• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)i. SKRIPSI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA. OLEH. SURYA VELLA SITANGGANG 160501093. PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020. Universitas Sumatera Utara.

(2) ii. Universitas Sumatera Utara.

(3) iii. Universitas Sumatera Utara.

(4) iv. Universitas Sumatera Utara.

(5) ABSTRAK. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (TPE), Ketimpangan Pendapatan (RG), Jumlah Penduduk (JP), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Kemiskinan (TK) di Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dengan cross section 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dan time series selama 5 tahun. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data panel dengan Fixed Effect Model. Data diolah dengan menggunakan E-views 9. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial variabel Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (TPE) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan. Variabel Rasio Gini (RG) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Jumlah Penduduk (JP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan (TK). Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan (TK). Secara simultan, variabel bebas Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (TPE), Ketimpangan Pendapatan (RG), Jumlah Penduduk (JP) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara serempak dan signifikan berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan (TK). Kata Kunci: TK (Tingkat Kemiskinan), TPE (Tingkat Pertumbuhan Ekonomi), RG (Rasio Gini), JP (Jumlah Penduduk), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRACT. FACTORS AFFECTING THE LEVEL OF POVERTY IN NORTH SUMATERA UTARA PROVINCE This study aims to determine how much influence the Economic Growth Rate (TPE), Income Inequality (RG), Number of Population (JP), and Human Development Index (IPM) on Poverty Level (TK) in North Sumatra Province. This type of research was quantitative research. The type of data used in this study were secondary data obtained from the Central Bureau of Statistics with a cross section of 33 districts/ cities in North Sumatra Province and a time series for 5 years. The data analysis was the panel data analysis with Fixed Effect Model. The data were processed using E-views 9. The results of this study indicate partially the Economic Growth Rate (TPE) variable has a negative and insignificant effect on the Poverty Level. Gini Ratio (RG) variable has a positive and insignificant effect on the Poverty Level. Number of Population (JP) variables have a positive and significant effect on the Poverty Level (TK). The variable Human Development Index (IPM) has a negative and significant effect on the Poverty Level (TK). Simultaneously, the independent variable Economic Growth Rate (TPE), Income Inequality (RG), Number of Population (JP) and Human Development Index (IPM) simultaneously and significantly affect the Poverty Level (TK) Keywords: TK (Poverty Level), TPE (Economic Growth Rate), RG (Income Inequality), JP (Number of Population), and Human Development Index (IPM). Universitas Sumatera Utara.

(7) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, teristimewa kepada kedua orangtua saya Ayahanda Sabar Sitanggang, S.P dan Ibunda Mariana Manullang yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Bapak Prof Dr. Ramli, S.E, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dimana pada saat ini saya diberikan kesempatan dibimbing oleh beliau selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. 4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, S.E, M.Si dan Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, S.E, M.Si, selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi saya. 6. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi. 7. Bagi teman-teman “Wacana” (Ahmad Simanjuntak, Desi Putri Utami Ginting, Hartati Tiurida Sihombing, Frengki Tambun, Medi Warzuqni, Niko Christoper, dan Rido Sanjaya Purba) yang sudah menemani masa studi saya dari awal masuk kuliah hingga penyusunan skripsi ini. 8. Bagi Keluarga Kegiatan Mahasiswa Katolik Ignatius Loyola (KMK IL). Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan. Universitas Sumatera Utara.

(8) skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan YME berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu. Medan, Penulis. Surya Vella Sitanggang 160501093. Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR ISI Halam an ABSTRAK………………………………………………………………… i ABSTRACT……………………………………………………………….. ii KATA PENGANTAR ………………………………………………… … iii DAFTAR ISI................................................................................................. iv DAFTAR TABEL........................................................................................ . v DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….… vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………............... 1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………… .. 8 1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………… 9. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori……………………………………………... 2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................. 2.3 Kerangka Konseptual……………………………………….. 2.4 Hipotesis…………………………………………………….. 11 32 34 35. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian…………………………………………….. 3.2 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………. 3.3 Jenis Variabel Penelitan……………………………………. 3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………. 3.5 Definisi Operasional……………………………………….. 3.6 Teknik Analisis Data………………………………………... 36 36 37 37 38 40. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian…………………………….. … 4.2 Analisis Data Penelitian………………………………….…. 4.3 Pengujian Analisis………………………………………….. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………………………………... 47 49 63 69. BAB III. BAB IV. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 79 5.2 Saran…………………………………………………………. 80. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL. Universitas Sumatera Utara.

(10) Nomor 1.1 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14. Judul. Halaman. Rasio Gini dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018………………………….. Rangkuman Penelitian Terdahulu…………………………………….. Jumlah Penduduk, Sex Ratio, di Provinsi Sumatera Utara…. ………. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018.. Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018………………………………….… Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018……………. …… Rasio Gini Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018……. ..……… Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018… …… IPM di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018 Berdasarkan Kabupaten/Kota………………………………………… Hasil Uji Chow…………………..…………………………………… Hasil Uji Hausman… ………………………………………………… Nilai t-statistik…. ……………………………………………………. Uji Koefisien Determinasi…….……………………………………… Hasil estimasi Fixed Effect Model………………………………………... Banyaknya Pasangan Subur (PUS) dan Akseptor Aktif……. ……….. IPM Sumatera Utara dan Komponen Tahun 2018……………………. 5 31 48 48 51 54 56 59 61 63 64 65 67 68 75 78. Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1 1.2 2.1. 2.2 2.3 2.4 4.1. 4.2 4.3. 4.4 4.5. Judul. Grafik Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2014-2018 (Persen)...............................................................…. .. 3 Grafik Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 20142018 (Persen)…………………………………………………………. . 4 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty)………………………………………… 15 Indeks kemiskinan Multidimensi dengan Berbagai Dimensi………….. 19 Kurva Lorenz…………………………………………………………... 25 Kerangka Konseptual………………………………………………….. 33 Grafik Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018….............................................................................. ... 50 Grafik Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018……………………………………... 53 Grafik Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018…………………………………… .. 55 Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018……… 58 Indeks Pembangunan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018….. 60. Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2. Judul Data Penelitian Hasil Regresi dengan E-views. Universitas Sumatera Utara.

(13) 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya meliputi usaha masyarakat secara. keseluruhan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya.. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan. perkembangan dan kemajuan ekonomi di negara-negara berkembang yang mengalami proses perubahan struktural dari keterbelakangan ke arah kemajuan dan modernisasi (Kamaluddin, 1999: 10). Malthus berpendapat (dalam Jhingan, 2018: 97) bahwa pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara dimana hal tersebut sebagian bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat dipandang sebagai penyebab bertambah meluasnya perhatian terhadap pembangunan ekonomi di negara berkembang, salahsatunya adalah usaha negara maju untuk membantu negara berkembang secara keseluruhannya mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, kekurangan modal, dan berbagai masalah serius lain yang dihadapi (Sukirno, 2015). Di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dinyatakan secara eksplisit bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Tambunan, 2009:43).. Pada Rencana Pembangunan Jangka. Menengah Nasional 2004-2009 telah ditetapkan tiga strategi pembangunan ekonomi, yaitu pro growth, pro job, dan pro poor. Melalui strategi pro growth,. Universitas Sumatera Utara.

