1 BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN By.Ny.A DENGAN BBLR DAN ASFIKSIA NEONATORIUM
A. Pengkajian
Pengkajian dalam asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.A dengan BBLR dan asfiksia dibuat dalam bentuk tabel yang berisi Biodata yang mencakup identitas neonatus dan orang tua, keluhan utama / alasan masuk Rumah sakit, riwayat kesehatan dahulu, sekarang dan keluarga, bagan genogram, riwayat kehamilan dan persalinan, pemeriksaan fisik, kelainan lain, ketidaknyamanan, riwayat spiritual, riwayat psikososial, kebutuhan edukasi, lingkungan perawatan, terapi yang diberikan dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Tabel 3.1 Format Pengkajian Neonatus BBLR I. BIODATA
A. IDENTITAS NEONATUS 1. Nama : By.Ny.A
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 12 Januari 2020
3. Usia : 1 hari
4. Jenis Kelamin : Laki - laki 5. Tanggal Masuk : 12 Januari 2020
6. Tanggal Pengkajian : 13 Januari 2020 7. Diagnosa Medis : BBLR + AFIKSIA B. IDENTITAS ORANGTUA
1. Nama Ayah/Ibu : Tn. R / Ny. A 2. Usia : 23 tahun / 25 tahun 3. Pendidikan : SMA / SMA 4. Pekerjaan : Swasta/Swasta 5. Agama : Islam
6. Alamat : Dayeukolot
Jam : 09.00 WIB
II. RIWAYAT KESEHATAN 1. Alasan masuk rumah sakit
Bayi ny.A usia 24 jam lahir dengan BBLR ( berat 1900 gr) disertai asfiksia pada saat lahir.
2. Riwayat kesehatan dahulu
By Ny. A lahir pada usia kehamilan 32 minggu secara Spontan. Bayi lahir Pada tanggal 12 Januari 2020 pada pukul 05.40 dengan BB 1900 gr (BBLR murni sesuai usia gestasi), PB 40 cm, tidak langsung menangis, tonus otot lemah, APGAR score menit pertama 5 dan menit ke 5 6. Dilakukan tindakan bayi dihangatkan, atur posisi, isap lendir, dikeringkan dan dirangsang taktil, HR: >100×/menit
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 13 Januari 2020 pukul 09.00 WIB, bayi berada ditempat tidur dengan terpasang infus UVC (Umbilical Venous Catheters) dengan cairan Dextrose 10% 160cc/24 jam, terpasang OGT dan CPAP PeeP 7 F102 30%. BB 1800 gram, bayi nampak sesak retraksi dada (+), pernafasan cuping hidung (+), refleks hisap lemah Bayi sesekali menangis ketika terbangun dan kulit bayi tipis dan mengkilap. Nadi 140x/ mnt, Respirasi 48x/ mnt, Suhu 37,0°C. Diberikan terapi cefotaxime 2×95 mg. BAB (+) BAB/ BAK (+), BB 1900 gr, PB 40 cm, LK 30 cm, LD 29 cm, LP 27 cm.
Pada tanggal 14 Januari 2020 bayi masih terpasang infus UVC (Umbilical Venous Catheters) dengan cairan KA EN 4B 220/24 jam, masih terpasang OGT, dan tidak ada muntah. CPAP mulai dilepas dan diganti dengan oksigen sebanyak 1/2 -1L menggunakan nasal kanul. Bayi diberikan ASI dengan cara sonde sebanyak 5cc tidak ada residu lambung dan tidak ada muntah, bayi dilakukan fototerapi selama 48 jam. Diberikan terapi cefotaxime 2×95 mg, Aminophilin 15mg dosis selanjutnya 2 x 4 mg.
Alergi : Ya √Tidak
Sebutkan :-
Riwayat Imunisasi : Hb0 Lain –lain :-
Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan Sebelumnya :
Pernah dirawat : Ya √Tidak Kapan : -.
Diagnosa: -
Riwayat Operasi : Ya √ Tidak Kapan : -
Diagnosa: - Riwayat Kehamilan :
Kesehatan ibu saat hamil : Selama kehamilan ibu merasa sehat Periksa Kehamilan :
Diperiksa secara teratur √ Ya Tidak Tempat pemeriksaan : RS √ Ya Tidak Diperiksa oleh : dokter Imunisasi TT √ Ya Tidak
Riwayat Kelahiran :
Usia Kehamilan : 34 mgg Berat Badan Lahir : 1900 gram Masalah Post Natal yang lain Ya
√Tidak
Persalinan : √ Spontan SC Forcep Ekstraksi Vakum Sebutkan : - menangis : Ya Tidak langsung menangis, Nilai APGAR: 1 menit setelah lahir 5, 5 menit setelah lahir 6
jaundice: Ya √Tidak, Dilakukan IMD : Ya √Tidak Pengobatan yang didapat :
Cefotaxime 2 X 95 mg IV
Aminophilin 15 mg IV, selanjutnya 2 X 4 mg IV Infus Dextrose 10 % 100 cc/24 jam via UVC Pasang OGT, sementara puasa
PENGKAJIAN FISIK A. Pemeriksaan Fisik TD : -
Nadi : 137x/menit RR : 42 x/menit Suhu : 37,0°C
BB : 1900 gram PB/TB : 40 cm
LK : 30 cm / LD : 29 cm, LILA : 9 cm L.Perut : 27 cm
