• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres pada Manager Menengah Atas dalam Menjalani Masa Persiapan Pensiun di Kantor Pusat PT. "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres pada Manager Menengah Atas dalam Menjalani Masa Persiapan Pensiun di Kantor Pusat PT. "X" Bandung."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana derajat stres dalam menjalani masa persiapan pensiun pada manager menengah atas di kantor pusat PT. “X” Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Populasi sasaran adalah seluruh karyawan PT “X” Bandung yang akan memasuki masa pensiun dan memenuhi karakteristik menduduki jabatan terakhir setara manager menengah atas, mempunyai anak, masih memiliki pasangan hidup, akan menjalani masa pensiun sesuai ketentuan perusahaan, pensiun karena adanya peraturan yang berlaku dan bukan pensiun atas permintaan sendiri (sukarela), dan berdomisili di Bandung. Ukuran responden penelitian ini sebesar 30 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner derajat stres yang disusun oleh Aelly (Skripsi, 2005) dan dimodifikasi oleh Peneliti yang mengacu pada teori Tom

Cox. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji

reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach diperoleh 58 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,313–0,897 dan reliabilitas sebesar 0,97. Data hasil penelitian diolah dengan teknik distribusi frekuensi, dan memperlihatkan bahwa sebagian besar (76,7%) responden menghayati stres pada derajat yang moderat cenderung rendah. Dari hasil penelitian juga diketahui dukungan keluarga, penghayatan responden terhadap tuntutan lingkungan dan tuntutan dalam diri, kejelasan peran yang akan dijalani, latar belakang alasan bekerja, dan penghayatan terhadap masa pensiun pada karyawan di kantor pusat PT. “X” Bandung mampu menunjang penghayatan derajat stres berada pada moderat cenderung rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran kepada pihak Kantor Pusat PT.”X” Bandung agar dapat mengembangkan program family gathering yang dapat menunjang program stress management sebagai tindak lanjut dari informasi yang diperoleh, serta kepada karyawan yang akan menghadapi masa pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung diharapkan mendapatkan pengaruh yang positif, sehingga stres yang dialami akan tetap berada pada tingkat yang moderat cenderung rendah, bahkan bila memungkinkan berada pada tingkat yang rendah. Peneliti pun mengajukan saran agar dilakukan penelitian serupa namun di organisasi yang berbeda dan dapat pula dilakukan penelitian dengan menghubungkan derajat stres dengan kemampuan penyesuaian diri menghadapi masa pensiun, efektifitas pelatihan pra-pensiun yang diadakan oleh Kantor Pusat PT.”X” Bandung, atau dengan state of anxiety yang dialami oleh karyawan yang akan menghadapi masa pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung.

iv

(2)

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat

SWT dan shalawat

serta salam peneliti haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW karena berkat rahmat dan karunia-Nya serta tuntunannya, maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

“STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT STRES

PADA MANAGER

MENENGAH ATAS

DALAM

MENJALANI MASA PERSIAPAN PENSIUN

DI

KANTOR PUSAT PT. “X” BANDUNG“

Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan ilmu dan pengalaman yang peneliti miliki. Meskipun demikian, peneliti telah berusaha sesuai dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikannya. Selanjutnya, peneliti sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. R. Sanusi Soesanto, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung dan penguji III (kode etik).

2. Bapak Drs. Paulus H. Prasetya, M. Si., psikolog, selaku dosen koordinator Skripsi yang telah banyak memberi ide dan ilmu yang sangat berharga serta selaku penguji II (metodologi penelitian).

3. Ibu Dra. Ria Wardani, M. Si., psikolog, selaku dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing M.R. II yang dengan sabar telah banyak memberikan

(3)

dalam penyusunan laporan ini semenjak M.R. II.

4. Ibu Dra. Fifie Nurofia, psikolog, M. M., selaku dosen co-pembimbing peneliti yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar telah banyak memberikan kesempatan, bantuan, bimbingan, dan koreksi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.

5. Ibu Dra. Irene Prameswari Edwina, M. Si., psikolog, dan Ibu Missiliana R., M. Si., psikolog selaku dosen pembahas yang telah memberikan masukan yang begitu berarti dan terperinci pada Seminar Outline.

6. Ibu Ida Ayu N. Kartikawati, M. Psi., psikolog, selaku dosen penguji I (komprehensif).

7. Ka Lany dan Ika selaku mahasiswi pembahas yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan pandangan dan sumbangan yang bermanfaat bagi peneliti. Terima kasih banyak.

8. Ibu DR. Parwati Soepangat, M. A., selaku dosen wali yang selama ini telah membimbing dan mendukung peneliti.

9. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang selama ini telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti selama menjalani perkuliahan.

10. Bapak Alex, Ibu Ellis, dan Ibu Tina serta tidak lupa pula kepada Ibu Dra. Aida H. selaku staf perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang telah banyak membantu peneliti dalam mencari bahan pustaka yang dibutuhkan.

(4)

T. Supraptinah dan Bapak Widhi serta seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang telah banyak membantu keperluan administrasi, baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan. 12. Bapak Ule, Bapak Cahya, Bapak Edi, dan rekan-rekan lain yang telah setia

membantu proses belajar mengajar selama peneliti menuntut ilmu.

13. Bapak Mochammad Qosim, selaku Pembimbing Praktek atau Penelitian di Kantor Pusat PT “X” Bandung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing peneliti selama penyusunan skripsi ini.

14. Karyawan Kantor Pusat PT “X” Bandung, selaku responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu berharganya untuk membantu dan memberikan masukan kepada peneliti dalam proses pengambilan data.

15. Kedua Orang Tua; Papa Mustadjab dan Mama Sri Hardini, yang telah memberikan dorongan dan motivasi serta dukungan baik moril maupun materiil yang tidak terhingga sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini. Peneliti sangat beruntung memiliki kedua orang tua seperti mereka. Skripsi ini peneliti persembahkan sebagai salah satu tanda cinta kepada mereka.

16. Kakak-kakakku, Mas Anto & Mbak Yuyun, Mas Adi, Mbak Jah & Mbak Kar beserta keluarga lainnya. Terima kasih atas kasih sayangnya yang luar biasa terhadap peneliti. Peneliti tidak akan seperti sekarang tanpa bimbingan mereka. 17. Sahabat seperjuanganku : Marisa, Kania, Olan, Manda, Iwan, Tika, Chika, Ana,

Gunung, Melly, Fani, Asya, Yoan, Deehan, Yuni, Ega, dan Roni yang telah saling

(5)

yang mewarnai kehidupan peneliti.

18. Sahabat ‘masa kecil’ peneliti yang tak henti-hentinya memberikan dorongan dan dukungan sejak dulu hingga saat ini : Vevey, Reza, Ai, Aci, Intan, Nenden, Fiddy, Arie, Herdi, Indra, Ihsan, dan Yuga.

19. Sahabat pendukung peneliti : Tika Sofyan, Yerri, Yuni Mustika, Ka Pipit, Indra, Cassey, Dina, dan Tassia. Terima kasih telah memberikan semangat dan bantuan yang sangat berarti untuk peneliti. Tidak lupa kepada Ka Aelly, Ko Heri, terima kasih atas saran, masukan, dan bantuannya dalam penyusunan skripsi. 20. Teman-teman Fakultas Psikologi, khususnya angkatan 2001, yang telah berbagi

ilmu dan pengalaman selama ini.

21. Ka Efnie, Sherly, Belinda, Ka Icha serta teman-teman asisten Ro, PPLK, dan asisten PD I praktikum lain, terima kasih banyak buat do’a&dukungannya.

22. Teman-teman ESQ : Rezi (Eci), Apry, Kang Arga dan untuk semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas do’a, dukungan, dan waktunya yang indah. Untuk Rezi, terima kasih yang tidak terhingga karena telah memperkenalkan peneliti pada dunia ini.

23. Untuk A’a Agung Nugraha, terima kasih banyak yang tidak terhingga untuk perhatian dan kasih sayangnya yang tidak pernah habis diberikan kepada peneliti. Tetaplah menjadi A’a yang disayangi semua orang.

24. Seseorang yang telah menemani peneliti dalam menyusun skripsi ini melalui kenangan indah yang telah diberikan kepada peneliti selama ini. Terima kasih.

(6)

satu persatu, yang telah memberikan saran, dorongan, dan kritikan yang membangun baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak lepas dari segala kekurangan, ketidaksempurnaan, serta kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk pengembangan penelitian selanjutnya, terutama yang berkatian dengan topik yang peneliti kemukakan.

