• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deko Sanjaya 1 dan Syahrizal 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Deko Sanjaya 1 dan Syahrizal 2"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN PENJADWALAN PROYEK METODE LINE OF BALANCE (LoB) DAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) PADA PEKERJAAN BERULANG (REPETITIF)

(Studi Kasus Proyek Perumahan Maysa Tamansari Residence) Deko Sanjaya1 dan Syahrizal2

1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: dekosanjaya@yahoo.co.id

2Staff Pengajar Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: syahrizal_ar@ymail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan pekerjaan yang berulang pada proyek perumahan tidak selalu harus diselesaikan untuk satu unit rumah terlebih dahulu baru kemudian untuk unit kedua, ketiga dan seterusnya. Hal ini akan tidak efisien dalam penggunaan sumber daya dan durasi proyek sehingga berimbas pada membengkaknya biaya proyek.

Pelaksanaan proyek multiunit yang ditandai dengan adanya pekerjaan yang berulang sebaiknya direkayasa dalam penggunaan tenaga kerja yang lebih efisien dengan cara perpindahan kelompok pekerja setiap item pekerjaan dari unit yang satu ke unit berikutnya (kontinyu). Penggunaan metode penjadwalan proyek line of balance (LoB) dan precedence diagram method (PDM) ternyata mampu memberikan penjadwalan proyek dengan penggunaan tenaga kerja yang kontinyu. Pada proyek perumahan Maysa Tamansari Residence yang menjadi studi kasus pada penelitian ini diperoleh durasi waktu untuk 3 unit rumah couple adalah 58 minggu dengan penggunaan tenaga kerja yang kontinyu.

Kata Kunci: line of balance, precedence diagram method, LoB, PDM, metode penjadwalan.

ABSTRACT

The implementation of repetitive activities on the housing project does not necessarily have to be completed to a home unit first and then for the second unit, third and so on. It would not be efficient in the use of resources and impact on the duration of the project so that the project overruns. Multiunit project implementation is characterized by repetitive work should be engineered to use labor more efficiently by way of transfer of any group of workers who work items from one unit to the next unit (continuous). The use of project scheduling method line of balance (LoB) and precedence diagram method (PDM) was able to deliver the project scheduling with the use of continuous employment. In the housing project Maysa Tamansari Residence which became a case study in this study were obtained for the duration of 3 couple house is 58 weeks with the use of continuous employment.

Keyword: line of balance, precedence diagram method, LoB, PDM, scheduling method.

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini sering kita temukan proyek konstruksi yang melakukan pekerjaan berulang dan berkelanjutan pada satu proyek. Misalnya pembangunan rumah-rumah pada proyek perumahan. Proyek konstruksi multiunit seperti ini menyebabkan kebutuhan pemakaian sumber daya juga berulang dan berkelanjutan. Penjadwalan proyek yang tidak memperhitungkan pekerjaan berulang ini menyebabkan unit pekerjaan berulang tersebut mengalami penundaan (lag). Hal ini akan berpengaruh pada lamanya durasi proyek sehingga membengkaknya biaya proyek.

Untuk mengatasi permasalahan pada proyek seperti ini diperlukan metode penjadwalan proyek yang mampu memfasilitasi aliran sumber daya yang tak terputus dari satu unit ke unit berikutnya.

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang berkembang pada saat ini, seperti metode barchart, kurva S, line of balance (LoB), critical path method (CPM), precedence diagram method (PDM) dan sebagainya.

Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan penggunaan metode penjadwalan tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Pada proyek perumahan Maysa Tamansari Residence, penjadwalan proyek dilakukan dengan menggunakan kurva S, penjadwalan proyek dengan metode ini paling sering digunakan pada proyek konstruksi, karena dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan pekerjaan, waktu, dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan dalam bentuk kurva. Namun, metode ini kurang efektif jika digunakan dalam proyek yang mengerjakan pekerjaan berulang karena tidak bisa mengoptimalkan penggunaan sumber daya pada unit pekerjaan berulang, dalam hal ini mempertahankan kontinyuitas pekerjaan sehingga penggunaan sumber daya menjadi tak terputus.

