i
1
“X”Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Sampel sejumlah 60 orang guru yang mengajar di SMA “X” Bandung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan teori occupational commitment dari Allen & Meyer (1997) yang menyatakan bahwa occupational commitment adalah keterikatan individu terhadap pekerjaannya didasari oleh tiga komponen yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment.
Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dimodifikasi oleh peneliti yang didasarkan pada prinsip pembuatan skala yang diuraikan oleh Allen & Meyer (1990). Berdasarkan hasil uji validitas alat ukur occupational commitment diperoleh nilai 0.302 sampai 0.485 dan reliabilitas sebesar 0.718 (Relibilitas tinggi).
Berdasarkan pengolahan data penelitian diperoleh hasil 53,3% guru di SMA “X”Bandung memiliki occupational commitment yang tinggi dan 46,7% memiliki occupational commitment yang rendah. Dengan demikian tampak bahwa guru-guru SMA”X” Bandung memiliki keterikatan terhadap pekerjaannya. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik Z menunjukkan bahwa 37,5% guru di SMA”X” Bandung yang memiliki occupational commitment tinggi menunjukkan komponen dominan tertinggi yaitu continuance commitment dan 33,8% guru di SMA “X” Bandung yang memiliki occupational commitement rendah menunjukkan komponen dominan yaitu affective commitment.
v LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR………..…..ii
DAFTAR ISI………...………v
DAFTAR BAGAN………....viii
DAFTAR TABEL……….viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah……… 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……… 8
1.3.1 Maksud Penelitian……….. 8
1.3.2 Tujuan Penelitian………... 8
1.4 Kegunaan Penelitian………... 8
1.4.1 Kegunaan teoritis………... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis………... 9
1.5 Kerangka Pikir………. 9
vi
2.1.2 Komponen Occupational Commitment………..…19
2.1.3 Faktor-faktor Anteseden dari Komponen Occupational Commitment……21
2.1.4 Pengukuran Occupational Commitment……….23.
2.2 Guru………..24
2.2.1 Pengertian Guru……….……….…….24
2.2.2 Tugas dan Kewajiban Guru……….24
2.3 Teori Perkembangan Dewasa……….….….25
2.3.1 Tugas Perkembangan Dewasa Awal………..……….25
2.3.2 Tugas Perkembangan Dewasa Madya……….25
2.3.3 Tugas Perkembangan Dewasa Akhir……….…..…26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………... 27
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 28
3.2.1 Variabel Penelitian……….………. 28
3.2.2 Definisi Operasional………... 28
3.3 Alat Ukur……….……….29
3.3.1 Alat Ukur Occupational Commitment………... 29
vii
3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………... 34
3.4.1 Populasi Sasaran…………..………... 34
3.4.2 Karakteristik Populasi………. 34
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel……….………35
3.5 Teknik Analisis Data...35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden...37
4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis kelamin...37
4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia...37
4.1.3 Gambaran Responden berdasarkan Status Marital...38
4.1.4 Gambaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan...38
4.1.5 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja...39
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Tingkat Occupational Commitment secara Keseluruhan...39
4.2.2 Komponen Occupational Commitment Tinggi...40
4.2.3 Komponen Occupational Commitment Rendah...40
viii
5.2.1 Saran Ilmiah...50
5.2.2 Saran Praktis...50
Daftar Pustaka...51
Daftar Rujukan...52
ix
Bagan 3.1 Rancangan Penelitian……….27
DAFTAR TABEL Tabel 3.3.1 Indikator-Indikator dan Nomor Item-Item Pernyataan Kuesioner Occupational Commitment……….29
Tabel 1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin……….37
Tabel 2 Gambaran Responden berdasarkan Usia………37
Tabel 3 Gambaran Responden berdasarkan Status Marital……….38
Tabel 4 Gambaran Responden berdasarkan Tingkat pendidikan………38
Tabel 5 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja……….39
Tabel 6 Tingkat Occupational Commitment secara Keseluruhan………...……39
Tabel 7 Komponen Occupational Commitment Tinggi………..…40
Lampiran 1
Alat Ukur
KATA PENGANTAR
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung,
bermaksud mengumpulkan data kepada guru-guru di SMA “X” Bandung dalam
rangka penelitian untuk penyusunan skripsi.
Sehubungan dengan itu , saya mohon bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu untuk
meluangkan waktunya mengisi angket ini. Data yang Bapak/Ibu berikan akan sangat
bermanfaat sehingga saya sangat mengharapkan kesungguhan Bapak/Ibu dalam
mengisi angket sesuai dengan kenyataan yang ada serta menggambarkan keadaan
diri Bapak/Ibu yang sebenarnya.
Data dan identitas Bapak/Ibu, saya jamin akan kerahasiaannya dan hanya
digunakan dalam penelitian ini.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Hormat saya,
IDENTITAS PRIBADI
1. Jenis Kelamin : L / P
2. Usia : ……… thn
3. Status Marital : Menikah / Belum menikah
4. Pendidikan terakhir : D3 / S1 / S2 / …..
5. Lama kerja : ………thn
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memiliki anak:
a. ya, berapa anak …..
b. tidak
7. Jelaskan peran dan tanggung jawab Bapak/Ibu di SMA “X” Bandung selain
sebagai guru ? (misal : wakil kepala sekolah, wali kelas, pembina
ekstrakulikuler, dll).
8. Bapak/Ibu mengetahui dengan jelas pekerjaan dan tugas sebagai guru:
a. sesuai
b. kurang sesuai
c. tidak sesuai, alasannya…..
9. Bapak/Ibu merasa bahwa pekerjaan yang Bapak/Ibu lakukan bervariasi dan
memberikan tantangan:
a. sesuai
b. kurang sesuai
10.Bapak/Ibu sudah merasa puas dengan pekerjaan ini:
a. sesuai
b. kurang sesuai
c. tidak sesuai, alasannya …..
11.Bapak/Ibu merasa gaji yang diterima sesuai dengan kebijakan yang
diberlakukan:
a. sesuai
b. kurang sesuai
c. tidak sesuai, alasannya….