a. Pernafasan b. Sirkulasi c. kardiovaskuler
Spontan : Ya Tidak Alat bantu nafas : CPAP Oksigen :1 Lt/ menit Irama: √Teratur
Tidak Teratur Suara Nafas : √ Vesikuler
Wheezing
Ronkhi
Cracles
Stidor
Penggunaan Otot bantuan nafas :
Ya √ Tidak Retraksi dada :
√Ya Tidak Pernafasan cuping hidung
√ Ya Tidak
Sianosis : Ya
√Tidak Pucat : Ya √ Tidak CRT : < 3 detik
> 3 detik Akral : Hangat
Dingin
Bunyi jantung √ SI √ SII Sebutkan :-
Suara Jantung tambahan :
Ya √Tidak Sebutkan :-
Takikardi Bradikardi Kualitas denyut nadi
√ Kuat Lemah
d. Gastrointestinal e. Eliminasi f. Integumen Mulut : √ Mukosa lembab
Stomatitis
Labio/palatoskisis
Pendarahan gusi Pembesaran Tonsil :
Ada
√ Tidak ada
Mual : Ya √ Tidak Muntah : Ya √ Tidak Abdomen : √ Normal
Ascites Turgor : √Elastis
Tidak elastis Bising usus : 5 x/ menit Diet :-
ASI √ Formula lain-lain Cara Pemberian :
Kapan mulai diberikan ASI : Tanggal 20/10
Frekuensi pemberian ASI : 5ccx/hari
Kesulitan :reflek hisap belum kuat Jumlah kebutuhan cairan per hari : -
Defekasi: √Anus Stoma Frekuensi:1x selama pengkajian
Konsistensi: Keras
√ Lembek
Cair Karekterisitik feses:
√mekonium Urin : √ Spontan Frekuens :1x selama pengkajian
Karakteristik urin
√Kuning jernih
Terdapat darah
Kuning pekaat
Warna kulit : √ Normal Pucat Kuning Mottled Luka : Ada
tidak
g. Muskuloskeletal h. Genitalia i. Neurologi Kelainan tulang : ada √ tidak
Gerakan anak: √ bebas terbatas Lain-lain :-
√ normal kelainan Sebutkan: klitoris sudah tertutup labia mayora
Kesadaran :CM GCS 15
Pupil √ isokor anisokor Reflek thdp cahaya :
√ Ada Tidak ada Ubun-ubun :
√ Datar
Cembung
Cekung
Gangguan neurologis :
√ Normal kelainan Sebutkan: -
j. Kelainan yang lain k. Istirahat dan tidur Pembesaran organ : Ada √ Tidak ada
Sebutkan :-
Gangguan sensori : Ada √ Tidak ada Sebutkan : -
Lain-lain: -
Lama tidur :-
Apakah bayi tidur nyenyak :- Masalah gangguan tidur :-
SKRINING NYERI DAN KETIDAKNYAMANAN
√ Tidak ada nyeri Ada nyeri (lampiran formulir pemantauan nyeri) Scala nyeri :- Penyebab Nyeri :- Karekteristik :-
Durasi :- Lokasi :- Frekuensi :-
PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
4. Persepsi klien/ orang tua terhadap kesehatan neonatus saat ini:
Ny. A mengatakan sangat sedih dengan keadaan anak keduanya saat ini dan tidak menyangka anaknya akan seperti ini.
5. Harapan orang tua terhadap perawatan dan pengobatan saat ini :
Ny.A sangat berharap untuk kesembuhan anaknya dan bisa cepat pulang kumpul bersama keluarga dan Ny.A berharap dengan perawatan dan pengobatan yang dilakukan kepada anaknya dapat menyembuhkan anaknya.
PENGKAJIAN SOSIOKULTURAL Status social
Tempat tinggal : √ Rumah Panti Tempat penitipan anak
Yang merawat klien : √ Ibu √ Nenek Pengasuh Lain – lain Sebutkan Kerabat terdekat yang dapat dihubungi :
Nama : Tn.F Hubungan: Ayah Telepon: 08*****
Suku : √ Sunda Batak Madura Betawi Lain – lain Sebutkan Aturan dalam budaya yang mempengaruhi kesehatan dalam hal : Tidak ada
Sebutkan : Tidak ada KEBUTUHAN EDUKASI
√ Diagnosa Medis √ Tata laksana penyakit
Manajemen nyeri Rehabilitasi
Perawatan Luka Diet dan Nutrisi
PENGKAJIAN LINGKUNGAN PERAWATAN
a. Kebisingan ruangan : Ya √ Tidak, Alasan : ruanganterlihat hening
b. Pencahayaaan ruang redup : √Ya Tidak, Alasan :cahaya diruangan terlihat redup c. Suhu ruangan yang dingin
: Ya √ Tidak, Alasan : suhu ruangan terasa normal d. Interupsi tidur : Ya √ Tidak, Alasan : tidak ada instrupsi tidur
e. Monitoring pemasangan alat : √Ya Tidak, Alasan : untuk mengetahui keoptimalan
Invasive tindakan yang diberikan
Obat yang digunakan 1. Cefotaxime 2 x 95 mg
Cara pemberian : IV (pukul 10.00 dan 22.00) Kegunaan : mengobati infeksi akibat bakteri.
2. Aminofilin 15 mg
Cara pemberian : IV (pukul 11.00 dan 23.00)
Kegunan : mengobati berbagai gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis emfisema dan penyakit paru obstruktif kronis. Obat ini biasa digunakan untuk gangguan pernafasan pada bayi lahir prematur.