Selain itu metode ini juga tidak dapat memberikan informasi yang mendetail hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek saja.

(2)

Metode LoB dikenal efektif digunakan pada proyek konstruksi multiunit yang banyak melakukan pekerjaan berulang terutama pada proyek dengan jumlah pekerjaan yang relatif sedikit dan durasi item pekerjaan yang relatif seragam. Begitu juga dengan PDM, merupakan metode jaringan kerja yang penyajiannya relatif lebih sederhana jika diterapkan pada proyek dengan pekerjaan berulang serta dapat memberikan informasi yang lebih mendetail.

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, muncul permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa efektif metode LoB dan PDM mampu merencanakan penjadwalan proyek pada proyek konstruksi yang melakukan pekerjaan berulang dengan tetap mempertahankan kontinyuitas pekerjaan sehingga penggunaan sumber daya menjadi tak terputus.

2. Apakah kelebihan dan kelemahan metode LoB dan PDM jika digunakan pada proyek konstruksi yang melakukan pekerjaan berulang, dalam hal ini yang menjadi objek studi adalah proyek perumahan Maysa Tamansari Residence, yang berlokasi di jalan Setia Budi Pasar 2 Tanjung Sari, Medan.

Line of Balance (LoB)

LoB adalah metode penjadwalan menggunakan sumbu koordinat, yaitu absis dan ordinat, absis menunjukkan waktu kerja dan ordinat menunjukkan jumlah unit pekerjaan atau lokasi kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan garis miring menyatakan jenis kegiatan sekaligus menunjukkan kecepatan dari kegiatan tersebut. Kemiringan dari setiap garis alir kegiatan menunjukkan tingkat produktifitas dari kegiatan tersebut. Semakin tegak garis alir tersebut maka semakin tinggi tingkat produktifitasnya.

LoB merupakan metode penjadwalan proyek yang ditujukan untuk perencanaan proyek yang memiliki kegiatan- kegiatan yang berulang (repetitif). Seperti pada proyek perumahan, konstruksi jalan raya, pemasangan pipa dan lain sebagainya. Terutama proyek dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dengan kegiatan yang berulang. LoB juga berfungsi sebagai media control dan monitoring, karena bisa digunakan untuk menunjukkan jumlah pekerjaan yang sudah selesai dalam kurun waktu tertentu, sehingga tingkat produksi bisa selalu dikontrol apakah sesuai dengan rencana awal. Hal ini ditunjukkan oleh lead times. Lead times adalah waktu yang harus dilalui suatu pekerjaan sampai seluruh kegiatan selesai.

Istilah Dalam LoB

Interupsi adalah adanya penghentian atau penundaan kegiatan untuk suatu waktu tertentu yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada garis alir kegiatan. Banyak penyebab terjadinya interupsi, antara lain: sumber daya yang terhenti, kesulitan teknis dan sebagainya.

Gambar 1. Contoh interupsi Keterangan: = Interupsi

Restraint adalah waktu tunggu antara selesainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan yang lain. Hal ini terjadi antara lain karena kedua kegiatan mempunyai sumber daya yang sama dan jumlahnya terbatas sehingga diperlukan waktu transfer sumber daya dari kegiatan sebelumnya.

Gambar 2. Contoh restraint Keterangan: = Restraint

Buffer adalah jarak yang diperlukan antara dua kegiatan. Jarak dapat berupa lokasi (buffer lokasi) maupun waktu (buffer waktu). Buffer waktu mempunyai duakonsep yaitu: buffer waktu minimum dan buffer waktu maksimum.

(3)

Gambar 3. Buffer lokasi dan buffer waktu Keterangan:

Teknik Perhitungan

Ada dua teknik perhitungan dalam LoB yaitu perhitungan maju dan perhitungan mundur. Perhitungan maju digunakan jika durasi waktu pekerjaan pendahulu (successor) lebih kecil atau sama dengan durasi waktu pekerjaan yang mengikuti (predecessor). Sedangkan perhitungan mundur digunakan jika durasi waktu pekerjaan pendahulu (successor) lebih besar dari durasi waktu pekerjaan yang mengikuti (predecessor).

