vii
STUDI KORELASI SUMBER COPING DAN STRATEGI COPING
PADA REMAJA
Dwi Agnes Setiani
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dengan strategi coping
adaptif (stoicism/distraksi, seeking social support, self care) dan maladaptif (acting out dan ruminasi) pada remaja. Penelitian berjenis kuantitatif korelasi menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Rho. Subjek penelitian adalah 50 remaja laki-laki dan 50 remaja perempuan pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Analisis hasil menunjukkan hubungan signifikan antara masing-masing sumber coping dengan masing-masing strategi coping adaptif dan maladaptif (p < 0,05).
viii
Corelation Study Source of Coping and Coping Strategy among Adolescents
Dwi Agnes Setiani
Abstract
This research aims to find out correlation between source of coping (optimism, self esteem, sense of coherence, self efficacy, hardiness and social support) and adaptif coping strategies (stoicism/distraction, seeking social support, and self care) as well as maladaptive coping strategies (acting out and rumination). The Research design used for this research is quantitative corelation, using Spearman Rho Corelation. Subjects are 50 adolescent males and 50 female or both high schools and universities in Ungara. The Results show there are significant correlations between each source of coping and each adaptif coping strategies or maladaptive coping strategies (p<0,05).
i
STUDI KORELASI SUMBER COPING DAN STRATEGI COPING
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Dwi Agnes Setiani
119114157
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku
-Wahyu 3: 2
Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan
-Mazmur 16:11
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan kepada yang telah mengasihi Dia
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kasih dan
kekuatan bagi saya sepanjang perjalanan hidup yang
telah saya dilalui
Keluarga saya yang telah memberikan makna yang
luar biasa bagi kehidupan saya
Sahabat, teman , orang-orang yang mendukung,
mendoakan dan membantu saya dalam penyelesaian
vii
STUDI KORELASI SUMBER COPING DAN STRATEGI COPING
PADA REMAJA
Dwi Agnes Setiani
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara sumber coping (optimisme, harga diri,
sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dengan strategi coping adaptif (stoicism/distraksi, seeking social support, self care) dan maladaptif (acting out dan ruminasi) pada remaja. Penelitian berjenis kuantitatif korelasi menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Rho.
Subjek penelitian adalah 50 remaja laki-laki dan 50 remaja perempuan pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Analisis hasil menunjukkan hubungan signifikan antara masing-masing sumber coping dengan masing-masing strategi coping
adaptif dan maladaptif (p < 0,05).
viii
Corelation Study Source of Coping and Coping Strategy among Adolescents
Dwi Agnes Setiani
Abstract
This research aims to find out correlation between source of coping (optimism, self esteem, sense of coherence, self efficacy, hardiness and social support) and adaptif coping strategies (stoicism/distraction, seeking social support, and self care) as well as maladaptive coping strategies (acting out and rumination). The Research design used for this research is quantitative corelation, using Spearman Rho Corelation. Subjects are 50 adolescent males and 50 female or both high schools and universities in Ungara. The Results show there are significant correlations between each source of coping and each adaptif coping strategies or maladaptive coping strategies (p<0,05).
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Studi Korelasi Sumber Coping dan Strategi Coping” Puji Tuhan dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.,selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Dr. A. Priyono Marwan, S. J., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Carolus Wijoyo Adinugroho, M.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan arahan dan bimbingan selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
6. Staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu melancarkan proses pembelajaran selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Kedua Orang tua penulis, Budiono Kumala dan Kumarsih. Terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa, dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Adikku, Dwi Agnes Setiana. Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan dalam perjalanan hidup ini. “Mari Wujudkan Cita-Cita Kita”
9. Tante Tjitra Sasanti dan tante Sri Hartati. Terimakasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
10.Para suster-suster AK (Sr. M Ambrosia, Sr. M. Don Bosco, Sr. M. Angelina, Sr. M. Theresida, Sr. M. Bertha, Sr. M. Yacobi, Sr. M. Felisitas, dan Sr. M. Rosari yang selalu mendampingi dan memberikan pembelajaran hidup pada penulis. 11.Teman-teman UKF Basket Psikologi, Ex. Pelangi, BEMF 2013-2014, RASS, dan
Angkatan 2011
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 15 Oktober 2015 Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIA ... ix KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis... 5
2. Manfaat Praktis ... 6
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7
xiii
1. Pengertian Strategi Coping ... 7
2. Pendekatan Strategi Coping ... 7
B. Sumber Coping ... 10
1. Pengertian dan Macam-Macam Sumber Coping ... 10
C. Remaja ... 13
1. Pengertian Remaja ... 13
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 13
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 14
D. Dinamika Variabel ... 15
E. Skema Penelitian ... 22
F. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Variabel Penelitian ... 24
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25
D. Subjek Penelitian ... 25
E. Metode Pengumpulan Data ... 26
