• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Karyawan Bagian Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Emilia Ika Andriyani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan 2) untuk mengetahui pengaruh positif gaya kepemimpinan pada kinerja karyawan. Populasi dalam penelitian ini adalah 200 karyawan bagian administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan 60 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling insidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) gaya kepemimpinan yang digunakan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah gaya kepemimpinan demokratis dan 2) gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LEADERSHIP STYLE TOWORD EMPLOYEES PERFORMANCE

Case study of employees division administration (non-medic) in hospital Panti Rapih Yogyakarta

Emilia Ika Andriyani Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2016

The purposes of this research are 1) to know the style of leadership applied at Panti Rapih hospital Yogyakarta and 2) to know the positive influence of the leadership style on employees performance. The population in this research is 200 administrative employees (non-medic) of Panti Rapih hospital Yogyakarta. The sample size is 60 respondents. The sampling technique used is incidental sampling technique. The data collection technique used is questionnaire. The data analysis technique applied is simple regression analysis. The research shows that 1) leadership style used at Panti Rapih hospital Yogyakarta is democratic leadership style and 2) leadership style influences positively the administrative employees performance at Panti Rapih hospital Yogyakarta.

(3)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Karyawan Bagian Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

SKIRPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Emilia Ika Andriyani NIM: 122214070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Karyawan Bagian Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

SKIRPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Emilia Ika Andriyani NIM: 122214070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perbuatanmu, dalam tingkah lakumu, dalam

kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (1 timotius 4:12)

Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan. (Herodotus)

Jika anda jatuh ribuan kali, berdirilah jutaan kali karena anda tidak tahu seberapa dekat anda dengan kesuksesan

(Penulis)

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PERYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Karyawan Bagian Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Dan disajikan untuk di uji pada tanggal, 14 Juli 2016 adalah hasil karya saya.

Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 22 Tahun 2003 pasal 25 dan pasal 70)

Yogyakarta, 29 Juli 2016 Yang membuat pernyataan,

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Emilia Ika Andriyani NIM : 122214070

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan” Studi Kasus pada Karyawan Bagian

Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Dngan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin daei saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 29 Juli 2016 Yang menyatakan,

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja karyawan: Studi Kasus pada Karyawan Bagian Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwanto, S.E., M.S., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah dengan sabar mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. P. Rubiyatno M.M., selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Valentina Dwi Yuli Siswanti, M.Kes selaku Direktur Pelayanan

Kesehatan dan Infrastruktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

6. Bapak Parjiyanto selaku Kepala Biro Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah bersedia mendampingi penulis selama penelitian. 7. Segenap Karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta bagian administrasi

(Non-Medis) yang telah bersedian memberikan informasi kepada penulis. 8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 9. Bapak dan Ibuku tercinta serta adik-adikku Bernadus Jhon Adi Guna dan

Ignatius Pungky Wibowo yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, kebahagiaan, serta nasehat yang begitu luar biasa kepada penulis sehingga menjadikanku orang yang lebih dewasa.

10. Saudari sepupuku Chui yang telah mendampingiku, menyemangatiku dari awal perkuliahan sampai saat ini.

11. Para sahabatku Cici Venny, Nyak Lita, Ayu, Ririn, dan Kresen yang telah bersedia menjadi sahabat terbaik dan memberikan dorongan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

(11)

viii

13. Teman ceritaku Teofilus Erick Ruswindra yang telah memberikan semangat, nasehat, saran, doa, dan trimakasih juga cintanya selama ini.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukkan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 29 Juli 2016

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

(13)

x

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 46

A. Sejarah Rumah Sakit ... 46

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

C. Keterbatasan ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Operasional Variabel ... 36

III.2 Skala Likert ... 38

V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 54

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 55

V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 56

V.5 Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan... 57

V.6 Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan ... 58

V.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 58

V.8 Hasil Uji Normalitas ... 59

V.9 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 1 ... 62

V.10 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 2 ... 63

V.11 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 3 ... 64

V.12 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 4 ... 65

V.13 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 5 ... 66

V.14 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 6 ... 67

V.15 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 7 ... 68

V.16 Tanggapan Responden Mengenai Variabel X Pernyataan 8 ... 69

V.17 Analisis Tanggapan Responden Mengenai Gaya Kepemimpinan ... 71

V.18 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 1 ... 73

V.19 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 2 ... 74

V.20 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 3 ... 75

V.21 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 4 ... 76

V.22 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 5 ... 77

V.23 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 6 ... 78

V.24 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 7 ... 79

V.25 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Y Pernyataan 8 ... 80

V.26 Analisis Tamggapan Responden Mengenai Kinerja Karyawan ... 82

V.27 Hasil Analisis Linear Sederhana ... 83

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

I.1 Desain Kerangka Pemikiran ... 30

IV.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit ... 52

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 97

Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian ... 98

Lampiran 4 Karakteristik Responden ... 102

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 103

Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik ... 106

Lampiran 7 Tanggapan Responden ... 107

Lampiran 8 Analisis Data ... 112

(17)

xiv

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Studi Kasus pada Karyawan Bagian Administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta

Emilia Ika Andriyani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan 2) untuk mengetahui pengaruh positif gaya kepemimpinan pada kinerja karyawan. Populasi dalam penelitian ini adalah 200 karyawan bagian administrasi (Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan 60 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling insidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) gaya kepemimpinan yang digunakan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah gaya kepemimpinan demokratis dan 2) gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

(18)

xv

ABSTRACT

THE EFFECT OF LEADERSHIP STYLE TOWORD EMPLOYEES PERFORMANCE

Case study of employees division administration (non-medic) in hospital Panti Rapih Yogyakarta

Emilia Ika Andriyani Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2016

The purposes of this research are 1) to know the style of leadership applied at Panti Rapih hospital Yogyakarta and 2) to know the positive influence of the leadership style on employees performance. The population in this research is 200 administrative employees (non-medic) of Panti Rapih hospital Yogyakarta. The sample size is 60 respondents. The sampling technique used is incidental sampling technique. The data collection technique used is questionnaire. The data analysis technique applied is simple regression analysis. The research shows that 1) leadership style used at Panti Rapih hospital Yogyakarta is democratic leadership style and 2) leadership style influences positively the administrative employees performance at Panti Rapih hospital Yogyakarta.

