DAN EKONOMIS DALAM PENERAPAN INDUSTRI HIJAU
Efficient and economical strategy for the batik industry wastewater treatment process in implementation the green industry
Rame
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, Jl. Ki Mangunsarkoro No.6, Karangkidul, Kec.
Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Korenspondesi Penulis
Email : [email protected]
Kata kunci: strategi, industri batik, pengolahan air limbah, industri hijau Keywords: strategy, batik industry, wastewater treatment, green industry
ABSTRAK
Industri batik menghasilkan air limbah yang mengandung bahan sintetis yang bersifat kompleks untuk degradasi. Berbagai inovasi sistem pengolahan air limbah batik telah dipublikasikan, yaitu proses sekuensial, teknologi oksidasi lanjutan berupa elektrokatalitik, fotokatalitik, dan metode terintegrasi.
Namun berbagai teknologi yang dimanfaatkan memerlukan benchmarking dalam kepastian kinerjanya untuk menjamin penerapan industri hijau berkelanjutan. Tinjauan literatur berdasarkan database ScienceDirect dilakukan sebagai evaluasi awal prinsip peduli lingkungan, yaitu efisiensi air, energi, dan bahan baku. Penelusuran artikel menggunakan kata kunci "batik", dilanjutkan kata kunci "pengolahan air limbah". Evaluasi strategi berdasarkan efisiensi kinerja dalam mengolah air limbah industri batik sesuai baku mutu, emisi gas rumah kaca, dan aspek ekonomi sirkular.
ABSTRACT
Batik industry produces wastewater containing complex synthetic materials to be degraded. Various systems innovations to treat batik wastewater have been published, namely sequential processes and advanced oxidation technologies in electrocatalytic, photocatalytic, and integrated methods. However, the various technologies used require benchmarking to ensure their performance to ensure a sustainable green industry. A literature review based on the ScienceDirect database was carried out as an initial evaluation of the principles of caring for the environment, namely water efficiency, energy, and raw materials. Search articles using the keyword "batik," followed by the keyword "wastewater treatment."
Strategy evaluation based on performance efficiency in treating batik industry wastewater according to quality standards, greenhouse gas emissions, and circular economy aspects.
E.02 | 2 PENDAHULUAN
Batik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Oktober 2009. Batik telah menjadi ciri pembeda budaya Indonesia dan telah ada selama ribuan tahun. Batik adalah jenis kain yang digunakan untuk membuat pola yang mirip dengan yang ditemukan pada tekstil batik. (Ismail et al. 2012). Tekstil Batik merupakan tekstil bermotif batik yang tidak memiliki bau lilin. Sedangkan kain batik masih memiliki bau lilin. Batik Indonesia yang dikenal di seluruh dunia sebagai batik merupakan salah satu contoh warisan budaya yang telah turun temurun di Indonesia. Untuk mencapai warna batik yang semarak, kain batik buatan tangan menggunakan lilin sebagai perintang warna, yang merupakan metode tradisional dalam memproduksi batik. Untuk melestarikan dan mempromosikan batik sebagai salah satu kekayaan warisan budaya Indonesia, berbagai upaya dan inisiatif telah dilakukan. Inisiatif konservasi dan promosi tidak akan berhasil kecuali masyarakat umum turut dilibatkan. Partisipasi masyarakat umum sangat penting untuk keberhasilan program konservasi. Manfaat ganda telah dihasilkan dari ekspansi industri batik Indonesia, yang pada khususnya menguntungkan industri kecil dan menengah (Nurhaida et al. 2015).
Manfaat ekonomi dari penerapan standar kompor listrik otomatis telah terbukti dalam sejumlah penelitian, seperti studi di PT. PMC Teknikindo, sebuah UKM Indonesia yang memproduksi kompor listrik otomatis untuk batik. Kompor listrik otomatis menghasilkan penggunaan energi secara efisien dan efektif. Penelitian menemukan bahwa penerapan standar pada PT. PMC Teknikindo menghasilkan manfaat ekonomi yang diperkirakan sebesar
$5,432,5 USD per tahun. Efisiensi fungsi bisnis dan jumlah uang yang diperoleh dari penjualan barang dapat ditingkatkan sehingga menghasilkan manfaat ekonomi (Kristiningrum et al.
2021).