12.Bapak/Ibu merasa gaji yang diterima sesuai dengan tugas dan tanggungjawab
Bapak/Ibu sebagai guru:
a. sesuai
b. kurang sesuai
c. tidak sesuai, alasannya….
13.Bapak/Ibu sudah merasa puas dengan fasilitas yang Bapak/Ibu dapat dari
pekerjaan ini:
a. sesuai
b. kurang sesuai
c. tidak sesuai, alasannya ….
14.Semakin lama Bapak/Ibu bekerja sebagai guru semakin banyak fasilitas yang
didapat:
a. sesuai
b. kurang sesuai
c. tidak sesuai, alasannya…
15.Bapak/Ibu merasa pekerjaan ini memberikan kesempatan Bapak/Ibu untuk
mengembangkan keahlian atau keterampilan yang Bapak/Ibu miliki:
a. sesuai
b. kurang sesuai
KUESIONER
Pada kuesioner ini, Bapak/Ibu diminta untuk memilih satu diantara empat
pilihan jawaban yang saudara rasakan paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu dengan
memberikan check list pada kolom yang sesuai dengan pilihan jawaban Bapak/Ibu.
Keempat pilihan jawabannya adalah :
SS = Sangat sesuai dengan diri saya
S = Sesuai dengan diri saya
TS = Tidak sesuai dengan diri saya
STS = Sangat tidak sesuai dengan diri saya
Apabila Bapak/Ibu telah selesai memberikan jawaban, periksalah kembali
sehingga tidak ada pernyataan yang terlewatu.
Terimakasih,
No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya senang bekerja sebagai guru.
2. Saya tidak takut berhenti dari pekerjaan
sebagai guru sekalipun tidak mempunyai
alternatif pekerjaan lain.
3. Menurut saya, sekarang orang-orang terlalu
sering berpindah-pindah pekerjaan.
4. Saya tidak merasa harus setia terhadap
pekerjaan saya saat ini.
5. Saya akan mengalami kerugian jika
meninggalkan pekerjaan ini, karena itu
sangat sulit untuk meninggalkan pekerjaan
ini walaupun saya mengiginkannya.
6. Saya senang mendiskusikan pekerjaan
sebagai guru kepada orang lain.
7. Saya merasa reputasi guru di masyarakat
adalah reputasi saya juga.
8. Saya akan mengalami banyak masalah bila
meninggalkan pekerjaan sebagai guru.
9. Salah satu alasan mengapa saya tetap
mempertahankan pekerjaan sebagai guru
adalah karena saya yakin loyalitas itu
penting sehingga akan memupuk tanggung
jawab moral.
10. Saya akan mendapatkan keuntungan bila
saya meninggalkan pekerjaan sebagai guru.
11. Bertahan bekerja sebagai guru merupakan
keinginan.
12. Saya merasa lebih tertarik terhadap
pekerjaan lain daripada pekerjaan saya saat
ini.
13. Saya akan menerima pendapatan yang lebih
sedikit jika saya meninggalkan pekerjaan
sebagai guru.
14. Saya akan merasa bersalah jika menerima
tawaran pekerjaan yang lebih baik.
15. Saya merasa bukan menjadi bagian dari
keluarga besar guru-guru di sekolah ini.
16. Salah satu konsekuensi kerugian yang akan
saya dapatkan jika meninggalkan pekerjaan
ini adalah sedikitnya alternatif pekerjaan
yang tersedia.
17. Saya menjunjung tinggi nilai kesetiaan
terhadap pekerjaan saya saat ini.
18. Tetap bertahan bekerja sebagai guru
merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab saya terhadap murid-murid dan
pekerjaan saya.
19. Salah satu alasan mengapa saya bekerja
sebagai guru adalah karena keuntungannya
lebih besar dibandingkan pekerjaan lain.
20. Saya tidak merasa mencintai pekerjaan saya
sebagai guru.
21. Saya merasa pekerjaan sebagai guru ini
22. Saya tidak merasa bahwa bekerja sebagai
guru adalah pilihan yang tepat lagi.
23. Jika pekerjaan sebagai guru tidak lagi
memberi keuntungan buat saya, maka saya
akan memutuskan untuk berganti pekerjaan.
24. Saya merasa tidak memiliki keterikatan yang
kuat terhadap pekerjaan saya sebagai guru.
25. Saya tidak merasa bertanggung jawab untuk
melakukan tugas saya sebagai guru.
26. Saya bangga mengatakan kepada
orang-orang bahwa saya bekerja sebagai guru.
