ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TENTANG PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING
DALAM PENCAPAIAN TUJUAN BIMBINGAN KARIER
SISWA KELAS XII SMA BUDYA WACANA TAHUN 2014/2015
Widiastanto Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk 1)Mengetahui tingkat persepsi tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier kelas XII SMA Budya Wacana, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. 2) Mengidentifikasi hal – hal dalam pencapaian tujuan bimbingan karier yang masih rendah dikalangan para siswa kelas XII SMA Budya Wacana, tahun ajaran 2014/ 2015.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Budya Wacana Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 100 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode penyebaran kuesioner dan didukung wawancara serta observasi. Data dianalisis dengan mendeskripsikan hasil per aspek.
Berdasarkan hasil dari penelitian tingkat persepsinya tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan karier karier termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 74 orang (74%), diikuti kategori tinggi sebanyak 16 orang (16%), dan sisanya sebanyak 10 responden atau sebesar (10%) menyatakan persepsinya termasuk rendah. Sebagian besar persepsi tentang item peran guru bk dalam pencapaian tujuan bimbingan karier termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 35 item, diikuti kategori rendah sebanyak 12 item, dan sisanya sebanyak 10 item termasuk tinggi. Terindentifikasi 12 item masuk kategori rendah yang dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan.
ABSTRACT
PERCEPTION OF STUDENTS FOR GUIDANCE AND COUNSELING
TEACHER’S ROLE IN ACHIEVING CAREER GUIDANCE
OBJECTIVES OF CLASS XII STUDENTS OF BUDYA WACANA SENIOR HIGH SCHOOL IN ACADEMIC YEAR OF 2014/2015
Widiastanto
Sanata Dharma University 2015
These study objectives were to (1) understand perception rate for Guidance
and Counseling Teacher’s role in achieving career guidance objectives of Class
XII students of Budya Wacana Senior High School, Yogyakarta, Academic Year of 2014/2015; (2) identifies the items in the career guidance goal achievement is still low among the students of Class XII students of Budya Wacana Senior High School, Yogyakarta, Academic Year of 2014/2015.
This study is quantitative-descriptive. Subjects of study were 100 Class XII students of Budya Wacana Senior High School in Academic Year of 2014/2015. The data were collected by using questionnaire distribution method and supported by interview and observation. The data were analyzed by describing results per aspect.
Based on the results of the research of the level of its perception of the role of teachers in career goal achievement BK career included in the category are namely 74 people (74%), followed by a high category as much as 16 people (16%), and the remaining 10 respondents or registration (10%) expressed its perception including low. Most of the perception of the role of teacher items guidance and counseling in the achievement of the objectives of career guidance is included in the category many as 35 items, followed by as many as 12 low-category items, and the remaining 10 items including high. Unidentified 12 items go in the low category relied upon preparation of topics for guidance.
i
PERSEPSI SISWA TENTANG PERAN GURU BIMBINGAN
KONSELING DALAM PENCAPAIAN TUJUAN BIMBINGAN
KARIER SISWA KELAS XII SMA BUDYA WACANA
TAHUN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Konseling
Oleh:
Widiastanto
NIM : 081114006
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Santo Alloysius yang senantiasa menjaga,
membimbing, memberikan rahmat dan kasih sayang yang begitu besar
serta menyertaiku dalam segala hal.
2. Bapak Robertus Sukismo dan Ibu Yosefine Tumardiah yang telah
memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan serta doa.
3. Adik ku Brigita Widiastuti, Alm. Chatarina Widianingrum dan Carolius
Widiarto .
4. Juster Donal Sinaga. M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan masukan dan motivasi.
5. Dr. Gendon Barus M.Si selaku Kaprodi BK yang selalu meluangkan
v
HALAMAN MOTTO
Jika tidak bisa melakukan hal-hal besar, lakukanlah hal-hal kecil dengan
CINTA yang BESAR.
MENCINTAI sering kali menyakitkan, namun saat kita mencintai dengan TULUS
dengan pengorbanan yang menyakitkan yang tersisa kemudian adalah hilangnya
rasa sakit dan lebih banyak cinta yang akan menghampiri.
(Rosita, Eros)
Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih
setia-Nya dari padaku.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2015
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Widiastanto
Nomer Mahasiswa : 081114006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI SISWA TENTANG PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING
DALAM PENCAPAIAN TUJUAN BIMBINGAN KARIER
SISWA KELAS XII SMA BUDYA WACANA TAHUN 2014/2015
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
pada tanggal: 24 Juli 2014
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TENTANG PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING
DALAM PENCAPAIAN TUJUAN BIMBINGAN KARIER
SISWA KELAS XII SMA BUDYA WACANA TAHUN 2014/2015
Widiastanto Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk 1)Mengetahui tingkat persepsi tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier kelas XII SMA Budya Wacana, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. 2) Mengidentifikasi hal – hal dalam pencapaian tujuan bimbingan karier yang masih rendah dikalangan para siswa kelas XII SMA Budya Wacana, tahun ajaran 2014/ 2015.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Budya Wacana Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 100 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode penyebaran kuesioner dan didukung wawancara serta observasi. Data dianalisis dengan mendeskripsikan hasil per aspek.