(14) 2. terjadi percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan (growth with equity) (Kajian Ekonomi dan Keuangan, 2012 : 23).. Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya. kesempatan kerja tercipta sehingga semakin banyak keluarga Indonesia yang dapat dilepaskan dari perangkap kemiskinan, serta memperkuat perekonomian untuk menghadapi berbagai goncangan.. Mencher (dalam Siagian, 2012 : 5). mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sementara, Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan penduduk yang bersangkutan untuk mencapai atau memenuhi standar hidup minimum tersebut. Di Indonesia, untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dimana sumber data yang utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran.. Melalui. pendekatan tersebut, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Keseriusan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia terlihat pada sasaran pembangunan ekonomi dan kesejahteraan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) pada akhit periode tahun. Universitas Sumatera Utara.

(15) 3. 2015-2019 dengan tingkat kemiskinan ditargetkan pada kisaran 7,00-8,00 persen pada tahun 2019.. Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2018 menunjukkan. bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia masih di atas 10 persen.. Artinya,. kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan masih kurang efektif. 13,76. 14,09. 11,13. 10,96 8,16. 2014. 13,96. 8,22. 2015 Perkotaan. 13,47. 10,7 7,73. 13,1. 10,12 7,26. 2016. w Perdesaan. 9,66 6,89. 2017. 2018. Keseluruhan. Gambar 1.1 Grafik Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2014-2018 (Persen) Sumber: BPS (diolah) Persentase tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung mengalami penurunan, namun tidak signifikan. Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 10,96% yang terdiri dari 8.16% penduduk miskin di perkotaan dan 13,76% penduduk miskin di daerah perdesaan.. Pada tahun 2015 tingkat kemiskinan. berada pada 11,13% yang diperoleh dari persentase kemiskinan di perdesaan sebanyak 14,09% dan perkotaan sebanyak 8,22%. Sampai pada tahun 2018 total persentase kemiskinan berada pada angka 9,66% dengan proporsi kemiskinan di perkotaan sebesar 6,89% sementara tingkat kemiskinan perdesaan menyumbang sebesar 13,1%. Grafik di atas menampilkan, terdapat kesenjangan pembangunan antara penduduk di desa dan di kota. Persentase kemiskinan tertinggi diperoleh. Universitas Sumatera Utara.

(16) 4. dari perdesaan dibanding perkotaan. Disamping tergantung pada pendapatan per kapita, besarnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tergantung pula kepada corak distribusi pendapatan.. Makin tidak merata. distribusinya, makin besar persentase penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan, Sukirno (2015 : 65).. 11,06 9,89 9,85 9,81. 2014. 10,86. 10,53. 10,35. 10,51. 2015 Perkotaan. 10,66 10,22. 9,69. 9,8. 2016 Perdesaan. 2017 Sumatera Utara. 9,3 9,22 9,15. 2018. Gambar 1.2 Grafik Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018 (Persen) Sumber: BPS (diolah) Pada grafik 1.2 menunjukkan tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu lima tahun. Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan Provinsi Sumatera Utara adalah 9,85% yang terdiri dari 9,81% penduduk miskin di perkotaan dan 9.89% di perdesaan. Pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 terdapat penurunan persentase penduduk miskin yaitu 10,53% menjadi 10,35% pada tahun 2016 dan sampai pada tahun 2017 menjadi 10,22%. Kemudian pada tahun 2018 terdapat penurunan persentase penduduk miskin menyentuh angka. Universitas Sumatera Utara.

(17) 5. 9,22% dengan proporsi penduduk miskin di perdesaan sebesar 9.3% dan di perkotaan sebesar 9,15%. Berdasarkan data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015 menyatakan bahwa, secara spasial, Sumut masuk ke dalam lima besar provinsi dengan penambahan persentase penduduk miskin terbesar di Indonesia, bersama dengan provinsi Riau, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Secara nasional, Sumatera Utara masih menduduki peringkat 17 nasional berdasarkan urutan jumlah persentase penduduk miskin terbesar. Tabel 1.1 Rasio Gini dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018 (Persen) Tahun. Rasio Gini. 2014 0,310 2015 0,326 2016 0,312 2017 0,335 2018 0,311 Sumber: BPS (diolah). Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 5,23 5,10 5,18 5,12 5,18. Dari sisi pemerataan pendapatan, disparitas pendapatan di Provinsi Sumatera Utara yang tercermin dari rasio gini menunjukkan ketimpangan berada pada 0,310, pada tahun 2015 menaik pada angka 0,326. Hal ini tercermin dari perbedaan tingkat kemiskinan di kota dan desa, dimana persentase tingkat kemiskinan di desa sebesar 10,89 sementara di kota sebesar 10,16. Meningkatnya kemiskinan di pedesaan diduga karena daya beli masyarakat desa yang masih terbatas yang dipengaruhi normalisasi harga komoditas yang berjalan lambat. Universitas Sumatera Utara.

(18) 6. (KEKR 2015). 0,335.. Kemudian pada tahun 2017 mengalami kenaikan sampai pada. Namun, pada tahun 2018 mengalami penurunan pada angka 0,311.. Sementara pada tingkat pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami tren menurun yaitu pada tahun 2014 sebesar 5,23%, pada tahun 2015 berkisar 5,10%, dan pada tahun 2018 mengalami peningkatan berada pada 5,18%. Kamaluddin (1999: 39) menyatakan, pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu ukuran dan indikasi penting untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi. Dalam Sirojuzilam (2014: 6) menjelaskan bahwa, pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian, daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Selanjutnya,. United. Nations. Development. Programme. (UNDP). menempatkan manusia sebagai kekayaan bangsa hal ini diukur dengan Indeks Pembanguan Manusia (IPM).. Tujuan utama dari pembangunan adalah. menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif.. Pendekatan. pembangunan manusia lebih memfokuskan kepada perluasan pilihan masyarakat untuk hidup dengan bebas dan bermartabat. Keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar permasalahan mendasar di masyarakat yang dapat teratasi.. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain meliputi. kemiskinan dan pengangguran serta ketiadaan akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan. Kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan peningkatan. Universitas Sumatera Utara.

(19) 7. kesejahteraan manusia akan membuat suatu daerah tertinggal dari daerah lain (BPS).. Oleh karena itu dengan peningkatan kesejahteraan manusia akan. memberikan manfaat serta mengurangi ketimpangan antar daerah. Selanjutnya, menurut Jhingan (2018: 406), pengaruh pertumbuhan penduduk pada pendapatan per kapita tidak menguntungkan.. Pertumbuhan. penduduk cenderung memperlambat pedapatan per kapita dalam tiga cara, yaitu: (1) ia memperberat beban penduduk pada lahan; (2) ia menaikkan biaya barang konsumsi karena kekurangan faktor pendukung untuk menaikkan penawaran mereka; dan (3) memerosotkan akumulasi modal, karena dengan tambah anggota keluarga, biaya meningkat. Oleh sebab itu, pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran. Sebuah model, yang dinamakan pemerataan dengan pertumbuhan atau redistribution with growth (RWG) dikembangkan berdasarkan suatu studi yang disponsori oleh Bank Dunia pada tahun 1974, Chenery, et. al., 1974 dalam (Theresia, dkk. 2015: 19). Ide dasarnya adalah pemerintah harus mempengaruhi pola pembangunan sedemikian rupa sehingga produsen yang berpendapatan rendah (yang dibanyak negara berlokasi di perdesaan dan produsen kecil di perkotaan) akan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan dan secara simultan menerima sumber ekonomi yang diperlukan. Meskipun pembangunan harus berkeadilan, disadari bahwa pertumbuhan ekonomi tetap penting.. Upaya untuk memadukan konsep pertumbuhan dan. pemerataan merupakan tantangan yang jawabannya tidak henti-hentinya dicari dalam studi pembangunan.. Berdasarkan fenomena di atas maka diperlukan. Universitas Sumatera Utara.