Precedence Diagram Method (PDM)

Kegiatan dalam PDM digambarkan oleh sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering disebut juga Activity On Node (AON). Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi, bentuk umum yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Node PDM Keterangan:

 ES, Earliest Start, waktu mulai paling awal suatu kegiatan.

 EF, Earliest Finish, waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Jika hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu adalah ES kegiatan berikutnya.

 LS, Latest Start, waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

 LF, Latest Finish, waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.

Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini ditunjukkan oleh sebuah garis penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah. Jika kegaitan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan pula maka ditambahkan kegiatan dan kegiatan akhir yang keduanya merupakan kegiatan fiktif. Misalnya untuk kegiatan awal ditambahkan kegaitan START dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan FINISH.

Jalur Kritis

Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan jalur kritis dapat dilakukan perhitungan kedepan (forward analysis) dan perhitungan kebelakang (backward analysis). Perhitungan kedepan (forward analysis) dilakukan untuk mendapatkan besarnya Earliest Start dan Earliest Finish. Yang merupakan predecessor adalah kegiatan I, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J.

Gambar 5. Hubungan kegiatan I dan J Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:

(4)

 ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij

 EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj Catatan:

 Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai terbesar

 Jika tidak ada/ diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka ESj dihitung dengan cara berikut:

ESj = EFj – Dj

Perhitungan kebelakang (backward analysis) dilakukan untuk mendapatkan besarnya Latest Start dan Latest Finish. Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan I.

Gambar 6. Hubungan kegiatan I dan J Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:

 LFi = LFj + FFij atau LFi = LSj + FSij

 LSi = LSj + SSij atau LSi = LFj + SFij atau LFi + Di Catatan:

 Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai terkecil

 Jika tidak ada/ diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFj dihitung dengan cara berikut:

LFj = LSi + Di

Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:

 Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)

 Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)

 LF – ES = Durasi Kegiatan Hubungan Overlapping

Hubungan Finish to Start (FS), Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya (predecessor). FS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Finish to Start dengan lag = 0, Finish to Start dengan lag positif, Finish to Start dengan lag negatif.

Gambar 7. Hubungan FS

Hubungan Start to Start (SS), Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya (predecessor). SS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Start to Start dengan lag = 0, Start to Start dengan lag positif, Start to Start dengan lag negatif.

Gambar 8. Hubungan SS

Hubungan Finish to Finish (FF), Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya (predecessor). FF dapat dikondisikan

(5)

menjadi tiga, yaitu: Finish to Finish dengan lag = 0, Finish to Finish dengan lag positif, Finish to Finish dengan lag negatif.

Gambar 9. Hubungan FF

Hubungan Start to Finish (SF), Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya (predecessor). SF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Start to Finish dengan lag = 0, Start to Finish dengan lag positif, Start to Finish dengan lag negatif.

Gambar 10. Hubungan SF 2. METODE PENELITIAN

Lokasi Proyek Penelitian

Dalam penelitian ini sebagai objek studi adalah Proyek Pembangunan Perumahan Maysa Taman Sari Residence, jalan Setia Budi Pasar 2 Tanjung Sari, Medan. Pemilihan proyek ini sebagai objek studi karena proyek ini memiliki pekerjaan berulang (repetitif), yang memungkinkan untuk dibahas dan dianalisa dari segi penjadwalan proyek dengan menggunakan LoB dan PDM.

Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh dari pemilik proyek (owner), terdiri dari time schedule proyek dengan metode barchart dan kurva S, rencana anggaran biaya (RAB), dan gambar kerja (shop drawing). Sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data- data yang diperoleh dari studi literatur baik buku referensi, jurnal, dan bahan bacaan lainnya.