27. Menurut saya, berpindah dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lain adalah sesuatu
Lampiran 2
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran 3.1 Tabel Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Occupational Commitment
Komponen Occupational Commitment No. Item Skor Kriteria
Affective Commitment 1
6 7 12 15 20 21 24 26 0,327 0,388 0,471 0,393 0,306 0,485 0,377 0,413 0,499 Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima
Continuance Commitment 2
5 8 10 11 13 16 19 23 0,332 0,331 0,350 0,305 0,324 0,352 0,302 0,356 0,385 Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima
Normative Commitment 3
17
18
22
25
0,418
0,310
0,325
0,376
Terima
Terima
Terima
Terima
Berdasarkan SPSS 13.00
Reliabilitas item kuesioner Occupational Commitment berdasarkan SPSS 13.00
Guttman Split-Half
Coefficient
N of Item
Lampiran 3
Data Mentah
Lampiran 4.1 Tabel data Responden
Lampiran 4
Analisis Data
Lampiran 4.1 Tabel Perhitungan Median Skor Occupational Commitment
N Valid
Missing
Mean
Median
Std.Deviation
60
0
78,23
78
5,849
Lampiran 4.2 Tabel Perhitungan Mean dan Std. Deviation Komponen Occupational
Commitment
Occupational Commitment Tinggi
Statistic Affective Commitment
N Valid
Missing
Mean
Std.Deviation
60
0
32,28
2,372
Statistic Continuance Commitment
N Valid
Missing
Mean
Std.Deviation
60
0
20,72
Statistic Normative Commitment
N Valid
Missing
Mean
Std.Deviation
60
0
29,75
2,423
Occupational Commitment Rendah
Statistic Affective Commitment
N Valid
Missing
Mean
Std.Deviation
60
0
27,39
2,393
Statistic Continuance Commitment
N Valid
Missing
Mean
Std.Deviation
60
0
19,68
2,583
Statistic Normative Commitment
N Valid
Missing
Mean
Std.Deviation
60
0
25,96
Lampiran 4.3 Tabel Analisis Occupational Commitment
Resp Total Skor Kategori
Lampiran 4.4 Tabel Perhitungan Uji Z Komponen Occupational Commitment
Komponen Occupational Commitment Tinggi
No. Nilai Z
Affective
Nilai Z
Continuance
Nilai Z
Normative
Kategori
1 0,30 0,48 -1,96 Contiuance
2 0,30 0,09 -0,31 Affective
3 0,73 0,09 0,93 Normative
4 0,73 0,09 0,93 Normative
5 0,12 0,48 0,93 Normative
6 0,73 -1,82 0,33 Affective
7 -0,54 0,86 -0,72 Continuance
8 1,57 -2,21 0,52 Affective
9 0,73 -0,29 0,52 Affective
10 0,30 0,09 0,93 Normative
11 0,73 0,86 -0,31 Continuance
12 0,15 0,29 0,52 Affective
13 0,73 0,86 -1,55 Continuance
14 -0,96 0,86 -1,96 Continuance
15 1,57 -1,44 1,34 Affective
16 -2,23 1,25 -1,13 Continuance
17 -0,54 1,25 -2,37 Continuance
18 -0,96 0,09 0,10 Normative
19 -0,54 0,48 -0,31 Normative
20 0,74 -1,06 0,52 Affective
21 -1,80 1,25 0,93 Continuance
22 0,12 -1,44 0,93 Normative
23 0,30 -0,29 0,10 Normative
25 -0,54 0,09 0,52 Normative
26 0,73 0,86 0,52 Continuance
27 0,73 -2,21 0,52 Affective
28 -0,54 0,86 -1,13 Continuance
29 0,12 0,09 -0,31 Affective
30 -0,54 -,067 0,93 Normative
31 -1,180 0,09 -0,31 Continuance
32 1,15 -0,67 -0,72 Affective
Komponen Occupational Commitment Rendah
No. Nilai Z
Affective
Nilai Z
Continuance
Nilai Z
Normative
Kategori
1 1,09 -1,42 1,36 Normative
2 0,25 0,51 -0,56 Continuance
3 0,25 -1,04 0,02 Affective
4 0,25 0,89 0,02 Continuance
5 0,25 -1,04 0,02 Affective
6 0,67 -0,65 0,02 Affective
7 -0,16 -1,42 1,57 Normative
8 1,51 0,51 -1,15 Affective
9 -0,99 -1,04 -1,15 Affective
10 0,25 0,12 1,36 Normative
11 -0,16 0,89 1,36 Normative
12 1,09 0,89 -0,56 Affective
13 -0,16 -1,04 -0,56 Affective
14 -3,09 1,67 -0,56 Continuance
15 -1,83 0,89 -0,56 Continuance
17 -0,99 -1,04 -1,15 Affective
18 0,25 0,89 0,61 Continuance
19 -0,99 0,12 1,36 Normative
20 0,67 -0,26 -0,56 Affective
21 0,25 1,67 -0,56 Continuance
22 0,16 0,89 0,61 Continuance
23 1.93 -1,81 2,36 Normative
24 -0,58 1,29 -1,15 Continuance
25 0,25 0,51 1,36 Normative
26 0,67 0,12 0,02 Affective
27 -0,16 0,12 -1,15 Continuance
28 -0,99 -0,65 0,61 Normative
Lampiran 4.5 Tabel Persentase Data Penunjang
Tabel 9.
Peran_tg_jwb
8 13.3 13.3 13.3
37 61.7 61.7 75.0
9 15.0 15.0 90.0
6 10.0 10.0 100.0
60 100.0 100.0
1 2 3 4 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Tabel 10
Variasi
56 93.3 93.3 93.3 4 6.7 6.7 100.0 60 100.0 100.0
sesuai kurang sesuai Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Tabel 11
Kepuasan
42 70.0 70.0 70.0
13 21.7 21.7 91.7
5 8.3 8.3 100.0
60 100.0 100.0
sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Tabel 12
Gaji_kebijakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid sesuai 16 26.7 26.7 26.7
kurang sesuai 35 58.3 58.3 85.0 tidak sesuai 9 15.0 15.0 100.0 Total 60 100.0 100.0
Tabel 13
Gaji_tugas
13 21.7 21.7 21.7
39 65.0 65.0 86.7
8 13.3 13.3 100.0
60 100.0 100.0
sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Tabel 14
Kepuasan_fasilitas
20 33.3 33.3 33.3
34 56.7 56.7 90.0
6 10.0 10.0 100.0
60 100.0 100.0
sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Tabel 15
Fasilitas
14 23.3 23.3 23.3
38 63.3 63.3 86.7
8 13.3 13.3 100.0
60 100.0 100.0
sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Tabel 16
Keahlian
47 78.3 78.3 78.3
9 15.0 15.0 93.3
4 6.7 6.7 100.0
60 100.0 100.0
sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Lampiran 4.6 Tabulasi silang Occupational Commitment dan Data penunjang
Tabel 17
Sex * kategori Crosstabulation
10 11 10 31
32.3% 35.5% 32.3% 100.0%
50.0% 52.4% 52.6% 51.7%
16.7% 18.3% 16.7% 51.7%
10 10 9 29
34.5% 34.5% 31.0% 100.0%
50.0% 47.6% 47.4% 48.3%