Berdasarkan hasil dari penelitian tingkat persepsinya tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan karier karier termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 74 orang (74%), diikuti kategori tinggi sebanyak 16 orang (16%), dan sisanya sebanyak 10 responden atau sebesar (10%) menyatakan persepsinya termasuk rendah. Sebagian besar persepsi tentang item peran guru bk dalam pencapaian tujuan bimbingan karier termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 35 item, diikuti kategori rendah sebanyak 12 item, dan sisanya sebanyak 10 item termasuk tinggi. Terindentifikasi 12 item masuk kategori rendah yang dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan.
ix ABSTRACT
PERCEPTION OF STUDENTS FOR GUIDANCE AND COUNSELING
TEACHER’S ROLE IN ACHIEVING CAREER GUIDANCE
OBJECTIVES OF CLASS XII STUDENTS OF BUDYA WACANA SENIOR HIGH SCHOOL IN ACADEMIC YEAR OF 2014/2015
Widiastanto
Sanata Dharma University 2015
These study objectives were to (1) understand perception rate for Guidance
and Counseling Teacher’s role in achieving career guidance objectives of Class
XII students of Budya Wacana Senior High School, Yogyakarta, Academic Year of 2014/2015; (2) identifies the items in the career guidance goal achievement is still low among the students of Class XII students of Budya Wacana Senior High School, Yogyakarta, Academic Year of 2014/2015.
This study is quantitative-descriptive. Subjects of study were 100 Class XII students of Budya Wacana Senior High School in Academic Year of 2014/2015. The data were collected by using questionnaire distribution method and supported by interview and observation. The data were analyzed by describing results per aspect.
Based on the results of the research of the level of its perception of the role of teachers in career goal achievement BK career included in the category are namely 74 people (74%), followed by a high category as much as 16 people (16%), and the remaining 10 respondents or registration (10%) expressed its perception including low. Most of the perception of the role of teacher items guidance and counseling in the achievement of the objectives of career guidance is included in the category many as 35 items, followed by as many as 12 low-category items, and the remaining 10 items including high. Unidentified 12 items go in the low category relied upon preparation of topics for guidance.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Persepsi siswa tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier kelas XII
SMA Budya Wacana Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi ini disusun
untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama proses pelaksanaan penelitian yang telah
penulis lakukan tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu ijinkalah penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling
3. Juster Donal Sinaga. M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
Konseling dan dan selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
motivasi.
4. Maria Kristina Purwanti, sebagai Kepala SMA Budya Wacana yang telah
berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Bapak dan Ibu guru serta staf karyawan SMA Budya Wacana yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan serta informasi yang
bermanfaat bagi penulis.
6. Kedua orangtuaku, Bapak Robertus Sukismo dan Ibu Yosefine Tumardiah
xi
7. Adik ku Brigita Widiastuti, Alm. Chatarina Widianingrum, dan Carolus
Widiarto yang telah memberikan dukungan.
8. Brigita Yuni yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk
mengerjakan skripsi serta menemani disaat kesulitan.
9. Teman-teman seperjuangan Arie, Rigel, Stanis, Kika, Batak, Adit dan Sipiki.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 24 Juli 2015
Penulis,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... ... xv
DADTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
xiii
G. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Persepsi ... 14
1. Pengertian Persepsi ... 14
2. Proses terjadinya Persepsi ... 15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 15
B. Peran ... 26
1. Pengertian Peran ... 26
2. Peran Guru BK dalam Bimbingan Karir ... 27
C. Bimbingan Karier ... 28
1. Pengertian Bimbingan Karier ... 28
2. Tujuan Bimbingan Karier ... 30
3. Konten Bimbingan Karier ... 31
4. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
C. Subyek Penelitian ... 39
D. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 39
E. Validitas dan Reliabilitas ... 43
1. Validitas ... 43
2. Reliabilitas ... 44
F. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
xiv BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 64
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Persepsi Siswa ... 40
Tabel 3.3 Skala Likert Favorable ... 42
Tabel 3.4 Skala Likert Unfavorable ... 43
Tabel 3.5 Penggolongan Kategori Reliabilitas. ... 45
Tabel 3.6 Hasil Reliabilitas Kuesioner ... 46
Tabel 3.7 Penggolongan Kategori ... 47
Tabel 4.1 Persepsi Siswa ... 49
Tabel 4.3 Kategori Item ... 52
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Persepsi Siswa ... 48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Kuisioner Valid ... 66
Lampiran 2 Kuisioner Valid ... 68
Lampiran 3 Validitas ... 74
Lampiran 4 Deskripsi Variabel ... ... 77
Lampiran 5 Kategori Item Aspek ... 79
Lampiran 6 Foto Lampiran ... ... 81
Lampiran 7 Surat Penelitian ... 82
1 BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini terdapat delapan hal yang diuraikan. Delapan
hal tersebut adalah latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Setiap aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok
maupun dalam berbangsa dan bernegara, banyak ditentukan oleh kemajuan
pendidikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu
manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnya,
pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat
baik untuk pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan
perlu mendapat perhatian dan penanganan serta prioritas secara intensif oleh
pemerintah dan pengelola pendidikan pada khususnya.
Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar
berhasil dalam proses belajarnya, untuk itu sekolah hendaknya memberikan
bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah – masalah yang timbul dalam diri
siswa. Dalam kondisi seperti ini, layanan bimbingan dan konseling di sekolah
sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa dalam mengatasi
Hal ini sesuai dengan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pasal 39 ayat 2 menyatakan pendidik merupakan tenaga professional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pegabdian kepada masyarakat. Guru pembimbing merupakan salah
satu tenaga pendidikan di sekolah. Guru pembimbing adalah guru-guru dari
sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan
konseling di sekolah. .
Peran Bimbingan dan konseling sangatlah penting. Guru bimbingan dan
konseling diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik di sekolah, maka
ia harus mengetahui dasar – dasar bimbingan dan konseling. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan
kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan
bimbingan karier. Bimbingan karier pada hakekatnya merupakan salah satu upaya
pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai
Donald Super (1975) mengartikan bimbingan karier sebagai suatu proses
membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran
diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting,
pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri,
dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu
yang penting dalam bimbingan karier adalah pemahaman dan penyesuaian diri
baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert (1975:27)
memaparkan bahwa bimbingan karier merupakan salah satu bentuk layanan dalam
membantu siswa merencanakan kariernya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa bimbingan karier
merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai
cara dan bentuk layanan agar ia mampu mencapai tujuan bimbingan karier dengan
mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian
serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya.
Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya
informasi karier yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters
dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karier adalah
membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan
karier.
Guru BK hendaknya dapat berperan membantu siswa dalam pencapaian
tujuan bimbingan kariernya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang
dimilikinya. Menurut Herr (2006:27) bimbingan karir adalah suatu perangkat,
dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar
pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan,
pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan
mengelola perkembangan karirnya Marsudi (2003:113).
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karier
merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam
proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan
dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan. Layanan Bimbingan Karier
di SMA dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu secara individual dan secara
kelompok.
Layanan individual dapat diberikan di dalam ruang bimbingan/ ruang
konseling melalui layanan konseling karier individu. Konseling karier dapat
dimanfaatkan oleh setiap siswa yang secara khusus mengalami hambatan dalam
hal perencanaan dan pemilihan karier. Konseling karier individual, lebih pada
pertemuan profesional daripada pertemuan yang bersifat rekreatif. Dalam proses
konseling tanggung jawab keputusan akhir tetap berada pada siswa/ klien Gani
(1987). Sementara itu layanan bimbingan karier dengan format kelompok dapat
dilakukan di dalam kelas dan diluar kelas. Kegiatan yang dapat dilakukan di
dalam kelas antara lain: mendatangkan nara sumber, diskusi kelompok,
bimbingan kelompok, sosiodrama, atau kegiatan yang melibatkan peran serta
banyak kelas seperti hari karier. Guru pembimbing dapat menggunakan buku
lebih dalam dari sumber-sumber lain sehingga wawasan siswa mengenai karier
semakin luas. Kegiatan yang dilakukan diluar sekolah misalnya dengan
mengadakan karya wisata atau mengunjungi Perguruan Tinggi yang ada.
Dengan pemberian informasi, diskusi kelompok, seminar, talk show, tes bakat
dan minat, mendatangkan narasumber yang berhasil dibidangnya dan melalui
media cetak seperti poster, phamphlet, brosur, siswa diarahkan untuk memiliki
pengetahuan yang memadai sebagai sebuah proses berfikir yang komprehensif.
Setelah informasi terserap dengan baik diharapkan siswa memiliki sikap dan
pemahaman diri yang baik sehingga mampu mencapai tujuan bimbingan karier
yang terarah. Tujuan bimbingan karier yang terarah dapat dilakukan sendiri oleh
siswa atau dengan bantuan guru pembimbing melalui konsleing individual. Sikap
positif siswa akan terbentuk melalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif
sebagai contoh guru pembimbing dapat melakukan bimbingan kelompok,
konseling kelompok, kunjungan ke perguruan tinggi, dll. Dengan konsep
pemikiran dan sikap yang positif memiliki keterampilan dalam membuat
perencanaan karier dan keputusan karier yang tepat untuk dirinya.
Melihat fenomena – fenomena / fakta yang terjadi di lapangan, berdasarkan
rentang jusia, siswa SMA Budya Wacana, Yogyakarta kelas XII, tahun ajaran
2014/2015, dan dari dari hasil penelitian terlebih dahulu Santoadi (2003:22)
menunjukan siswa tersebut termasuk remaja yang usia berkisar 15 sampai 18
tahun. Pada kisaran usia tersebut oleh Super digolongkan dalam tahap
perkembangan karier fase ekplorasi dan subfase kristalisasi atau fase tentative
diminati”. Hal ini menjelaskan bahwa pada masa SMA, para siswa dituntut untuk
mampu merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan
karier yang dicita-citakan. Dengan kata lain pada jenjang SMA adalah masa
persiapan para siswi untuk memasuki Perguruan Tinggi, sebagai langkah untuk
mencapai pekerjaan yang diharapkan di kemudian hari.
Namun kenyataan lain di lapangan yang menyebabkan guru Bimbingan dan
Konseling tidak dapat menjalankan program BK secara total dan turut
berpengaruh terhadap layanan BK karier di sekolah sangat sepi (tidak
dimanfaatkan) oleh siswa, yaitu masih banyak terdapat kekurangan, lemahnya
implementasi layanan BK karier yang mencakup sarana dan fasilitas yang belum
memadai serta belum adanya waktu khusus untuk melaksanakan layanan BK
karier. Untuk memperoleh sebuah sumber yang jelas, maka penulis melakukan
tanya jawab dengan siswa. Hasil atau tanggapan yang mereka sampaikan
bervariasi, ”ada yang berbicara bimbingan karier itu tidak penting”,”ada juga yang
mengatakan layanan karier itu hanya pemberian nasihat saja”. Hal ini terungkap
hasil wawancara langsung dengan siswa kelas XI, SMA Budya Wacana,
Yogyakarta.
Dengan melihat realita yang ada sekarang dan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dengan membandingkan tercapainya tujuan bimbingan karier.
Sangat jauh berbeda dengan apa yang diharapkan dari tujuan bimbingan karier,
bahkan melahirkan persepsi – persepsi negatif tentang peran guru BK dalam
Sesuai dengan kenyataan dilapangan khususnya di dalam lingkungan sekolah
yang berbagai persepsi siswa tentang pencapaian tujuan bimbingan karier, dalam
hal ini persepsi siswa terhadap peran guru BK dalam pencapaian tujuan
bimbingan karier sangat penting dibahas karena BK karier di sekolah dapat
dimanfaatkan tergantung persepsi siswa terhadap peran guru BK dalam
pencapaian tujuan bimbingan karier. Menurut Siagian (2004;100) “persepsi
adalah suatu proses individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan
kesan-kesan atau pengalaman-pengalaman sensorinya dalam usaha memberikan suatu
makna atau arti tertentu pada lingkungan. Setiap siswa memiliki persepsi yang
berbeda-beda berkaitan dengan peran guru BK dalam pencapaian tujuan
bimbingan karier siswa. Peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan
karier penting dibahas agar siswa mengetahui tentang layanan BK karier dan
menghilangkan persepsi negatif tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan
bimbingan karier siswa.
Dengan melihat permasalahan – permasalahan tersebut, penulis perlu
melakukan penelitian dengan judul “ PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN
GURU BK DALAM PENCAPAIAN TUJUAN BIMBINGAN KARIER PADA
SISWA KELAS XII SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA TAHUN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang
dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Masih adanya siswa yang belum memiliki kesadaran untuk memanfaatkan
layanan bimbingan karier dari guru BK.
2. Terbatasnya jumlah guru BK dan waktu di sekolah, menyebabkan peran
guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier yang belum optimal.
3. Siswa yang melaksanakan layanan perencanaan karier kebanyakan karena
dipanggil bukan dari insiatif diri masing – masing siswa, sehingga terkesan
terpaksa saat bertemu guru BK.
4. Terbatasnya waktu di sekolah, sehingga guru BK tidak dapat memberikan
layanan karier, khususnya dalam pencapaian tujuan bimbingan karier pada
siswa.
5. Sebagian siswa memberikan persepsi yang salah tentang peran guru BK
dalam pencapaian tujuan bimbingan karier di sekolahnya.
6. Belum diketahui secara pasti persepsi siswa tentang peran guru BK dalam
membantu pencapaian tujuan karier siswa.
C. Pembatasan Masalah
Bimbingan dan konseling pada dasarnya sangat luas jika dijabarkan
menggunakan berbagai sudut pandang. Begitu pula dengan peran guru BK
menjadi sebuah pondasi dari bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk
penelitian ini, dibatasi masalah yang akan diteliti dengan fokus pada persepsi
siswa tentang peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier,
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat persepsi siswa tentang peran guru BK dalam
pencapaian tujuan bimbingan karier di kelas XII SMA Budya Wacana,
Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 ?
2. Hal – hal apa sajakah dalam pencapaian tujuan bimbingan karier yang
terindikasi masih rendah pada siswa kelas XII SMA Budya Wacana
Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui tingkat persepsi tentang peran guru BK dalam pencapaian
tujuan bimbingan karier kelas XII SMA Budya Wacana, Yogyakarta tahun
ajaran 2014/2015.
2. Mengidentifikasi hal – hal dalam pencapaian tujuan bimbingan karier yang
masih rendah pada siswa kelas XII di SMA Budya Wacana Yogyakarta
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang
pendidikan, khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Mengenai
peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Memiliki kesadaran untuk melaksanakan perencanaan karier
dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan karier, sehingga mampu
merencanakan dan menentukan pilihan karier peserta didik di masa yang
akan datang.
b. Bagi guru BK
Menambah wawasan dan gambaran mengenai peran guru BK
dalam pencapaian tujuan bimbingan karier bagi siswa yang optimal,
berbagai teknik penyampaian materi yang digunakan saat ini dalam
memberikan layanan bimbingan karier. Selain itu, guru BK diharapkan
mampu untuk semakin kreatif menyusun sendiri teknik penyampaian
materi bimbingan karier yang mampu membuat peserta didik memiliki
kesadaran mengikuti layanan bimbingan karier yang tinggi dan
akhirnya adalah adanya peningkatan mutu pendidikan.
c. Bagi peneliti lain
G. Definisi Operasional
1. Persepsi Siswa
Martlin (Suharman, 2005) mengemukakan persepsi adalah suatu proses
penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam
ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi
stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti telinga, dan
hidung. Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan
informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Misalnya,
pada waktu seseorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan, atau
mendengarkan suara tertentu, ia akan melakukan interpretasi berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu. Dalam
penelitian ini berarti tanggapan, pendapat siswa tentang peran guru BK
dalam pencapaian tujuan bimbingan kelas XII SMA Budya Wacana
Yogyakartan Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Peran Guru BK
Pengertian peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, baik secara formal
maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan )
dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan-harapan orang lain menyangkut peran-peran
peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier di kelas XII
SMA Budya Wacana Yogyakarta.
3. Tujuan Bimbingan Karier
Bimbingan karier merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada
individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu
merencanakan kariernya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang
mendukung kemajuan dirinya.
4. Persepsi Siswa Tentang Peran Guru BK dalam Pencapaian Tujuan
Bimbingan Karier.
Persepsi siswa yang satu dapat saja berbeda dengan persepsi siswa yang
lainnya. Setiap persepsi dalam diri siswa akan berpengaruh terhadap
perasaan dan perilakunya. Seorang Guru BK menempati posisi yang
strategis dalam upaya pencapaian tujuan bimbingan karier. Guru BK juga
diharapkan menyiapkan diri dengan berbagai informasi mengenai macam
pendidikan atau pekerjaan yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuan
dan kondisi nya, termasuk cara memperoleh kesempatan dan persyaratan
yang harus dipenuhi. Untuk siswa SMA pada umumnya mereka mulai
dihadapkan pada permasalahan mengenai apa yang menjadi bakat atau
minat mereka. Sehingga permasalahan potensi bakat merupakan hal yang
amat penting. Hal ini dianggap sangat penting karena nantinya
menentukan kesuksesan akan masa depan mereka sendiri. Apabila seorang
mereka maka individu tersebut tidak dapat mengenali kemana potensi diri
mereka akan dimaksimalkan. Bukanlah tidak mungkin seorang siswa yang
berprestasi pun kesusahan di dalam menentukan apa yang menjadi minat
14 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan tentang persepsi, siswa, peran guru BK, bimbingan
karier.
