• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan alat peraga pembelajaran IPS SD materi keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan alat peraga pembelajaran IPS SD materi keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori."

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Hardiyanti, Bernadeta Tri. (2016). Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran IPS SD Materi Keragaman Budaya Indonesia Berbasis Metode Montessori.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Saanata Dharma.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, alat peraga, IPS, keragaman budaya Indonesia, metode Montessori

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya ketersediaan dan penggunaan alat peraga untuk materi keragaman budaya Indonesia serta kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu SD N Karangwuni 1 pada pada siswa kelas IV tahun ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan alat peraga keragaman budaya Indonesia dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada kemudian, mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model pengembangan yang dipaparkan oleh Ali dan Asrori (2014) dan Sugiyono (2015). Model tersebut dimodifikasi ke dalam lima langkah pengembangan, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga keragaman budaya Indonesia dikembangkan dengan konsep alat peraga Montessori (flags of the world) dan memiliki komponen peta timbul Indonesia, bendera dan kartu budaya serta kotak penyimpanan bendera dan kartu budaya. Validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata penilaian sebesar 3,9. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada post-test

(2)

ix ABSTRACT

Hardiyanti, Bernadeta Tri. (2016). Development of Elementary School Social Studies Learning Material for Indonesian Culture Variety Based on Montessori Method. A Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: Research and Development, material, Social Studies, Indonesian culture variety, Montessori method

The background of this research were the lack of availability and use of material for Indonesian culture lesson, and also the need of material in learning. The research was conducted on a sample that was SD N Karangwuni 1 in the fourth grade students of the school year 2015/2016. The purpose of research were to develop the material of Indonesian culture variety with the concept of Montessori material which had been existed and then, to improve the material with good quality.

(3)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN

IPS SD MATERI KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Bernadeta Tri Hardiyanti NIM: 121134084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Penuntun jalan hidupku, Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orang tuaku, Parmin dan Sutarwi

Kakakku, Wahyu dan Indri

Kekasihku, Hery

Sahabat payung Montessoriku, Wulan Chan

Para sahabatku yang tak bisa kusebutkan satu-persatu

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Hardiyanti, Bernadeta Tri. (2016). Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran IPS SD Materi Keragaman Budaya Indonesia Berbasis Metode Montessori.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Saanata Dharma.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, alat peraga, IPS, keragaman budaya Indonesia, metode Montessori

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya ketersediaan dan penggunaan alat peraga untuk materi keragaman budaya Indonesia serta kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu SD N Karangwuni 1 pada pada siswa kelas IV tahun ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan alat peraga keragaman budaya Indonesia dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada kemudian, mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model pengembangan yang dipaparkan oleh Ali dan Asrori (2014) dan Sugiyono (2015). Model tersebut dimodifikasi ke dalam lima langkah pengembangan, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga keragaman budaya Indonesia dikembangkan dengan konsep alat peraga Montessori (flags of the world) dan memiliki komponen peta timbul Indonesia, bendera dan kartu budaya serta kotak penyimpanan bendera dan kartu budaya. Validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata penilaian sebesar 3,9. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada post-test

(11)

ix ABSTRACT

Hardiyanti, Bernadeta Tri. (2016). Development of Elementary School Social Studies Learning Material for Indonesian Culture Variety Based on Montessori Method. A Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: Research and Development, material, Social Studies, Indonesian culture variety, Montessori method

The background of this research were the lack of availability and use of material for Indonesian culture lesson, and also the need of material in learning. The research was conducted on a sample that was SD N Karangwuni 1 in the fourth grade students of the school year 2015/2016. The purpose of research were to develop the material of Indonesian culture variety with the concept of Montessori material which had been existed and then, to improve the material with good quality.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran IPS SD Materi Keragaman Budaya Indonesia Berbasis Metode Montessori dengan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Kaprodi PGSD. 4. Christyanti Aprinastuti, M.Pd. Wakaprodi PGSD.

5. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

6. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. dan bapak T. Tri Indartanta, S.Sos. yang membantu dalam proses validasi instrumen.

7. Tri Muryanti, S.Pd. Kepala SD N Karangwuni 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.

8. Bapak Widodo, S.Pd. Kepala SD N Caturtunggal 1 yang telah memberikan ijin untuk menguji cobakan instrumen penelitian.

9. Ibu M.G. Sukasmiyati wali kelas IV dan segenap guru SD N Karangwuni 1 yang telah membantu selama proses penelitian.

10.Ibu Sumiyati, S.Pd. wali kelas IV yang telah memberikan ijin dalam melakukan uji coba terbatas kepada siswanya dan segenap guru SD N Caturtunggal 1 yang telah membantu proses pengujian instrumen. 11.Siswa-siswi SD N Karangwuni 1 yang telah membantu dalam uji coba

(13)

xi

12.Siswa-siswai SD N Caturtunggal 1 yang telah membantu dalam uji empiris dan uji keterbacaan instrumen.

13.Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa membantu dalam proses perkuliahan dan skripsi.

14.Kedua orang tuaku, pak Parmin dan bu Tarwi yang senantiasa memberikan dukungan dan mendoakanku.

15.Wahyu dan Indri, kakakku yang selalu menyemangatiku. 16.Hery, kekasihku yang selalu menyemangatiku.

17.Sahabat payung Montessoriku, Wulan Chan, yang selalu menemani dan memberikan semangat dalam penelitian dan skripsi.

18.Sahabat-sahabatku di kelas B Krik dan kelas A Ipik yang senantiasa memberikan penghiburan dan semangat.

19.Sasa dan Ajeng, yang selalu menemani ketika mengerjakan skripsi hingga larut malam.

20.Bapak Muhibat yang membantu dalam pembuatan alat peraga.

21.Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menemui banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini. Meskipun demikian, kendala tersebut tidak membuat peneliti menjadi menyerah dan berputus asa, namun menjadikan semangat untuk terus maju dan menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

Peneliti menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan selain milik Tuhan, begitu pula dengan penulisan skripsi ini. Karena itu, peneliti meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam sistematika, isi, dan sebaginya dalam skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 27 Januari 2016 Peneliti

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Spesifikasi Produk ... 6

1.6. Definisi Operasional... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.1.1 Belajar ... 11

2.1.1.2 Pembelajaran ... 12

2.1.2 Metode Montessori ... 13

2.1.2.1 Sejarah Montessori ... 13

2.1.2.2 Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori ... 14

2.1.3 Perkembangan Anak ... 15

(15)

xiii

2.1.4.1 Hakikat Alat Peraga ... 17

2.1.4.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ... 18

2.1.5 Pembelajaran IPS ... 19

2.1.5.1 Hakikat IPS ... 19

2.1.5.2 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 20

2.1.5.3 Keragaman Budaya Indonesia... 20

2.1.5.3.1 Rumah Adat ... 22

2.1.5.3.2 Pakaian adat ... 23

2.1.5.3.3 Senjata Tradisional ... 24

2.1.5.3.4 Tarian Tradisional ... 25

2.1.5.3.5 Alat musik tradisional ... 26

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ... 28

2.2.2 Penelitian tentang Materi Keragaman Budaya Indonesia ... 28

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Subjek Penelitian ... 31

3.2.2 Objek Penelitian ... 32

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.4 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Rancangan Penelitian ... 32

