• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengatur merek terkenal. Akan tetapi, UU Merek dan Indikasi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. telah mengatur merek terkenal. Akan tetapi, UU Merek dan Indikasi Geografis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Artikel ini hendak mengkaji perbandingan Hukum Merek di Amerika Serikat dan Indonesia. Ditemukan beberapa kelemahan dalam pengaturan perlindungan merek terkenal di Indonesia. UU No. 20 Tahun 2016 Merek dan Indikasi Geografis telah mengatur merek terkenal. Akan tetapi, UU Merek dan Indikasi Geografis belum merumuskan kriteria merek terkenal yang dimaksud secara spesifik. Kemudian, tidak mempunyai pedoman dalam bukti apa yang harus ditunjukkan si pemilik merek terkenal untuk keterkenalan mereknya sendiri. Karena itu timbullah akibat tidak ada kepastian hukum yang jelas dalam merek terkenal di Indonesia. Pengaturan Passing Off dan Dilution belum ada secara lengkap dan jelas dalam UU Merek dan Indikasi Geografis.

Jika melihat Hukum Merek Amerika Serikat yang memiliki kelebihan tersendiri daripada UU Merek dan Indikasi Geografis mengenai Passing Off dan Dilution. Pengaturan tentang Dilution dibuat tersendiri pada Federal Trademark Dilution Act Of 1995 yang telah diubah menjadi United States Trademark Dilution Act Of 2006. Negara Amerika Serikat juga memberikan perlindungan dalam mencegah persaingan curang terhadap merek dan berkurangnya peminat konsumen kepada barang tersebut. Kemudian dalam Hukum Merek Amerika Serikat telah membuat arahan yang lengkap untuk seseorang untuk menunjukkan bahwa merek yang ia miliki sudah terkenal, asas tersebut terdapat di United States Trademark Manual Of Examining Procedure, kemudian elemen Passing Off di uraikan dengan

(2)

lengkap dan jelas, dan telah menampung tindakan Passing Off dalam memberikan perlindungan merek “get-up”. Hukum Merek US juga membedakan daya penanda dan pembeda bisnis.

Jika melihat perkembangan Indonesia di zaman sekarang ini mulai dari pembangunan ekonomi, yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan HKI. Yang dimaksud dengan HKI yaitu sebuah merek.

Perlu diketahui definisi dari merek yang terdapat pada Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis yaitu:

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dan bentuk dua dimensi dan atau tiga dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh orang

atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa.1

Dari uraian di atas tentang definisi merek, dapat diketahui bahwa merek bernilai niaga yang tinggi dan merek menjadi pembeda antara satu merek dengan merek yang lain. Fungsi merek juga sebagai alat pemasaran yang memiliki peranan

penting dalam mendagangkan barang atau jasa secara nasional atau internasional.2

sering dijumpai suatu produk yang membuat membuat produk tersebut menjadi lebih mahal bukan berasal dari produk itu sendiri tetapi, merek yang digunakan oleh produk tersebut.

Black’s Law Dictionary memberi definisi tentang Passing Off sebagai berikut:

1 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Hukum Merek dan Indikasi Geografis

2 H.OK. Saidin, “Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights) Cetakan

(3)

The act or an instance of falsely representing one’s own product as that of another in an attempt to deceive potential buyers, Passing Off is actionable in tort under the law of unfair competition, it may also be actionable as trademark infringement.3

Dari definisi di atas, dapat diartikan Passing Off itu adalah perbuatan curang terhadap suatu merek dengan cara meniru atau menyerupai reputasi merek lain agar para konsumen tertipu dalam memilih produk tersebut. Dalam Pasal 21 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis terdapat pengaturan mengenai Passing Off yaitu: “Permohonan ditolak jika diajukan pemohon yang beritikad tidak baik”.

Keterangan mengenai “pemohon yang beritikad tidak baik” contoh yang dapat diambil, ada suatu merek A dimana sudah bertahun-tahun merek yang ia gunakan dalam produknya sendiri sudah lebih lama dikenal oleh masyarakat luas. Kemudian ada produk B yang membuat atau meniru merek A yang sudah terkenal tadi tanpa sepengetahuan. Sehingga terjadi itikad tidak baik dari si pemilik produk B dengan meniru merek A yang sudah lebih dahulu terkenal.