Akhir kata, peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Bandung, Desember 2006 Dengan segala kerendahan hati,

Peneliti

(7)

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Putri Ayuningtyas NRP : 0130007

Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila di kemudian hari diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya maka saya bersedia menerima seluruh sanksi yang diberikan.

Demikian pernyataan saya.

Bandung, Desember 2006

Putri Ayuningtyas

(8)

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai mahasiswi Universitas Kristen Maranatha Bandung, yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Putri Ayuningtyas NRP : 0130007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Bandung Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT STRES PADA MANAGER

MENENGAH ATAS DALAM MENJALANI MASA PERSIAPAN PENSIUN DI

KANTOR PUSAT PT. “X” BANDUNG”

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk

pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

(9)

Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung Pada Tanggal : 8 Januari 2007

Yang menyatakan,

(Putri Ayuningtyas)

(10)

Lembar Judul……….. i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….. xi

DAFTAR ISI……….. xiii 2.1.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Penilaian………..

(11)

2.1.7. Stres Peran……… 2.1.8. Stres Perkawinan……….. 2.1.9. Stres Kerja……….. 2.1.10. Reaksi Terhadap Stres………. 2.1.11. Stress Management……….. 2.3. Periode Perkembangan Usia Madya Lanjut……… 2.3. Arti Bekerja………... 2.5.1. Penyesuaian Diri terhadap Masa Pensiun ………... 2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri terhadap Masa

Pensiun... 2.5.3. Ciri-ciri Individu yang Berhasil Menyesuaikan Diri...

(12)

3.4.1. Populasi Sasaran……….. 3.4.2. Teknik Sampling……… 3.4.3. Karakteristik Populasi………... 3.4.4. Teknik Analisis Data……….

81 81 82 83

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Responden……… 4.2. Hasil Penelitian………. 4.3. Pembahasan……….

85 87 92

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan…………...………. 5.2. Saran………..

5.2.1. Saran Praktis………... 5.2.2. Saran Teoritis………...

100 102 102 103

DAFTAR PUSTAKA……… 104

DAFTAR RUJUKAN……… 106

LAMPIRAN

(13)

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pikir……….. 15

Bagan 2.1. Bagan Pendekatan Stres sebagai Stimulus………. 20

Bagan 2.2. Bagan Pendekatan Stres sebagai Respon……….. 23

Bagan 2.3. Bagan Model Stres berdasarkan Pendekatan Interaksional…………. 26

Bagan 2.4. Bagan Stres menurut Cummings dan Cooper (1988)……… 39

Bagan 2.5. Bagan Organizational Stressors……… 49

Bagan 3.1. Bagan Skema Rancangan Penelitian……… 74

Bagan 3.2. Bagan Aspek dan Indikator………. 76

(14)

Tabel 4.1. Tabel Gambaran Responden – Jenis Kelamin………. 85

Tabel 4.2. Tabel Gambaran Responden – Latar Belakang Pendidikan………….. 85

Tabel 4.3. Tabel Gambaran Responden – Penghasilan……… 86

Tabel 4.4. Tabel Gambaran Responden – Jumlah Anggota Keluarga yang Masih Menjadi Tanggungan……… 87

Tabel 4.5. Tabel Derajat Stres……… 88

Tabel 4.6. Tabel Derajat Stres dengan Efek Subyektif………... 88

Tabel 4.7. Tabel Derajat Stres dengan Efek Tingkah Laku………... 89

Tabel 4.8. Tabel Derajat Stres dengan Efek Kognitif……….. 90

Tabel 4.9. Tabel Derajat Stres dengan Efek Fisiologis……….. 90

Tabel 4.10. Tabel Derajat Stres dengan Efek Kesehatan……….. 91

Tabel 4.11. Tabel Derajat Stres dengan Efek Organisasi……….. 92

(15)

Lampiran 1 : Kuesioner Derajat Stres Lampiran 2 : Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 3 : Tabel Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4 : Tabel Karakteristik Responden

Lampiran 5 : Tabel Jawaban Derajat Stres Lampiran 6 : Tabel Skoring Aspek Efek Subyektif Lampiran 7 : Tabel Skoring Aspek Efek Tingkah Laku Lampiran 8 : Tabel Skoring Aspek Efek Kognitif Lampiran 9 : Tabel Skoring Aspek Efek Fisiologis Lampiran 10 : Tabel Skoring Aspek Efek Kesehatan Lampiran 11 : Tabel Skoring Aspek Efek Organisasi Lampiran 12 : Tabel Skoring Stres

Lampiran 13 : Tabel Skoring Stres per Aspek Lampiran 14 : Tabel Skoring Data Penunjang

Lampiran 15 : Crosstabulation Derajat Stres – Data Penunjang 1. Jenis Kelamin (Tabel 4.12.)

2. Usia (Tabel 4.13.)

3. Latar Belakang Pendidikan (Tabel 4.14.) 4. Alasan Bekerja (Tabel 4.15.)

5. Penghasilan (Tabel 4.16.)

6. Keinginan Untuk Bekerja Kembali (Tabel 4.17.)

(16)

8. Tanggungan Keluarga (Tabel 4.19.) 9. Penghayatan Pensiun (Tabel 4.20.) 10. Peran yang Harus Dijalani (Tabel 4.21.) 11. Tuntutan Pribadi (Tabel 4.22.)

12. Tuntutan Lingkungan (Tabel 4.23.) 13. Dukungan Keluarga (Tabel 4.24.)

(17)
(18)

PENGANTAR

Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha. Dalam rangka menyusun tugas akhir, saya

membutuhkan bantuan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu dan mengisi kuesioner

sehubungan dengan penelitian yang sedang saya lakukan. Penelitian saya bertujuan

ingin mengetahui bagaimana Bapak/Ibu menghayati Masa Persiapan Pensiun dari

perusahaan dimana Bapak/Ibu bekerja selama ini.

Data yang saya dapatkan dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat bagi

penelitian ini dan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu tidak

perlu merasa ragu-ragu dalam mengisinya. Supaya tidak terjadi kesalahan, saya

mohon sebelum mengisi, Bapak/Ibu terlebih dahulu membaca petunjuk cara

pengisian yang terdapat dalam setiap bagian kuesioner yang akan Bapak/Ibu isi.

Jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak ada yang salah, sepanjang jawaban

tersebut sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan dalam menghadapi Masa

Pensiun.

Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu

dan membantu saya mengisi kuesioner ini. Atas perhatian dan bantuannya, saya

ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,

(19)

DATA PRIBADI

1. Nama (inisial) :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)

3. Tanggal / Bulan / Tahun Lahir : / /

4. Posisi Terakhir dan Masa kerja : &

5. Pendidikan Terakhir :

6. Agama :

7. Hobby :

Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan yang paling mewakili

keadaaan Bapak/Ibu di kolom yang telah tersedia.

8. Riwayat kesehatan :

a. Kondisi Kesehatan Sebelum Memasuki Masa Pensiun

sehat

memiliki penyakit yang diderita, yaitu ………

b. Kondisi Kesehatan Mendekati Masa Pensiun (3 bulan yang lalu sampai

sekarang)

sehat

memiliki penyakit yang diderita, yaitu ………

9. Sebelum memasuki masa pensiun, latar belakang Bapak/Ibu bekerja karena :

alasan ekonomi hobby

memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh

(20)

10. Jumlah penghasilan total per bulan selama menjalani Masa Persiapan Pensiun

saat ini : (termasuk dari penghasilan tambahan)

< Rp 5.000.000,-

Rp 5.000.000,- – Rp 7.500.000,-

Rp 7.500.000,. – Rp 10.000.000,-

Rp 10.000.000,- – Rp 15.000.000,-

> Rp 15.000.000,-

11. Terpikirkah oleh Bapak/Ibu akan bekerja setelah pensiun ?

ya tidak

12. Apakah Bapak/Ibu memiliki sumber penghasilan tambahan pada saat ini :

tidak ya

Kalau “Ya”, berasal dari :

bantuan dari anak/saudara

simpanan/tabungan

mengontrakkan rumah

pekerjaan sampingan

lainnya, sebutkan ………

13. Jumlah anak : ……… orang

No. Jenis Kelamin :

L / P

Pendidikan Pekerjaan Masih menjadi tanggungan (√) atau tidak (x)

(21)

7. 8. 9. 10.

Jumlah tanggungan keluarga saat ini dan setelah pensiun (termasuk istri/suami,

anak, dsb) adalah ……… orang.