Di Indonesia, batik terdiri dari berbagai macam pola yang disusun berulang-ulang untuk menggambarkan motif dasar kain secara keseluruhan, yang disebut sebagai motif dasar kain batik (Rangkuti, Harjoko, dan Putra 2021). Menurut pemerintah Indonesia, industri batik merupakan salah satu dari 14 industri kreatif yang terus-menerus didukung pertumbuhannya.
Industri batik memiliki potensi untuk berkembang di masa depan sebagai hasil dari posisinya sebagai komponen industri kreatif. Di kota Solo terdapat dua daerah yang terkenal dengan pembuatan batiknya yaitu Kampung Batik Kauman dan Laweyan yang keduanya berada dalam satu kabupaten (Novani, Putro, dan Hermawan 2015).
Limbah rumah tangga dan industri di Indonesia berkontribusi terhadap pencemaran logam berat, yang merupakan masalah global yang sangat akut di negara berkembang. Dalam hal polutan, termasuk logam berat, masuk ke lingkungan, yang melebihi tingkat toleransi yang dapat diterima dan menjadi racun bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Harmesa dan Cordova 2021). Sejumlah besar air limbah dihasilkan di industri batik dan tekstil, yang sebagian besar dihasilkan selama proses pencelupan dan pencetakan. Limbah cair batik mengandung berbagai bahan sintetis yang sulit terurai, serta pewarna dan pigmen, sehingga merupakan limbah berbahaya untuk langsung dibuang ke lingkungan. Senyawa organik non-
E.02 | 3 biodegradable, seperti yang ditemukan dalam limbah batik atau industri tekstil, dapat mencemari lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan menyebabkan pencemaran lingkungan (Sutisna et al. 2017).
Sejumlah karakteristik membedakan air limbah batik yang dihasilkan dengan teknik menggambar tangan, termasuk warna yang intens, pH yang sedikit basa, konsentrasi COD dan BOD masing-masing hanya 800 dan 500 mg/L, dan kandungan bahan organik yang tinggi.
Karena tingginya konsentrasi COD dan BOD dalam limbah, maka dapat menimbulkan ancaman tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia jika dilepaskan ke lingkungan tanpa pengolahan. Ketika bahan kimia yang digunakan dalam beragam tahapan pembuatan batik, seperti pewarna, lilin, tawas, dan pati digabungkan, maka karakteristik kimia dan fisik dari air limbah yang dihasilkan akan berubah (Mukimin et al. 2018). Dalam pengolahan air limbah, industri batik membutuhkan pendekatan industri hijau yang didasarkan pada praktik berkelanjutan agar efisien, hemat biaya, dan ramah lingkungan.
METODOLOGI PENELITIAN
Tinjauan literatur berdasarkan database ScienceDirect dilakukan sebagai evaluasi awal prinsip peduli lingkungan, yaitu efisiensi udara, energi, dan bahan baku. Penelusuran artikel menggunakan kata kunci "batik", dilanjutkan kata kunci "pengolahan air limbah". Evaluasi strategi berdasarkan efisiensi kinerja dalam mengolah air limbah industri batik sesuai baku mutu, emisi gas rumah kaca, dan aspek ekonomi sirkular. Evaluasi nilai emisi gas rumah kaca secara tidak langsung berdasarkan konsumsi energi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berbagai inovasi sistem pengolahan air limbah batik telah dipublikasikan, yaitu proses sekuensial, teknologi oksidasi lanjutan berupa elektrokatalitik, fotokatalitik, dan metode terintegrasi. Namun berbagai teknologi yang dimanfaatkan memerlukan benchmarking dalam kepastian kinerjanya untuk menjamin penerapan industri hijau berkelanjutan.
Penggunaan bahan kimia HCl konsentrasi tinggi memerlukan operator IPAL yang kompeten. Aplikasi HCl dan MgO akan menghasilkan produk samping lumpur berbahaya yang memerlukan proses pengolahan tambahan. Sedangkan karbon aktif memerlukan aktivasi secara rutin untuk menjaga kinerjanya, meskipun dalam implementasi pada IPAL hanya memerlukan pompa untuk distribusi dan dosing pump untuk penambahan bahan kimia.
Namun biaya operasi IPAL akan tinggi karena komponen pembelian bahan kimia HCl dan MgO. Kinerja teknologi ini sangat bagus karena dapat menurunkan COD yang tersisa untuk <
50 mg dan separasi hampir 90% Si (tersisa < 300 mg / L) (Birgani et al. 2016). Kondisi operasional mengharuskan pH 3 memerlukan pengolahan tambahan dengan bahan kimia untuk proses netralisasi. Pendekatan teknologi berhasil mencapai persyaratan parameter COD namun memerlukan biaya operasi relatif tinggi, proses pengolahan tambahan, dan potensi produk samping beracun.