3.4 Prosedur Penelitian... 36

3.4.1 Potensi Masalah ... 38

3.4.2 Penyusunan Rencana ... 38

3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 40

3.4.4 Validasi Produk ... 40

3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5.1 Observasi ... 41

3.5.2 Wawancara ... 41

3.5.3 Kuesioner ... 42

(16)

xiv

3.6. Instrumen Penelitian... 42

3.6.1. Pedoman Observasi ... 42

3.6.1 Pedoman Wawancara ... 43

3.6.1.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 43

3.6.1.2 Wawancara Guru Kelas IV ... 44

3.6.1.3 Wawancara Siswa Kelas IV ... 44

3.6.3 Kuesioner ... 45

3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 45

3.6.3.2. Kuesioner Validasi Produk ... 46

3.6.4. Soal tes ... 48

3.7 Triangulasi... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 52

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 53

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Potensi Masalah ... 57

4.1.1.1 Identifikasi Masalah ... 57

4.1.1.1.1 Observasi ... 57

4.1.1.1.2 Wawancara ... 59

4.1.1.2 Analisis Kebutuhan ... 65

4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa ... 65

4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori ... 66

4.1.1.2.3 Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan ... 66

4.1.1.2.4 Data Analisis Kebutuhan ... 70

4.1.2 Penyusunan Rencana ... 80

4.1.2.1 Disain Alat Peraga... 80

4.1.2.1.1 Konsep Pembuatan Alat Peraga ... 80

4.1.2.1.2 Disain alat peraga ... 81

4.1.2.2 Disain Album Alat Peraga ... 83

4.1.2.3 Instrumen Validasi Produk dan Tes ... 84

4.1.2.3.1. Tes ... 84

4.1.2.3.2 Kuesioner Validasi Produk ... 89

(17)

xv

4.1.3.1 Pengumpulan Bahan... 91

4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga ... 92

4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga ... 95

4.1.4 Validasi Produk ... 95

4.1.4.1 Validasi Produk Alat Peraga ... 95

4.1.4.2 Validasi Produk Album Alat Peraga ... 96

4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 98

4.1.5.1 Data dan Analisis Tes... 98

4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga. 100 4.2. Pembahasan ... 101

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 107

5.3 Saran ... 108

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Nama Beberapa Rumah Adat di Indonesia ... 22

Tabel 2.2 Daftar Nama Beberapa Pakaian Adat di Indonesia ... 23

Tabel 2.3 Daftar Nama Beberapa Senjata Tradisional di Indonesia ... 24

Tabel 2.4 Daftar Nama Beberapa Tarian Tradisional di Indonesia ... 25

Tabel 2.5 Daftar Nama Beberapa Alat Musik Tradisional di Indonesia ... 26

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran IPS Kelas IV ... 43

Tabel 3.2 Rencana wawancara dengan Kepala Sekolah ... 44

Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas IV ... 44

Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas IV ... 44

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 46

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan Tanggapan Produk oleh Siswa ... 47

Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Alat Peraga ... 47

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes ... 49

Tabel 3.9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen tes ... 49

Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 55

Tabel 3.11 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 55

Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Pedoman Observasi oleh Ahli ... 57

Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ... 58

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pembelajaran IPS ... 58

Tabel 4.4 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 59

Tabel 4.5 Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 60

Tabel 4.6. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 60

Tabel 4.7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 61

Tabel 4.8 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli 61 Tabel 4.9 Hasil Wawancara dengan Guru ... 62

Tabel 4.10 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 63

Tabel 4.11 Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli ... 63

Tabel 4.12 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 64

Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli . 67 Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .... 67

Tabel 4.15 Rekapitulasi Komentar mengenai Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ... 67

(19)

xvii

Tabel 4.17 Rekapitulasi Komentar mengenai Kuesioner Analisis Kebutuhan

untuk Guru oleh Ahli ... 69

Tabel 4.18 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 69

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 70

Tabel 4.20 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 72

Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 74

Tabel 4.22 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 75

Tabel 4.23 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli ... 84

Tabel 4.24 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes... 85

Tabel 4.25 Rekapitulasi Komentar Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli .. 86

Tabel 4.26. Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 87

Tabel 4.27 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 87

Tabel 4.28 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest ... 88

Tabel 4.29. Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ... 88

Tabel 4.30 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 89

Tabel 4.31. Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa .. 90

Tabel 4.32 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ... 90

Tabel 4.33 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ... 95

Tabel 4.34. Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Alat Peraga... 96

Tabel 4.35 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli ... 96

Tabel 4.36 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Alat Peraga ... 97

Tabel 4.37 Revisi Album Setelah Validasi ... 97

Tabel 4.38. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 98

Tabel 4.39 Revisi Alat Peraga Setelah Uji Coba Lapangan Terbatas ... 100

Tabel 4.40 Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga oleh Guru ... 100

Tabel 4.41 Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga oleh Siswa ... 101

Tabel 4.42 Analisis Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Keragaman Budaya Indonesia oleh Ahli ... 104

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Disain Papan Peta Timbul Indonesia ... 6 Gambar 1.2 Disain Bendera Budaya Indonesia ... 7 Gambar 1.3. Disain kartu budaya Indonesia ... 8 Gambar 1.4 Disain kotak penyimpanan bendera dan kartu budaya Indonesia 8 Gambar 1.5. Disain Tutup Kotak Penyimpanan Bendera dan Kartu Budaya Indonesia ... 9 Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan ... 29 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono .. 35

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah

Lampiran 1.1 Lembar hasil validasi pedoman observasi ... 113

Lampiran 1.2 Lembar hasil observasi pembelajaran IPS ... 115

Lampiran 1.3 Lembar hasil validasi pedoman wawancara Kepala Sekolah oleh ahli ... 116

Lampiran 1.4 Transkrip wawancara dengan Kepala Sekolah ... 118

Lampiran 1.5 Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli ... 121

Lampiran 1.6 Transkrip wawancara dengan guru ... 123

Lampiran 1.7 Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli ... 127

Lampiran 1.8 Transkrip wawancara dengan siswa ... 128

Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Lembar hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru ... 130

Lampiran 2.2 Lembar hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 134

Lampiran 2.3 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan siswa 140 Lampiran 2.4 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru ... 143

Lampiran 2.5 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 147

Lampiran 3 Instrumen Tes Lampiran 3.1 Lembar hasil validasi isi instrumen tes oleh ahli ... 150

Lampiran 3.2 Lembar hasil validasi konstruk instrumen tes oleh ahli ... 151

Lampiran 3.3 Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa dalam uji empiris 160 Lampiran 3.4 Output SPSS untuk perhitungan validitas instrumen tes ... 167

Lampiran 3.5 Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes ... 168

Lampiran 3.6 Lembar hasil pengerjaan pretest ... 172

Lampiran 3.7 Lembar hasil pengerjaan posttest ... 175

Lampiran 4 Validasi Produk Lampiran 4.1 Lembar hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli... 178