F. Alat Pengumpulan Data ... 27
G. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas ... 37
1. Validitas ... 37
2. Seleksi Item ... 38
3. Reliabilitas ... 42
xiv
A. Pelaksanaan Penelitian ... 44
B. Deskripsi Subjek ... 44
C. Hasil Penelitian ... 45
1. Uji Asumsi ... 45
a. Uji Normalitas ... 45
b. Uji Linearitas ... 47
D. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
1. Kesimpulan ... 54
2. Saran ... 54
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 54
2. Bagi Remaja... 55
3. Bagi Pendamping Remaja... 55
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Item Positif Skala Harga Diri ... 28
Tabel 2. Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Item ... 28
Tabel 3. Skor Item Positif Skala Optimisme ... 29
Tabel 4. Skor Item Negatif Skala Optimisme ... 29
Tabel 5. Blue Print Skala Optimisme Sebelum Seleksi Item ... 30
Tabel 6. Skor Item Positif Skala Hardiness ... 30
Tabel 7. Blue Print Skala Hardiness Sebelum Seleksi Item ... 31
Tabel 8. Skor Item Positif Skala Self Efficacy ... 32
Tabel 9. Blue Print Skala Self Efficacy Sebelum Seleksi Item ... 32
Tabel 10. Skor Item Positif Skala Sense of Coherence ... 33
Tabel 11. Skor Item Negatif Skala Sense of Coherence ... 33
Tabel 12. Blue Print Skala Sense of Coherence Sebelum Seleksi Item... 34
Tabel 13. Skor Item Positif Skala Dukungan Sosial... 35
Tabel 14. Blue Print Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Item ... 35
Tabel 15. Skor Item Positif Skala Strategi Coping MACS ... 36
Tabel 16. Blue Print Skala Strategi Coping MACS Sebelum Seleksi Item. 39 Tabel 17. Blue Print Skala Optimisme Setelah Seleksi Item... 39
Tabel 18. Blue Print Skala Self Efficacy Setelah Seleksi Item ... 39
Tabel 19. Blue Print Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item ... 40
Tabel 20. Blue Print Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item ... 40
xvi
Tabel 22. Blue Print Skala Hardiness Setelah Seleksi Item ... 41
Tabel 23. Blue Print Skala Strategi Coping MACS Setelah Seleksi Item ... 42
Tabel 24. Deskripsi Subjek Penelitian ... 45
Tabel 25. Uji Normalitas ... 45
Tabel 26. Uji Linearitas ... 47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian A-B ... 61
Lampiran 2. Skala Penelitian B-A ... 83
Lampiran 3 Relibilitas ... 105
Lampiran 5 Uji Normalitas ... 114
Lampiran 6 Uji Linearitas ... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang
Stres merupakan bagian pengalaman manusia (Webber, 2013). Stres dialami di dunia pekerjaan, pendidikan, olahraga dan kehidupan sehari-hari. Survei menunjukkan bahwa 62% dari 14.387 sampel pekerja di 12 negara menderita stres tingkat tinggi (Prihantoro, 2015). Artiyono (2015) menyebutkan bahwa tingkat stres yang tinggi dialami oleh pekerja dengan profesi tertentu: tingkat stres pemadam kebakaran 71,59%, angkatan bersenjata 70,78% , pilot 60,46%, polisi 50,82%, selebriti 50,33%, penyiar radio 50,30%, event organizer 49,93%, jurnalis foto 49,22% dan reporter koran 48,76%. Delisa (2013) menuliskan bahwa 80% anak didik Indonesia mengalami stres akibat pendidikan. Moeslim (2015) juga melaporkan bahwa 50% pemain club sepak bola Sriwijaya FC mengalami stres berat karena PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) dibekukan.
mengalami kegagalan dalam mencapai tujuannya. Konflik adalah kondisi seseorang ketika tidak bisa memilih antara dua atau lebih tujuan atau keinginan. Tekanan adalah kondisi seseorang ketika merasa terbebani. Krisis adalah kondisi mendadak yang dialami oleh seseorang.
Manusia menghadapi stress dengan aneka strategi coping. Strategi coping tersebut dilakukan dengan meregulasi pikiran, emosi, perilaku, fisiologi atau lingkungan. Lazarus dan Folkman (dalam Compas, Smith, Saltzman, Thomsen dan Wardsword, 2001) mengungkapkan 2 pendekatan strategi coping yaitu
problem focused coping dan emotion focusedcoping.
Penelitian mengenai strategi coping oleh Lapierre dan Allen (2006), Hamdiana (2009) dan Zur (2005) berfokus pada pendekatan strategi problem
focused coping dan emotional focused coping serta mengidentifikasi jenis
strategi coping. Zur (2005) mengungkapkan bahwa dalam menghadapi stres penggunaan strategi problem focused coping lebih sering dibandingkan dengan emotion focused problem coping. Lapierre dan Allen (2006) menilai
problem focused coping lebih efektif dalam menyelesaikan konflik
kerja-keluarga. Penelitian Hamdiana (2009) menunjukkan bahwa strategi problem
focused coping dan emotion focused coping lebih banyak digunakan oleh
lansia yang tinggal di panti jompo daripada lansia yang tinggal dengan keluarga.
bergantung pada sumber yang coping personal dan eksternal yang tersedia di lingkungannya. Sumber coping personal tersebut adalah personal hardiness dan sumber coping eksternal adalah dukungan sosial. Lazarus (dalam Geldard dan Geldard, 2010) mendefinisikan sumber coping sebagai kualitas dan kekuatan yang mendorong seseorang untuk memilih dan menggunakan strategi coping. Sumber coping tersebut terdiri dari self esteem dan optimisme. Fryor (dalam Hoeman, 2008) menyatakan bahwa sumber coping terdiri dari
sense of coherence, self efficacy, hardiness, dan optimisme.
Berbagai literature tersebut memahami sumber coping secara teoritis, parsial dan tanpa penjelasan empiris. Kenyataan ini mendorong penelitian memilih masalah sumber coping. Penelitian sumber coping sangat penting karena mengenalkan kualitas dan kekuatan pendorong pemilihan dan penggunaan strategi coping tertentu. Selanjutnya dengan mengenal kualitas dan pendorong pemilihan strategi coping maka dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan strategi coping yang lebih adaptif melalui sumber
coping yang terdapat pada setiap diri individu. Secara khusus pengetahuan
mengenai sumber coping dapat digunakan sebagai sarana intervensi psikologis terhadap penggunaan strategi coping yang lebih adaptif.