Metode Analisa Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan penjadwalan proyek menggunakan LoB dan PDM pada proyek yang melakukan pekerjaan berulang (repetitif), dan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing- masing metode jika diterapkan pada proyek konstruksi yang melakukan pekerjaan berulang (repetitif). Dari data proyek yang diperoleh akan dibuat penjadwalan ulang proyek dengan menggunakan LOB dan PDM. Kemudian dilakukan analisa terhadap metode penjadwalan yang telah dibuat untuk mendapatkan perbandingannya. Secara umum langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meyusun penjadwalan proyek dengan metode LoB.

2. Menyusun penjadwalan proyek dengan PDM.

3. Melakukan analisa perbandingan penjadwalan proyek dengan metode LoB dan PDM.

4. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan masing-masing metode.

5. Menarik kesimpulan dan saran.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penjadwalan Proyek Metode LoB

Penjadwalan proyek menggunakan metode LoB dibuat untuk 1 unit rumah couple terlebih dahulu. Dari LoB untuk 1 unit ini dianalisa untuk mendapatkan penjadwalan proyek metode LoB untuk 3 unit. 3 unit rumah couple merupakan jumlah sampel rumah yang dibangun. Secara umum langkah-langkah penyusunan penjadwalan proyek dengan LoB adalah sebagai berikut:

1. Membuat WBS dan logika ketergantungan pekerjaan proyek.

2. Membuat barchart dan diagram garis untuk 1 unit.

(6)

3. Menganalisa LoB untuk 1 unit dari analisa diagram garis.

4. Membuat Barchart dan menganalisa LoB untuk 3 unit.

Pertama dilakukan transfer dari barchart (Gambar 12) untuk 1 unit ke diagram garis untuk dilakukan analisa konflik dari penjadwalan proyek. Dari transfer tersebut didapat pekerjaan-pekerjaan yang mengalami konflik ditandai dengan garis produksi yang saling bersilangan (Gambar 13). Garis produksi yang mengalami konflik tersebut dilakukan pergeseran sedemian rupa sehingga tidak lagi terjadi konflik antar item pekerjaan. Hasil penjadwalan ini merupakan penjadwalan proyek metode LoB untuk 1 unit (Gambar 14).

Gambar 11. Barchart 1 unit

Gambar 12. Analisa konflik

Gambar 13. LoB 1 unit

Langkah selanjutnya membuat barchart untuk 3 unit yang disusun berdasarkan LoB untuk 1 unit (Gambar 15).

Dari barchart ini dilakukan transfer ke diagram garis terlebih dahulu (Gambar 16). dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terjadinya work break hampir disetiap item pekerjaan, untuk menghilangkan work break tersebut maka dilakukan analisis dengan metode LoB. Pembuatan LoB untuk 3 unit dilakukan dengan cara perpanjangan garis produksi, dengan syarat tidak adanya garis produksi yang saling berpotongan yang berarti tidak ada pekerjaan-pekerjaan dengan penggunaan sumber daya yang sama dilakukan secara bersamaan. Teknik menyusun penjadwalan proyek multi unit metode LoB dilakukan dengan merekayasa perpindahan kelompok pekerja pada pekerjaan-pekerjaan berulang, pertama diatur mengikuti jadwal satu unit rumah, selanjutnya diatur dengan aturan kelompok pekerja bisa berpindah dari satu unit ke unit berikutnya setelah kelompok ini menyelesaikan pekerjaannya diunit rumah sebelumnya. Hasil penjadwalan proyek dengan metode LoB (Gambar 17) diperoleh lamanya durasi waktu untuk membuat 3 unit rumah couple adalah 58 minggu dengan penggunaan tenaga kerja tak terputus (kontinyu).