(20) 8. penelitian lebih lanjut mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara”. 1.2. Rumusan Masalah Atas dasar uraian di atas maka maka permasalahan yang ingin dipecahkan. dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018? 2. Apakah variabel ketimpangan pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018? 3. Apakah variabel jumlah penduduk berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018? 4. Apakah variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 20142018?. Universitas Sumatera Utara.

(21) 9. 1.3. Tujuan dan Manfaat. 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang. akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 20142018 4. Untuk. menguji. dan. menganalisis. pengaruh. variabel. Indeks. Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018 1.3.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa: 1. Manfaat penelitian ini bagi akademisi adalah sebagai sumbangsih akademis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu ekonomi khususnya dalam hal yang berkaitan dengan masalah perencanaan pembangunan.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 10. 2. Hasil. penelitian. ini. diharapkan. dapat. mendukung. penelitian. selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kemiskinan khususnya bagi penelitian di Provinsi Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018.. Universitas Sumatera Utara.

(23) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemiskinan 2.1.1.1 Definisi dan Konsep Kemiskinan Dalam arti sempit, kemiskinan (porper) dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chambers (dalam Chriswardani Suryawati, 2005), mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu konsep terpadu (intergrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu: (a) kemiskinan /proper, (b) ketidakberdayaan /powerless (c) kerentanan menghadapi situasi darurat /state of emergency (d) ketergantungan /dependence (e) keterasingan /isolation (Machmud, 2016: 280). Kemiskinan juga dapat dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu: (1) kemiskinan alamiah yaitu kemiskinan yang terjadi karena faktor alam dan geografis yang tidak mendukung, misalnya karena kondisi alam yang gersang (kering dan tidak teratur), sumber daya alam yang terbatas, dan wilayah yang terisolasi (2) Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang terjadi akibat kesalahan dalam kebijakan pemerintah. Sebagai contoh, kebijakan „urban bias‟ yang didefinisikan oleh Michael Lipton (1997) sebagai penyebab dari tetap tingginya kemiskinan di daerah perdesaan. Sedangkan (3) kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terjadi akibat faktor sosial kultural di suatu masyarakat (Bappenas, 2018).. Universitas Sumatera Utara.

(24) 12. 2.1.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Menurut Bappenas (2018), berbagai faktor penyebab kemiskinan dikelompokkan menjadi: (a) Faktor kondisi alam dan lingkungan, seperti meningkatnya kerusakan lingkungan, distribusi sumber daya yang tidak merata, dan bencana alam yang sering terjadi. (b) Faktor penduduk, yaitu tingginya pertumbuhan penduduk sehingga menekan sumber daya alam dan adanya migrasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan. (c) Faktor. eksploitasi. yang. terjadi. antarkelas,. antarkelompok,. antarwilayah dan antarnegara, termasuk adanya hubungan ekonomi internasional yang tidak seimbang antar negara maju dan negara berkembang. (d) Faktor kelembagaan dan struktural seperti adanya berbagai kebijakan pemerintah yang tidak tepat dan cenderung mengabaikan daerah perdesaan. (e) Faktor teknologi yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendorong dan meningkatkan produktivitas usaha tani atau pertanian, yang juga merupakan mata pencaharian utama dari mayoritas penduduk perdesaan termasuk di dalamnya penduduk miskin di negara berkembang. Sementara Machmud (2016: 283) menggabungkan faktor-faktor penentu ketimpangan dan kemiskinan di Indonesia, yaitu:. Universitas Sumatera Utara.

(25) 13. (a) Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk (EDU) Hasil penelitian Cameron (2000) tentang kemiskinan di Jawa menyimpulkan bahwa pengurangan kemiskinan diasosiasikan dengan meningkatnya pencapaian pendidikan dan peningkatan pendapatan dari tenaga kerja terdidik.. Hasil penelitian Sukherman (2001) juga. menunjukkan kemiskinan di Jawa Barat dipengaruhi oleh besarnya persentase angka melek huruf. (b) Pendapatan Per Kapita Penduduk (PC) Hasi penelitian Iradian (2005) yang dilakukan di 82 negara untuk tahun 1965-2003 menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan per kapita tidak akan terlalu berdampak apabila tidak disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan. Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa peningkatan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi yang telah di capai oleh Indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.. Sementara itu, sebagian besar penduduk yang saat ini. hidup dalam kemiskinan tidak menikmati pencapaian tersebut. (c) Rasio Ketergantungan Penduduk Faktor penyebab munculnya rasio ketergantungan adalah adanya tingkat kelahiran (fertilitas) yang tinggi.. World Bank (1978). menyatakan bahwa penyebab kemiskinan adalah adanya ledakan penduduk (population growth) yang tidak terkendali karena hal itu akan menyebabkan rasio ketergantungan (dependency ratio) yang tinggi.. Sementara itu, Malthus (1798) dalam Todaro (2000). Universitas Sumatera Utara.

(26) 14. menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup yang serba pas-pasan (subsisten). Sedangkan pemikiran neo-Malthus menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang miskin tidak akan pernah berhasil mencapai taraf hidup yang lebih tinggi dari tingkat subsisten, kecuali bangsa itu mengadakan pemeriksaan preventif (preventif checks) terhadap pertumbuhan populasinya atau dengan menerapkan pengendalian kelahiran. (d) Pertumbuhan ekonomi (GRW) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang selama ini dicapai oleh Indonesia ternyata tidak mampu mengurangi faktor penyebab kemiskinan.. Pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa. dinikmati oleh sebagian kecil orang di Indonesia. Keadaan ini sesuai dengan teori “trade-off between growth and equity” yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan ketimpangan yang semakin besar dalam pembagian pendapatan, atau semakin tidak merata, dan sebaliknya upaya pemerataan dapat terwujud dalam pertumbuhan ekonomi yang rendah (Todaro, 2000). (e) Tenaga kerja di sektor pertanian Penelitian Ritonga (2006) juga menyatakan bahwa penduduk miskin di Indonesia umumnya bekerja di sektor pertanian dan mempunyai tingkat pendidikan SD ke bawah. Karena itu, program pengentasan kemiskinan di sektor pertanian perlu diprioritaskan. Pembangunan sektor pertanian melalui revitalisasi pertanian, perikanan, dan. Universitas Sumatera Utara.