Infus
1. Dextrose 10% 160cc/24 jamKegunaan : Dextrose adalah cairan infus untuk mengatasi hipoglikemia atau kondisi kadar gula darah terutama pada bayi baru lahir guna mempertahankan kebutuhan glukosa cairan dalam memenuhi tugasnya pada sel 2. KA EN 4B 220cc/24 jam
Kegunaan : KA-EN diindikasikan untuk memelihara keseimbangan elektrolit dan air terutama pada bayibaru lahir yang mengalami ketidakseimbangan cairan dalam tubuh Tabel 3.2 Pemeriksaan Labolatorium
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 18.0 12-24 gr/dl
Leukosit 21040 9.000-30.000 Sel/ul
Hematokrit 53.4 55-68 %
Trombosit 209000 150000-450000 Sel/ul
Golongan Darah B
GDS 101 50-130 g/Dl
B. Analisa Data Tabel 3.3 Analisa Data
No Data Subjektif Etiologi Masalah
1. DS:
Tanggal 12 januari 2020
1. Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis
2. onus otot lemah
3. APGAR Score menit 1=5, menit 5=6 4. HR:>100 ×/menit
DO:
Tanggal 13 januari 2020
1. Terpasang UVC dextrose 10% 160/24 jam
Fk.janin,Ibu,plasenta,sosio ekonomi,dan lingkungan
Mengganggu kerja plasenta
Suplai oksigen dan nutrisi ke janin menurun
Mordibitas BBLR
Pola Nafas Tidak efektif
2. Terpasang CPAP Peep 7 FI0² 30%
3. Terlihat adanya retraksi dada 4. Terdapat adanya pernafasan cuping
hidung
5. 5. N: 140 ×/mnt 6. 6. R: 48×/mnt 7. 7. S:37,0°C
Tanggal 14 januari 2020
1. Masih terpasang UVC KA EN 4B 220/24 jam
2. CPAP Peep dilepas diganti dengan Oksigen 1/2-1L Nasal kanul
BBLR :1900 gr Usia gestasi 32 minggu
Immaturitas Neurologis Pernafasan
Pertumbuhan dinding dada belum sempurna
Vaskular paru Immatur
APGAR Score menit 1=5 ,menit 5=6
Komplikasi Asfiksia Neonatorum Peningkatan kerja paru
Adanya retraksi dada
Pernafasan cuping hidung
Pola nafas tidak efektif 2. DS:
DO:
1. Terpasang OGT ,By.Ny.A diberi ASI secara jalur sonde 5cc/hari 2. Terpasang Infus UVC dengan
cairan Dextrose 10 % 160/24jam 3. Dilanjutkan Infus KA EN 4B 220/
24jam
4. Refleks Hisap Bayi Lemah 3. BB:
1900 gr 5. PB: 40 cm
Fk.janin,Ibu,plasenta,sosio ekonomi,dan lingkungan
Mengganggu kerja plasenta
Suplai oksigen dan nutrisi ke janin menurun
Mordibitas BBLR
BBLR :1900 gr Usia gestasi 32 minggu
Defisit Nutrisi
6. LK: 30 cm 7. LD: 29 cm 8. LP:27 cm
Immaturitas sistem pencernaan
Refleka setrum immatur
Refleks Hisap lemah
Kurangnya kemampuan untuk menelan dan mencerna ASI
Penurunan BB menjadi 1800 gr Gangguan pemenuhan nutrisi
Defisit Nutrisi 3. DS:-
DO:
1. Usia gestasi 32 minggu dengan BB 1900 gr
2. Terpasang Infus UVC dengan cairan Dextrose 10 %
160/24jam
3. Dilanjutkan Infus KA EN 4B 220/ 24jam
4. Suhu: 37,0°c
5. Kulit terlihat tipis mengkilap 6. Dilakukan Fototerapi selama 48
jam
Fk.janin,Ibu,plasenta,sosio ekonomi,dan lingkungan
Mengganggu kerja plasenta
Suplai oksigen dan nutrisi ke janin Menurun
Mordibitas BBLR
BBLR :1900 gr Usia gestasi 32 Minggu
Immaturitas Sistem Integumen
Resiko
Termoregulasi Tidak Efektif
Jaringan lemak kulit belum matur
Terjadi permeabilitas cairan kareba dermis belum mengalami
keratinisasi
Resiko kehilangan panas melalui Kulit
Evaforasi cairan
Resiko Termoregulasi tidak efektif
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan immaturitas Neurologis pernafasan
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Peningkatan Kebutuhan metabolisme 3. Resiko Termoregulasi Tidak Efektif berhubungan dengan suplai lemak
subkutan tidak memadai karena prematuritas
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny. A Ruangan : Melati
No. Medrek : - Diagnosa Medis : BBLR +
Asfiksia
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan BBLR+ASFIKSIA No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhuungan dengan
immaturitas Neurologis pernafasan
Pola Nafas Tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan inspirasi dan ekspirasi dapat memberikan ventilasi adekuat dengan kriteria hasil:
1. Pasien tidak tampak sesak, pasien menurun dari (2) menjadi ( 5) 2. Tidak ada penggunaaan
Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas selama 2-3 jam sekali
Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Dengan memonitor akan dapat mengetahui
secar a kompherenshif status pernafasan pada By.Ny.A seperti frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas pada bayi untuk segera diberikan tindakan yang tepat
dan cepat.
otot bantu nafas tambahan retraksi dada menurun dari (2) menjadi
(4) (tidak ada retraksi dada)
3. Pernapasan
cuping hidung menurun (5) (pasien bernafas normal tanpa adanya napas cuping hidung).
