• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsentrasi Siswa 1. Pengertian konsentrasi

Konsentrasi menurut Sardiman (2007: 40) dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak ”perhatian” sekedarnya.

Konsentrasi menurut G. G. Neill Wright (dalam Gie, 1995: 138) adalah keterserapan dalam mata pelajaran yang seseorang sedang mempelajarinya sampai titik kebutaan dan ketulian terhadap semua hal lainnya (absorption in the subject one is studying to the point of blindness and deafness to all else). Banyak ahli keterampilan studi berpendapat bahwa pemusatan pikiran atau konsentrasi adalah suatu kebiasaan dan oleh karenanya dapat dilatih oleh setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin mencapainya.

Konsentrasi menurut Slameto (2003: 86) adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Menurut Susanto (2006: 46) konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan anak dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran jika dia bisa memusatkan perhatian pada apa yang dipelajari.

(2)

Dengan berkonsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di luar yang dipelajarinya.

Dari pengertian konsentrasi di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi siswa adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian siswa pada suatu situasi belajar. Artinya tindakan atau pekerjaan yang siswa lakukan dilakukan secara sungguh-sungguh dengan memusatkan seluruh panca indra, penciuman, pendengaran, pengelihatan dan fikiran siswa. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi di antaranya adalah a. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang dipelajari

b. Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan dendam. c. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.

d. Kondisi kesehatan jasmani.

e. Kebosanan terhadap pelajaran atau sekolah. ( Slameto, 2003: 87 )

3. Indikator konsentrasi

Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat dirumuskan indikator sebagai berikut: Tabel 2.1 : Indikator konsentrasi siswa

Dimensi Indikator Pengertian konsentrasi menurut Sardiman

(2007: 40) konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar.

- Pikiran dan perasaan terpadu pada pelajaran.

- Perhatian tidak menyebar. Konsentrasi menurut G. G. Neill Wright

(dalam Gie, 1995: 138) adalah keterserapan

(3)

dalam mata pelajaran yang seseorang sedang mempelajarinya sampai titik kebutaan dan ketulian terhadap semua hal lainnya.

dengan belajar.

- Semua pikiran terarah ke satu fokus.

Pengertian konsentrasi menurut Slameto (2003: 86) konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.

- Tidak terpengaruh oleh hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan proses belajar.

- Antusias belajar tinggi. Menurut Susanto (2006: 46) konsentrasi

adalah kemampuan seseorang untuk bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama.

- Mampu memusatkan perhatian dalam waktu lama.

- Perhatian penuh sampai proses belajar selesai.

4. Cara meningkatkan konsentrasi

Walter Pauk ( dalam Gie, 1995: 142) mengemukakan teknik-teknik melakukan konsentrasi diantaranya :

a. Siswa hendaknya mempunyai suatu sikap positif.

Sikap yang positif itu misalnya ialah memandang studi sebagai suatu kesempatan untuk belajar dari pada sebagai suatu tugas tak menyenangkan yang harus diselesaikan.

b. Siswa hendaknya membatasi peralihan-peralihan perhatiannya.

Siswa sering mengalihkan perhatiannya merupakan hal yang wajar, tetapi peralihan-peralihan itu perlu dibatasi pada pokok soal yang sedang dipelajari.

c. Siswa hendaknya menggunakan teknik laba-laba.

(4)

tertangkap, laba-laba itu mengabaikan getaran selanjutnya. Siswa hendaknya juga belajar mengabaikan hal-hal yang mula-mula mengganggu perhatian sewaktu belajar seperti misalnya orang-orang yang lalu lalang didekatnya.

d. Siswa hendaknya mengabaikan suara di sekitarnya.

Suara dari sekeliling tempat studi selalu ada. Siswa perlu berusaha sebaik mungkin untuk mengabaikan suara yang tak terhindarkan itu.

e. Siswa hendaknya mengusahakan segala perlengkapan studinya.

Sebelum mulai duduk melakukan studi, siapkan segala perlengkapan seperti pensil, kertas, dan buku-buku yang diperlukan. Kemudian siswa duduk melakukan studi.

Untuk meningkatkan konsentrasi maka perlu diusahakan pembelajaran yang tepat yaitu dengan Tutor Sebaya, karena ketika siswa belajar dengan Tutor Sebaya, siswa dapat mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. (Saripah: 38)

5. Kendala meningkatkan konsentrasi

Persoalan menciptakan konsentrasi tidaklah sederhana, karena banyak sekali gangguan perhatian siswa. Gangguan pehatian (distraction) adalah segenap faktor yang mengalihkan perhatian seseorang dari apa yang sedang dilakukannya dengan penuh perhatian. Jadi konsentrasi tidak dapat tercipta dan bertahan terus secara mudah karena mempunyai musuh berupa distraksi yang selalu berusaha mengganggunya. Gangguan perhatian itu wujudnya bermacam-macam.

(5)

memecah perhatiannya dalam mengerjakan sesuatu. Gangguan perhatian dalam adalah segenap fikiran, emosi dan persoalan dalam diri seseorang yang mengaduk perhatiannya sehingga tidak dapat dipusatkan. (Gie: 140)

B. Pembelajaran Tutor Sebaya 1. Pengertian Tutor Sebaya

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang seorang guru menjumpai siswanya lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan yang lain dari pada gurunya karena tidak adanya rasa enggan atau malu bertanya. Jika demikian keadaannya, maka guru dapat minta bantuan kepada anak/siswa yang dapat menerangkan kepada kawannya untuk memberikan bimbingan belajar. Hal demikian disebut Tutor Sebaya (Arikunto, 1986: 62)

Peer tutoring atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya. Tipe pertama adalah mengajar dan pembelajar diusia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar.

Seorang tutor dapat berasal dari teman sekelas ataupun yang mempunyai umur sebaya. Arikunto (1986: 62) mengemukakan bahwa seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai tetapi yang terpenting memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang akan ditutorkan, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.

(6)

c. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.

d. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.

2. Kelebihan dan kesulitan Tutor Sebaya

Arikunto (1986: 64) mengemukakan pendapat tentang kelebihan cara belajar dengan Tutor Sebaya. Kelebihan dari cara belajar Tutor Sebaya antara lain:

a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru.

b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan memperkuat konsep yang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalkannya kembali.

c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.

d. Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosialnya. e. Memberikan pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada guru, dan tutor

sebaya

Namun di samping kebaikan tersebut, ada kesulitan dalam melaksanakan tutor sebaya, ini karena :

(7)

b. Pada kelas-kelas tertentu kegiatan tutor sebaya ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi bantuan oleh tutor.

c. Bagi guru sulit menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing.

Tutor mempunyai hak diberikan materi lebih mendalam dari pada siswa-siswa lain. Tutor juga berhak membaca dan dipinjami semua buku yang digunakan guru maupun buku-buku lain sebagai penunjang. Di samping tutor mempunyai hak, tutor juga mempunyai kewajiban antara lain: mengatur atau memimpin siswa lain, membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar dan seorang tutor tidak boleh egois artinya kepintaran tutor tidak boleh hanya untuk diri sendiri.

3. Langkah-langkah Tutor Sebaya

Sedangkan menurut Arikunto (1986: 72) hal-hal yang harus dilakukan oleh guru jika menggunakan Tutor Sebaya adalah :

a. Mengadakan latihan bagi para tutor Latihan dapat dilakukan dengan 2 cara :

1) Melalui latihan kelompok kecil dimana hal ini yang mendapatkan latihan hanya anak-anak yang akan menjadi tutor.

Contoh : Guru memberikan latihan secara terpisah kepada tutor. Tutor boleh meminjam semua buku milik guru.

(8)

Contoh: Guru memberikan latihan secara klasikal artinya guru dalam menjelaskan materi bersama-sama dengan siswa yang lain. Antara siswa dan tutor memperoleh penjelasan yang sama.

Dalam penelitian ini peneliti memilih melalui latihan secara klasikal. b. Menyiapkan petunjuk tertulis baik di papan tulis atau di kertas

Petunjuk tertulis ini harus jelas dan rinci sehingga setiap siswa dapat memahami dengan satu tafsiran untuk melaksanakannya. Selain itu harus dicantumkan pula bentuk serta cara melaporkan hasil kerja untuk setiap siswa.

Contoh : Guru menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam setiap langkah yang akan dikerjakan. Misal dalam LKS, maka guru harus menyiapkan petunjuk pengerjaan LKS secara jelas.

c. Menetapkan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap kelompok agar apabila terjadi ketidakberesan, guru dengan mudah dapat menegurnya.

Contoh : Tutor bertanggung jawab atas kelompok yang dipimpinnya, sehingga apabila terdapat hal seperti siswa sulit untuk berkonsentrasi belajar dan bahkan mengganggu teman yang lain maka tutor berhak menyampaikan kepada guru untuk ditindak lanjuti.

d. Guru mempunyai peran untuk menjadi fasilitator dan berperan mengawasi tutor maupun siswa yang dibimbing oleh tutor untuk segera dapat melihat kesulitan serta mengambil langkah seperlunya.

(9)

kelompoknya. Jika terdapat masalah yang tidak dapat terpecahkan oleh tutor maka guru membantu untuk memecahkan masalah tersebut.

Suatu hal yang sangat ditekankan yaitu tutor tugasnya bukanlah mengajar seperti yang dilakukan oleh guru, tetapi hanya memimpin kawan-kawannya agar mereka terlepas dari kesulitan memahami bahan pelajaran. Jika tutor tersebut memberikan bimbingan kepada teman sekelasnya di sekolah maka guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Beberapa siswa yang pandai disuruh memahami suatu topik. Contoh : Siswa mempelajari materi kubus dan balok

(2) Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya.

Contoh : Guru menerangkan sifat-sifat kubus dan balok dan bagian-bagiannya.

(3) Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuan bimbingan kepada teman sekelompoknya.

Contoh : Siswa dibentuk 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 siswa, dan setiap kelompok ditempatkan satu tutor.

(4) Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus.

Contoh : Jika terdapat siswa yang memerlukan perhatian khusus maka guru dapat membimbingnya sendiri.

(5) Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru.

Contoh : Jika tutor tidak bisa memecahkan permasalahan, maka tutor bisa meminta bantuan kepada guru.

(10)

Contoh : Ketika siswa mendiskusikan dengan kelompok lain untuk membahas jawaban, guru memberikan pengawasan.

Kegiatan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan Tutor Sebaya adalah : (1) Siswa mempelajari suatu topik yang akan disajikan.

(2) Siswa dibagi berkelompok dengan 3 - 4 anggota yang heterogen dan di tambah satu tutor, maka guru mengawasinya.

(3) Siswa berdiskusi dengan anggota kelompok serta tutornya tentang tugas yang diberikan oleh guru.

(4) Siswa mendiskusikan dengan kelompok lain untuk membahas jawaban tugas yang diberikan.

(5) Semua siswa aktif untuk bertanya tentang materi yang belum diketahui.

Disamping tutor memberikan bimbingan kepada teman sekelasnya disekolah, tutor juga dapat memberikan bimbingan kepada teman sekelasnya di luar kelas. Langkah-langkah yang dapat diambil adalah :

(1) Guru menunjuk siswa yang pandai untuk memimpin kelompok belajar di luar kelas. (2) Tiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang pandai itu, sesuai dengan minat,

jenis kelamin, jarak tempat tinggal dan pemerataan jumlah anggota kelompok. (3) Guru memberi tugas yang harus dikerjakan para siswa di rumah.

(4) Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di kelas. (5) Kelompok yang berhasil baik diberi penghargaan.

(11)

C. Pokok Bahasan Kubus dan Balok

Pada mata pelajaran matematika SMP/MTs kelas VIII semester 2 pokok bahasan kubus dan balok meliputi:

a. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-bagiannya: 1. Mengenal bentuk bangun ruang

2. Mengenal dan menyebutkan unsur-unsur utama pada kubus b. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-bagiannya :

1. Menyebutkan diagonal kubus dan diagonal balok

2. Mengenal dan menyebutkan unsur-unsur utama pada kubus c. Membuat jaring-jaring kubus dan balok

1. Menentukan model kerangka kubus 2. Membuat jaring-jaring kubus

d. Membuat jaring-jaring kubus dan balok 1. Menentukan model kerangka balok 2. Membuat jaring-jaring balok

e. Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok 1. Mencari rumus luas permukaan kubus dan balok 2. Menghitung luas permukaan kubus dan balok

f. Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok 1. Mencari rumus volume kubus dan balok

(12)

D. Kerangka Berfikir

Indikator konsentrasi siswa

1. Pikiran dan perasaan terpadu pada pelajaran. 2. Perhatian tidak menyebar.

3. Mampu mengabaikan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan belajar.

4. Semua pikiran terarah ke satu fokus.

5. Tidak terpengaruh oleh hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan proses belajar. 6. Antusias belajar tinggi.

7. Mampu memusatkan perhatian dalam waktu lama.

(13)

Berdasarkan hasil observasi bahwa indikator-indikator di atas masih dinyatakan rendah

Diberi perlakuan melalui pembelajaran dengan Tutor Sebaya: Adapun langkah-langkahnya :

(1) Beberapa siswa yang pandai disuruh memahami suatu topik.

(2) Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya.

(3) Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuan bimbingan kepada teman sekelompoknya.

(4) Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus.

(5) Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru.

(6) Guru mengawasi evaluasi.

Dengan adanya perlakuan pembelajaran dengan Tutor Sebaya diharapkan indikator-indikator konsentrasi siswa yang telah tersebut diatas dapat meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 :  Indikator konsentrasi siswa

Referensi

Dokumen terkait

bangunan gedung adalah fenomena puntir yang terjadi pada balok tepi (eksterior). Momen torsi dalam balok menimbulkan tegangan geser torsi sehingga. secara akumulatif menambah

Bluetooth sendiri dapat berupa card yang bentuk dan fungsinya hampir sama dengan card yang digunakan untuk wireless local area network (WLAN) dimana menggunakan frekuensi radio

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan alat peraga garis bilangan dan GUA (Guci

Kemudian bagian ke dua dari video ini yaitu ilustrasi, dengan adanya ilustrasi di video edukasi ini bertujuan agar video ini lebih jelas, serta ingin memberi gambaran

Jelaskan dalam bentuk tulisan tentang apa yang akan terjadi pada mahluk hidup dan beda tak hidup jika tumbuhan musnah dari muka bumi.

Secara lebih konkret, dalam kerangka etika utilitarianisme kita dapat merumuskan tiga criteria objektif yang dapat dasar objektif sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Untuk kendaraan bermotor tipe baru serta kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori L3 (roda dua dengan kapasitas silinder > 50 cm3 atau kecepatan maksimum >