(27) 15. kehutanan, serta pembangunan masyarakat pedesaan perlu menjadi pijakan. demi. membawa. masyarakat. Indonesia. keluar. dari. permasalahan kemiskinan. (f) Persentase tenaga kerja disektor industri Peran sektor industri dalam mengurangi faktor penyebab kemiskinan salahsatunya ditunjukkan oleh hasil penelitian Skoufias (2000), yang menyatakan bahwa konsumsi tenaga kerja di sektor industri lebih besar dari konsumsi tenaga kerja sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan pendapatan pekerja usaha kecil yang bekerja disektor industri nonpertanian lebih besar daripada penghasilan tenaga kerja usaha kecil yang bekerja di sektor industri yang bergerak di sektor pertanian. Sharp (dalam Machmud, 2016: 285) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi.. Pertama, secara mikro kemiskinan. muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.. Penduduk miskin hanya. memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upah menjadi rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga kemiskinan muncul akibat perbedaan akses ke modal.. Ketiga penyebab kemiskinan ini pada dasarnya bermuara pada teori. lingkaran kemiskinan (vicious circle of poverty) yang dikemukakan oeh Nurkse. Universitas Sumatera Utara.

(28) 16. (1953), bahwa “a poor country is poor because it is poor” (negara itu miskin karena memang miskin). Kekurangan Modal. Ketidaksempurnaan Pasar, Keterbelakangan, Ketertinggalan. Investasi Rendah. Produktivitas Rendah. Tabungan Rendah. Pendapatan Rendah. Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The vicious circle of poverty) Sumber: R.Nurkse (Dalam Machmud, 2016) 2.1.1.3 Indikator Kemiskinan Indikator kemiskinan umumnya menggunakan kriteria garis kemiskinan (poverty line) untuk mengukur kemiskinan absolut. Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara-negara di dunia berbeda-beda yang diakibatkan oleh standar kebutuhan hidup dan lokasi yang berbeda-beda. Secara umum terdapat tiga indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskikanan, yaitu: a). Persentase Kemiskinan (Head Count Index-P0) Digunakan untuk mengukur persentase penduduk miskin terhadap total penduduk atau persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan.. b) Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) Merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,. Universitas Sumatera Utara.

(29) 17. rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin jauh dibawah Garis Kemiskinan. c). Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) Memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Ukuran tingkat kemiskinan menggunakan Formula Foster-Greer-Thorbecke (FGT). ∑[. ]. Keterangan: α. = 0,1,2. z. = GK. yi. = Rata-rata pegeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di bawah GK (i=1,2,3,…,q), yi>z. q. = Banyaknya penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan. n. = Jumlah penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya. rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 2019). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2,100 kalori per hari.. Sedangkan pengeluaran. kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa.. Universitas Sumatera Utara.

(30) 18. 2.1.1.4 Mengukur kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).. Dengan pendekatan ini,. kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehingga kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan di sepanjang waktu.. Rumus dalam. penghitungan garis kemiskinan (menurut BPS) adalah: GK = GKM + GKNM Keterangan: GK. = Garis Kemiskinan. GKM = Garis Kemiskinan Makanan GKNM= Garis Kemiskinan Non Makanan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, lemak, dll). Sedangkan, Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan. Universitas Sumatera Utara.

(31) 19. kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan (BPS). Secara global, United Nations Development Programs (UNDP) sejak tahun 1990, secara rutin mengeluarkan laporan tahunan tentang pembangunan manusia berbagai negara yaitu Human Development Report. Salah satu indeks yang diperkenalkan adalah indeks kemiskinan manusia (Human Poverty Indeks/ HPI). yang. memperluas. mendefinisikan. kemiskinan. pilihan-pilihan. dalam. sebagai. hidup.. ketidakmampuan. Namun. HPI. tidak. untuk dapat. mengidentifikasi individu atau rumah tangga miskin. Untuk menyempurnakan hal tersebut, berkembang pendekatan kemiskinan multidimensi (Multidimensional Poverty Indeks/MPI) yang menganalisa kemiskinan pada level rumah tangga maupun individu melalui tiga dimensi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan standar hidup. Setiap dimensi terdiri dari beberapa indikator yang masing-masing terdiri atas dua indikator untuk dimensi kesehatan dan pendidikan, serta enam indikator untuk dimensi standar hidup. Dalam pendekatan multidimensi, pengukuran terdiri dari beberapa dimensi yang setiap dimensinya memiliki garis kemiskinannya masing-masing sehingga menggunakan ambang batas ganda (Bappenas, 2018).. Universitas Sumatera Utara.

(32) 20. Gambar 2.2 Indeks Kemiskinan Multilimensi dengan Berbagai Dimensi Sumber: Bappenas, 2018 2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.2.1 Pengertian dan Konsep Pertumbuhan Ekonomi Menurut teori klasik terdapat beberapa pendapat mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu: (Machmud, 2016: 41) a. Menurut teori Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk, akan terjadi pertambahan output atau hasil. b. David Ricardo, berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan melimpahnya jumah tenaga kerja. Kelebihan tenaga kerja ini akan mengakibatkan upah menjadi menurun. Upah tersebut hanya. Universitas Sumatera Utara.

(33) 21. dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami stagnan (stationary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation. Sedangkan, pandangan teori neoklasik mengenai pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: a. Robert Sollow, berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern, dan hasil atau output.. Ada pun. pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif, karena itu, menurut Robert Sollow, pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. b. Harrod Domar, teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.. Teori ini juga membahas tentang. pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Terkait dengan teori diatas Mulyadi (2017:. 227) berpendapat bahwa. jumlah penduduk yang besar bukan merupakan masalah melainkan modal ekonomi yang sangat besar jika investasi pada sumber daya manusia dilakukan dengan baik. Namun, jumlah penduduk yang lebih kecil, investasi dalam sumber daya manusia akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara seperti: pertambahan jumlah dan produksi barang industri, infrastruktur, pertambahan. Universitas Sumatera Utara.

(34) 22. jumlah fasilitas publik, pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada dan beberapa perkembangan lainnya (Naf’an, 2014: 235). Menurut Todaro (dalam Nafilah: 2016), pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; a. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal sumber daya manusia. b. Pertumbuhan penduduk, dimana pertumbuhan penduduk yang terjadi sangat mempengaruhi besar kecilnya angkatan kerja suatu negara tersebut. c. Kemajuan teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi maka akan meningkatkan efisiensi biaya dalam produksi sehingga produksi dapat berjalan dengan baik. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan pertumbuhan tahunan dan pertumbuhan rata-rata. Pertumbuhan ekonomi tahunan diukur dengan menggunakan rumus berikut: (Mahmud, 2016: 37) (. ). Keterangan: g. = Tingkat pertumbuhan ekonomi. PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin Pertumbuhan ekonomi rata-rata diukur dengan menggunakan rumus berikut:. [ √. ]. Universitas Sumatera Utara.

