• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SMP: StudiDeskriptifterhadap Peserta DidikKelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SMP: StudiDeskriptifterhadap Peserta DidikKelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SMP

(StudiDeskriptifterhadap Peserta DidikKelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Devi Eryanti

0806875

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

(StudiDeskriptifterhadap Peserta DidikKelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Devi Eryanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas IlmuPendidikan

© Devi Eryanti2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SMP (StudiDeskriptifterhadap Peserta DidikKelas VII SMP Negeri 5 Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Hj.Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP.19570830 1981012 001

Pembimbing II

Dra. Hj.Setiawati, M.Pd. NIP.19621112 198610 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Devi Eryanti, 0806875. (2013). Program BimbinganPribadi-SosialuntukMeningkatkanKemampuanPenyesuaianDiriPesertaDidik SMP (StudiDeskriptifterhadapPesertadidikKelas VII SMP Negeri 5 Bandung TahunAjaran 2012/2013)

Penelitian ini membahas mengenai kemampuan penyesuaian diri peserta didik SMP. Hasil penelitian dibuat sebagai dasar pembuatan program hipotetikbimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri peserta didikkelasVII SMPNegeri 5 Bandung TahunAjaran 2012/2013. Aspek-aspek penyesuaian diri yang dibahas yaitumengontrolemosi yang berlebih, mampumengatasimekanismepsikologis, mampumenghadapifrustrasi, memilikipertimbangan yang rasionaldanpengarahandiri, memilikikemampuanuntukbelajar,

(5)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………... 4

1. Identifikasi Masalah………... 4

2. Rumusan Masalah……….. 7

C. Tujuan Penelitian………... 7

D. Metode Penelitian……….. 8

1. Pendekatan dan Metode Penelitian………. 8

2. Populasi dan Sampel Penelitian………. 8

3. Teknik Pengumpulan Data………. 8

E. Manfaat Penelitian………...... 8

1. Manfaat Teoretis………. 8

2. Manfaat Praktis………... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi………... 9

BAB II PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA A. Penyesuaian Diri……… 10

1. Pengertian Penyesuaian Diri……… 10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri………. 11

3. Karateristik penyesuaian Diri yang Sehat……… 13

4. Variasi Penyesuaian Diri………. 16

5. Penyesuian Sosial……… 16

6. Penyesuaian Diri Peserta Didik Sebagai Remaja……… 17

B. Program Bimbingan Pribadi Sosial……….... 18

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial……….. 18

2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial……… 21

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling……… 22

4. Prinsip-prinsip Bimbingan………... 23

5. Program Bimbingan Pribadi Sosial……….. 25

a. Pengertian Program Bimbingan………. 25

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 29

B. Pendekatan dan Metode Penelitian……… 29

C. Definisi Oprasional Variabel (DOV)………. 31

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial……….. 31

2. Penyesuaian Diri……….. 32

D. Teknik Pengumpulan Data………. 33

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen………. 33

E. Uji Coba Alat Ukur……… 35

1. Uji Kelayakan Instrumen………. 35

2. Uji Keterbacaan Item………... 37

3. Uji Validitas dan Reabilitas………. 37

a. Uji Validitas Butir item……….. 37

b. Uji Reliabilitas……… 40

F. Penyusunan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP………. 41 1. Penyusunan Program………... 41

2. Validasi Program………. 41

3. Penyusunan Program Setelah Validasi……… 42

G. Teknik Analisis Data………. 42

1. Verifikasi Data………. 42

2. Penskoran………. 42

3. Pengolahan Data……….. 43

H. Prosedur Penelitian……… 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 48

1. Gambaran Umum Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……….. 48 2. Gambaran Umum Pencapaian Aspek-Aspek penyesuaian Diri Kelas VII SMP Negeri 5 bandung Tahun Ajaran 2012/2013………... 49 a. Aspek mengontrol emosi berlebih………. 50

b. Mampu mengatasi mekanisme psikologis………. 55

c. Mampu menghadapi frustasi……….. 59

d. Memiliki pertimbangan yang rasional dan pengarahan diri……….. 65

e. Memiliki kemampuan untuk belajar……….. 70

f. Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu……….. 75

g. Bersifat objektif dan realistik………. 79

B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 83

C. Program bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Peserta Didik……… 88 1. Rasional………... 88

2. Kompetensi yang Dikembangkan……… 93

3. Dasar dan Landasan Oprasional……….. 93

4. Deskripsi Kebutuhan……… 94

5. Visi dan Misi……… 98

(7)