A. Hakikat Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Ada beberapa rumusan mengenai pengertian persepsi. Menurut Rakhmat
(2000:51), "Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan". Persepsi adalah stimulus yang diindera oleh individu
diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan, sehingga individu
menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu. Walgito (2007:69)
mengatakan bahwa "Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya". Stimulus itu diteruskan ke pusat saraf yaitu otak,
dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi.
Stimulus yang diindera itu oleh individu diorganisasikan, kemudian
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang
diterima indera.
Purwanto (2004:36), menyebutkan persepsi sebagai pengamatan, yaitu
suatu daya jiwa memasukkan kesan-kesan dari luar melalui atau dengan
Berdasarkan beberapa definisi tentang persepsi yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengamatan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Misalnya, pada waktu seseorang melihat sebuah gambar, membaca
tulisan, atau mendengarkan suara tertentu, ia akan melakukan interpretasi
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal
yang dimaksud.
2. Proses terjadinya Persepsi
Menurut Sobour (2003: 447) dalam proses persepsi ada tiga komponen
utama yang berpengaruh yaitu :
a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi di pengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang
dianut, motivasi dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi
yang diterima yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks
menjadi sederhana.
c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
Menurut Walgito (2007:71), Terjadinya persepsi pada diri individu tidak
berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. 'Proses persepsi adalah
peristiwa dua arah, yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi', agar terjadi reaksi, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Adanya obyek yang dipersepsi.
b. Adanya indera atau resepsi, yaitu indera untuk menerima stimulus.
c. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi sesuatu diperlukan
pula adanya perhatian.
Proses terbentuknya persepsi melalui tiga tahap, yaitu tahap fisik (alam),
fisiologis, dan psikologis. Adapun tahap-tahap yang dimaksudkan adalah
sebagai berikut:
a. Proses fisik (alam) yaitu suatu obyek (sasaran) menimbulkan stimulus,
selanjutnya stimulus ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung
secara alami dan berkaitan dengan segi fisik.
b. Proses fisiologis yaitu apabila stimulus suatu obyek yang diterima alat
indera, kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. Proses
pentransferan stimulus ke otak disebut proses fisiologis, yaitu
berfungsinya alat indera secara normal.
c. Proses psikologis yaitu apabila otak memproses stimulus hingga
individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Dalam hal
ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di manaindividu
mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang
d. Sehubungan dengan persepsi siswa tentang peran Guru BK yang
dimaksudkan adalah suatu proses penerimaan tingkah laku Guru BK yang
dapat menarik siswa, sebagai akibat dari dipilih atau diterimanya tingkah
laku Guru BK tersebut oleh siswa melalui proses penginderaan, sehingga
siswa mendapatkan pengertian dan pemahaman tentang peran Guru BK,
siswa menyadari dan memberikan respon sebagai akibat dari reaksi
terhadap stimulus (tentang peran Guru BK).
Walgito (2007:83) menyatakan bahwa proses terjadinya persepsi
merupakan suatu yang terjadi dalam tahap – tahap berikut :
a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu
stimulus oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor
(alat indera) melalui saraf-saraf sensoris
c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses persepsi
terbentuk karena adanya 2 aspek, yaitu :
a) Aspek kognitif yang berupa kemempuan berpikir, kerangka acuan,
dan pengalaman.
b) Aspek afektif yang berupa perasaan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang
terjadi dalam diri seseorang dengan melibatkan aspek psikologis dan panca
inderanya. Terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal.
David Krech dan Richard S. Crutchfield (dalam Rakhmat, 2000:55-56), membagi
faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain
yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal.
b. Faktor Struktural
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf
Walgito (2007:55-34) mengatakan bahwa faktor – faktor penentu persepsi adalah:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Sumbernya dapat berasal dari segi kejasmanian dan psikologis. Adapun
yang dimaksud sumber kejasmanian adalah apabila sistem fisiologis
terganggu maka itu akan berpengaruh dalam persepsi. Sedangkan yang
dimaksud dengan sumber pikologis antara lain berhubungan dengan
pengalaman, perasan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan motivasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi ialah faktor stimulus atau
obyek dan lingkungan. Adapun yang dimaksud dengan faktor stimulus
atau obyek ialah obyek tersebut hams mempunyai kejelasan dan
kekuatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi akan berpengaruh pada
individu dalam mempersepsi suatu obyek stimulus. Tidak semua stimulus
akan mendapatkan respon dari individu. Hanya stimulus yang menarik
akibat dari dipilih, diterimanya stimulus yang disadari dan mendapatkan
respon. Reaksi yang muncul tersebut dapat ditunjukkan dengan sikap dan
Menurut Thoha (2002:130-136) dalam persepsi, yang menarik
dibicarakan adalah proses pemilihan persepsi, yaitu proses\ bagaimana
seseorang bisa tertarik pada suatu objek sehingga menimbulkan adanya
suatu persepsi mengenai objek tersebut. Adapun faktor penyebab
bagaimana seseorang tertarik pada objek tersebut dapat dikelompokkan
atas dua hal, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.
a. Faktor dari dalam, misalnya :
1) Proses pemahaman.
Semua faktor-faktor dari dalam yaang membentuk adanya perhatian
kepada suatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah
didasarkan pada dari kekomplekan jiwanya. Hal ini selaras dengan
proses pemahaman dan motivasi yang dipunyai oleh masing-masing orang.
2) Motivasi.
Pada dasaraya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya
juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan
persepsi.
3) Kepribadian.
Unsur ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi,
yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam
b. Faktor dari Luar, misalnya:
1) Intensitas. Prinsip dari luar dapat dinyatakan bahwa semakin besar
intensitas stimulus dari luar, layaknya semkain besar pula hal-hal itu
dapat dipahami.
2) Ukuran. Faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas diats, faktor ini
menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu objek maka semakin
mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
3) Keberlawanan atau kontras. Prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa
stimulus luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakang atau
yang sama diluar sangkaan orang banyak, maka akan menarik banyak
perhatian.