E.02 | 4 Teknologi elektrokatalitik merupakan salah satu pengembangan oksidasi tingkat lanjut berbasis elektrokimia. Pendekatan elektrokatalitik diterapkan pada air limbah tekstil bermotif batik dengan kapasitas reaktor 1,2 m3. Hasil studi menunjukkan kinerja yang tinggi dalam total penghilangan warna dan penurunan COD sebesar 60,8%. Elektroda yang digunakan adalah Ti / RuIrO2 untuk anoda dan stainless steel untuk katoda. Kondisi optimum operasi diperoleh pada tegangan 5 V, waktu 2 jam, kadar garam 4 gL-1 dan pH 5 (Mukimin et al. 2017). Teknologi elektrokatalitik memerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang relatif tinggi. Elektroda Ti / RuIrO2 dan kondisi operasi tegangan 5 V serta pH 5 menyebabkan tingginya biaya pengolahan. Namun implementasi elektrokatalitik pada pengolahan air limbah tekstil bermotif batik tidak memerlukan bahan kimia tambahan dan tidak menghasilkan lumpur yang berbahaya. Waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan relatif singkat sehingga sangat tepat untuk industri batik dengan debit air limbah yang tinggi.
Fotokatalitik dimanfaatkan dalam pengolahan air limbah dari proses pencelupan batik.
Reaksi katalitik menggunakan lembaran plastik berlapis TiO2 dengan iradiasi matahari. Hasil studi fotokatalitik pada 1 liter air limbah di bawah paparan sinar matahari selama 5 hari menghasilkan penurunan COD, BOD, dan TSS sebesar 97, 23 dan 71 poin (Sutisna et al. 2017).
Lembaran plastik berlapis TiO2 dapat digunakan berulang kali dan memanfaatkan radiasi matahari sebagai sumber energi terbarukan merupakan kelebihan keberlanjutan dari fotokatalitik. Meskipun komponen TiO2 sebagai bahan utama nanopartikel memerlukan biaya investasi yang relatif tinggi. Namun biaya operasi fotokatalitik sangat minimal dan ramah lingkungan. Pemanfaatan matahari sebagai sumber energi menyebabkan waktu pengolahan lebih lama sehingga kurang tepat untuk industri batik dengan debit air limbah tinggi.
Teknologi foto-fenton merupakan pengembangan dari proses fenton. Studi pada air limbah batik menggunakan foto-Fenton secara batch dengan lampu UV menunjukkan kinerja yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan penghilangan warna sebesar 99,9%, COD sebesar 91,2%, dan TOC sebesar 78,5%. Kondisi operasi optimum menggunakan intensitas UV=20 W pada pH 5,36 selama 50,7 menit dengan rasio massa H2O2: COD= 8,87 dan H2O2: Fe2+ =4,82 (Buthiyappan and Abdul Raman 2019).
Pendekatan adsorpsi ZwitAd basis bentonite menggunakan 0.2 g adsorben dan diaduk 350 rpm selama 24 jam dilakukan dalam 200 ml air limbah batik. Adsorpsi ZwitAd memiliki fungsi untuk menstabilkan pH air, dekolorisasi dan menurunkan COD. Hasil studi menunjukkan penurunan warna dari 496 menjadi 147 mg / L, nilai pH dari 10,90 menjadi 7,34, dan penurunan COD dari 9800 menjadi 128 ADMI (Azha and Ismail 2021). Proses adsorpsi memerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang relatif rendah. Namun memerlukan biaya perawatan relatif tinggi untuk aktivasi adsorben.
Pengembangan adsorpsi basis kulit salak dan sodium dodesil sulfat telah dilakukan. Hasil studi menunjukkan penurunan COD hingga 50% menggunakan 4 g of adsorben dengan kecepatan alir 1 mL/menit selama 120 menit pada 0,5 l air limbah batik (Fatimah et al. 2020).
E.02 | 5 Kombinasi bioekualisasi dan elektrokatalitik merupakan pengembangan dari elektrokatalitik (Mukimin et al. 2017) dengan penambahan proses biologi. Optimalisasi teknologi diterapkan pada air limbah batik tulis dengan kapasitas tangki bioekualisasi 18 m3 dan reaktor elektrokatalitik 1,2 m3. Kondisi operasi menggunakan tegangan 5 V pada pH 5 dengan distribusi garam 4 g L−1 konsentrasi garam selama 90 menit elektrolisis. Waktu operasi 48 jam mampu menurunkan TSS sebesar 72%, NH3 sebesar 78%, minyak sebesar 39%
dengan efluen memenuhi baku mutu air limbah. Sedangkan penghilangan warna sebesar 94%
dan penurunan COD sebesar 62% memerlukan waktu 3 jam (Mukimin et al. 2018).
Tabel 1. Evaluasi emisi gas rumah kaca dalam mengolah air limbah industri batik
No Teknologi Komponen
investasi
Komponen operasi
Nilai emisi
1
Pengasaman, magnesium oksida, dan karbon aktif
4 3 3,5
2 Elektro katalitik 4 4 4
3 Fotokatalitik 4 2 3
4 Foto-fenton 4 4 4
5 Adsorpsi ZwitAd 3 3 3
6 Bio ekualisasi dan elektrokatalitik
3 3 3
7 Adsorpsi basis kulit salak dan sodium dodesil sulfat
3 3 3
Keterangan:
1 = Sangat rendah 2 = Rendah 3 = Sedang 4 = Tinggi 5 = Sangat Tinggi
Evaluasi emisi gas rumah kaca dilakukan berdasarkan perkiraan konsumsi energi dalam investasi dan operasi pada IPAL batik. Nilai satu diberikan pada pemanfaatan bahan alam tanpa penggunaan motor dan bahan kimia. Sedangkan nilai 2, 3, dan 4 untuk penggunaan motor dan bahan kimia <25%, <50%, dan <75%. Nilai emisi empat atau sangat tinggi diberikan jika tidak ada pemakaian bahan alam ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku dan bahan penolong ramah lingkungan yang digunakan secara efisien dan efektif akan meningkatkan efisiensi konsumsi energi, air dan proses produksi. Sehingga akan menurunkan kuantitas emisi gas rumah kaca. Teknologi elektrokatalitik dan foto-fenton mempunyai nilai emisi sangat tinggi karena dalam preparasi dan operasinya sepenuhnya memakai motor dan bahan kimia. Namun integrasi bioekualisasi bisa menurunkan nilai emisi menjadi tiga. Secara umum pendekatan teknologi pengolahan air limbah batik dalam studi masih tergolong menghasilkan emisi sedang dan tinggi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
E.02 | 6 Penerapan industri hijau pada industri selaras dengan prinsip ekonomi sirkular.
Pembangunan industri rendah karbon merupakan salah satu implementasi ekonomi sirkular.
Pengelolaan limbah industri batik memerlukan komponen bahan penolong, energi, dan air.
Penggunaan teknologi IPAL industri batik dengan emisi gas rumah kaca minimum merupakan upaya produksi bersih sesuai persyaratan teknis industri hijau. Pengolahan air limbah industri batik dapat ditingkatkan melalui efisiensi penggunaan air, energi, dan teknologi ramah lingkungan sebagai upaya mitigasi dan adaptasi penurunan emisi gas rumah kaca.
Pemenuhan kebutuhan manusia melalui efisiensi air, energi, dan bahan baku serta 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Recover, dan Revalue). Pengolahan air limbah merupakan salah satu kegiatan peduli lingkungan. Efluen yang masuk ke badan lingkungan diharapkan sudah memenuhi baku mutu dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun industri batik juga perlu melakukan reuse air limbah untuk menjaga kelestarian sumber daya air. Semua pendekatan pengolahan air limbah batik dalam Error! Reference source not found.
bertujuan untuk efisiensi energi, tapi belum ada yang mencapai tahap 5R.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian terkait teknologi pengolahan air limbah industri batik yang efisien dan ekonomis dalam penerapan industri hijau perlu ditingkatkan. Hasil evaluasi basis literatur menunjukkan bahwa masih sedikit publikasi di database Sciencedirect terkait penelitian sejenis. Penerapan bio ekualisasi dan elektrokatalitik menggunakan reaktor kapasitas 1,2 m3 pada IPAl batik hanya memerlukan waktu 2 hari untuk mencapai pemenuhan baku mutu.
Sedangkan pendekatan teknologi lainnya seperti adsorpsi, fotokatalitik, dan foto-fenton masih terbatas pada penurunan beberapa parameter kualitas air. Evaluasi nilai emisi menunjukkan pendekatan teknologi pengolahan air limbah batik dalam studi tergolong menghasilkan emisi sedang dan tinggi dan belum mencapai tahap 5R. Berdasarkan evaluasi penggunaan komponen bahan penolong, energi, dan air, belum ada rekomendasi teknologi IPAL yang efisien dan efektif untuk pengolahan air limbah batik Namun dari evaluasi perhitungan emisi gas rumah kaca, maka fotokatalitik, adsorpsi ZwitAd, bio ekualisasi dan elektrokatalitik, dan adsorpsi basis kulit salak dan sodium dodesil sulfat merupakan teknologi IPAL yang direkomendasikan bagi industri batik.
Saran
Penelitian di masa depan dapat difokuskan pada teknologi pengolahan basis sumber energi terbarukan dan implementasi 5R. Semakin banyak publikasi terkait keuntungan dan kesuksesan penerapan IPAL yang efisien dan ekonomis akan mendorong industri batik untuk dapat mengoptimalkan kinerja IPAL sesuai konsep industri hijau.
KONTRIBUSI PENULIS
Penulis adalah Kontributor Utama
E.02 | 7 UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Aris Mukimin atas diskusi tentang pengolahan air limbah lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Azha, Syahida Farhan, and Suzylawati Ismail. 2021. “Feasible and Economical Treatment of Real Hand- Drawn Batik/Textile Effluent Using Zwitterionic Adsorbent Coating: Removal Performance and Industrial Application Approach.” Journal of Water Process Engineering 41(April):102093. doi:
10.1016/j.jwpe.2021.102093.
Birgani, Payam Moradi, Navid Ranjbar, Rosniah Che Abdullah, Kien Tiek Wong, Gooyong Lee, Shaliza Ibrahim, Chulhwan Park, Yeomin Yoon, and Min Jang. 2016. “An Efficient and Economical
Treatment for Batik Textile Wastewater Containing High Levels of Silicate and Organic Pollutants Using a Sequential Process of Acidification, Magnesium Oxide, and Palm Shell-Based Activated Carbon Application.” Journal of Environmental Management 184:229–39. doi:
10.1016/j.jenvman.2016.09.066.
Buthiyappan, Archina, and Abdul Aziz Abdul Raman. 2019. “Energy Intensified Integrated Advanced Oxidation Technology for the Treatment of Recalcitrant Industrial Wastewater.” Journal of Cleaner Production 206:1025–40. doi: 10.1016/j.jclepro.2018.09.234.
Fatimah, Is, Imam Sahroni, Mega Selviana Eka Dahlyani, Arien Marini Nur Oktaviyani, and Rico Nurillahi. 2020. “Surfactant-Modified Salacca Zalacca Skin as Adsorbent for Removal of Methylene Blue and Batik’s Wastewater.” Materials Today: Proceedings 44:3211–16. doi:
10.1016/j.matpr.2020.11.440.
Harmesa, and Muhammad Reza Cordova. 2021. “A Preliminary Study on Heavy Metal Pollutants Chrome (Cr), Cadmium (Cd), and Lead (Pb) in Sediments and Beach Morning Glory Vegetation (Ipomoea Pes-Caprae) from Dasun Estuary, Rembang, Indonesia.” Marine Pollution Bulletin 162(October 2020):111819. doi: 10.1016/j.marpolbul.2020.111819.
Ismail, Tubagus, Lili Sugeng Wiyantoro, Meutia, and Munawar Muchlish. 2012. “Strategy, Interactive Control System and National Culture: A Case Study of Batik Industry in Indonesia.” Procedia - Social and Behavioral Sciences 65(ICIBSoS):33–38. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.11.087.
Kristiningrum, Ellia, Meilinda Ayundyahrini, Danar Agus Susanto, Ajun Tri Setyoko, Renanta Hayu Kresiani, and Nova Suparmanto. 2021. “Quantifying the Economic Benefit of Standard on Auto- Electric Stove for Batik Small Medium Enterprises in Indonesia.” Heliyon 7(6):e07299. doi:
10.1016/j.heliyon.2021.e07299.
Mukimin, Aris, Hanny Vistanty, Nur Zen, Agus Purwanto, and Kukuh Aryo Wicaksono. 2018.
“Performance of Bioequalization-Electrocatalytic Integrated Method for Pollutants Removal of Hand-Drawn Batik Wastewater.” Journal of Water Process Engineering 21(July 2017):77–83. doi:
10.1016/j.jwpe.2017.12.004.