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam praktek sehari-hari, kita dapat menemukan beberapa istilah yang

mengandung pengertian yang sama atau hampir sama dengan manajemen sumber

daya manusia, dengan fokus dan penekanan yang berbeda-beda. Dan dalam

kehidupan sehari-hari juga, manusia tidak lepas dari kehidupan organisasi, hal ini

dikarenakan setiap orang cenderung untuk hidup bermasyarakat. Hal ini biasanya

terlihat dalam kehidupan keluarga, organisasi, masyarakat maupun dalam dunia

kerja yang mana setiap orang akan melakukan interaksi dengan lingkungan

kerjanya. Setiap organisasi tentu saja harus mempunyai tenaga kerja untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Pada perkembangan jaman saat ini

sumber daya manusia sangat diperhatikan dalam suatu perusahaan demi

tercapainya tujuan organisasi. Selain itu juga tentu saja setiap perusahaan

menginginkan tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik, maka perusahaan

juga harus memperlakukan mereka dengan baik dan memanfaatkan sumber daya

dengan sebaik mungkin.

Kata kepemimpinan biasanya sangat berhubungan erat dengan manajer.

Seorang manajer biasanya disebut dengan pemimpin yang dapat mengelola

sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan. Namun dalam menjalankan

suatu kegiatan dalam organisasi tentu saja tidak mudah, karena pada saat

(20)

satu rintangan atau hambatan yang terjadi adalah kinerja sumber daya manusia

yang tidak baik. Hal ini biasanya di sebabkan oleh hubungan antara pimpinan

dengan karyawan yang menyebabkan ketidak senangan karyawan maupun

kesenangan karyawan terhadap pekerjaan pada perusahaan/organisasi.

Salah sasaran pengelolahan sumber daya manusia pada fungsi manajemen

organisasi berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Seseorang yang telah

ditunjuk sebagai pemimpin untuk memimpin bawahannya, dialah yang harus

menjalankan fungsi organisasi itu sendiri yang menentukan atas berhasil

tidaknya suatu perusahaan. Kepemimpinan yang sukses menunjukkan bahwa

pengelolaan suatu organisasi atau perusahaan berhasil dilaksanakan dengan

sukses juga. Setiap kemampuan dalam kepemimpinan harus melekat erat pada

diri seorang pemimpin, apapun tanggung jawab yang harus diterimanya. Karena

tanpa adanya kemampuan memimpin terlebih dalam hal mengelola sumber daya

manusia, tidak memungkinkan seorang pemimpin berhasil dengan baik dalam

melaksanakan tanggung jawabnya. Menurut Sjafri dan Aida (2007 : 137) seorang

manajer perlu memiliki kemampuan mengelola karyawan secara efektif,

keterampilan manajemen, dan kemampuan memimpin. Selain itu, manajer harus

memahami dan menyadari bahwa tantangan terpenting yang dihadapi adalah

bagaimana menerapkan ketiga aspek tersebut secara tepat dalam situasi tertentu

untuk mencapai hasil optimum berupa mutu sumber daya manusia yang

memuaskan. Sikap dan gaya prilaku pemimpin sangat besar pengaruhnya

(21)

produktivitas organisasi. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki prilaku yang

berbeda-beda dalam memimpin para bawahannya hal ini diartikan oleh

bawahannya sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu

cara pimpinan untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk

pola tingkah laku atau kepribadian. Seorang pemimpin harus memiliki suatu

program dan berprilaku secara bersama-sama dengan para karyawannya untuk

menggunakan cara atau gaya kepemimpinan tertentu, sehingga kepemimpinan

mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kekuatan dinamika yang

mendorong, memotivasi, dan mengkoordinasikan para karyawan dalam

mencapai tujuan.

Salah satu sasaran penting dalam rangka manajemen sumber daya manusia

dalam suatu perusahaan adalah terciptanya kepuasan kerja setiap anggota

karyawan yang bersangkutan yang lebih lanjut akan meningkatkan prestasi

kerjanya. Sjafri dan Aida (2007 : 153) tiap manajemen perlu mengelola dan

mengetahui kinerja karyawannya, apakah sudah sesuai dengan standar kinerja

perusahaan atau tidak. Dengan mengetahui kinerja perusahaan maka akan lebih

mudah untuk mengetahui seberapa efektif dan berhasilnya pengembangan

karyawan. Dengan demikian, dapat diketahui faktor-faktor apa yang

mempengaruhi kinerja baik ditinjau dari sisi intrinsik maupun ekstrinsik

karyawan. Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan dari

karyawan. Kinerja dikonsepsikan sebagai prilaku seseorang dalam menetepkan

(22)

seseorang. Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para

pelaku yang terdapat dalam organisasi untuk berkinerja dengan baik. Seorang

karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi dan baik dapat menunjang

tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk

dapat memiliki kinerja yang tinggi dan baik, seorang karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang

sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya. Namun kadangkala pimpinan kerap

kali memerintah para karyawannya dengan sesuka hati tanpa memperhatikan

kondisi karyawan tersebut. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada kinerja

karyawan yang kurang baik. Ketidak mampuan karyawan menjalankan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab mereka bukan disebabkan karena karyawan

tersebut tidak mampu mengerjakan tugas tersebut dengan baik. Namun hal ini

dapat terjadi karena karyawan tersebut tidak bisa menyesuaikan gaya

kepemimpinan para pemimpinnya sendiri sehingga karyawan tersebut merasa

kurang dihargai oleh pimpinan yang ada diperusahaan atau organisasi. Apabila

kinerja karyawan kurang baik maka hal tersebut akan berdampak pada

tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh karyawan yang sudah menjadi tanggung jawab

mereka. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mengubah gaya kepemimpinan

yang dapat memberikan kenyamanan bagi karyawan yang bekerja di dalam suatu

perusahaan.