(7)

Gambar 14. Barchart 3 unit

Gambar 15. Diagram garis

(8)

Gambar 16. LoB

Penjadwalan Proyek Metode PDM

PDM merupakan penjadwalan proyek yang berbentuk diagram jaringan. Adapun langkah penyusunan penjadwalan proyek dengan PDM adalah:

1. Mentransfer penjadwalan proyek LoB ke barchart untuk mendapatkan hubungan ketergantungan antar pekerjaan.

2. Melakukan perhitungan kedepan untuk mendapatkan Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF).

3. Melakukan perhitungan kebelakang untuk mendapatkan Latest Start (LS) dan Latest Finish (LF).

4. Menyusun data ES, EF, LS, & LF untuk mendapatkan pekerjaan kritis.

5. Membuat diagram preseden untuk 3 unit.

Dari penjadwalan proyek metode LoB dibuat kembali ke barchart (Gambar 18) untuk memperlihatkan hubungan ketergantungan antar pekerjaan yang lebih jelas, baru kemudian dibuat diagram presedennya PDM untuk masing-masing pekerjaan yang menampilkan data kegiatan, durasi, dan hubungan keterkaitan antar kegiatan.

Kemudian masukkan nilai ES dan EF dari hasil perhitungan ke depan dan nilai LS dan LF dari hasil perhitungan ke belakang. Selanjutnya untuk mendapatkan kegiatan kritis ditandai dengan nilai ES sama dengan LS dan nilai LS sama dengan LF, maka diperoleh kegiatan kritis pada penjadwalan ini adalah kegiatan A-B-C-D-E-J-K-O-R- S.

Diagram preseden yang dibuat dari hasil perhitungan ini merupakan penjadwalan untuk 3 unit rumah couple (Gambar 19) adalah hasil penjadwalan proyek menggunakan PDM untuk 3 unit. Penjadwalan proyek yang dilakukan dengan metode PDM ini merupakan transfer dari penjadwalan proyek metode LoB sehingga mampu memberikan penjadwalan proyek dengan penggunaan sumber daya yang tak terputus (kontinyu). Diperoleh durasi waktu untuk 3 unit rumah adalah 58 minggu.

Gambar 17. Barchart dari LoB 3 unit

(9)

Gambar 18. PDM

Perbandingan Penjadwalan Proyek Metode LoB Dan PDM

Berdasarkan penjadwalan proyek dengan metode LoB dan PDM pada pekerjaan berulang (repetitif) dengan jumlah tenaga kerja dan durasi waktu item pekerjaan yang sama, diperoleh durasi waktu proyek untuk menyelesaikan 3 unit rumah couple adalah 58 minggu dengan penggunaan sumber daya yang terus-menerus (kontinyu). Tabel 1, memberikan perbandingan antara metode LoB dan PDM:

No. Parameter Perbandingan Metode

LoB PDM

1. Durasi waktu proyek 58 minggu 58 minggu 2. Kontinyuitas sumber daya/ tenaga kerja √ √

3. Tingkat kemajuan proyek √ x

4. Hubungan ketergantungan antar kegiatan x √ Tabel 1. Perbandingan metode LoB dan PDM

Kelebihan metode LoB dibandingkan metode PDM adalah penjadwalan proyek dengan metode LoB bisa diketahui tingkat kemajuan proyek per-satuan waktu misalnya tingkat penyelesaian proyek per-minggu, sedangkan penjadwalan dengan metode PDM tidak dapat diketahui. Selain itu, penjadwalan dengan metode LoB lebih sederhana dalam segi perhitungan dan penampakan visualnya yang lebih mudah dipahami.

Kelemahan metode LoB dibandingkan metode PDM adalah hubungan ketergantungan antar kegiatan yang memiliki lebih dari satu hubungan ketergantungan tidak nampak sedangkan pada metode PDM yang merupakan penjadwalan proyek berupa diagram jaringan hubungan ketergantungannya sangat jelas yang ditunjukkan dengan garis/ anak panah. Selain itu, semakin banyak jumlah item pekerjaan juga memberikan kesulitan tersendiri dalam menyusun penjadwalan proyek dengan metode LoB. Begitu juga dengan tingkat keragaman durasi setiap item kegiatan cenderung dapat memperlambat durasi proyek. Hal ini dikarenakan untuk mempertahankan kontinyuitas penggunaan sumber daya. Penjadwalan dengan metode LoB akan lebih efektif diterapkan pada proyek-proyek yang mempunyai jumlah item pekerjaan yang sedikit tetapi berulang (repetitif) dan durasi per item pekerjaan yang relatif sama.