16.7% 16.7% 15.0% 48.3%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count % within Sex % within kategori % of Total Count % within Sex % within kategori % of Total Count % within Sex % within kategori % of Total laki-laki
perempuan Sex
Total
A C N
kategori
Tabel 18
Usia * kategori Crosstabulation
0 0 1 1
.0% .0% 100.0% 100.0%
.0% .0% 5.3% 1.7%
.0% .0% 1.7% 1.7%
3 1 1 5
60.0% 20.0% 20.0% 100.0%
15.0% 4.8% 5.3% 8.3%
5.0% 1.7% 1.7% 8.3%
17 20 17 54
31.5% 37.0% 31.5% 100.0%
85.0% 95.2% 89.5% 90.0%
28.3% 33.3% 28.3% 90.0%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count % within Usia % within kategori % of Total Count % within Usia % within kategori % of Total Count % within Usia % within kategori % of Total Count % within Usia % within kategori % of Total >60
22-39
40-60 Usia
Total
A C N
kategori
Total
Tabel 19
Marital * kategori Crosstabulation
2 1 1 4
50.0% 25.0% 25.0% 100.0%
10.0% 4.8% 5.3% 6.7%
3.3% 1.7% 1.7% 6.7%
18 20 18 56
32.1% 35.7% 32.1% 100.0%
90.0% 95.2% 94.7% 93.3%
30.0% 33.3% 30.0% 93.3%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Marital % within kategori % of Total Count
% within Marital % within kategori % of Total Count
% within Marital % within kategori % of Total blm
menikah Marital
Total
A C N
kategori
Tabel 20
Pendidikan * kategori Crosstabulation
2 0 1 3
66.7% .0% 33.3% 100.0%
10.0% .0% 5.3% 5.0%
3.3% .0% 1.7% 5.0%
17 18 18 53
32.1% 34.0% 34.0% 100.0%
85.0% 85.7% 94.7% 88.3%
28.3% 30.0% 30.0% 88.3%
1 3 0 4
25.0% 75.0% .0% 100.0%
5.0% 14.3% .0% 6.7%
1.7% 5.0% .0% 6.7%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Pendidikan % within kategori % of Total Count
% within Pendidikan % within kategori % of Total Count
% within Pendidikan % within kategori % of Total Count
% within Pendidikan % within kategori % of Total D3
S1
S2 Pendidikan
Total
A C N
kategori
Total
Tabel 21
Lama_kerja * kategori Crosstabulation
19 21 17 57
33.3% 36.8% 29.8% 100.0%
95.0% 100.0% 89.5% 95.0%
31.7% 35.0% 28.3% 95.0%
1 0 2 3
33.3% .0% 66.7% 100.0%
5.0% .0% 10.5% 5.0%
1.7% .0% 3.3% 5.0%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Lama_kerja % within kategori % of Total Count
% within Lama_kerja % within kategori % of Total Count
% within Lama_kerja % within kategori % of Total >10
2-10 Lama_kerja
Total
A C N
kategori
Tabel 22
Peran_tg_jwb * kategori Crosstabulation
16 19 18 53
30.2% 35.8% 34.0% 100.0%
80.0% 90.5% 94.7% 88.3%
26.7% 31.7% 30.0% 88.3%
4 2 1 7
57.1% 28.6% 14.3% 100.0%
20.0% 9.5% 5.3% 11.7%
6.7% 3.3% 1.7% 11.7%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Peran_tg_jwb % within kategori % of Total Count
% within Peran_tg_jwb % within kategori % of Total Count
% within Peran_tg_jwb % within kategori % of Total >1
1 Peran_tg_jwb
Total
A C N
kategori
[image:30.612.121.557.460.662.2]Total
Tabel 23
Kejelasan * kategori Crosstabulation
19 20 18 57
33.3% 35.1% 31.6% 100.0%
95.0% 95.2% 94.7% 95.0%
31.7% 33.3% 30.0% 95.0%
1 1 1 3
33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
5.0% 4.8% 5.3% 5.0%
1.7% 1.7% 1.7% 5.0%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Kejelasan % within kategori % of Total Count
% within Kejelasan % within kategori % of Total Count
% within Kejelasan % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai Kejelasan
Total
A C N
kategori
Tabel 24
Variasi * kategori Crosstabulation
17 21 18 56
30.4% 37.5% 32.1% 100.0%
85.0% 100.0% 94.7% 93.3%
28.3% 35.0% 30.0% 93.3%
3 0 1 4
75.0% .0% 25.0% 100.0%
15.0% .0% 5.3% 6.7%
5.0% .0% 1.7% 6.7%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Variasi % within kategori % of Total Count
% within Variasi % within kategori % of Total Count
% within Variasi % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai Variasi
Total
A C N
kategori
Total
Tabel 25
Kepuasan * kategori Crosstabulation
12 16 14 42
28.6% 38.1% 33.3% 100.0%
60.0% 76.2% 73.7% 70.0%
20.0% 26.7% 23.3% 70.0%
6 5 2 13
46.2% 38.5% 15.4% 100.0%
30.0% 23.8% 10.5% 21.7%
10.0% 8.3% 3.3% 21.7%
2 0 3 5
40.0% .0% 60.0% 100.0%
10.0% .0% 15.8% 8.3%
3.3% .0% 5.0% 8.3%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Kepuasan % within kategori % of Total Count
% within Kepuasan % within kategori % of Total Count
% within Kepuasan % within kategori % of Total Count
% within Kepuasan % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai
tidak sesuai Kepuasan
Total
A C N
kategori
Tabel 26
Gaji_kebijakan * kategori Crosstabulation
4 6 6 16
25.0% 37.5% 37.5% 100.0%
20.0% 28.6% 31.6% 26.7%
6.7% 10.0% 10.0% 26.7%
13 12 10 35
37.1% 34.3% 28.6% 100.0%
65.0% 57.1% 52.6% 58.3%
21.7% 20.0% 16.7% 58.3%
3 3 3 9
33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
15.0% 14.3% 15.8% 15.0%
5.0% 5.0% 5.0% 15.0%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total Count
% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total Count
% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total Count
% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai
tidak sesuai Gaji_kebijakan
Total
A C N
kategori
Tabel 27
Gaji_tugas * kategori Crosstabulation
3 4 6 13
23.1% 30.8% 46.2% 100.0%
15.0% 19.0% 31.6% 21.7%
5.0% 6.7% 10.0% 21.7%
14 14 11 39
35.9% 35.9% 28.2% 100.0%
70.0% 66.7% 57.9% 65.0%
23.3% 23.3% 18.3% 65.0%
3 3 2 8
37.5% 37.5% 25.0% 100.0%
15.0% 14.3% 10.5% 13.3%
5.0% 5.0% 3.3% 13.3%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Gaji_tugas % within kategori % of Total Count
% within Gaji_tugas % within kategori % of Total Count
