. Media

film selain membuat peserta didik fokus dalam proses pembelajaran, apakah

media film juga mampu membuat peserta didik lebih aktif. Selain dibantu dengan

media, peran seorang guru juga sangat berpengaruh dalam perkembangan anak di

dalam sekolah maupun kelas.

4)Sasaran Program

Dalam membeli atau memilih program media pendidikan perlu diperhatikan apakah penggunaan program tersebut sesuai dengan khalayak (audience) sasaran yang direncanakan jika ditinjau dari segi umum dan tingkat pengetahuan. Untuk mengajar SMP di kelas tujuh hendaknya dicari program yang khalayak (audience) sasarannya SMP anak kelas delapan juga. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979:11)

Memikirkan materi dan tujuan program harus dipastikan apakah program

yang akan dicapai tersebut sudah sesuai dengan sasaran atau tidak. Sebelum

melaksanakan program harus direncanakan secara matang, sehingga apa yang

telah dipersiapkan sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Sasaran program

juga harus nyata dan sesuai dengan target yang akan dipakai. Sasaran yang akan

dipakai ialah peserta didik SMP kelas Tujuh, maka materi harus disesuaikan

dengan sasaran.

5)Situasi dan Kondisi

(34)

Media yang akan digunakan harus dilihat apakah sesuai dengan situasi dan

kondisi yang ada di sekolah. Harus diperiksa kembali perlengkapan apa saja yang

akan dipakai. Media film sangat cocok dipakai untuk sekolah SMP Stella Duce 2

Yogyakarta, karena memiliki perlengkapan yang diperlukan. Jika kita berada di

sebuah desa dan perlengkapan yang diinginkan tidak ada, kita bisa menggunakan

media gambar, karena tetap relevan dan membantu para peserta didik dalam

proses pembelajaran. Di sinilah kreativitas dan kepekaan seorang guru sangat

diperlukan, karena guru harus melihat dan mempraktikkan apa yang telah

dipelajari dan akan dilihat oleh para peserta didik.

2. Pengertian dan jenis Film a. Pengertian Film

Film merupakan media yang ditemukan sebelum adanya radio dan televisi.

Gambar adalah salah satu media film, karena dengan gambar kita dapat

merancang ataupun menggunakannya sebagai media film. Selain gambar/foto,

diagram, sketsa pun menjadi salah satu film yang ada pertama kali. Di antara

media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum digunakan untuk

proses pembelajaran, karena paling mudah dimengerti dan dinikmati oleh peserta

didik, tetapi dalam media pendidikan gambar/foto yang cocok dengan tujuan

pembelajaran harus memiliki keaslian (autentik). Gambar haruslah secara jujur

atau sesuai kenyataan melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda yang

sebernarnya. Gambar/foto juga harus sederhana dan cukup jelas menunjukkan

(35)

(1989:29) menggunakan media gambar/foto memiliki kelebihan dan kelemahan,

antara lain:

1) Kelebihan:

a) Sifatnya konkret. Gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b) Gambar dapat membatasi ruang dan waktu, tidak semua benda, objek dan peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar/foto dapat mengatasinya.

2) Kelemahan:

a) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata.

b) Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada

kecepatan tertentu, sehingga menjadi urutan tingkatan yang berjalan terus dan

menggambarkan pergerakan yang nampak normal. Film pada hakikatnya

merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang

mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama. Film yang

dimaksudkan di sini adalah film sebagai audio visual untuk pengajaran. Penulis

menggunakan “media film” untuk menunjukkan pada program audio visual yang ditayangkan, bukan sekedar alat yang digunakan untuk merekam. Film, video dan

audio visual memiliki arti dan kegunaan yang sama dalam pendidikan yaitu

sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan untuk membantu proses

pembelajaran yang lebih efektif selain itu menggunakan media film dalam

pendidikan pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat terutama untuk

(36)

minat dan motivasi belajar. Film sendiri merupakan media yang dipakai untuk

merekam suatu keadaan atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai untuk

memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu mengkomunikasikan suatu gagasan,

pesan atau kenyataan. Sadiman Arif S (1998: 225) dalam bukunya yang berjudul

Media Pendidikan mengungkapkan bahwa film terbukti secara signifikan lebih

baik dari media yang lain dalam hal mengingat dan mampu memengaruhi emosi

para siswa.