Lampiran 4.2 Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai alat peraga oleh siswa ... 180

Lampiran 4.3 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai alat peraga oleh siswa ... 182

(22)

xx

Lampiran 4.5 Lembar hasil validasi produk album penggunaan alat peraga oleh ahli ... 186 Lampiran 4.6 Lembar hasil tanggapan mengenai alat peraga oleh guru... 189 Lampiran 4.7 Lembar hasil tanggapan mengenai alat peraga oleh siswa ... 190 Lampiran 5 Surat Penelitian

Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ... 191 Lampiran 5.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 192 Lampiran 6 Album Alat Peraga Keragaman Budaya Indonesia ... 193 Lampiran 7 Gambar Produk Alat Peraga Kaeragaman Budaya

(23)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat menjadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai macam ilmu sosial, humaniora dan kegiatan dasar manusia. Ilmu-ilmu sosial, humaniora dan kegiatan dasar manusia tersebut dikemas secara ilmiah untuk memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam bagi siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Susanto, 2013: 137). IPS dipelajari pada berbagai jenjang pendidikan, salah satunya pada jenjang Sekolah Dasar (SD).

Ruang lingkup yang diajarkan dalam IPS pada jenjang SD adalah 1) manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) sistem sosial dan budaya, dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Standar Kompetensi (SK) yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPS SD kelas IV pada semester 1 adalah menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai adalah menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia (BNSP, 2006: 575-580). Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa berdasarkan KD tersebut adalah keragaman budaya Indonesia.

(24)

Budaya Indonesia begitu banyak sehingga perlu suatu upaya tersendiri untuk mengajarkan budaya tersebut (Gendhis, 2008: iii). Pembelajaran hendaknya dilakukan dengan multistrategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar yang beragam bagi siswa (Susanto, 2013: 158). Pada kenyataannya, pembelajaran IPS masih dilakukan dengan metode yang kurang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidatun (2012: 1-2) menunjukkan bahwa, dalam pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah yang cenderung membuat siswa kurang antusias dan kurang bersemangat. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar IPS siswa kurang maksimal. Penelitian lain dilakukan oleh Kalsum, Imran, dan Kapile (2014: 82). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor utama penyebap sulitnya siswa memahami materi yang diberikan adalah pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran tidak dipersiapkan dengan baik pada saat proses belajar mengajar. Penyajian materi kurang menarik minat dan perhatian siswa sehingga siswa cenderung merasa bosan. Persiapan yang kurang tersebut menyebabkan daya serap siswa terhadap materi yang diberikan rendah.

(25)

metode yang dapat membantu siswa dalam memahami materi, membuat siswa aktif dan menarik bagi siswa.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada tahap operasional konkret (Wiyani, 2013: 38). Siswa SD sudah mampu berpikir mengenai urutan sebab akibat dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang bervariasi. Proses pemikiran pada tahap operasional konkret diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Berdasarkan uraian di atas, penggunaan alat peraga berupa benda-benda nyata sangatlah diperlukan dalam pembelajaran bagi siswa SD yang sedang berada pada tahapan operasional konkret.

Alat peraga dalam pembelajaran sangatlah dibutuhkan. Hal tersebut disadari benar dalam pendidikan Montessori. Pendidikan Montessori memiliki kekhasan pembelajaran yaitu penggunaan alat peraga. Pendidikan Montessori diciptakan oleh dokter Maria Montessori (1870-1952). Pendidikan Montessori memiliki delapan prinsip yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4) menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan siswa, dan 8) keteraturan lingkungan dan pikiran (Lillard, 2005: 29-33). Alat peraga dalam metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu, 1) menarik, 2) bergradasi, 3) auto-correction 4) auto-education

(Montessori, 2002: 170-174)

(26)

penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rerata 58,21 menjadi rerata 97,82.

Berdasarkan permasalahan mengenai materi keragaman budaya Indonesia pada mata pelajaran IPS, kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran dan hasil penelitian mengenai metode Montessori yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan alat peraga pembelajaran IPS pada materi keragaman budaya Indonesia. Alat peraga dikembangkan berdasarkan alat peraga berbasis metode Montessori yang sudah ada. Pengembangan memperhatikan lima ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar dari produk alat peraga IPS yang diujikan secara ilmiah kepada ahli dan melalui uji coba lapangan terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana pengembangan alat peraga keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori untuk siswa kelas IV dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada?

1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas IV?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mengembangkan alat peraga keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori untuk siswa kelas IV dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada.

(27)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1.4.1 Untuk Mahasiswa

Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam pengembangan alat peraga berbasis Montessori untuk siswa dalam mempelajari keragaman budaya Indonesia. Alat peraga yang dikembangkan memberikan pemikiran baru bagi mahasiswa mengenai pembelajaran inovatif yang dapat menjunjang proses belajar mengajar di kelas.

1.4.2 Untuk Guru

Guru semakin menyadari pentingnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Guru juga mendapatkan pengalaman dalam pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan alat peraga secara mandiri untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa.

1.4.3 Untuk Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan menggunakan alat peraga keragaman budaya indonesia. Siswa juga terbantu dalam mengatasi kesulitannya dalam mempelajari keragaman Indonesia yang begitu banyak dengan cara yang menyenagkan.

1.4.4 Untuk Sekolah

Sekolah mendapatkan wawasan baru mengenai alat peraga berbasis metode Montessori. Dengan demikian, sekolah dapat mempertimbangkan pengembangan alat peraga IPS yang semakin memgoptimalkan kegiatan belajar mengajar.

1.4.5 Untuk Prodi PGSD

Prodi PGSD memiliki pengalaman penelitian kolaboratif dengan metode

(28)

1.5. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan adalah alat peraga keragaman budaya Indonesia beserta album penggunaan alat peraga. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu siswa untuk mengenal dan mempelajari budaya Indonesia yang meliputi pakaian adat, rumah adat, senjata tradisional, tarian tradisional, dan alat musik tradisional. Alat peraga keragaman budaya Indonesia ini terdiri dari papan peta timbul Indonesia, bendera budaya Indonesia, kartu budaya Indonesia, tempat penyimpanan bendera dan kartu serta penutupnya.

Gambar 1.1 Disain Papan Peta Timbul Indonesia

Papan peta timbul Indonesia terbuat dari kayu. Papan peta timbul Indonesia berbentuk balok tanpa tutup dengan ukuran 40 cm x 100 cm x 3,5 cm. Alas dan sisi papan memiliki ketebalan 1 cm. Pada bagian dalam balok, terdapat peta timbul Indonesia yang terbuat dari serbuk kayu. Pewarnaan peta tersebut disesuaikan dengan warna peta pada umumnya, yaitu warna biru untuk perairan, hijau dan kuning untuk daratan (hijau dataran rendah, kuning dataran tinggi). Pada setiap provinsi terdapat sebuah lubang yang berdiameter 0,3 cm yang berfungsi untuk menancapkan bendera budaya Indonesia. Papan peta tersebut terdiri dari dua buah balok tanpa tutup yang masing-masing berukuran 40 cm x 50 cm x 3,5 cm yang disatukan dengan engsel yang berukuran 5 cm x 2 cm. Dengan demikian, papan peta timbul Indonesia ini dapat dilipat. Papan peta timbul Indonesia dibuat untuk dapat dilipat dengan pertimbangan agar dapat lebih mudah disimpan dan dapat melindungi peta timbul yang terdapat di dalamnya. Papan peta timbul Indonesia ini memiliki berat 2 kg.