dewasa. Hal tersebut dikarenakan terjadinya perubahan neuroendokrin yang menghasilkan perubahan hormon (Romeo dalam Thorsteinsson, Riyan, dan Sveinbjorndottir, 2013; dan Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Kedua, remaja juga mempunyai tugas-tugas perkembangan untuk mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; untuk menerima keadaan fisik; dan untuk mempersiapkan kemandirian secara ekonomi, pekerjaan, pernikahan, kehidupan keluarga serta pengembangan keterampilan (Havinghurt dalam Yusuf, 2011). Kondisi transisi perkembangan dan tugas-tugas perkembangan pada remaja tersebut menjadi sumber stres jika tidak ditangani dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sumber
coping yang telah disebutkan dalam literatur diatas yaitu (optimisme, harga
diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dan hubungannya dengan strategi coping adaptif dan maladaptif pada remaja.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self
efficacy, dan hardiness dan dukungan sosial) berkorelasi dengan
strategi coping stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care,
acting out, dan ruminasi pada remaja?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Melihat korelasi antara sumber coping (optimisme, harga diri, sense of
coping adaptif (stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care) dan maladaptif (acting out dan ruminasi) pada remaja
2. Memberikan gambaran secara lebih jelas mengenai korelasi masing-masing sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self
efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dan masing-masing strategi
coping stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care, acting
out, dan ruminasi pada remaja.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis maupun manfaat teoritis. 1. Manfaat Teoritis
- Memberikan sumbangan informasi pada bidang psikologi mengenai hubungan antara sumber-sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dan strategi coping stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care, acting out, dan ruminasi pada remaja. 2. Manfaat Praktis
- Penelitian ini dapat memberi informasi kepada remaja terkait dengan sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence,
self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) yang dimiliki dan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan sub-sub bab strategi coping, sumber coping, remaja dan dinamika strategi coping dengan sumber coping.
A. STRATEGI COPING
Sub bab ini menguraikan pengertian strategi coping dan pendekatan strategi coping
1. Pengertian Strategi Coping
Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut (Lazarus dan Folkman dalam Hoeman, 2008). Peneliti menggunakan teori coping Lazarus dan Folkman (1984) karena teori tersebut mempunyai komponen lengkap dalam mendefinisikan coping pada aspek kognitif, emosi dan perilaku
2. Pendekatan Strategi Coping
Lazarus dan Folkman (dalam Compas, Smith, Compas, Saltzman, Thomsen dan Wadsworth, 2001) mengungkapkan 2 pendekatan strategi coping yaitu :
a. Problem Focused Coping
Problem Focused Coping adalah strategi coping yang mirip
mempertimbangkan kerugian dan manfaat dari berbagai tindakan, mengambil tindakan untuk mengubah apa yang ingin diubah, dan belajar keterampilan baru.
a. Emotion Focused Coping
Emotion Focused Coping adalah strategi yang mengarah
pada penurunan tekanan emosional. Strategi tersebut termasuk
coping menjaga jarak, menghindari, menyalahkan, meminimalkan,
berfantasi, mencari dukungan sosial, berolahraga, dan bermeditasi. Dalam penelitian ini, peneliti memilih teori strategi coping yang dikembangkan oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984). Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) mengembangkan instrumen yang disebut The Measure Adolescent Coping
Strategies (MACS). The Measure Adolescent Coping Strategies adalah
instrumen yang dikembangkan untuk mengukur strategi coping. Instrumen MACS mempunyai 2 dimensi yaitu dimensi tingkat pertama dan tingkat kedua. Dimensi tingkat pertama terdiri dari jenis strategi-strategi coping MACS, sedangkan tingkatan kedua merupakan pengelompokan sifat dari jenis-jenis strategi coping.
Dimensi tingkat pertama terdiri dari:
a. Stoicism/Distraksi
Stoicism atau distraksi adalah cara individu mengatasi
lebih baik. Individu sadar akan situasi stres tetapi mencoba untuk mendistraksi dirinya dengan cara menonton televisi atau bermain.
b. Acting out
Acting out adalah cara individu mengatasi stres dengan cara
merusak orang lain dan diri sendiri. Perilaku ini misalnya perilaku agresif, menggunakan alkohol, narkoba, dan berteriak teriak. Acting out hampir mirip dengan stoicism, namun acting out tidak berusaha untuk mengatasi situasi stres.
c. Ruminasi
Ruminasi adalah cara individu mengatasi stres dengan memikirkan dan mengkhayalkan masalah, serta tidak menyelesaikan situasi stres.
d. Mencari dukungan sosial
Mencari dukungan sosialadalah cara mengatasi situasi stres dengan aktif pada masalah yaitu dengan bercerita ke orang lain, mencari nasihat dan mendapatkan ide dengan tujuan menghilangkan beban.
e. Self care
Self care adalah strategi coping yang melibatkan
Dimensi tingkat kedua terdiri dari:
a. Coping adaptif
Coping yang melibatkan emosi dan masalah seperti
mengubah situasi atau mengolah masalah, menyesuaikan atau mengkontrol emosi yang berkaitan dengan masalah. Coping adaptif MACS meliputi stoicism/distraksi, self care, dan mencari dukungan sosial.
b. Coping maladaptif
Coping yang berfokus pada emosi dan tidak berfokus pada
masalah, menjauhi dan tidak mendekati masalah. Coping maladaptif MACS yaitu acting out dan ruminasi (Sveinbjornsdottir dan Thorsteinsson, 2014).
B. SUMBER COPING
Sub bab ini menguraikan tentang pengertian sumber coping dan macam-macam sumber coping beserta pengertiannya.
Geldard dan Geldard (2010) mengungkapkan bahwa sumber
coping adalah kualitas dan kekuatan yang mempengaruhi atau
mendorong seseorang untuk memilih dan menggunakan coping. Sumber coping tersebut terdiri dari harga diri dan optimisme .
Sumber coping tersebut saling berhubungan satu sama lain. Konsep pertama adalah harapan. Harapan tidak dapat menentukan terjadinya hasil. Namun ditentukan oleh internalisasi keyakinan/ sikap diri sendiri dan kekuatan eksternal. Selanjutnya muncul konsep sense of coherence yang merupakan cara seseorang memahami dan mengelola rangsangan yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Konsep tersebut dinilai tumpang tindih dengan hardiness karena memiliki komponen yang mirip dengan tantangan, kontrol dan komitmen.
Konstruk tersebut kemudian dikembangkan secara lebih multidimensional yang disebut dengan kompetensi diri. Kompetensi diri merupakan konstruk yang berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalah. Keterampilan dan kemampuan diri merupakan konstruk yang berkaitan dengan self efficacy, yaitu kepercayaan bahwa seseorang mampu menyelesaikan pencapaian hasil tertentu.