% within Gaji_tugas % within kategori % of Total Count
% within Gaji_tugas % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai
tidak sesuai Gaji_tugas
Total
A C N
kategori
Tabel 28
Kepuasan_fasilitas * kategori Crosstabulation
6 5 9 20
30.0% 25.0% 45.0% 100.0%
30.0% 23.8% 47.4% 33.3%
10.0% 8.3% 15.0% 33.3%
12 14 8 34
35.3% 41.2% 23.5% 100.0%
60.0% 66.7% 42.1% 56.7%
20.0% 23.3% 13.3% 56.7%
2 2 2 6
33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
10.0% 9.5% 10.5% 10.0%
3.3% 3.3% 3.3% 10.0%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Kepuasan_ fasilitas
% within kategori % of Total Count
% within Kepuasan_ fasilitas
% within kategori % of Total Count
% within Kepuasan_ fasilitas
% within kategori % of Total Count
% within Kepuasan_ fasilitas
% within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai
tidak sesuai Kepuasan_fasilitas
Total
A C N
kategori
Tabel 29
Fasilitas * kategori Crosstabulation
6 5 3 14
42.9% 35.7% 21.4% 100.0%
30.0% 23.8% 15.8% 23.3%
10.0% 8.3% 5.0% 23.3%
12 14 12 38
31.6% 36.8% 31.6% 100.0%
60.0% 66.7% 63.2% 63.3%
20.0% 23.3% 20.0% 63.3%
2 2 4 8
25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
10.0% 9.5% 21.1% 13.3%
3.3% 3.3% 6.7% 13.3%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Fasilitas % within kategori % of Total Count
% within Fasilitas % within kategori % of Total Count
% within Fasilitas % within kategori % of Total Count
% within Fasilitas % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai
tidak sesuai Fasilitas
Total
A C N
kategori
Tabel 30
Keahlian * kategori Crosstabulation
14 16 17 47
29.8% 34.0% 36.2% 100.0%
70.0% 76.2% 89.5% 78.3%
23.3% 26.7% 28.3% 78.3%
4 4 2 10
40.0% 40.0% 20.0% 100.0%
20.0% 19.0% 10.5% 16.7%
6.7% 6.7% 3.3% 16.7%
2 1 0 3
66.7% 33.3% .0% 100.0%
10.0% 4.8% .0% 5.0%
3.3% 1.7% .0% 5.0%
20 21 19 60
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
33.3% 35.0% 31.7% 100.0%
Count
% within Keahlian % within kategori % of Total Count
% within Keahlian % within kategori % of Total Count
% within Keahlian % within kategori % of Total Count
% within Keahlian % within kategori % of Total sesuai
kurang sesuai
tidak sesuai Keahlian
Total
A C N
kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan
tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk
mengantisipasinya, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
mampu menjawab semua tantangan yang ada. Maka dari itu, organisasi pendidikan
sebagai salah satu institusi yang berperan langsung dalam menciptakan sumber daya
manusia perlu meningkatkan kualitasnya terus-menerus.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek kehidupan
manusia, dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan kepribadian
manusia. Pendidikan nasional mempunyai tujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah, 2006).
Kualitas pendidikan di Indonesia masih belum mencapai hasil yang optimal
Salah satu upayanya adalah program belajar sembilan tahun, adanya dana BOS,
pengiriman guru-guru ke sekolah-sekolah terpencil. Peningkatan mutu pendidikan
bertujuan agar tercapainya tujuan dan fungsi pendidikan nasional. Selain itu
peningkatan mutu pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global (BSNP, 2006).
Uraian di atas mengindikasikan, untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas, para guru sebagai pendidik dituntut untuk meningkatkan peran dan tugas
yang dijalaninya. Seorang guru dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan
teoretis yaitu pengetahuan ilmiah dalam bidang keilmuan tertentu, sekaligus dapat
memberikan penerapan ilmu pengetahuan tersebut di lingkungan sekitar. Pengetahuan
teoretis serta penerapan ilmu pengetahuan tersebut yang didapatkan di Sekolah
Menengah Atas sangat dibutuhkan oleh para murid, sehingga ketika lulus dari
Sekolah Menengah Atas, mereka dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi (yang
diharapkan baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta) atau
langsung bekerja di bidang yang sesuai.
Berdasarkan hal tersebut, maka murid-murid sebagai sumber daya manusia
yang potensial sangat membutuhkan guru-guru yang mampu memberikan
pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkannya untuk memenuhi tuntutan lingkungan.
Ini berarti guru adalah sosok yang penting pada suatu sistem pendidikan untuk
Sekolah Menengah Atas “X” Bandung yang berdiri sejak tahun 1950
merupakan salah satu SMA favorit di kota Bandung. Sampai saat ini SMA “X”
Bandung termasuk tiga sekolah paling diminati di kota Bandung dengan passing
grade kedua tertinggi diantara jenjang pendidikan setingkat. Visi yang dimiliki SMA
“X” Bandung adalah “Unggul dalam prestasi akademik, karya, karier, dan
kebersamaan yang berpijak pada agama dan budaya”. Sedangkan misi yang dimiliki
SMA “X” Bandung yaitu : 1). Mengembangkan dan mengamalkan ajaran agama
sebagai pedoman hidup 2). Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi
pekerti luhur 3). Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan
efisien 4). Meningkatkan jati diri dan meningkatkan semangat keunggulan pada
seluruh warga sekolah 5). Meningkatkan kualitas pembelajaran, prestasi, dan etos
kerja 6). Mengutamakan kebersamaan, kondusivitas, dan hubungan kemitraan baik
internal maupun eksternal dengan mengedepankan aspek pelayanan, akuntabilitas,
dan transparansi kepada stakeholders.