14. Apakah Bapak/Ibu sudah mempunyai cucu ?

belum

sudah, ……… orang

15. Bagi Bapak/Ibu, menghadapi masa pensiun merupakan saat yang :

sangat menyenangkan

cukup menyenangkan

kurang menyenangkan

tidak menyenangkan

16. Menurut Bapak/Ibu, peran Bapak/Ibu dalam lingkungan saat menghadapi masa

pensiun ini :

sangat jelas

cukup jelas

kurang jelas

tidak jelas

17. Tuntutan Bapak/Ibu terhadap diri sendiri dalam menghadapi masa pensiun ini :

sangat tinggi

tinggi

cukup

rendah

18. Menurut penghayatan Bapak/Ibu, tuntutan lingkungan terhadap Bapak/Ibu dalam

menghadapi masa pensiun ini :

sangat tinggi

tinggi

cukup

(22)

19. Apakah keluarga memberikan dukungan pada Bapak/Ibu dalam menghadapi

masa pensiun ini :

sangat mendukung

kurang mendukung

(23)

PEDOMAN PENGISIAN

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan mengenai keadaan yang

mungkin Bapak/Ibu rasakan dalam menghadapi masa pensiun. Bacalah setiap

pernyataan dengan seksama dan Bapak/Ibu diminta untuk memberikan tanda silang (X)

pada salah satu pilihan yang paling mewakili keadaaan Bapak/Ibu di kolom yang telah

tersedia.

Berilah tanda silang pada lajur :

Sl : bila pernyataan selalu Bapak/Ibu rasakan.

Sr : bila pernyataan sering Bapak/Ibu rasakan.

Jr : bila pernyataan jarang Bapak/Ibu rasakan.

TP : bila pernyataan tidak pernah Bapak/Ibu rasakan.

No. Dalam menghadapi masa pensiun ini, hal-hal yang saya

rasakan adalah :

Sl Sr Jr TP

1. … orang lain menilai saya negatif.

2. … tidak peduli dengan keadaan di sekitar.

3. … hari-hari yang saya jalani akhir-akhir ini semakin membosankan.

4. … sedih karena harus berpisah dengan rekan-rekan kerja saya dan hal

tersebut membuat saya depresi.

5. … tidak memiliki tenaga untuk menyelesaikan masalah saya.

6. … lebih mudah frustrasi dalam menyelesaikan masalah yang tengah

dihadapi.

7. … menyesal dulu tidak bekerja dengan sebaik mungkin.

8. … malu karena akan menjadi seorang pensiunan.

9. … menjadi pemurung.

10. … kurang merasa percaya diri saat menghadapi masa pensiun.

11. … lebih merasa kesepian bila dibandingkan saat masih aktif dulu.

12. … lebih banyak melakukan kesalahan dalam aktivitas sehari-hari

dibandingkan saat masih aktif bekerja dulu.

13. … membutuhkan obat-obatan penenang lebih sering daripada

sebelumnya.

(24)

No. Dalam menghadapi masa pensiun ini, hal-hal yang saya

rasakan adalah :

Sl Sr Jr TP

15. … menjadi kurang berselera makan.

16. … lebih banyak merokok.

17. … dilanda keraguan saat harus mengambil keputusan.

18. … menjadi sulit melakukan konsentrasi.

19. … menjadi sulit mengingat hal-hal penting.

20. … lebih mudah tersinggung bila dikritik.

21. … menjadi lebih keras kepala.

22. … denyut jantung saya berdebar lebih kencang akhir-akhir ini.

23. … lebih banyak berkeringat bila dibandingkan saat masih aktif bekerja

duu.

24. … lebih mudah mengalami sakit kepala daripada sebelum menjelang

pensiun.

25. … lebih mudah mengalami migrain (sakit kepala sebelah).

26. … mengalami mimpi buruk hampir setiap hari.

27. … mengalami sulit tidur bila dibandingkan saat masih aktif bekerja

dulu.

28. … menjadi mudah merasa sakit.

29. … tidak ingin pergi ke kantor lagi meskipun diijinkan oleh perusahaan.

30. … mengalami kesulitan komunikasi dalam berelasi dengan

rekan-rekan satu kantor saya.

31. … tidak suka dengan suasana kerja di kantor akhir-akhir ini yang saya

rasakan semakin tidak kondusif untuk bekerja.

32. … jadwal kerja yang saya jalani sekarang terasa lebih memberatkan.

33. … kurang peduli dengan tujuan dan kemajuan perusahaan.

34. … khawatir mengenai kondisi-kondisi yang akan saya hadapi.

35. … membiarkan hari-hari berlalu tanpa aktivitas berarti.

36. … jenuh karena kurangnya aktivitas yang dapat saya jalani.

37. … depresi karena tidak lama lagi harus melepas pekerjaan yang

selama ini telah menghidupi saya.

38. … cepat merasa lelah meskipun mengerjakan pekerjaan ringan.

39. … kebijakan perusahaan mengenai usia pensiun, belum tepat bagi

saya karena saya merasa masih dapat mengabdikan diri pada

perusahaan.

40. … merasa bersalah karena pengabdian saya pada perusahaan masih

(25)

No. Dalam menghadapi masa pensiun ini, hal-hal yang saya

rasakan adalah :

Sl Sr Jr TP

41. … malu karena dipandang tidak berguna lagi.

42. … lebih banyak melamun.

43. … merasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri ketika akan

melakukan kegiatan baru.

44. … merasa terkucil karena akan segera pensiun.

45. … sulit melakukan segala sesuatunya dengan benar.

46. … membutuhkan bantuan obat-obatan agar bisa tidur nyenyak.

47. … ingin membentak jika marah.

48. … sulit untuk memaksakan diri untuk makan dengan lahap.

49. … sulit menahan diri untuk mengurangi merokok.

50. … sulit mengambil keputusan.

51. … konsentrasi saya kurang fokus dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari.

52. … menjadi mudah lupa harus mengerjakan apa.

53. … sulit menerima kritik dari orang lain.

54. … mengalami kekakuan berpikir yang semakin menjadi-jadi.

55. … lebih mudah berdebar-debar.

56. … lebih mudah berkeringat, padahal dulu tidak pernah terjadi

demikian.

57. … mengalami gangguan sakit kepala hampir setiap hari.

58. … migrain yang selama ini saya derita semakin sering saya rasakan.

59. … ketika malam hari akhir-akhir ini saya lebih mudah terbangun karena

mimpi buruk yang saya alami.

60. … mudah terbangun di tengah malam dan tidak dapat tertidur kembali.

61. … dalam kondisi tidak sehat, para ahli mengatakan sumber penyakit

saya adalah terlalu banyak pikiran dan kekhawatiran.

62. … merasa malas untuk pergi ke kantor padahal saat masih aktif

bekerja tidak pernah saya rasakan.

63. … menjadi tidak dapat bekerjasama secara baik dengan rekan-rekan

kerja saya.

64. … suasana kerja di kantor yang tidak lagi senyaman yang saya

rasakan saat masih aktif bekerja dulu.

65. … kurang puas dengan hasil kerja saya bila dibandingkan dengan saat

masih aktif bekerja dulu.

(26)
(27)

KISI-KISI ALAT UKUR DERAJAT STRES

Keterangan : Bold = item dibuang.

Dalam menghadapi masa persiapan pensiun ini, hal-hal yang saya rasakan adalah :

Aspek Indikator Item

1.

Subyektif

1. kecemasan

2. apatis

3. kejenuhan

4. depresi

5. keletihan

1. … orang lain menilai saya negatif. (+)

2. … khawatir mengenai kondisi-kondisi yang akan saya hadapi. (+)

3. … tidak peduli dengan keadaan di sekitar. (+)

4. … membiarkan hari-hari berlalu tanpa aktivitas berarti. (+)

5. … hari-hari yang saya jalani akhir-akhir ini semakin membosankan. (+)

6. … jenuh karena kurangnya aktivitas yang dapat saya jalani. (+)

7. … sedih karena harus berpisah dengan rekan-rekan kerja saya dan hal tersebut

membuat saya depresi. (+)

8. … depresi karena tidak lama lagi harus melepas pekerjaan yang selama ini telah

menghidupi saya. (+)

9. … tidak memiliki tenaga untuk menyelesaikan masalah saya. (+)

(28)

6. frustrasi

7. rasa bersalah

8. rasa malu

9. murung

10. rendahnya rasa

percaya diri

11. merasa terasing

11. … lebih mudah frustrasi dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi.