(29)

budaya dari 33 provinsi yang ada di Indonesia yang meliputi rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, tarian tradisional dan alat musik tradisional. Setiap bendera budaya Indonesia memiliki pasangan kartu budaya Indonesia. Berikut adalah disain dari bendera dan kartu budaya Indonesia.

Gambar 1.2 Disain Bendera Budaya Indonesia

Bendera budaya Indonesia ini dibuat dengan menggunakan kertas dengan jenis Albatros dengan ukuran kertas 6 cm x 9 cm yang dilekatkan pada tiang dengan panjang 13 cm. Tiang terbuat dari batang berbahan plastik yang biasa digunakan sebagai tusuk permen/coklat. Setelah dilekatkan pada tiang dengan menggunakan lem, ukuran bendera menjadi 6 cm x 8 cm. Bagian tengah bendera memuat gambar budaya beserta namanya. Pada sisi bendera, peneliti memberikan bingkai warna untuk membedakan setiap budaya. Bingkai warna biru untuk rumah adat, warna merah untuk pakaian adat, warna ungu untuk senjata tradisional, hijau untuk tarian tradisional dan kuning untuk alat musik tradisional.

(30)

Gambar 1.3. Disain kartu budaya Indonesia

Kartu budaya Indonesia dicetak bolak-balik. Sisi pertama memuat gambar dan nama budaya. Gambar dan nama budaya tersebut sama seperti yang termuat pada bendera. Sisi yang lain memuat nama budaya, provinsi asal budaya dan penjelasan dari budaya tersebut. Selain itu, terdapat lingkaran warna pada bagian kanan atas. Sama halnya dengan bendera budaya Indonesia, lingkaran warna tersebut digunakan untuk membedakan setiap budaya. Lingkaran warna biru untuk rumah adat, warna merah untuk pakaian adat, warna ungu untuk senjata tradisional, hijau untuk tarian tradisional dan kuning untuk alat musik tradisional.

Kartu dan bendera tersebut disimpan pada kotak penyimpanan. Kotak ini terbuat dari kayu dan terdiri dari tempat untuk menyimpan bendera dan kartu serta penutupnya. Berikut adalah disain dari kotak penyimpanan dan penutupnya.

(31)

tersebut terdiri dari lima kolom yang berukuran 5 cm x 9,2 cm untuk tempat penyimpanan kartu dan lima kolom yang berukuran 15 cm x 9,2 cm untuk tempat penyimpanan bendera. Kolom bendera dan kolom kartu dari setiap budaya dibuat berdampingan. Untuk mempermudah peletakannya, pada sekat di antara bendera dan kartu diberi lingkaran warna sesuai dengan budaya yang telah ditentukan di awal.

Kotak tersebut juga dilengkapi dengan tutup. Tutup kotak penyimpanan terbuat dari kayu. Berikut adalah disain tutup penyimpanan.

Gambar 1.5. Disain Tutup Kotak Penyimpanan Bendera dan Kartu Budaya Indonesia

Tutup kotak penyimpanan berbentuk persegi panjang yang berukuran 50 cm x 22 cm. Tutup ini memiliki ketebalan 1,5 cm. Pada bagian atas tutup terdapat 33 lubang dengan diameter 0,3 cm. Lubang tersebut digunakan untuk memajang bendera sebelum ditancapkan pada peta timbul Indonesia. Kotak penyimpanan bendera dan kartu ini memiliki berat 1,5 kg.

1.6. Definisi Operasional

1.6.1 Belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, memperbaiki sikap dan mengokohkan kepribadian.

1.6.2 Pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal.

(32)

1.6.4 Perkembangan anak adalah proses perubahan pada anak yang terjadi pada fisik maupun psikis dan berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.

1.6.5 Alat peraga adalah alat yang digunakan dalam pembelajaran untuk membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan.

1.6.6 Alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual.

1.6.7 Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari ilmu-ilmu sosial dan humaniora sacara terpadu untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan.

1.6.8 Budaya adalah hasil karya, rasa dan dan cipta manusia yang diatur oleh tata kelakuan dan diperoleh melalui belajar.

(33)

11 BAB 2

LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal di antaranya adalah belajar dan pembelajaran, metode Montessori, perkembangan anak, alat peraga Montessori dan pembelajaran IPS.

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Subbab ini menguraikan mengenai belajar dan pembelajaran. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.

2.1.1.1 Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari kegitan belajar. Pengertian belajar diartikan oleh beberapa ahli, salah satu ahli adalah Reber. Reber (dalam Thobroni, 2015: 16) mengartikan belajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh suyono dan Hariyanto. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 9), belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku/sikap, dan mengokohkan kepribadian. Pengertian lain dikemukakan oleh Winkel. Winkel (dalam Suyono & Hariyanto, 2011: 14), mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung melalui interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

(34)

pengalaman yang diperoleh siswa (Kosasih, 2013: 51). Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Montessori. Menurut Montessori, cara belajar siswa yang terbaik adalah melalui pengalaman indera. Guru hendaknya memberikan pengalaman indera dalam belajar melalui penglihatan, tekstur-tekstur, bunyi-bunyian dan bau-bauan kepada siswa (Mooney, 2013: 38).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, memperbaiki sikap dan mengokohkan kepribadian. Pengalaman belajar akan menjadi lebih kuat apabila melibatkan berbagai indera. Karena itu, dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga yang melibatkan berbagai indera dalam penggunaannya.

2.1.1.2 Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan “pembelajaran” berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008: 23). Pengertian pembelajaran juga didefinisikan oleh beberapa ahli. Menurut Gagne, pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang membantu memudahkan seseorang dalam belajar, sehingga terjadi belajar yang optimal (Kurniawan, 2014: 27). Definisi lain mengenai pembelajaran dipaparkan oleh Winkel. Winkel (dalam Siregar & Nara, 2011:12) memaparkan bahwa pembelajaran adalah pengaturan kondisi diluar siswa yang dapat mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik (Susanto, 2013: 19).