(35) 23. Keterangan: r. = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun. n. = jumlah tahun (dihitung mulai sampai dengan). tn. = tahun akhir periode penelitian. t0. = tahun akhir periode. 2.1.2.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Menurut Todaro (2011: 289) menyatakan bahwa rendahnya pendapatan dan rendahnya standar hidup orang-orang miskin yang berakibat pada buruknya kesehatan, nutrisi, dan pendidikan, dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka,. sehingga. secara. langsung. dan. tidak. langsung. menimbulkan. perekonomian yang tumbuh lambat. Oleh karena itu, strategi untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup orang-orang miskin tidak hanya akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan materi mereka tetapi juga terhadap produktivitas dan pendapatan perekonomian secara keseluruhan. (2016:. Machmud. 37) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan. berkelanjutan merupakan kondisi penting atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan, karena jumlah penduduk terus bertambah setiap tahun sehingga kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun.. Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat. kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat serta merata.. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai. dengan program pembangunan sosial.. Universitas Sumatera Utara.

(36) 24. 2.1.3. Ketimpangan Pendapatan. 2.1.3.1 Pengertian Ketimpangan pendapatan Ketimpangan distribusi pendapatan adalah perbedaan antara kelompok penduduk kaya dan miskin yang diukur dengan nilai pendapatan rumah tangga rata-rata pada masing-masing kelompok masyarakat (Sjafrizal, 2018:120). Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu diperhatikan karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Oleh karena data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran.. Dalam hal ini analisis. distribusi pendapatan dilakukan dengan menggunakan data total pengeluaran rumah tangga yang bersumber dari Susenas sebagai proksi pendapatan (Kajian Ekonomi dan Keuangan, 2012). 2.1.3.2 Mengukur Ketimpangan Pendapatan Menurut Tadjoeddin, dkk.. ada berapa macam metode pengukuran. distribusi pendapatan yaitu, Kurva Lorenz, Koefisien Gini, Indeks Williamson, Indeks Theil dan Indeks Oshima. Empat metode yang pertama sudah sangat dikenal secara luas oleh para peneliti dalam mengukur ketimpangan pengeluaran konsumsi rumah tangga sementara Indeks Williamson terkenal dan populer digunakan mengukur ketimpangan pendapatan regional, khususnya pendapatan dalam pengertian indikator PDRB perkapita (Lutfi, 2013). Sebagai ukuran pemerataan yang juga merefleksikan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat yang paling umum biasanya digunakan koefisien gini (gini ratio). Ukuran ini pertama kali dikembangkan oleh ahli. Universitas Sumatera Utara.

(37) 25. statistik dan ahli sosiologi Italia bernama Corrado Gini dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam makalahnya yang berjudul “Variability and Mutability” (Machmud, 2016:287). Nilai koefisien gini berkisar antara 0 (sangat merata) sampai dengan 1 (sangat timpang). Ketimpangan pendapatan masyarakat dikatakan rendah apabila koefisien gini dibawah 0,3. Ketimpangan pendapatan masyarakat berada pada tahap sedang apabila koefisien gini berada pada rentang 0,3 sampai dengan 0,5. Ketimpangan pendapatan masyarakat berada pada tahap tinggi atau sangat timpang, apabila koefisien gini diatas 0,5 (Kajian Ekonomi dan Keuangan, BI, 2016). 2.1.3.2.1 Kurva Lorenz Kurva Lorenz merupakan alat yang banyak digunakan dalam membahas ketimpangan pendapatan.. Kurva ini digambarkan dalam suatu kotak dimana. sumbu horizontal menunjukkan persentase penerimaan pendapatan.. Sumbu. vertikal menunjukkan persentase pendapatan yang diterima masing-masing kelompok penduduk (individu).. Dengan demikian garis diagonal yang. menghubungkan titik O dan titik O’ menunjukkan adanya distribusi pendapatan yang merata, artinya 20% dari jumlah penduduk memperoleh bagian 20% jumlah pendapatan, atau 70% jumlah penduduk memperoleh 70% bagian pendapatan (Suparmoko dan Sofilda, 2016: 351).. Universitas Sumatera Utara.

(38) 26. Gambar 2.3 Kurva Lorenz 2.1.3.3 Pengaruh Antara Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Distribusi pendapatan mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Tidak meratanya distribusi pendapatan akan memicu ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya kemiskinan (Machmud, 2016:288).. Menurut Ravallion,. melihat pengalaman dari 70 negara berkembang dan transisi pada 1990-an, menemukan ada tanda-tanda terjadinya trade-off yang sistematis antara kemiskinan dan ketimpangan. Argumen teoritis klasik yang percaya terjadi tradeoff antara kemiskinan dan ketimpangan di negara berkembang didasarkan pada Hipotesis Kuznets (teori Kuznets).. Hubungan antara ketimpangan (sumbu. vertikal) dengan pendapatan (sumbu horisontal), pada saat awal pertumbuhan, ketimpangan akan mengalami peningkatan; mencapai titik balik, dan kemudian mengalami penurunan sehingga menyerupai huruf U terbalik.. Universitas Sumatera Utara.

(39) 27. 2.1.4 Kependudukan 2.1.4.1 Pengertian dan Konsep Penduduk Menurut UU Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Penduduk dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja menurut BPS adalah penduduk berusia 15 tahun keatas. Lebih jelasnya, usia kerja di Indonesia adalah 15-64 tahun. Sedangkan penduduk bukan usia kerja adalah penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia 65 tahun keatas.. Penduduk usia kerja dapat. dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Machmud, 2016: 239). Penduduk Indonesia adalah semua orang yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap (Provinsi Sumatera Utara dalam Angka 2019). Pertumbuhan penduduk adalah merupakan proses keseimbangan yang dinamis antara komponen kependudukan yang dapat menambah dan mengurangi jumlah penduduk meliputi komponen; (1) Kelahiran (fertilitas), (2) Kematian (mortalitas), (3) Migrasi masuk, dan (4) migrasi keluar. Variabel jumlah penduduk merupakan cermin kuantitas dari jumlah atau besarnya penawaran tenaga kerja (Mulyadi, 2017: 15-16).. Universitas Sumatera Utara.

(40) 28. 2.1.4.2 Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Kemiskinan Teori siklus populasi-kemiskinan (population-poverty cycle) adalah argumentasi utama para ekonom yang berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan menimbulkan konsekuensi negatif terhadap ekonomi, sehingga harus benar-benar dipertimbangkan oleh negara-negara berkembang. Pertumbuhan penduduk juga sangat menguras pendapatan negara yang terbatas hanya untuk menyediakan layanan ekonomi, kesehatan, dan sosial paling dasar bagi tambahan jumlah penduduk. Ini akan mengurangi prospek peningkatan taraf hidup generasi sekarang dan cenderung membantu pewarisan kemiskinan kegenerasi berikutnya dikalangan keluarga berpendapatan rendah (Todaro, 2011:364). Lebih lanjut Malthus (Dalam Mulyadi, 2017:226) mengemukakan bahwa jumlah penduduk seyogyanya bertambah sesuai dengan pertambahan sumber daya produksi, khususnya sumber daya alam, namun kenyataanya, kuantitas dan kualitas sumber daya alam yang dapat dipergunakan oleh manusia cenderung menurun dan sebaliknya jumlah penduduk terus meningkat.. Hal tersebut. membuat kehidupan manusia terkekang, kecuali bila pertumbuhan penduduk terkendali, baik oleh kendala alamiah (bencana alam, wabah penyakit) maupun oleh perilaku manusia (kejahatan, perang, dan pengekangan diri).. Jumlah. penduduk dapat menjadi “beban” dalam pembangunan apabila pemberdayaannya tidak diiringi dengan kualitas jumlah penduduk yang memadai pada wilayah/daerah bersangkutan BPS (dalam Umaruddin dan Evi, 2018).. Universitas Sumatera Utara.