(+)

12. … kebijakan perusahaan mengenai usia pensiun, belum tepat bagi saya karena

saya merasa masih dapat mengabdikan diri pada perusahaan. (+)

13. … menyesal dulu tidak bekerja dengan sebaik mungkin. (+)

14. … merasa bersalah karena pengabdian saya pada perusahaan masih belum

maksimal. (+)

15. … malu karena akan menjadi seorang pensiunan. (+)

16. … malu karena dipandang tidak berguna lagi. (+)

17. … menjadi pemurung. (+)

18. … lebih banyak melamun. (+)

19. … kurang merasa percaya diri saat menghadapi masa pensiun. (+)

20. … merasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri ketika akan melakukan

kegiatan baru. (+)

21. … lebih merasa kesepian bila dibandingkan saat masih bekerja dulu. (+)

(29)

2. Tingkah

Laku

1. meningkatnya

kecelakaan

2. ketergantungan

obat

3. ledakan emosi

4. hilang nafsu

makan

5. merokok

berlebihan

23. … lebih banyak melakukan kesalahan dalam aktivitas sehari-hari dibandingkan

saat masih aktif bekerja dulu. (+)

24. … sulit melakukan segala sesuatunya dengan benar. (+)

25. … membutuhkan obat-obatan penenang lebih sering daripada

sebelumnya. (+)

26. … membutuhkan bantuan obat-obatan agar bisa tidur nyenyak. (+)

27. … menjadi lebih mudah marah. (+)

28. … ingin membentak jika marah. (+)

29. … menjadi kurang berselera makan. (+)

30. … sulit untuk memaksakan diri untuk makan dengan lahap. (+)

31. … lebih banyak merokok. (+)

32. … sulit menahan diri untuk mengurangi merokok. (+)

3. Kognitif 1. tidak mampu

mengambil

keputusan

33. … dilanda keraguan saat harus mengambil keputusan. (+)

(30)

2. sulit

berkonsentrasi

3. sering lupa

4. sensitif berlebihan

terhadap kritik

5. mental blocks

35. … menjadi sulit melakukan konsentrasi. (+)

36. … konsentrasi saya kurang fokus dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari. (+)

37. … menjadi sulit mengingat hal-hal penting. (+)

38. … menjadi mudah lupa harus mengerjakan apa. (+)

39. … akhir-akhir ini Lebih mudah tersinggung bila dikritik. (+)

40. … sulit menerima kritik dari orang lain. (+)

41. … menjadi lebih keras kepala. (+)

42. … mengalami kekakuan berpikir yang semakin menjadi-jadi. (+)

4.

Fisiologis

1. denyut jantung

bertambah cepat

2. berkeringat

43. … denyut jantung saya berdebar lebih kencang akhir-akhir ini. (+)

44. … lebih mudah berdebar-debar. (+)

45. … lebih banyak berkeringat bila dibandingkan saat masih aktif bekerja dulu. (+)

46. … lebih mudah berkeringat. (+)

5.

Kesehatan

1. sakit kepala 47. … lebih mudah mengalami sakit kepala daripada sebelum menjelang pensiun.

(+)

(31)

2. migrain

3. mimpi buruk

4. insomnia

9. gangguan

psikosomatis

49. … lebih mudah mengalami migrain (sakit kepala sebelah). (+)

50. … migrain yang selama ini saya derita semakin sering saya rasakan. (+)

51. … mengalami mimpi buruk hampir setiap hari. (+)

52. … ketika malam hari akhir-akhir ini saya lebih mudah terbangun karena mimpi

buruk yang saya alami. (+)

53. … mengalami sulit tidur bila dibandingkan saat masih bekerja dulu. (+)

54. … mudah terbangun di tengah malam dan tidak dapat tertidur kembali. (+)

55. … akhir-akhir ini saya menjadi mudah merasa sakit. (+)

56. … dalam kondisi tidak sehat, para ahli mengatakan sumber penyakit saya

adalah terlalu banyak pikiran dan kekhawatiran. (+)

6.

Organisasi

1. meningkatnya

absensi

2. relasi dengan

rekan kerja yang

57. … tidak ingin pergi ke kantor lagi meskipun diijinkan oleh perusahaan. (+)

58. … malas untuk pergi ke kantor padahal saat masih aktif bekerja tidak pernah

saya rasakan. (+)

59. … mengalami kesulitan komunikasi dalam berelasi dengan rekan-rekan satu

(32)

rendah

3. merasakan

suasana kerja yang

negatif

4. muncul

ketidakpuasan

dalam bekerja

5. menurunnya

loyalitas terhadap

organisasi

60. … menjadi tidak dapat bekerjasama secara baik dengan rekan-rekan kerja

saya. (+)

61. … tidak suka dengan suasana kerja di kantor akhir-akhir ini yang saya rasakan

semakin tidak kondusif untuk bekerja. (+)

62. … suasana kerja di kantor yang tidak lagi senyaman yang saya rasakan saat

masih aktif bekerja dulu. (+)

63. … jadwal kerja yang saya jalani sekarang terasa lebih memberatkan. (+)

64. … kurang puas dengan hasil kerja saya bila dibandingkan dengan saat masih

aktif dulu padahal saya yakin mengerjakannya dengan baik. (+)

65. … kurang peduli dengan tujuan dan kemajuan perusahaan. (+)

(33)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

DERAJAT STRES

A. Validitas Aspek Efek Subyektif

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

1 0.753 Diterima

2 0.473 Diterima

3 0.285 Ditolak

4 0.444 Diterima

5 0.545 Diterima

6 0.816 Diterima

7 0.313 Diterima

8 0.261 Ditolak

9 0.417 Diterima

10 0.533 Diterima

11 0.359 Diterima

34 0.672 Diterima

35 0.566 Diterima

36 0.593 Diterima

37 0.520 Diterima

38 0.844 Diterima

39 0.481 Diterima

40 0.458 Diterima

41 0.488 Diterima

42 0.206 Ditolak

43 0.833 Diterima

44 0.858 Diterima

(34)

B. Validitas Aspek Efek Tingkah Laku

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

12 0.633 Diterima

13 -0.187 Ditolak

14 0.756 Diterima

15 0.755 Diterima

16 0.116 Ditolak

45 0.773 Diterima

46 0.417 Diterima

47 0.688 Diterima

48 0.793 Diterima

49 0.189 Ditolak

Derajat Reliabilitas Aspek Efek Tingkah Laku = 0,857

C. Validitas Aspek Efek Kognitif

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

17 0.572 Diterima

18 0.763 Diterima

19 0.582 Diterima

20 0.768 Diterima

21 0.701 Diterima

50 0.629 Diterima

51 0.858 Diterima

52 0.635 Diterima

53 0.786 Diterima

54 0.867 Diterima

(35)

D. Validitas Aspek Efek Fisiologis

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

22 0.391 Diterima

23 0.587 Diterima

55 0.896 Diterima

56 0.518 Diterima

Derajat Reliabilitas Aspek Efek Fisiologis = 0,797

E. Validitas Aspek Efek Kesehatan

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

24 0.693 Diterima

25 0.255 Ditolak

26 0.296 Ditolak

27 0.463 Diterima

28 0.694 Diterima

57 0.799 Diterima

58 0.363 Diterima

59 0.584 Diterima

60 0.790 Diterima

61 0.378 Diterima

Derajat Reliabilitas Aspek Efek Kesehatan = 0,846

F. Validitas Aspek Efek Organisasi

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

29 0.639 Diterima

30 0.764 Diterima

31 0.833 Diterima

(36)

33 0.751 Diterima

62 0.770 Diterima

63 0.871 Diterima

64 0.841 Diterima

65 0.823 Diterima

66 0.722 Diterima

Derajat Reliabilitas Aspek Efek Organisasi = 0,947

Derajat Reliabilitas

(37)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Subyek JK Usia Posisi Terakhir Masa

Kerja

Officer I Logistik 30 thn STM 4 orang

3. A. K. R.

L 56 thn

Auditor 30 thn Akademi 7 orang

4. D. A.

L 56 thn

Manager Sisyan 30 thn SLTA 4 orang

5. K. S.

L 55 thn

Account Manager 30 thn SMA 3 orang

6. N. N. S.

L 56 thn

Staff Ahli 27 thn Sarjana

Muda

Fungsional 32 thn SLA 3 orang

12. M. U. S.

L 56 thn

Staff Ahli Direksi 30 thn Akademi 3 orang

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

TABEL SKORING STRES PER ASPEK

No. Nama

SUBYEKTIF TINGKAH LAKU KOGNITIF FISIOLOGIS KESEHATAN ORGANISASI

(48)