(35)

menggunakan bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya untuk membangun pengetahuannya sendiri. Lingkungan belajar sangat mendukung dalam memunculkan pandangan dan aktivitas sehingga dapat membangun usaha belajar konstruktivistik (Siregar & Nara, 2011: 41). Ciri-ciri lingkungan belajar yang konstruktif dipaparkan oleh Hujono (dalam Trianto, 2009: 19) sebagai berikut 1) menyediakan pengalaman belajar yang menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga terjadi pembentukan pengetahuan, 2) menyediakan alternatif pengalaman belajar, 3) melibatkan pengalaman konkret, 4) menimbulkan interaksi dan kerjasama antarsiswa, 5) memanfaatkan berbagai media agar lebih menarik dan 6) melibatkan siswa secara sosial emosional. Persiapan lingkungan belajar juga diterapkan dalam metode Montessori. Lingkungan belajar yang dimaksud bukan hanya mengenai ruang, perabot dan material yang ada di dalam ruang itu, namun juga orang dewasa dan anak-anak lain yang ada di ruang kelas serta lingkungan luar tempat anak belajar (Mooney, 2013: 38).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal. Dalam pembelajaran, lingkungan belajar menjadi hal yang penting sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Karena itu, penelitian ini menghasilkan suatu alat peraga yang menjadi salah satu pendukung dalam persiapan lingkungan belajar.

2.1.2 Metode Montessori

Uraian metode Montessori membahas mengenai sejarah Montessori dan prinsip pendidikan dengan metode Montessori.

2.1.2.1 Sejarah Montessori

(36)

sekolah medis. Montessori menjadi mahasiswa perempuan pertama yang lulus dari sekolah medis pada tahun 1896 (Mooney, 2013: 35).

Tahun 1901, Montessori mengambil spesialisasinya yang kedua yaitu pada bidang pendidikan, psikologi eksperimen dan anthropologi. Montessori membuka

Casa Dei Bambini pada tahun 1907 dan 1908. Dia mengundurkan diri menjadi seorang dokter dan berfokus pada dunia pendidikan pada tahun 1911. Di masa itu metode Montessori sudah mulai dipakai di sekolah Inggris dan Argentina dan mulai diterapkan di Sekolah Dasar di Ilatia dan Swiss. Montessori memberikan kursus-kursus pelatihan dan konggres mengenai metode Montessori semasa hidupnya hingga akhirnya Montessori wafat di Noordwijk, Belanda pada tanggal 6 Mei tahun 1952 (Magini, 2013: 104-111).

2.1.2.2 Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori

Terdapat delapan prinsip dalam pembelajaran Montessori (Lillard 2005: 29-33), prinsip-prinsip tersebut adalah 1) keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4) menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan siswa, dan 8) keteraturan lingkungan dan pikiran. Pembelajaran Montessori juga memperhatikan mengenai persiapan lingkungan belajar bagi anak. Lingkungan belajar yang dimaksud bukan hanya mengenai ruang, perabot dan material yang ada di dalam ruang itu, namun juga orang dewasa dan anak-anak lain yang ada di ruang kelas serta lingkungan luar tempat anak belajar (Mooney, 2013: 38).

(37)

demikian, pemberian penghargaaan ekstrinsik pun dapat diperkecil kemungkinannya. Selain itu, siswa dapat menggunakan alat peraga secara teratur karena terdapat kontrol warna pada alat peraga tersebut yang dapat membantu siswa dalam mengatur kembali alat peraga yang telah digunakan.

2.1.3 Perkembangan Anak

Setiap individu mengalami perkembangan intelektual. Piaget (1896-1980) membagi perkembangan intelektual ke dalam empat tingkatan (Dahar, 2011: 136). Keempat tingkat tersebut yaitu tingkat sensori-motor (0-2 tahun), tingkat pra-operasional (2-7 tahun), tingkat pra-operasional konkret (7-11 tahun), dan tingkat operasi formal (lebih dari 11 tahun).

2.1.3.1 Sensori-motor

Tingkat sensorimotor menempati dua tahun kehidupan manusia. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor). Anak tidak memiliki konsepsi object permanent. Bila suatu benda disembunyikan, anak gagal menemukannya. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, anak menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada dan anak mulai mencari benda itu (Dahar, 2011: 137).

2.1.3.2 Pra-operasional

Tingkat pra-operasional berlangsung antara 2–7 tahun. Selama tingkat ini anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah dan mengurangi. Anak memiliki kemampuan menalar transduktif (khusus ke khusus) dan berpikir secara irreversibel. Anak pada tahap pra-operasional memiliki sifat egosentris dan memfokuskan diri pada aspek statis pada suatu peristiwa bukan pada transformasi dari suatu keadaan ke keadaan lain (Dahar, 2011: 137).

2.1.3.3 Operasional Konkret

(38)

operasi seriasi. Sifat egosentris anak mulai hilang dan timbul sifat sosiosentris selama tingkat operasional konkret (Dahar, 2011: 138).

2.1.3.4 Operasi Formal

Tingkat operasi formal berlangsung pada usia 11 tahun ke atas. Anak pada tingkat ini tidak lagi memerlukan bantuan dari benda-benda nyata untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir secara abstrak. Selain itu, pada tahap operasi formal anak berpikir dengan cara hipotesis-deduktif, proporsional, kombinatorial dan reflektif (Dahar, 2011: 139).

Montessori (dalam Gutek, 2004: 49) membagi tahap perkembangan anak menjadi tiga periode yakni usia 0-6 tahun (absorbent mind), usia 6-12 tahun dan 12-18 tahun. Pada periode pertama, anak mulai menyerap informasi, membangun konsep tentang kenyataan, mulai menggunakan bahasa, dan memasuki dunia yang lebih besar dalam kelompok budayanya melalui eksplorasi lingkungan. Pada periode kedua, keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang telah muncul pada periode pertama menjadi lebih berkembang. Pada periode ketiga, terjadi perubahan fisik diiringi dengan kematangan secara penuh.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan pada anak yang terjadi pada fisik maupun psikis dan berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Siswa kelas IV SD (usia 10-11 tahun) mulai mengembangkan konsep mengenai kenyataan. Siswa kelas IV SD berada pada tahapan operasional konkret. Pada tahap operasional konkret, anak memiliki operasi-operasi logis yang diterapkan pada masalah-masalah yang konkret. Anak lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah dengan menggunakan benda-benda nyata. Anak belum dapat berpikir secara abstrak. Dengan demikian, penggunaan benda-benda konkret sebagai alat peraga dalam pembelajaran untuk anak SD memang diperlukan karena sesuai dengan karakteristik anak pada tahap perkembangannya.

2.1.4 Alat Peraga Montessori

(39)

2.1.4.1 Hakikat Alat Peraga

Alat peraga (Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008: 37) adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik. Alat peraga juga diartikan oleh Arsyad. Menurut Arsyad (2014: 9), alat peraga adalah alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pembalajaran. Senada dengan pengertian tersebut, Prastowo (2015: 297) memberikan pengertian alat peraga sebagai media yang menggambarkan atau mengilustrasikan konsep atau materi yang diajarkan sehingga siswa lebih mudah dalam mempelajari materi yang diajarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah benda-benda yang digunakan dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan.

Alat peraga memiliki fungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Alat peraga memudahkan dalam memberi pengertian kepada siswa dari perbuatan yang abstrak sampai ke yang sangat konkret (Sanaky, 2013: 24). Segala sesuatu yang masih bersifat abstrak dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang dan dirasakan (Arsyad, 2014: 9).