b. Jenis-Jenis Film

Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh para peserta didik, media pembelajaran sangat membantu para

peserta didik memiliki minat untuk mengikuti proses tersebut. Salah satu media

pembelajaran yang dapat digunakan yang dalam konteks pembelajaran memiliki

beberapa jenis yang variatif, berikut adalah: 1) film dokumenter (documentaries),

2) film docudrama, 3) film drama dan semidrama, 4) film action/ laga, 5) film

animasi/kartun dan 6) film kolosal. (Yudhi Munadi, 2010: 117)

1) Film dokumenter (documentaries)

Menurut Heinich yang dilansir oleh Yudhi Munadi film yang dibuat

berdasarkan fakta bukan fiksi dan memfiksikan fakta. Documentary sebagai “a creative treatment of actuality” yakni perlakuan kreatif terhadap suatu kenyataan.

Poin terpenting dalam film ini menurutnya ialah menggambarkan permasalahan

manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan

(37)

2) Film docudrama

Film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian

kisah-kisah yang ada dalam dokudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah

nyata dari kehidupan yang sebenarnya, bisa diambil dari sejarah (Yudhi Munadi,

2010:118). Contoh dari film jenis dokudrama adalah kisah teladan para rasul,

Santo-Santa dan tokoh terkenal lainnya.

3) Film drama dan semi drama

Drama dan semi drama keduanya melukiskan human relation.

Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga diambil dari nilai-nilai kehidupan

yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita (Yudhi Munadi, 2010:118). Contoh

film drama dan semidrama adalah kisah tentang penyesalan orang kafir, kisah

orang yang takut pada Allah, kisah orang yang hidup penuh dengan kesabaran,

kisah indahnya hidup damai dan lain-lainnya.

4) Film action/laga

Film jenis ini mengandung aksi-aksi yang menegangkan. Pada umumnya

ada banyak adegan perkelahian, saling kejar-mengejar atau aksi menggunakan

senjata api (Adhi Prasetyo Nugroho, 2015:3). Jenis film ini yang mengandung

banyak gerakan dinamis para aktor dan aktris dalam sebagian besar adegan film,

seperti halnya adegan baku tembak, perkelahian, kejar mengejar, ledakan, perang

(38)

5) Film animasi/kartun

Film kartun dalam sinematografi dikategorikan sebagai bagian yang

integral film yang memiliki ciri danbentuk khusus. Film secara umum merupakan

serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak. Gambar obyek

tersebut kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dan memutarnya dalam

kecepatan tertentu sehingga menghasilkan gambar hidup. Film kartun dalam

sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa

ilustrasi dimana semua gambarnya saling berkesinambungan (Adhi Prasetyo

Nugroho, 2015:3) Jenis film kartun animasi dengan berbagai alur cerita. Biasanya

genre film ini memiliki sub genre hampir sama dengan genre utama film non

animasi.

6) Film kolosal

Kolosal sendiri berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya diproduksi

dengan dana yang sangat banyak dan melibatkan banyak pemain, mulai dari

pemeran utama sapai figuran. Biasanya, film kolosal hampir selalu betema

sejarah atau zaman kuno yang menampilkan adegan peperangan besar-besaran

(Adhi Prasetyo Nugroho, 2015:2)

c) Peran Media dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan media

pembelajaran memiliki peran yang lebih baik untuk peserta didik, namun dalam

(39)

ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara

lain landasan filosofis dan psikologis.

a. Landasan Filosofis

Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media

teknologi baru di dalam kelas, proses pembelajaran kurang manusiawi atau

dengan kata lain penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi

dehumanisasi. Dengan adanya berbagai media pembelajaran, siswa dapat

mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan

karakteristik pribadinya.

Selain landasan filosofis, Salahudin Anas (2015:131) memiliki pandangan

lain untuk penggunaan media pembelajaran yaitu landasan psikologis:

b. Landasan Psikologis

Kajian psikologis menyatakan bahwa peserta didik akan lebih mudah

mempelajari hal yang konkret dari pada yang abstrak. Berkaitan dengan kontinum

konkret-abstrak dan berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran.