1 I. M. 1 5 3 1 5 1 2 6 2 2 4 3 1

2 A. F. H. 1 4 1 1 2 2 1 4 1 4 3 3 1

3 A. K. R. 1 5 2 3 3 2 1 7 1 1 1 3 1

4 D. A. 1 5 1 3 3 2 1 4 2 2 3 3 1

5 K. S. 1 4 1 1 2 2 1 3 2 2 3 2 1

6 N. N. S. 1 5 2 4 4 1 2 4 1 2 2 3 1

7 S. H. M. 1 2 3 4 2 1 1 2 2 3 3 3 1

8 E. S. A. 1 3 3 4 2 1 1 3 1 3 3 3 1

9 S. 1 3 2 1 4 1 1 4 3 3 2 2 2

10 P. E. B. S. 1 1 1 1 3 2 1 4 2 1 3 3 1

11 E. S. H. 1 5 1 3 3 2 1 3 1 2 2 2 1

12 M. U. S. 1 5 3 4 5 1 2 3 2 1 3 3 1

13 J. P. T. 1 5 3 3 5 2 2 7 2 1 3 2 1

14 M. A. P. 1 5 2 4 3 1 1 3 2 1 2 2 1

15 A. P. 1 4 1 4 5 1 2 2 2 2 3 3 1

16 A. 1 5 1 3 1 1 2 4 2 1 3 3 1

17 B. E. S. T. 1 7 1 1 4 1 2 3 1 1 3 4 1

18 E. S. 1 5 2 3 3 2 1 2 1 1 3 3 1

19 Y. H. 2 4 3 3 4 2 1 4 1 1 3 3 1

20 X. 1 2 2 1 4 2 1 6 2 2 3 3 1

21 S. U. H. 1 5 3 3 5 2 2 1 1 1 3 2 1

22 Y. 1 4 2 3 3 2 1 5 1 1 3 2 1

23 B. S. P. 1 3 3 4 1 2 1 4 1 1 1 1 1

24 S. F. N. 1 3 2 3 2 2 2 2 1 1 3 3 1

25 I. N. S. 1 4 2 3 4 1 2 1 2 2 2 3 1

26 A. S. M. 1 5 1 3 1 1 2 2 2 1 3 3 1

27 R. M. 1 4 3 3 4 1 2 4 2 1 1 2 1

28 R. S. 1 4 1 3 1 1 2 3 2 2 3 3 1

29 I. N. S. 1 4 2 3 4 2 2 2 1 1 3 2 1

(49)
(50)

CROSSTABULATION DERAJAT STRES DENGAN DATA PENUNJANG

Tabel 4.12. Crosstabs Derajat Stres dengan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tabel 4.13. Crosstabs Derajat Stres dengan Usia

Usia

Tabel 4.14. Crosstabs Derajat Stres dengan Latar Belakang Pendidikan

Latar Belakang Pendidikan Derajat

Stres SMU/sederajat Diploma/Akademi S1

(51)

Tabel 4.15. Crosstabs Derajat Stres dengan Alasan Bekerja

Alasan Bekerja Derajat

Stres Alasan ekonomi Memanfaatkan ilmu yang diperoleh

Tabel 4.16. Crosstabs Derajat Stres dengan Penghasilan

Penghasilan Derajat

Stres <Rp5juta Rp5-7.5juta Rp7,5-10juta Rp10-15juta >Rp15juta

TOTAL

Tabel 4.17. Crosstabs Derajat Stres dengan Keinginan untuk Bekerja Kembali

(52)

Tabel 4.18. Crosstabs Derajat Stres dengan Penghasilan Tambahan

Tabel 4.19. Crosstabs Derajat Stres dengan Tanggungan Keluarga

Tanggungan Keluarga

Tabel 4.20. Crosstabs Derajat Stres dengan Penghayatan Pensiun

(53)

Tabel 4.21. Crosstabs Derajat Stres dengan Peran yang Harus Dijalani

Peran Derajat

Stres Sangat Jelas Cukup Jelas Kurang Jelas Tidak Jelas

TOTAL

Tabel 4.22. Crosstabs Derajat Stres dengan Tuntutan Pribadi

Tuntutan Pribadi Derajat

Stres Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah TOTAL

Tabel 4.23. Crosstabs Derajat Stres dengan Tuntutan Lingkungan

Tuntutan Lingkungan Derajat

(54)

Tabel 4.24. Crosstabs Derajat Stres dengan Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga Derajat

Stres Sangat Mendukung Kurang Mendukung Tidak Mendukung

TOTAL

5 0 0 5

Rendah

16,7% 0% 0% 16,7%

22 1 0 23

Cenderung rendah

73,3% 3,3% 0% 76,7%

2 0 0 2

Cenderung tinggi

6,7% 0% 0% 6,7%

0 0 0 0

Tinggi

0% 0% 0% 0%

29 1 0 30

TOTAL

(55)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa adalah bekerja yang

dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang menghasilkan suatu produk yang

bernilai, yaitu uang dan kepuasan kerja (H. B. I. Setiawan, 1989). Selain itu, bekerja

juga merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan sekaligus akan menunjang kemandirian orang yang

bersangkutan.

Dalam bekerja, individu akan mengikatkan diri kepada peraturan yang

berlaku di tempat atau badan usaha atau perusahaan tempat bekerja. Peraturan itu

akan menuntut para karyawannya untuk patuh dan menyesuaikan diri. Salah satu

kebijakan yang dimiliki oleh hampir semua badan usaha atau perusahaan adalah

kebijakan mengenai usia pensiun bagi karyawannya. Setiap karyawan yang telah

mencapai usia tertentu harus menerima dan melaksanakan kebijakan mengenai

masa pensiun. Adanya kebijakan mengenai usia pensiun menjadikan masa pensiun

sebagai salah satu masa yang harus dihadapi oleh hampir semua karyawan, yaitu

yang berkenaan dengan masalah berakhirnya kesempatan kerja bagi orang

tersebut. Dengan demikian, pensiun juga merupakan akhir pola hidup atau masa

transisi ke pola hidup yang baru (Schwartz, 1974 dalam Elizabeth B. Hurlock,

1980).

(56)

Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan

sehingga menjelang masanya tiba, sebagian orang sudah merasa cemas karena

tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapinya kelak (

www.e-psikologi.com/usia/pensiun). Salah satu faktor yang dapat membuat individu

merasa sulit untuk melepaskan pekerjaannya dan menjalani masa pensiunnya

adalah keberartian atau makna dari pekerjaannya itu sendiri (Hurlock, 1980).

Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu

faktor terpenting yang bisa mendatangkan pelbagai bentuk kepuasan yang terkait

dengan finansial, jabatan, dan pengukuhan harga diri. Oleh karenanya pensiun

merupakan kejadian kehidupan yang dianggap mengakibatkan pelbagai masalah

dalam penyesuaian kehidupan pada usia lanjut. Apabila bekerja merupakan suatu

hal yang penting bagi kehidupan seseorang, maka pensiun mengakibatkan

“keadaan yang terputus dari peran seseorang” (Riley and Waring, 1976 dalam

Turner&Helms, 1995).

Adanya perubahan-perubahan ketika memasuki masa pensiun kemudian

mengarahkan individu untuk melakukan penyesuaian diri terhadap masa

pensiunnya. Namun pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah semudah yang

dibayangkan karena dalam menjalani proses itu tidak jarang para calon pensiunan

mengalami stres. Kenyataan ini sejalan dengan pernyataan Blau (1972; dalam Bell,

1979) yaitu orang yang telah pensiun seringkali bukan hanya mengalami kesendirian

tapi juga menganggap dirinya tidak berharga. Juga diungkapkan dalam Suara

Hidayatullah (edisi 05/tahun XI, September 1998), “Menghadapi masa pensiun,

(57)

bukan hal yang mudah untuk dijalani. Banyak orang yang mengalami stres

karenanya”.

Sebagaimana dituturkan sebelumnya, pensiun selalu menyangkut perubahan

peran, perubahan keinginan dan nilai, yang dampaknya akan menyangkut terjadinya

perubahan menyeluruh dalam pola hidup. Mengingat begitu banyaknya situasi

‘kehilangan’ yang harus diterima oleh seseorang ketika menghadapi masa pensiun,

maka persiapan menjelang masa pensiun itu menjadi kunci dari keberhasilan

penyesuaian diri pada masa pensiun. Sebagaimana ditegaskan oleh Louis Harris &

Associates (1981 dalam Turner&Helms, 1995) bahwa faktor “kurang persiapan”

atau “lack of preparedness”, mengakibatkan individu kurang dapat menyesuaikan

diri dengan semua dampak psikologis dan material yang menyertai masa pensiun.

Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena

adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.

Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri.

Atchley (1977) mengatakan bahwa proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah

pada masa pensiun. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe

(1967), mengungkapkan bahwa pensiun menempati posisi 10 besar untuk posisi

stres. Dengan memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran

sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan

berubah juga karena kehilangan peran (Eyde, 1983). Bahkan akibat yang paling

buruk pada pensiunan adalah bisa mengakibatkan depresi dan bunuh diri

(Zimbardo, 1979). Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis oleh Liem & Liem

(1978) dikatakan bisa menyebabkan masalah penyakit terutama gastrointestinal,

(58)

gangguan saraf, berkurangnya kepekaan. Ia menyebut penyakit di atas, dengan

istilah retirement syndrome. Dampak pensiun bukan hanya bersifat negatif saja,

namun juga terdapat dampak positifnya, yakni seseorang bisa terbebas dari rutinitas

kerja. Ada perasaan puas karena sudah berhasil menyelesaikan tugas dan

kewajibannya. Bahkan Perlmutter (1981) mengatakan bahwa sebagian besar kaum

pensiun menunjukkan perasaan puas, tetap merasa dirinya berguna dan dapat

mempertahankan rasa identitasnya. Rasa depresi dan kecemasan yang timbul

biasanya berada pada tingkat ringan dan sifatnya hanya sementara. Kalaupun

depresi bertambah hal itu disebabkan oleh gangguan fisik dan bukan karena masa

pensiun itu sendiri (

http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-rika%20eliana.pdf).

Hilangnya peran yang berkesinambungan dan kurangnya peran yang jelas

menyebabkan penyempitan peran yang signifikan bagi banyak orang saat menjalani

masa pensiunnya. Hilangnya wibawa dan kekuasaan, rutinitas, dan kontak sosial

dapat mengurangi identitas dan self-esteem para calon pensiunan. Bahkan

fenomena post power syndrome sering pula terjadi pada diri pensiunan (Elizabeth

B. Hurlock, 1980).

Istilah post power syndrome pun menjadi identik dengan mereka yang

menderita stres di masa pensiun. Bahkan istilah Memasuki Persiapan Pensiun yang

disingkat 'MPP' sering diplesetkan menjadi ‘Mati Pelan Pelan’. Padahal bagi yang

ingin menikmati hidup secara utuh, masa pensiun adalah masa terindah dalam hidup

manusia. Di masa pensiun individu bebas menikmati hari-hari tanpa beban dan

rutinitas kerja yang melelahkan. (www.astaga.com/karir).

(59)

Bagi karyawan yang menduduki jabatan ‘cukup’ tinggi, misalnya

manajer-menengah ke atas, masa pensiun berarti saat hilangnya karir dan segala bentuk

fasilitas yang menyertainya, terlebih jika yang bersangkutan masih merasa sehat

dan kuat untuk bekerja. Keadaan ini kemungkinan akan menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan mental yang dapat menimbulkan perasaan cemas maupun

stres. (Harian umum Pikiran Rakyat, 14 Februari 1998) Seorang bapak yang

sebelum pensiun menjabat sebagai salah satu direksi di sebuah perusahaan

menyatakan bahwa dirinya merasa masih mampu untuk tetap bekerja. Ia pun

manambahkan bahwa besarnya uang pensiun yang diterima setiap bulannya hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dari hasil wawancara awal yang dilakukan Peneliti dengan seorang bapak

yang telah memasuki masa pensiun diperoleh bahwa saat akan menjalani masa

persiapan pensiun (MPP) dirinya merasa stres. Di satu sisi karena faktor usia,

dirinya harus menghentikan pekerjaan sebagai suatu aktivitas rutin. Tapi di sisi lain,

secara fisik dirinya masih mampu untuk bekerja dan masih sehat untuk berkarya.

Bapak tersebut merasakan dengan pensiun ada sesuatu yang hilang dalam

kehidupannya, terutama rutinitas bekerja di kantor. Oleh karena itulah untuk

meredakan stres yang dirasakan, dirinya memilih untuk meneruskan bekerja di

perusahaan lain sesudah memasuki masa pensiunnya tersebut.

Dalam menjalani masa persiapan pensiun pihak PT. “X” memiliki kebijakan,

manager menengah atas yang memasuki masa persiapan pensiun dibebastugaskan

namun masih menerima gaji penuh selama setahun sebelum pensiun. Hal ini

dilakukan dengan harapan manager menengah atas yang akan pensiun dapat

(60)

mengantisipasi hal-hal yang akan dialaminya di masa pensiun, belajar bahwa masa

pensiun bukan hal yang menakutkan dan karenanya harus berusaha menyesuaikan

diri dengan pola kehidupan baru, yang diharapkan dapat mengurangi stres dan

membantu individu dalam mengatasi masa pensiun.

Dari hasil wawancara dengan bagian Direktorat SDM PT. “X, ditemukan

bahwa setiap tahunnya fenomena stres dalam menghadapi pensiun yang biasanya

diibaratkan sebagai “mati pelan-pelan” sering dihadapi oleh para calon pensiunan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para calon pensiunan itu pula, diketahui

bahwa hal tersebut diakibatkan oleh tidak adanya lagi kegiatan rutin yang selama ini

dijalani, merasa bingung mengisi waktu luang, dan merasa bahwa dirinya sudah

tidak berguna lagi di masyarakat.

Masa pensiun bagi sebagian individu merupakan suatu masa yang memiliki

karakter serba tidak jelas karena menjadi tanda perubahan atau terhentinya kerja

rutin seseorang sehingga mengakibatkan timbulnya stres. Bagi manager menengah

atas yang memandang bahwa menghadapi masa pensiun ini dipenuhi oleh segala

kekhawatiran akan kondisi yang akan dihadapi maka situasi tersebut akan

menimbulkan stress-appraisal. Apabila para manager menengah atas merasa

bahwa masa pensiun bukanlah situasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan

dirinya maka akan menimbulkan irrelevant. Sedangkan jika para manager

menengah atas menghayati masa pensiun sebagai hal yang positif dan dianggap

dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya maka akan menimbulkan benign-positive

sehingga berdasarkan hal tersebut maka derajat stres yang akan dihayati oleh para

(61)

manager menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun ada yang rendah

bahkan dapat dianggap sebagai tantangan.

Berbekal dari masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas, maka Peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai derajat stres pada manager

menengah atas dalam menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT. “X”

Bandung.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka ingin diketahui :

Sejauh mana derajat stres yang dihayati manager menengah atas dalam menjalani

masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT. “X” Bandung.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran mengenai derajat stres pada manager

menengah atas dalam menjalani masa persiapan pensiun di kantor

pusat PT. “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat stres

pada manager menengah atas dalam menjalani masa persiapan

(62)

pensiun yang menggejala melalui efek-efeknya di kantor pusat PT. “X”

Bandung.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan antara lain untuk :

a. Memberikan sumbangan informasi bagi bidang Psikologi Industri &

Organisasi secara khusus tentang derajat stres pada manager menengah

atas dalam menjalani masa persiapan pensiun.

b. Sebagai landasan informatif untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan derajat stres pada manager menengah atas dalam

menjalani masa persiapan pensiun.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

a. Memberikan informasi bagi manager menengah atas di Kantor Pusat PT.

“X” Bandung mengenai derajat stres yang pada umumnya dirasakan para

manager menengah atas sehingga mereka menghayati adanya rasa

senasib sehingga hal ini bisa menjadi social support bagi mereka dalam

menjalani masa persiapan pensiun untuk meredakan stres yang mungkin

dihayati.

b. Sebagai masukan/informasi untuk bagian HRD/SDM di perusahaan,

mengenai hal-hal yang kelak mungkin akan dialami manager menengah

(63)

atas perusahaannya dan derajat stres dalam menjalani masa persiapan

pensiun, sehingga bagian HRD/SDM nantinya dapat menindaklanjuti

dengan mengadakan program stress management.