Dengan mengubah gaya kepemimpinan yang dapat diterima karyawan, maka

(23)

baik lagi sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan maksimal. Gaya

kepemimpinan dapat dikatakan baik jika gaya kepemimpinan tersebut dapat

diterapkan oleh seorang pemimpin dengan baik dan dapat diterima oleh

karyawan yang ada di perusahaan tersebut sehingga kinerja karyawan tersebut

dapat ditingkatkan. Apabila kinerja karyawan dapat dijalankan dengan baik maka

hal ini akan berdampak baik pada pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu

gaya kepemimpinan sangat berperan penting dan perlu diperhatikan oleh seorang

pemimpin. Dengan gaya kepemimpinan yang sesuai maka seorang pemimpin

harus dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat bekerja sama dalam hal tugas

dan tanggung jawab.

Dari uraian di atas, mengingat pentingnya pengaruh gaya kepemimpinan

dalam proses kerja suatu perusahaan maka penulis ingin meneliti tentang gaya

kepemimpinan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Apakah gaya

kepemimpinan yang diterapkan di perusahaan ini berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Oleh sebab itu penulis membuat judul penelitian dengan judul :

(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan seperti apakah yang diterapkan oleh Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta?

2. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas dan agar penelitian dapat

dilakukan dengan lebih mendalam, maka tidak semua penelitian akan dijalankan.

Masalah yang akan diteliti berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta saja. Gaya

kepemimpinan yang dimaksud adalah

1. gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta yang dinilai menurut persepsi bawahan secara langsung.

2. Analisis kinerja karyawan hanya dilakukan pada bagian Administrasi

(Non-Medis) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan seperti apakah yang diterapkan

pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja

(25)

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh oleh

beberapa pihak diantaranya adalah :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi. Selain itu juga penelitian ini merupakan awal saya

untuk memasuki dunia kerja. Dan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan bahan masukan kepada pihak yang

melakukan penelitian.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi

peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis dan digunakan sebagai

bahan perbandingan.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada

perusahaan khususnya pimpinan dalam meningkatkan gaya

kepemimpinannya serta dapat memberikan masukkan dalam

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengertian Manajemen Personalia

Menurut Marwansyah (2010 : 3) mendefinisikan manajemen personalia

sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan,

atas fungsi pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, integrasi,

pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja agar tujuan-tujuan individu,

organisasi, dan masyarakat dapat dicapai.

Istilah dari personalia, personnel atau kepegawaian mengandung arti

keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi. Dengan

demikian manajemen personalia merupakan manajemen yang menitik

beratkan perhatiannya kepada soal-soal pegawai atau personalia di dalam

suatu organisasi. Sehingga pengertian manajemen personalia adalah seni dan

ilmu memperoleh, memajukan, dan memanfaatkan tenaga kerja sedemikian

rupa sehingga tujuan organisasi dapat direalisir secara berguna dan memiliki

hasil dan adanya kegairahan kerja dari para tenaga kerja.

2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam suatu perusahaan sumber daya manusia tentu saja sangat penting

untuk menunjang kinerja karyawan. Yang mana Menajeman merupakan seni

dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan

(27)

tujuan yang telah ditentukan terlebih hal ini dikemukakan oleh M. Manullang

dan Marihot Manullang (2014:3). Manajemen adalah ilmu, yang dimaksudkan

bahwa seseorang yang belajar manajemen tidak pasti akan menjadi seorang

manajer yang baik. Manajer yang baik lahir dan didik. Dengan kata lain untuk

menjadi seorang manajer yang baik, haruslah mempunyai bakat sebagai

seorang pemimpin untuk belajar ilmu pengetahuan manajemen.

Menurut Herman Sofyadi (2008:6) manajemen SDM didefinisikan

sebagai suatu strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu

planning, organizing, leading and controlling, dalam setiap aktivitas/fungsional SDM mulai proses penarikan, seleksi, pelatihan dan

pengembangan, penempatan yang meliputi promosi, demosi dan transfer,

penilaian kinerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga

pemutusan hubungan kerja, yang ditunjukkan bagi peningkatan kontribusi

produktif dari SDM organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara

lebih efektif dan efisien.

Menurut R.Wayne Mondy (2008:4) manajemen sumber daya manusia

adalah pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi. Konsekuensinya, para manajer disetiap tingkat harus melibatkan

diri mereka dengan MSDM.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(28)

dari planning, organizing, leading, and controlling untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah direncanakan.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Amirullah (2015:167) adalah orang yang

memiliki wewenang untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk

membujuk atau mempengaruhi orang lain dengan melalui pola hubungan

yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Griffin

(2000) pengertian kepemimpinan dibagi menjadi 2 konsep yaitu sebagai

proses dan sebagai atribut. Sebagai proses, pemimpin difokuskan kepada apa

yang dilakukan oleh para pimpinannya yaitu proses dimana para pimpinan

menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas organisasi. Adapun dari sisi

atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh

seorang manajer. Menurut Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah

(2005:255) kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi prilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga

orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak

memimpin mereka. Oleh karena itu kepemimpinan dapat diartikan sebagai

suatu proses mempengaruhi dan mengarahkan para karyawannya dalam

melakukan tugas atau pekerjaan yang telah diberikan kepada mereka dan hal

ini merupakan potensi untuk mampu membuat orang lain (yang dipimpin)

(29)

a. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri-ciri yang digunakan

pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran tercapai atau

gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan

sering diterapkan seorang pemimpin. Berikut ini ada beberapa gaya

kepemimpinan. Berdasarkan kepribadian gaya kepemimpinan

dibedakan menjadi:

1) Gaya Kepemimpinan Kharismatis

Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya

kepemimpinan yang mampu menarik atensi banyak orang,

karena berbagai faktor yang dimiliki oleh seorang pemimpin

yang merupakan anugerah dari Tuhan. Kelebihan gaya

kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang.

Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang

membangkitkan semangat.

Gaya kepemimpinan kharismatis bisa efektif jika :

a) Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun

seringkali mereka akan gagal.

b) Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi

kelemahan mereka, dimana kepribadian ini

(30)

2) Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari

dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan

tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin, sedangkan para

bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Dalam gaya kepemimpinan otoriter, pemimpin mengendalikan

semua aspek kegiatan.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan Otoriter yaitu:

a) Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin

b) Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;

c) Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;

d) Komunikasi berlangsung dalam satu arah dari

pimpinan kepada bawahan;

e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan

atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara

kredit;

f) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk

memberikan saran pertimbangan atau pendapat;

g) Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut

(31)

syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman,

dan hukuman;

h) Pimpinan menentukan semua keputusan yang

bertalian dengan seluruh pekerjaan dan

memerintahkan semua bawahan untuk

melaksanakannya;

i) Pemimpin menentukan semua standar bagaimana

bawahan melakukan tugas;

j) Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan

tidak menjalankan tugas sesuai dengan standar

kinerja yang telah ditentukan.

3) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin

yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan.

Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan

sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan

demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang

tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

Gaya kepemimpinan demokratis ini akan efektif bila :

a) Pemimpin mau berjuang untuk berubah ke arah

(32)

b) Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada kalanya terjadi win-loss solution. Pemimpin harus mengupayakan agar dia tidak

selalu kalah, tetapi ada kalanya menjadi pemenang.

ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu:

a) Wewenang pemimpin tidak mutlak;

b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian

wewenang kepada bawahan;

c) Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara

pimpinan dan bawahan;

d) Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik

yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun

sesama bawahan;

e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan

atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;

f) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun

bawahan;

g) Banyak kesempatan bagi bawahan untuk

menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat;

Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan

(33)

h) Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan

bertindak, adanya saling percaya, saling

menghormati.

4) Gaya Kepemimpinan Moralis

Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan

yang paling menghargai bawahannya. Kepribadian dasar

pemimpin model ini adalah biru. Biasanya seorang pemimpin

bergaya moralis sifatnya hangat dan sopan kepada semua

orang. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya memiliki

empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya.

Segala bentuk kebijakan ada dalam diri pemimpin ini. Orang–

orang datang karena kehangatannya akan terlepas dari segala

kekurangannya. Pemimpin bergaya moralis adalah sangat

emosinal. Dia sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih

dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan

bersahabat.

Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila :

a) Keberhasilan seorang pemimpin moralis dalam

mengatasi kelabilan emosionalnya seringkali

(34)

b) Belajar mempercayai orang lain atau membiarkan

melakukan dengan cara mereka, bukan dengan cara

anda.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan Moralis yaitu:

a) Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel

dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan

hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;

b) Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan

tugas-tugasnya diberikan hadiah atau penghargaan, di

samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang

kurang berhasil, sebagai dorongan;

c) Hubungan antara atasan dan bawahan dalam

suasana yang baik secara umum manajer bertindak

cukup baik;

d) Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang

berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah, dan

sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan

untuk memberikan pendapatannya

Menurut Sjafri dan Aida (2007 : 140) ketika manajer sudah

menentukan gaya kepemimpinan maka keberhasilan untuk menjadi

(35)

a) Keberhasilan karyawan dan kelompoknya dalam mencapai tujuan

organisasi/perusahaan,

b) Kepuasan maksimum di kalangan karyawan,

c) Drajat konflik horizontal dan vertikal yang relatif kecil

d) Perputaran karyawan diantara kelompok pada periode tertentu

yang relatif rendah,

e) Tingkat ketidakhadiran karyawan yang relatif rendah,

f) Produktivitas kerja karyawan yang meningkat.

b. Teori-teori Gaya Kepemimpinan

Menurut Wirawan (2013 : 352) Teori-teori kepemimpinan paling

banyak dibahas oleh para teoritis dan penelitian kepemimpinan adalah

teori mengenai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan sangat

penting karena gaya kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan

oleh pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya untuk

merealisasi misinya. Teori gaya kepemimpinan sering merupakan

bagian dari teori kepemimpinan lainnya. Teori-toeri gaya

kepemimpinan berdasarkan penelitian diantaranya adalah :

1) Teori Ohio State University

Teori ini berdasarkan pada dua dimensi:

a) Dimensi consideration (dimensi perhatian terhadap bawahan) adalah tinggi tendahnya pimpinan bertindak dan

(36)

menunjukkan perhatian terhadap bawahannya dan

memperhatikan kesejahteraan, indikator prilaku

kepemimpinan dalam dimensi ini adalah: Membantu

bawahan dalam menyelesaikan tugas; Menyediakan waktu

untuk mendengarkan dan mendiskusikan masalah dan

keluhan yang dihadapi bawahan; Menerima saran bawahan;

Memperlakukan bawahan dengan cara yang sama; dan

Memperhatikan kesejahteraan bawahan.

b) Dimensi initiating structure (Perhatian terhadap tugas) adalah tinggi rendahnya pimpinan mendefinisikan dan menstrukturasi

dan menentukan peran bawahannya dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Indikator perilaku pemimpin dalam

dimensi ini adalah: Mengkritik dan marah terhadap

bawahannya yang malas dan berkinerja rendah; Memberikan

tugas kepada bawahannya secara rinci; Mengingatkan bawahan

untuk mengikuti prosedur standar kerja dan standar kinerja;

Menentukan target keluaran;

2) Teori University of Michigan

a) Perilaku berorientasi pada ketugasan.

