• Tidak ada hasil yang ditemukan

UnizarLawReview Volume 3 Issue 2, Desember 2020 E-ISSN: Open Access at: hhttp://e-journal.unizar.ac.id/index.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UnizarLawReview Volume 3 Issue 2, Desember 2020 E-ISSN: Open Access at: hhttp://e-journal.unizar.ac.id/index."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

UnizarLawReview

Volume 3 Issue 2, Desember 2020 E-ISSN: 2620-3839

Open Access at: hhttp://e-journal.unizar.ac.id/index.php/ulr/index

PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) SUBSIDI DI

BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG MATARAM

SUBSIDIZED HOME OWNERSHIP CREDIT AGREEMENT (KPR)

AT THE MATARAM BRANCH OF THE BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)

Sudiarto

Fakultas Hukum Universitas Mataram [email protected]

Kurniawan

Fakultas Hukum Universitas Mataram [email protected]

Hayyan Ul Haq

Fakultas Hukum Universitas Mataram [email protected]

Abstract

To address the housing needs of the Indonesian people, the government issued a policy of subsidized housing ownership for low-income groups by way of installments through banks. In fact, the provision of subsidized housing loans experienced bad credit due to a lack of prudence by the bank in conducting analysis prior to granting credit. The research method used in this paper is a normative research method, by using library materials as primary data, especially from libraries. The results of this study are to avoid the possibility of bad credit in the provision of subsidized housing loans, the bank as the creditor must be able to apply the prudential principle by conducting credit analysis in approving a credit application submitted. The principle of bank prudence takes the form of the 5 C principles, namely Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy.

Keywords : agreement, KPR, subsidy.

Abstrak

Untuk menjawab kebutuhan perumahan masyarakat Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan pemilikan rumah bersubsidi bagi kelompok berpenghasilan rendah dengan cara mencicil melalui bank. Bahkan, pemberian KPR bersubsidi mengalami kredit macet akibat kurangnya kehati-hatian bank dalam melakukan analisis sebelum pemberian kredit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian normatif, dengan menggunakan bahan pustaka sebagai data primernya, khususnya dari perpustakaan. Hasil penelitian ini adalah untuk menghindari kemungkinan terjadinya kredit macet dalam pemberian KPR bersubsidi, maka bank sebagai kreditur harus dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dengan melakukan analisis kredit dalam menyetujui pengajuan kredit yang diajukan. Prinsip kehati-hatian bank berupa prinsip 5 C yaitu Karakter, Kapasitas, Modal, Agunan, Kondisi perekonomian.

(2)

A. PENDAHULUAN

Memasuki pembangunan pada era Orde Baru dan juga era Reformasi yang tengah berlangsung saat ini, arah pembangunan nasional semakin ditekankan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berpenghasilan menengah kebawah, yang secara statistik menempati urutan terbanyak dalam masyarakat. Salah satu program yang kini terus dipacu untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah ini, adalah pembangunan di bidang perumahan dan pemukiman yang layak huni serta memenuhi syarat lingkungan.

Pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Pemukiman yang dimaksudkan untuk memberi arahan bagi pembangunan perumahan dan pemukiman. Adanya pembangunan ekonomi sudah tentu menimbulkan perubahan sosial kemasyarakatan dalam memcapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat umum.

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman ditentukan bahwa rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya. Dalam Pasal 3 huruf F Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman menyebutkan bahwa tujuan dari diselenggarakannya perumahan dan kawasan pemukiman adalah untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan. Dalam pemenuhan kebutuhan rumah khususnya untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) adalah ketersedian pendanaan melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Pemilikan rumah melalui fasilitas KPR menjadi alternatif pilihan yang banyak diminati masyarakat. Dengan fasilitas KPR, masyarakat dapat memiliki rumah dengan cara kredit, atau setidaknya sudah dapat menempati rumah tanpa harus melunasi harga rumah terlebih dahulu.

Pemerintah berkewajiban untuk melaksankan pembangunan perumahan yang terjangkau untuk kalangan masyarakat berpengahasilan rendah. Maka dari itu pemerintah melalui perbankan mencanangkan program kredit atau pembiayaan rumah murah yang memang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu program Fasilitas Likuiditas Penyaluran Perumahan (FLPP) atau KPR bersubsidi.

Pemerintah bekerjasama dengan pihak perbankan salah satunya Bank Tabungan Negara (BTN) yang merupakan bank pelaksana dari program FLPP (KPR subsidi). Bank sebagai pihak dalam berbagai aktivitas kredit sudah sewajarnya menetapkan landasan hukum yang dapat dijadikan bagi pihak bank dan anggota masyarakat yang membutuhkan pendanaan.

Undang-Undang Perbankan memberikan ketentuan-ketentuan pokok terhadap bank yang memberikan kredit kepada para nasabah. Ketentuan-ketentuan wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit, yaitu :

(3)

2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur.

3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit.

4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit.

5. Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berdeda kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi.

6. Penyelesaian sengekta.

Program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) merupakan program pemerintah untuk penyaluran subsidi di bidang perumahan. Penyedia dana perkreditan melalui Bank Tabungan Negara (BTN) bekerja sama dengan pemerintah dalam memberikan suku bunga rendah, dan di berikan subsidi khusus untuk menjamin kepemilikan rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan memberikan kemudahan pembiayaan dengan adanya jaminan dana murah, jangka panjang yang berkelanjutan.