Mukimin, Aris, Nur Zen, Agus Purwanto, Kukuh Aryo Wicaksono, Hanny Vistanty, and Abdul Syukur Alfauzi. 2017. “Application of a Full-Scale Electrocatalytic Reactor as Real Batik Printing Wastewater Treatment by Indirect Oxidation Process.” Journal of Environmental Chemical Engineering 5(5):5222–32. doi: 10.1016/j.jece.2017.09.053.
Novani, Santi, Utomo Sarjono Putro, and Pri Hermawan. 2015. “Value Orchestration Platform:
Promoting Tourism in Batik Industrial Cluster Solo.” Procedia - Social and Behavioral Sciences 169(August 2014):207–16. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.01.304.
Nurhaida, Ida, Ary Noviyanto, Ruli Manurung, and Aniati M. Arymurthy. 2015. “Automatic Indonesian’s Batik Pattern Recognition Using SIFT Approach.” Procedia Computer Science 59(Iccsci):567–76.
E.02 | 8 doi: 10.1016/j.procs.2015.07.547.
Rangkuti, Abdul Haris, Agus Harjoko, and Agfianto Putra. 2021. “A Novel Reliable Approach for Image Batik Classification That Invariant with Scale and Rotation Using MU2ECS-LBP Algorithm.”
Procedia Computer Science 179(2019):863–70. doi: 10.1016/j.procs.2021.01.075.
Sutisna, S., Edy Wibowo, Mamat Rokhmat, Dui Yanto Rahman, Riri Murniati, K. Khairurrijal, and Mikrajuddin Abdullah. 2017. “Batik Wastewater Treatment Using TiO2 Nanoparticles Coated on the Surface of Plastic Sheet.” Procedia Engineering 170:78–83. doi: 10.1016/j.proeng.2017.03.015.
E.02 | 9
Lembar Tanya Jawab
Moderator :
Istihanah Nurul Eskani, S.T., M.Ec. Dev.Notulen : Zuriyah, S.Sn
1. Penanya Pertanyaan
Jawaban : :
:
Euis Laela, S.Si (BBKB)
Kandungan apa saja yang terdapat pada kulit buah salak sehingga digunakan dalam penelitian ?
Teknologi yang ketujuh yaitu kombinasi kulit salak yang dikeringkan dengan sodium dodesil sulfat. Kombinasi ini akan menciptakan pori-pori seperti pada karbon aktif. Dengan demikian bisa mengadsorpsi atau menjerat polutan-polutan. Secara kemikal belum saya teliti secara detail, namun secara fungsi kulit salak tersebut memiliki sifat seperti karbon aktif yang mampu mengadsorpsi polutan.
Sangat menarik penjelasannya dan penggunaan kulit salak berasala dari bahan alami.
2. Penanya Pertanyaan
Jawaban
: :
:
Dr. Ir. Retno Widiastuti, MM (BBKB)
Apakah BBTPPI Semarang sudah pernah mencoba pengolahan limbah menggunakan jamur pelapuk putih ?. Apabila sudah bagaimana hasilnya ?
Pada tahun 2016 atau 2017, tim Litbang BBTPPI sudah mencoba menggunakan jamur pelapuk putih untuk mendegradari lignin di dalam limbah industri pati aren di Klaten. Industri terebut menimbulkan tumpukan limbah padat yang cukup menggangu dan berpotensi menganggu sistem perairan di lingkungan sekitar.
Pada limbah padat terdapat selulosa, untuk memanfaat selulosa harus dipisahkan dengan lignin. Secara fungsi sudah bagus namun perlu treatment khusus untuk menjaga kestabilan fungsi jamur pelapuk putih agar tidak terganggu dengan jamur-jamur yang lain.
Limbah bisa dimanfaatkan dengan baik dan dijadikan produk lain yang berguna.
E.02 | 10 3. Penanya
Pertanyaan
Jawaban : :
:
Lilin Indrayani, S.Si, M.Si (BBKB)
Perhitungan IPAL akan berujung pada industriu hijau dan akan terkait juga dengan penghitungan emisi, penghitungan emisi didasarkan dari penghitungan apa ?
Secara emisi dihitung secara tidak langsung yaitu menghitung konsumsi listrik dalam proses penyiapannya dan dalam proses pengolahan pemanfataanya, belum dihitung secara detail masih kualitatif belum dihitung secara kuantitatif.
Kalau pada industri hijau, emisi dihitung pada prroses produksinya.