Para manajer yang efektif melakukan pekerjaan yang berbeda

dengan para bawahannya. Mereka mengkonsentrasikan dirinya

(37)

pekerjaan, mengoordinasi aktivitas bawahan, menyediakan

sumber-sumber dan bantuan teknis yang diperlukan bawahan.

b) Perilaku berorientasi hubungan

Para manajer dengan gaya ini memusatkan perhatiannya pada

hubungan antar manusia. Mereka sopan dan mendukung

bawahannya dengan percaya diri serta berupaya memahami

problem yang dihadapi bawahannya. c. Fungsi dan Sifat Kepemimpinan

Menurut Amirullah (2015:166) terdapat lima fungsi

kepemimpinan yang hakiki, yaitu:

a) Fungsi penentu arah

Keterbatasan sumber daya organisasi mengharuskan pemimpin

utnuk mengelola dengan efektif, dengan kata lain arah yang

hendak dicapi oleh organisasi menuju tujuannya yang harus

sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari

segala sasaran dan perasaan yang ada. Arah yang dimaksud

tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun oleh pimpinan

dalam organisasi.

b) Fungsi sebagai juru bicara

Fungsi ini mengarahkan seorang pemimpin untuk berperan

sebagai penghubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar

(38)

penyalur, lembaga keuangan, dan instansi pemerintah yang

terkait.

c) Fungsi sebagai komunikator

Fungsi pemimpin sebagai komunikator lebih ditekankan pada

kemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran,

strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh bawahan.

d) Fungsi sebagai mediator

Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan

kepentingan dalam organisasi menuntuk kehadiran seorang

pemimpin dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Jadi,

kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku

mediator yang rasional, obyektif, dan netral merupakan salah

satu indikator ektifitas kepemimpinan seseorang.

e) Fungsi sebagai integrator

Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya dan tenaga, serta

diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat

menimbulkan sikap, prilaku, dan tindakan berkotak-kotak dan

oleh karenanya tidak boleh dibiarkan berlangsung terus

menerus. Dengan kata lain diperlukan integrator (pimpinan)

terutama pada hirarki puncak organisasi.

Untuk menjamin tercapainnya optimalisasi seorang pemimpin,

(39)

kepemimpinan yang mendukung fungsi kepemimpinnannya. Sifat-sifat

dan ciri-ciri dari kepemimpinan yang berhasil dapat dijelaskan sebagai

berikut.

a) Watak dan kepribadian yang terpuji. Agar para bawahan

maupun orang yang berada di luar organisasi

mempercayainya, seorang pemimpin harus mempunyai watak

dan kepribadian yang terpuji.

b) Keinginan melayani bawahan. Seorang pemimpin harus

percaya pada bawahan. Ia mendengarkan pendapat bawahan

dan berkeinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan

mengembangkan keterampilan mereka agar karir mereka

meningkat.

c) Memahami kondisi lingkungan. Seorang pemimpin tidak

hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi

disekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian yang

memadai, sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi

organisasi dan para bawahan.

d) Intelegensi yang tinggi. Seorang pemimpin harus memiliki

kemampuan berfikir pada taraf yang tinggi. Ia dituntuk

menganalisis problem dengan efektif, belajar dengan cepat,

(40)

e) Berorientasi ke depan. Seorang pemimpin harus memiliki

instuisi, kemampuan memprediksi, dan visi sehingga dapat

mengetahui sejak awal tentang kemungkinan-kemungkinan

apa yang dapat mempengeruhi organisasi yang dikelolanya.

f) Sikap terbuka dan lugas. Pemimpin harus sanggup

mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi yang baru. Lugas

namun konsisten pada pendiriannya.

4. Kinerja

Menurut Anwar Prabu (2013 : 67) kinerja karyawan adalah prestasi kerja

atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan

periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Pengertian kinerja menurut Amirullah

(2015: 231) adalah seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau

aktivitas khusus selama periode khusus. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil dari proses pekerjaan tertentu

secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi

bersangkutan.

a. Tahapan Manajemen Kinerja

Menurut Sjafri dan Aida (2007:154) tahapan-tahapan pelaksanaan

(41)

1) Tahapan Perencanaan kinerja

Perencanaan kinerja dilakukan pada tahap awal dari

keseluruhan proses manajemen kinerja. Pada tahapan awal

organisasi harus menetapkan tujuan dan sasaran kinerja, kriteria

kinerja, dan indikator kinerja sebagai bentuk komitmen kinerja.

2) Tahapan Pelaksanaan Kinerja

Tahapan pelaksanaan kinerja merupakan implementasi

tanggung jawab manajer untuk melakukan pengorganisasian,

pengoordinasian, pengendalian, pendelegasian, dan pengarahan

kerja kepada bawahannya.

3) Tahapan penilaian kinerja

Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui sejauh mana

tujuan perjanjian organisasi telah dicapai. Idealnya, penilaian

kinerja tidak hanya dilakukan oleh manajer, tetapi bawahan

hendaknya juga diberi peluang untuk terlibat agar mereka dapat

melakukan konfirmasi dengan penilaian kinerja yang dilakukan

oleh manajernya.

4) Tahapan Perbaikan Kinerja

Tahapan perbaikan kinerja merupakan tahapan pembaharuan

dan perjanjian ulang penetapan kembali akuntanbilitas kinerja

yang harus dipenuhi oleh karyawan: revisi tujuan, terget kinerja,

(42)

melakukan pembaharuan tujuan dan rencana kegiatan untuk

menjaga agar organisasi tidak kehilangan arah tujuan.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Sjafri dan Aida (2007 : 155) Kinerja merupakan suatu

konstruktur multidimensi yang mencakup banyak faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah

1) Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan

komitmen yang dimiliki oleh setiap individu karyawan.

2) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada karyawan.

3) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang

diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama

anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim.

4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja

dalam organisasi.

5) Faktor kontekstual, meliputi tekanan dan perunahan lingkungan

eksternal dan internal.

Menurut Anwar Prabu (2013:67) faktor yang mempengaruhi

(43)

a) Faktor kepemimpinan

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan

potensi dan kemampuan reality. Artinya pemimpin dan karyawan

yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan

pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja

maksimal.

b) Faktor motivasi

Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan

terhadap situasi kerja dilingkungan organisasi. Mereka yang

bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan

motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif

terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang

rendah.

Menurut A. Dale Timple (1992 : 31) faktor-faktor kinerja terdiri

dari faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan

sifat-sifat seseorang. Misalnya kinerja seseorang baik karena

mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu bekerja keras,

(44)

tersebut mempunyai kemampuan yang rendah dan orang tersebut

tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

b) Faktor eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang

berasal dari lingkungan. Seperti prilaku, sikap, dan

tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan

iklim organisasi.

Menurut Amirullah (2015 : 232) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja:

1) Kinerja baik dipengaruhi 2 faktor:

a) Internal (pribadi) yang meliputi kemampuan tinggi dan

kerja keras.

b) Eksternal (lingkungan) yang meliputi pekerjaan

mudah, nasib baik, bantuan dari rekan-rekan dan

pimpinan yang baik.

2) Kinerja jelek dipengaruhi 2 faktor:

a) Internal (pribadi) terdiri dari kemampuan rendah, dan

upaya sedikit.

b) Eksternal (lingkungan) terdiri dari pekerjaan sulit,

nasib buruk, rekan-rekan kerja tidak broduktif, dan

(45)

Dengan demikian ada beberapa cara-cara untuk meningkatkan

kinerja karyawan diantaranya adalah

1) Diagnosis

Suatu diagnosa yang berguna dapat dilakukan secara informal

oleh setiap individu yang tertarik untuk meningkatkan

kemampuannya dalam mengevaluasi dan memperbaiki kinerja.

Teknik-teknik yang digunakan yaitu: refleksi, mengobservasi

kinerja, mendengarkan komentar-komentar orang lain tentang

apa yang sedang terjadi dalam suatu pekerjaan.

2) Pelatihan

pelatihan dapat membantu manajemen bahwa pengetahuan

yang diperoleh dapat digunakan dengan tepat.

3) Tindakan

Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil

sepenuhnya tanpa dorongan untuk menggunakannya.

5. Kriteria atau Indikator Ukuran-ukuran Kinerja

Menurut (Robis 2006 : 260 dalam internet) indikator atau kriteria untuk

mengukur kinerja karyawan secara individu ada lima indikator yaitu:

a. Kualitas

Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

(46)

b. Kuantitas

Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dan dinyatakan

dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah sirkulasi aktivitas yang

diselesaikan.

c. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu merupakan tingkat aktiviras diselesaikan pada

waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil

output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas

lain.

d. Efektifitas

Efektivitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi

dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit

dalam menggunakan sumber daya.

e. Kemandirian

Kemandirian merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya

akan dapat mnjalankan fungsi kerja pada komitmen kerjanya. Hal

ini merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai

komitmen kerja dengan insting dan tanggung jawab karyawan

(47)

B. Penelitian Sebelumnya

1. Dionysius Dendy Wibowo Jati : 2014

Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Pelatihan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan Studi khasus pada PT Sarihusada Generasi

Mahardhika Yogyakarta.

Hasil Penelitian : gaya kepemimpian, pelatihan kerja, secara persial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Gaya

kepemimpinan dan pelatihan kerja secara simultan berpengaruh positi dan

signifikan terhadap kinerja karyawan PT Sarihusada Generasi

Mahardhika Yogyakarta.

2. Dewandaru Indrawan : 2015

Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Organisasi

Terhadap Prestasi Kinerja Karyawan. Studi kasus pada karyawan

Matahari Departemen Store Malioboro Mall Yogyakarta.

Hasil Penelitian : berdasarkan analisis uji t gaya kepemimpinan secara

persial berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan dan faktor gaya

kepemimpinan dan kominikasi organisasi memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi kerja karyawan tetap Matahari Departement

Store Malioboro Mall Yogyakarta. Yang artinya apabila gaya

kepemimpinan dan komunikasi organisasi semakin baik, maka prestasi

(48)

3. Noppy Riscky : 2015

Judul : Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan

Terhadap Kinerja Karyawan. Studi kasus pada karyawan PT. Sumatera

Makmur Lestari Cabang Sintang, Kalimantan Barat. Hasil dari penelitian

adalah 1) budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan PT. Sumatera Makmur Lestari Cabang Sintang, Kalimantan

Barat. 2) gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. Sumatera Makmur Lestari Cabang Sintang, Kalimantan

Barat. 3) budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Sumatera Makmur Lestari

Cabang Sintang, Kalimantan Barat.

C. Desain Penelitian

Gambar : I.1

Desain Kerangka Pemikiran

: Dari gambar di atas menunjukkan bahwa gaya

kepemimpinan mempengaruhi kinerja karyawan.

1. Variabel Independen (X) : Gaya Kepemimpinan

Variabel independen /veriabel bebas merupakan variabel penyebut atau

penentu.

Gaya Kepemimpinan

(X)

Kinerja Karyawan

(49)

2. Variabel dependen (Y) : Kinerja Karyawan

Kinerja dependen atau variabel terikat merupakan variabel akibat

/variabel yang tergantung pada variabel lainnya.

D. Hipotesis

Menurut Sedarmayati dan Syarifudin Hidayat (2011 : 108) Hipotesis adalah

asumsi/perkiraan/dugaan sementara mengenai suatu hal atau permasalahan yang

harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data/fakta atau informasi

yang diperoleh dari hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan menggunakan

cara yang sudah ditentukan.

Dalam suatu perusahaan seorang atasan harus mampu menggunakan gaya

kepemimpinan yang dapat diterima karyawan sehingga karyawan dapat

menjalankan tugasnya dengan baik. Apabila tugas yang diberikan dapat

dikerjakan dengan baik maka kinerja karyawan dapat meningkat dan tujuan

perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan

hipotesisnya sebagai berikut:

(50)

33

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi kasus di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survei dan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014 : 81) metode survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau pada saat ini, tentang

keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk

menguji beberapa hipotesis tentang sosiologis dan psikologis dari sampel yang

diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan

kuesioner yang tidak mendalam dan hasil penelitian cenderung untuk

digeneralisasikan. Menurut Sugiyono (2014:36) metode kuantitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

(51)

B. Subyek dan Obyek penelitian

1. Subjek penelitian adalah orang, jabatan atau pihak-pihak yang akan dijadikan

objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan bagian

administrasi yang ada di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.

2. Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi data tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diamati dan kemudian di tarik kesimpulannya. Objek penelitian

ini adalah gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian 1. Identifikasi variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

seseorang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.

a) Variabel independen (X) sering disebut sebagai variabel stimulus, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

(52)

(terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya

kepemimpinan.

b) Variabel dependen (Y) sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas menurut Sugiyono

(2014:96). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja

(53)

36

2. Definis Operasional variabel

Tabel III.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Ukur Gaya

a. Keputusan di ambil sendiri oleh pemimpin

Skala Likert b. Keputusan di ambil secara

bersama-sama

c. Keputusan di ambil oleh beberapa karyawan saja c. Memberikan saran dan

kejelasan tujuan perusahaan d. Memberikan imbalan yang

sesuai dengan prestasi kerja karyawannya

Orientasi kepemimpinan

a. Berorientasi pada tugas b. Berorientasi pada hubungan c. Berorientasi pada tugas dan

hubungan

Kuantitas a. Penyelesaian tugas tanpa bantuan

(54)

37

melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Ketepatan

waktu

a. Kehadiran

b. Penyelesaian tugas tepat waktu

Efektivitas a. Prestasi kerja b. Kepuasan kerja

Kualitas a. Keterampilan yang dimiliki dalam bekerja

b. Ketelitian kerja

(55)

3. Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan terhadap

kinerja karyawan menggunakan skala Likert. Menurut sugiyono (2014 : 168) Untuk keperluan analisis kuantitatif, skala Likert memiliki lima kategori dan nilai atau skor yang dapat diberikan kepada responden diantranya yaitu:

Tabel III.2 Slaka Likert

Kategori Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

2014:148). Populasi dari penelitian ini adalah karyawan tetap dan karyawan

kontrak pada bagian administrasi yang ada rumah sakit kecuali pemimpin.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014 : 149) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini

kuesioner yang disebarkan sebanyak 70 kuesioner tetapi yang terisi hanya 60

(56)

administrasi (Non-Medis) di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta sebagai

sampel.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pangambilan sampel yaitu Non probability sampling yang termasuk dalam sampling insidental. Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila di pandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data.

G. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan berdasarkan sumber datanya,

maka pengumpulan data dapat menggunakan (Sugiyono 2014 : 223):

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung memberikan data pada

pengumpul data. Dalam penelitian ini hasilnya dapat diperoleh dengan

cara melakukan wawancara, observasi, koesioner yang telah di isi

langsung oleh responden.

2. Data skunder

Data skunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

(57)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang akan dilakukan adalah

kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono 2014 : 230).

I. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik yang digunakan dalam pengujian instrumental adalah (Tukuran dan

Hidayati 2011 : 134):

1. Uji validitas

Uji validitas adalah instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas

berkaitan dengan ketepatan dengan alat ukur dengan instrumen yang

valid akan mengkasilkan data yang valid juga. Atau dapat juga

dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid

maka instrumen tersebut juga valid. Uji validitas yang digunakan adalah

uji korelasi product moment dengan angka kasar:

Keterangan :

X : Skor butir

Y : Skor total

(58)

X2 : Jumlah dari kuadrat X

Y2 : Jumlah dari kuadrat Y

Rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Besarnya r dapat di hitung dengan menggunakan taraf signifikansi

( ) sebesar 5%. Jika hasil pengukuran menunjukkan rhitung ≥ rtabel maka

item tersebut dinyatakan valid. Tetapi apabila rhitung < rtabel maka item

tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji reliabilitas

Uji reabilitas adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. instrumen yang baik tidak akan bersiat

tindensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus Alpha yang

dimaksud adalah:

Keterangan:

R11 : Koefisien reliabilitas tes

(59)

: Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

: Varian total

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi, terdapat distribusi normal antara variabel terikat dan variabel

bebas. Apabila distribusi data normal atau mendekati normal, berarti

model regresi adalah baik. Pengujian untuk menenutukan data

terdistribusi normal atau tidak, dapat menggunakan uji statistik

non-parametrik. Uji statistik non-parametrik yang digunakan adalah uji

One-Sample Kolmogorov-Smirnov (1-Sample K-S). Apabila hasilnya

menunjukkan nilai probabiltas signifikan di atas 0,05 atau 5% maka

variabel berdistribusi normal.

b. Uji Hetoroskedastisitas

Persamaan regresi perlu juga di uji mengenai sama atau tidak

varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang

lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi

homokesdastisitas. Hetoroskedastisitas terjadi jika scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar,

(60)