4. Pola nafas cukup membaik (4) dengan frekuensi nafas dalam batas normal yaitu 30 – 60x/menit
2. Monitor adanya sumbatan jalan napas 2-3 jam sekali
3. Auskultasi bunyi napas 2-3 jam sekali
Terapeutik
4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 5. Posisikan bayi pronasi
2. Dengan memonitor sumbatan pada jalan nafas bisa meminimalisir kondisi yang menyebabkan kegagalan nafas 3. Dengan mengauskultasi perawat
bisa mengetahui ada tidak nya bunyi nafas tambahan dan dapat sesegera
mungkin
mengoptimalkan
kemba li kondisi bayi
Teurapeutik
4. Dengan mengatur interval waktu pemantauan bisa memberikan tindakan asuhan Keperawatan sesuai kondisi klien
5. Posisi pronasi dapat mendukung
perbaikan status oksigenasi pada bayi yang mengalami masalah
pernafasan karena posisi ini dapat meminimalkan ekpansi paru pada proses ekspirasi dan inspirasi , sehingga posisi ini dapat meningkatkan saturasi oksigen pada anak dengan ventilasi mekanik dan memingkatkan status hemodinamik. Posisi pronasi dapat diberikan pada anak sebagai salah satu intervensi pendukung selama anak menggunakan ventilasi mekanik selain kombinasi pemberian tidal volume yang rendah dan positive end-expiratory pressure (PEEP) yang tinggi untuk mengurangi kejadian barotrauma dan volutrauma ((Efendi et al., 2019)
6. Dokumentasikan hasil pemantauan status respirasi secara keseluruhan
Edukasi
7. Informasikan hasil pemantauan status pernapasan keseluruhan pada keluarga setiap selesau pemberian tindakan
6. Dengan mendokumentasikan hasil pemantauan bisa mengevaluasi kriteria dari hasil tindakan yang sudah dilakukan tercapai atau tidaknya dalam meningkatkan derajat kesehatan
Edukasi
7. Dengan meng informasikan hasil pemantauan keluarga klien khususnya ibu klien bisa mengetahui
kondisi perkembangan kesehatan bayi nya
Dukungan Ventilasi
Observasi
1. Monitor status respirasi dan oksigenasi ( Frekuensi dan kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen) selama 2-3 jam sekali
Terapeutik
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
Dukungan ventilasi
Observasi
1. Dengan memonitor status pernafasan bayi secara kompherenshif dan merupakan tindakan rutin keperawatan untuk bayi BBLR yang dilakukan untuk melihat kondisi dan penampilan klinis bayi.
Teurapeutik
2. Dengan mempertahankan kepatena jalan nafas bisa
3. Berikan oksigen tambahan, jika diperlukan Sesuai kebutuhan ( pemberian nasal kanul dilanjutakn 0,5-1 liter/mnt)
Kolaborasi
4. Lanjutkan pemberian aminofilin 15 mg rute IV setiap hari
mencegah terjadinya dipsnea 3. Dengan memberikan terapi
oksigen sesuai kebutuhan akan Membantu pernapasan bayi agar tetap optimal dan bayi bisa bernapas secara normal efektivitas pemberian oksigen setelah pemasangan CPAP pada bayi baru lahir dapat meningkatan aktivitas diafragma, meningkatan kerja paru-paru dan penurunan resistensi jalan napas.
Kolaborasi
4. Aminofilin merupakan farmakologi untuk mengatasi
berbagai gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis emfisema dan penyakit paru obstruktif kronis. Obat ini biasa digunakan untuk gangguan pernafasan pada bayi lahir prematur
2. Defisit
Nutris i berhubungan dengan Peningkatan Kebutuhan metabolism
Status Nutrisi bayi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status asupan nutrisi bayi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme menjadi adekuat dengan
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi seperti kebutuhan kalori harian yaitu 145 kkal/kg BB/hari
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Dengan mengidentifikasi kebutuhan nutrisi perawat bisa menentukan secara cepat dan tepat untuk memenuhi status nutrisi pada klien
kriteria hasil:
1. Berat badan bayi meningkat dan cukup membaik (4) dari 1900 gr menjadi 1945 gr 2. Toleransi feeding
membaik
3. Panjang badan bayi meningkat (4) dari 40 cm menjadi 42 cm 4. Kesulitan dalam
menelan ASI menurun dari (2)
menjadi (4)
5. Refleks hisap bayi meningkat dan mulai sempurnadari (2) menjadi (4)
6. Sumber asupan nutrisi bayi
2. Identifikassi perlunya penggunaan selang nasogastrik (OGT)
3. Monitor berat badan setiap hari pada jam 9 pagi
Terapeutik
4. Lanjutkan pemberian nutrisi melalui selang nasogastrik dengan jenis Asi 5cc/hari dan dinaikan sampai 15 -20cc
2. Dengan
mengidentifikasi perlunya penggunaan selang OGT dapat
sesegera mungkin
mengoptimalkan kebutuhan nutrisi yang tidak didapat secara oral
3. Dengan memonitor berat badan bisa membantu untuk memantau perkembangan berat badan untuk langkah lanjutan jika diperlukan peningkatan asupan gizi
Teurapeutik
4. Pemberian ASI melalui OGT merupakan suatu hal yang paling penting diberikan kepada bayi prematur dengan BBLR
Asfiksia guna mempertahankan seluruh
Meningkat (asupan nutrisi ASI bayi dari 5cc/hari menjadi 25 cc /hari)
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jenis nutrient yang dibutuhakn yaitu ASI dengan jumlah Kapasitas pemberian ASI 120-180 ml/Kg
cakupan kondisi mulai dari nutrisi dan cairan yang berpengaruh penting bagi
pertumbuhan dan
perkembangan organ serta Menjaga asupan nutrisi dan makanan pada bayi agar dapat meningkatkan BB bayi secara bertahap
Kolaborasi
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi bisa menentukan jumlah kebutuhan nutrisi berdasarkan kondisi dan peningkatan Bb yang akan dicapai dengan target yang jelas dan sistematis
Manajemen Gangguan Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Terapeutik