Berdasarkan visi dan misi di atas maka terlihat bahwa SMA “X” Bandung
menyadari bahwa guru merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam
mencapai visi dan misinya tersebut. Oleh karena itu SMA “X” Bandung melakukan
usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru-guru yang dimilikinya. Upaya
peningkatan kualitas guru dilakukan dengan memberi kesempatan pada guru-guru
yang lulusan D3 untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang S1, mengirim para
guru untuk mengikuti seminar ataupun pelatihan. Hal ini dilakukan untuk menambah
Menurut Undang-Undang sistem pendidikan nasional tahun 2003,
guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan. Di SMA “X” Bandung selain tugas pokok tersebut, terdapat beberapa guru
yang memiliki tugas lain yang berhubungan dengan pendidikan seperti menjadi
pembimbing ekstrakulikuler yang ada di SMA “X” Bandung.
Berdasarkan tugas-tugas di atas, tampaknya tugas guru memiliki ruang
lingkup yang cukup luas. Implisit didalamnya, guru dituntut untuk dapat berperan
sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan,
baik di dalam maupun di luar kelas.
Burns (1979) mengatakan bahwa pengajar yang efektif adalah pengajar yang
dapat menimbulkan “productive pupil behavior” seperti kesediaan belajar, mau
berpartisipasi, percaya diri dan bertanggung jawab. Pengajar yang efektif akan
menampakkan ciri-ciri fleksibel, memiliki rasa empati, sensitif dengan kebutuhan
siswanya, memiliki kemampuan untuk membuat metode pengajaran yang sesuai,
memiliki sikap yang menghargai, santai, hangat, informal, perilaku mengajar dua
arah, serta memiliki emotional adjustment yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang murid-murid di SMA “X”
Bandung mengenai profesionalisme guru pengajarnya, menurut pandangan mereka
guru yang dianggap profesional yaitu guru yang memiliki ciri-ciri : memiliki
pengetahuan yang luas, menguasai materi, memiliki metode pengajaran yang sesuai
Berdasarkan kriteria di atas, para murid di SMA “X” Bandung menganggap
bahwa hanya sekitar 60-70 % guru yang ada di SMA “X” Bandung yang memiliki
profesionalisme dalam bekerja. Para murid juga menemukan bahwa seringkali guru
datang terlambat ke dalam kelas untuk mengajar. Bahkan ada guru yang sering tidak
hadir untuk mengajar di kelas dan hanya memberikan tugas untuk dikerjakan oleh
para muridnya, begitu pula ada guru yang tidak hadir untuk mengajar namun tidak
memberikan tugas sama sekali kepada murid-muridnya.
Fenomena di atas menunjukkan di mata para siswa yang di survei,
profesionalisme beberapa orang gurunya masih rendah. Untuk membentuk sumber
daya siswa yang berkualitas maka pengajar harus memiliki kualitas tertentu pula,
karena tingkah laku pelajar sangat dipengaruhi oleh tingkah laku pengajarnya (Burns,
1979). Mengajar adalah gaya personal dari pengajar untuk mengkomunikasikan
pengetahuan yang dimilikinya, yang akhirnya akan mempengaruhi respon pelajar dan
tingkat prestasi yang diraihnya.
Meyer, Allen dan Smith (1993), menyatakan bahwa profesionalisme individu
juga dapat dilihat dari seberapa besar keinginan mereka untuk selalu berkembang
dalam bidang ilmu/pekerjaannya, misalnya seberapa sering mereka mengikuti
seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, membaca atau membeli buku-buku yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka dan apakah mereka bergabung serta
berpartisipasi dalam asosiasi profesi yang sesuai dengan bidang ilmu yang
dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan wawancara terhadap 10 orang
kerja 5-30 tahun, rata-rata guru mengikuti seminar atau pelatihan yaitu sebanyak 2-3
kali dalam setiap tahunnya. Mereka membaca atau membeli buku-buku yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka dilakukan jika dirasa perlu. Partisipasi
mereka dalam asosiasi profesi yang sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya lebih
banyak hanya sebagai anggota dan tidak secara aktif terlibat.
Berdasarkan Allen dan Meyer (1997), occupational commitment (komitmen
terhadap pekerjaan) terdiri atas tiga komponen yaitu affective commitment
(keterikatan secara emosional terhadap pekerjaan), continuance commitment
(pertimbangan untung rugi dalam melakukan pekerjaan) dan normative commitment
(rasa kewajiban moral dalam melakukan pekerjaan). Setiap individu memiliki dasar
dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan occupational commitment yang
dimilikinya. Individu yang memiliki occupational commitment dengan dasar affective
memiliki tingkah laku berbeda dengan individu yang berdasarkan continuance. Jika
individu menganggap tugas yang diembannya adalah tugas yang bermakna bagi
dirinya dan menyukai tugas tersebut maka dirinya akan terlibat secara penuh dalam
menyelesaikan tugas tersebut. Jika tugas-tugas tersebut memenuhi kebutuhannya
sehingga individu mengalami kepuasan dalam bekerja, maka akan terbentuk
keterikatan secara emosional dalam diri individu terhadap pekerjaan. Sebaliknya,
mereka yang terpaksa akan pekerjaannya akan menghindari kerugian finansial dan
kerugian lainnya, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal.
Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman
individu. Komponen normative menimbulkan perasaan kewajiban pada individu
untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari pekerjaannya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang guru yang ada di SMA “X”
Bandung untuk mengetahui komitmen para guru terhadap pekerjaannya, diperoleh
informasi bahwa sebanyak 70% guru senang terhadap pekerjaannya dan memiliki
keinginan untuk menetap dalam pekerjaannya, 60% guru suka mengikuti kegiatan
yang berhubungan dengan profesinya, 40% menganggap tugasnya sebagai sesuatu
yang sangat berarti. Dari fakta ini dapat dikatakan bahwa guru di SMA “X” Bandung
memiliki affective commitment terhadap pekerjaannya. Kemudian 30% guru merasa
bahwa ia akan mendapatkan gaji yang lebih sedikit bila ia meninggalkan
pekerjaannya, 60% masih bertahan terhadap pekerjaannya karena belum ada
pekerjaan lain yang dapat dilakukannya, 20% guru dalam pekerjaannya merasa
bahwa ia kurang mampu mengaktualisasikan diri apabila tetap bekerja menjadi
seorang guru. Dari fakta ini dapat dikatakan guru-guru di SMA “X” Bandung
memiliki continuance commitment terhadap pekerjaannya. Selanjutnya 60% merasa
bahwa pekerjaannya adalah suatu kewajiban moral yang harus dilakukannya, 80%
guru merasa bahwa mereka bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugasnya
karena mereka merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan gejala-gejala kerja yang ada pada guru-guru di SMA “X”
Bandung inilah maka peneliti ingin mengetahui occupational commitment yang
1.2 Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui bagaimanakah derajat occupational commitment yang
dimiliki oleh guru-guru di SMA “X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat
occupational commitment yang terdapat pada guru-guru di SMA “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih lanjut
mengenai komponen-komponen occupational commitment yang terdapat pada
guru-guru di SMA “X” Bandung serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis :
1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang Psikologi Industri dan Organisasi,
dan juga Psikologi Pendidikan mengenai teori occupational commitment.
2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti
occupational commitment dan mendorong dikembangkannya penelitian yang
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SMA “X” Bandung mengenai
sejauh mana occupational commitment yang dimiliki oleh para guru sehingga dapat
membantu pihak sekolah dalam membuat kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan komitmen para guru terhadap pekerjaannya.
2. Dapat menjadi acuan bagi guru-guru di SMA “X” Bandung sebagai informasi
mengenai gambaran occupational commitment yang dimiliki guru-guru di SMA “X”
Bandung.
1. 5 Kerangka Pikir
Dalam menjalankan kehidupannya manusia selalu menjalankan berbagai
macam aktivitas. Bagi individu yang telah memasuki masa dewasa aktivitas bekerja
merupakan suatu aktivitas rutin dan menjadi salah satu syarat bagi pemenuhan tugas
perkembangannya. Dengan bekerja, individu dapat memenuhi kebutuhannya secara
mandiri.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan dalam sistem pendidikan pada
akhir-akhir ini menuntut para guru sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan
kualitasnya dalam bekerja. Salah satu unsur untuk meningkatkan kualitas para guru
dalam bekerja yaitu adanya komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan mereka.
Meyer, Allen dan Smith (1993) mendefinisikan occupational commitment
sebagai keterikatan secara afektif pada pekerjaan, keterlibatan individu terhadap
dominan di dalam diri individu. Berdasarkan Allen dan Meyer (1997), occupational
commitment terdiri atas tiga komponen yaitu affective commitment, continuance
commitment dan normative commitment.
Guru yang memiliki occupational commitment yang tinggi akan menunjukkan
keinginannya untuk tetap bertahan terhadap pekerjaannya, bersedia ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya, serta menunjukkan
tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pekerjaannya. Guru yang memiliki occupational commitment yang rendah
memperlihatkan perilaku sebaliknya, mereka menunjukkan semangat kerja yang
rendah, tidak bersedia ikut serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaannya, dan menunjukkan tanggung jawab yang rendah terhadap
tugas-tugasnya.
Lebih lanjut, Meyer & Allen (1997) mengemukakan konsep tiga komponen
occupational commitment, yaitu Affective Commitment, Continuance Commitment
dan Normative Commitment. Affective Commitment dari Meyer & Allen (1997)
mengarah pada keterikatan emosional guru, identifikasi guru pada, dan keterlibatan
guru pada pekerjaannya. Guru yang memiliki affective commitment akan tetap pada
pekerjaannya karena mereka ingin (want to) melakukan hal tersebut. Guru yang
memiliki affective commitment yang tinggi akan memiliki keinginan yang kuat untuk
menetap dalam pekerjaannya, mereka memiliki keinginan untuk selalu berkembang
dalam pekerjaannya, misalnya dengan mengikuti seminar-seminar atau membaca
berhubungan dengan bidang ilmunya. Para guru di SMA “X” Bandung yang
menunjukkan affective commitment yang tinggi akan bergabung dan berpartisipasi
dalam asosiasi profesinya, mengikuti pelatihan dan mengikuti seminar. Selain itu ada
perasaan bangga terhadap pekerjaannya sebagai seorang guru.
Continuance Commitment dari Meyer & Allen (1997) berkaitan dengan
kesadaran akan resiko yang diperoleh jika meninggalkan pekerjaan/profesinya. Guru
melakukan pertimbangan untung rugi berkaitan dengan keinginan untuk tetap bekerja
atau justru meninggalkan profesi. Guru yang bekerja berdasarkan continuance
commitment akan bertahan dalam pekerjaan karena mereka butuh (need to)
melakukan hal tersebut dan tidak ada pilihan lain. Guru yang memiliki continuance
commitment yang tinggi, memahami bahwa dirinya akan mengalami kerugian yang
sangat besar jika meninggalkan pekerjaannya. Oleh karena itu mereka cenderung
kurang terlibat dalam aktivitas-aktivitas pekerjaannya, kecuali pada kegiatan-kegiatan
yang memang dibutuhkan untuk meneruskan atau mempertahankan pekerjaan
tersebut. Guru hanya akan terlibat pada kegiatan-kegiatan yang dianggap bermanfaat
bagi dirinya sendiri, bukan bermanfaat dari sudut pandang pekerjaannya. Guru-guru
di SMA “X” Bandung yang menunjukkan continuance commitment yang tinggi akan
tetap mempertahankan pekerjaannya sebagai guru karena tidak adanya pilihan
pekerjaan lain selain pekerjaannya sebagai seorang guru. Apabila mereka melepaskan
pekerjaannya sebagai guru maka penghasilan mereka akan hilang dan mereka tidak
memiliki penghasilan lagi karena tidak adanya pekerjaan lain selain pekerjaannya
Normative commitment merefleksikan perasaan wajib untuk tetap dalam
pekerjaan tersebut. Guru dengan normative commitment yang tinggi merasa bahwa
mereka wajib (ought to) atau merasakan kewajiban moral untuk bertahan dalam
profesinya. Guru dengan normative commitment yang tinggi akan merasa memiliki
kewajiban untuk terlibat dalam aktivitas pekerjaannya dan mengembangkan dirinya,
sebagai bentuk rasa tanggung jawab atau rasa moral yang dimilikinya. Dalam hal ini,
guru-guru di SMA “X” Bandung yang menunjukkan normative commitment yang
kuat akan bertanggung jawab untuk mengajar para siswa dengan sebaik-baiknya
karena itu merupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
Setiap guru akan menampilkan sikap dan perilaku yang berbeda-beda
merefleksikan komitmen yang mereka miliki terhadap pekerjaannya. Komitmen
terhadap pekerjaan ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
perkawinan) dan pengalaman kerja (persepsi individu terhadap karakteristik
pekerjaan, tingkat otonomi, tantangan tugas, kejelasan peran dan hubungan dengan
atasan maupun rekan kerja) (Meyer & Allen, 1997).