J. Teknik Analisis data

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah analisis linier dengan jumlah

variabel yang pengaruhnya hanya ada satu. Menurut Faried Ali dan Gau Kadir

(2014 : 124) analisis regresi sederhana atau lengkapnya regresi linier

sederhana untuk mengubah respon dan prediktor. Bentuk linier sederhana ini

biasanya dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

Y : Kinerja karyawan

X : Gaya kepemimpinan

α : Konstanta

β : Koefisien regresi

Untuk α dan β dihitung berdasarkan hasil pengamatan X dan Y melalui

penggunaan rumus:

Keterangan:

E adalah sigma

(61)

X dan Y adalah variabel

Jika koefisien β telah di hitung, maka koefisien α dapat juga di hitung

menggunakan cara:

2. Merumuskan Hipotesis

Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh yang signifikan

variabel-variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan terhadap variabel-variabel terikat yaitu

kinerja karyawan.

a. Menentukan H0 Ha

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial ada pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan

Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

b. Menentukan level of signifikansi (α)

Dalam penelitian ini tingkat signifikansinya terbesar 0,05 (5%)

dengan derajat bebas (df) = m-2 dan m merupakan jumlah sampel

pada penelitian

c. Menentukan thitung menggunakan SPSS atau dengan rumus thitung

(62)

Dimana :

b1 koefisien regresi variabel dan sb2 = standar eror dari variabel i

d. Melalui analisis ini maka pengambilan keputusan akan berdasar

pada:

H0 ditolak, Jika thitung > ttabel maka Ha diterima

(63)

46

BAB IV

GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN A. Sejarah Rumah Sakit

Awal mula berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih adalah dibentuknya

yayasan “Onder de Begon” atau dalam bahasa belanda Onder de Bogen

Stichting oleh pengurus gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927. Sebagai tanda pembangunan rumah sakit, maka pada tanggal 14 September

dimulailah dengan peletakan batu pertama oleh Ny. C.T.M Schmutzer van

Rijckevorsel. Pada bulan januari 1929, 5 suster cinta kasih St, Coalus

Borremues dari belanda datang ke Yogyakarta untuk tugas pelayanan

orang-orang sakit. Mereka adalah Sr. Moeder Gaudentia Brand, Sr. Yudith de Laat,

Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simonia, dan Sr. Ludolpha de Groot.

Pembangunan gedung rumah sakit dapat diselesaikan secara

keseluruhan pada pertengahan Agustus dan pada tanggal 24 Agustus 1929

Mgr. A.P.F. van Velsen, SJ berkenan memberkati bangunan baru tersebut.

Pada tanggal 14 September 1929 secara resmi rumah sakit ini dibuka oleh Sri

Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit “Onder de

Bogen”. Dan beberapa tahun kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII

berkenan menghadiahkan sebuah mobil ambulance kepada Rumah Sakit

Onder de Bogen sebagai ungkapan penghargaan atas pelayanan bagi

(64)

Pada 1924, Jepang menjajah dan menguasai Indonesia banyak suster

dan dokter warga negara Belanda yang bekerja di rumah sakit ini ditangkap

dan ditawan di kamp tahanan Jepang. Dan saat yang paling pedih adalah

rumah sakit Onder de Bogen diambil alih menjadi rumah sakit pemerintah

Jepang. Dr. Sentral selaku Direktur Rumah Sakit, dipindahkan ke rumah sakit

Bethesda yang juga sudah diambil alih pemerintah Jepang. Pimpinan rumah

sakit diserahkan kepada Sr. Sponsaria, dan Sr. Yvone diangkat sebagai

pembesar Umum Suster CB di Indonesia. Pemerintah Jepang juga

menghendaki agar segala sesuatu termasuk bahasa yang berbau Belanda tidak

digunakan di seluruh muka bumi Indonesia. Tidak luput pula nama rumah

sakit ini harus diganti nama pribumi. Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, Bapa

Uskup pada Keuskupan Semarang berkenan memberikan nama baru “Rumah

Sakit Panti Rapih” yang berarti Rumah Penyembuhan.

Sesudah masa pendudukan Jepang, berkibarlah dengan megah Sang Dwi

Warna, Merah Putih, dan para Suster CB dapat kembali lagi ke Rumah Sakit

Panti Rapih. Dengan semangat cinta kasih, mereka merawat para pejuang

kemerdekaan bangsa Indonesia, diantaranya Bapak Panglima Besar Angkatan

Perang Republik Indonesia, Jendral Soedirman. Ketika Sr. Benvunito, seorang

Suster CB yang merawat Jendral Soedirman, memperingati genap dua puluh

lima tahun hidup membiara, Bapak Panglima Besar Jendral Soedirman

berkenan merangkai sebuah sajak indah dan ditulis tangan dengan hiasan yang

Gambar

Tabel Judul III.1 Operasional Variabel ..............................................................................
Gambar Judul I.1 Desain Kerangka Pemikiran ..............................................................
Gambar : I.1 Desain Kerangka Pemikiran
Tabel III.1 Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

meneliti dengan mengambil judul “Pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan tetap pada Carrefour Ambarukmo Yogyakarta”.

Gaya Kepemimpinan terhadap Semangat Kerja Karyawan : Study Kasus pada Restoran Pasta.. dan Turkey Koki Joni

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan Inna Garuda Hotel Yogyakarta. Bagi perusahaan bahwa

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara..

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan BPRS Bangun Drajat Warga (BDW) Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

Analisis Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Karyawan Pada Variabel Kinerja Karyawan KK memiliki 4 item pernyataan yang akan diberi penilaian berdasarkan Hasil Tanggapan Responden

Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dan wawancara dengan kepala rekam medis di Rumah Sakit Panti Yogyakarta pada bulan Februari 2019, Rumah Sakit Panti

Menurut Sugiyono 2017;8 penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,