1.5. KERANGKA PEMIKIRAN

Bagi setiap individu, bekerja merupakan suatu tugas perkembangan yang

harus dipenuhi sehingga dengan bekerja individu dapat memenuhi kebutuhan dan

hidup mandiri. Namun dalam bekerja pun, ada akhir yang harus dijalani dan dalam

hal ini berhenti bekerja tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Setiap individu

yang bekerja pada akhirnya akan mengalami pensiun karena faktor usia yang

dianggap tidak produktif lagi. Pensiun merupakan salah satu kejadian yang

bermakna dalam kehidupan individu yang bekerja, juga merupakan transisi dari usia

dewasa ke usia lanjut (Kimmel, 1980). Pensiun juga merupakan berakhirnya masa

kerja secara formal dan mulainya suatu peran yang baru dalam hidup seseorang

yang berkaitan dengan harapan-harapan baru terhadap tingkah lakunya, dan

pendefinisian kembali dirinya (Turner&Helms, 1995). Pensiun berkaitan dengan

perubahan dari suatu peran yang secara ekonomis produktif, yang terdefinisi dengan

jelas, ke suatu peran yang secara ekonomis tidak produktif, yang seringkali tidak

jelas (Ransom, Sutch,&Williamson, 1991; Schuller, 1989; dalam Turner&Helms,

1995). Masa ini merupakan masa peralihan tatkala individu mulai melepaskan

pekerjaannya dan mengurangi sebagian tanggung jawab sosialnya (Donna R. Eyde

& Jay A. Rich, 1983).

(64)

Bersamaan dengan masuknya individu pada masa pensiun, dirinya akan

dihadapkan pada berbagai perubahan, misalnya berkurangnya pendapatan,

berubahnya identitas diri dan peran, bertambahnya waktu luang, berkurangnya

kontak sosial (Turner dalam Turner&Helms, 1995). Perubahan-perubahan yang

dialami pada saat akan memasuki pensiun, menuntut individu untuk melakukan

penyesuaian diri. Bagaimana seorang individu menyesuaikan diri terhadap

perubahan yang dihadapinya, dapat dilihat dari reaksi individu tehadap situasi

tersebut. Schneiders (1964 dalam Lazarus & Folkman, 1984) mengungkapkan,

“Setiap individu memberikan reaksi yang berbeda dalam menghadapi suatu situasi,

dan hal ini tergantung pada proses pendekatannya. Seseorang mungkin akan dapat

bereaksi tanpa adanya beban, akan tetapi orang lain menganggapnya sebagai suatu

situasi yang membebani atau mengancamnya. Reaksi individu terhadap situasi

tersebut seringkali dikatakan sebagai penyesuaian diri”. Dalam hal ini, situasi yang

harus dihadapi tersebut adalah situasi pensiun. Juga diungkapkan bahwa sikap

individu terhadap masa pensiun seringkali menentukan pola penyesuaian diri

(Coleman, 1990; Hughes, 1990; dalam Turner&Helms, 1995).

Proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh para manager menengah atas

yang menjalani masa persiapan pensiun ini seringkali menjadi stressor. Berdasarkan

teori dari Lazarus (1976) stressor tersebut antara lain: Social Demand (tuntutan

sosial), Role Ambiguity (ketidakjelasan peran), dan Role Stagnation (kemandekan

peran). Social Demand atau tuntutan sosial yang harus dihadapi para manager

menengah atas tersebut adalah berupa harapan-harapan normatif dari lingkungan

tentang tingkah laku yang harus ia jalani. Hal ini dapat terjadi pada manager

(65)

menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT. “X”

Bandung, terutama saat lingkungan menuntut mereka untuk dapat melakukan

kegiatan bermanfaat saat pensiun tiba.

Stressor yang kedua yaitu adanya Role Ambiguity atau adanya

ketidakjelasan individu terhadap peran yang harus dijalani selama masa pensiun.

Manager menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat

PT. “X” Bandung cenderung mengalami kebingungan mengenai hal yang harus

dilakukan saat memasuki masa pensiun. Kebingungan atau ketidakpahaman yang

dialami oleh manager menengah atas ini dapat mengganggu keseimbangan diri

mereka. Hal ini dapat menjadi penyebab stres dalam diri manager menengah atas

tersebut, karena mampu memunculkan rasa cemas.

Faktor terakhir adalah Role Stagnation, atau adanya perasaan bahwa peran

yang mereka jalani mengalami kemandekan. Dalam hal ini, para manager

menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT. “X”

Bandung merasakan adanya kemandekan dalam kegiatan maupun peran yang

harus dijalankan dalam kehidupan sehari-harinya. Pada umumnya, para calon

pensiunan ini merasa bahwa masa pensiun merupakan proses terhentinya kegiatan

produktif mereka. Perasaan kemandekan ini dapat menjadi penyebab stres

(stressor) bagi manager menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun di

Kantor Pusat PT. “X” Bandung.

Menurut Lazarus & Folkman (1984), stres adalah hubungan spesifik antara

individu dengan lingkungan yang dinilai sebagai tuntutan yang melebihi sumber daya

dan membahayakan kesejahteraannya atau dengan kata lain stres merupakan

(66)

fenomena yang menunjukkan respon individu terhadap keadaan lingkungan. Apabila

individu merasakan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan yang melebihi

kemampuan yang dimiliki maka stres akan muncul.

Stres atau tidaknya individu, tergantung dari cara individu menilai situasi atau

peristiwa yang dihadapinya dan sumber-sumber daya yang dimilikinya, yang

dinamakan penilaian kognitif (cognitive appraisals). Penilaian kognitif ini menurut

Lazarus (1984), merupakan suatu proses evaluatif yang menjelaskan terjadinya

stres sebagai akibat dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Jadi,

walaupun penyebab stresnya serupa, dalam hal ini menjalani masa persiapan

pensiun, akan tetapi penghayatan setiap karyawan tentu berbeda-beda.

Bentuk penghayatan stres yang dihasilkan melalui proses penilaian kognitif

menurut Lazarus (1984), menjadi tiga macam, yaitu irrelevant, benign-positive, dan

stress appraisals. Suatu situasi dapat dirasakan oleh manager menengah atas tidak

berpengaruh terhadap kesejahteraan dirinya, tidak bermakna, tidak ada keterkaitan

sehingga dapat diabaikan dinamakan irrelevant. Bentuk penghayatan

benign-positive terjadi jika suatu situasi dihayati sebagai hal yang positif dan dianggap

dapat meningkatkan kesejahteraan diri individu dan stress appraisals terjadi jika

suatu situasi menimbulkan penghayatan harm/loss (gangguan kerugian/perasaan

kehilangan), threat (ancaman), dan challenge (tantangan).

Ketiga penghayatan ini dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya derajat

stres yang dialami manager menengah atas berdasarkan penghayatan dalam

menjalani masa persiapan pensiun. Bagaimana manager menengah atas menilai

masa pensiun sebagai tuntutan baginya dan apakah kondisi pensiun dinilai

(67)

membahayakan kesejahteraannya, hal ini diasumsikan dapat menimbulkan stres

bagi manager menengah atas. Dengan adanya ketiga penghayatan di atas,

manager menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun dapat menghayati

situasi yang dihadapinya, sehingga akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya

derajat stres yang dialami oleh manager menengah atas tersebut. Dengan demikian,

melalui proses penilaian kognitif, manager menengah atas yang menjalani masa

persiapan pensiun dapat menilai situasi atau peristiwa dan sumber daya yang

dimilikinya untuk menghadapi stressor (penyebab stres) dan hambatan yang ada.

Stres yang dialami manager menengah atas dalam menjalani masa

persiapan pensiun selanjutnya dapat muncul dalam berbagai reaksi efek atau gejala

yang dapat dikelompokkan dalam berbagai bentuk. Menurut Cox (1978) terdapat 6

efek dari stres yang dapat dialami oleh manager menengah atas tersebut, yaitu :

efek subyektif, seperti kecemasan yang muncul pada saat manager menengah

atas mulai menyadari masa pensiun yang sudah mulai dekat dan merasa tidak

mampu berbuat apa-apa untuk meredakannya sehingga dapat menambah rasa

cemas itu sendiri. Menurut Sarafino (1990), stres mampu memunculkan bentuk

reaksi-reaksi emosional, seperti takut (fear), cemas (anxiety), depresi, dan marah.

Kedua, efek tingkah laku seperti merokok dan minum alkohol dalam jumlah

yang banyak bagi manager menengah atas yang memang perokok dan menyukai

minum alkohol. Dalam bentuk tingkah laku sosial, stres juga mampu membuat

manager menengah atas yang menjalani masa persiapan pensiun menjadi bersikap

kurang peduli dengan keadaan sekitarnya. Ketiga, efek kognitif seperti sulit

berkonsentrasi dan tidak mampu mengambil keputusan. Hal ini didukung oleh

(68)

Cohen (1986) bahwa tingkat stres yang tinggi dapat mengganggu daya ingat serta

atensi individu dalam aktivitas kognisinya.