b. Misi sekolah………... 98

c. Visi dan Misi program………... 98

6. Tujuan Program………... 99

7. Komponen Program………. 99

a. Layanan Dasar………... 99

b. Layanan Responsif……… 100

c. Perencanaan Individual……….. 100

d. Dukungan Sistem……… 101

8. Personel yang Terlibat………. 102

9. Mekanisme kerja Antar Personel………. 102

a. Kepala SMPN 5 Bandung……….. 103

b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kepeserta didikan SMPN 5 Bandung…... 103

c. Guru Pembimbing Kelas VII SMPN 5 Bandung……… 104

d. Guru Bidang Studi Kelas VII SMPN 5 Bandung……….. 104

e. Wali Kelas VII SMPN 5 Bandung………. 105

f. Orang Tua Peserta Didik Kelas VII SMPN 5 Bandung………. 106

10.Pengembangan Tema……… 107

11.Pengembangan Satuan Layanan……… 108

12.Waktu Pelaksanaan……… 108

13.Sarana dan Prasarana……… 108

a. Sarana………. 108

b. Prasarana……… 109

14.Evaluasi dan Tindak Lanjut………. 109

a. Penilaian dalam Hasil……… 109

b. Penilaian dalam Proses……….. 110

c. Tindak Lanjut……… 112

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan……… 113

B. Rekomendasi……….. 114

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan peserta didik (bimbingan dan konseling). Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek biopsikososiospiritual. Pentingnya bidang bimbingan dalam pendidikan terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (peserta didik) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya (Yusuf dan Juntika, 2005:5).

Dalam proses pendidikan di sekolah, peserta didik adalah sebagai subjek didik, merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan sedang berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara peserta didik yang satu dengan lainnya. Di samping itu, peserta didik sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar. Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Factor dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, dan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik apabila faktor-faktor tersebut dapat saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada bimbingan yang terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan.

(9)

estetika, dan isu-isu moral. Fase ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan fase dewasa yang sehat (Konopka dalam Yusuf, 2007). Erikson (Yusuf, 2007: 71) mengungkapkan fase remaja merupakan masa berkembangnya identitas. Pikunas (Yusuf, 2007: 184), mengemukakan dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “storm & stress”, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.

Menurut Yusuf (2007: 32), pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Dalam pencapaian tugas perkembangan remaja yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik dengan pria maupun wanita mendorong remaja untuk berperan dan berhubungan dengan lebih akrab terhadap lingkungannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat. Kondisi demikian menuntut remaja memiliki kemampuan penyesuaian diri.

Menurut Willis (2005 : 26) remaja yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan. Remaja tersebut akan merasa bahagia karena ia tidak merasa tertekan dengan situasi tempat ia berada, merasa mendapatkan suatu ketenangan jiwa, menerima dirinya dan orang lain, mempunyai tujuan yang riil, mampu mengendalikan diri dan bertanggung jawab. Penyesuaian diri yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Sebaliknya, remaja yang kurang dapat menyesuaikan diri akan menghambat perkembangan remaja tersebut, menghambat kreativitasnya dalam mengisi masa remaja dan kurang optimal dalam berprestasi di sekolah.

(10)

orang tua dan guru, di sisi lain mereka dituntut untuk berlaku konform dengan teman sebaya agar dapat diterima dalam kelompoknya. Padahal di antara kedua tuntutan tersebut sering kali tidak sejalan, akibatnya seringkali timbul konflik antara remaja dengan orang tua atau otoritas yang ada. Dengan demikian, tampaknya penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah untuk dicapai remaja.

Peserta didik SMP adalah individu yang sedang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju remaja awal. Terjadi banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis, terlebih ketika memasuki lingkungan baru individu harus pintar beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru, baik itu dengan teman sebaya atau dengan tuntutan lingkungan sekitar.

Sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan harus dapat menciptakan dan memberikan suasana psikologis yang dapat mendorong perilaku sosial yang memadai sehingga kebutuhan sosial yang diharapkan dapat terpenuuhi. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan di sekolah ditandai dengan adanya kemampuan penyesuaian diri peserta didik di sekolah.

Pada saat peserta didik memasuki lingkungan sekolah, peserta didik akan mengalami interaksi dengan lingkungan sekolah yang dimanifestasikan dalam bentuk hubungan interpersonal dengan teman, guru dan juga penyesuaian terhadap peraturan sekolah yang harus ditaati dan dipahami juga akan berpartisipasidalam belajar dan kegiatan ekstrakurikuler. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan, masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dirinya di sekolah. Hal ini tampak dari perilaku yang kurang wajar seperti sering menantang guru, tidak masuk sekolah tanpa alasan, terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan PR, mengganggu teman, melanggar aturan sekolah, dan masih banyak lagi gejala salah suai lainnya. Sebagaimana Moh. Surya (1982: 36) menyatakan kegagalan dalam pencapaian penyesuaian penyesuaian yang normal dapat mengakibatkan individu menunjukkan mekanisme penyesuaian yang salah. Meskipun tidak sedikit peserta didik yang mampu mengembangkan dirinya secara aktif dalam kegiatan yang bermanfaat.

