• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan akan dilihat dari bagaimana karyawan mengerjakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan akan dilihat dari bagaimana karyawan mengerjakan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kinerja ialah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas sesuai job description yang telah ditentukan organisasi. Selanjutnya baik buruknya kinerja karyawan akan dilihat dari bagaimana karyawan mengerjakan tugas-tugasnya. Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan (Abdullah, 2014). Dalam sebuah organisasi kinerja pegawai sangat penting karena produktivitas organisasi tidak luput dari kinerja pegawai. (Gibson, Ivancevich, 2010) mengemukakan adanya tiga kelompok variabel sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi yaitu: pertama, variabel individu, meliputi: (a) kemampuan dan keterampilan (fisik), (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, dan pengalaman), dan (c) demografis (umur, asal usul, jenis kelamin). kedua, variabel organisasi, meliputi: (a) sumberdaya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, dan (e) desain pekerjaan. ketiga, variabel psikologis meliputi : (a) mental/intelektual, (b) persepsi, (c) sikap, (d) kepribadian, (e) belajar, dan (f) motivasi.

Kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat dari kinerja pegawai yang masih dikontrol setiap saat oleh pemimpin. Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif atau menyeluruh tentang bagaimana mengarahkan,

(2)

2

mempengaruhi, mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan juga memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan (Sumarto & Subroto A, 2011).

Selain itu, kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang terdapat dalam budaya organisasi di suatu organisasi. Budaya organisasi merupakan faktor intervening yang mempengaruhi persepsi terhadap toleransi, kerjasama, dan kenyamanan kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan dan kinerja karyawan (Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge, 2015).

Dengan demikian budaya organisasi juga berpengaruh penting terhadap kinerja karyawan di suatu organisasi. Seperti halnya penelitian yang dilakukan (Faizal Dwijayanto, 2019) hasil penelitian membuktikan bahwa budaya organisasi tidak memoderasi pengaruh kepemimpinan yang melayani terhadap kinerja, budaya organisasi tidak memoderasi pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja. Karena perbedaan hasil penelitian tersebut penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kembali bahwa budaya organisasi dapat digunakan sebagai pemoderasi Servant Leadership terhadap kinerja karyawan.

Sebuah organisasi pasti memiliki seseorang yang ditunjuk selaku pemimpin dengan memiliki karakteristik yang berbeda-beda di setiap individu dalam menjalani gaya kepemimpinan di sebuah organisasi.

Pemimpin harus memahami mana bawahan yang harus dipimpin, mengetahui kelemahan dan kelebihan setiap individu bawahanya.

(3)

3

Sehingga dapat memanfaatkan kelebihan setiap individu bawahan untuk mencapai keefektifan dalam kinerjanya dan menemukan cara memanfaatkan kelemahan tiap individu yang bermanfaat bagi keberlanjutan organisasi. Jika pemimpin mampu menjalankan fungsi kepemimpinan dengan baik, hal itu akan terwujud, dan tidak mungkin untuk mewujudkanya jika pemimpin tidak dapat memainkan fungsi kepemimpinan dengan baik (Yudiaatmaja, 2013).

Sumber daya manusia dalam sebuah organisasi harus tetap diseimbangkan demi keberlangsungan organisasi, di dalam organisasi setiap individunya tidak akan lepas dari nilai-nilai budaya yang dianutnya.

Pada akhirnya semua komponen perangkat organisasi, gaya hidup budaya yang berbeda-beda. Pada umumnya, organisasi bertumpuan pada kemampuan kinerja individu-individunya, karena diyakini keefektifan tiap individu akan mempengaruhi keefektifan kinerja tim sehingga akan berpengaruh kepada keefektifan di seluruh organisasi. Setiap pemimpin harus memiliki terobosan-terobosan baru yang baik dalam gaya kepemimpinanya dengan tujuan ke arah lebih baik sesuai persaingan dan perkembangan zaman. Terobosan atau inovasi dapat dilakukan dengan memperkenalkan hal-hal yang baru atau mengganti hal-hal yang lama dengan acuan perubahan untuk ke arah yang lebih baik.

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang merupakan supplier utama kopi dunia. Area penanaman kopi Indonesia tersebar di beberapa pulau seperti Sumatera, Jawa, Bali, Flores dan Papua. Di tahun 2017, produsen kopi terbesar adalah Brazil, Vietnam, Kolumbia dan

(4)

4

Indonesia (Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2018). Usaha Coffee Shop sangatlah menjanjikan. Malang sebagai kota terbesar ke dua di Jawa Timur yang menjadi sentra UMKM Coffee Shop, didukung dengan letak geografis Malang yang sangat strategis yaitu 112.060 - 112.070 Bujur Timur, 7.060 - 8.020 Lintang Selatan. Gaya hidup minum kopi saat ini sedang menjadi tren di kalangan masyarakat, khususnya milenial. Hal ini tentunya turut menumbuhkan industri kedai kopi dalam negeri. Menurut Chairman Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) Syafrudin, hingga akhir 2019 pertumbuhan kedai kopi diprediksi mencapai 15%-20% dibandingkan 2018 yang hanya mencapai 8%-10%. Sedangkan kontribusi kedai kopi terhadap serapan kopi produksi dalam negeri diprediksi mencapai 25%-30%.

Gambar 1. 1

Konsumsi kopi di Indonesia

Sumber: (International Coffee Organitation)

Berdasarkan gambar 1.1 menunjukan bahwa terjadi peningkatan konsumsi kopi di Indonesia tahun 2014-2018 (Hendi, 2019). Dengan demikian dalam sebuah organisasi pasti tidak lepas dari sumber daya manusia. Menurut (Siagian, 2015) problematika sumber daya manusia masih menjadi tolak ukur dan tumpuan bagi perusahaan untuk tetap dapat

(5)

5

UMKM BERDASARKAN SEKTOR/LAPANGAN USAHA KABUPATEN MALANG

PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUS TRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RES TORAN TRANS PORTASI

KEUANGAN JAS A-JASA

bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia menjadi pelaku utama dalam setiap kegiatan perusahaan, walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber daya yang berlebihan, tetapi tanpa didukung sumber daya manusia yang handal, kegiatan perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu organisasi atau institusi akan ditentukan oleh faktor manusianya atau karyawannya dalam mencapai tujuannya (Nugraheni & Budiatmo, 2014).

Gambar 1. 2

Sumber: (Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur)

UMKM COFFEE SHOP adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang UKM di Malang dengan memberikan layanan yang maksimal. UMKM yang ada meliputi banyak sektor atau jenis lapangan

(6)

6

usaha antara lain sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, transportasi, keungan dan jasa-jasa. Apabila ditinjau dari jumlah UMKM yang ada di kabupaten Malang berdasarkan sektor memiliki jumlah yang bervariasi antara lain sektor pertanian sebanyak 244.934, pertambangan dan penggalian sebanyak 1.614, industri pengolahan sebanyak 20.894, konstruksi sebanyak 939, perdagangan hotel dan restoran sebanyak 106.061, transportasi sebanyak 15.101, keuangan sebanyak 493 dan jasa- jasa sebanyak 24.480 (Choiruddin, Muh Nanang., 2019). Dalam suatu organisasi pasti ingin mencapai tujuannya tanpa ada suatu kendala, seperti tujuan mencapai laba, unggul dalam persaingan, dan memenuhi kepuasan pelanggan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut tidak semudah yang pimpinan bayangkan. Kendala utama yang timbul dapat berasal dari karyawan sebagai anggota organisasi. Disini peran pemimpin sebagai pilar utama organisasi dalam mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) dianggap konsisten dengan perkembangan zaman dan berkelanjutan, serta memiliki efek positif pada kinerja karyawan (Ding et al., 2012).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti yang dilakukan kepada pemimpin dan karyawan di kafe X yang merupakan usaha kafe di Malang, terdapat indikasi bahwa pemimpin mempekerjakan temannya untuk menjadi karyawan di kafe tersebut. Proses rekrumen karyawan di kafe X yaitu melalui mulut ke mulut yang artinya pemimpin memberikan informasi ke teman-temannya bahwa ada rekrutmen karyawan di kafe

(7)

7

tersebut dan yang bersedia bisa langsung datang ke kafe untuk melakukan proses wawancara dengan pemimpin dan di informasikan tentang ketentuan lama jam kerja dan nominal gaji yang akan diberikan. Setelah melalui proses tersebut, karyawan akan diberikan pelatihan di hari pertama bekerja. Namun karena karyawan merasa sebagai teman pemimpin, setelah beberapa lama bekerja karyawan sering melanggar atau tidak menghiraukan arahan dan peraturan yang sudah diterapkan oleh pemimpin. Seperti halnya aturan untuk memakai sepatu saat bekerja namun dilanggar oleh karyawan lainnya yaitu hanya menggunakan sandal.

Selain itu, untuk aturan jam kerja yang telah disepakati sebelumnya yaitu untuk karyawan full time bekerja selama 8 jam, dan untuk karyawan part time bekerja selama 5 jam ternyata masih sering dilanggar oleh karyawan dengan masuk shift tidak tepat waktu yaitu sering terlambat masuk shift 15-20 menit sehingga membebani karyawan yang lain karena harus bekerja lebih lama dari waktu yang ditetapkan. Hal tersebut menyebabkan produktifitas dan kinerja karyawan menurun karena karyawan harus bekerja lebih dari jam yang telah disepakati atau melakukan pekerjan di luar job description.

Dalam hal Servant Leadership, hampir seluruh kafe atau organisasi dimiliki oleh perorangan yang menjadi pemimpin sekaligus memegang kendali seluruh operasional termasuk keuangan dan persediaan bahan baku di kafe tersebut. Seperti halnya di kafe X, persediaan stok bahan baku yang memegang kendali semuanya adalah pemimpin sehingga menyebabkan karyawan sering mengeluhkan tentang telatnya persediaan bahan baku

(8)

8

apabila kondisi kafe ramai. Diketahui dari hasil wawancara dan observasi peneliti, karyawan sering berbelanja bahan baku pada saat jam kerja akibat kurangnya stok bahan baku di café X yang menyebabkan karyawan tidak optimal dalam menyelesaikan pekerjaan saat membuat pesanaan pelanggan. Tentunya hal tersebut berakibat ke produktifitas organisasi yang disebabkan pemimpin kurang menyediakan kebutuhan karyawan yang menjadi definisi utama Servant Leadership yaitu gaya kepemimpinan yang melayani sehingga pemimpin harus menyediakan kebutuhan karyawan. Selain itu ketika karyawan telat dalam masuk shift juga merupakan kurangnya nilai-nilai budaya yang menjadi acuan dalam sebuah organisasi yaitu tanggung jawab terhadap pekerjaaanya. (Wibowo, 2011) menjelaskan faktor internal dalam sebuah organisasi disamping didukung oleh sumber daya yang diperlakukan maka yang sangat besar perannya adalah budaya organisasi yang dianut segenap sumber daya manusia dalam organisasi.

Melihat fenomena yang terjadi di kafe X kendala utama yang terjadi disebabkan oleh karyawan yang merupakan anggota organisasi.

Kurangnya kepedulian dan tanggung jawab atas pekerjaan menyebabkan hubungan karyawan satu dan karywan yang lain menurun sehingga berakibat terhadap kinerja karyawan. Untuk mengatasi kendala tersebut penerepan gaya kepemimpinan harus di perhitungkan, Menurut (Vondey Michelle, 2010), Servant Leadership merupakan seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya serta komunitasnya, karena itu ia mendahulukan hal-hal tersebut daripada

(9)

9

pencapaian ambisi pribadi (personal ambitious) dan kesukaannya semata.

Dapat disimpulkan bahwa Servant Leadership merupakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan kepentingan dan kebutuhan bawahan sehingga pada ahirnya menimbulkan timbal balik kepada organisasi maupun pemimpin. Servant Leadership memiliki peranan penting dalam mempengaruhi kinerja karyawan hal ini didasarkan dari penelitian (Andre

& Lantu, 2015b), (Feng et al., 2019) dan (Lee, 2019). Dengan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat akan mendorong kinerja karyawan dan budaya organisasi. Budaya organisasi adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi, selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem-sistem nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi. Karyawan ,melanggar peraturan dengan memakai sandal dalam bekerja dan telat masuk sift kerja menimbulkan permasalahan antar karyawan yang memiliki hubungan dengan indikator budaya organisasi menurut (Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge, 2018) orientasi tim yaitu berkaitan dengan sejauh mana kegiatan kerja organisasi dilaksanakan dalam tim-tim kerja, bukan pada individu-individu. Permasalahan tersebut juga memiliki keterkaitan dengan indikator kinerja karyawan yang dijelaskan oleh (Gibson, Ivancevich, 2010) meliputi kualitas pekerjaan (quality of work), bekerja sama (cooperative), kreativitas (creativeness), dapat diandalkan (dependability), job knowledge, initiative, dan personal qualities.

Melihat hasil para ahli sebelumnya dapat disimpulkan Servant Leadership dan Budaya Organsasi berkesinambungan dengan Kinerja

(10)

10

Karyawan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Karyawan dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating di Sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Coffee Shop di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas dapat dirumuskan tiga permasalahan, yakni:

1. Bagaimana Servant Leadership, Kinerja Karyawan, dan Budaya Organisasi di Coffee Shop Kecamatan Dau?

2. Apakah Servant Leadership berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan?

3. Apakah Servant Leadership berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi?

1.3 Batasan Penelitian

Batasan masalah digunakan untuk membatasi dalam sebuah penelitian.

Agar penelitian menjadi fokus maka dibutuhkan batasan masalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian dibatasi pada karyawan bagian barista, pelayan dan kasir di UMKM Coffee Shop Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

2. Variabel Budaya Organisasi menggunakan indikator sesuai pendapat dari Robbins (2018), Variabel Kinerja Karyawan menggunakan

(11)

11

indikator sesuai pendapat Gibson (2010) dan Servant Leadership menggunakan indikator sesuai pendapat Greenleaf (2016).

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di cantumkan di atas, maka diharapakan tujuan yang tercapai di penelitian ini:

1. Untuk mendeskripsikan Servant Leadership, Kinerja Karyawan, dan Budaya Organisasi di Coffee Shop Kecamatan Dau

2. Untuk menganalisis pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Karyawan

3. Untuk menganalisis pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Karyawan dengan Budaya Organisasi sebagai variable Moderasi

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk peneliti lain sebagai referensi untuk penelitan pengaruh gaya kepemimpinan, Servant Leadership terhadap Kinerja Karyawan dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi.

2. Bagi Lembaga

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan kinerja karyawan Coffee Shop Kecamatan Dau

(12)

12

Kabupaten Malang melalui pengelolaan Budaya Organisasi dengan Servant Leadership.

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma boyer-moore dapat diterapkan dengan hasil yang akurat dan cepat dalam pencarian string pada aplikasi yang dibuat dengan mengambil kata kunci yang

memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia jasa konsultansi dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta

Jika penyebab gangguan adalah hasil dari pembelajaran maladaptif, maka perilaku dapat menjadi 'terpelajar' dg menggunakan salah satu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penegakan hukum administrasi terhadap alih fungsi hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato dengan mengacu pada ketentuan Pasal 36

Hubungan antara limit satu sisi dan dua sisi juga berlaku untuk turunan, yakni sebuah fungsi memiliki turunan pada suatu titik jika dan hanya jika fungsi

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisis statistik sedimen diketahui bahwa sedimen di Perairan Serdang Bedagai memiliki nilai

Konsep sumber daya data telah diperluas oleh para manajer dan pakar sistem informasi. Mereka menyadari bahwa data membentuk sumber daya organisasi yang berharga. Data dapat

“On this PC” refers to music files actually on your machine, while “in the cloud” lists songs you’ve bought from Microsoft’s online music store; they’re held for you in