Self efficacy juga erat kaitannya dengan harga diri. Harga diri
keberhasilan dan kegagalan dalam diri. Individu mengevaluasi diri dengan melibatkan emosi dan koneksi sosial. Demikian evaluasi diri melibatkan dukungan sosial. Dukungan sosial mampu memberikan tuntutan peran bagi individu, yang akhirnya membentuk identitas sosial (Turner dan Roszell, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa sumber coping menurut Adler, Repetti, Taylor, dan Seeman (dalam Taylor dan Stanton, 2007; Fryor dalam Hoeman, 2008; Folkman et al dalam Brannon dan Feist, 2013; serta Geldard dan Geldard, 2010) adalah
a. Harga diri
b. Self efficacy
c. Sense of coherence
d. Optimisme
e. Personal hardiness
f. Dukungan Sosial
Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sumber coping:
a. Harga diri
Harga diri didefinisikan sebagai sikap positif atau negatif terhadap diri (Rosenberg dalam Taylor dan Stanton, 2007).
Self efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian (Bandura dalam Hoeman, 2008).
c. Sense of coherence
Sense of coherence (SOC) adalah orientasi global
terhadap dunia. Individu memandang dunia secara kontinum yaitu sebagai sesuatu yang dipahami, dikelola dan dimaknai (Antonovsky dalam Hoeman, 2008).
d. Optimisme
Optimisme adalah harapan bahwa hal-hal yang baik akan terjadi pada dirinya (Scheier dalam Brannon dan Feist, 2013).
e. Hardiness
Hardiness didefinisikan sebagai sumber daya yang
tahan terhadap situasi stres. Hardiness memiliki tiga dimensi yang saling terkait, yaitu komitmen, kontrol dan tantangan (Kobasa, Maddi dan Khan dalam Hoeman, 2008).
f. Dukungan sosial
C. REMAJA
Sub bab ini menguraikan tentang pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja.
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi matang. Papalia, Olds dan Feldman (2009) menyatakan bahwa remaja adalah transisi perkembangan yang terjadi kira-kira pada umur 10 atau 11 tahun sampai awal dua puluh tahun yang meliputi transisi pada ranah fisik, kognitif dan psikososial.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Papalia, Olds dan Feldman (2009) menyebutkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah :
a. Masa Peralihan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap ketahapan berikutnya.
b. Masa Pubertas
c. Masa Krisis
Tugas utama remaja adalah menghadapi masa krisis dari identitas vs kebingungan identitas. Apabila remaja mengalami kebingungan identitas maka akan menghambat tercapainya kedewasaan secara psikologis.
d. Masa Ambang Dewasa
Kecenderungan remaja gelisah ketika mendekati usia dewasa. e. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Streotipe dari lingkungan yang memperngaruhi konsep diri remaja dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri, sehingga menimbulkan ketakutan.
f. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti apa yang diharapkannya bukan seperti kenyataanya.
g. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Remaja semakin mendekati usia kematangan yang sah, sehingga remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havinghurs dalam Yusuf (2011) adalah sebagai berikut:
c. Menerima keadaan fisik
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi
f. Memilih dan mempersiapkan karier atau pekerjaan g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga h. Mengembangkan keterampilan
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial
D. DINAMIKA VARIABEL
Stres adalah keadaan individu ketika menghadapi beban atau situasi mengancam yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Lazarus dalam Carver dan Smith, 2010). Dalam merespon stres dibutuhkan usaha-usaha yang disebut strategi coping. Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut (Lazarus dan Folkman dalam Hoeman, 2008).
Secara umum strategi coping bersifat adaptif dan maladaptif. Svenbjorndottir dan Thorsteinsson (2008) menyatakan strategi coping adaptif melibatkan emosi dan masalah seperti mengubah situasi atau mengolah masalah, menyesuaikan atau mengkontrol emosi. Strategi
coping maladaptif berfokus pada emosi dan tidak berfokus pada masalah.
strategi coping yang termasuk strategi coping yang bersifat adaptif dan strategi coping yang bersifat maladaptif. Strategi coping yang bersifat adaptif meliputi stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial dan self-care. Strategi coping yang bersifat maladaptif meliputi ruminasi dan acting-out. Setiap orang aktif memilih strategi untuk menghadapi stres (Welten, Iloyd, Dunn, dan Hammer, 2009). Lazarus dan Folkman (dalam Brannon dan Feist, 2013) menyatakan seseorang memilih dan menggunakan strategi coping dengan bergantung sumber yang tersedia dari lingkungan.
Geldard dan Geldard (2010) menyatakan kualitas dan kekuatan yang mempengaruhi atau mendorong individu dalam memilih dan menggunakan coping disebut sumber coping. Sumber coping tersebut di antaranya adalah optimisme, harga diri, hardiness, sense of coherence, self
efficacy, dan dukungan sosial (Adler, Repetti, Taylor, dan Seeman dalam
Taylor dan Stanton, 2007; Folkman et al dalam Brannon dan Feist, 2013; Fryor dalam Hoeman, 2008; serta Geldard dan Geldard, 2010).
Individu pesimis cenderung mempunyai ekspektasi rendah, merasa gagal dan mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi (Coving dalam Bembenutty, 2011). Oleh karena itu, individu optimis ketika berhadapan dengan stres lebih memilih untuk mengatasi peristiwa atau langsung mengubah situasi menjadi lebih baik, sedangkan individu pesimis tidak berusaha untuk menyelesaikan situasi stres. Demikian diasumsikan bahwa individu yang optimis akan mempunyai skor yang tinggi pada strategi
coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, self care, dan mencari
dukungan sosial. Individu yang pesimis diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu ruminasi, dan acting out.
hardiness rendah. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi
coping adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care.