2. Timbang berat badan secara rutin 3kali dalam seminggu.
3. Berikan penguatan positif kepada ibu tentang pencapaian
Manajemen Gangguan Makan
Observasi
1. Dengan memonitor intake dan output dan kebutuhan kalori bisa mengevaluasi
keseluruhan balance nutrisi dalam peningkatan BB secara bertahap
Teurapeutik
2. Dengan menimbang BB Bayi secara rutin bisa menentukan ada tidaknya peningkatan BB dan penurunan BB yang signifikan guna pemenuhan asupan nutrisi yang optimal
3. Dengan memberikan dukungan positif ibu akan merasa lebih
Keberhasilan peningkatan BB pasien
4. Lakukan kontrak perilaku (target BB normal 2,5 sampai 3,5 gram)
Edukasi
5. Anjurkan pengaturan diet yang tepat ( mempertahankan asupan makanan ASI 0-6 bulan) dan mengajarkan ibu memberikan ASI perah
tenang terhadap kondisi klien dan percaya akan harapan keberhasilan akan peningkatan BB
4. Dengan menentukan kontrak perilaku dapat membantu menargetkan BB yang akan dicapai dan usaha dalam pemenuhan nutrisinya baik secara parenteral maupun enteral.
Edukasi
5. Dengan pengaturan diet ASI dapat mengoptimalkan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dan terkandung didalam ASI dapat menunjang
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan (normal), kebutuhan kalori, dan pilihan makanan
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara normal baik kenaikan berat badan dan tinggi badannya, karna ASI mengandung zat zat yang di butuhkan bayi seperti protein, lemak, mineral yang sangat menunjang bayi BBLR selama masa pertumbuhannya dan dengan mengajarkan ibu dapat lebih apahm dalm oemberian nutrisi dan peningkatan nutrisi secara bertahap (Kumala &
Purnomo, 2019).
Kolaborasi
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi bisa menentukan jumlah kebutuhan nutrisi berdasarkan
kondisi dan peningkatan Bb yang akan dicapai dengan target yang jelas dan sistematis
3. Resiko
Termoregulasi Tidak Efektif berhubungan dengan suplai Lemak subkutan Tidak memadai karena prematuritas
Termoregulasi Neonatus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengatiuran suhu tubuh neonatus tetap berada pada rentang normal dengan kriteria hasil:
1. Suhu tubuh bayi menurun dari (3) menjadi (1) dalam rentang 36.5-37,5°C.
2. Akral bayi hangat dengan warna kuliit normal tidak sianosis
3. Frekuensi Nadi membaik menjadi (5) dalam rentang 130- 150 ×/mnt.
4. Kadar glukosa darah membaik dari (4)
Regulasi Temperatur
Observasi
1. Simpan bayi didalam inkubator dan sesuaikan suhu inkubator dengan BB bayi
2. Monitor suhu bayi stabil (36,5- 37,5°C) setiap 2 jam
3. Monitor tanda-tanda vital bayi seperti frekuensi nafas,tekanan darah dan Nadi selama 2-3 jam sekali
Regulasi Temperatur
Observasi
1. Dengan menyimpan bayi didalam inkubator bisa mempertahankan
Termoregulasi bayi dan mencegah hilangnya panas melalui proses evaporasi
2. Dengan memonitor suhu bayi dapat mengukur output cairan pada bayi, dapat memantau adanya kekurangan cairan pada tubuh bayi atau kehilangan panas akibat lingkungan atau evaporasi inkubator
3. Dengan memonitor TTV dapat melihat keadaan umum bayi
stabil atau adanya gejala perburukan guna secepatnya diberi tindakan keperawatan
menjadi (5) dalam rentang 50-130 mg/dL.
3. Monitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipertermia
Teurapeutik
4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Pertahankan bayi didalam incubator
3. Dengan memonitor tanda gejala perubahan suhu dapat memberikan
tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk menangani hipertermi dan hipotermi
Teurapeutik
4. Dengan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi dapat meminimalisir kehilangan cairan yang signifikan dan memelihara kondisi yang stabil dalam proses pertumbuhan dan perkembangan setiap organ
5. Dengan mempertahankan bayi dalam inkubator akan menjaga termoregulasi bayi yang belum
6. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Edukasi
7. Menjelaskan kepada ibu tentang resiko heat exhaustion dan hipotermi pada bayi dan cara pencegahan
8. Mengajarkan doa mohon tenang dan sabar dan memberikan murotal alquran
sempurna dan dapat
meminimalisir kehilangan panas akibat evaporasi atau konduksi dengan lingkunagn luar
6. Dengan mengatur suhu inkubator dapat menyesuaikan kebutuhan panas bagi kulit bayi
Edukasi
7. Dengan memberikan informasi ibu akan lebih paham mengenai kondisi bayi dan pencegahan akan resiko yang ditimbulkan
8. Keluarga pasien bisa lebih nyaman dan tenang mengenai kondisi pasien dimana Stimulan
9. Mendemonstrasikan kepada ibu mengenai teknik metode kangguru (mother care)
Al Qur’an didominasi oleh gelombang delta. di daerah frontal dan sentral baik sebelah kanan dan kiri yang kemudian dikirimkan ke pusat asosiasi penglihatan dan pendengaran yang berfungsi menginterpretasikan objek yang dilihat dan didengar. Informasi dari pusat pendengaran akan dihantarkan ke pusat emosi yaitu sistem limbik. Dari pusat pengatur emosi ini perasaan tenang akan muncul oleh rangsangan suara yang lembut dan irama yang perlahan. Ketenangan dapat memberikan dampak pada fisiologi tubuh seperti detak jantung yang melambat, pernapasan yang dalam dan panjang, tekanan darah menurun dan suhu tubuh tubuh bayi menjadi stabil (Rusdi &
Ismawati,2009)
9. Dengan mendemonstrasikan ibu akan lebih siap dalam mothercare , karena metode
Kolaborasi
9. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik jika dibutuhkan
tersebut menggunakan pola skin to skin antara ibu dengan bayi sehingaa
membant
u mempertahankan
Termoregulasi bayi secara efektif ( S a s r a , 2 0 1 9 ) .
Kolaborasi
9. pemberian antiperik
diperlukan jika bayi mengalami hipertermi
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : By. Ny. A Ruangan : Melati
No. Medrek : - Diagnosa Medis : BBLR +
Asfiksia
Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan BBLR+ASFIKSIA Hari /
Tanggal
Dx Pukul Implementasi Dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
Selasa, 14 Januari
2020
1
1,2
07.30
08.00
− Memonitor secara keseluruhan frekuensi, irama, kedalaman,bunyi, upaya napas dan sumbatan jalan nafas selama 2-3 jam sekali
− R: Bayi sesak dengan RR 47x/menit, terdapat retraksi dada, pernapasan cuping hidung, tidak ada sumbatan pada jalan napas, tidak terdapat bunyi napas tambahan
− Memposisikan bayi pronasi
Diagnosa 1 : Pola Nafas Tidak efektif Pukul 09.00 WIB
S: keluarga mengatakan keluarga paham mengenai hasil pemantauan yang diinformasikan Keluarga
O:
− terdapat retraksi dada, tidak ada sumbatan pada jalan napas, tidak
Salpa siti patimah
1,2
1
1
2,3
08.15
08.25
09.00
09.30
− R:bayi terlihat lebih rileks saat di posisikan pronasi
− Menginformasikan hasil pemantauan kepada ibu klien
− R: keluarga paham mengenai hasil pemantauan yang diinformasikan Keluarga pasien tampak senang mendengar perkembangan pernapasan bayi yang mulai membaik
− Mempertahankan kepatenan jalan napas
− R:kepatenan jalan nafas dipertahankan
− Melanjutkan pemberian farmakologi aminofilin
− R: Setelah dipasang CPAP dan pemberian infus amonifilin sesak bayi berkurang, napas cuping hidung berkurang, RR 49x/menit, bunyi napas vesikuler.
terdapat bunyi napas tambahan
− bayi terlihat lebih rileks saat di posisikan pronasi
− Setelah dipasang CPAP dan pemberian infus amonifilin sesak bayi berkurang, napas cuping hidung berkurang, RR 49x/menit, bunyi napas vesikuler.
A:Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi ditandai dengan masih terlihat retraksi dada
P:Lanjutkan Intervensi :
− moniror status pernafasan secara keseluruhan
− posisikan bayi pronasi
− -menginformasikan hasil pemantauan kepada keluarga
− Mempertahankan kepatenan jalan nafas
− -Melanutkan pemberian farmakologi
2,3
2.
2
10.00
12.00
12.45
− Mengidentifikasi status nutrisi, penggunaan OGT pada bayi, memonitor asupan makanan dan berat badan bayi, Memonitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
− R: Bayi terpasang OGT, refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 5 cc melalui sonde, BAB 1x/hari, BAK 1x selama pengkajian, BB bayi 1900 gr, PB 40,cm
− Melanjutkan pemberian nutrisi melalui selang nasogastrik dengan jenis Asi 5cc/hari
− R:intake ASI melalui sonde 5cc dilanjutkan
− Memberikan penguatan positif kepada ibu tentang pencapaian keberhasilan peningkatan BB pasien
− R: keluarga merasa lebih tenang akan keberhasilan
Aminofilin 15 mg/iIV
Diagnosa 2: Defisit Nutrisi Pukul: 13.00 WIB
S: keluarga mengatakan keluarga merasa lebih tenang akan keberhasilan peningkatan kondisi bayinya
O :Bayi terpasang OGT, refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 5 cc melalui sonde, BAB 1x/hari, BAK 1x selama pengkajian, BB bayi 1900 gr, PB 40,cm
A: Masalah defisit nutrisi belum teratasi ditandai dengan refleks Hisap bayi masih lemah
P:Lanjutkan intervensi :
− memonitor asupan makanan dan berat
Salpa siti patimah
3,1
3
2,3
13.15
13.25
13.30
peningkatan bayinya
− Menganjurkan pengaturan diet yang tepat ( mempertahankan asupan makanan ASI 0-6 bulan)
− R: Ny.A paham akan anjuran untuk mempertahankan asupan asi sampai bayi nya 6 bulan
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5-37,5°C) tanda- tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− R: suhu bayi : 36,9°C ,RR:48 x/mnt, Nadi:134 x/mnt
− Memonitor dan catat tanda gejala hipotermia atau
badan bayi
− -Melanjutkan pemberian nutrisi melalui ogt dengan jenis ASI 5 cc/hari
Diagnosa 3: Termoregulasi tidak efektif Pukul: 14.00 WIB
S: keluarga mengatakan paham mengenai apa yang sudah dijelaskan mengenai resiko,pencegahan heat exhaushtion dan hipotermi serta mother care
O:
− R: suhu bayi : 36,9°C ,RR:48 x/mnt, Nadi:134 x/mnt
− -tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia
− -intake ASI 6 cc melalui sonde,bayi dipertahankan didalam inkubator dan suhu inkubator disesuaikan dengan bayi
Salpa siti patimah
3 13.45
hipertermia
− R:tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia
− Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhandan Pertahankan bayi didalam inkubator
− R: refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde,bayi dipertahankan didalam inkubator dan suhu inkubator disesuaikan dengan bayi
− Menjelaskan kepada ibu tentang resiko heat exhaustion dan hipotermi pada bayi dan cara pencegahan dan Mendemonstrasikan kepada ibu mengenai teknik metode kangguru (mother care)
− R: Ny.A paham mengenai apa yang sudha dijelaskan mengenai resiko,pencegahan heat exhaushtion dan hipotermi serta mother care
A:Masalah Termoregulasi tidak efektif belum teratasi ditandai dengan bayi masih di pertahankan di inkubator
P: Lanjutkan intervensi :
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5- 37,5°C) tanda-tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− -Memonitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipertermia
− -Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhandan Pertahankan bayi didalam inkubator
Rabu, 15 Januari
2020
1,2
2,3
14.00
14.15
− Memonitor frekuensi, irama, pola napas, dan bunyi napas bayi, status respirasi an oksigenasi dan menginformasikan hasil pemantauan kepada keluarga pasien
− R: Setelah dipasang CPAP dan pemberian infus amonifilin sesak bayi berkurang, tidak terdapat napas cuping hidung, RR 50x/menit, bunyi napas menjadi vesikuler, retraksi dada berkurang Keluarga pasien tampak senang mendengar perkembangan pernapasan bayi yang mulai membaik
− Mengidentifikasi status nutrisi, penggunaan OGT pada bayi, memonitor asupan makanan dan berat badan bayi, --Memonitor asupan dan keluarnya
Diagnosa 1 : Pola Nafas Tidak efektif Pukul 14.30 WIB
S: keluarga mengatakan keluarga paham mengenai hasil pemantauan yang diinformasikan Keluarga
O:
− masih terdapat retraksi dada, tidak ada sumbatan pada jalan napas, tidak terdapat bunyi napas tambahan
− bayi terlihat lebih rileks saat di posisikan pronasi
− napas cuping hidung berkurang, RR:
50x/menit, bunyi napas vesikuler.
− -Bayi menangis saat diberikan obat
Salpa siti patimah
1,2,3
1,3
3
14.30
15.00
15.20
makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
− R:Bayi masih terpasang OGT, refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde, BAB 1x/hari, BAK 1x selama pengkajian, BB bayi 1900 gr, PB 40,1cm
− Memberikan obat aminofilin 15 mg rute IV dan KA EN 4B 220cc/24 jam rute infus UVC, berikan oksigen tambahan CPAP dilepas diganti Nasal kanul dengan oksigen sebanyak 1/2 -1L
− R: Bayi menangis saat diberikan obat CPAP dilepas dan dipasang Nasal canul
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5-37,5°C) tanda- tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− R: suhu bayi : 36,8°C ,RR:50 x/mnt, Nadi:135 x/mnt
CPAP dilepas dan dipasang Nasal canul oksigen sebanyak 1/2 -1L
A:Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi ditandai dengan masih terlihat retraksi dada P:Lanjutkan Intervensi :
− moniror status pernafasan secara keseluruhan
− posisikan bayi pronasi
− -menginformasikan hasil pemantauan kepada keluarga
− -Mempertahankan kepatenan jalan nafas
− -Melanjutkan pemberian farmakologi Aminofilin 15 mg/iIV
Diagnosa 2: Defisit Nutrisi
2,3
1
2,3
S
16.00
17.00
20.30
− Memonitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipertermia
− R:tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia
− Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhandan Pertahankan bayi didalam inkubator
− R: refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde,bayi dipertahankan didalam inkubator dan suhu inkubator disesuaikan dengan bayi
− Memposisikan bayi pronasi
− R:bayi terlihat lebih rileks saat di posisikan pronasi
Pukul: 15.30WIB
S: keluarga mengatakan keluarga merasa lebih tenang akan keberhasilan peningkatan kondisi bayinya
O :Bayi terpasang OGT, refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde, BAB 1x/hari, BAK 1x selama pengkajian, BB bayi 1900 gr, PB 40,1cm
A :Masalah defisit nutrisi belum teratasi ditandai dengan refleks Hisap bayi masih lemah
P:Lanjutkan intervensi :
− memonitor asupan makanan dan berat badan bayi
− -Melanjutkan pemberian nutrisi melalui ogt dengan jenis ASI 5 cc/hari Diagnosa 3: Termoregulasi tidak efektif
Salpa siti patimah
1,3 21.00 − Memonitor suhu bayi stabil (36,5-37,5°C) tanda- tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− R: suhu bayi : 37,0°C ,RR:50 x/mnt, Nadi:133 x/mnt
− Memfasilitasi pasien untuk istirahat tidur
Pukul: 21.00 WIB
S: keluarga mengatakan paham mengenai hasil pemantauan kondisi yang dijelaskan
O:
− R:- suhu bayi jam 15.00: 36,8°C ,RR:50 x/mnt, Nadi:135 x/mnt
− -suhu bayi jam 20.30 : 37,0°C ,RR:50 x/mnt, Nadi:133 x/mnt
− -tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia
− -intake ASI 6 cc melalui sonde,bayi dipertahankan didalam inkubator dan suhu inkubator disesuaikan dengan bayi
A:Masalah Termoregulasi tidak efektif belum teratasi ditandai dengan bayi masih di pertahankan di inkubator
P: Lanjutkan intervensi :
Salpa siti patimah
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5- 37,5°C) tanda-tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− -Memonitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipertermia
− -Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhandan Pertahankan bayi didalam inkubator
Kamis, 16 Januari
2020
1,2
2,3
14.00
14.15
− Memonitor frekuensi, irama, pola napas, dan bunyi napas bayi, status respirasi an oksigenasi dan menginformasikan hasil pemantauan kepada keluarga pasien
− R: pemberian oksigen lewat nasal kanul 1/2 -1L dilanjutkan ,pemberian infus amonifilin sesak bayi berkurang, tidak terdapat napas cuping hidung, RR 46x/menit, bunyi napas menjadi vesikuler, retraksi dada berkurang Keluarga pasien tampak senang mendengar perkembangan pernapasan bayi yang mulai membaik
− Mengidentifikasi status nutrisi, penggunaan OGT pada bayi, memonitor asupan makanan dan berat badan bayi, Memonitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
− Bayi masih terpasang OGT, refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde, BAB 1x/hari, BAK 1x selama pengkajian, BB bayi 1900 gr, PB 40,2cm
Diagnosa 1 : Pola Nafas Tidak efektif Pukul 14.00 WIB
S: keluarga mengatakan keluarga paham mengenai hasil pemantauan yang diinformasikan Keluarga
O:
− -pemberian oksigen lewat nasal kanul 1/2 -1L dilanjutkan ,pemberian infus amonifilin sesak bayi berkurang, tidak terdapat napas cuping hidung, RR 46x/menit, bunyi napas menjadi vesikuler, retraksi dada berkurang
− bayi menangis saat di beri obat aminofilin via IV
− bayi terlihat lebih rileks saat di posisikan pronasi
A:Masalah pola nafas tidak efektif belum
Salpa siti patimah
1,3
1
1 2,3
2,3
14.20
14.30
15.00 15.30
17.00
− Memberikan obat aminofilin 15 mg rute IV dan KA EN 4B 220cc/24 jam rute infus UVC,
− R: bayi menangis saat di beri obat
− Memposisikan bayi pronasi
− R:bayi terlihat lebih rileks saat di posisikan pronasi
− Memfasilitasi pasien untuk istirahat tidur
− Memonitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipertermia
− R:tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5-37,5°C) tanda-tanda vital bayi seperti frekuensi nafas,
teratasi ditandai dengan masih terlihat retraksi dada
P:Lanjutkan Intervensi :
− monitor status pernafasan secara keseluruhan
− posisikan bayi pronasi
− -menginformasikan hasil pemantauan kepada keluarga
− Mempertahankan kepatenan jalan nafas
− -Melanjutkan pemberian farmakologi Aminofilin 15 mg/iIV
Diagnosa 2: Defisit Nutrisi Pukul: 17.00 WIB
S: keluarga mengatakan keluarga merasa lebih tenang akan keberhasilan peningkatan kondisi
Bayinya
Salpa siti patimah
2,3
2
1,3
1,3
17.15
17.20
19.30
20.25
dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− R: suhu bayi : 36,8,0°C ,RR:45 x/mnt, Nadi:134 x/mnt
− Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhandan Pertahankan bayi didalam inkubator
− R: refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde,bayi dipertahankan didalam inkubator dan suhu inkubator disesuaikan dengan bayi
− Melanjutkan pemberian nutrisi melalui selang nasogastrik dengan jenis Asi 5cc/hari
− R:intake ASI melalui sonde 5cc dilanjutkan
− Memberikan obat aminofilin 15 mg rute IV dan
O :Bayi terpasang OGT, refleks hisap bayi masih lemah, intake ASI 6 cc melalui sonde, BAB 1x/hari, BAK 1x selama pengkajian, BB bayi 1915 gr, PB 40,2 cm
A Masalah defisit nutrisi belum teratasi ditandai dengan refleks Hisap bayi masih lemah
P:Lanjutkan intervensi :
− memonitor asupan makanan dan berat badan bayi
− -Melanjutkan pemberian nutrisi melalui ogt dengan jenis ASI 5 cc/hari
Diagnosa 3: Termoregulasi tidak efektif Pukul: 21.00 WIB
S: keluarga mengatakan paham mengenai pemantauan suhu tubuh bayi yang sudah diinformasikan
1,3 20.45
KA EN 4B 220cc/24 jam rute infus UVC, berikan oksigen tambahan CPAP dilepas diganti Nasal kanul dengan oksigen sebanyak 1/2 -1L
− R: Bayi menangis saat diberikan obat
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5-37,5°C) tanda- tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2-3 jam sekali
− R: suhu bayi : 36,7,0°C ,RR:48 x/mnt, Nadi:133 x/mnt
( anaknya kesembuhan
mohon doa
Mengajarkan
−
إ¸ل َ¸ش َ فا لء ا شل ا ي¸ف ، و َأ َن ت ش ا ¸ف ¸ ه َ ا َلب ا س
، َ أ َذ ¸ ه
ا¸ب الن س¸ ر ب َ ¸ش فا َ ؤ َ ك
،
ng a y kondisi pi
a d a ngh e m lam a س d َق
˝م ا ي َ غ ا َ ¸د ر َل
ف¸ش َ
˝ء ا Dan memberikan murotal alquran .di alami (
− R: Ny.A mengatakan paham terhadap apa yang sudah di ajarkan dan merasa lebih ikhlas dan lebih bersemangat
O:
− R:- suhu bayi pada jam 17.00 : 36,8,0°C ,RR:45 x/mnt, Nadi:134 x/mnt
− -suhu bayi 20.30 : 36,7,0°C ,RR:48
x/mnt, Nadi:133 x/mnt
− -tidak ada tanda-tanda hipertermia atau hipotermia
− -intake ASI 6 cc melalui sonde,bayi dipertahankan didalam inkubator dan suhu inkubator disesuaikan dengan bayi
A:Masalah Termoregulasi tidak efektif belum teratasi ditandai dengan bayi masih di pertahankan di inkubator
P: Lanjutkan intervensi :
− Memonitor suhu bayi stabil (36,5- 37,5°C) tanda-tanda vital bayi seperti frekuensi nafas, dan Nadi selama 2- 3
Salpa siti patimah
jam sekali
− -Memonitor dan catat tanda gejala hipotermia atau hipertermia
− -Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhandan Pertahankan bayi didalam incubator