Amerika Serikat menggunakan Lanham Act sebagai Undang-Undang yang mengatur tentang merek dan di dalam Undang-Undang tersebut terdapat pengaturan mengenai tentang perlindungan merek terkenal. Keputusan ini diberikan untuk perlindungan merek terkenal terhadap tindakan Dilution. Pemilik merek yang mereknya sudah terkenal mungkin saja menghadapi perdagangan lain dalam

3 Bryan A. Garner, “Black’s Law Dictionary” 9th Edition, Washington West Publishing Co, 2009, hal. 1115.

(4)

memakai mereknya, atau juga bagi produk yang bukan merupakan saingan si pemilik merek terkenal tersebut.

Dalam menentukan suatu merek mempunyai kriteria pembeda atau ternama, pengadilan dapat mempertimbangkan yang menjadi faktor-faktor yang terdapat dalam Pasal 43 c Lanham Act dan dapat ditafsirkan lebih luas. Dilution juga diartikan dalam UU Lanham Act sebagai reputasi terhadap merek terkenal, dikarenakan adanya peniruan pada merek yang sudah lebih dulu terkenal dengan orang yang tidak beritikad baik, dimana mengakibatkan bingungnya para konsumen dan merasa tertipu dalam memilih suatu produk.

Prinsip Dilution merek yaitu prinsip dimana si pemilik merek terkenal di izinkan hukum merek dalam melakukan larangan terhadap pihak lain dalam menggunakan merek yang sudah terlebih dahulu digunakan mereka dengan cara

mengambil atau mencuri keunikan yang ada pada merek tersebut.4 Ketika

seseorang memakai merek yang sama terhadap merek yang telah lebih dulu digunakan oleh pihak lain kepada produk yang tidak sejenis yang dapat mengakibatkan kebingungan konsumen mengenai sumber asal mereknya, di dalam

kasus tersebut sudah ada tindakan Dilution.5

Black’s Law Dictionary juga memberikan definisi tentang Dilution sebagai berikut: The act or an instance of diminishing a thing’s strength or lessening its value. The impairment of a famous trademark’s strength, effectiveness, or distinctiveness through the use of the mark on an unrelated product, usually

4 Brajedu Bhaskar, Trademark Dilution Doctrine, The Scenario Post TDRA 2005. NJUS L,

Rev, 0ct-December, 2008, hal. 637.

(5)

blurring the trademark’s distinctive character or tarnishing it with an unsavory association. Trademark dilution may occur even when the use is not competitive and it creates no likelihood of confusion.6

Dari uraian di atas mengenai definisi Dilution yaitu: penggunaan merek pada produk yang tidak sejenis dimana kurangnya daya tarik atau apa yang membedakan merek tersebut. Sehingga dapat juga disebabkan perusakan pada suatu merek yang melekat di produk tersebut. Frank Schecter adalah salah satu orang yang memberikan pengaturan terhadap perlindungan merek yang sudah terkenal dalam

tindakan Dilution dan diperkenalkan di US.7

Dilution memiliki doktrin yaitu dilarangnya penggunaan terhadap merek yang sudah terkenal baik pada barang yang tidak sama, itu berdampak terhadap

keunikan yang menjadi pembeda barang tersebut.8 Karena fungsi merek menjadi

daya pembeda terhadap barang yang satu dengan barang yang lainnya.9 Jika fungsi

merek sudah mulai menghilang maka terjadi perusakan terhadap merek terkenal dan sangat merugikan terhadap pemilik merek tersebut.

UU Merek dan Indikasi Geografis pada Pasal 21 ayat (1) huruf c pada kaitannya terhadap Dilution. Seharusnya sudah ada aturan mengenai tidak boleh adanya pendaftaran merek yang memiliki kesamaan baik pada pokok maupun keseluruhan terhadap merek yang sudah terkenal dalam produk yang tidak sejenis. Indonesia menganut sistem hukum civil law dimana, ada asas precedent yang

6 Bryan A. Garner, Op, Cit, hal. 523.

7 Robert G. Bone, “Schecter’s Ideas in Historical Context and Dilution’s Rocky Road”Santa

Clara High Technology Law Journal, Vol 24, Issue 3, Article 2, 2008, hal. 470.

8 Rahmi Jened, “Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global dan Integrasi

Ekonomi” Jakarta: Prenada Media, 2015, hal. 245.