(11)

peserta didik yang masih sering melanggar tata tertib, sulit bergaul, mengisolasi diri, kurang pergaulan, sulit berkomunikasi dengan teman, tidak mengerjakan tugas sekolah dan sulit bekerja sama dalam satu kelompok. Fenomena tersebut memerlukan perhatian yang serius dari pihak sekolah termasuk bimbingan dan konseling.

Fenomena kenakalan remaja yang mengindikasikan adanya penyesuaian diri yang salah yang diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin membahayakan. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian, tawuran, mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotika dan perilaku seksual yang tidak sah atau menyimpang menjadi fenomena mengerikan di kalangan remaja.

Ghifari (Ripah, 2011:4) mengemukakan pada tahun 1995-1996 tercatat lebih dari seratus orang pelajar meninggal akibat perkelahian atau tawuran, dan ketika pihak kepolisian merazia sekitar 250 orang pelajar ibu kota, hampir 50 % dari mereka membawa senjata tajam dalam berbagai bentuk.

Penyesuaian diri yang salah dari para peserta didik itu dimungkinkan oleh adanya fenomena yang berkenaan dengan kondisi krisis identitas, dimana mereka dihadapkan pada konflik antara tuntutan untuk mengembangkan potensi secara optimal dengan tuntutan untuk memenuhi segala kebutuhan psikologisnya berupa keinginan untuk bermain dengan teman sebaya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan

Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP” (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik

Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

(12)

tuntutan sekolah diantaranya adalah : penyesuaian diri peserta didik terhadap guru; penyesuaian diri peserta didik terhadap mata pelajaran; penyesuaian diri peserta didik terhadap teman sebaya; penyesuaian diri peserta didik terhadap tata tertib sekolah dan penyesuaian diri peserta didik terhadap lingkungan sekolah.

Dilihat dari proses dan fase perkembangannya, para peserta didik berada fase masa remaja (adolescent). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti biologis, intelektual, emosional, sikap, nilai, dan sebagainya. Para peserta didik yang berada pada masa transisi di akhir masa anak-anak dan memasuki masa remaja sebagai persiapan memasuki dunia dewasa. Dalam situasi ini peserta didik akan mengalami berbagai guncangan yang akan mempengaruhi seluruh pola perilakunya, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses belajarnya.

Mutadin (2002:23) menyatakan penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental peserta didik. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.

Keberhasilan pendidikan seseorang terletak pada kemampuannya untuk mengaplikasikan hal-hal yang telah dipelajarinya sehingga dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan kehidupannya. Schneiders (1964:45) mengemukakan penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialami di dalam dirinya.

(13)

kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.

Menurut Havighurst (Syamsuddin,2000:112) tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai atau dipenuhi pada masa remaja yaitu sebagai berikut.

a. Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis.

b. Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita. c. Menerima dan menggunakan fisik secara efektif.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang lain. e. Mencapai kebebasan keterjaminan ekonomis.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan/jabatan. g. Mempersiapan diri bagi persiapan perkawinan dan berkeluarga.

h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan sebagai warga negara yang kompeten.

i. Secara sosial menghendaki dan mencapai kemampuan bertindak secara bertanggung jawab.

j. Mempelajari dan mengembangkan seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pegangan untuk bertindak.

Fenomena kenakalan remaja yang mengindikasikan adanya penyesuaian diri yang salah yang diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin membahayakan. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotika dan perilaku seksual yang tidak sah atau menyimpang menjadi fenomena mengerikan di kalangan remaja.

(14)

dijumpainya. Ketika individu kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan muncul beberapa permasalahan diantaranya seperti bullying, tidak mempunyai teman, terisolir, berkelahi dengan teman, tawuran, saling mencemooh dan bahkan sampai ingin pindah sekolah dikarenakan merasa tidak nyaman dengan teman-teman dan lingkungan sekolahnya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan diatas mengenai penyesuaian diri peserta didik Sekolah Menengah Pertama, rumusan masalah dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

a. Bagaimana deskripsi penyesuaian diri peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2012/2013?

b. Bagaimana gambaran setiap aspek penyesuaian diri peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2012/2013?

c. Bagaimana program bimbingan pribadi-sosial secara hipotetik dapat meningkatkan penyesuaian diri peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi profil penyesuaian diri peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan untuk lebih spesifiknya penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data empiris tentang:

1. Mendeskripsikan penyesuaian diri peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Gambaran setiap aspek penyesuaian diri peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Tahun Ajaran 2012/2013 .