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengoptimalkan keseluruhan fungsi panca indera siswa (Widiyatmoko & Pamelasari, 2012: 52). Melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba dalam pembelajaran dapat memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu (Arsyad, 2014: 13).

Berdasarkan teori di atas, alat peraga dapat membantu siswa dalam mempelajari suatu materi. Dengan alat peraga, siswa juga dapat mengembangkan seluruh panca inderanya. Materi yang diajarkan kepada siswa akan menjadi lebih mudah diterima apabila menggunakan alat peraga karena melibatkan seluruh panca indera yang dimiliki. Salah satu metode yang memiliki kekhasan penggunaan alat peraga dalam pembelajarannya adalah metode Montessori.

(40)

2.1.4.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Terdapat lima ciri-ciri alat peraga berbasis metode Montessori. Ciri-ciri tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual. Ciri yang pertama adalah menarik. Pembelajaran bagi anak diarahkan untuk pengembangan panca indera. Alat peraga ini dibuat menarik dengan memperhatikan warna, kontur permukaan yang lembut, dan beratnya, sehingga anak tertarik untuk menyentuh, meraba, dan memegangnya. Anak normal akan mengulangi kegiatan yang mereka lakukan karena ketertarikan. Mereka melakukan modifikasi dalam menggunakan alat peraga (Montessori, 2002: 170-174).

Ciri yang kedua adalah bergradasi. Gradasi alat peraga dalam Montessori terkait dengan warna, bentuk, dan usia anak. Alat peraga yang bergradasi ini memungkinkan digunakan dengan melibatkan panca indera anak dan bisa digunakan untuk anak-anak dari beragam usia dalam hal pembentukan konsep belajar anak (Montessori, 2002: 174).

Ciri ketiga adalah auto-correction. Alat peraga yang dibuat memiliki pengendali kesalahan. Dengan adanya pengendali kesalahan, anak bisa mengetahui jika mereka melakukan kesalahan dalam menggunakan alat peraga tanpa diberi tahu oleh orang lain (Montessori, 2002: 171).

Ciri keempat adalah auto-education. Alat peraga yang digunakan dapat mengembangkan kemampuan anak untuk belajar secara mandiri. Anak akan fokus pada apa yang dikerjakannya walaupun terdapat gangguan di sekitanya. Anak memperoleh pengalaman dari aktivitas dengan panca inderanya menggunakan alat peraga secara berulang. Hal tersebut merupakan cara mendidik dirinya sendiri. Dalam belajar, guru hanya sedikit campur tangan dan lebih banyak mengamati dan mengarahkan. Karena itu, guru di sekolah Montessori disebut sebagai direktris (Montessori, 2002: 172-173).

(41)

Berdasarkan paparan di atas, peneliti mengembangkan alat peraga dengan memperhatikan ciri-ciri alat peraga Montessori. Alat peraga yang dikembangkan menarik, dengan memberikan warna dan cara penggunaan yang menyenangkan. Alat peraga yang dikembangkan juga bergradasi karena dapat terdiri dari berbagai warna dan tekstur. Memiliki auto-correction sehingga siswa dapat mengetahui kesalahannya sendiri ketika belajar. Melalui alat peraga ini, siswa juga dapat belajar secara mandiri tanpa didampingi oleh guru (auto-education). Alat peraga yang dikembangkan juga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar. Peneliti mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran IPS pada materi keragaman budaya Indonesia.

2.1.5 Pembelajaran IPS

Uraian dalam pembelajaran IPS membahas mengenai hakikat IPS, pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, dan keragaman budaya Indonesia.

2.1.5.1 Hakikat IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat menjadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai macam ilmu sosial, humaniora dan kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah untuk memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam bagi siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Susanto, 2013: 137). Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Somantri (dalam Sapriya, 2009: 11), IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk tujuan pendidikan. Ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dimaksud adalah sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Susanto, 2014: 6). IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Sapriya, 2006: 3).

(42)

beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu yang mempelajari ilmu-ilmu sosial dan humaniora sacara terpadu untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan.

2.1.5.2 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Berdasarkan uraian pada hakikat IPS, IPS mempelajari ilmu-ilmu humaniora dan sosial yang mencakup materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Meskipun demikian, pada jenjang Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, materi geografi, sejarah, sosiologi dan digabungkan menjadi satu menjadi mata pelajaran IPS (Sapriya, 2006: 3). Mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BNSP, 2006: 575).

Mata pelajaran IPS yang diajarkan di SD memiliki empat ruang lingkup. Ruang lingkup tersebut meliputi 1) manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) sistem sosial dan budaya, dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BNSP, 2006: 575). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil ruang lingkup ketiga yaitu sistem sosial dan budaya, khususnya pada materi budaya Indonesia dengan Kompetensi Dasar “Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi)” untuk kelas IV yang diajarkan pada semester 1.

2.1.5.3 Keragaman Budaya Indonesia

(43)

(dalam Simon, 2006: 12), kebudayaan adalah totalitas dari sistem gagasan dan rasa, kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan kesemuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Pendapat Koentjaraningrat tersebut sejalan dengan pendapat Davis dan Hoebel (dalam Dwiningrum, Septiarti & Widyaningsih, 2012: 17) yang menyatakan bahwa tindakan kebudayaan adalah segala tindakan yang harus dibiasakan manusia dengan belajar.

Budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk/wujud. Menurut Koentjaraningrat (dalam Setiadi, Hakam & Effendi, 2013: 29-30) budaya digolongkan menjadi tiga wujud, yaitu 1) kebudayaan sebagai ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan; 2) kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; 3) kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan sebagai ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan memiliki sifat yang abstrak, tidak dapat diraba/disentuh dan berada di dalam pikiran masyarakat dimana budaya tersebut hidup. Budaya ini berfungsi untuk mengatur dan memberikan arah dalam perbuatan yang manusia lakukan (Koentjaraningrat dalam Setiadi, Hakam & Effendi, 2013: 29).

Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dinamakan sistem sosial. Dinamakan demikian karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia sendiri. Wujud budaya ini dapat didokumentasikan kerena terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi satu dengan yang lainnya di masyarakat. Budaya ini adalah perwujudan budaya secara konkret dalam bentuk perilaku dan bahasa (Koentjaraningrat dalam Setiadi, Hakam & Effendi, 2013: 29).

Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia disebut juga budaya fisik. Budaya ini bersifat konkret, dapat diraba, dilihat dan berwujud besar atau kecil. Bentuk budaya ini dapat berupa materi maupun artefak, misalnya candi dan kain batik (Koentjaraningrat dalam Setiadi, Hakam & Effendi, 2013: 30).

(44)

musik. Contoh budaya yang berbentuk non fisik atau rohani adalah kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau tradisi dan pengetahuan (Pujiati & Yuliati, 2008: 73).