Keempat, perubahan fisiologis seperti peningkatan tekanan darah,

peningkatan laju pernafasan, meningkatnya denyut jantung, meningkatnya

metabolisme tubuh, munculnya ketegangan otot, mengeluarkan keringat berlebih,

gangguan pernafasan, gangguan pencernaan, darah tinggi, dan sebagainya. Kelima,

efek organisasi misalnya meningkatnya ketidakhadiran di saat akhir pengabdian,

serta produktivitas yang rendah. Sedangkan efek keenam adalah efek kesehatan

misalnya insomnia, migren, sakit kepala. Jadi apabila individu berada dalam kondisi

stres yang tinggi secara terus menerus maka akan menimbulkan penyakit seperti

hipertensi, depresi, nyeri di dada, luka lambung, dan serangan jantung.

Dengan demikian, derajat stres yang ada pada diri manager menengah atas

dalam menghadapi masa pensiun di kantor pusat PT. “X” Bandung dapat terdeteksi

melalui gejala yang dimunculkannya, yaitu seperti : efek subyektif, efek tingkah laku,

efek kognitif, efek fisiologis, efek organisasi, dan efek kesehatan.

Secara skematis, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

(69)
(70)

Asumsi-asumsi :

1. Bekerja sebagai suatu tugas perkembangan yang harus dijalani pada akhirnya

akan terhenti, namun berhenti bekerja tidak sesederhana itu karena ada

perubahan yang harus dijalani.

2. Perubahan yang dialami oleh manager menengah atas yang menghadapi masa

pensiun di kantor pusat PT. “X” Bandung memerlukan penyesuaian diri.

3. Setiap penyesuaian diri rentan terkena stres apabila individu memaknakan masa

pensiun sebagai situasi perubahan yang memiliki ketidakpastian, yang

mengancam dan membahayakan kesejahteraan individu.

4. Tuntutan sosial (Social Demand), peran yang tidak jelas (Role Ambiguity), dan

kemandekan peran (Role Stagnation) menjadi stressor bagi manager menengah

atas yang menghadapi masa pensiun di kantor pusat PT. “X” Bandung. Penilaian

kognitif manager menengah atas yang menghadapi masa pensiun di kantor

pusat PT. “X” Bandung terhadap stressor, menentukan tinggi atau rendahnya

derajat stres pada manager menengah atas tersebut.

5. Derajat stres manager menengah atas yang menghadapi masa pensiun di kantor

pusat PT. “X” Bandung dapat terdeteksi melalui 6 efek dari stres, yaitu : efek

subyektif, efek tingkah laku, efek kognitif, efek fisiologis, efek kesehatan, dan

efek organisasi yang terbagi menjadi kategori tinggi, moderat cenderung tinggi,

moderat cenderung rendah, dan rendah.

(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data

mengenai stres terhadap 30 orang manager menengah atas yang akan menjalani

masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Derajat stres manager menengah atas yang akan menjalani masa persiapan

pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung sebagian besar berada pada derajat

yang tergolong moderat cenderung rendah, dan memiliki tingkatan yang moderat

cenderung rendah pula pada efek subyektif, efek tingkah laku, efek kognitif, efek

fisiologis, efek kesehatan, dan efek organisasi.

2. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa stres yang dihayati pada derajat moderat

cenderung rendah, secara berurutan menggejala pada efek subyektif, efek

kognitif, efek organisasi, efek kesehatan, efek tingkah laku, dan efek fisiologis.

Sebagian besar manager menengah atas (70%) yang menghayati stres pada

derajat moderat cenderung rendah memperlihatkan efek subyektif yang moderat

cenderung rendah. Sebagian besar manager menengah atas (60%) dan 16,7%

manager menengah atas yang menghayati stres pada derajat moderat

cenderung rendah dan rendah memperlihatkan efek kognitif yang moderat

cenderung rendah. Sebanyak 50% manager menengah atas yang menghayati

stres pada derajat moderat cenderung rendah memperlihatkan efek organisasi

(72)

yang moderat cenderung rendah. Sebanyak 50% manager menengah atas yang

menghayati stres pada derajat rendah memperlihatkan aspek efek fisiologis yang

moderat cenderung rendah. Sebanyak 46,7% manager menengah atas yang

berada pada stres pada derajat moderat cenderung rendah memperlihatkan efek

tingkah laku yang moderat cenderung rendah. Sebanyak 46,7% manager

menengah atas yang menghayati stres pada derajat moderat cenderung rendah

memperlihatkan efek kesehatan yang moderat cenderung rendah.

3. Stres yang dihayati oleh manager menengah atas yang moderat cenderung

rendah dapat dijelaskan melalui Social Demand, Role Ambiguity, dan Role

Stagnation. Dari faktor Social Demand yang dapat berasal dari keluarga dan

lingkungan sekitar sebagai lingkungan yang utama, sebagian besar manager

menengah atas yang akan menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat

PT.”X” Bandung dengan stres pada derajat yang tergolong moderat cenderung

rendah menyatakan bahwa dukungan keluarga dirasakan sangat mempengaruhi

karena mereka merasa adanya perhatian dan rasa aman yang dapat

menyangga stres. Dari faktor Role Ambiguity ditemukan bahwa sebagian besar

manager menengah atas yang akan menjalani masa persiapan pensiun di

Kantor Pusat PT.”X” Bandung merasa cukup jelas peran yang harus dijalaninya

dalam menjalani masa persiapan pensiun ini, dengan demikian manager

menengah atas yang akan menjalani masa persiapan pensiun akan mampu

melakukan perannya yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dengan baik

sehingga tidak akan menimbulkan stres yang berlebihan dalam dirinya. Dari

faktor Role Stagnation ditemukan bahwa sebagian besar manager menengah

(73)

atas yang akan menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT.”X”

Bandung yang menghayati stres pada derajat moderat cenderung rendah

merasa bahwa latar belakang bahwa alasan mereka bekerja adalah untuk

memanfaatkan ilmu yang diperoleh mampu mengurangi perasaan kemandekan

sehingga mampu menunjukkan derajat stres yang tidak terlalu tinggi.

4. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa manager menengah atas yang

akan menjalani masa persiapan pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung melalui

penilaian kognitif yang dimilikinya memandang situasi masa pensiun sebagai hal

yang positif dan dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya, serta memiliki

sumber daya yang melebihi tuntutan sosial yang ada sehingga cukup mampu

mentolerir stres. Penilaian kognitif dan sumber daya tersebut cukup mampu

diterapkan secara efektif dalam menghadapi masalah yang muncul dalam

menjalani masa persiapan pensiunnya.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya

maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

5.2.1. Saran Praktis

1. Memberikan informasi kepada pihak Kantor Pusat PT.”X” Bandung, khususnya

mengenai derajat stres pada manager menengah atas yang akan menjalani

masa persiapan pensiun, dan kaitannya dengan tuntutan dan sumber daya yang

dimiliki sebagai suatu hal yang dihayati dapat meningkatkan kesejahteraan

Gambar

TABEL SKORING ASPEK EFEK SUBYEKTIF
TABEL SKORING ASPEK EFEK TINGKAH LAKU
TABEL SKORING ASPEK EFEK KOGNITIF
TABEL SKORING ASPEK EFEK FISIOLOGIS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari fungsi dan kategori kata atau frasa dalam kalimat, unsur persamaan dan perbedaan yang terdapat pada giongo gitaigo bahasa Jepang dan bahasa Jawa, dan makna yang

Karya film “Jiwa di Balik Rel Kerata ini’ d iharapkan dapat menghibur dan masyarakat dapat memahami bahwa kita hidup di dunia ini adalah sebagai makhluk sosial yang

reading group dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 2B SDIT Luqman Al-Hakim Internasional Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

Dalam mananamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, kebiasaan berdoa yang telah ditanamkan mulai TK harus tetap dijaga. Selain itu, anak-anak

Seorang humas dapat menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuannya, membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan public, baik itu public intern

Hasil pengujian 9 genotipe padi merah yang menunjukkan respon tahan terhadap kedua ras berdasarkan skala penyakit, persentase DLA dan indeks penyakit ditemukan

[r]

ANALISA POTENSI LIKUIFAKSI PADA DAERAH PASIR JAMBAK, PADANG, SUMATERA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHIBATA DAN