(15)

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data profil yang memengaruhi kemampuan penyesuaian diri peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung yang dilihat melalui data numerikal atau angka yang diperoleh secara statistika (analisis statistik).

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata (Setyosari, 2010 : 33).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Than Ajaran 2012/2013. Sampel dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VII F, VII G dan VII H.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana, dalam artian setiap anggota populasi memilki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian yaitu alat ukur berupa angket mengenai kemampuan menyesuaikan diri pada peserta didik.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

(16)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu bagi peserta didik dan guru.

a. Bagi peserta didik

Peserta didik dapat mengetahui kemampuan penyesuaian diri yang dimilikinya dan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penyesuaian dirinya dengan lebih optimal.

b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling

Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial di SMP, khususnya dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian diri peserta didik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMP Negeri 5 Bandung yang berlokasi di Jl. Sumatra No. 40 Bandung.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 Bandung ini dibangun pada abad ke-20, ketika Indonesia masih berada dibawah kekuasaan Belanda. Tepatnya sekolah ini dibangun oleh kolonial Belanda pada tahun 1920 dengan nama MULO, yang berarti memperluas sekolah rendah. MULO ini setara dengan SMP. pada masanya murid di sekolah MULO ini didominasi oleh orang Belanda, namun demikian ada juga beberapa etnis lain seperti Arab, Cina, India, dan etnis-etnis lainnya. Akan tetapi orang Indonesia tidak diperkenankan untuk sekolah di MULO, karena Belanda telah membuat peraturan bahwa sekolah ini tidak untuk orang Indonesia.

Peningkatan kualitas pendidikan di SMP Negeri 5 Bandung ini terus ditingkatkan baik dari segi kualitas sumber daya manusia maupun dari segi sarana dan prasarana. Dari waktu ke waktu, Departemen Pendidikan merevisi kurikulum yang diterpkan di Indonesia. Dengan demikian SMP Negeri 5 juga melakukan perubahan kurikulum yang diasimilasi sesuai dengan standar kurikulum Departemen Pendidikan.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

(18)

akan diproses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran kemampuan penyesuaian diri peserta didik di sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Sukmadinata (2006: 54). Lebih lanjut Sukmadinata (2006: 75) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan. Sehingga penelitian ini berfungsi mendeskripsikan profil kemampuan penyesuaian diri peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung sebagai dasar dari pembuatan program bimbingan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung. Sampel penelitian diambil secara acak (simple random sampling) yaitu semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2010:120) “simple random sampling dikatakan sederhana (simpel) karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi dan dilakukan karena anggota populasinya homogen.

Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di SMP Negeri 5 Bandung diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Peserta didik SMP dilihat dari segi umurnya antara 13-15 tahun tergolong usia remaja yang mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan teman sebaya atau lingkungannya. Dalam hubungan tersebut remaja dituntut untuk konform dengan teman sebaya agar diterima dalam kelompoknya. maka diperlukan kemampuan penyesuaian diri yang baik.

2. Peserta didik kelas VII memasuki lingkungan baru dimana peserta didik tersebut dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di sekolah.

(19)

Pada penelitian ini sample yang dipergunakan sebesar 30% atau sebanyak 85 peserta didik dari jumlah keseluruhan peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 290 peserta didik.

C. Definisi Operasional Variabel (DOV)

Penelitian ini berjudul “Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta didik SMP”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah program bimbingan pribadi sosial, sedangkan variabel lainnya adalah penyesuaian diri peserta didik. Berikut definisi dari kedua variabel tersebut secara operasional

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik guna membantu agar peserta didik dapat menghadapi permasalahan yang mereka hadapi, seperti permasalahan yang berhubungan dengan pribadi dan sosialnya, terutama dengan lingkungannya. Program bimbingan pribadi sosial dirancang dan disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik di sekolah setelah melakukan need assessment. Program bimbingan pribadi sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pribadi peserta didik dan bagaimana peserta didik berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini program bimbingan pribadi sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri peserta didik SMP berdasarkan hasil analisis yang didapat dari instrumen penyesuaian diri peserta didik. Dalam program ini memuat komponen-komponen seperti dasar pemikiran, landasan empirik, landasan rasional, visi dan misi program, tujuan program, komponen program, sasaran, rencana operasional, pengembangan tema, personel, kelengkapan sarana dan evaluasi.