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya adalah hasil karya, rasa dan cipta manusia yang diatur oleh tata kelakuan dan diperoleh melalui belajar. Dengan demikian, keragaman budaya Indonesia adalah variasi hasil karya, rasa dan cipta manusia yang diatur oleh tata kelakuan, diperoleh melalui belajar, dan dituangkan dalam wujud/bentuk tertentu. Materi yang digunakan dalam alat peraga ini adalah budaya dalam bentuk konkret sehingga dapat dituangkan dalam bentuk gambar. Macam budaya yang dibahas adalah rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, tarian tradisional dan alat musik tradisional. Berikut adalah penjelasan dari setiap budaya tersebut.

2.1.5.3.1 Rumah Adat

Hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki rumah adat yang berbeda-beda (Pujiati & Yuliati, 2008: 74-75). Tabel 2.1 adalah daftar nama beberapa rumah adat yang ada di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar-gambar rumah adat (Chaldun, 2003: ix) dan penjelasan singkat mengenai rumah adat di Indonesia (Gendhis, 2008).

Tabel 2.1 Daftar Nama Beberapa Rumah Adat di Indonesia No. Provinsi Nama dan gambar rumah

adat Keterangan

1 Jawa Tengah Rumah Joglo Rumah Joglo Jawa Tengah berbentuk Padepokan.

Padepokan merupakan bangunan induk istana Mangkunegara di Surakarta. Rumah ini terdiri dari 3 ruangan. Pendopo, tempat untuk menerima tamu, upacara dan kesenian. Pringgitan, tempat untuk pagelaran wayang kulit. Dalem, tempat singgasana Raja. Kata ‘Dalem’ bagi masyarakat Jawa Tengah berarti tempat tinggal/rumah.

2 Sumatera

Barat

Rumah Gadang Rumah Gadang memiliki Gonjoang (tonjolan

(45)

No. Provinsi Nama dan gambar rumah

adat Keterangan

3 Sulawesi

Selatan

Tongkonan Rumah ini berbentuk panggung dan memiliki

kolong yang berfungsi sebagai kandang kerbau belang atau Tedong Bonga. Kepala kerbau merupakan lambang kekayaan. Di depan rumah tersusun tanduk-tanduk kerbau sebagai lambang bahwa pemiliknya telah melakukan upacara kematian secara besar-besaran. Rumah Tongkonan terdiri dari 3 ruangan yaitu ruang tamu, ruang makan dan ruang belakang. 4 Sulawesi

Tenggara

Rumah Malige Rumah Malige terdiri dari empat tingkat. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua, sedangkan lantai ketiga lebih luas dari lantai keempat. Jadi semakin ke atas ruangannya semakin sempit. Tetapi lantai keempat lebih melebar. Seluruh bangunan dibuat tanpa menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak atau paku kayu.

5 Kepulauan Riau

Rumah Lancang Rumah Lancang mempunyai atap melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan sesama. Tangga rumah biasanya ganjil.

2.1.5.3.2 Pakaian Adat

(46)

Tabel 2.2 Daftar Nama Beberapa Pakaian Adat di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar

pakaian adat Keterangan

1 Bengkulu Melayu Bengkulu Pria: Menggunakan baju model jas tertutup dan

celana panjang serta mahkota. Dilengkapi dengan kalung dan kain songket yang melingkar di pinggang.

Wanita: Memakai baju kurung yang berlengan panjang, sarung songket benang emas atau perak, sehelai kampuh, kalung bersusun dan mahkota.

2 D.I.Y. Pakaian Adat Surjan

dan Kebaya

Pria: Memakai destar (penutup kepala), jas dengan leher tertutup dan keris yang diselipkan di pinggang bagian belakang. Mengenakan kain batik dengan corak yang sama dengan wanita.

Wanita: Memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa kalung, anting-anting dan cincin.

3 Sulawesi

Tenggara

Pakaian Adat Babung Gina Saman

Pria: Memakai baju model jas tertutup, celana panjang dan sarung sebatas lutut. Memakai penutup kepala yang disebut destar.

Wanita: memakai baju kebaya. Di atas kepala terdapat hiasan kembang. Memakai anting-anting, kalung dan gelang.

4 Papua Pakaian Adat Manawou

Pria: Memakai hiasan kepala, kalung yang terbuat dari gigi dan tulang binatang/kerang, dilengkapi hiasan di bagian kaki.

Wanita: Memakai baju berumbai-rumbai sebatas lutut dan hiasan bulu di bagian kepala. Memakai perhiasan seperti kalung yang terbuat dari kerang dan gigi binatang serta hiasan kaki.

5 Kalimantan Barat

Pakaian Adat Melayu Sambas

Pria: Mengenakan penutup kepala, baju lengan panjang, celana panjang, ikat pinggang dan tenun sambas yang menyelempang di bahu dan melingkar di pinggang.

Wanita: memakai baju panjang dan kain tenun sambas, ikat pinggang, kalung serta mahkota di kepala.

2.1.5.3.3 Senjata Tradisional

(47)

tradisional dan penjelasan singkat mengenai senjata tradisional di Indonesia (Gendhis, 2008).

Tabel 2.3 Daftar Nama Beberapa Senjata Tradisional di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar senjata

radisional Keterangan

1 Nanggroe Aceh Darussalam

Rencong Rencong merupakan senjata belati yang bentuknya menyerupai huruf L. Bilah rencong terbuat dari besi dan biasanya bertuliskan ayat Al-Quran.

Senjata lain:

Pedang Daun Tebu, Pedang Oom Ngom dan Reudeuh

2 Jawa Barat Kujang Kujang adalah senjata tikam berbentuk lengkung. Pada mata Kujang terdapat 1-5 buah lubang. Pada bilahnya terdapat ukiran-ukiran.

Senjata lain:

Keris Kirompang, Kris Kidongkol, Golok, Bedok, Panah bambu, Panah kayu dan Tombak

3 Sulawesi Tengah

Pasatimpo Pasatimpo adalah senjata yang hulunya bengkok ke bawah dan sarungnya diberi tali. Senjata lain:

Tombak, Parang, Pisau, Perisai dan Sumpitan

4 Papua Pisau Belati Pisau belati teruat dari tulang kaki burung Kaswari. Pisau ini juga dihiasi dengan bulu burung Kaswari.

Senjata lain:

Busur, Panah, Sumpit dan Tombak

5 Maluku Parang dan Salawaku Parang terbuat dari besi dan ditempa oleh pandai besi khusus. Panjang Parang yaitu antara 90-100 cm. Salawaku adalah perisai yang diberi hiasan motif-motif yang melambangkan keberanian. Parang dan Salawaku digunakan untuk berperang. Selain itu juga digunakan untuk berburu binatang.

2.1.5.3.4 Tarian Tradisional

(48)

2008: 77). Tabel 2.4 merupakan beberapa contoh tarian tradisional di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar-gambar tarian tradisional (Chaldun, 2003: vi) dan penjelasan singkat mengenai tarian tradisional tersebut (Gendhis, 2008).

Tabel 2.4 Daftar Nama Beberapa Tarian Tradisional di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar

tarian tradisional Keterangan 1 Nanggroe

Aceh Darussalam

Saman Tari saman digunakan untuk merayakan hari lahir Nabi

Muhammad SAW. Kata ‘Saman’ diambil dari nama Syech Saman (ulama besar di NAD). Syair dalam tari Saman menggunakan bahasa Arab dan Gayo. Tari ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, kebersamaan dan merupakan media dakwah.