Maka Program tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2016 Tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, dalam Pasal 1 angka (1), menyatakan Kredit/ pembiayaan pemilikan rumah subsidi yang selanjutnya di sebut KPR bersubsidi adalah kredit/pembiayaan pemilikan rumah yang mendapat bantuan dan/atau kemudahan perolehan rumah dari pemerintah berupa dana murah jangka panjang dan subsidi perolehan rumah yang di terbitkan oleh bank pelaksana baik secara konvensional maupun dengan prinsip syariah. Bank pada umumnya telah menetapkan aturan yang mengikat bagi kedua belah pihak dalam bentuk perjanjian tertulis, yang biasa di sebut perjanjian kredit.

Perjanjian merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani bank dan debitur maka tidak ada pemberian kredit itu. Perjanjian Kredit merupakan ikatan antara bank dengan debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua pihak sehubungan dengan pemberian kredit.

Menurut Pasal 1 angka (11) UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, sebagaimana yang telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998Tentang Perbankan, Kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunaskan utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Perjanjian merupakan bentuk adanya keinginan untuk mengikatkan diri pada orang lain dan atau badan hukum lain, dalam hal ini mereka yang dapat bertindak sebagai subjek hukum. Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Menurut Subekti “suatu perjanjian dinamakan juga persetujuan karena kedua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu, dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan

(4)

persetujuan) itu adalah sama artinya.1 Subekti juga mengatakan bahwa semua pemberian kredit

pada hakekatnya merupakan perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan 1769 KUH Perdata.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman menggolongkan perjanjian kredit bank sebagai perjanjian bernama.2 Menurut Salim Hs, Perjanjian bernama disebut disebut dengan kontrak

nominat yang merupakan terjemahan dari istilah nominaat contact, atau benoemde dalam bahasa belanda. Kontrak nominat merupakan perjanjian yang dikenal dan tedapat dalam pasal 1319 KUH Perdata. Pasal 1319 berbunyi;“semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu”. Perjanjian telah diatur secara khusus dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang disebut perjanjian bernama maupun perjanjian bernama di luar KUH Perdata, disebut perjanjian khusus atau perjanjian bernama karena jenis-jenis perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata tersebut oleh pembentuk undang-undang sudah diberikan namanya misalnya perjanjian jual beli, perjanjian sewa-menyewa, perjanjia hibah, perjanjian pinjam meminjam dan lain-lain. Namun dalam perkembangannya jenis-jenis perjanjian dalam KUH Perdata tidak dapat memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi dan perdagangan, sehinngga tumbuh atau muncul berbagai jenis perjanjian bernama yang tidak di atur dalam KUH Perdata seperti misalnya perjanjian sewa beli atau leasing, perjanjian distributor, perjanjian kredit, perjanjian membangun bangunan dan lain-lain.3

Mengingat besarnya risiko yang akan diterima bank, maka perjanjian kredit bank khususnya KPR diberikan dalam bentuk standar. Bank menyediakan blanko perjanjian kredit yang isinya sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan disodorkan kepada setiap pemohon kredit untuk disetujui oleh pemohon kredit. Hal tersebut menunjukan bahwa perjanjian kredit tumbuh sebagai perjanjian standar (standard contract). Dalam program KPR subsidi ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penerima KPR subsidi yang diatur dalam Peratutan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2016 pasal 10 ayat (1), antara lain:

a. Memiliki KTP;

b. Tidak memiliki rumah;

c. Belum pernah menerima subsidi perolehan rumah berupa pemilikan rumah dari pemerintah; d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. Memiliki SPT Tahunan orang pribadi sesuai aturan perundang-undangan;

1 Subekti.(2008).Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermass, hlm. 1

2Mariam Darus Badrulzaman.(2015).Hukum Perikatan dalam KUH Perdata buku ketiga, yurisprudensi, doktrin, serta

penjelasan. Bandung: Cet. I. PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 40

(5)

f. Memiliki penghasilan tidak melebihi batas penghasilan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) yang dibuktikan dengan slip gaji yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atau surat pernyataan penghasilan dari yang bersangkutan untuk penghasilan tidak tetap yang diketahui oleh kepala desa/lurah tempat KTP diterbitkan.

Dalam KPR subsidi juga harus mematuhi aturan-aturan yang sudah ditetapkan di dalam peraturan menteri yaitu dengan dibuktikan dengan surat pernyataan di atas materai yang isinya menyatakan bahwa :

a. Berpenghasilan tidak melebihi ketentuan batas penghasilan kelompok sasaran;

b. Membeli rumah dengan harga jual tidak melebihi batasan harga jual yang ditetapkan pemerintah; c. Akan menghuni rumah tersebut sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu paling lambat

satu tahun setelah serah terima;

d. Tidak akan menyewakan dan/atau mengalihkan kepemilikan ke pihak lain.

Dari peraturan tersebut di atas tidak jarang timbul berbagai permasalahan, penerima KPR subsidi yang juga diperuntukan bagi masyarakat yang memiliki penghasilan tidak tetap dan belum pernah memiliki rumah dengan dibuktikan oleh surat pernyataan yang diketahui oleh kepala desa/lurah tempat KTP diterbitkan. Ini menimbulkan permasalahan dimana surat pernyataan tersebut sangat mudah sekali dimanipulasi sehingga KPR subsidi yang diperuntukan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi tidak tepat sasaran. Hal ini berdampak pada rumah tersebut ditelantarkan atau tidak menghuni rumah tersebut selama satu tahun berturut-turut dikarenakan kebanyakan debitur membeli rumah subsidi dari pemerintah hanya dijadikan lahan investasi semata oleh sebagaian masyarakat mampu. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah pada penyebab ketidak mampuan debitur dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya di dalam perjanjian KPR subsidi disebabkan ketidak hati-hatian pihak Bank yang berujung pada kredit macet.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian normatif dengan menjadikan bahan pustaka sebagai data primer terutama dapat diperoleh dari perpustakaan.4 Penelitian Hukum Normatif selalu mengambil isu dari hukum sebagai system

norma yang digunakan untuk memberikan justifikasi perspektif tentang suatu peristiwa hukum.5

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual.6

4 Soerjono Soekanto.(2006). Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 41

Demikian juga terdapat pada Ronny Hanitijo Soemitro.(1990). Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia , hlm 9.