2. Penyesuaian Diri

(20)

Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya, dalam penelitian ini penyesuaian diri di definisikan sebagai kemampuan peserta didik SMP Negeri 5 Bandung kelas VII dalam mereaksi keadaan dan suasana lingkungan sekitar, yang diwujudkan dalam perilaku mengontrol emosi yang berlebih, mampu mengatasi mekanisme psikologis, mampu menghadapi frustrasi, memiliki pertimbangan yang rasional dan pengarahan diri, memiliki kemampuan untuk belajar, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik, sehingga peserta didik tersebut mampu bertahan dan menjalankan tugas perkembangannya secara optimal. Aspek penyesuaian diri yang diungkap adalah sebagai berikut, beserta dengan indikator-indikatornya.

a. Mengontrol emosi yang berlebihan

Penyesuaian diri yang normal ditandai tidak adanya emosi yang berlebih dan tidak terdapat gangguan dalam hal emosi. Individu yang memiliki control emosi yang baik, maka dapat mengatasi situasi dengan baik. Sebaliknya individu yang kurang tanggap atau terlalu berlebihan dalam menghadapi sesuatu atau situasi tertentu akan menunjukan kontrol emosi yang tidak baik dan mengarah pada penyesuaian diri yang buruk. Indikatornya adalah dapat mengekspresikan rasa bahagia, mampu mengendalikan amarah terhadap orang lain, mampu tegar dalam menghadapi kesedihan, dan berani mengakui kesalahan.

b. Mampu mengatasi mekanisme psikologis

Kejujuran dan keterusterangan terhadap adanya masalah atau konflik yang dihadapi peserta didik akan lebih terlihat dengan reaksi yang normal dari pada dengan reaksi yang diikuti dengan mekanisme pertahanan diri. Indikatornya adalah mampu menghadapi permasalahan di sekolah, jujur mengenai permasalahan yang dihadapi dan dapat menyelesaikan permasalahan tanpa bantuan orang dewasa.

c. Mampu menghadapi frustrasi

(21)

yang menyimpang. Indikatornya adalah terhindar dari rasa cemas, tidak mudah putus asa , menghadapi masalah dengan tenang dan tidak memiliki tingkah laku yang menyimpang.

d. Memiliki pertimbangan yang rasional dan pengarahan diri

Pertimbangan rasional tidak berjalan dengan baik apabila ditandai dengan emosi yang berlebihan sehingga peserta didik tidak dapat mengarahkan dirinya. Peserta didik yang tidak mampu mempertimbangkan masalah secara rasional akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya. Indikatornya adalah dapat mengarahkan diri pada hal-hal yang positif, dapat membedakan yang benar dan yang salah, membuat keputusan sesuai dengan keadaan dan mampu menjaga sikap dan sopan santun kepada guru, kepala sekolah dan staf sekolah.

e. Memiliki kemampuan untuk belajar

Mampu mempelajari pengetahuan yang mendukung apa yang dihadapi, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Indikatornya adalah memiliki motivasi untuk meningkatkan pretasi di sekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

f. Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu

Adanya kemampuan peserta didik untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman merupakan hal yang penting bagi penyesuaian diri yang normal. Dalam menghadapi masalah, individu harus mampu membandingkan pengalaman diri sendiri dengan pengalaman orang lain. Indikatornya belajar dari kegagalan.

g. Bersikap objektif dan realistik

(22)

Secara operasional, penyesuaian diri dalam penelitian yang dibuat ini adalah respon peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung terhadap pernyataan tertulis yang tertuang dalam instrumen pengungkap kemampuan penyesuaian diri peserta didik SMP.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data mengenai kemampuan penyesuaian diri peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung, alat ukur yang digunakan berupa kuisioner. Sugiyono (2010: 142) mengemukakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket. Angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden/peserta didik hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan. Alternatif respon yang disdiadakan ada 4 pilihan yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.

1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

(23)

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP

(Sebelum Uji Kelayakan dan Uji Coba)

No Aspek Indikator Pernyataan

c. Berani mengakui kesalahan 10,11 12,13 4

2 Mampu

c. Berperilaku sesuai norma 31,32 33,34,35 5 4 Memiliki

a. Dapat mengarahkan diri pada hal-hal yang positif

36,37 38,39,40 5

b. Dapat membedakan yang benar dan yang salah

41,42,43 44,45,46,47 7 c. Mampu menjaga sikap dan

sopan santun kepada guru,

a. Belajar dari kegagalan diri sendiri

b. Mengakui keterbatasan diri 72,73 74,75 4

(24)

E. Uji Coba Alat Ukur

Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan harus melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) agar dapat diketahuitersebut kelayakan instrumen tersebut. Hasil judgement dari tiga dosen ahli dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Kelompok penilai terdiri dari Dr. Ipah Saripah, M.Pd., Dra. Hj. SW Indrawati , M.Pd., dan Drs. Sudaryat NA. Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Hasil judgement dari dosen ahli, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Uji Kelayakan Instrumen

Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta didik SMP

Kesimpulan No Item

Revisi 2, 6, 7, 8, 10, 13, 18, 20, 21, 27, 29, 31, 33, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 48, 51, 54, 60, 61, 63, 71, 72

Dihilangkan 12, 22, 24, 44, 62, 66

Pernyataan-pernyataan yang termasuk pada kelompok Tidak Memadai (TM) perlu direvisi disebabkan oleh beberapa hal, yakni : a) kalimat pernyataan kurang jelas, b) isi pernyataan kurang spesifik, c) pernyataan yang berulang dan memiliki makna yang sama.