Individu yang mempunyai hardiness rendah mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
Rosenberg (dalam Rosenberg, Morris, dan Owens, 2001) menyatakan bahwa individu dengan harga diri tinggi bersikap menghargai dirinya dan merasa layak, bangga dan puas terhadap dirinya. Individu dengan harga diri rendah bersikap tidak menghargai dirinya, merasa bersalah, lemah dan merasa tidak berguna. Fairburn et al (dalam Bardone, Abramson, Vohs, dan Hatherton, 2000) menyatakan bahwa individu dengan harga diri rendah diasosiasikan dengan ketidakpuasan diri misalnya perilaku diet. Lebih lanjut, individu yang mempunyai harga diri rendah lebih ruminatif dibandingkan dengan individu yang mempunya harga diri tinggi (Neff, Vonk dalam Hill, 2011). Kuster, Orth dan Meier (2012) juga menyatakan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi ketika berhadapan dengan situasi stres merasa kompeten dan percaya diri untuk menghadapi situasi tersebut. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai harga diri rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
serta mengganggap bahwa stresor tersebut adalah ancaman (Antonovsky dalam Hoeman 2008). Individu dengan sense of coherence kuat mampu menghadapi stres karena individu tersebut mampu memahami peristiwa dan menemukan makna didalam setiap peristiwa yang dialami (Antonovsky dalam Tedeschi dan Calhoun, 2004). Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa individu yang mempunyai sense of coherence tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai sense of coherence rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai dukungan sosial rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
Berdasarkan uraian di atas diasumsikan bahwa sumber coping berkorelasi dengan strategi coping. Individu yang mempunyai sumber
coping (self esteem, hardiness, sense of coherence, self efficacy,
E. SKEMA PENELITIAN
Sub bab ini menggambarkan skema penelitian korelasi sumber coping dan strategi coping
Korelasi Positif
Korelasi Negatif a. Harga Diri
b. Optimisme
c. Hardiness
d. Self efficacy
e. Sense of coherence
f. Dukungan Sosial
Strategi coping
Adaptif Coping
-Stoicism/distraction - Self care
- Mencari dukungan sosial.
Sumber Coping
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy, sense of
coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi positif dengan strategi
coping adaptif (distraksi/stoicism, self care, dan mencari dukungan
sosial)
2. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy, sense of
coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi negatif dengan strategi
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan metode analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi (Santoso, 2010) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sumber coping (optimisme, harga diri, self efficacy, hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial) dengan strategi coping pada remaja.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah 1. Variabel Pertama :
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah sumber coping yang terdiri dari : harga diri, optimisme, personal hardiness,
self efficacy, sense of coherence dan dukungan sosial
2. Variabel Kedua :
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah strategi coping yang terdiri dari : coping adaptif dan coping maladaptif.
A. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber Coping
Sumber coping adalah kekuatan dan kualitas yang mempengaruhi atau mendorong individu dalam memilih dan menggunakan coping. Sumber coping tersebut yaitu optimisme, self efficacy, personal
hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial diukur dengan
skala yang disusun oleh Rosenberg (1965), Scheier dan Carver (1994), Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer (1979), Kobasa Quellete (1985), Antonovsky (1987) serta Pracidano dan Heller (1983). Perolehan skor yang tinggi pada skala sumber coping menunjukkan bahwa subjek mempunyai sumber coping optimisme, harga diri, self
efficacy, personal hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial
yang tinggi, sedangkan perolehan skor yang rendah pada skala sumber
coping menunjukkan bahwa subjek mempunyai sumber coping
optimisme, harga diri, self efficacy, personal hardiness, sense of
coherence, dandukungan sosial yang rendah.
2. Strategi Coping
MACS (The Measure Coping Strategies) yang disusun oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014).
B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek adalah remaja yang berusia 11 sampai 20 tahun (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Mereka adalah pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Pemilihan subjek memakai metode non probability purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri tertentu yang berkaitan dengan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ary, Jacobs, Sorensen, Walker, 2014).
Peneliti menggunakan pusposive sampling sebagai metode pengambilan subjek karena peneliti mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan sampel penelitian yaitu remaja usia 13-20 tahun yang berpendidikan. Pemilihan subjek tersebut dikarenakan remaja dengan pendidikan yang lebih tinggi diindikasikan lebih stress dibandingkan dengan remaja yang pendidikannya rendah. Remaja dengan pendidikan yang tinggi lebih mempunyai beban dan tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan dengan remaja yang pendidikannya rendah (Suldo et all, 2009).
C. METODE PENGUMPULAN DATA
optimisme, skala hardiness, dan skala dukungan sosial. Peneliti berpedoman dan mengadaptasi skala sumber coping dari Rosenberg Self
Estem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh Rosenberg, General Self
Efficacy (GSE) yang dikembangkan oleh Matthias Jerusalem dan Ralf
Schwarzer (1979) berdasarkan teori bandura, Sense of Coherence (SOC) versi 29 yang dikembangkan oleh Antonovsky (1987), Life Orientation Test (1994) dikembangkan oleh Scheier dan Carver (1994), Hardiness
Scale dikembangkan oleh Kobasa Quellete (1985), dan Perceived Social
Support dikembangkan oleh Pracidano dan Heller (1983).
Skala strategi coping yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang diadaptasi dari The Measure Adolescent Coping Scale (MACS) yang dikembangkan oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) berdasarkan teori coping Lazarus dan Folkman (1984).
Skala sumber coping dan strategi coping dalam penelitian ini menggunakan metode skala likert. Skala sumber coping optimisme menggunakan respon jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala sumber coping harga diri, self efficacy,
hardiness dan sense of coherence menggunakan respon jawaban sangat
D. ALAT PENGUMPULAN DATA
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Skala-skala sumber coping
a. Skala Harga Diri
Skala harga diri versi bahasa Indonesia diadaptasi dari Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, Morris dan Owens, 2001). Skala ini memuat 10 item yang menggunakan format likert dengan 4 kategori yang di skor 1 sampai 4. Kategori respon yang diberikan adalah: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan blue print skala harga diri.