5Mukti Fajar dan Julianto Achmad.(2010). Dualisme Pemenitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogjakarta: Pustaka

Pe-lajar, hlm. 36.

(6)

C. PEMBAHASAN

1. Persyaratan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi Pada Bank Tabungan Negara Cabang Mataram

Dalam pengambilan rumah subsidi, Persyaratan yang harus dilengkapi oleh pemohon (Kelompok sasaran subsidi), yakni WNI usia 21 tahun atau sudah menikah, maksimal penghasilan pokok 4 (empat) juta untuk rumah tapak dan 7 (tujuh) juta untuk rumah susun, Pemohon dan pasangannya belum memiliki rumah, dan belum pernah menerima subsidi perumahan dari Pemerintah, Menandatangani surat pernyataan diatas materai, Memiliki NPWP dan SPT Tahunan PPh orang pribadi dan surat pernyataan penghasilan (dikecualikan bagi pemohon yang berpenghasilan tidak melebihi batas PTKP).

Kelompok Sasaran penerimaan KPR Bersubsidi ini sebelumnya telah tertuang tertuang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 26/PRT/M/2016 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2016 Tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah pada Pasal (10) berbunyi sebagai berikut :

(1) Kelompok sasaran penerimaan penerima KPR Subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Memiliki KTP;

2) Tidak memliki rumah;

3) Belum pernah menerima subsidi perolehan rumah berupa pemilikan rumah dari pemerintah; 4) Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP);

5) Memiliki SPT Tahunan PPH Orang pribadi sesuai peraturan perundang-undangan; dan 6) Memilki penghasilan tidak melebihi batas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

9 ayat (2) yang dibuktikan dengan slip gaji yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atau surat pernyataan penghasilan dari yang bersangkutan untuk penghasilan tidak tetap yang diketahui oleh kepala desa/lurah tempat KTP diterbitkan.

(2) Dalam hal kelompok sasaran sebagaiman dimaksudkan pada ayat (1) berstatus suami istri, dipersyaratkan keduanya tidak memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi perolehan rumah berupa pemilikan rumah dari pemerintah.

(3) Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf b dan f huruf c dikecualikan untuk PNS/TNI/POLRI yang pindah domisili karena kepentingan dinas.

(4) Ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku hanya untuk satu kali. a. Dalam hal kelompok sasaran penghasilannya tidak melebihi batas penghasilan tidak kena

pajak (PTKP) dikecualikan dari persyaratan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e.

b. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e disyaratkan bagi kelompok sasaran yang memiliki NPWP lebih dari 1 (satu) tahun, sedangkan yang

(7)

memilki NPWP kurang dari 1 (satu) tahun harus menyerahkan SPT tahunan PPh Orang Pribadi pada tahun berikutnya kepada bank Pelaksana.

(5) Analisis kelayakan untuk mendapatkan KPR bersubsidi dan pemenuhan persyaratan sebagai kelompok sasaran pemohon KPR Bersubsidi dilaksanakan oleh Bank pelaksana.

(6) MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja disektor informal dapat melakukan penyetoran dana untuk pembayaran angsuran KPR Bersubsidi kepada Bank pelaksana secara harian atau mingguan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bank Pelaksana. Syarat-syarat untuk bisa mendapatkan kredit pada Bank Tabungan Negara cabang Mataram harus memenuhi syarat-syarat antara lain KTP pemohon suami istri, akta nikah bagi yang sudah menikah, kartu keluarga, slip gaji terakhir, rekening Koran tabungan tiga bulan terakhir, SK pengangkatan, uang muka minimal 20% (tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perolehan kredit dari bank bersangkutan), uang muka booking fee akan dikembalikan seluruhnyaa apabila pemohon ditolak oleh pihak bank, harga jual dan bunga bank dapat berubah sewaktu- waktu tanda ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur, kelebihan tanah akan diperhitungkan sesuai harga permeter persegi tanah dalam waktu transaksi, debitur tunduk pada ketentuan.

Uraian diatas menunjukan perbedaan posisi antara debitur dan pihak perusahaan, Posisi dari pihak debitur sangat lemah karena hanya bisa mnerima ketentuan yang dibuat oleh pihak perusahaan dan pihak BTN.

2. Tahapan dalam Permohonan Perjanjian KPR

Apabila syarat pemohonan KPR WNI, telah berusia 21 tahun, atau dibawah 21 tahun tetapi sudah menikah, Penghasilan yang cukup untuk memenuhi angsuran bulanan dan sesuai dengan batas maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan KPR yang dipilih. Proses pemberian kredit dibawah ini berlaku untuk semua pemohon KPR tanpa terkecuali. Tidak ada perbedaan perlakuan antara pemohon satu dengan yang lain selama mereka sama-sama bersikap kooperatif dengan pihak bank, baik saat masa pra realisasi kredit yaitu selama analisa kredit berlangsung hingga pasca realisasi kredit pembayarn angsuran telah dimulai.