Berikut kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP

(25)

c. Berani mengakui kesalahan 10,11 12 3

c. Berperilaku sesuai norma 28,29 30,31,32 5 4 Memiliki

a. Dapat mengarahkan diri pada hal-hal yang positif

33,34 35,36,37 5

b. Dapat membedakan yang benar dan yang salah

38,39,40 41,42,43 6 c. Mampu menjaga sikap dan

sopan santun kepada guru,

a. Belajar dari kegagalan diri sendiri

56,57 58 3

b. Dapat memetik makna dari pengalaman orang lain

b. Mengakui keterbatasan diri 66,67 68,69 4

TOTAL 69

2. Uji Keterbacaan Item

(26)

sehingga dapat di mengerti oleh peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung dan kemudian dilakukan uji validitas eksternal.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji coba instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Peserta didik terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian angket sebelum mengisi angket.

a. Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap penyesuaian diri peserta didik. Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2002 : 145). Pengujian validitas alat pengumpul data ini menggunakan rumus korelasi product-moment. Pengolahan validitas mengggunakan metode statistika dengan memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan bantuan program SPSS 17 for windows.

r

rxy : Koefisien korelasi yang dicari

(27)

x2 : Jumlah skor x yang dikuadratkan y2 : Jumlah skor y yang dikuadratkan n : Jumlah sampel

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

Dimana :

T = harga thitung untuk tingkat signifikansi

R = Koefisien korelasi N = Jumlah responden

Setelah diperoleh thitung selanjutnya membandingkannya dengan ttabel untuk

mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel.

Hasil validitas terhadap instrumen yang diuji coba, terdapat satu item pernyataan yang tidak valid, sehingga item tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas dilakukan terhadap 69 item pernyataan dengan jumlah subjek 26 peserta didik. Dari 69 item diperoleh 68 item yang valid dan 1 item tidak valid. (Hasil pengisian lengkap teralampir).. Item pernyataan yang menunjukkan tidak valid untuk selanjutnya tidak dipergunakan dalam penelitian.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Item

Kesimpulan No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69

68

Tidak Valid 62 1

2

2

1

n

t

r

r

-=

(28)

-Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)

No Aspek Indikator Pernyataan

c. Berperilaku sesuai norma 49,65 17,31,51 5 4 Memiliki

a. Dapat mengarahkan diri pada hal-hal yang positif

21,37 18,22,30 5

b. Dapat membedakan yang benar dan yang salah

46,64,67 5,23 6

c. Mampu menjaga sikap dan sopan santun kepada guru,

a. Belajar dari kegagalan diri sendiri

45,60 50 3

b. Dapat memetik makna dari pengalaman orang lain

b. Mengakui keterbatasan diri 9,58 44,63 4

(29)

r11 = [ ] [1 - ]

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda (Arikunto, 2002: 154). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan bantuan program SPSS 17 for windows.

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha karena instrumen yang digunakan memiliki skala 1-4.

(Arikunto, 2006: 171) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑��2 = jumlah varians butir

�12 = varians total

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai berikut.

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0, 399 0,00 – 0,199

: Derajat keterandalan sangat tinggi : Derajat keterandalan tinggi

: Derajat keterandalan cukup : Derajat keterandalan rendah : Derajat keterandalan sangat rendah

(30)

termasuk pada kategori tinggi, yang menunjukkan instrumen yang dibuat tidak perlu direvisi.

F. Penyusunan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan

Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP

Proses penyususnan program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian terdiri dari tiga langkah, yakni:

1. Penyusunan program

Penyusunan program dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil analisis data penelitian mengenai kemampuan diri peserta didik. Hasil data analisis penelitiaan tersebut dijadikan sebagai landasan dasar dalam penyususnan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri peserta didik.

2. Validasi program

Langkah berikutnya setelah melakukan penyusunan program adalah validasi program yang dilakukan oleh dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 5 Bandung. Hasil validasi program dijadikan sebagai rujukan dalam proses revisi penyusunan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri peserta didik SMP.

3. Penyusunan program setelah validasi

Tahap berikutnya adalah validasi program yaitu melakukan revisi pada program yang telah diuji validasi. Program yang dihasilkan diharapkan menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan di SMP Negeri 5 Bandung.