Tarian lain: Seudati, Pukat, Sunan Gayo, Laweut, Guel, Pho, Rebana dan Likok Pulo

2 Maluku Tari Cakalele Tari Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan salawaku, sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Tarian ini diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (fu) yang ditiup. Tarian lain: Tari Lenso dan tari perisai 3 Kalimantan

Selatan

Tari Baksa Kembang Tari Baksa Kembang digunakan untuk menyambut

tamu pada perayaan hari besar dan hajatan. Tarian ini menggambarkan putri-putri remaja cantik yang sedang bermain di tamna bunga. Tari ini diiringi lagu Ayakan dan Jangklong atau Kembang Muni.

Tarian lain: Radap Rahayu, Mantang Gandut dan Tirik

4 Jawa Barat Tari Merak Tarian ini melambangkan gerakan burung Merak. Ditarikan oleh satu orang atau berkelompok. Penari memakai selendang yang terikat di pinggang menyerupai sayap. Penari juga mengenakan mahkota berbentuk kepala burung merak. Gerakan tangan gemulai merupakan ciri gerak tarian ini.

Tarian lain: Jaipong, tari Topeng, dan tari Rarasati 5 Sulawesi

Selatan

Pakarena Gantarang Tari Pakarena Gantarang merupakan tarian khas Kabupaten Selayar yang berasal dari sebuah

perkampungan bernama Gantarang Lalang Bata. Tarian ini pertama kali ditampilkan pada awal abad ke-17 yang dikaitkan dengan kemunculan Tumanurung. Tarian lain: Tari Kipas

2.1.5.3.5 Alat musik tradisional

(49)

2008: 77). Tabel 2.5 berikut merupakan beberapa contoh alat musik tradisional di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar-gambar alat musik tradisional (Chaldun, 2003: vii) dan penjelasan singkat mengenai alat musik tradisional tersebut (Gendhis, 2008).

Tabel 2.5 Daftar Nama Beberapa Alat Musik Tradisional di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar

alat musik tradisional Keterangan 1 Sumatera

Selatan

Akordion Accordion merupakan alat musik sejenis organ. Alat musik ini berukuran kecil dan digantungkan di leher. Pemusik memainkan tombol-tombol akord dengan jari-jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan digunakan untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan. Pada saat dimainkan, accordion ditarik atau didorong untuk menggerakkan udara yang ada di dalamnya.

2 Jawa Barat

Angklung Angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2,3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Nada alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah slendro dan pelog.

Alat musik lain: Rebab dan Gamelan Sunda 3 Sulawesi

Tengah

Ganda Ganda adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, bentuknya menyerupai gendang tetapi lebih panjang.

Alat musik lain: Gendang dan Lado-lado

4 Maluku Utara

Fu Fu adalah alat musik yang terbuat dari cangkang kerang laut dan dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik lain: Floit dan Tifa

5 D.K.I. Jakarta

Tehyan Tehyan adalah alat musik semacam Rebab yang berukuran kecil. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek.

Alat musik lain: Rebab, Tanjidor dan Rebana

2.2 Penelitian yang Relevan

(50)

2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Penelitian tentang metode Montessori dilakukan oleh Widyaningrum (2015) dan Noi (2015). Widyaningrum (2015) mengembangkan alat peraga matematika penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori untuk kelas II. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan mengandung lima ciri alat peraga dan mempunyai kualitas “sangat baik”. Alat peraga yang dikembangkan terbukti dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan dengan peningkatan skor posttest sebesar 53,74.

Noi (2015) mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian berbasis metode Montessori untuk kelas III. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alat peraga papan perkalian memiliki lima ciri, antara lain, menarik bagi siswa, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan dan dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Kualitas alat peraga papan perkalian ditunjukkan dengan perolehan skor validasi 3,73 dalam kategori “sangat baik”. Selain itu, melalui penggunaan alat peraga matematika perkalian berbasis metode Montessori, nilai siswa dapat meningkat dari rerata 58,21 menjadi rerata 97,82. Dengan demikian, alat peraga sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas.

2.2.2 Penelitian tentang Materi Keragaman Budaya Indonesia

Penelitian tentang materi keragaman suku dan budaya Indonesia dilakukan oleh Maulidatun (2012), Kalsum, Imran dan Kapile (2014) dan Suparmini (2015). Maulidatun (2012) meneliti tentang pengaruh penggunaan metode Gallery Walk

terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS materi pokok keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia pada siswa kelas V semester 1 MI Negeri Kalibuntu Wetan Kendal. Penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain

(51)

Kalsum, Imran dan Kapile (2014) meneliti tentang penggunaan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres 5 Palasa dalam pembelajaran IPS. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Inpres 5 Palasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media gambar, penguasaan siswa terhadap materi terus meningkat sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres 5 Palasa.

Suparmini (2015) meneliti tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia dengan permainan Tembar pada siswa kelas IV A SDN Semboro Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan permainan Tembar pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Semboro 01 Jember

Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian tentang alat peraga berbasis metode Montessori menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa. Penelitian tentang materi keragaman budaya Indonesia menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan berbagai metode. Karena itu, peneliti mencoba menawarkan penelitian yang mengembangkan alat peraga tentang keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1.

Gambar

Gambar 1.4 Disain kotak penyimpanan bendera dan kartu budaya Indonesia
Gambar 1.5. Disain Tutup Kotak Penyimpanan Bendera dan Kartu Budaya
Tabel 2.1 Daftar Nama Beberapa Rumah Adat di Indonesia
gambar (Chaldun, 2003: v) dan penjelasan singkat mengenai pakaian adat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil distribusi angket dari 70 siswa di MAN 1 Banda Aceh dengan 15 pertanyaan yang meliputi aktifitas kokurikuler siswa, jenis aktifitas kokurikuler yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Barat dalam penanganan informasi pada media elektronik dengan

0 Sistem Informasi Penggajian 1 Pemeliharaan File Master 2 Pemeliharaan File Transaksi 3 Cetak Laporan 1.1 File Master Karyawan 1.2 File Master Absensi 2.1 File Transaksi Penggajian

Isi/informasi dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan

Informasi yang disajikan dalam Rencana Kinerja Tahunan 2009 adalah pada indikator kinerja utama ( key performance indicator ) UGM yang ditetapkan dalam Arah dan Kebijakan Umum

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama proses fermentasi kecap ikan rucah (10, 20 dan 30 hari) dengan penambahan koji yang berbeda menunjukkan nilai

Citra merek merupakan interprestasi akumulasi berbagai informasi yang diterima konsumen sehingga menimbulkan niat beli (Simamora,2011) dan penelitian yang dilakukan

Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Mengembangkan software Jotaped sebagai media untuk meningkatkan pelayanan wisatawan di Propinsi Daerah I stimewa Yogyakarta khususnya