Tabel 1
Skor Item Positif Skala Harga Diri
Respon Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Tabel 2
Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Harga Diri 1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 , 10 10
Jumlah 10
b. Skala Optimisme
Skala optimisme diadaptasi dari Life Orientation Test
Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier dan Carver
(Scheier dan Bridges, 1994). Life Orientation Test Revised berisi 10 item yang menggunakan format likert dengan 5 kategori respon yang di skor 0 sampai 4. Kategori respon yang diberikan adalah: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 3
Skor Item Positif Skala Optimisme
Respon Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Netral 2
Tidak Setuju 1
Sangat Tidak Setuju 0
Tabel 4
Skor Item Negatif Skala Optimisme
Respon Skor
Sangat Setuju 0
Setuju 1
Netral 2
Tidak Setuju 3
Tabel 5
Blue Print Skala Optimisme Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Optimisme 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
c. Skala Hardiness
Skala Hardiness dikembangkan oleh Kobasa Quellete (Yamauchi, 2013). Skala Hardiness memuat 12 item yang menggunakan format likert dengan 4 kategori yang di skor 1 sampai 4. Kategori respon yang diberikan adalah: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 6
Skor Item Positif Skala
Respon Skor
Sangat Setuju 3
Setuju 2
Tidak Setuju 1
Tabel 7
Blue Print Skala Hardiness Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Kontrol 1, 7, 2, 8 4
2 Komitmen 3, 9, 4, 10 4
3 Tantangan 5, 11, 6, 12 4
Jumlah 12
d. Skala Self Efficacy
Skala Self Efficacy diadaptasi dari General Self Efficacy scale (GSE) dikembangkan oleh Matthias Jerusalem and Ralf Schwarzer (Schwarzer dan Jerusalem, 1995). General Self
Efficacy scale berisi 10 item dengan 4 respon yaitu sangat
setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. GeneralSelf
Efficacy scale telah diadaptasi kedalam 25 bahasa, termasuk
indonesia dengan koofisien internal berkisar antara 0,78 sampai 0,91 (Juárez dan Contreras, 2008).
Tabel 8
Skor Item Positif Skala Self Efficacy
Respon Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 9
Blue Print Skala Self Efficacy Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Self Efficacy 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Jumlah 10
e. Skala Sense of Coherence
Skala Sense of Coherence diadaptasi dari Sense of
Coherence scale (SOC) versi 29 item yang dibuat oleh
Antonovsky (Jegges dan Varga, 2006). SOC berisi 29 item dengan menggunakan format rating dari rentang 1-5.
Tabel 10
Skor Item Positif Skala Sense of Coherence
Respon Skor
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
Tabel 11
Skor Item Negatif Skala Sense of Coherence
Respon Skor
5 1
4 2
3 3
2 4
Tabel 12
Blue Print Skala Sense of Coherence Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Comprehensibility 1, 3, 5, 10, 12, 15, 17, 21,
24, 26
10
2 Manageability 2, 6, 9, 13, 18, 20, 23, 25,
27, 29
10
3 Meaning 4, 7, 8, 11, 14, 16, 19, 22, 28 9
Jumlah 29
f. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial diadaptasi dari Perceive Social
Support Scale (PSSS) yang dikembangkan oleh Pracidano dan
Heller (1983 dalam Lopez dan Cooper, 2011). Skala PSSS berisi 20 item dengan respon jawaban ya dan tidak.
Tabel 13
Skor Item Positif Skala Dukungan Sosial
Respon Skor
Ya 1
Tidak 0
Tidak Tahu 0
Tabel 14
Blue Print Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Dukungan Sosial 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
20
Jumlah 20
2. Skala Strategi Coping
Skala strategi coping dalam penelitian ini diadaptasi dari The
Measure Adolescent Coping Strategies (MACS). The Measure
Adolescent Coping Strategies (MACS) adalah instrumen yang
dikembangkan oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) berdasarkan teori
coping Lazarus dan Folkman (1984). Skala MACS berisi 34 item
kecenderungan remaja menggunakan strategi coping yang adaptif atau maladaptif dalam menghadapi stres.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan Blue Print skala strategi
coping MACS.
Tabel 15
Skor Item Positif Skala Strategi Coping MACS
Respon Skor
Sering 3
Jarang 2
Kadang-kadang 1
Tidak Menggunakan 0
Tabel 16
Blue Print Skala Strategi Coping MACS Sebelum Seleksi Item
No Jenis Strategi Coping Item Jumlah
Item
1 Stoicism/ Distraksi 9, 11, 13, 14, 17, 24, 27,
28
8
2 Acting out 3, 10, 16, 22, 23, 26 6
3 Ruminasi 5, 7, 18, 31, 32, 33 6
4 Mencari dukungan sosial 2, 6, 8, 19, 25, 30, 34 7
5 Self care 1, 4, 12, 15, 20, 21, 29 7
E. VALIDITAS, SELEKSI ITEM, DAN RELIABILITAS
1. Uji Validitas
Validitas merupakan penjelasan mengenai sejauhmana alat ukur mampu mengukur secara tepat dan cermat dalam melaksanakan fugsi ukurnya (Azwar, 2003). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi sebagai validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya (Allen dan Yen dalam Azwar, 2003).
Pengujian validitas konstuk ini menggunakan SPSS degan mencari koefisien korelasi item total. Pengujian validitas isi pada skala sumber coping dan strategi coping melalui langkah sebagai berikut :
Item-item skala sumber coping diadaptasi dari item-item
Rosenberg Harga diriscale (RSE) yang dibuat oleh Rosenberg (1965),
Life Orientation Test Revised (LOT-R) yang dibuat oleh Scheier dan
Carver (1994), Hardiness Scale yang dibuat oleh Kobasa Quellete (1987), General Self Efficacy scale (GSE) yang dibuat oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer (1979), Sense of Coherence Scale (SOC) yang dibuat oleh Antonovsky (1987), dan Perceive Social
Support (PSSS) yang dibuat oleh Pracidano dan Heller (1983).
skala self efficacy menghasilkan 10 item yang memuaskan dari 10 item, skala dukungan sosial teman menghasilkan 20 item yang memuaskan dari 20 item, dan skala sense of coherence menghasilkan 29 item yang memuaskan dari 29 item. Seleksi item pada skala strategi coping MACS menghasilkan 34 item yang memuaskan dari 34 item. Berikut ini merupakan tabel blue print dari skala sumber
coping dan skala strategi coping MACS.