Bagi Calon Debitur dalam pemilikan rumah melalui Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Untuk dapat memiliki rumah dengan melalui fasilitas Kredit pemilikan Rumah (KPR) dari Bank BTN, Setelah semua persyaratan tersebut di atas diserahkan oleh pemohon/calon debitur kepada pihak bank, maka selanjutnya pihak bank akan melakukan verifikasi, tentang kelayakan dari pemohon/ calon debitur. Pihak bank akan melakukan analisa atau penilain kredit, dimana analisa tersebut harus menggambarkan konsep hubungan total, meliputi penilaian seluruh kredit dari pemohon/ calon debitur yang akan memperoleh fasilitas kredit secara bersamaan oleh bank. Penilaian permohonan kredit di Bank BTN oleh pejabat yang terkait dengan proses penilaian permohonan kredit, yaitu analis kredit, taksatur, dan legal.

Berdasarkan rekomendasi dari hasil analisa/penilaian kredit serta keseluruhan dengan konsep hubungan total, maka atas suatu permohonan kredit yang diajukan calon debitur, diambil suatu keputusan oleh komite kredit tingkat cabang selambat-lambatnya dalam batas

(8)

waktu 3 (tiga) hari sejak diterimanya permohonan dan berkas-berkas kredit tersebut secara lengkap. Keputusan kredit tersebut dapat berupa :

a. persetujuan tanpa perubahan b. persetujuan dengan perubahan c. Penolakan

Setiap keputusan pemberian persetujuan kredit yang berbeda dengan isi rekomendasi dari hasil penilaian kredit harus dijelaskan secara tertulis oleh komite kredit. Setiap keputusan yang disetujui maupun yang ditolak harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon kredit, baik berupa Surat Pemberitahuan dan Penegasan Persetujuan Kredit (SP3K), maupun pemberitahuan alasan penolakan kredit.

Adapun tahap kredit KPR adalah sebagai berikut :

1) Tahap Pengajuan permohonan kredit pada tahap ini Nasabah dating ke kantor Bank Tabungan Negara bagian Loan Service untuk mengisi formulir yang diperlukan dalam permohonan kredit dan menyerahkan persyaratan tertulis maupun tidak tertulis untuk memenuhi permohonan kredit.

2) Tahap wawancara setelah semua data dan dokumen di verifikasi oleh bagian Loan Administration, staf Loan Service, melakukan wawancara dengan pemohon dan suami atau istri pemohon. Dalam wawancara petugas juga melakukan analisa yuridis, agunan kredit dan perkiraan kredit yang semuanya dibandingkan dengan data lisan dengan data formulir serta data lain yang menunjang. Selain itu faktor 5C (Character, Capacity, Collateral dan Condition of Economic) juga turut dipertimbangkan sebagai penerapan prinsip kehati-hatian dan meminimalisir terjadinya kredit macet.

3) Tahap survey Lapangan Dalam rangka pengumpulan informasi dan analisa lebih lanjut, Kantor BTN Cabang menunjuk petugasnya dari bagian Loan Administration untuk melakukan kunjungan setempat (On The Spot). Kunjungan atau survey lapangan dilakukan untuk mengetahui kepastian domisili tetap pemohon wiraswata akan dilihat langsung prospek usaha yang dijalankannya.

4) Tahap Pengambilan keputusan. Pada Tahap ini Petugas Analisis kredit baik dari Loan service maupun Loan Administration menyerahkan berkas pemohon kredit serta hasil dari survey lapangan kepada komite Kredit,, menilai kelayakan pemohon, dan kemampuan angsuran pemohon. Bila dalam rapat diiputuskan permohonan KPR diterima maka dana siap dikucurkan, namun bila tidak maka seluruh berkas pemohon akan dikembalikan kepada pemiliknya. 5) Tahap Persiapan Realisasi Kredit

Persiapan Realisasi kredit ini meliputi semua kegiatan mulai dari pemohon mengajukan kredit sampai terkumpulnya semua data. Kemudian para pihak (termasuk pihak developer bila melalui developer) bersama menghubungi Notaris dengan membawa data sebagai berikut Aksep, menyatakan bahwa debitur mempunyai hutang sebesar nominal yang telah disepakati dan pernyataan sanggup melunasi sesuai dengan waktu yang disepakati, Surat Pernyataan

(9)

Menyatakan bahwa debitur benar-benar mempunyai hutang dan barang jaminan itu adalah milik sendiri.

Surat pengakuan hutang dalam perjanjian kredit pemilikan rumah (KPR) memuat besarnya bunga, besar provisi dan administrasi, besarnya angsuran, besarnya pinjaman bentuk barang jaminan, jangka waktu pelunasan, surat pengikatan jaminan (bahwa barang jaminan yang berada dibawah kekuasaan BTN dianggap milik BTN), dan surat kuasa (untuk melakukan penjualan terhadap jaminan yang telah ada pada Bank BTN, apabila usaha debitur bangkrut atau debitur dalam status kredit macet).

Setelah perjanjian kredit KPR subsidi ditandatangani, maka dianjurkan pemberian hak tanggungan oleh debitur kepada pihak bank selaku kreditur. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUHT pengertian hak tanggungan adalah : “Hak tanggunan adalah hak atas tanah berserta benda-benda berkaitan dengan tanah yang selanjutnya disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah yang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah-tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan diutamakan kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.”

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan diharapakan memberikan suatu kepastian hukum tentang pengikatan jaminan dengan tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sebagai jaminan yang selama ini pengaturannya menggunakan ketentuan-ketentuan credite veerband dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) termasuk perjanjian kredit KPR yang jaminannya berupa hak atas tanah. Hak tanggungan membebani secara utuh objek hak tanggungan dan setiap bagian darinya. Dengan telah dilunasinya sebagian dari hutang yang dijamin hak tanggungan, melainkan hak tanggungan tersebut tetap membebani seluruh objek hak tanggungan untuk sisa hutang yang belum terlunasi.

Dengan demikian, pelunasan sebagian hutang tidak menyebabkan terbebasnya sebagian objek hak tanggungan. Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan dijelaskan bahwa hak tanggungan sifatnya tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaarheid). Sifat yang tidak dapat dibagi-bagi ini dapat disampingi asalkan hal tersebut telah diperjanjikan terlebih dahulu dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT).

3. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian KPR subsidi di Bank Tabungan Negara

Masyarakat untuk memperoleh KPR Bank Tabungan Negara (Persero) harus mengumpukan data-data yang dapat digunakan sebagai alasan permohonan kredit. Alasan-alasan inilah yang dapat dijadikan sebagai bahan utama seseorang mendapatkan kredit dari bank. Hal ini dikarenakan bank adalah lembaga perkreditan resmi yang hidup berdasarkan legalitas perundang-undangan.

(10)

Disamping itu pihak bank juga masih akan mengadakan analisa kredit atau penilaian kredit yang akan dilakukan oleh pejabat bagian kredit terhadap permintaan kredit yang bersangkutan. Analisa kredit tersebut dimaksudkan untuk menganalisa dan melihat kemampuan dalam pembayaran kredit guna memperoleh keterangan kepercayaan bank dalam memberikan kreditnya.

Sebenarnya analisa kredit dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya wanprestasi atau ingkar janji, ini kalau dilihat dari hukum perdata, sedangkan dalam dunia perbankan ini disebut kredit macet yaitu suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya.

Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan pada nasabah. Namun tidak mudah untuk mengetahui secara pasti apakah orang yang mengajukan permohonan KPR tersebut adalah orang yang dapat dipercaya. Berbagai resiko dalam pemberian kredit dapat menyebabkan tidak dilunasinya kredit ketika tiba saat pelunasan sehingga terjadi kredit macet.

Bank selaku pihak kreditur harus dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dengan melakukan analisis kredit dalam menyetujui suatu permohonan kredit yang diajukan. Prinsip kehati-hatian bank itu berupa prinsip 5 C yakni, Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy. Masing-masing ukuran tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Character, adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan atau nasabah yang berkaitan dengan sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Untuk mengetahui watak dari seseorang itu apakah baik atau buruk maka petugas analisi perlu menyelidiki asal usul dari debitur dan bagaimana kehidupan sehari-harinya.

b. Capacity, merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendiidikannya, pengalaman mengelola usaha (bisnis record)nya, secara perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit atau tidak, bagaiman mengatasi kesulitan. Seseorang yang akan mengajukan permohonan kredit KPR perlu diselidiki terlebih dahulu apakah seseorang itu dapat membayar uang muka atau tidak. Untuk mengetahui seseorang itu mampu atau tidak makan dapat dilihat dari tabungannya.

c. Capital, adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi laba, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi diatas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.

d. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa dilakukan dengan cara calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya.

e. Condition of economic, pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangankan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usahan calon nasabah. Melakukan dan mencari informasi pada bank-bank lain untuk mengetahaui apakah pemohon kredit memiliki utang pada bank-bank lain tersebut, memeriksa dokumen-dokumen yang menjelaskan tentang

(11)

penghasilan dari pemohon. Apabila menurut penilaian pihak bank tidak akan dapat melunasi atau membayar angsuran bulanannya maka pihak bank akan menolak permohonan kredit yang diajukan oleh pemohon. Memeriksa jaminan kredit dalam hal ini adalah perumahan yang dijadikan jaminan kredit apakah keadaanya sesuai dengan jumlah pinjaman pemohon atau tidak. Selain keadaan rumah juga akan diperiksa bagaimana lingkungan tempat perumahan tersebut. Apabila berdasarkan analisa bank ternyata jaminan tidak seimbang dengan jumlah kredit yang dimohon atau lingkungan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak bank, maka permohonan kredit akan ditolak oleh pihak bank.

Diantara kelima formulasi tersebut yang paling diutamakan dalam pemberian kredit adalah collateral atau jaminan yang nantinya apabila debitur wanprestasi maka jaminan tersebut akan bisa menutupi hutang dari debitur.

Pada perjanjian kredit antara debitur dengan bank BTN semua klausula perjanjiannya ditentukan secara sepihak oleh pihak bank BTN dan debitur hanya tinggal menyetujui klausula yang tersedia. Pasal perjanjian kredit terdiri dari 26 pasal. Hal-hal yang diatur dalam pasal perjanjian adalah:

a. pengertian-pengertian antara lain pengertian kredit perumahan BTN, perjanjian kredit, kredit, kredit KPR, kredit non KPR, utang, bunga, sistem perhitungan bunga annuitas, sistem perhitungan bunga flat, sistem perhitungan bungan efektif, tunggakan angsuran, denda, tagihan, angsuran, jatuh tempo, tenggang waktu, pelunasan dipercepat, pembayaran ekstra, pembayaran dimuka, provisi, jaminan kredit, cessie, penjual/pengembang, realisasi kredit periode tahunan kredit.

b. Jumlah pokok kredit c. Penggunan kredit

d. Jangka waktu dan jatuh tempo kredit e. Provisi

f. Suku bunga dan sistem perhitungan bunga g. Pembayaran kembali kredit

h. Denda tunggakan

i. Pembayaran ekstra, pembayaran dimuka, dan pelunasan dipercepat j. Agunan kredit dan pengikatannya

k. Agunan tambahan l. Asuransi barang agunan

m. Penghunian dan pemeliharaan rumah n. Wanprestasi

o. Pengawasan pemeriksaan dan tindakan terhadap barang agunan p. Penagihan seketika seluruh utang dan pengosongan rumah q. Penguasaan dan penjualan barang agunan

r. Timbul dan berakhirnya hak-hak dan kewajiban s. Kuasa yang tidak dapat ditarik kembali

(12)

t. Alamat pihak-pihak

u. Penyerahan piutang kepada pihak lain v. Hukum yang berlaku

w. Domisili.

Dari klausula-klausula yang ada pada perjanjian kredit PT. Bank BTN tersebut semuanya sudah disiapkan terlebih dahulu oleh pihak bank dan perjanjian tersebut tidak bisa dirubah, ditambah atau dikurangi oleh pihak debitur. Dari segi dan bentuk surat perjanjiannya maka PT. Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Mataram menggunakan perjanjian standar atau perjanjian baku.

Perjanjian baku yang digunakan pada perjanjian kredit PT. Babk Tabungan Negara (BTN) Cabang Mataram beberapa pasal perjanjiannya bertentangan dengan pasal 18 ayat (1) UUPK yang mengatakan pelaku usaha dalam menawarkan barang dan jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian, apabila menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha.

Kredit kepemilikan rumah subsidi adalah paket kredit yang dilaksanakan oleh bank Bank Tabungan Negaran (BTN) kepada masyarakat yang ingin membeli/mendapatkan rumah yang dibangun oleh developer (perusahaan pengembang) dengan cara kredit, berdasarkan tabel ketentuan kredit PT. Bank Tabungan Negara (BTN) yang dikeluarkan PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang Mataram.

Cara mendapatkan rumah dengan fasilitas KPR Subsidi Bank BTN beberapa kelebihan dan kemudahan dibanding dengan membangun rumah sendiri atau membeli tanpa fasilitas KPR, kelebihan dan kemudahan yang didapat masyarakat konsumen antara lain :

a. Wilayah pemukiman yang berorientasi kedepan karena sejalan dengan rencana umum tata ruang yang dibuat pemerintah daerah.

b. Uang Muka mulai dari 1%, suku bunga flat 5% dan menerima bantuan subsidi pemerintah sebesar 4 Juta rupiah.

c. Dapat dicicil dalam jangka waktu relatif cukup panjang yaitu mulai dari 5 s/d 20 tahun. d. Memiliki jaminan hukum yang lebih pasti karena semua periznan dikeluarkan oleh

instansi-instansi yang resmi.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan rumah dengan fasilitas Kredit pemilikan Rumah subsidi Bank Tabungan Negara (KPR-BTN) antara lain :Persyaratan Pokok, yang meliputi :

a) Warga negara Indonesia berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah,

b) Penghasilan pokok maksimal 4 juta rupiah untuk rumah tapak dan 7 juta rupiah untuk rumah susun,

c) Pemohon belum memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi perumahan dari pemerintah,

(13)

Selain persyaratan tersebut diatas, calon debitur juga harus melengkapi persyaratan permohonan pemilikan rumah :

1. Foto copy kartu tanda penduduk, apabila sudah menikah foto copy suami/istri; 2. Foto copy kartu keluarga;

3. Foto copy surat nikah (bila sudah menikah); 4. Foto copy NIP/NRP (khusus PNS, TNI/Polri);

5. Foto copy slip gaji terakhir suami dan istri (legalisir);

6. Surat pernyataan penghasilan yang diketahui oleh Kelurahan/Desa;

7. Foto copy siup/TDP/HO (bagi pemilik perusahaan atau usaha dagang atau untuk pemohon yang bekerja pada perusahaan swasta;

8. Pas Foto ukuran 3X4 suami dan istri masing-masing 1 lembar.

Bagi Pemohon yang telah memenuhi persyaratan diatas, diadakan wawancara oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara. Apabila berdasarkan analisis kreditur (Bank Tabungan Negara), pihak ketiga (pembeli) tersebut dianggap memenuhi persyaratan atau layak, maka kreditur akan mengeluarkan surat persetujuan kemudian dilakukan proses penandatangan akta-akta melalui notaris. Namun apabila hasil analisis dari kreditur, pihak debitur diangggap tidak memenuhi syarat atau tidak layak, maka pihak kreditur mengeluarkan surat penolakan permohonan kredit yang ditujukan ke debitur melalui developer.

Di dalam pengajuan kredit perumahan tersebut, sebelum memberikan kredit Bank Tabungan Negara melihat secara seksama terhadap watak (character), kemampuan (capacity), Modal (capital), agunan (collateral) dan keadaan (conditiaon), yaitu melalui prosedur yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan berupa tahap pemberian kredit berupa penilaian terhadap calon debitur terhadap watak (charcter), kemampuan (capacity), modal (capital), anggunan (collateral), dan keadaan (condition), asas-asas dalam hukum perjanjian terutama terutama asas kepercayaan yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, yang berbunyi “persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik”.

Kemudian pada tahap berikutnya dalam prosedur perjanjian kredit pemilikan rumah ini berupa pembinaan bagi debitur yang telah menerima kredit. Apabila pada tahap pertama tadi pihak Bank Tabungan Negara telah melaksanakan pengawasan, pencegahan, dengan mengumpulkan keterangan-keterangan oleh Bank Tabungan Negara, didalam surat permohonan dari calon debitur, maka pihak bank tabungan negara akan mengambil keputusan untuk mengabulkan atau menolak permohonan. Apabila permohonan debitur tidak memenuhi kriteria, maka permohonan tersebut langsung ditolak, namun apabila dikabulkan kredit mulai dilaksanakan. Dan pada tahap ini pihak Bank Tabungan Negara mengadakan pembinaan melalui cara-cara pendekatan yang dapat diterima oleh debitur yaitu melalui penyuluhan dan pengarahan serta memberikan motivasi kepada debitur agar menyadari dan melakukan kewajibannya untuk membayar secara tertib dan teratur. Tidakan terakhir yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara dalam prosedur perjanjian KPR ini adalah melakukan upaya-upaya penyelamatan kredit, yang dimaksudkan dengan penyelamatan kredit adalah usaha bank untuk :

(14)

1. Mencegah kredit yang bermasalah menjadi macet.

2. Melancarkan kembali kredit yang telah tergolong tidak lancar atau diragukan, atau telah tergolong macet untuk kembali menjadi kredit lancar, yang mempunyai kemampuan membayar baik bunga maupun pokoknya.

Dalam perjanjian KPR-BTN dari hasil penelitian, dalam perjanjian tersebut telah disediakan bentuk formulir khusus yang disusun oleh PT. BTN (Persero) sehingga merupakan perjanjian baku (standard voorwaarden). Didalamnya, tercantum persyaratan umum dalam menjalankan perkreditan dan debitur tinggal mengisi tempat yang kosong seperlunya kemudian menandatanganinya. Jelas di sini menunjukan bahwa perjanjian tersebut memiliki cara-cara khusus yang berkembang dalam praktek jual-beli yang diatur dalam Pasal 1457 KUHPerdata.

Perbedaan tersebut tampak jelas dalam hal adanya pihak ketiga, yaitu PT. Bank Tabungan Negara (Persero) sebagai wadah penyediaan dana yang mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting untuk terlaksananya perjanjian jual-beli tersebut. Didalam dunia perbankan, dianggap telah mengetahui oleh umum bahwa perjanjian baku yang dibuat menurut kehendak yang ditentukan sendiri oleh pihak bank dan pola ini digariskan karena yang ditentukan sendiri oleh pihak bank. Pola ini digariskan karena pelayanan serentak untuk kepentingan orang banyak harus dilaksanakan dengan lancar. Pimpinan bank membatasi diri pada keputusan akhir yaitu mengabulkan, menolak, berapa dan kapan harus dibayar lunas.

Sebelum akad kredit ditandatangani, pihak PT. Bank Tabungan Negara (persero) memberikan kesempatan kepada debitur untuk mempelajari seluruh isi perjanjian kredit pemilikan rumah yang dibuat dalam bentuk baku selama akad kredit, Calon debitur tidak dapat berkonsultasi dengan ahli hukum, hanya mempelajari sendiri dan memperhitungkan konsekuensinya bila ia menandatangani perjanjian itu.

Jika debitur merasa keberatan atas persyaratan yang tercantum dalam perjanjian, maka ia dapat menarik kembali permohonan kreditnya dan BTN tidak akan memaksakan untuk mendatangani perjanjian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, jika dilihat dari sejak persiapan kredit, surat permohonan kredit, pengolahan kredit, pelaksanaan dan pengamanan kredit yang kesemuanya ini dilaksanakan menurut pola yang tetap dan dibuat dalam bentuk standar oleh PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero, ditemukan dalam penelitian ini bahwa kedudukan PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero bukanlah sebagai pemberi kredit rumah, melainkan sebagai pemberi kredit untuk membeli rumah dan tanah, oleh karena itu pihak PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero tidak turut bertanggung jawab atas pengurusan rumah dan tanah yang dibeli oleh debitur, hal tersebut adalah tanggung jawab pihak developer, dari siapa debitur membeli rumah dan tanah tersebut. Sedang pihak PT. Bank Tabungan Negara (BTN) hanya mengusahakan agar pihak developer mau melakukan kewajibannya dengan baik yaitu dengan meminta tanggungan berupa uang sebesar tiga persen dari nilai total kredit yang diberi PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero kepada debitur.

Dengan ditandatanganinya perjanjian jual beli antara pihak developer dengan pembeli atau debitur yang mendapat fasilitas kredit untuk mencicil rumah dari PT. Bank Tabungan Negara

(15)

(BTN) Persero, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, yang sebelumnya telah dituangkan dalam perjanjian oleh kedua belah pihak. Di dalam Perjanjian KPR-BTN ketentuan yang harus dilaksanakan adalah pengikatan barang jaminan. Jaminan kredit yang ditentukan meliputi jaminan pokok berupa hak kebendaan atas rumah dan tanah yang dibeli oleh debitur serta jaminan tambahan berupa sejumlah uang atau barang tertentu akan ditetapkan kemudian oleh PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero. Jika jaminan pokok tidak lagi mencukupi untuk dijadikan jaminan kredit (Pasal 3 jo Perjanjian KPR-BTN). Jadi di samping perjanjian KPR-BTN, pelaksanaan yuridis yang harus dilaksanakan yang tidak kalah pentingnya adalah pengikatan barang jaminan.

Adapun kendala-kendala yang sering terjadi dalam kredit pemilikan rumah (KPR-BTN) tersebut adalah terjadinya wanprestasi dari pihak debitur . untuk mengatasi masalah tersebut pihak PT. BTN (Persero) selaku kreditur kemudian berupaya untuk mengadakan konfirmasi dan menghubungi debitur yang menunggak, baik menggunakan alamat pada saat memohon kredit maupun alamat rumah KPR-BTN yang wajib dihuni. Berkat upaya yang dilakukan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero, maka debitur dapat dihubungi dan mendapat surat panggilan untuk datang ke kantor PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Mataram, bertujuan untuk menyelesaikan masalah tunggakan terebut secara musyawarah.

Sedangkan mengenai akibat-akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi, maka harus lebih dulu ditetapkan apakah seseorang debitur (berutang) melakukan wanprestasi atau lalai. Dalam hal ini, untuk menentukan seseorang melakukan wanprestasi, kriteria atau penilaian yang diguanakan oleh PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Persero adalah apabila seseorang debitur tidak membayar satu bulan saja maka telah dianggap wanprestasi.

Oleh karena itu prinsip kehati-hatian diperlukan oleh pihak perbankkan untuk menghindari terjadinya wanprestasi atau ingkar janji debitur yang dapat menjadikan kerugian kepada kedua pihak yaitu pihak bank (kreditur) maupun nasabah (debitur). Sehingga prinsip kehati-hatian ini merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan hukum bagi kedua belah pihak. Hal ini di karenakan perlindungan hukum adalah upaya-upaya untuk melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam kepentingan tersebut, selanjutanya salah satu tujuan dari perlindungan hukum adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat, hal ini diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.

Teori perlindungan hukum merujuk pada upaya untuk memberikan perlindungan kepada para pihak yang melakukan perjanjian, agar kepentingan para pihak mendapatkan kepastian hukum apabila dikemudian hari salah satu pihak melakukan wanprestasi. Jika dianalisis Terkait dengan pelaksanaan perjanjian kredit kepemilikan rumah (KPR) Subsidi, perlindungan hukum yang diberikan kepada pihak yang melakukan wanprestasi yakni berupa pemberian sanksi berupa denda dan hukuman tambahan bahkan sanksi penjara. Dari sisi kreditur, perlindungan hukum yang diberikan kepada pihak bank apabila nasabah melakukan wanprestasi adalah adanya langkah hukum yang dapat ditempuh yaitu, Memberikan somatie (peringatan) terhadap

(16)

debitur, Penjualan agunan, dikembalikan lagi ke developer untuk dijual kembali ke masyarakat yang membutuhkan, serta eksekusi melalui kantor pelayanan piutang dan lelang negara (KP2LN).

D. KESIMPULAN

Untuk menghindari kemungkinan adanya kredit macet dalam pemberian kredit kepemilikan rumah subsidi, maka Bank selaku pihak kreditur harus dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dengan melakukan analisis kredit dalam menyetujui suatu permohonan kredit yang diajukan. Prinsip kehati-hatian bank itu berupa prinsip 5 C yakni, Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy.

Sebagai rekomendasi atau saran dalam tulisan ini, maka pihak bank selaku kreditor sebelum menyetujui pemberian kredit pemilikan rumah subsidi melakukan analisis dengan memperhatikan prinsip 5C, terutama sekali prinsip collateral.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Badrulzaman, Mariam Darus, 2015, Hukum Perikatan dalam KUH Perdata buku ketiga, yurisprudensi, doktrin, serta penjelasan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bank Indonesia dalam artikel “Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR” diakses tanggal 19 April 2018

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Balai Pustaka

Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2005, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metodo;ogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Subekti, 2008, Hukum Perjanjian, Cet XXI, Jakarta: PT. Intermasa

________, 2007. Kitab Undang-Undang Hukum Pedata, Jakarta: PT. Agra Printing

Sutarno, 2014, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Cetakan V, Bandung: Alfabeta

B. Jurnal

Wiranti dkk, Analisis Prosedur PEMBERIAN Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam Pencegahan Kredit Macet pada PT Bank Sumsel-Babel Pusat, Jurnal Neraca, Vol 3, No 1, Juni 2019.

Wulan Angka Sari dkk, Analisis Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) BTN Bersubsidi dalam Usaha Mendukung Pengendalian Manajemen Kredit (Studi pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) tbk, Kantor Cabang Kediri), Jurnal Administrasi Bisnis.

(17)

Ryana Fitrianingsih, Penerapan Sistem Pemberian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Subsidi dalam Upaya Mngantisipasi Terjadinya Tunggakan Kredit pada PT Bank Tabuingan Negara (Persero) tbk, Cabang Kediri. Simki-Economic Vol. 01 No 02, tahun 2017. C. Perundang-Undangan

Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7

Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat Nomor 21/PRT/M/2016 Tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 892

Referensi

Dokumen terkait

• Menyanyikan lagu dengan kosakata sesuai tema (irama lagu Apuse) Tugas individu Bentuk : membaca nyaring Tes praktik Buku gambar, kaset, yang memuat tentang tema

Tidak sesuai dengan minat saya Materi kuliah tidak sesuai dengan minat saya Materi kuliah terlalu sulit Materi kuliah tidak update Proses belajar mengajar kurang baik Lingkungan

Berbeda dengan energi mekanik air laut, pemanfaatan energi panas air laut memerlukan fluida kerja dalam konversi energi panas yang digunakan untuk menggerakan turbin listrik..

Dapat saya sampaikan bahwa bidang tersebut telah saya geluti selama lebih dari tiga puluh tahun, bahkan dalam beberapa tahun terakhir, saya juga mendapat kesempatan

Gagasan ini dapat dilakukan secara efektif dengan mendesain kembali perubahan penguatan kelembagaan dan kewenangan DKPP untuk secara aktif menangani dugaan pelanggaran kode etik

Dengan berbagai narasi yang di paparkan dalam pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan Guru yang berda di lembaga pendidikan KB PAUD Meraje

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pembacaan data RFID terhadap kartu tag RFID dengan menggunakan modul ID-12 sampai pada penyimpanan

Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemangkasan dengan dosis zpt sodium nitrofenol berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga tanaman -1 , berat