(41) 29. 2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia. 2.1.5.1 Pengertian Konsep Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur kualitas manusia. Menurut Ranis dan Stewart (dalam Anggraini, 2018) mengartikan pembangunan manusia sebagai peningkatan kondisi seseorang sehingga memungkinkan hidup lebih panjang sekaligus lebih sehat dan lebih bermakna. Indeks Pembangunan Manusia merupakan gabungan dari tiga dimensi yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Setiap dimensi diwakili oleh indikator, yaitu dimensi umur panjang dan hidup sehat diwakili oleh indikator umur harapan hidup saat lahir, hal ini mencerminkan usia maksimum yang diharapkan seseorang untuk dapat bertahan hidup. Kemudian, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah merupakan indikator yang mewakili dimensi pengetahuan, dalam hal ini tingkat pendidikan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia.. Terakhir,. dimensi standar hidup layak diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuikan. Selanjutnya, masing-masing dimensi tersebut dapat dihitung nilai indeksnya, kemudian didapat nilai IPM dalam bentuk persen berdasarkan rumus geometri (Kristin, 2018) √. x 100. IPM dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori, yaitu: IPM < 60 : IPM rendah, 60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang, 70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi, dan IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi (BPS).. Salah satu manfaat terbesar dari IPM adalah. Universitas Sumatera Utara.

(42) 30. kemampuan dalam mengungkapkan bahwa sebuah negara/ wilayah mampu untuk berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah. Indeks ini mampu mengungkapkan bahwa kenaikan pendapatan yang besar atau pertumbuhan yang tinggi bisa memiliki peran yang lebih kecil dalam kerangka pembangunan manusia (Todaro dan Smith dalam Bappeda DIY, 2019). Hal ini menjadi pemicu bagi negara-negara berpendapatan rendah agar tidak hanya memfokuskan prioritas pembangunan pada aspek mengejar pembangunan ekonomi, tetapi memberi perhatian lebih pada aspek pendidikan dan kesehatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki beberapa manfaat: (1) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk), (2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara, dan (3) Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). 2.1.5.2 Pengaruh Antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Kemiskinan Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kristin (2018) menemukan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Berkurangnya tingkat kemiskinan karena Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meningkat mengindikasikan bahwa IPM dapat meningkatkan produktivitas kerja manusia, yang akan meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak.. Melalui tiga indikator. Universitas Sumatera Utara.

(43) 31. komponen. IPM. yaitu,. pendidikan memainkan. peranan. penting dalam. meningkatkan kemampuan dalam menyerap teknologi dan meningkatkan kapasitas dalam mewujudkan pertumbuhan dan pembangunan.. Diikuti oleh. dimensi kesehatan merupakan syarat meningkatkan produktivitas, karena dengan kesehatan, pendidikan mudah dicapai.. Selanjutnya, dengan pendidikan dan. kesehatan maka pendapatan tinggi akan mudah didapat dan sebaliknya dengan pendapatan tinggi maka akan mempermudah pengeluaran terhadap kesehatan dan pendidikan (Kristin, 2018). Amartya Sen (dalam anggraini, 2018) menyatakan bahwa, dengan menempatkan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir dari dari proses pembangunan diharapkan dapat menciptakan peluang-peluang yang secara langsung menyumbang upaya memperluas dan meningkatkan kemampuan manusia dan kualitas kehidupan mereka, antara lain melalui peningkatan layanan kesehatan, pendidikan dasar dan jumlah jaminan sosial, khususnya bagi warga miskin.. Universitas Sumatera Utara.

(44) 32. 2.2 Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang mengkaji tentang pengaruh berbagai variabel terhadap kemiskinan. Berikut adalah rangkuman penelitian terdahulu:. Nama Umaruddin Usman Diramita. Umaruddin Usman Evi Berutu. Dwika Akbar Maulana. Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu Judul Metode Hasil Penelitian Penelitian Pengaruh Analisis 1.Secara parsial jumlah penduduk Jumlah regresi berpengaruh secara signifikan dan negatif Penduduk, linear terhadap kemiskinan di Provinsi kepulauan Pengangguran berganda Riau , dan dengan Pertumbuhan program e- 2.Secara parsial dapat disimpulkan bahwa Ekonomi views 9 pengangguran tidak berpengaruh terhadap Terhadap kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau. Kemiskinan di Provinsi 3.Secara parsial dapat disimpulkan bahwa Kepulauan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara Riau (Studi signifikan dan positif terhadap kemiskinan di kasus tahun Provinsi Kepulauan Riau. 2007-2016) 2018 4.Besarnya pengaruh jumlah penduduk, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,9511 atau 95,11% Pengaruh Regresi 1.PDRB berpengaruh secara signifikan dan Produk Linear positif terhadap kemiskinan. Domestik Berganda Regional dengan 2.Investasi Industri Kecil berpengaruh secara Bruto, model signifikan dan negatif terhadap kemiskinan Investasi estimasi Industri Kecil REM 3.Jumlah penduduk berpengaruh tetapi tidak dan Jumlah signifikan dan negatif terhadap kemiskinan Penduduk Terhadap 4.PDRB, Investasi industri kecil dan Jumlah Kemiskinan Penduduk secara bersama-sama Kota berpengaruh terhadap kemiskinan. Lhokseumawe (2018) Analisis Regresi 1.Variabel pengangguran berpengaruh tidak Pengaruh data panel signifikan dalam mengurangi kemiskinan Pengangguran dengan e , Pendidikan, views 9, 2.Variabel pendidikan berpengaruh signifikan. Universitas Sumatera Utara.

(45) 33. Kristin, Ari Prasetyoni ngrum dan U. Sulia Sukmawati (2018). Sudarlan. Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di Daerah Pedesaan (studi kasus di pulau Jawa 2005-2015) 2018 Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia. model yang digunakan CEM. dalam mengurangi kemiskinan. Path Analysis (analisis jalur). 1.IPM berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemiskinan 2.Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan. 3.Pengangguran berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemiskinan. 4.Pengangguran dapat memediasi antara IPM dan kemiskinan. 5.Pengangguran dapat memediasi antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan. Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia (2015). Model persamaan simultan dengan menggunak an teknik two stage least square (2SLS). 1.Ketimpangan pendapatan mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan signifikan. 3.Variabel jumlah penduduk pengaruh tidak signifikan meningkatkan kemiskinan. memiliki dalam. 2.Pertumbuhan ekonomi mempunyai dampak positif terhadap ketimpangan pendapatan sebesar 0,1333 tetapi penduduk miskin tidak signifikan berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. 3.Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penduduk miskin di Indonesia.. Universitas Sumatera Utara.