9 Suyud Margono, “Hak Milik Industri, Pengaturan dan Praktik di Indonesia” Bogor: Ghalia

(6)

dianut, membuat hakim tidak harus mengikuti yurisprudensi, sehingga Hukum Merek Indonesia belum ada aturan yang spesifik untuk menyelesaikan

permasalahan terkait dengan Dilution.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dalam penelitian ini ingin membandingkan “Perbandingan Hukum Merek di Indonesia dengan Hukum Merek di Amerika Serikat” dengan mengangkat artikel ini dengan judul “Konsep Passing Off dan Dilution Hukum Merek” (Perbandingan Hukum Merek Indonesia dengan US)

B. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang dapat dibentuk oleh penulis adalah: “apakah persamaan dan perbedaan pengaturan mengenai Passing Off dan Dilution terhadap hukum merek Indonesia dan US?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. untuk memahami persamaan dan perbedaan Passing Off 2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan Dilution.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian ini, dari segi teoritis adalah memberikan kontribusi pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum Kekayaan Intelektual kepada masyarakat mengenai “Perlindungan merek terkenal dari tindakan Passing Off dan Dilution pada hukum merek Indonesia dan US.”

(7)

Sementara itu, pada sisi praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperbaiki pengaturan perlindungan terhadap merek terkenal dalam hukum merek Indonesia di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis yaitu penelitian deskriptif hukum dimana penelitian ini ingin membandingkan UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dengan UU Hukum Merek Amerika Serikat, khususnya yang terkait dengan Passing Off dan Dilution

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Perundang-undangan adalah pendekatan dengan

menggunakan legislasi atau regulasi.10 Karena dalam penelitian ini

penulis membahas tentang “konsep Passing Off dan Dilution dalam Hukum Merek” (Perbandingan Hukum Merek Indonesia dengan Amerika serikat).

b. Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep

hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.11

Dimana pendekatan ini digunakan penulis untuk membandingkan UU

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011,

hal. 137.

(8)

Hukum Merek Indonesia dengan Amerika Serikat Lanham Act, dalam memberikan perlindungan terhadap tindakan Passing Off dan Dilution. c. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach) merupakan jenis

pendekatan yang membandingkan hukum suatu negara dengan hukum

negara lain.12 Untuk itu, dalam penelitian ini Penulis melakukan

pendekatan perbandingan hukum merek Indonesia dengan hukum merek Amerika Serikat, khususnya yang terkait dengan Passing Off dan Dilution.

3. Penelitian ini menggunakan dua bahan hukum antara lain:

a. Bahan hukum primer, adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas

(autoritatif).13 Bahan hukum primer dalam penelitian ini yaitu:

i. UU No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

ii. UU Hukum Merek Amerika Serikat Lanham Act.

iii. KUHP dan KUHPer.

b. Bahan hukum sekunder. Adalah semua bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk dan penjelasan pada bahan hukum primer. Terdiri dari buku-buku, literatur, makalah, artikel-artikel, jurnal-jurnal, karya ilmiah, dan penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

12 Ani Purwati, Metode Penelitian Hukum Teori Dan Praktek, Surabaya: CV. Jakad Media

Publishing, hal 88.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam satu hari, satu orang teknisi biasanya hanya mampu menangani 1 hingga 2 permasalahan pada pelanggan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali penanganan yaitu 1

Berdasarkan latar belakang masalah yaitu peningkatan jumlah ekspor kendaraan yang dikelola oleh PT X, diperlukan relayout gudang penyimpanan sementara di area

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, personalitas yaitu aspek psikologis pencari informasi,

- Jumlah Surat Tagihan Pajak Daerah (Non PBB) yang tersampaikan; - Jumlah Surat Peringatan Pajak Daerah (Non PBB) yang tersampaikan; - Jumlah Wajib Pajak Bandel Pajak Daerah

Iklim yang berkembang dalam organisasi ini, juga mempengaruhi individu-individu yang berada dalam organisasi tersebut, ditambah lagi dengan pengaruh-pengaruh dari kelompok

Keberadaan logam berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Arsen (As) yang menumpuk pada air dan sedimen akan masuk ke dalam kehidupan organisme di dalamnya, logam berat

Salam Arif, Hak Milik Intelektual dalam Islam , dalam Antologi Hukum Islam , cet.1, (Yogyakarta: Program Studi Hukum Islam UIN SUKA Yogyakarta, 2010), hlm.. Salam Arif,

Seperti pihak Wakil Kepala sekolah bidang Hubungan Masyarakat yang mana dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh BALITBANG (Badan penelitian dan Pengembangan),