Termasuk ke dalam karakteristik individu yaitu usia, masa kerja, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan. Terdapat hubungan yang lemah antara
usia, lama kerja, status perkawinan dengan affective commitment (Mathieu dan zajac,
dalam Meyer & Allen, 1997). Sedangkan dengan faktor yang lain yaitu pengalaman
kerja, berdasarkan penelitian Mathieu dan Zajac (Meyer & Allen, 1997) ditemukan
commitment. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan affective commitment
adalah terpenuhinya kebutuhan seorang guru ketika melakukan pekerjaannya.
Pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang guru dan berhasil
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya akan menimbulkan kepuasan kerja, dan
selanjutnya akan menumbuhkan affective commitment di dalam diri guru tersebut.
Tingkat pendidikan (Lee, dalam Meyer & Allen, 1997), usia dan lama kerja
(Ferris & Aranya, dalam Meyer & Allen, 1997) berpengaruh terhadap continuance
commitment. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi continuance
commitment, dan semakin tua usia dan lama masa kerja seorang guru, maka
continuance commitment semakin tinggi karena kesempatan seorang guru untuk
berpindah pekerjaan/profesi semakin kecil. Meyer dan Allen (1993), juga
menemukan bahwa kepuasan kerja berhubungan negatif dengan continuance
commitment, semakin tinggi kepuasan kerja, maka continuance commitment akan
semakin rendah. Seorang guru yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan
pekerjaannya maka akan memiliki continuance commitment yang rendah.
` Selain itu ditemukan pula bahwa pengalaman kerja yang menyenangkan dan
kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan normative commitment. Semakin
tinggi kepuasan kerja seorang guru maka akan semakin tinggi pula normative
commitment seorang guru tersebut.
Guru-guru di SMA “X” Bandung ini juga memiliki berbagai macam
dalam pekerjaannya dan persepsi mengenai imbalan yang diterima. Hal ini tentunya
Skema 1.1 skema kerangka pikir
Occupational commitment Guru-guru di
SMA “X” Bandung
Tinggi
Rendah Faktor-faktor yang berpengaruh pada occupational commitment :
1. Karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan).
2. Pengalaman kerja (persepsi individu terhadap karakteristik pekerjaan dan persepsi mengenai imbalan yang diterima, tantangan tugas, kejelasan peran).
3. Kepuasan kerja
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai occupational commitment pada guru-guru
di SMA “X” Bandung, maka dapat disimpulkan :
a. Guru-guru di SMA “X” Bandung sebesar 53,3% guru memiliki occupational
commitment yang tinggi dan sebesar 46,7% guru memiliki occupational
commitment yang rendah
b. Pada guru-guru yang memiliki occupational commitment tinggi, continuance
commitment merupakan komponen occupational commitment dominan yang
dimiliki guru di SMA “X” Bandung. Hal ini menggambarkan bahwa
guru-guru tetap bertahan dalam pekerjaannya sebagai guru-guru karena mereka butuh
melakukan hal tersebut dan tidak ada pilihan lain.
c. Pada guru-guru yang meniliki occupational commitment rendah, affective
commitment merupakan komponen occupational commitment dominan terendah
yang dimiliki guru-guru di SMA “X” Bandung. Hal ini menggambarkan bahwa
guru-guru kurang memiliki keterikatan emosional dengan pekerjaannya sebagai
guru.
d. guru yang merasa puas dengan fasilitas yang didapat dari pekerjaannya
menunjukkan occupational commitment yang tinggi.
e. Faktor jenis kelamin, usia dan masa kerja kurang mendukung terhadap
yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
5.2.1 Saran Ilmiah
a. Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai profile
occupational commitment dalam penelitian selanjutnya sehingga dapat diperoleh hasil
yang lebih mendalam, mengenai occupational commitment.
5.2.2 Saran Praktis
a. Sebaiknya pihak sekolah dapat membenahi kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan dan melaksanakan dengan baik peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Serta melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses mengajar di
SMA “X”Bandung.
b. Disarankan kepada guru-guru di SMA “X” Bandung khususnya yang memiliki
occupational commitment yang rendah untuk mengetahui dasar perilakunya dalam
bekerja sehingga dapat lebih bertanggung jawab, mengembangkan diri, dan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Meyer J.P and Allen. 1997. Commitment in the workplace : Theory, research, and application. Inc. United State of America : Sage Publications.
Drs. Moh. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, ed 2. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum Teaching.
Santrock, John W. 2004. Life Span Development. Dubuqu, Iowa : Wm. C. brown Publisher. Ninth edition.
DAFTAR RUJUKAN
John.P.Meyer, Natalie J. Allen, and Catherine A. Smith. 1993. Commitment to Organizations and Occupations: Extension and test of a Three-Component Conceptualization. Journal of Applied Psychology, Vol. 78 No. 4, 538-551.
Milawati Nababan, Nur. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi Pada Guru Honorer di SMUK “X” Bandung.
P. Gregory Irving, Daniel F. Coleman, and Christine L. Cooper. 1997. Further Assessment of a Three-Component Model of Occupational Commitment: Generalizability and Differences Across Occupations. Journal of Applied Psychology, Vol. 82 No. 3, 444-452.
Standar Isi dan standar Kompetensi Lulusan Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah. 2006. Jakarta : PT. Binatama Raya.