(46) 34. 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi Ketimpangan Pendapatan. Tingkat Kemiskinan. Jumlah Penduduk Indeks Pembangunan Manusia. Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis Dalam mewujudkan pembangunan nasional, pemerintah dituntut untuk aktif dalam upaya penurunan tingkat kemiskinan. Upaya yang diharapkan tidak hanya sekedar memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat miskin, akan tetapi juga upaya untuk memerangi kemiskinan dari akar masalahnya.. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi, ketimpangan. pendapatan, jumlah penduduk, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dijadikan variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi tingkat kemiskinan. Dari gambar 2.4 dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin bahwa tingkat kemiskinan akan berkurang, hal ini disebabkan ada beberapa variabel atau faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut diantaranya adalah ketimpangan pendapatan. Pendapatan yang timpang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi angka semu, karena hanya mencerminkan perilaku. Universitas Sumatera Utara.

(47) 35. ekonomi dari golongan masyarakat berpendapatan tinggi. Selain ketimpangan pendapatan.. Selanjutnya, jumlah penduduk dapat mempengaruhi tingkat. kemiskinan, sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya manusia baik. Kemudian, melalui pembangunan manusia, IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) yang dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.. Artinya, untuk. mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya. 2.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat oleh peneliti dengan judul “. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil suatu hipotesis: 1. Tingkat pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan kabupaten dan kota di Sumatera Utara tahun 2014-2018. 2. Ketimpangan pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan kabupaten dan kota di Sumatera Utara tahun 2014-2018. 3. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018. 4. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018.. Universitas Sumatera Utara.

(48) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis. Pendekatan ini lebih mengarah pada hasil generalisasi, menjelaskan fenomena secara lebih terukur, serta berbagai pembuktian.. Dipilihnya pendekatan. kuantitatif pada penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini, yaitu Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. 3.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan data cross section yaitu data yang terdiri dari beberapa objek pada suatu waktu. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data pada tahun 2014-2018 yang terdiri dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.. Variabel dependen. disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, Sementara variabel independen yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan, Jumlah dan Indeks Pembangunan Manusia.. Universitas Sumatera Utara.

(49) 37. 3.3 Jenis Variabel Penelitian Periode analisa dilakukan pada tahun 2018. Variabel-variabel yang digunakan adalah: 1. Variabel. tergantung. (dependent),. yaitu. tingkat. kemiskinan. di. kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun 2014-2018. 2. Variabel bebas (independent), terdiri dari variabel tingkat pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, jumlah penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia di kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun 20142018. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori-teori dan bahan acuan yang sesuai dari berbagai teks, jurnal penelitian, internet, maupun sumber lainnya untuk dapat menjelaskan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data yaitu data sekunder yang telah ada seperti Badan Pusat Statistik, baik berupa data yang telah tersaji maupun dari internet serta sumber lain yang relevan untuk keperluan analisis dan pembuktian teori sebelumnya.. Universitas Sumatera Utara.

(50) 38. 3.5 Definisi Operasional Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1. Tingkat kemiskinan (TK) adalah perbandingan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan terhadap jumlah total penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Variabel kemiskinan yang disajikan adalah persentase penduduk miskin berdasarkan Head Count Index (HCI) dalam satuan persen. Data diperoleh dari BPS Sumut. 2. Tingkat pertumbuhan ekonomi regional (TPE) dinyatakan sebagai perubahan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini dihitung berdasarkan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan persen. Data diambil dari BPS Sumut. 3. Indeks Gini (IG) adalah ketidakmerataan pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat, yang dicerminkan oleh angka Rasio Gini dihitung dengan menggunkan pendekatan pengeluaran konsumsi masyarakat.. Data. diperoleh dari BPS. 4. Jumlah Penduduk (JP) adalah variabel jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Sumut yang dinyatakan dalam satuan jiwa. 5. Indeks Pembangunan Manusia adalah indikator untuk mengukur kualitas hidup manusia yang dibangun berdasarkan tiga dimensi yaitu umur. Universitas Sumatera Utara.

(51) 39. panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak.. Data. diperoleh dari BPS.. Universitas Sumatera Utara.

(52) 40. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi data panel sebagai alat pengolahan data. Analisis regresi data panel adalah gabungan dari data timeseries dan data Crosssection pada penelitian ini data yang digunakan adalah 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Perhitungan data menggunakan E-views 9. Terdapat beberapa keunggulan yang diperoleh dengan menggunakan data panel menurut Gujarati (2013) dibandingkan dengan hanya menggunakan data cross-section murni atau time-series murni adalah: a. Teknik estimasi data panel dapat mengatasi heterogenitas dalam setiap unit secara eksplisit dengan memberikan variabel spesifik subyek. b. Penggabungan observasi time-series dan cross-section memberikan lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, dan sedikit kolinearitas antarvariabel, lebih banyak degree of freedom dan lebih efisien. c. Dengan mempelajari observasi cross-section berulang-ulang, data panel sangat cocok untuk mempelajari dinamika perubahan. d. Data panel dapat mendeteksi dan mengukur dampak secara sederhana tidak dapat diukur oleh data cross-section murni atau time-series murni. e. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit. f. Data panel dapat meminimumkan bias yang dihasilkan oleh agregasi variabel cross dengan jumlah yang banyak.. Universitas Sumatera Utara.

(53) 41. Model persamaan yang akan diestimasi dalam penelitian ini adalah:. Keterangan: TK. = Besarnya tingkat kemiskinan (persen). TPE. = Besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi (persen). IG. = Indeks Gini (rasio). JP. = Jumlah Penduduk (jiwa). IPM. = Indeks Pemabangunan Manusia = error term. 0. = Konstanta. i. = Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. t. = Tahun. 3.6.1 Uji Spesifikasi Model Sebelum melakukan regresi, langkah yang dibutuhkan adalah melakukan pengujian estimasi model untuk menentukan model terbaik yang akan digunakan dalam persamaan ekonometrika.. Untuk menentukan model mana yang akan. dipakai, maka dilakukan pengujian diantaranya: a. Uji Chow Uji spesifikasi model bertujuan untuk menentukan model analisis data panel yang akan digunakan. Terdapat dua pilihan model yaitu fixed effect model (FEM) atau common effect model (CEM). Hipotesa yang digunakan adalah: H0. : Common Effect Model. Universitas Sumatera Utara.

(54) 42. H1. : Fixed Effect Model. Apabila hasil uji Chow mengasilkan probabilitas Chi-Square lebih dari 0,05 maka model yang digunakan adalah model Common Effect Model. Sebaliknya, apabila probabilitas Chi-Square yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka model yang digunakan adalah model Fixed Effect Model. Pada saat model yang terpilih adalah Fixed Effect Model maka diperlukan uji Hausman. b. Uji Hausman Uji Hausman digunakan untuk memilih model Fixed Effect atau Random Effect. Hipotesa yang digunkana adalah: H0. : Random Effect Model. H1. : Fixed Effect Model. Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan uji Hausman adalah jika H0 diterima maka model yang digunkan adalah Random Effect dan jika H0 ditolak maka digunakan model Fixed Effect.. Apabila nilai. Probabilitas kurang dari taraf signifikansi 5% maka model yang digunakan adalah Fixed Effect Model dan jika nilai probabilitas lebih dari taraf signifikansi 5% maka model yang digunakan adalah Random Effect Model. c. Uji Lagrange Multiplier Uji Lagrange Multiplier digunakan untuk memilih model antara Common Effect Model (CEM) atau Random Effect Model (REM). Dengan pengambilan keputusan Uji LM sebagai berikut:. Universitas Sumatera Utara.