4) Pengulangan. Prinsip nii dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang
diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan
dengan yang sekali dilihat.
5) Gerakan. Prinsip gerakan ini diantaranya menyatakan bahwa orang akan
memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam
jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam.Hal-hal
yang baru. Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru
Menurut Siagian (1989:101-105) ada beberapa faktor yang berperan
dalam persepsi yaitu sebagai berikut:
a. Diri orang yang bersangkutan
Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis stimulus,
melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus
tersebut. Apabila seseorang melihat sesuatu ia akan memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya, hal ini dipengaruhi oleh
kerakteristik seperti sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan
harapan.
1) Sikap
Seorang siswa yang ingin memperoleh bantuan dari guru
pembimbing akan datang pada guru pembimbing untuk melakukan
konseling. Sebaliknya siswa yang tidak peduli atau justru takut
dengan guru pembimbing, akan cenderung menjauh dan tidak
terbuka pada guru pembimbing.
2) Motif
Motif sangat berkaitan dengan pemuasan kebutuhan. Intensitas
motif dipengaruhi oleh mendesak tidaknya pemuasan kebutuhan
tersebut. Seorang siswa yang kurang mendapat kasih sayang dari
kedua orang tuanya, akan berusaha untuk selalu dekat dengan guru
pembimbing atau guru lainnya agar kebutuhan kasih sayangnya
mereka akan menjalin relasi dengan guru pembimbing atau guru
lainnya biasa-biasa saja.
3) Kepentingan
Guru pembimbing yang baik dan bijiksana akan merasa
bahagia bila melihat para siswa mampu menjalin hubungan yang
akrab dengan guru bidang studi, kepala sekolah maupun dengan
staf sekolah lainnya. Namun terkadang guru pembimbing merasa
tidak senang atau khawatir melihat siswa dekat dengan para guru
dan kepala sekolah, karena takut apabila kekurangan mereka dalam
memberi bimbingan diceritakan.
4) Pengalaman
Persepsi siswa terhadap layanan guru pembimbing pasti akan
berbeda, tergantung pengalaman mereka saat berinteraksi dengan
guru pembimbing. Siswa yang memiliki pengalaman menarik dan
sangat terbantu dengan kehadiran guru pembimbing dalam
mengembangkan dirinya, tentu akan memiliki penilaian dan kesan
yang baik. Sedangkan siswa yang sering mendapat teguran dan
peringatan dari guru pembimbing akibat perilakunya, akan
memiliki kesan dan penilaian bahwa guru pembimbing galak dan
tidak adil sehingga membuat mereka enggan berinteraksi dengan
5) Harapan
Harapan para siswa kelas 3 setelah lulus SMA akan
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Maka persepsi para
siswa yang berkembang yaitu semua siswa kelas 3 setelah lulus
SMA akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi pilihanya. Harapan
dapat mewarnai persepsi seseorang sehingga apa yang
sesungguhnya dilihat sering diinterpretasikan lain supaya sesuai
dengan apa yang diharapkan.
b. Sasaran persepsi
Sasaran persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat
sasaran itu biasanya sangat berpengaruh terhadap persepsi orang yang
melihatnya. Misalnya, guru pembimbing yang baik, bijaksana, dan
perhatian akan banyak didekati oleh para siswa. Sedangkan guru
pembimbing yang tidak stabil emodinya, bersikap tidak adil dan kurang
perhatian akan dijauhi dan dihindari oleh siswa. Contoh lain, seorang siswi
yang datang ke sekolah dengan dandanan yang mencolok akan menarik
perhatian teman-temannya dan akan timbul persepsi yang beragam tentang
penampilan siswi tersebut.
c. Faktor situasi.
Siagian (1989:105) menyatakan persepsi harus dilihat secara
kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula
mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam
dengan pakaian renang di komplek kolam renang tidak akan
mengherankan karena orang akan berpersepsi bahwa orang tersebut akan
berenang. Akan tetapi jika ia mengenakan pakaian renang di tempat yang
tidak ada hubungannya dengan kolam renang, tentu akan menarik
perhatian karena kehadirannya itu bukanlah hal yang biasa.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi,
Walgito (2007;80) mengemukakan adanya beberapa faktor, yaitu: (1)
objek yang dipersepsi: objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar
individu. (2) alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf: alat indera atau
reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga
harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan reseptor diperlukan syaraf
motoris. (3) perhatian: merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ada
suatu objek. Faktor-faktor tersebut akan membuat individu mempuyai
persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek yang dilihatnya.
B. Peran
1. Pengertian Peran
Abu Ahmadi (2002: 157) mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Dalam hubungan konseling, Guru BK dipandang sebagai suatu bagian atau
komponen dari suatu sistem sosial. Sistem sosial di sini haruslah diartikan
sebagai suatu kelompok individu yang hidup dan berinteraksi satu sama lain.
Misalnya masyarakat sekolah, atau suatu kelas di dalam sekolah.
Jaringan hubungan di antara komponen-komponen sistem sosial tersebut
membentuk suatu struktur sosial yang teratur, di dalamnya ada posisi-posisi
tertentu. Posisi yang satu dapat dibedakan dari posisi lainnya menurut fungsi yang
ditentukan kelompok; dan tiap posisi mempunyai hak dan kewajiban
masing-masing.
Pemegang peran bukanlah pihak yang pasif. la melakukan interaksi sosial
dengan individu lainnya yang mengamati dan menyambutnya. Bila suatu unit
sosial berfungsi, maka individu lainnya menaruh harapan dan tingkah laku
sendiri atau pengalaman orang lain yang berinteraksi langsung dengan si
pemegang peran".
2. Peran Guru BK dalam layanan BK
Suatu peran selalu berbeda dengan peran lainnya, tidak mungkin ada peran
yang sama persis. Peran memberikan stempel atas pola tingkah laku
pemegangnya. Persepsi tentang peran akan menentukan sampai berapa jauh
peran menjadi terinternalisasikan. Menurut Sukardi (2002:56), peran guru BK
dalam bimbingan dan konseling adalah:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling.
c. Melaksanakan segenap layanan bimbingan dan konseling.
d. Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
e. Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan konseling
beserta kegiatan pendukungnya.
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.
g. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling yang dilaksanakannya.
h. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling kepada koordinator bimbingan dan konseling.
Berdasarkan uraian di atas maka ada kecenderungan pelaksanaan layanan
konseling individual di lapangan hanya semata-mata sebagai proses pemberian
tidak mau datang kepada guru BK karena menganggap bahwa jika siswa datang kepada
guru BK berarti siswa tersebut mempunyai kesalahan. Kinerja guru BK yang seperti
ini akan menimbulkan persepsi yang salah oleh siswa tentang peran guru BK, yang
akan mempengaruhi pemanfaataan layanan konseling individual di sekolah.
C. Bimbingan Karier
1. Pengertian Bimbingan Karier
Bimbingan karir juga merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan
konseling yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Winkel (2005:114)
bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi
dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta
membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan
diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki.
Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari
program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar
bidang studi.
Menurut Herr (2006;107) bimbingan karir adalah suatu perangkat,
lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan
yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas
dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam
pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
Dalam Moh. Surya (1992:19) bimbingan karier didefinisikan sebagai aktivitas
– aktivitas dan program–program yang membantu individu–individu
mengasimilasikan dan mengintegrasikan pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi –
apresiasi yang berkaitan dengan :
a. Pengenalan diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan ciri – ciri dan
persepsi – persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan
lingkungannya.
b. Pemahaman/ pengenalan terhadap kerja masyarakat dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahannya, termasuk sikap-sikap dan disiplin pekerja.
c. Kesadaran akan waktu luang yang bisa berperanan dalam kehidupan seseorang.
d. Pemahaman akan perlunya dan banyaknya faktor harus dipertimbangkan dalam
perencanaan karier.
e. Pemahaman terhadap informasi dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan
untuk mencapai pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang.
f. Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan keputusan karier.
Berdasarkan dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan karier suatu upaya bantuan terhadap peserta didik
agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dapat
merencanakan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan
yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara
2. Tujuan Bimbingan Karier
Secara rinci, Walgito (2007:202-203) memaparkan tujuan dari bimbingan
karier adalah untuk membantu para siswa agar :
a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan
dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan minat,
bakat, sikap, dan cita – citanya.
b. Menyadari dan memehami nilai – nilai yang ada dalam dirinya dan yang
ada dalam masyarakat.
c. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi
yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis – jenis pendidikan dan latihan
yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu, serta memahami hubungan
usaha dirinya yang sekarang dengan masa depannya.
d. Menemukan hambatan – hambatan yang mungkin timbul, yang
disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan
untuk dapat mengatasi hambatan – hambatan tersebut.
e. Para siswa dapat merencanakan masa depannya, serta menemukan karier
dan kehidupannya yang serasi dan sesuai
Dari uraian tersebut, tampak bahwa bimbingan karier merupakan usaha
untuk mengetahui dan memehami diri, memahami apa yang ada di dalam diri
sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui dengan baik pekerjaan apa saja
yang ada dan persayaratan apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Selanjutnya,
siswa dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan atau karier
hambatan – hambatan maka hambatan apa yang sekirannya ada dan
bagaimana cara mengatasinya. Dengan mengatasi hambatan yang mungkin
ada, berarti salah satu masalah telah dapat diatasinya.
3. Konten Bimbingan Karier
Agar bimbingan karier di Sekolah dapat berfungsi dcngan baik sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang
prinsip-prinsip bimbingan karier perlu diperhatikan para pembimbing
khususnya dan administrator sekolah pada umumnya terutama dalam
penyusunan program bimbingan karier di sekolah.
a. Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di Sekolah di
antaranya adalah :
1) Seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan yang sama
untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya secara
tepat.
2) Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman
yang cukup memadai terhadap dirinya sendiri dan kaitannya
dengan perkembangan sosial dan perencanaan karier.
3) Siswa secara keseluruhan dibantu untuk memperoleh pemahaman
tentang hubungan antara pendidikan dengan kariernya.
4) Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya
memiliki pengalaman yang berorientasi pada karier secara berarti
5) Program Bimbingan Karier hendaknya memiliki tujuan untuk
merangsang pendidikan siswa.
6) Program Bimbingan Karier di Sekolah hendaknya berpusat di
kelas, dengan dikoordinasi oleh pembimbing disertai partisipasi
orang tua dan kontribusi masyarakat.
b. Program Bimbingan Karier di Sekolah
Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan bimbingan karier di
Sekolah, yaitu secara umum bertujuan untuk membantu para siswa
untuk memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses
persiapan diri untuk bekerja dan berguna dalam masyarakat maka dari
itu untuk mencapai tujuan tersebut perlu kiranya disusun suatu
program bimbingan karier yang di rencanakan dengan matang.
Dengan demikian penyusunan program layanan Bimbingan Karier
di Sekolah memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan
pelaksanaan bimbingan karier di sekolah. Penyusunan suatu program
bimbingan karier di sekolah hendaknya didasarkan pada beberapa
prinsip diantaranya sebagai berikut:
1) Program bimbingan karier hendaknya direncanakan sebagai suatu
proses yang berkesinambungan dan terintegrasi.
2) Program bimbingan karier hendaknya disusun dengan melibatkan
3) Program bimbingan karier hendaknya menyajikan berbagai macam
pilihan tentang kesempatan kerja yang ada dalam lingkungan serta
dalam dunia kerja yang menjadi cita-cita para siswa.
4) Program bimbingan karier hendaknya mempertimbangkan aspek
pribadi siswa secara totalitas. Dengan demikian para siswa akan
memiliki kemampuan untuk mengenal berbagai potensi, bakat,
minat, kebutuhan diri serta nilai-nilai hidupyang dicita-citakannya.
5) Program bimbingan karier hendaknya diwujudkan untuk melayani
semua siswa.
4. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Peran Guru BK dalam
Pencapaian Tujuan Bimbingan Karier.
Faktor-faktor internal dan eksternal yang dimaksudkan adalahsebagai
berikut (Winkel & Sri Hastuti, 2004: 647-655) :
a. Faktor-faktor Internal
Faktor-faktor internal berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Namun demikian faktor-faktor ini tidak dapat dipisah-pisahkan karena
memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kepribadian
seseoran. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu:
1) Nilai-nilai kehidupan (values), yaitu ideal-ideal yang dikejar
seseorang dimana-mana dan kapan pun juga. Nilai-nilai merupakan
pedoman dan pegangan hidup yang turut membentuk gaya hidup
2) Taraf Inteligensi, yaitu taraf kemampuan untuk mencapai
prestasi-prestasi yang di dalamnya berpikir memegang peranan. Hakikat
inteligensi adalah kemampuan untuk mengadakan penyesuaian
dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri
secara kritis serta obyektif.
3) Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang
usaha kognitif, bidang ketrampilan atau bidang kesenian. Sekali
terbentuk, suatu bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan
untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu (fields of
occupation) dan mencapai tingkatan lebih tinggi dalam suatu
jabatan (levels of occupation).
4) Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap pada seseorang
untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan bidang itu.
5) Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri keperibadian yang bersama-sama
memberikan corak khas pada seorang, seperti riang gembira,
ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup,
pesimis dan ceroboh.
6) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang
seperti tinggi badan, tampan, dan tidak tampan, ketajaman
penglihatan dan pendengaran baik ataukurang baik, mempunyai
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal berbeda antara satu dengan yang lain, tetapi
tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Faktor-faktor eksternal
merupakan keseluruhan ruang gerak hidup dimana perkembangan
karier seseorang terjadi. Berikut beberapa faktor eksternal yang
dimaksud.
1) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda
dibesarkan. Lingkungan ini sangat luas dan memiliki pengaruh
besar terhadap pandangan setiap keluarga tentang banyak hal
dalam kehidupan sehari-hari yang berikutnya berpengaruh juga
pada anak. Pandangan/ keyakinan ini meliputi gambaran tentang
luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peran pria dan wanita
dalam kehidupan masyarakat, dan cocok tidaknya jabatan tertentu
untuk pria dan wanita.
2) Keadaan sosial-ekonomi Negara atau Daerah, yaitu laju
pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi
masyarkat dalam golongan sosial-ekonomi tinggi, tengah dan
rendah, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok
yang terluka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain Hal ini
berpengaruh terhadap terciptanya suatu bidang pekerjaan baru dan
terbuka atau tertutupnya kesempatan kerja bagi orang muda.
3) Status sosial-ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua,
daerah tmapt tinggal, dan suku bangsa. Status sosial-ekonomi
keluarga mempengaruhi partisipasi anak pada bidang jabatan
tertentu. Status ini ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah
yang dimungkinkan, jumlah kenalan (pegangan kunci) bagi
beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan
status sosial tertentu.
4) Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti.
Harapan, pandangan, dan sikap anggota keluarga terhadap
pendidikan dan pekerjaan orang muda turut mempengaruhi rencana
masa depannya. Orang muda harus mampu menentukan sikapnya
sendiri terhadap harapan dan pandangan itu. Hal yang menyulitkan
terkadang terjadi jika harapan dan pandangan orang muda berbeda
dari anggota keluargannya sehingga dia tidak mendapatkan
dukungan dari anggota keluargannya tentang arah perencananan
masa depannya.
5) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang
dikomunikasikan pada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan
tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam
bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan, dan
kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak
perempuan.
6) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan
pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada
optimis akan meninggalkan kesan dalam hati, yang jauh berbeda
dengan kesan yang timbul bila terdengar keluhan-keluhan.
7) Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada
setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang
38 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat uraian tentang penelitian, tempat dan waktu penelitian ,
subyek penelitian, instrumen penelitian, validitas, realibilitas, dan teknik analisis
data.
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif. Menurut Furchan
(2004:39) metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan dan
menafsirkan keadaan suatu obyek pada masa sekarang. termasuk penelitian
deskriptif dengan metode survei. Menurut Rahmat (2000: 415) penelitian
deskriptif bertujuan mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek yang berlaku. Tujuan penelitian deskriptif adalah melukiskan variabel
atau kondisi ͞apa adanya͟ dalam suatu situasi (Furchan, 2007:450). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh data persepsi siswa tentang
peran guru BK dalam pencapaian tujuan bimbingan karier siswa kelas XII
SMA Budya Wacana Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada jam BK masuk kelas, selanjutnya
pelaksanaannya pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 pada bulan
2 SMA Budya Wacana, Yogyakarta. Lokasi SMA Budya Wacana terletak di
Jalan Cik Di Tiro, Terban Gondokusuman V/248, Yogyakarta.
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa
kelas XII SMA Budya Wacana, tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 3
kelas yaitu XII IPA, XII IPS 1, XII IPS 2. Adapun jumlah siswa dari
masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Subyek Penelitian
NO Kelas
Jumlah siswa yang sudah pernah menjalani
konseling
Jumlah siswa yang belum pernah menjalani
konseling
Jumlah Siswa
1 XII IPA 16 16 32
2 XII IPS 1 16 16 32
3 XII IPS 2 18 18 36
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data
Menurut Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data
persepsi siswa tentang guru BK dalam bimbingan karir melalui penyebaran