G. Teknik Analisis Data

1. Verifikasi Data

(31)

cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah dan sesuai dengan subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.

2. Penskoran

Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan empat alternatif jawaban. Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor berikut disajikan dalam tabel 3.6:

Tabel 3.6

Pola Skor Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)

Pernyataan

Skor Empat Opsi Alternatif Respons

SS S TS STS

Favorabel (+) 4 3 2 1

Un-Favorabel (-) 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah :

a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

(32)

Secara spesifik penentuan skor dari data responden diperoleh Xmaks dan Xmin .

Untuk memperoleh rentang data skor ideal responden adalah Xmaks - Xmin, dan

untuk memperoleh interval untuk tabel konversi skor adalah sebagai berikut : rentang = Xmaks - Xmin (skormaksimal dikurangi skorminimal)

kelompok = kategori konversi skor

Sehingga skor berkisar pada interval 200-256 untuk kategori Tinggi Sekali (TS); 143-199 untuk kategori Tinggi (T); 85-142 untuk kategori Rendah (R) , dan <84 untuk kategori Rendah Sekali (RS).

3. Pengolahan Data

Hasil pengolahan data keterampilan penyesuaian diri peserta didik yang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi empat kategori yaitu sangat terampil, terampil, kurang terampil dan tidak terampil. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Interpretasi Kategori Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik

KATEGORI SKOR INTERPRETASI

Sangat Sesuai (Tinggi Sekali)

200-256 Peserta didik pada kategori ini telah mencapai tingkat penyesuaian diri sangat optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan teman, bersikap hormat terhadap guru, kepala sekolah, staf tata usaha, dan personel sekolah yang lain, partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah, dan respek serta mau menerima peraturan sekolah. dengan kata lain peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan penyesuaian diri yang sangat baik.

Sesuai (Tinggi) 143-199 Peserta didik pada level ini telah mencapai tingkat penyesuaian diri optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan teman, bersikap hormat terhadap guru, kepala interval = rentang_

(33)

sekolah, staf tata usaha, dan personel sekolah yang lain, partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah, dan respek serta mau menerima peraturan sekolah. dengan kata lain peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik.

Tidak Sesuai (Rendah) 86-142 Peserta didik pada level ini telah mencapai tingkat penyesuaian diri yang kurang optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan teman, bersikap hormat terhadap guru, kepala sekolah, staf tata usaha, dan personel sekolah yang lain, partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah, dan respek serta mau menerima peraturan sekolah. dengan kata lain peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang.

Tidak Sesuai (Rendah Sekali)

≤ 85 Peserta didik pada level ini telah mencapai tingkat penyesuaian diri yang belum optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif yang diwujudkan dalam perilaku menjalin hubungan dengan teman, bersikap hormat terhadap guru, kepala sekolah, staf tata usaha, dan personel sekolah yang lain, partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah, dan respek serta mau menerima peraturan sekolah. dengan kata lain peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan penyesuaian diri yang sangat kurang.

(34)

H. Prosedur Penelitian

Penelitian mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun proposal penelitian yang diseminarkan di depan dosen mata kuliah metode riset.

2. Mengajukan proposal penelitian pada seminar proposal di hadapan dosen mata kuliah metode riset, kemudian direvisi dan disahkan oleh dewan skripsi, dan ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing pada tingkat fakultas.

4. Melakukan studi pendahuluan ke SMP Negeri 5 Bandung mengenai penerimaan diri fisik peserta didik bekerja sama dengan guru BK.

5. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang direkomendasikan untuk mengajukan permohonan ijin penelitian ke tingkat Fakultas dan Universitas. Surat penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Bandung.

6. Menyusun instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan instrumen oleh dosen-dosen ahli Jurusan Psikologi Pendidikan dan bimbingan.

7. Melakukan uji coba instrument kepada peserta didik Kelas VII SMP Negeri 2 Bandung (1 kelas).

8. Melakukan uji valaiditas dan reliabilitas dari data yang di peroleh di SMP Negeri 2 Bandung.

9. Melakukan pengumpulan data kepada subjek peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung.

10.Melaksanakan pengolahan, mendeskripsikan dan penganalisisan data yang telah terkumpul dengan menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi. 11.Menyusun rancangan program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 20012/2013 dijabarkan sebagai berikut:

1. Pada umumnya peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 20012/2013 memiliki kemampuan penyesuaian diri yang tergolong tinggi. Artinya peserta didik memiliki kemampuan yang baik untuk memahami dan menyadari penyesuaian diri. Namun masih banyak juga peserta didik yang masih memiliki kemampuan penyesuaian diri yang rendah yang harus dibimbing agar dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian dirinya dengan lebih optimal.

2. Aspek yang paling rendah dalam penyesuaian diri peserta didik adalah bersikap objektif dan realistik, terutama pada indikator mengakui keterbatasan diri. Hal ini berarti peserta didik banyak yang belum mampu menyadari dan mengakui keterbatasan diri yang dimilikinya. Ini bisa menjadi salah satu hal yang menghambat kemampuan penyesuaian diri peserta didik di sekolah.

(36)

B. Rekomendasi

1. Guru pembimbing

Program yang telah disusun merupakan program hipotetik, oleh karena itu guru pembimbing dapat melaksanakan program yang telah dibuat ini untuk mengetahui keefektifan program ini, sehingga dapat diketahui aspek-aspek yang harus diperbaiki. Guru pembimbing pun perlu memiliki kompetensi menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan sehingga dapat mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif.

2. Sekolah

Secara umum kondisi penyesuaian diri peserta didik termasuk dalam kategori tinggi. Artinya, peserta didik sudah dapat melakukan penyesuaian diri dengan optimal. Diharapkan pihak sekolah memberikan dukungan terhadap segala upaya yang dilakukan pembimbing dalam meningkatkan dan mengembangkan penyesuaian diri peserta didik. Selain itu, perlu dilakukan kerja sama yang berkesinambungan antara seluruh personil sekolah dalam bentuk koordinasi, konsultasi dan partisipasi dalam mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri peserta didik. Namun masih banyak pula peserta didik yang memiliki kemampuan penyesuaian diri yang rendah, sehingga harus ditingkatkan dan dibina.

3. Peneliti Selanjutnya

Variabel dalam penelitian ini hanya mengungkap kemampuan penyesuaian diri peserta didik saja, belum mengkaji lebih luas tentang variabel lain yang memengaruhi penyesuaian diri peserta didik, misalnya konsep diri, pola asuh orang tua, komunikasi interpersonal dan variabel lainnya.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahmi,M. (a.b. Daradjat,Z). (1977). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.

Hurlock,E. (a.b. Istiwidayanti & Soedjarwo). (1992). Psikologi Perkembangan. (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mutadin,Z. (2002). Penyesuaian Diri Remaja. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/remaja/160802.htm [30 Nov 2011].

Natawidjaja, R. (1987). Peran Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin.

Nurihsan, J. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. Ripah, R.C. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk

MengembangkanKemampuan Penyesuaian Diri Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.

Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung : Pusaka Setia

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

_______. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.

(38)

Surya, M. (1982). Kesehatan Mental. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP IKIP Bandung.

_______. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK Jakarta.

Syamsuddin,A.(2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Willis, Sofyan. (1993). Konsonansi Kognitif Siswa Terhadap Peran Guru & Dampaknya Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

_______. (1994). Problema Remaja Dan Pemecahannya, Bandung : Angkasa _______. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung :

Alfabeta.

_______, (2005). Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta. Winkel. (1985). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah.

Jakarta:Gramedia.

_______.(1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

. (1997). Bimbingan dan Konseling di Inttitusi Pendidikan.Jakarta: Grafindo

Yusuf, Syamsu . (1998). Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendidikan Ekologis. Disertasi. Bandung: PPs UPI.

dan Juntika Nurihsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_______.(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP
Tabel 3.2 Hasil Uji Kelayakan Instrumen
Tabel 3.4  Hasil Uji Validitas Item
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik SMP
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku sosial peserta didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kategori kecenderungan ekspresif berada pada kualifikasi sedang artinya

Profil pembuatan keputusan karir peserta didik kelas IX SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada tingkat tinggi, artinya peserta didik memahami

Kedisiplinan merupakan sesuatu yang penting bagi peserta didik, namun demikian masih banyak peserta didik SMP Wiyatama Bandar Lampung yang belum disiplin, hal ini

Efektifitas Konseling Kelompok Dalam Peningkatan Kemampuan Penyesuaian Sosial Pada Peserta Didik, Eksperimen Di SMP Muhammadiyah 15 Surabaya. Fakultas Psikologi,

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 43 BANDUNG. (Studi deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43

Riset tentang hubungan dukungan sosial orang tua dengan penyesuaian sosial peserta didik sangat penting untuk diteliti di lingkungan sekolah menengah pertama,

Tingkat kompetensi intrapersonal dalam kategori sedang tersebut, sebaiknya masih perlu ditingkatkan, sehingga apabila peserta didik memiliki pengetahuan diri yang

Abstrak: Kedisiplinan merupakan sesuatu yang penting bagi peserta didik,namun demikian masih banyak peserta didik SMP Wiyatama Bandar Lampung yang belum disiplin,