(55) 43. Jika nilai prob. Breusch-Pagan < 0.05, maka model yang terbaik adalah REM Jika nilai prob. Breusch-Pagan > 0.05, maka model yang terbaik adalah CEM 3.6.2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel. independen terhadap variabel dependen. Adapun uji hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut. 3.6.2.1 Uji t Statistik (Parsial) Fungsi uji t (t-test) adalah untuk menentukan signifikan suatu variabel bebas secara individual dalam mempengaruhi variabel tidak bebas.. Tahapan. dalam uji t adalah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis H0 : β1 = 0. (berarti. variabel. independen. secara. individu. tidak. berpengaruh terhadap variabel dependen) H0 : β1 ≠ 0. (berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen). b. Menentukan nilai α Nilai α yang dipilih adalah 0,05 c. Menentukan penghitung nilai t 1) Dimana: α. = Derajat signifikansi. Universitas Sumatera Utara.

(56) 44. N. = Banyak data yang digunakan. K. = Banyaknya parameter atau koefisien regresi ditambah konstanta. 2) t hitung ( ). Dimana: = Koefisien Regresi = Standar error koefisien regresi d. Kriteria Pengujian Apabila thitung < ttabel atau p-value > α maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak artinya variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika t hitung > ttabel atau pvalue < α maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.. Universitas Sumatera Utara.

(57) 45. 3.6.2.2 Uji F Statistik (Simultan) Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dimana Fhitung ditetapkan sebagai berikut ini: ( (. ) )(. ). Dimana: R2. = Koefisien determinasi berganda. k. = Jumlah Koefisien. N. = Jumlah seluruh observasi. Hipotesanya sebagai berikut: H0 : β1 = β2 =…= βk = 0 = tidak ada pengaruh H1 : β1 ≠ β2 ≠ …≠ βk ≠ 0 = ada pengaruh Jika nilai P-Value > nilai α maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika nilai P-Value < nilai α maka H0 ditolak atau H1 diterima Penggunaan P-Value apabila P-Value Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesa alternative (H1) diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama signifikan dan mempengaruhi variabel terikatnya. Apabila PValue Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat disimpulkan variabel bebas tidak signifikan mempengaruhi dengan variabel terikatnya.. Universitas Sumatera Utara.

(58) 46. 3.6.2.3 Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit) Uji kecocokan model menunjukkan kualitas model yang sudah dianalisis. Uji Goodness of Fit dilakukan dengan menghitung koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R2 atau R-squared. Nilai R2 selalu berada di antara 0 sampai 1. Semakin besar nilai R2, semakin baik kualitas model, karena semakin dapat menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan independen.. R2 yang. digunakan adalah R2 yang telah memperhitungkan jumlah variabel independen dalam suatu model regresi atau disebut dengan adjusted R2. Dengan rumus: (. ̅. )(. ). Dimana: R2. = Koefisien determinasi berganda. k. = Jumlah seluruh variabel. N. = Jumlah seluruh observasi. Universitas Sumatera Utara.

(59) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Provinsi Sumatera Utara secara geografis terletak antara 1 0 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur serta diapit oleh lautan India di bagian Barat dan Selat Malaka di bagian Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi lain: di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, di sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,00 km 2 atau sekitar 8,58 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 km2 atau 8.40 persen, kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 km2 atau sekitar 8,26 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Tebing Tinggi dengan luas 31,00 km 2 atau sekitar 0,04 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara.. Wilayah administratif. Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2018 terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Selanjutnya, kabupaten/kota tersebut terdiri atas 451 kecamatan dan 6.136 desa.. .. Universitas Sumatera Utara.

(60) 48. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Sex Ratio di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018 Jumlah Penduduk Sex Tahun Total Ratio Laki-laki Perempuan 2014 6.868.587 6.898.264 13.766.851 99,57 2015 6.954.552 6.983.245 13.937.797 99,59 2016 7.037.326 7.065.585 14.102.911 99,60 2017 7.116.896 7.145.251 14.262.147 99,60 2018 7.193.200 7.222.191 14.415.391 99,60 Sumber: Provinsi Sumatera Utara (Beberapa Tahun Terbitan) Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang mengakibatkan naiknya total jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara, dimana rata-rata pertambahan penduduk laki-laki sebesar 7.034.112 jiwa dan rata peningkatan jumlah penduduk wanita setiap tahunnya adalah 7.062.907,2 jiwa. Pertambahan total jumlah penduduk juga diikuti oleh naiknya rasio jenis kelamin dimana tiga tahun terahir berada pada angka 99,60. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018 Kelompok Umur Rasio Tahun Ketergantungan 0-14 15-64 65+ 2014 4.436.069 8.789.765 541.017 56,62% 2015 4.463.851 8.913.509 560.437 56,37% 2016 4.485.608 9.033.897 583.406 56,11% 2017 4.502.601 9.149.649 609.897 55,88% 2018 4.516.320 9.258.977 640.094 55,69% Sumber: Provinsi Sumatera Utara Beberapa Tahun Terbitan (Diolah) Selanjutnya, berdasarkan kelompok umur penduduk di Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 2014-2018 selalu mengalami kenaikan dan didominasi oleh penduduk usia dewasa atau produktif dengan rata-rata kenaikan setiap. Universitas Sumatera Utara.

(61) 49. tahunnya adalah 9.029.159 jiwa. Tabel 4.2 juga menunjukkan bahwa terdapat perbaikan tingkat kesehatan masyarakat, dapat dilihat dari semakin naiknya jumlah penduduk usia 65 tahun keatas yang sampai pada tahun 2018 telah mencapai 640.094 jiwa.. Dengan struktur umur tersebut, angka rasio. ketergantungan (dependency ratio) penduduk Sumatera Utara cenderung menurun pada tahun 2014, angka rasio ketergantungan adalah 56,62 persen sampai pada tahun 2018 mejadi 55,69 persen. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif di Sumatera Utara harus menanggung sekitar 55 orang usia tidak produktif. Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif.. Sebaliknya, semakin kecil angka. ketergantungan semakin kecil beban yang ditanggung penduduk usia produktif sehingga pada akhirnya semakin kecil pula hambatan atas upaya perkembangan daerah (BPS). 4.2 Analisis Data Penelitian Berikut adalah kondisi tingkat kemiskinan, tingkat pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, angka harapan hidup, jumlah penduduk, dan pendidikan di Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut: a. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standard hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari persentase penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan.. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 2.4  Kerangka Konseptual  Sumber: Penulis
Tabel 4.8  Hasil Uji Chow
Tabel 4.9  Hasil Uji Hausman
Tabel 4.10  Nilai t-statistik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per

Survei Demografi dan Kesehatan Indonsia Tahun 2012 , Medan: BKKBN Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Pemerintah

Penelitian ini menganalisis pengaruh jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi

Hasil penelitian menunjukkan permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh harga cabai merah, harga cabai rawit, jumlah penduduk

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan September 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara

Badan Pusat Statistik.2015.Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara 2015.. Medan: BPS

mempengaruhi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara antara lain harga riil.. kedelai, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Provinsi

Tambun dan Rita Herawat (2018) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan