• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA SUKU NIAS DI DESA LAURU FADORO KECAMATAN AFULU KABUPATEN NIAS UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA SUKU NIAS DI DESA LAURU FADORO KECAMATAN AFULU KABUPATEN NIAS UTARA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA SUKU NIAS DI DESA LAURU FADORO KECAMATAN AFULU

KABUPATEN NIAS UTARA

SKRIPSI Oleh:

Hardiyanti Zebua 101101076

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Terpuji Tuhan atas Karunia-Nya yang memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Nias di Desa Lauru Fadoro Kec. Afulu Kab. Nias Utara”

Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung, memotivasi dan membimbing penulis baik materi, tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Siti Zahara Nasution, SKp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Farida L.S siregar , S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I.

5. Lufthiani, S.Kep, Ns. M.Kes. CWCCA selaku dosen penguji II.

(4)

6. Nur Afi Darti, SKp, M.kep selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu selama proses perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang tersayang Otoni Zebua dan Niama Daeli serta abang dan adikku (Olan, Winner, Lia, Eka dan Pretty) yang telah memberikan dukungan dan sumbangan baik moril maupun material serta semangat.

9. Teman –teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk dukungan, bantuan selama proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengcapkan terimakasih.

Medan, 7 Juli 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Halaman pengesahan ... ... ii

Kata pengantar ... iii

Daftar isi ... v

Daftar skema ... vii

Daftar tabel ... viii

Daftar lampiran ... ix

Abstrak ... x

Bab I. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

Bab II. Tinjaun Pustaka ... 7

2.1. Konsep keluarga ... . 7

2.1.1. Definisi Keluarga ... . 7

2.1.2. Bentuk Keluarga ... 8

2.1.3. Dimensi Dasar Struktur Keluarga ... 9

2.1.4. Fungsi Pokok keluaga... 11

2.1.5. KesehatanKeluarga... 12

2.1.6. Interaksi Sehat Sakit Keluarga ... 12

2.1.7. Tugas Kesehatan Keluarga ... 14

2.2.Suku Nias ... 15

2.2.1. Asal Usul Suku Nias... 15

2.2.2. Kehidupan Masyarakat Nias... 17

2.2.3. Kekerabatan Suku Nias dan Keluarga Inti Suku Nias ... 17

2.2.4. Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Nias ... 18

2.2.5. Falsafah Keluarga Suku Nias ... 20

Bab III. Kerangka Konsep ... 26

3.1. Kerangka Penelitian ... 26

3.2. Definisi Operasional ... 27

Bab IV. Metedologi Penelitian ... 29

4.1.Desain Penelitian ... 29

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.3. Tempat dan Wiaktu Penelitian ... 30

4.4. Pertimbangan Etik... 30

4.5. Instrumen Penelitian... 31

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas... 31

4.7. Metode Pengumpulan Data... 32

4.8. Metode Analisa Data... . 33

BAB V. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 34

(6)

5.1.1. Data Demografi Responden... 34

5.2. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Suku Nias... 36

5.3. Pembahasan... 41

BAB VI. Kesimpulan Dan Saran ... 48

6.1. Kesimpulan... 48

6.2. Saran... 49

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep penelitian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan karakteristik responden

Tabel 2. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku nias dalam mengenal masalah kesehatan keluarga

Tabel 3. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku nias dalam memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tabel 4. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku nias dalam memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Tabel 5. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku nias dalam memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Tabel 6. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku nias dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 2. Jadwal tentatif penelitian

Lampiran 3. Taksasi dana

Lampiran 3. Instrument penelitian Lampiran 4. Riwayat hidup

Lampiran 5. Hasil reliabilitas kuesioner dan hasil olah data Lampiran 6. Surat-surat

(10)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Nias di Desa Lauru Fadoro, Kecamatan Afulu, Kabupaten Nias

Utara.

Nama Mahasiswa : Hardiyanti Zebua Nim : 101101076 Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

ABSTRAK

Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan abdosi yang di satukan oleh kebersamaan. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai lima tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Pada hakekatnya setiap keluarga, suku atau bangsa memiliki nilai dan norma tersendiri yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara. Penelitian ini dilakukan tanggal 25 Januari sampai dengan 15 Februari 2014. Desain penelitian adalah deskriptif. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purpossive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 70 keluarga asli suku Nias. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri data demografi dan kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frkuensi dan persentase. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias secara keseluruhan berada dalam kategori baik (65,7%).

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan bagi pembaca serta untuk pelayanan keperawatan khususnya parawat keluarga sehingga perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan keluarga sesuai dengan budaya keluarga suku Nias.

Kata Kunci : Pelaksanaan Tugas Kehatan Keluarga, Suku Nias.

(11)
(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga, menurut Dep. Kes RI (1988) adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan Bailon dan Maglaya (1989) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya karena hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah yang saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Setiawati dan Dermawan, 2008).

Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya. Sebuah keluarga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari orang tua dan anak-anaknya (Friedman, Bowden dan Jones 2010).

Menurut Bronfenbrenner (1979) keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang menjadi bagian dalam keluarga tersebut, dalam pelaksanaannya tugas ini merupakan hal yang sulit dilakukan karna setiap individu memiliki kebutuhan yang beraneka ragam dalam kondisi tertentu (Pakpahan, 2010).

(13)

Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, kesehatan adalah merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kemenkes RI, 2009). Sehingga keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi seluruh anggota keluarganya atau bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya menjadi berorientasi pada kesehatan.

Dalam Kemenkes RI (2012) data WHO 2008 menunjukkan bahwa dari 57 kematian yang terjadi di dunia 36 juta atau hampir 2/3 nya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dinegara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM sedangkan dinegara maju menyebabkan 13% kematian. Diindonesia angka kejadian penyakit tropis yang tertinggi terdapat pada penyakit tifus (20,73%) dan frekuensi kejadian penyakit tifus tertinggi adalah terdapat pada suku Bugis sedangkan kejadian penyakit tropis DBD, Malaria TB didominasi oleh suku Jawa (Jumaldi 2010). Berdasarkan data dari Pro Prov, Sumatera Utara, 2012 penemuan kasus baru penderita TB paru BTA(+) tercatat sebanyak 21.145 jiwa kemudian morbiditas penemuan kasus Diare tertinggi terdapat pada Kab. Samosir (118,33%), Kab. Nias Utara (117,66%) dan Kab.Karo (112,73%) . Hasil survey pada Puskesmas Afulu, Kec. Afulu. Kab. Nias Utara angka kejadian penyakit yang sering di derita masyarakat antara lain penyakit ISPA pada anak mencapai 35%, penyakit gastritis pada orang dewasa

(14)

mencapai 40%, anak kurang gizi 10% balita.

Dalam permasalahan kesehatan diatas peran keluarga sangat penting dalam upaya meminimalkan angka kejadian. Interaksi dalam status kesehatan keluarga, keluarga merupakan kunci utama bagi kesehatan serta perilaku sehat sakit (Setiadi, 2008). Oleh karena itu, keluarga terlibat langsung dalam pengambilan keputusan pada tahap sehat-sakit anggota keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Sandra (2012) mengenai pelaksanaan tugas kesehatan suku Melayu didapati bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Melayu berada dalam kategori cukup baik (60,4%). Selain itu penelitian oleh Pakpahan (2010) menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan pada suku Batak Toba berada dalam kategori baik (87%). Hasil penelitian oleh Sembiring 2010 menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan pada suku Karo menunjukkan prevalensi dalam kategori baik (63,04%).

Keluarga mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarganya untuk hidup dalam kehidupan yang lebih sehat. Dengan mempercayai kemampuan keluarga untuk menyediakan perawatan kesehatan diri dan bertindak sesuai dengan keinginan yang menurut mereka yang terbaik. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan maka keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga. Keluarga mempunyai tugas kesehatan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Ada lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga dengan baik. Pelaksanaan tugas kesehatan ini tidak lepas dari faktor nilai atau

(15)

norma keluarga dan faktor budaya yang berhubungan dengan keyakinan dan praktek kesehatan.

Setiap suku atau bahkan Bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Norma dan nilai yang berasal dari budaya sangat mempengaruhi peran yang dijalankan dalam suatu sistem keluarga.

Misalnya pemahaman suku Nias tentang pengobatan tradisional, suku Nias meyakini bahwa pengobatan tradisional seperti datang kedukun merupakan salah satu upaya yang dilakukan keluarga suku Nias dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya (Manalu, 2012). Berhubung karena masyarakat suku Nias menganut budaya patrilineal maka secara umum pengambilan keputusan dalam berbagai aspek termasuk dalam memilih alternatif pengobatan keluarga berada di tangan ayah. Walaupun tingkat pengetahuan sekarang ini semakin berkembang terutama dalam bidang pelayanan kesehatan, namun tidak halnya dengan sebagian masyarakat Nias.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tgl 9 sep 2013 dengan salah seorang tokoh masyarakat di Kec. Afulu, Kab Nias Utara. Ibu Daeli mengatakan bahwa masyarakat Nias masih ada yang percaya pada dukun, zama’ele’e (peramal), dan roh orang tua yang sudah meninggal dalam upaya penyembuhan penyakit yang di derita seseorang. Berdasarkan gambaran tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang “Bagaimana pelakasanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias di Desa Lauru Fadoro Kec. Afulu, Kab Nias Utara”.

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian “Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias di Desa Lauru Fadoro Kec. Afulu, Kab.Nias Utara”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.

3. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

4. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan di sekitarnya.

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias.

1.4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Memberikan pengetahuan dan informasi tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias, sehingga petugas kesehatan khususnya perawatan keluarga dapat memberikan pelayanan kesehatan keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga sesuai dengan budaya keluarga Suku Nias.

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Memberikan masukkan dan pertimbagan kepada keluarga sehingga informasi ini dapat digunakan untuk pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Keluarga

2.1.1. Definisi Keluarga

Keluarga telah didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi keluarga tergantung pada orientasi teoritis yang di gunakan oleh pendefinisi.Berikut ini akan di kemukakan beberapa definisi keluarga: (1) U.S Bureau of the census menggunakan definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam suatu rumah tangga yang sama; (2) Whall (1986b), dalam analisis konsepnya mengenai keluarga sebagai unit asuhan dalam keperawatan, mendefinisikan keluarga sebagai sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau yang lebih memiliki hubungan khusus, yang terkait dengan hubungan darah; (3) Family Service Amerika mendefinisikan kelurga dalam suatu cara yang komprehensif yaitu dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan keintiman;(4) Sementara Allen, Fine dan Demo (2000) menegaskan bahwa keluarga, ditandai dengan kelahiran, pernikahan, adopsi atau pilihan (dikutip dari Friedman, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka keluarga di dapat definisikan sebagai sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang disatukan oleh kebersamaan.

(19)

2.1.2. Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988) dikutip dari Setiawati dan Dermawan 2008 antara lain:

a. Keluarga Tradisional

1. Keluarga inti: keluarga yang hanya terdiri ayah ibu dan anak yang di peroleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Pasangan inti: keluarga yang terdiri dari suami dan istri.

3. Keluarga dengan orang tua tunggal: keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau di tinggal oleh pasangannya.

4. Lajang yang tinggal sendirian.

5. Keluarga besar yang mencakup tiga generasi.

6. Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia.

8. Jaringan keluarga besar.

b. Keluarga non-tradisional

1. Pasangan yang memiliki anak tanpa nikah.

2. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah.

3. Keluarga homoseksual.

4. Keluarga komuni: keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan anak-anak bersama-sama menggunakan fasilitas serta sumber- sumber yang ada.

Pembagian tipe keluarga menurut Anderson Carter (Setiawati dan Dermawan (2008) antara lain: (1) Keluarga inti (nuclear family) merupakan

(20)

keluarga yang terdiri atas ayah ibu dan anak-anak; (2) Keluarga besar (extended family) merupakan keluarga inti ditambah sanak saudara, nenek, kakek, ponakan, sepupu, paman, dan sebagainya; (3) Keluarga berantai (serial family) merupakan keluarga yang terdiri atas wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti; (4) Keluarga duda atau janda (single family) merupakan keluarga ini terjadi karena adanya perceraian atau kematian; (5) Keluarga berkomposisi merupakan keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama; (6) Keluarga kabitas merupakan dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

Pembagian tipe keluarga ini dikelompokkan tergantung pada konteks keilmuan yang mendifinisikan unsur-unsur yang terkandung dalam bentuk keluarga pada dasarnya bentuk keluarga diklasifikasikan menjadi bentuk keluarga tradisional dan non tradisional.

2.1.3. Dimensi Dasar Struktur Keluarga a. Ciri-ciri stuktur keluarga

1. Terorganisasi: Keluarga yang teroganisasi ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantunagan dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi dan peran masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai karena keluarga merupakan cermin sebuah organisasi.

2. Keterbatasan: Keterbatasan keluarga dilandasi oleh tanggung jawab masing- masing anggota keluarga karena dalam mencapai tujuan , setiap anggota keluarga

(21)

memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga dalam berintaraksi tidak semena-mena.

3. Perbedaan dan kekhususan: Dalam keluarga memiliki beragam peran, fungsi dan khas pada masing-masing anggota keluarga.

b. Dominasi stuktur keluarga 1. Dominasi jalur hubungan darah.

Patrilineal: merupakan hubungan yang disusun melalui jalur ayah dalam beberapa generasi.

Matrilineal: merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

2. Dominasi keberadaan tempat tinggal.

Patrilokal: keberadaan keluarga yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

Matrilokal: keberadaan keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.

3. Dominasi pengambilan keputusan.

Patrilokal: dominasi pengambilan keputusan dalam keluarga pada dasarnya ada pada pihak suami.

Matrilokal: dominasi pengambilan keputusan dalam keluarga pada dasarnya ada pada pihak istri.

(22)

2.1.4. Fungsi Pokok Keluarga

Hasil akhir akibat dari struktur keluarga difinisikan sebagai fungsi keluarga secara umum. Pada pengertian ini menjelaskan bagaimana fungsi keluarga berdasarkan apa yang di kerjakan keluarga (Friedman, 2010).

Fungsi keluarga berfokus pada proses yang di gunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eskternal. Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalm keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosinal seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang. Tujuan yang ada dalam keluarga ini akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang baik secara langsung. Berikut adalah fungsi keluarga (Friedman, 2010): (1) Fungsi afektif. Fungsi ini berhubungan dengan presepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional termasuk dalam membrikan kenyamanan, dan mempertahankan moral; (2) Fungsi sosialisasi dan status sosial. Pada konsep ini fungsi keluarga berhubungan dengan budaya yang melibatkan penanaman kepercayaan, nilai dan sikap; (3) Fungsi reproduksi, keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan untuk menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dan masyarakat; (4) Fungsi perawatan kesehatan (fungsi fisik). Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Dalam hal ini keluarga memberikan keamanan,

(23)

kenyaman lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istrahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit; (5) Fungsi ekonomi, keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dengan penyediaan sumber daya yang cukup.

2.1.5. Kesehatan Keluarga

Adaptasi keluarga atau fungsi keluarga sering diartiakan sebagai kesehatan keluarga dalam penelitian keluarga (McCubbin dan patterson, 1983a). Menurut WHO kesehatan keluarga mengandung arti fungsi keluarga sebagai lembaga sosial primer, promosi kesehatan dan kesejahteraan. Dalam mencapai keluarga yang sejahterah keluarga harus mampu memenuhi kebutuhan hidup spritual dan material yang layak untuk anggota keluarganya (Mubarak, 2009). Aplikasi teori dalam kesehatan keluarga merujuk pada sejauh mana keluarga membantu anggota keluarganya untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, dan sejauh mana keluarga memenuhi fungsi keluarga serta mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan tingkat perkembagan keluarga (Friedman, 2010).

2.1.6. Interaksi Sehat/Sakit dan Keluarga

Status sehat/sakit anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi.

Interaksi dalam keluarga juga di pengaruhi karna adanya suatu masalah penyakit.

Karena itu, interaksi dalam keluarga saling terkait atau saling tergantung pada status sehat/sakit dan dampak status sehat/sakit keluarga, yang menjadi pemicu dan pelaku dalam menetukan masalah kesehatan anggota keluarga merupakan interaksi keluarga dalam konsep sehat/sakit dan perilaku sehat keluarga sehingga

(24)

menunjukkan bahwa keluarga berpengaruh besar pada kesehatan anggota keluarganya (Friedman, 2010).

Ada enam tahap sehat/sakit dan interaksi keluarga yang menggambarkan secara lanjut mengenai hubungan ketergantungan antara keluarga dan status kesehatan anggotanya (Friedman, 2010) antara lain: Tahap 1; upaya keluarga dalam promosi kesehatan, keluarga menjadi sumber utama dalam melakukan promosi kesehatan, pencegahan dan penurunan resiko dalam meminimalkan masalah kesehatan keluarga. Sebagai contohnya menghentikan kebiasaan merokok dan berolah raga secara teratur. Namun keluarga juga dapat menjadi sumber masalah kesehatan terhadap anggota keluarganya karena ketidakteraturan sosial keluarga misalnya terjadinya penyakit tuberkulosis. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan keluarga dalam pencegahan penularan penyakit tersebut.

Tahap 2; penilaian keluarga terhadap gejala, tahap ini terdiri atas keyakinan keluarga akan gejala atau penyakit anggota keluarganya dan bagaimana menangani penyakit tersebut. Tahap 3; mencari perawatan, ketika keluarga memutuskan bahwa anggota keluarga yang sakit membutuhkan pertolangan maka upaya yang dilakukan keluarga adalah mulai mencari pengobatan, informasi, saran dalam upaya penanganan masalah penyakit anggota keluarganya tersebut.

Namun keputusan yang menyangkut mengenai apakah penanganan penyakit tersebut ditangani dirumah atau diklinik atau dirumah sakit, cenderung dinegosiasikan dalam keluarga. Tahap 4; merujuk dan mendapatkan perawatan, pada tahap ini keluarga melakukan kontak dengan pelayanan kesehatan atau tenaga kesehatan profesional atau pratik pengobatan tradisional untuk merujuk

(25)

anggota keluarganya kejenis layanan atau praktisi yang dinilai sesuai. Tahap 5;

respons akut klien dan keluarga terhadap penyakit, ketika adanya keputusan kepada siapa merujuk anggota keluarganya maka klien akan menerima asuhan dari praktisi yang dinilai sesuai. Peran klien sebagai pasien akan menaati saran pelayanan kesehatan dan berupaya untuk pulih. Selama tahap respon akut, keluarga harus menyesuaikan diri dengan penyakit, diagnosis dan pengobatan anggota keluarga yang sakit. Tahap 6; adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan, ketika klien dihadapkan pada penyakit yang kronik maka keluarga berperan sebagai penyedia pelayanan kesehatan utama pada pasien yang mengalami penyakit krinik tersebut. Pada tahap ini keluarga berperan dalam memberikan dukungan selama periode pemulihan.

2.1.7. Tugas Kesehatan Keluarga

Tingkat pengetahuan keluarga akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, maka keluarga mempunyai peran dan tugas dibidang kesehatan (Mubarak 2009). Lima tugas kesehatan keluarga antara lain: Pertama. Mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti. Keluarga perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang di alami anggota keluarganya. Peran orang tua sangat penting dalam mengenal keadaan kesehatan keluarganya dalam aplikasinya keluarga harus mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi; Kedua. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. Peran ini merupakan upaya utama yang dilakukan keluarga

(26)

dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya. Dalam pengambilan keputusan keluarga harus mempertimbangkan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk menentukan tindakan; Ketiga. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit. Pemberian perawatan merupakan keputusan dalam keluarga ketika mengetahui bahwa anggota keluarganya membutuhkan pertolongan (Friedman, 2010); Keempat. Memodifiksi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Bagian ini berfokus pada karakteristik tertentu dari lingkungan rumah keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga. Bagian yang pertama menggambarkan bagaimana pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan rumah. Bagian kedua menjelaskan pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya. Bagian ketiga berfokus pada kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan (Freidman, 2010);

Kelima. Memanfaatkan pelayanan kesehatan. Keluarga berfungsi sebagai lembaga yang membantu dalam menentukan tempat terapi yang diberikan dan kepada siapa ketika merujuk anggota keluarganya kejenis layanan atau praktisi yang dinilai sesuai (Friedman, 2010).

2.2. Suku Nias

2.2.1. Asal - Usul Suku Nias

Suku Nias adalah sekelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Istilah Ono Niha (masyarakat Nias) dalam Bahasa Indonesia artinya yang terdiri dari dua kata yaitu Ono dan Niha, istilah kata ono adalah anak atau keturunan dan istilah dari kata Niha adalah manusia.

(27)

Mitos asal-usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut “sigaru Tora’a” yang terlatak di desa Teteholi’ana’a. Menurut mitos tersebut dikatakan bahwa kedatangan manusia pertama di Pulau Nias yaitu pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang putra dan namun diantara yang 9 putranya tersebut 5 orang yang disuruh keluar Teteholi Ana’a karena memperebutkan Tahta Sirao. Kelima anaknya tersebut adalah: (1) Hiawalangi’adu yang disebut sebagai borenadu yang terletak di Gomo; (2) Gozo helaheladano yang tinggal di Kecamatan Lahewa; (3) Huluhada atau Hulu borodano yang tinggal dilaehuwa pinggir sungai Noyo Kecamatan Mandrehe;(4) Daeli yang tinggal di Kecamatan Gido dan kuburannya sekarang berada di Dolamaera-onowaembo; (5) Silogubanua, cucu luomewona yang tinggal di hiambanua dekat Laehuwa Kecamatan Mandrehe. Kelima putranya tersebut dianggap orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di pulau Nias (Harefa, 2006).

Sedangkan berdasarkan penelitian Arkeologi yang telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitikum, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga

(28)

diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.

2.2.2. Kehidupan Masyarakat Nias

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut

“fondrako” yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian (Harefa, 2006). Ketetapan fondrako merupakan kumpulan dan sumber segala hukum yang menjadi landasan kehidupan Ono Niha (masyarakat Nias).

Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik. Megalitik masyarakat Nias menggambarkan hubungannya dengan benda-benda (batu besar) yang digunakan untuk tujuan sakral, pemujaan roh leluhur dan dikaitakan dengan sistem kepercayaan masyarakat setempat.

2.2.3. Kekerabatan Suku Nias dan Keluarga Inti Suku Nias

Hubungan kekerabatan keluarga suku Nias adalah berdasarkan penetapan garis keturunan ayah atau yang disebut dengan prinsip patrilineal. Kekerabatan pada keluarga suku Nias sangat terlihat jika ada acara-acara adat seperti pernikahan (Manalu, 2012) . Seperti yang dijelaskan di atas bahwa prinsip patrilineal merupakan keluarga yang hubungannya berdasrkan garis keturunan ayah maka yang menjadi keluarga inti dari suku Nias dalam membentuk satu keluarga adalah ayah, ibu, dan anak serta kedua orang tua dari suami atau mertua.

Biasanya keluarga yang baru menikah tinggal dirumah orang tua pengantin laki- laki dalam waktu yang tidak di tentukan. Namun dalam kegiatan sahari-hari setiap

(29)

anggota keluarga mempunyai tugas masing-masing sesuai dengan perannya (Manalu, 2012).

2.2.4. Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Nias

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari istilah budaya yang berarti pikiran; akal budi atau adat istiadat. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (Zaprulkhan, 2012).

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Kebudayaann dan adat istiadat suku Nias antara lain:

Hombobatu, tradisi yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki yang mengenakan pakaian adat dengan meloncati susunan batu setinggi 2,10 meter dan lebar 90 cm.

Ajang ini di ciptakan untuk menguji fisik dan mental para remaja pria Nias yang menjelang usia dewasa. Apa bila seorang laki-laki dapat melewati susunan batu tersebut maka di anggap sudah dapat ikut berperang melawan musuh dan tradisi ini juga di anggap sebagai syarat untuk mereka yang siap menikah.

Maena dan Tarian Nias, Tarian Nias merupakan sebuah pergerakan yang cukup rumit untuk memelakukannya bagi orang yang tidak biasa melakukannya. Pada setiap pergerakan tari ini mengandung berbagai makna, beda halnya dengan maena. Maena merupakan suatu pergerakan yang sangat simpel dan sederhana sehingga semua orang dengan mudah melakukannya. Tarian dan maena ini biasanya dilakukuan pada acara adat seperti pernikahan dengan di iringi syair pantun Omo Hada, merupakan pusaka budaya leluhur Nias yang paling besar, sebagai bukti penciptaan pengetahuan tertinggi dan simbol dari dunia Ono Niha

(30)

(masyrakat Nias). Omo Hada ini merupakan lambang kekayaan pemiliknya (Bangsawan). Didalam ini bangsawan berhak melakukan kegiatan yang berkaiatan dengan acara adat. Jadi dapat disimpulkan bahwa Omo Hada merupakan titik sentral setiap kegiatan yang melibatkan adat istiadat suku Nias (Nuryanto, 2011). Fame ononihale (pernikahan) tahap awal dari proses pernikahan adalah Penentuan jodoh. Dalam hal penentuan jodoh tidak lagi seperti dulu yang harus ditentukan oleh orang tua, pada umumya anak yang menentukan jodohnya namun harus melalui penilaian orang tua (Manalu, 2012).

Acara adat pernikahan di pulau Nias berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Tahap-tahap pernikahan pada Nias Utara masih sama dengan dengan tahapan pernikahan pada Nias Kota. Tahapan acara pernikahan tersebut antara lain: (1) Famaigi niha merupakan tahapan awal dalam proses pernikan dimana laki-laki yang sudah berumur 17 tahun atau lebih dianggap sudah cukup umur untuk dapat membentuk satu keluarga baru. Ketika pemikiran tersebut timbul dibenak orangtua, maka keluarga sudah mulai mencari sosok perempuan yang dapat di jadikan sebagai menantu; (2) wame’eli (menyampaikan lamaran) : Ketika sudah dapat sosok perempuan yang dianggap cocok maka keluarga memilih salah seseorang di pihak keluarga laki-laki yang akan menyampaikan lamaran kepada pihak keluarga perempuan; (3) Famatua (acara tunangan); (4) Fanunu-manu; (5) Femanga bawi nisila-hulu; (6) Famotu bene’o (memberi nasehat pada anak perempuan yang akan menikah); (7) Folohe bawi bowo (membawa babi sesuai dengan jujuran); (8) Falowa (pesta pernikahan);

(9)Fame’e-Ge; (10) Femanga-Gahe merupakan tahapan akhir dari adat istidat

(31)

dalam proses pernikahan. Sapaan Ya’ahowu, dalam budaya Ono Niha (anak Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani yang bermakna dalam salam

”Ya’ahowu” yang artinya semoga diberkati. Makna dari kata sapaan tersebut adalah memperhatikan kebahagiaan orang lain dengan harapan diberkati oleh Tuhan.

2.2.5. Falsafah Keluarga Suku Nias

Falsafah merupakan sebagai usaha atau pedoman sikap manusia untuk membuat kehidupan sedapat mungkin dapat di pahami dan bermakna. Falsafah berhubungan dengan seluruh aktivitas kehidupan kita sebagai manusia.

Kebudayaan berhubungan dengan falsafah yakni yang menggerakkan budaya adalah falsafah (Zaprulkhan, 2012).

Falsafah “Sokhi Mate Moroi Aila” dalam budaya masyarakat Nias mempunyai arti dalam bahasa indonesia yakni lebih baik mati dari pada malu.

Falsafah tersebut merupakan pemahaman dasar orang Nias tentang diri dan kehidupannya. Pada aplikasinya falsafah tersebut dapat berdampak positif pada kehidupan orang Nias karena dapat mendorong dan meningkatkan martabat keluarga atau martabat pribadi. Hakekat utama dari falsafah “sokhi mate moroi aila” terletak pada harga diri manusia, oleh sebab itu masyarakat Nias diharapkan memiliki harga diri dan martabat.

2.2.6. Pengobatan Tradisional Suku Nias

Pengobatan tradisional keluarga suku Nias di kenal dengan beberapa sebutan,tergantung pada keahlian masing-masing. Berikut ini jenis-jenis

(32)

pengobatan tradisional yang biasa di manfaatkan oleh keluarga suku Nias (Manalu, 2012).

1. Tukang urut atau/tukang kusuk (solome), yaitu yang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau mengurut.

2. Tukang obat (same’e dalu-dalu), yaitu seseorang yang mampu membuat ramuan tradisional.

3. Dukun beranak (sondurusi sabeto atau bida dane), yaitu seseorang yang mampu menolong persalinan dan merawat kehamilan.

4. Peramal (samaele’e), yaitu seseorang yang mampu mengetahui kejadia- kejadian yang belum dan akan terjadi.

Dengan adanya pengobatan tersebut maka penyembuhan pengobatan tradisional telah membantu banyak warga masyarakat untuk mengobati penyakit yang mereka derita. Oleh karena itu sebagian masyarakat sangat meyakini bahwa pengobatan tradisional sangat efisien dan efektif dalam penyembuhan penyakit yang di derita. Secara umum ke ahlian para penyembuh tradisional tersebut di peroleh secara turun temurun, tetapi ada juga yang mendapatkan keahliannya karena belajar (Manalu, 2012).

2.2.7. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Nias 1. Mengenal masalah kesehatan

Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mengetahui tentang kondisi sehat sakit anggota keluarganya. Tentunya dalam mengenal masalah kesehatan tersebut pengetahuan sangat dipengaruhi oleh itensitas perhatian dan

(33)

presepsi terhadap masalah yang dialami. Dalam pemikiran masyarakat Nias masih ada yang beranggapan bahwa ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit hal tersebut bisa timbul karena adanya guna-guna dari ilmu hitam dan kutukan dari orang tua yang sudah meninggal (Manalu,2012).

Hasil wawancara dengan beberapa orang informan pada tanggal 25 Oktober 2013 menunjukkan bahwa ada perbedaan pemahaman pada masing-masing keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga. Secara umum, menurut para informan penilaian masalah kesehatan dapat nilai secara fisik dan psikis.

Penilaian secara fisik jika ada perubahan pada wajah yang tampak pucat, badan terlihat kurus, badan terasa sakit dan memiliki fisik atau tenaga yang lemah.

Sedangkan secara psikis menurut mereka seseorang dikatakan sehat jika mempunyai pikiran yang tenang dan tidak banyak masalah yang mengganggu pikiran.

Sementara, informan lain (ibu DH) menyatakan bahwa perubahan dari kondisi sehat menjadi sakit terjadi karena kuman dan banyaknya kebiasaan yang tidak sehat, seperti tidak memakai kelambu. Beda halnya pendapat ibu Daeli, mengatakan penyebab sakit, timbul karena banyak yang dipikirkan (oya ni’era- era) sehingga pemikiran tersebut menimbulkan sakit kepala, selain itu kondisi yang sehat bisa menjadi sakit karena terlalu banyak makan buah yang panas dan asam seperti durian, mangga dan jeruk.

2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

(34)

siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajito, 2004).

Masyarakat Nias pada umumnya menganut sistem patrilineal, yakni garis keturunan yang diikuti adalah garis keturunan laki-laki. Dengan demikian pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dilakukan bersama-sama oleh keluarga namun yang paling dominan adalah suami.

Namun jika masih ada orang tua dirumah tangga tersebut maka yang paling dominan adalah orang tua. Bapak OZ menyatakan bahwa keputusan untuk berobat ke pelayanan kesehatan, biasanya diputuskan secara bersama-sama, tetapi tetap saja yang dominan adalah suami dan orang tua.

3. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Peran atau tanggung jawab yang dilakukan secara penuh dalam memberikan perawatan secara fisik merupakan beban yang paling berat yang dirasakan keluarga. Biasanya yang memberikan perhatian dalam perawatan anggota keluarga yang sakit adalah orang tua atau ibu mertua. Perawatan yang dilakukan merupakan perhatian yang penuh kasih sayang dan memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang sakit sesuai dengan keadaan ekonomi.

Ibu Daeli memberi penjelasan tentang peran keluarga ketika ada anggota keluarga yang sakit, sebelum melakukan tindakan keluarga harus mampu menilai kategori penyakit yang diderita, penyakit yang dikategorikan ringan jika penderita bisa sembuh sendiri tanpa melakukan tindakan apapun contohnya sakit kepala, dengan demikian keluarga tidak harus memutuskan tindakan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit tersebut, namun jika sakit kepalanya tidak sembuh

(35)

maka biasanya tindakan utama yang dilakukan adalah dengan membeli obat di warung atau memenggil tukang kusuk. Sementara untuk penyakit berat alternatif pengobatan yang di butuhkan adalah dengan membawa ke dukun atau tenaga medis. Menurut informan lain Bapak TD apa bila ada anggota keluarga yang sakit akibat di guna-guna, bentuk perawatan yang di lakukakan adalah memanfaatkan obat-obatan tradisional.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Pemukiman sebagian besar masyarakat suku Nias biasanya mengelompok di suatu daerah di sepanjang tepi jalan. Rumah menghadap jalan raya, dibelakang rumah terdapat kandang ternak, ladang dan hutan. Keadaan rumah pada umumnya ada yang beratap seng, rumbia dan berlantai semen dan ada juga yang lantainya belum disemen (tanah dan papan).

Kegiatan dalam memelihara lingkungan rumah jarang dilakukan secara gotong royong karena kebanyakan masyarakatnya bekerja diladang seharian.

Untuk keperluan mandi dan BAB, keluarga yang mampu secara ekonomi mempunyai kamar mandi dan WC sendiri yang ada dalam atau belakang rumah.

Sementara keluarga yang kurang mampu tidak mempunyai kamar mandi, kalaupun punya biasanya tidak permanen bahkan ada yang terbuka begitu saja dan ada juga yang memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK (Manalu, 2012).

Konsep bersih dan kotor secara umum dikaitkan dengan dengan kebersihan diri, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan, dan kebersihan perilaku seperti yang di utarakan ibu DH seseorang yang bersih dapat dilihat dari rumahnya, kelurganya, lingkungan, tubuhnya, dan jiwanya. Rumah yang bersih

(36)

jika tidak banyak kotoran dan tidak berantakan sehingga memberikan kenyamanan dan kedamaian dalam keluarga.

5. Menggunakan pelayanan kesehatan

Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, misalnya pengalaman yang kurang menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan dengan petugas kesehatan selain itu jangkauan dalam mencapai fasilitas kesehatan dapat menjadi hambatan keluarga dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

Ibu Daeli mengatakan pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Afulu sangat sulit untuk dijangkau, karna hanya ada satu Puskesemas yang memang mereka percayai untuk mengobati anggota keluarga yang sakit, namun tidak semua tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas tersebut dipercayai untuk mengobati penyakit yang mereka derita, hal tersebut dipengaruhi karena pengalaman setiap tenaga kesehatan dalam memberi pengobatan berbeda-beda.

Ada yang memang yang menurut mereka tenaga kesehatan mengerti tentang penyakit yang mereka derita sehingga pengobatan yang diberikan dapat memberikan penyembuhan yang cepat dan tepat.

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat di gambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Skema 1: Kerangka Konsep Penelitian Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Nias.

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

3. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

5. Menggunakan pelayanan kesehatan

a. Baik b. Cukup c. kurang

(38)

3.2. Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Sk al a

1.

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam penelitian ini menyangkut tentang:

Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga mengetahuai perubahan- perubahan yang terjadi pada anggota

keluarga seperti mengenal penyebab dan gejala masalah kesehatan

Kuesioner dengan 6 pertanyaan

 Nilai 19-24 menunjukka n kategori baik

 Nilai 12-18 menunjukka n kategori cukup

 Nilai 6-11 menunjukka n kategori kurang

Ord inal

2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Peran keluarga dalam

mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan anggota

keluarga seperti memberikan perawatan terlebih dahulu dirumah

sebelum datang kebagian pelayanan kesehatan

Kuesioner dengan 5 pertanyaan

 Nilai 16-20 menunjukka n kategori baik

 Nilai 11-15 menunjukka n kategori cukup

 Nilai 5-10 menunjukka n kategori kurang

Ord inal

3. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Upaya yang dilakukan keluarga dalam memberikan perawatan dan

Kuesioner dengan 7 pertanyaan

 Nilai 22-28 menunjukka n kategori baik

 Nilai 15-21 Ord inal

(39)

untuk mengatasi masalah

kesehatan anggota

keluarga seperti melanjutkan perawatan di rumah

n kategori cukup

 Nilai 7-14 menunjukka n kategori kurang

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Upaya yang dilakukan keluarga dalam menjaga kebersihan lingkungan rumah seperti meluangkan waktu dalam membersihkan rumah secara bergotong royong

Kuesioner dengan 5 pertanyaan

 Nilai 16-20 menunjukka n kategori baik

 Nilai 11-15 menunjukka n kategori cukup

 Nilai 5-10 menunjukka n kategori kurang

Ord inal

5 Menggunakan pelayanan kesehatan keluarga

Keluarga memanfaatkan dan percaya kepada pelayanan kesehatan seperti

bidan,perawat, dan dokter.

Kuesioner dengan 5 pertanyaan

 Nilai 16-20 menunjukka n kategori baik

 Nilai 11-15 menunjukka n kategori cukup

 Nilai 5-10 menunjukka n kategori kurang

Ord inal

(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias di Desa Lauru Fadoro, Kecamatan Afulu, Kabupaten Nias Utara.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.1.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga suku Nias yang tinggal di Desa Lauru Fadoro, Kecamatan Afulu, Kabupaten Nias Utara berjumlah 687 KK.

4.2.2. Sampel Peneltian

Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga suku Nias. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Pada studi pendahuluan didapatkan populasi dalam jumlah besar sehingga sampel yang diambil sekitar 10% karena dianggap telah dapat mewakili jumlah populasi secara keseluruhan (Arikunto, 2002), sehingga jumlah sampel yang akan diteliti adalah 70 KK. Adapun sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi:

a. Keluarga suku Nias asli (tidak campuran)

(41)

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Lauru Fadoro, Kecamatan Afulu, Kab.

Nias Utara. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini karena pendunduknya yang cukup banyak dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 setelah perbaikan dan sidang proposal serta mendapatkan izin dari institusi pendidikan fakultas keperawatan USU.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam skripsi telah dilakukan uji Etik Penelitian dari Fak. Keperawatan USU kemudian Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU selanjutnya, peneliti akan mengajukan permohanan izin kepada kepala Desa Lauru Fadoro, Kec. Afulu untuk meminta persetujuan.

Setelah mendapat izin penelitian, peneliti melanjutkan proses pengambilan data.

Sebelum menyebarkan kuesioner kepada responden, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan cara pengisian responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias yang diisi oleh responden.

(42)

4.5. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket (kuesioner) yang terdiri dari:

1. Kuesioner tentang data demografi responden terdiri dari: status dalam keluarga, usia, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, pakerjaan dan penghasilan keluarga/bulan.

2. Kuesioner tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias Kategori nilai hasil penelitian

Nilai 28-56 Kurang Nilai 57-84 Cukup Nilai 85-112 Baik

Kuesioner yang digunakan peneliti merupakan kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian tentang “Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Karo” oleh Sembiring, 2010.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrument diuji kelayakannya dengan cara mengoreksi instrument oleh tenaga ahli yang berkompeten dibidangnya yaitu dosen keperawatan Universitas Sumatera Utara. Uji validitas yang dilakukan adalah validitasi isi (content validity) yaitu dengan memberikan instrument kepada pakar yang menguasai

(43)

dapat mewakili faktor yang diteliti (Dempsey, 2002). Suatu instrument yang valid mempunyai validitas yang tinggi atau sebaliknya. Kuesioner pelaksanaan tugas keluarga yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi oleh satu dosen keperawatan yang ahli dibidangnya. Uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data. Sampel yang memenuhi kriteria pada uji reabilitas antara lain keluarga suku Nias asli dan bukan responden yang akan diteliti dan jumlah sampel sebanyak 20 responden. Uji reabilitas intuk kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias adalah uji crobac’h alpha dengan menggunakan program komputerisasi. Suatu intrument dikatakan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70. Hasil uji reabilitas yang diperoleh untuk kuesioner variabel pelaksanaan tugas kesehatan suku Nias adalah 0,77.