Pengaturan Tenaga Kerja

Metode LoB dan PDM dapat memberikan penjadwalan yang baik pada proyek yang memiliki pekerjaan berulang atau multiunit dengan penggunaan tenaga kerja yang berulang (kontinyu). Untuk membuat penjadwalan proyek dengan penggunaan tenaga kerja yang berulang disyaratkan bahwa tenaga kerja yang digunakan hanya bekerja pada keahliannya saja atau tidak ada pekerja yang dapat bekerja pada banyak pekerjaan. Sehingga penjadwalan yang dibuat bisa kontinyu, artinya pekerja dapat bekerja terus-menerus dari unit yang satu ke unit berikutnya hingga pekerjaannya selesai tanpa adanya work break.

(10)

Dana Awal

Penjadwalan proyek dengan metode LoB dan PDM mampu merencanakan penjadwalan dengan penggunaan sumber daya yang tak terputus (kontinyu). Dari segi pemanfaatan sumber daya hal ini sangat efekt if dibandingkan penjadwalan perunit rumah. Tetapi dampak yang diakibatkan adalah dibutuhkan dana yang cenderung konstan selama durasi proyek dibandingkan pada penjadwalan biasa. Hal ini bisa dijelaskan karena dengan penggunaan tenaga kerja yang terus menerus, peralatan dan bahan konstruksi yang dibutuhkan juga menerus atau sekaligus untuk unit-unit berikutnya. Sehingga sejak dari awal proyek pihak kontraktor harus menyediakan dana yang cukup besar dan relatif konstan sepanjang durasi proyek.

Jalur Kritis

Penjadwalan dengan metode LoB tidak memperhitungkan jalur kritis secara khusus, seperti pada perhitungan jalur kritis pada metode PDM. Tetapi pada kenyataannya kita dapat mengetahui jalur kritis dengan menyelusuri garis-garis produksinya. Jalur kritis bisa diperoleh dengan menyelusuri garis produksi yang memiliki hubungan keterkaitan Finish to Start (FS).

Tipe Proyek

Tidak semua proyek konstruksi dapat dibuat penjadwalan proyek dengan penggunaan sumber daya yang terus- menerus (kontinyu). Pada proyek jembatan, bendungan yang tidak terdapat pekerjaan berulang penggunaan metode penjadwalan dengan tenaga kerja berulang tentu tidak efisien atau bahkan cenderung memperlama durasi proyek. Tipe-tipe proyek yang cocok diterapkan penjadwalan dengan metode ini adalah proyek yang memiliki pekerjaan berulang atau multiunit seperti proyek jalan raya, proyek pemasangan pipa, dan proyek perumahan.

Selain itu jenis pekerjaan yang relatif sedikit dan durasi setiap item pekerjaan yang relatif sama juga perlu dipertimbangkan karena hal ini berpengaruh pada lamanya durasi proyek.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah:

1. Metode LoB dan PDM mampu merencanakan penjadwalan proyek pada pekerjaan berulang (repetitif) dengan tetap menjaga kontinyuitas penggunaan tenaga kerja ditandai dengan tidak adanya work break pada pekerjaan.

2. Kelebihan penjadwalan proyek metode LoB dibandingkan metode PDM adalah:

a. Analisa perhitungan penjadwalan proyek relatif sederhana.

b. Penampakan visual diagram penjadwalan mudah dibaca dan dipahami.

c. Dapat diketahui tingkat kemajuan proyek harian ataupun mingguan.

3. Kelemahan penjadwalan proyek metode LoB dibandingkan metode PDM adalah:

a. Hubungan ketergantungan antar kegiatan terutama untuk kegiatan yang memiliki lebih dari satu hubungan ketergantungan kurang jelas.

b. Untuk pekerjaan yang lebih kompleks dengan item pekerjaan yang banyak relatif sulit.

c. Dana yang dibutuhkan cenderung konstan selama durasi proyek sehingga pihak kontraktor harus menyediakan dana yang cukup besar sejak awal proyek.

4. Penjadwalan proyek dengan penggunaan tenaga kerja yang kontinyu hanya bisa diterapkan pada proyek- proyek yang memiliki pekerjaan yang berulang (repetitif).

5. Penggunaan metode LoB dan PDM sekaligus dalam penjadwalan dapat memberikan hasil penjadwalan yang baik, baik dari segi kontinyuitas tenaga kerja maupun hubungan ketergantungan antar kegiatan.

5. SARAN

Dalam menyusun penjadwalan proyek dengan metode PDM diperoleh dari hasil transfer penjadwalan proyek metode LoB langsung untuk 3 unit sehingga kontinyuitas pekerjaan tetap terjaga. Penulis menyarankan untuk penelitian lanjutan bagaimana jika analisa penjadwalan proyek metode PDM dilakukan untuk 1 unit terlebih dahulu baru kemudian dibuat untuk unit berikutnya berdasarkan barchart untuk 1 unit rumah.

6. DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mawardi. Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB.

Anak Agung Wiranata, dkk. 2009. Penggunaan Metode Penjadwalan Berulang (Repetitive Scheduling Method) pada Pengerjaan Proyek Perumahan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 2, Juli 2009.

Budi Laksito. 2005. Studi Komparatif Penjadwalan Proyek Konstruksi Repetitif Menggunakan Metode Penjadwalan Berulang (RSM) dan Metode Diagram Preseden (PDM). Media Teknik Sipil/ Juli/ 2005.

(11)

Clough, Richard H., Sears, Glen A. 1972. Construction Project Management. John Wiley & Sons, Inc., New York, 1979.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi – Jilid I. Kanisius: Yogyakarta.

Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi: Yogyakarta.

Gray, Clifford F. & Larson, Erik W. 2006. Manajemen Proyek – Proses Manajerial. Andi : Yogyakarta.

Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek. Andi: Yogyakarta.

Robert B. Harris, & Photios G. Ionnau. 1998. Repetitive Scheduling Method. Civil and Environmental Engineering Department. University of Michigan. Ann Arbor, Michigan. UMCEE Report No. 98-35.

Wahyu Amani, dkk. 2012. Perbandingan Aplikasi CPM, PDM, dan Teknik Bar Chart-Kurva S Pada Optimalisasi Penjadwalan Proyek. Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster), Vol. 01, No. 1, 2012, Hal. 15 – 22.

Gambar

Gambar 3. Buffer lokasi dan buffer waktu  Keterangan:
Gambar 6. Hubungan kegiatan I dan J  Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:
Gambar 11. Barchart 1 unit
Gambar 14. Barchart 3 unit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengadopsi sistem komputerisasi sebagai perangkatnya di dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, diharapkan dengan adanya asupan sistem

Dengan demikian para pengguna program dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud dalam hasil analisis pendekatan linear hubungan waktu tempuh dengan volume

Hal tersebut yang menjadi latar belakang peneliti dalam melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Website Marketing pada Kualitas Layanan

melaksanakan sambang di dusun 3 Desa kalipasir giat b habinkamtibmas polsek way jepara bripka minarno sambang kerumah tokoh pemuda desa sriwangi mas agus sampaikan

Bagi pemerintah Cina, diplomasi lingkungan harus memegang teguh sejumlah prinsip, yaitu prinsip kedaulatan negara, independensi, hak untuk membangun (right to

Buku daftar akta Notaris (Reportorium) tersebut wajib dirawat dan disimpan dengan baik oleh Notaris yang bersangkutan atau oleh Notaris pemegang protokol dan akan tetapi berlaku

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel kepemilikan pemegang saham pengendali (OWN), kepemilikan asing (FOR), kepemilikan pemerintah (GOV),

pitch pada variasi sudut hadap. Respon terbesar terjadi pada sudut hadap 180 0 dengan tinggi gelomabng signifikan sebesar 6 m. Pada sudut hadap 90 0 , respon gerakan pitch