Peran media dalam pembelajaran menjadi salah satu manfaat untuk proses

pengajaran di dalam kelas. Media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang

tercapaikan tujuan yang sudah direncanakan atau yang akan dicapai oleh seorang

guru untuk para peserta didiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus

melihat sejauh mana para peserta didik mendukung tercapainya tujuan dan

diperlukan juga strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan.

(40)

berbekal kreativitas guru dapat membuat dan menyediakan sumber bahan yang

sederhana, namun mudah dan bisa dimengerti oleh peserta didik. Setiap

pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar secara optimal mungkin sangat

penting, sehingga keefektivan pembelajaran ditentukan oleh kemauan dan

kemampuan mendayagunakan sumber belajar.

Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi. Materi

pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari seluruhan kurikulum,

yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979:3).

d) Keuntungan dan Keterbatasan media film dalam proses pembelajaran

a) Keuntungan media film

Kemampuan film untuk memanipulasikan waktu dan ruang sangat penting

dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa keuntungan menggunakan media

film dalam proses pembelajaran menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media

Pendidikan (2014: 50).

1) Film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif dibandingkan

dengan media lain.

2) Film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika

membaca, berdiskusi, praktik dan lain-lain. Film merupakan pengganti

alam sekitar, bahkan dapat menunjukkan objek secara normal yang tidak

(41)

3) Film memungkinkan adanya pengamatan yang baik terhadap suatu

keadaan/peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung.

4) Film berguna mengajarkan keterampilan, karena memungkinkan adanya

pengulangan, sehingga keterampilan mampu dipelajari secara

berulang-ulang.

5) Film dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar, kelompok kecil,

kelompok heterogen maupun perorangan.

6) Dengan kemampuan dan teknik pegambilan gambar frame demi frame,

film yang dalam kecepatan moral memakan waktu satu minggu dapat

ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian

mekarnya bunga, mulai dari larinya kuncup bunga hingga kuncupnya itu

mekar.

b) Keterbatasan media film

Media film memiliki banyak manfaat atau pun keuntungan, namun tidak

dapat dipungkiri bahwa setiap media memiliki keterbatasan juga. Berikut

beberapa keterbatasan media film menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media

Pendidikan (2015: 50):

1) Tidak semua siswa memiliki kemampuan berfikir yang sesuai dengan

kecepatan sebuah film. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar

bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi

(42)

2) Produksi sebuah film pada umumnya mahal dan memakan waktu yang

cukup lama.

3) Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar

yang diinginkan, kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi

khusus untuk kebutuhan sendiri.

B. Pengertian Belajar dan Minat 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk

bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai

bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu

peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang tersebut sebenarnya belum

mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam

proses belajar. (Winkel, 2012: 222) Belajar yang efektif dapat membantu siswa

untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan

instruksional. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan

kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang

ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan

(43)

manusia. Misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang

memadai. Winkel (2012:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan

bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Prestasi belajar merupakan

hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil

pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak pada periode tertentu. Proses belajar tidak bersifat tunggal saja, namun

terdapat jenis-jenis belajar yang memiliki cirinya sendiri, biarpun semuanya

merupakan suatu proses belajar. Menurut Winkel (2015:68-69) dalam buku

Psikologi Belajar belajar memiliki jenisnya, yaitu:

a) Belajar dinamik/konatif: belajar berkehendak sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarangan menghendaki dan juga tidak menghednaki sembarang hal. Contohnya yaitu berkehendak sesuatu aktivitas psikis dan yang terarah.

b) Belajar afektif: belajar menghayati nilai dari suatu obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda atau kejadian/peristiwa. Contohnya, dalam proses pembelajaran peserta didik harus mengungkapkan perasaannya ketika mengikuti pelajaran yang sedang diikutinya secara wajar.

(44)

d) Belajar senso-motorik: belajar menghadapi dan menangani aneka obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Contohnya menggerakkan anggota-anggota badan sambil naik tangga atau berenang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “belajar” merupakan suatu

aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan

berbekas.

2. Minat Belajar

Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek ataupun peserta yang

menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan

sedang mempelajari materi tersebut. Winkel dalam buku Psikologi Belajar

(2015:212) mengatakan bahwa minat momentan ialah perasaan tertarik pada suatu

topik yang sedang dibahas atau dipelajari. Minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiataan. Kegiatan yang diamati

seseorang diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang. (Slameto,

2010:180) mengatakan :

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang meminta atau dilakukan dengan senang hati. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Minat siswa dapat dilihat dari bagaimana ia bersikap dalam menilai hal

(45)

suatu subyek akan cenderung memberikan perhatian lebih terhadap subyek

tersebut. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang mengantarkan

siswa kepada proses selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak

merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum

menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. (Slameto,

2010:18) mengatakan bahwa:

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu memengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.

Jika terdapat siswa yang menunjukkan sikap tidak suka atau kurang

berminat dalam belajar, seorang guru harus meningkatkan dan mengusahakan

agar siswa berminat untuk belajar. Banyak hal yang bisa dilakukan seorang guru

untuk mengajak siswa mempunyai minat belajar yang lebih besar dengan cara

menjelaskan hal-hal yang menarik dan dapat dihubungkan dengan cita-cita yang

diinginkan seorang siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas yang diminati

oleh siswa.

Psikologis memiliki arti sendiri terhadap minat yaitu minat menyangkut

dua hal yang perlu diperhatikan yaitu minat pembawaan dan minat yang muncul

karena adanya pengaruh dari luar. Minat pembawaan muncul dengan tidak

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan. Minat

(46)

saja berubah karena danya pengaruh dari luar seperti lingkungan dan kebutuhan.

Bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan

sebaik-baiknya. Demikian pula sebaliknya, bidang studi yang tidak sesuai dengan

minatnya tidak akan mempunyai daya tarik baginya (Salahudin, 2008:78-79).

Oleh karena itu, media pembelajaran yang sesuai dan relevan akan sangat

membantu para siswa memiliki minat belajar dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Selain minat belajar yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran di dalam kelas, siswa juga memiliki alam perasaan yang terdiri dari

beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terhadap semangat belajar.

Kenyataan ini diuraikan oleh (Winkel, 2012: 207-211), bahwa:

1) Temperamen: pada setiap orang alam perasaan memiliki sifat-sifat umum

tertentu. Ada orang yang pada umumnya cenderung berperasaan sedih dan

pesimis, ada pula yang biasanya berperasaan gembira dan optimis. Hal ini

dikenal dengan istilah “stemming dasar” atau nada dasar alam perasaan, yang

lebih kurang menetap. Temperamen seseorang merangkum tiga hal, yaitu

stemming dasar, sifat-sifat perasaan seperti mudah tersentuh, intensitas

perasaan, dalamnya perasaan dan lamanya perasaan, tempo psikis yang

berirama tinggi atau lambat. Berkaitan dengan belajar di sekolah, stemming

dasar dalam alam perasaan atau suasana hati, membuat siswa lebih tertutup

atau lebih terbuka bagi perasaan yang spesifik dan ikut menentukan intensitas

dan dalamnya perasaan. Contohnya: siswa yang pada dasarnya seorang

(47)

sekolah, sebaliknya siswa yang pada dasarnya seorang pemurung, akan mudah

merasa terganggu oleh hal-hal yang kurang menyenangkan.

2) Perasaan yang dimaksud di sini adalah perasaan momentan dan intensional.

“Momentan” berarti bahwa perasaan timbul pada saat tertentu. “Intensional”

berarti bahwa reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau

situasi tertentu. Apabila situasi berubah, maka perasaan berganti juga.

Contohnya: bila guru sedang memarahi siswa dalam kelas, mereka mungkin

merasa takut, tetapi beberapa waktu kemudian perasaan itu hilang dan diganti

dengan perasaan lega, bila guru menceritakan suatu lelucon untuk

meringankan suasana yang menjadi terlalu tegang. Perasaan momentan dapat

berubah menjadi perasaan yang betahan lebih lama. Ini biasa dikenal dengan

istilah “stemming aktual” atau “mood”.

3) Sikap: orang yang bersikap tertentu cenderung menerima atau menolak suatu

obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hak yang berguna

atau berharga baginya atau tidak. Dengan demikian siswa yang memandang

belajar di sekolah pada umumnya atau bidang studi tertentu sebagai sesuatu

yang sangat bermanfaat baginya akan memiliki sikap yang positif. Sebaliknya

siswa yang memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak berguna, akan

memiliki sikap negatif. Penilaian spontan melalui perasaan, berperan sebagai

aspek afektif dalam pembentukan sikap. Hasil refleksi ini menjadi aspek

kognitif dalam pembentukan sikap dan membuat sikap semakin tertanam

(48)

3. Perencanaan Persiapan Pengajaran dan Tanggung Jawab Guru

a. Perencanaan Mengajar

Persiapan atau perencanaan adalah suatu hal yang sangat penting yang

harus dikerjakan oleh setiap guru. Dalam persiapan proses pembelajaran guru

haruslah memperhatikan semua prinsip-prinsip mengajar. Perencanaan adalah

pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Team Didaktik Metodik IKIP

(1986: 126) Surabaya mengungkapkan ada dua faedah perencanan yang penting,

yaitu :

Pertama : karena adanya perencaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.

Kedua : karena perencanaan maka seseorang akan tumbuh menjadi guru yang baik.

Pertama, karena perencanaan atau persiapan proses pembelajaran, seseorang guru

akan bisa memberikan pelajaran dengan baik. Guru dapat menghadapi situasi di

dalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Guru telah merintis jalan tertentu

yang harus ditempuh, tetapi di samping itu guru juga harus memperhitungkan

alternatif dan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa terjadi dalam

pelaksanaan proses pengajaran di dalam kelas. Kedua, karena membuat persiapan

yang baik, seseorang akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik. Seseorang

bisa menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat pengalaman dan

akibat dari hasil belajar yang terus menerus. Seorang guru hendaknya dapat

melihat dan menggunakan prinsip-prinsip umum, dengan mengadakan persiapan

yang baik maka guru itu akan tumbuh menjadi seorang guru yang ahli di dalam

(49)

Perencanaan yang baik merupakan suatu proses pertumbuhan. Lalu

bagaimanakah caranya untuk mencapai hasil belajar yang efektif, peserta didik

yang harus dijadikan pedoman dalam setiap kali membuat persiapan mengajar.

Guna mencapai tujuan tersebut, maka Team Didatik Metodik (1986: 129) melihat

aspek-aspek yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk perencanaan

mengajar, yaitu :

1)Persiapan terhadap situasi umum, yaitu sebelum mengajar guru hendaknya

memiliki pengetahuan umum yang akan dihadapi.

2)Persiapan terhadap murid-murid yang akan dihadapi, yaitu Bukan hanya

mengenal keadaan luar seperti keterangan-keterangan/catatan tentang nama

murid-murid, tetapi juga harus mengenal taraf kematangan dan taraf

pengetahuan peserta didik serta sifat-sifat khusus mereka masing-masing,

misalnya: tentang bakat, minat, sikap, watak, kemampuan serta ciri-ciri jasani

setiap peserta didik.

3)Persiapan terhadap tujuan pelajaran yang hendak dicapai, yaitu sebelum

mengajar hendaknya telah jelas di dalam perencanaan mengajar seorang guru

tentang rumusan tujuan-tujuan pelajaran atau tujuan instruksional apakah yang

hendak dicapainya bersama para peserta didik.

4)Persiapan tentang bahan pelajaran yang hendak diajarkan, yaitu guru harus

benar-benar menguasi bahan pelajaran atau pokok pelajaran yang hendak

diberikan kepada peserta didik,

5) Persiapan tentang metode-metode mengajar yang hendak dipakai yaitu

(50)

disesuaikan dengan kekhususan masing-masing mata pelajaran tertentu serta

alat-alat peraga yang tersedia dan situasi mengajar belajar itulah tugas utama bagi

seorang guru di dalam perencanaan dan persiapan mengajarnya agar bisa

berlangsung proses pengajaran yang lancar, baik dan efektif.

Dari uraian-uraian di atas jelaslah betapa pentingnya, perlunya dan

manfaatnya adanya perencanaan atau persiapan yang matang cermat dan

menyeluruh, sebelum seorang guru mengajar di dalam kelas maka persiapan

perencanaan itu sangatlah amat penting karena dengan perencanaan pengajaran

proses pembelajaran akan berjalan lancar dan efektif.

b. Peranan dan Tanggung Jawab Guru

Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah saja, tetapi bisa dimana

saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua dan sebagai pendidik bagi

para putera dan puterinya. Di dalam masyarakat sekitar, guru seringkali dipandang

sebagai orang teladan bagi orang-orang disekitarnya, baik dalam sikap dan

perbuataanya. Misalnya, cara berpakaian, berbicara dan bergaul. Pendapatnya atau

buah pikirannya seringkali menjadi ukran kebenaran bagi orang-orang

disekitarnya karena guru dianggap memiliki pengetahuan yang luas dan

mendalam tentang berbagai hal.

Di sekolah, tugas dan peranan seorang guru bukanlah sebagai pemegang

kekuasaan, tukang perintah, melarang dan menghukum para peserta didik, tetapi

sebagai pembimbing dan pengabdi para peserta didik, artinya guru harus selalu

(51)

harus mengetahui bagaimana proses perkembangan jiwa para peserta didik, guru

harus membina mental mereka, membentuk moral mereka dan membangun

kepribadian yang baik, sehingga mereka kelak berguna bagi nusa dan bangsa.

Seorang guru akan merasa puas, bangga dan merasa berhasil dalam tugasnya

mendidik dan mengajar jika para peserta didik dapat berkembang dalam

bidangnya. Team Didaktik Metodik (1986: 18), mengatakan bahwa guru harus

memiliki peranan dan hubungan guru dengan muridnya, yaitu:

1) Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri teladam bagai para peserta didiknya.

2) Di dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru harus dijiwai dengan kasih sayang, adil serta menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab.

3) Guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap para peserta didiknya. 4) Guru sebaiknya/seyogyanya mencegah usaha-usaha atau

perbuataan-perbuataan yang dapat menurunkan martabatnya.

5) Guru sebaiknya/seyogyanya tidak memberi pelajaran tambahan kepada para peserta didiknya dengan memungut bayaran.

6) Setiap guru dalam pergaulan dengan para peserta didiknya tidak dibenarkan mengaitkan persoalan politik dan ideologi yang dianutnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Guru dan peserta didik pada umunya adalah perintis pembangunan

disegala bidang kehidupan dalam masyarakat. Seorang guru yang sadar akan

tugas dan tanggung jawabnya, tentulah akan bangga, merasa puas, selalu

mengadakan intropeksi, berusaha selalu ingin berkembang maju, agar bisa

menjalankan tugasnya dengan lebih baik, dengan selalu menambah pengetahuan,

memperkaya pengalaman, melalui membaca-baca buku perpustakaan dan

(52)

C. Pendidikan Agama Katolik

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan

bimbingan agama ini diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti dan

benar dalam menjalani hidupnya dan membangun peradabannya. (Bambang

Sugiharto, 1998: 41). Agama merupakan pegangan hidup manusia yang

seharusnya dilaksanakan dengan baik, dengan adanya agama manusia diharapkan

memiliki arah hidup yang membuat dirinya bermanfaat. Agama diwahyukan

untuk manusia, bukannya manusia yang menciptakan untuk kepentingan agama.

“Agama adalah jalan, bukan tujuan. Dengan bimbingan agama itulah manusia

berjalan mendekati Tuhan dan mendapatkan ridha-Nya melalui amal kebaikan

yang berdimensi vertikal (ritual keagamaan) dan horizontal (pegabdian social).

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak

mulia serta peningkatan potensi spiritual. PAK berperan membuka jalan

selebar-lebarnya agar setiap naradidik memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta

kekayaan iman komunitas (Heryatno, 2008: 20). Jadi Pendidikan Agama Katolik

lebih mengutamakan para peserta didik untuk menemukan iman yang ada di

dalam diri naradidik, bukan sekedar pengetahuan saja yang harus diterima oleh

para peserta didik. Menurut Konsili Vatikan II (1993), akhlak mulia mencakup

etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman

(53)

kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan

pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dikembangkan secara

terencana untuk mengembangkan kemampuan peserta didik khususnya dalam

penghayatan iman. Peserta didik juga diajarkan agar selalu memperhatikan dan

saling menghargai terhadap agama lain untuk meningkatkan kerukunan antar

umat beragama di dalam masyarakat.

Gereja adalah persekutuan orang beriman, komunikasi iman. Proses

komunikasi iman dibedakan dua macam: pengajaran dan perayaan. Yang satu

komunikasi dengan kata-kata, baik dalam katekese biasa maupun dalam

pengajaran resmi pimpinan Gereja, yang lain komunikasi iman dalam ibadat

bersama. Gereja wajib mengakui iman di muka orang-orang, sebab berkat iman

kita menerima pengertian tentang makna hidup yang fana. Iman menyinari segala

sesuatu dengan cahaya yang baru, dan memaparkan rencana ilahi tentang seluruh

panggilan manusia.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam

iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok. Jemaat

lainnya membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus,

sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup

(54)

Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.

Konsili Vatikan II, dalam pernyataan “Gravissimum Educationis”: Pernyataan

tentang Pendidikan Kristen (art. 8:301): mengatakan bahwa membangun hidup

beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang

memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan

situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan

keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian

lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan

kepercayaan. Pendidikan itu tidak hanya bertujuan untuk pendewasaan pribadi

manusia, melainkan hendak mencapai tujuan, supaya mereka yang telah dibaptis

langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari

makin menyadari akan kurnia iman yang telah mereka terima, supaya mereka

dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalan kebenaran dan

kekudusan yang sejati (Ef 4:22-24). Dengan demikian mereka mencapai

kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan

Kristus (lih. Ef 4:13). Demikianlah nilai-nilai kodrati akan ditampung dalam

perspektif menyeluruh manusia yang telah ditebus oleh Kristus, dan merupakan

sumbangan bagi kesejahteraan segenap masyarakat. Oleh karena itu Konsili ini

mengingatkan para gembala jiwa-jiwa akan kewajiban mereka yang amat berat

untuk mengusahakan segala sesuatu, supaya seluruh umat beriman menerima

(55)

Kerajaan Allah sebagai metapurpose pendidikan dalam iman menuntut

proses pendidikan yang membentuk dan memberdayakan seluruh dimensi hidup

naradidik sebagai mitra Yesus Kristus di dalam memperjuangkan terwujudnya

KerajaanNya di tengah-tengah komunitas sekolah mereka. Menyadari realitas itu,

ada pernyataan yang berkaitan dengan arah dasar pendidikan iman demi Kerajaan

Allah, menurut Heryatno (200

Gambar

Tabel 1. Instrumen Observasi Guru…………………………………
Tabel 5 : Hasil Observasi Guru.
gambar dan suara serta tulisan yang disatukan dengan konteks hidup seseorang.
Gambar adalah salah satu media film, karena dengan gambar kita dapat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa penggunaan obat hipertensi pada pasien rawat jalan, berdasarkan jumlah item jenis obat hipertensi yang paling banyak diresepkan yaitu

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah (2003) dengan hasil penelitian bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat hutang (leverage). Dengan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi,

Bütün bunların dışında, bir şirketin satın alma kararının, sadece satın alma bölümünün değil, şirketin içinde birçok bölümün ortaklaşa aldığı bir karar olduğunu

Hal ini dikarenakan Bagi pihak perusahaan, dampak Price Earning Ratio mencerminkan indikator yang baik untuk menentukan stock return dimasa yang akan datang, dimana

K de K B Eleme Pemben Informati (Tegas da kejelasan Rekreatif (dinamika gerak/ ryt tidak mon Motif Ka (keagung KONSEP T Tata ru engan pend Kawung pad Batik Tulis d T en ntuk if an

[r]

Karakter yang dapat tercipta melalui permainan kelereng adalah kejujuran yang terbentuk dari bermain dengan sportif; disiplin yang terbentuk dari urutan dalam memainkan;