4.7. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengurus izin penelitian dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara). Kemudian peneliti mengirimkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan ke instansi yang berwenang di lokasi penelitian (Pemerintah Desa Lauru Fadoro, Kecamatan Afulu, Kabupaten Nias Utara). Setelah mendapat izin dari Pemerintah Desa Lauru Fadoro, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian, dan menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti. Dalam pengumpulan data peneliti harus memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian. Jika responden bersedia, responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed

(44)

consent). Kemudian peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8. Metode Analisis Data

Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain (Wahyuni, 2011):

a. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan.

b. Tahap kedua adalah coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

c. Tahap ketiga adalah data entry, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database komputer secara manual.

d. Tahap keempat atau tahap terakhir adalah cleaning, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan, untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

Analisis data dilakukan dengan uji statistik deskriptif data yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan tabel disrtibusi frekuensi. Analisis data kemudian dilajutkan dengan membahas hasil penelitian untuk menarik kesimpulan penelitian tersebut.

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias terhadap 70 responden keluarga suku Nias. Hasil penelitian ini di bagi atas dua bagian yaitu mengenai hasil karakteristik responden dan hasil penelitian mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias.

5.1.1 Data Demografi Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias berdasarkan karateristik responden (n=70).

Data demografi responden Frekuensi Presentase

Status dalam keluarga Kepala keluarga Ibu rumah tangga Usia

27-36 Tahun 37-46 Tahun 46-56 Tahun 57-66 Tahun 67-70 Tahun

Jlh anggota keluarga 3 Orang

4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang 8 Orang

39 31 16 19 31 2 2

4 11 10 12 17 6

55.7 44.3 22.9 27.1 44.3 2.9 2.9

5.7 15.7 14.3 17.1 24.3 8.6

(46)

Tabel 1 (lanjutan).

Data demografi responden Frekuensi Presentase Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Pendidikan

Tidak Tamat Sekolah Tidak Tamat SD SD

SMP SMU

Perguruan Tinggi Agama

Kristen Protestan Kristen katolik Islam

Pekerjaan Pegawai Negeri Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Penghasilan

< Rp.500.000

Rp.500.000-1.000.000 Rp. 1.000.000-3.000.000

>Rp.3.000.000

39 31

1 5 9 14 18 23

57 6 7

21 29 20

8 18 27 17

55.7 44.3

1.4 7.1 12.9 20.0 25.7 32.9

81.4 8.6 10.0

30.0 41.4 28.6

11.4 25.7 38.6 24.3

Karakteristik responden meliputi status dalam keluarga, usia, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan dan penghasilan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berstatus kepala keluarga yaitu 39 responden (55,7%). Responden mayoritas berada dalam rentang

(47)

usia 46-56 tahun yaitu 31 responden (44,3%). Mayoritas jumlah anggota keluarga responden yaitu 7 orang (24,3%). Sebanyak 39 responden berjenis kelamin laki- laki (55,7%). Mayoritas pendidikan responden perguruan tinggi yaitu 23 responden ( 32,9%). Mayoritas responden beragama kristen protestan yaitu 57 responden (81,4 %). Berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta 29 responden (41,4%). Dan sebanyak 27 responden (38,6%) berpenghasilan 1.000.000-3.000.000.

5.2 Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga suku Nias di Desa Lauru Fadoro Kec. Afulu Kab. Nias Utara

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga suku Nias di Desa Lauru Fadoro Kec. Afulu Kab.Nias Utara hasil dari jawaban responden terhadap kuesioner yang terdiri dari lima komponen pelaksanaan tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada didapat hasil penelitian sebagai berikut.

5.2.1 Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian dari keluarga suku Nias menunjukkan bahwa 50%

responden selalu mengetahui kondisi sehat dan sakit anggota keluarga, 45,7%

responden sering mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit

(48)

penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit, 51,4%

responden selalu menanyakan keluahan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit, 38,6% responden selalu dapat membedakan kondisi sehat, sakit setiap anggota keluarga, 38,6% responden selalu beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas.

Tabel 2. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam mengenal masalah kesehatan keluarga (n=70).

Kategori Frekuensi Persentase

Cukup 35 50,0

Baik 35 50,0

Tabel 2. Menujukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam mengenal masalah kesehatan keluarga berada dalam kategori cukup (50%) dan kategori baik (50%).

5.2.2 Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Hasil penelitian dari keluarga suku Nias menunjukkan bahwa 61,4%

responden selalu berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga, 47,1% responden kadang-kadang menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat, 48,6% responden selalu memberikan perawatan sederhana dirumah sebelum mengambil keputusan yang tepat bagi anggota keluarga yang sakit, 42,9% responden sering mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga adalah

(49)

datang ke Puskesmas, Bidan, atau Rumah sakit, 37,1 % responden sering dapat mengatasi masalah kesehatan dengan keputusan yang dipilih oleh keluarga.

Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Tabel 3. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga (n=70).

Kategori Frekuensi Persentase

Baik 70 100

Tabel 3. Menujukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga berada dalam kategori baik 100%.

5.2.3 Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Hasil penelitian dari keluarga suku Nias menunjukkan 52,9% responden selalu membantu anggota kelaurga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti: mandi, makan, minum obat, dll, 57,1% responden selalu melanjutkan pengobatan dirumah sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan, 54,3% responden selalu mengutamakan pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional, 61,4% responden selau memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit, 60,0% responden selalu memberi perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit, 47,1%

responden selalu memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang

(50)

sakit seprti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam, dll, 58,6% responden mampu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri.

Tabel 4. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit (n=70).

Kategori Frekuensi Persentase

Cukup 8 11,4

Baik 62 88,6

Tabel 4. Menujukkan bahwa pelaksanaan tugas keluarga dalam memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit berada pada kategori cukup 11,4% dan kategori baik 88,6%.

5.2.4 Memodfikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Hasil penelitian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias menunjukkan 34,3% responden selalu menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari, 41,4% responden kadang-kadang membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah, 38,6%

responden kadang-kadang melaksanakan jadwal kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama (bergotongroyong), 35,7% responden sering ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah 41,4% responden sering menyediakan

(51)

waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga.

Tabel 5. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga (n=70).

Kategori Frekuensi Persentase

Cukup 8 11,4

Baik 62 88,6

Tabel 5. Menujukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga berada kategori cukup 11,4% dan kategori baik 88,6%.

5.2.5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias 48,6% responden selalu percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumahsakit, 55,7% responden selalu dapat menjangkau Puskesmas, Bidan atau Rumahsakit, 58,6% responen selalu memanfaatkan Puskesmas, Bidan atau Rumahsakit bila mengalami masalah kesehatan, 60,0%

responden selalu mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan, misalnya imunisasi, KB, foging, penyuluhan kesehatan dan lain-lain dan 40,0% responden selalu merasa pues terhadap pelayanan kesehatan.