Tabel 17
Blue Print Skala Optimisme Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Optimisme 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
Tabel 18
Blue Print Skala Self Efficacy Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Self Efficacy 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Jumlah 10
Tabel 19
Blue Print Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Harga Diri 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Tabel 20
Blue Print Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Dukungan Sosial 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20
20
Jumlah 20
Tabel 21
Blue Print Skala Sense of Coherence Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Comprehensibility 1, 3, 5, 10, 12, 15, 17, 21,
24, 26
10
2 Manageability 2, 6, 9, 13, 18, 20, 23, 25,
27, 29
10
3 Meaning 4, 7, 8, 11, 14, 16, 19, 22,
28
9
Tabel 22
Blue Print Skala Hardiness Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Kontrol 1, 7, 2, 8 4
2 Komitmen 3, 9, 4, 10 4
3 Tantangan 5, 11, 6, 12 4
Jumlah 12
Tabel 23
Blue Print Skala Strategi Coping MACS Setelah Seleksi Item
No Jenis Strategi Coping Item Jumlah Item
1 Stoicism/ Distraksi 9, 11, 13, 14, 17, 24, 27,
28
8
2 Acting out 3, 10, 16, 22, 23, 26 6
3 Ruminasi 5, 7, 18, 31, 32, 33 6
4 Mencari dukungan sosial 2, 6, 8, 19, 25, 30, 34 7
5 Self care 1, 4, 12, 15, 20, 21, 29 7
Jumlah 34
3. Reliabilitas
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Azwar (2003) menyatakan suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien
alpha minimal 0,60.
Penghitungan reliabilitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan penghitungan statistik melalui program SPSS for
windows versi 16.00. Berikut merupakan penjabaran penghitungan
reliabilitas skala sumber coping dan strategi coping. 1. Skala Sumber Coping
Koefisien alpha yang diperoleh dari masing-masing skala sumber coping adalah sebagai berikut :
a. Skala Optimisme : 0,778 b. Skala Self Efficacy : 0,759 c. Skala Harga Diri : 0,737 d. Skala Dukungan Sosial : 0,741 e. Skala Sense of Coherence : 0,732 f. Skala Hardiness : 0,695
Koefisien alpha di atas menunjukkan bahwa reliabilitas skala sumber coping memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.
2. Skala Strategi Coping MACS
Koefisien alpha skala strategi coping MACS sebesar 0,743. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas skala strategi
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek, hasil penelitian dan pembahasan.
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Uji coba dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015. Peneliti menyebarkan 46 skala pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian dilaksanakan pada hari Senin-Kamis, tanggal 6-16 Juli 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dan dibantu asisten. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala sumber coping dan skala strategi coping. Pemberian skala kepada subjek dilakukan dengan sistem urutan skala sumber coping-strategi coping dan skala strategi
coping-sumber coping. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kesalahan. Peneliti dan asisten peneliti menyebarkan 100 skala kepada 100 subjek.
B. DESKRIPSI SUBJEK
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 25
Berikut merupakan tabel deskripsi subjek penelitian
No Jenis
Kelamin
Usia Jumlah
17 18 19 20
1 Laki-laki - 6 17 27 50
2 Perempuan 2 9 10 29 50
A. HASIL PENELITIAN
Sebelum melakukan uji analisis data, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji linearitas (Santoso, 2010).
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi data bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov test yang terdapat pada program
SPSS versi 16.00. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai
p>0,05 (Santoso, 2010) Tabel 26
b
erdasarkan hasil tersebut di atas didapatkan taraf signifikansi variabel sumber coping optimisme sebesar 0,000 (p<0,05),
self-efficacy sebesar 0,000 (p<0,05), harga diri sebesar 0,141 (p<0,05),
hardiness sebesar 0,208 (p<0,05), dukungan sosial sebesar 0,145
(p<0,05) dan sense of coherence sebesar 0,128 (p>0,05). Angka tersebut menunjukkan bahwa distribusi data optimisme, self
efficacy, hardiness, dukungan sosial dianggap tidak normal,
sedangkan sense of coherence dianggap normal. Pada variabel strategi coping distraksi didapatkan taraf signifikansi sebesar 0,000
Kolmogorov-Smirnov p
(2-tailed)
Optimisme 0,172 0,000
Self efficacy 0,161 0,000
Harga Diri 0,141 0,000
Hardiness 0,208 0,000
Sense of coherence 0,079 0,128
Dukungan sosial 0,145 0,000
Distraksi 0,138 0,000
Acting out 0,212 0,000
Ruminasi 0,188 0,000
Mencari dukungan sosial 0,135 0,000
(p<0,05), acting out sebesar 0,000 (p<0,05), ruminasi sebesar 0,000 (p<0,05), mencari dukungan sosial sebesar 0,000 (p<0,05)
dan self care sebesar 0,003 (p<0,05). Angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa distribusi data dianggap tidak normal. b. Uji Linearitas
Tabel 27
Berikut merupakan hasil uji linearitas variabel penelitian.
F
p(2-tailed)
Optimisme*Distraksi 30,443 0,000
Self efficacy*Distraksi 22,164 0,000
Harga Diri*Distraksi 25,959 0,001
Hardiness*Distraksi 23,957 0,000
Sense of coherence*Distraksi 16,905 0,000
Dukungan Sosial*Distraksi 33,888 0,000
Optimisme* Acting out 61,714 0,000
Self efficacy* Acting out 64,587 0,000
Harga Diri* Acting out 49,757 0,000
Hardiness* Acting out 68,432 0,000
Sense of coherence* Acting out 39,063 0,000
Dukungan Sosial* Acting out 37,869 0,000
Optimisme* Ruminasi 41,469 0,000
Self efficacy* Ruminasi 53,512 0,000
Harga Diri* Ruminasi 39,350 0,000
Hardiness* Ruminasi 88,476 0,000
Sense of coherence* Ruminasi 26,487 0,000
berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan liniear antara sumber coping (optimisme, harga diri,
sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial)
dengan strategi coping adaptif (stoicsm, mencari dukungan sosial
dan self care) dan coping maladaptif (ruminasi dan acting out).
Optimisme* Mencari dukungan social 35,283 0,000
Self efficacy* Mencari dukungan social 31,774 0,000
Harga Diri* Mencari dukungan social 32,447 0,000
Hardiness* Mencari dukungan social 28,839 0,000
Sense of coherence* Mencari dukungan sosial 18,257 0,000
Dukungan Sosial* Mencari dukungan sosial 23,866 0,000
Optimisme* Self care 38,040 0,000
Self efficacy* Self care 47,185 0,000
Harga Diri* Self care 25,034 0,000
Hardiness* Self care 12,988 0,001
Sense of coherence* Self care 17,708 0,000
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Rho pada SPSS for Windows Versi
16.00 karena sebagian besar data tidak berdistribusi normal. Pengujian
korelasi ini akan menguji variabel sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dengan strategi coping adaptif (stoicsm, mencari dukungan sosial dan
self care) dan coping maladaptif (ruminasi dan acting out).
H a s
Tabel 27. Hasil Korelasi
Distraksi
Actingou t
Rumina
Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rho menunjukkan bahwa sumber coping optimisme berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,399), mencari dukungan sosial (0,415), dan self care (0,429), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping acting out (-0,396) dan ruminasi (-0,293). Sumber coping self efficacy berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,293), mencari dukungan sosial (0,368), dan self care (0,426), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping acting out (-0,455) dan ruminasi (-0,309).
Sumber coping harga diri berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,396), mencari dukungan sosial (0,367), dan self care (0,291), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping acting out (-0,332) dan ruminasi (-0,260). Sumber coping hardiness berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,334), mencari dukungan sosial (0,367),
dan self care (0,251), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05)
dengan strategi coping acting out (-0,441) dan ruminasi (-0,458). Sumber
sense of coherence berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan
strategi coping distraksi (0,300), mencari dukungan sosial (0,305), dan self
care (0,272), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan
strategi coping distraksi (0,366), mencari dukungan sosial (0,293), dan self
care (0,402), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan
strategi coping acting out (-0,199) dan ruminasi (-0,300).
B. PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rho menunjukkan bahwa sumber coping secara signifikan berkorelasi positif dengan strategi coping yang bersifat adaptif (stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial dan self care) serta berkorelasi negatif dengan strategi coping yang bersifat maladaptif (ruminasi dan acting out) (p<0,05).
Hasil tersebut menerangkan bahwa individu yang mempunyai sumber coping optimisme, self efficacy, harga diri, hardiness, sense of
coherence, dan dukungan sosial yang tinggi cenderung menggunakan
coping yang adaptif (stoicism/ distraksi, self care, dan mencari dukungan
sosial). Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian Van Dinter, Dochy dan Segers (dalam Morton, 2014), Bolger, Zuckerner, dan Kessler (dalam Taylor et al, 2004), Antonovsky (dalam Hoeman, 2008), Kuster, Orth dan Meier (2012), serta Kobasa dan Pucceti (dalam Thomasson et al, 2015).
Bolger, Zuckerner, dan Kessler (dalam Taylor et al, 2004) mengungkapkan bahwa dukungan sosial sering diasosiasikan dengan distres yang rendah karena individu mengekspresikan kebutuhannya kepada orang lain. Antonovsky (dalam Hoeman, 2008) menyatakan bahwa individu dengan sense of coherence (SOC) kuat ketika berhadapan dengan stresor akan termotivasi untuk melakukan coping, mengatasi stresor, menghadapi stresor; percaya bahwa hal tersebut adalah tantangan. Kuster, Orth dan Meier (2012) juga menerangkan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi ketika berhadapan dengan situasi stres merasa kompeten dan percaya diri untuk menghadapi situasi tersebut. Selanjutnya, Kobasa dan Pucceti (dalam Thomasson et al, 2015) mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Hasil ini juga menunjukkan korelasi tertinggi terdapat antara sumber
coping hardiness dan strategi coping ruminasi sebesar – 0,458. Hal ini
namun individu tersebut akan menerima secara natural suatu peristiwa sebagai bagian dari hidup dan peluang untuk belajar serta mengembangkan diri.
Korelasi terendah terdapat antara sumber coping dukungan sosial dan
acting out sebesar -0,199. Hal ini berarti dukungan sosial mempunyai
kekuatan paling lemah untuk mendorong individu tidak menggunakan strategi acting out. Hasil ini didukung oleh Servellen (2009) yang menyatakan bahwa banyaknya dukungan sosial tidak selalu adekuat mendorong penggunaan coping adaptif. Namun kualitas dari dukungan sosial juga ikut menentukan.
Penelitian ini menemukan hasil tidak terduga (serendipity) bahwa 8% subjek remaja laki-laki maupun perempuan masih cenderung menggunakan coping maladaptif. Hasil ini didukung oleh Drug and
Alchohol Rehab Asian (DARA-Alchohol Rehab) Thailand yang
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan :
1. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy,
sense of coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi positif
dengan strategi coping adaptif (distraksi/stoicism, self care, dan mencari dukungan sosial)
2. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy,
sense of coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi negatif
dengan strategi coping maladaptif (ruminasi dan acting out).
B. Keterbatasan Penelitian
1. Try out skala dilakukan di Yogyakarta sedangkan pengambilan data
penelitian di Ungaran dengan kemungkinan kualitas pendidikan yang berbeda di kedua tempat.
C. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Bagi Remaja
a. Remaja disarankan untuk mengembangkan sumber coping optimisme, self efficacy, hardiness, sense of coherence, harga diri dan dukungan sosial agar mampu menghasilkan strategi coping yang lebih adaptif dengan cara pembekalan diri mengenai pengetahuan sumber coping diri dan penyadaran diri.
2. Bagi Pendamping Remaja