(52)

Tabel 6. Kategori pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Kategori Frekuensi Persentase

Cukup 8 11,4

Baik 62 88,6

Tabel 6. Memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada berada dalam kategori cukup 11,4% dan kategori baik 88,6%.

5.3 Pembahasan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai lima tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Namun pada pelaksanaanya masih banyak keluarga yang tidak memahami dan melakukan tugas kesehatan tersebut.

5.3.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam mengenal masalah kesehatan keluarga ada 50,0%

keluarga yang memahami dan melakukan tugas kesehatan keluarga dengan baik, namun 50% selebihnya berada dalam kategori cukup. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shandra (2012) tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Melayu bahwa 50,9% responden dapat mengenal masalah kesehatan keluarganya dengan baik, 35,8% cukup dan 13,2%

(53)

pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba bahwa 96%

keluarga Batak Toba dapat mengenal masalah kesehatan keluarganya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga suku Nias masih ada yang tidak mampu mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya dengan baik.

Menurut peneliti, kemungkinan faktor penyebab keluarga suku Nias tidak mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya dengan baik adalah status dalam keluarga. Hal ini didukung dari data karakteristik responden bahwa responden berjenis kelamin laki-laki 55,7% dan berstatus kepala keluarga. Peran kepala keluarga harusnya sangat penting dalam mengenal segala perubahan yang di alami anggota keluarganya, namun pada dasarnya peran ibu lah yang sangat berpengaruh dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya karena setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing misalkan peran ayah adalah sebagai pencari nafkah sedangkan ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga dan pengasuh anak-anak. Hal ini didukung oleh penelitian Yang M (2006) menyatakan bahwa nilai-nilai profamily tentang perawatan orang tua lebih ditularkan kepada anak perempuan dari pada anak laki-laki.

5.3.2 Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Keluarga suku Nias menganut sistem kekerabatan patrilineal, yakni segala sesuatu pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keluarga diputuskan oleh kepala keluarga. Terlihat dari hasil penelitian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga 100%

baik. Hal ini menunjukkan bahwa peran kepala keluarga sebagai pemimpin dalam

(54)

keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat bagi keluarganya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2010) pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam hal memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga berada dalam kategori baik (89%).

Hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shandra (2012) pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Melayu dalam hal memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga berada dalam kategori cukup, hal ini dikarenakan hanya 41,5% kepala keluarga berperan penting dalam mengambil keputusan. Perbedaan jenis kelamin merupakan hal yang sangat mempengaruhi tindakan dalam pengambilan keputusan.

Menurut peneliti, pengetahuan yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk suatu keputusan dan tindakan yang tepat. Data demografi responden menujukkan bahwa 32,9% responden berpendidikan perguruan tinggi hal ini menujukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan yang baik sehingga hal ini dapat mendukung hasil penelitian dari pelaksaanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam hal mengambil keputusan yang 100% baik.

5.3.3 Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam hal memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit 88,6% baik dan 11,4% cukup. Pada penelitian serupa oleh Shandra (2012)

(55)

perawatan terhadap keluarga yang sakit 81,1% baik dan 17,0% cukup, penelitian oleh Pakpahan (2010) pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak Toba dalam hal memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit 89% baik dan 11%

cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap keluarga dapat memberikan perawatan yang baik terhadap anggota keluarga yang sakit. Menurut penelitian terkait oleh oleh Wanjiru (2005) tentang keterlibatan laki-laki dalam perawatan bersalin menunjukkan bahwa kebanyakan laki-laki tidak terlibat dalam perawatan persalinan disebabkan oleh tidak adanya pengetahuan dan informasi dari pasangan.

Menurut peneliti, terdapatnya keluarga suku Nias yang masih memberikan perawatan terhadap keluarga dengan nilai yang cukup dipengaruhi karena penghasilan keluarga dan pengetahuan keluarga. Pernyataan ini di dukukng oleh hasil peneletian terkait Kurniasih (2009) penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu dengan upaya perawatan ibu terhadap balita dengan ISPA, hasil penelitin menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan upaya perawatan terhadap balita dengan ISPA di Pangean Kab. Kuantan Singigi.

Berdasarkan data demografi terdapat 8 responden (11,4%) yang memiliki pendapatan rendah yaitu <Rp. 500.000 sedangkan rata-rata jumlah anggota responden adalah 7 orang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Manalu (2012) bahwa pada umumnya perawatan yang dilakukan keluarga suku Nias dalam memberi perawatan terhadap keluarga yang mengalami masalah kesehatan adalah dengan memberikan perhatian yang lebih dan memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang sakit sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga.

(56)

5.3.4 Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan hal ini menunjukkan bahwa salah satu peran keluarga adalah menciptakan dan memelihara kesehatan keluarga dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Hasil penelitian pada pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Nias dalam hal memodifikasi lingkungan keluarga 88,6% dalam kategori baik dan 11,4% cukup. Penelitian yg dilakukan Sitanggang, dkk (2013) hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan angka kejadian ISPA diwilayah kerja Puskesmas Martapura 86% responden dapat memodifikasi lingkungan keluarga dengan baik. Sedangkan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shandra (2012) pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suka Melayu dalam hal memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga berada dalam kategori cukup 50,9%.

Hasil penelitian pada keluarga suku Nias tidak sejalan dengan pernyataan Manalu (2012) tentang kesehatan ibu dan anak dengan etnografi pada salah satu daerah dipulau Nias bahwa kegiatan dalam memelihara lingkungan rumah jarang dilakukan secara gotong royang karena masyarakatnya bekerja diladang seharian, pernyataan ini salah satu bagian pernyataan dalam menilai peran keluarga dalam memodfikasi lingkungan keluarga untuk menjamin keshatan keluarga. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keluarga dalam memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga adalah keluarga kurang

Referensi

Dokumen terkait

respon perilaku yang bertahan lama terhadap individu atau objek tertentu.  Memiliki

Implementasi untuk memberikan layanan produk dan jasa yang adil serta dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya segmen unbanked, dilakukan oleh Bank

Nilai R Square sebesar 0,637 yang dapat diartikan bahwa pengaruh variabel X (gaya kepemimpinan dan motivasi) terhadap variabel Y (kinerja karyawan) adalah sebesar 63,7%

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perasan buah jambu biji merah dapat meningkatkan jumlah sel fibroblas pasca ekstraksi

Oleh karenaperusahaan adalah pekerjaan tetap, sedangkan tidak setiap pekerjaan tetapadalah perusahaan dalam arti mengejar keuntungan pribadi,

Dari hasil perhitungan speedup tersebut kemudian dihitung besarnya efisiensi komputasi pada sistem distributed rendering ini dengan cara membagi nilai speedup yang

Dalam karya musik yang dipentingkan adalah penciptaan suasana- suasana khusus yang dapat dirasakan secara mendalam, kalau perlu teknik-teknik. baru ditampilkan, mungkin

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan