• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK BIOLOGI BULU-BABI JENIS Tripneustes gratilla DI PULAU KAPOPOSAN, DATI II PANGKEP, SULAWESI SELATAN. Oleh. Ambo Tuwo 1) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK BIOLOGI BULU-BABI JENIS Tripneustes gratilla DI PULAU KAPOPOSAN, DATI II PANGKEP, SULAWESI SELATAN. Oleh. Ambo Tuwo 1) ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Oseana, Volume XX, Nomor 1, 1995 : 21 – 29 ISSN 0216 – 1877

ASPEK BIOLOGI BULU-BABI JENIS Tripneustes gratilla DI PULAU KAPOPOSAN, DATI II PANGKEP, SULAWESI SELATAN

Oleh Ambo Tuwo 1) ABSTRACT

BIOLOGICAL ASPECTS OF SEA URCHIN Tripneustes gratilla AT KAPOPOSAN ISLAND, REGENCY PANGKEP, SOUTH SULAWESI. The most exploited family of

echinoderm is echinoidea. About 71 percent of the total echinoderm exploitation is from this family. One of the species from this family, that has economically value is Tripneustes gratilla. The biological parameters are very important for the dynamics population. The relation of diameter-weight of the test, the growth parameters, as Wmax, K and to, the first maturity sexual and the reproductive effort of the population T. gratilla are studied at the Kapoposan Island, Regency Pangkep, South Sulawesi, Indonesia. In this present study, the value of Wmax determined by Ford Walford Method is 147 mm. The value of K and to done by the von Berthalanffy plot are 1,0082 and 0,4629. The first maturiy sexual is 1,5 years. The maximum reproductive effort is between 2 or 2,5 years.

PENDAHULUAN

Echinoidea atau bulu-babi merupakan kelas ekinodermata yang paling banyak dieksploitasi. Saat ini tangkapan dunia mencapai 47 560 metrik ton atau sekitar 71 persen dari total eksploitasi echinodermata. Tiga negara penghasil utama bulu babi di dunia adalah Jepang, Chili dan Amerika Serikat (SLOAN, 1984). Tripneustes gratilla merupakan, satu di antara jenis bulu babi yang bernilai ekonomi (AZIZ, 1993).

Tripneustes gratilla banyak dijumpai

di daerah padang lamun (DE RIDDER, 1986). Hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan makanannya sebagai hewan herbivora (LAWRENCE, 1987). Di kepulauan

spermonde Sulawesi Selatan, T. gratilla selain banyak dijumpai di pulau Kapoposan, juga banyak dijumpai pada daerah padang lamun di pulau-pulau lainnya, seperti Samalona, Barang Lompo, Kodingareng Keke dan Langkai (DE BEER 1990).

Tripneustes gratilla mempunyai warna

cangkang yang sangat bervariasi, namun pada umumnya berwarna merah keunguan sampai ungu keputihan. Durinya dapat berwarna putih, coklat muda, orange, abu-abu kemerahan atau kadang-kadang hitam (DE RIDDER, 1986). Di pulau Kapoposan dijumpai dua warna yang sangat berbeda, yaitu cangkang berwarna merah keunguan dengan duri berwarna putih dan cangkang berwarna ungu keputihan dengan duri berwarna putih. Jenis ini banyak

(2)

dijumpai di pantai bagian utara pulau Kapoposan di antara rumpun-rumpun lamun dimana mereka umumnya menutupi durinya dengan daun-daun lamun, alga, batuan kecil atau pecahan-pecahan karang.

Secara umum, bulu-babi belum banyak diketahui aspek biologinya (EBERT 1982, LAWRENCE 1987). Di kepulauan spermonde sendiri baru ada satu penelitian tentang bulu-babi, itupun terbatas pada distribusi dari beberapajenis bulu-babi, termasuk T. gratilla (DE BEER, 1990). Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang aspek biologi bulu-babi jenis T. gratilla.

BAHAN DAN METODA Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pantai ba-gian utara pulau Kapoposan, Dati II Pangkep, Sulawesi Selatan pada bulan Desembeer 1994. Pengukuran Hewan Contoh

Diameter dan Tinggi Cangkang

Diameter dan tinggi cangkang diukur dengan menggunakan mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,05 mm.

Berat Total, Berat Cangkang dan Berat Go-nad

Berat total, berat cangkang dan berat gonad diukur dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 g.

Pengolahan dan Analisis Data

Hubungan panjang berat

Hubungan panjang berat dianalisis dengan menggunakan analisis regresi biasa (TOMASSON et al. 1992). Untuk menguji apakah b = 3 atau tidak, maka digunakan uji t (SCHWARTZ 1988), sedangkan untuk

membandingkan dua persamaan regresi digunakan uji covarian menurut SCHERRER (1984).

Pertumbuhan

Untuk memisahkan setiap kohor digunakan metoda Bhattacharya (BHATTA-CHARYA, 1967) berdasarkan diameter cangkang. dari sini akan diperoleh diameter rata-rata dan jumlah hewan pada setiap kohor. Diameter maksimal ditentukan berdasarkan metoda Ford-Walford (SPARRE et al. 1989). Sedangkan nilai K dan to dicari menurut metoda von Berthalanffy (SPARRE et al. 1989). Diameter maksimal dari populasi ini dan ukuran maksimal menurut FAOUDA dan HELLAL (dalam AZIZ 1993) akan digunakan sebagai nilai pembanding. Dengan menggu-nakan parameter pertumbuhan di atas, akan ditarik kurva pertumbuhan panjang dari von Berthalanffy (TOMLINSON & ABRAMSON, 1961).

Kemampuan Reproduksi

Kemampuan reproduksi ditentukan menurut metoda CONAND (1989). Metoda ini berdasarkan pada berat gonad, indeks kematangan gonad dan jumlah hewan untuk setiap kelas umur.

Awal Kematangan Gonad

Awal kematangan gonad ditentukan berdasarkan umur atau ukuran dimana 50 persen hewan matang telur. Metoda ini sering digunakan pada famili ekinodermata lainnya (CONAND 1989), TUWO 1993).

HUBUNGAN PANJANG-BERAT Pada bulu-babi ada dua ukuran panjang, yaitu diameter dan tinggi cangkang. Hubungan antara kedua parameter panjang

22

(3)

ini dengan berat cangkang dan berat total dapat dilihat pada Tabel 1.

Hasil uji t menunjukkan bahwa pertambahan diameter cangkang isometrik dengan pertambahan berat cangkang dan berat total. Sedangkan pertambahan berat cangkang dan berat total tidak secepat pertambahan tinggi cangkang.

Analisis covarian menunjukkan bahwa garis regresi dari kedua kelompok warna cangkang dari keempat hubungan parameter biometri tidak berbeda nyata.

PERTUMBUHAN

Dalam analisis pertumbuhan diguna-kan diameter cangdiguna-kang karena selain per-tumbuhannya isometrik dengan pertumbuhan

berat hewan, juga mempunyai nilai praktis, yaitu mudah diukur di lapangan dan dapat dikonversi dengan mudah ke dalam berat jika diinginkan.

Diameter minimal dan maksimal dari populasi ini adalah 38,0 mm dan 71,0 mm. Diamter rata-rata untuk setiap kohor yang diperoleh dari hasil analisis kohor (Gambar 1) dari 230 hewan contoh dapat dilihat pada Tabel. 2

Karena jenis ini umumnya hanya memijah sekali dalam setahun (PEARSE & CAMERON 1991), maka selisih umur untuk setiap kohor adalah satu tahun, sehingga parameter pertumbuhan berdasarkan diam-eter cangkang dan umur setiap kohor adalah K = 1,0082, to = 0,4629. Diameter maksimal yang diperoleh berdasarkan metoda

(4)

Walford, yaitu 147 mm. Sebagai bahan perbandingan digunakan diameter maksimal dari rata-rata kelas umur terakhir dari data yang ada, yaitu 71, 25 dan diameter maksimal yang diperoleh FAOUDA & HELLAL (dalam AZIZ 1993). Berdasarkan ketiga diameter maksimal dapat ditarik kurva pertumbuhan von Berthalanffy (Gambar 2). Terlihat bahwa untuk diameter maksimal yang diambil dari kelas umur terakhir dari populasi memberikan kurva pertumbuhan yang lebih mewakili setiap kelas umur dibanding dengan dua Walford, yaitu 147 mm. Sebagai bahan perbandingan digunakan diameter maksimal dari rata-rata kelas umur terakhir dari data yang ada, yaitu 71, 25 dan diameter maksimal yang diperoleh FAOUDA & HELLAL (dalam AZIZ 1993). Berdasarkan ketiga diameter maksimal dapat ditarik kurva pertumbuhan von Berthalanffy (Gambar 2). Terlihat bahwa untuk diameter maksimal yang diambil dari kelas umur terakhir dari populasi memberikan kurva pertumbuhan yang lebih mewakili setiap kelas umur dibanding dengan dua

24

(5)

diameter maksimal lainnya. Umumnya bulu-babi mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat pada tahun pertama, setelah itu pertumbuhannya lebih lambat.

AWAL KEMATANGAN GONAD Pada populasi ini, awal kematangan gonad dicapai pada umur sekitar 1,5 tahun atau pada ukuran sekitar 42,5 mm (Gambar 4).

KEMAMPUAN REPRODUKSI

Studi kemampuan reproduksi dimaksudkan untuk mengetahui bagian atau ukuran dari suatu populasi yang berperan paling besar dalam menghasilkan garnet. Kemampuan reproduksi yang diukur berdasarkan indeks produksi gonad (IPG) pada setiap kelas umur dan diameter cangkang dapat dilihat pada Tabel 3.

(6)

Kemampuan reproduksi berdasarkan IPG mula-mula meningkat, kemudian setelah mencapai umur 3 tahun atau ukuran 65 mm mulai menurun.

cangkang tidak berbeda nyata. Atas dasar pertimbangan ini, maka dalam analisis pertumbuhan kedua warna cangkang tidak dibedakan.

DISKUSI

Hubungan Panjang Berat

Meskipun telah diketahui sebelumnya bahwa jenis bulu-babi ini mempunyai warna yang sangat bervariasi (DE RIDER 1986), namun untuk lebih menyakinkan telah dilakukan uji statistik (analisis covarian) dari beberapa parameter biometri untuk melihat apakah kedua kelompok warna cangkang yang ditemukan menunjukkan perbedaan secara nyata atau tidak. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok warna

Pertumbuhan

Analisis pertumbuhan bulu-babi umum-nya menggunakan diameter cangkang (KENNER 1992, EBERT & RUSSEL, 1992, 1993, TEGNER & DAYTON 1981). Namun ada yang menggunakan lingkaran atau garis pertumbuhan tahunan yang tedapat pada cangkang (JENSEN 1969) LUMINGAS & GUILLOU 1994) atau jumlah keping penyusun cangkang (ALLAIN 1978).

Pertumbuhan yang sangat cepat pada awal perkembangan merupakan hal yang sering dijumpai pada echinodermata (EBERT

26

(7)

1975, ALLAIN 1978). Pada jenis

Strongylocentrotus franciscanus, lebih dari

40 persen dari kurva pertumbuhan dicapai pada tahun pertama (EBERT & RUSSELI 1992).

Rendahnya jumlah hewan pada tahun pertama dan kedua pada populasi ini diduga erat kaitannya dengan besarnya tekanan preda-tor yang dialami oleh hewan yang berukuran kecil. Setelah mencapai ukuran tertentu, cangkangnya sudah cukup kuat sehingga jumlah predator yang dapat menyerang atau memecahkan cangkangnya mulai berkurang.

Secara umum, bulu-babi mempunyai banyak jenis predator, yaitu : berbagai jenis ikan, termasuk ikan hiu, anjing laut, lobster, kepiting, dan gastropoda (KENNER 1992, TEGNER & DAYTON 1981). Hal ini juga menyebabkan rendahnya densitas bulu-babi (TEGNER & DAYTON 1981). Mortalitas alami bulu-babi umumnya sangat tinggi (EBERT 1975). Pada jenis tertentu, FREIRE

et al. (1992) mendapatkan mortalitas alami

81 presen per tahun, bahkan KENNER (1992) mendapatkan nilai yang lebih tinggi, yaitu 85,6 – 92,5 persen per tahun.

Dengan berdasarkan pada angka pertumbuhan yang sangat cepat pada tahun pertama dan angka mortalitas yang tinggi, dapat diduga bahwa jumlah hewan yang besar pada kohor ketiga dari populasi ini merupakan kumpulan dari berbagai kelas umur yang ukurannya hampir sama. Karena tidak mungkin didapatkan jumlah hewan yang besar pada umur tiga tahun sementara jumlah hewan pada umur satu dan dua tahun sangat kecil. Namun demikian, bisa saja rendahnya jumlah hewan pada kelas umur satu dan dua tahun disebabkan oleh sifat nokturnalnya (DE RIDDER 1986) sehingga hewan yang berukuran lebih kecil dapat masuk ke dalam dasar perairan atau menutupi

dirinya dengan mudah sehingga tidak terlihat pada saat pengambilan contoh. Sedangkan hewan yang berukuran besar lebih sulit masuk ke dalam dasar perairan atau sulit menutupi dirinya dengan sempurna, sehingga mudah terlihat pada saat pengambilan contoh. Awal Kematangan Gonad dan Kemam-puan Reproduksi

Awal kematangan gonad sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya hayati perairan. Sebaiknya hewan yang boleh ditangkap adalah yang sudah pernah memijah minimal satu kali agar hewan dapat berkembang-biak sebelum tertangkap. Dengan mengetahui umur atau ukuran pada awal kematangan gonad, kita dapat menentukan ukuran yang boleh ditangkap atau berkembang biak sebelum tertangkap.

Pada usaha budidaya organisme laut, seperti bulu-babi, yang menjadikan produksi gonad sebagai tujuan akhir, kemampuan reproduksi harus diketahui agar dapat ditentukan lama pemeliharaan yang akan memberikan hasil maksimal. Setiap organisme mempunyai umur dimana kemampuan produksi gonadnya mencapai maksimal dan setelah itu mulai menurun. Pada T. gratilla, produksi gonad maksimal dicapai pada umur 2,5 tahun. Setelah itu produksi gonadnya mulai menurun. Hal ini ditemukan pula pada kelas ekonodermata lainnya (CONAND 1989, TUWO, 1993, TUWO & CONAND, 1993).

Selain umur, musim pemijahan juga perlu diketahui dalam penentuan musim panen. Panen sebaiknya dilakukan pada saat indeks kematangan gonad mencapai maksimal atau sebelum musim pemijahan. Musim pemijahan dari T. gratilla ini sangat bervariasi dari suatu lintang ke lintang lainnya dan umumnya hanya memijah sekali dalam setahun (PEARSE & CAMERON 1991).

(8)

Untuk usaha budiaya, jenis bulu-babi ini memerlukan waktu sekitar 2,5 tahun. Pemeliharaan selama 2,5 tahun mungkin tidak menguntungkan secara eonomi, oleh karena itu stok alami yang ada saat ini perlu dikelola dengan baik. Usaha restocking dan

sea ranching mungkin merupakan suatu

pilihan yang baik untuk peningkatan produksi bulu-babi di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

ALLAIN, J.Y. 1978. Age et croissance de

Paracentrotus lividus (Lamarch) et de Psammechinus milliaris (Gmelin) des

cotes nord de Bretagne (Echinoidea).

Cah. Biol Mar. 19 : 11 – 21.

AZIZ, A. 1993. Beberapa catatan tentang perikanan bulu-babi. Oseana 18 (2) : 65 – 75.

BHATTACHARYA, C.G. 1967. A simple method of resolution of a distribution intogaussian components. Biometrics 23 : 115 – 135.

BYRNE, M. 1990. Annual reproductive cycle of the commercial sea urchin

Paracentrotus lividus from an

ex-posed intertidal and a sheltered subtidal habitat on the west coastal of Irland.

Mar. Biol. 104 : 275 – 289.

DE BEER, M. 1990. Distribution patterns of regular sea urchin (Echinodermata : Echinoidea) a cross the spermonde shelf SW Sulawesi (Indonesia). In :

Echinoderm Research, DE RIDDER et al. (eds.) Balkema, Rotterdam : 165

– 169.

DE RIDDER, C. 1986. Les echinides. In :

Guide des etoile de mer, oursins et autres echinoermes du lagon de Nouvelle Caledonia. ORSTOM, Paris

: 15 – 53.

DE RIDDER, C. and J.M. Lawrence 1982. Food and feeding mechanisms : Echinoidea. In : Echinoderm nutrition JANGOUX & LAWRENCES (eds.), A. A. Balkema. Rotterdam : 57 – 115. EBERT, T. A. 1975. Growth and mortality of

post-larval echinoids. Amer. Zool. 15 : 755 – 775.

EBERT, T. A. 1982. Longevity, life history and relative body wall size in sea urchins. Ecological Monographs 52 (4) : 353 – 394.

EBERT, T. A and M. P. RUSSEL 1992. Growth and mortality estimates for red sea urchin Strongylocentrotus

franciscanus from San Nicolas Island,

California. Mar. Ecol. Prog. Ser. 18 : 31 – 41.

EBERT, T. A. and M. P. RUSSEL 1993. Growth and mortality of subtidal red sea urchins (Strongylocentrotus

franciscanus) at San Nicolas Island,

California, USA : Problems with mod-els. Mar. Biol. 117 : 79 – 89.

FREIRE, C. A., P. J. P. SANTOS, N. F. FONTOURA, R. A. O. MAGALHAES and P. A. GROHMANN 1992. Growth and spatial distribution of Cassidulus

mitis (Echinodermata : Echinoidea) on

a sandy beach in Southeastern Brasil.

Mar. Biol. 112 : 625 – 630.

JENSEN, M. 1969. Age determination of echinoids. Sarsia 37 : 41 – 44.

KENNER, M. C. 1992. Population dynamics of the sea urchin Strongylocentrotus

purpuratus in a central California kelp

forest: Recruitment, mortality, growth and diet. Mar. Biol. 112 : 107 – 118. LAUREC, A. and J.C. GUEN 1981.

Dynamique des populations marines exploitees. Tome . concepts et modeles.

CNEXO, rapports scientifiques et tech-niques 45 : 118 p.

28

(9)

LAWRENCE, J. M. 1987. A functional biol-

ogy of echinoderms. Croom Helm,

London : 340 pp.

LUMINGAS, L. J. L. and GUILLOU, M. 1994. Growth zone and backcalculation for the sea urchin,

Sphaerechinus granularis, from the

Bay of Brest France. J. Mar. Biol.

Ass. U.K. 74 : 671 – 686.

NICHOLS, D., G.M. BISHOP and A.A.T. SIME 1985. Reproductive and nutri- tional periodicities in populations of the european sea-urchin, Echinus

esculentus (Echinodermata :

Echi-noidea) from the English Channel.

J. Mar. Biol. Ass. U.K. 65 : 203 – 220

PEARSE, J.S. and R.A. CAMERON 1991. Echinodermata : Echinoidea In :

Re-production of Marine Invertebrates Vol. VI. Echinoderms and Lophophorates, GIESE et al. (eds.).

The Boxwood Press, California : 5 1 3 – 662.

SCHERRER, B 1984. Biostatistique, Gaetan Morin Editeur : 850 pp.

SCHWARTZ, D. 1988. Methodes statistiques

a l’usage des medicins et des biologistes. Medicine-Sciences Flammarion, Paris : 277 pp.

SLOAN, N. A. 1984. Echinoderm fisheries of the world : A review. In :

Echinodermata, KEEGAN and

O'CONNOR (eds.) A. A. Balkema, Rotterdam, p. 109 – 124.

SPARRE, P., E. URSIN and S.C. VENEMA 1989. Introduction to tropical fish stock

assessment. Part 1 – Manual. FAO,

Rome : 337 pp.

TEGNER, M. J. and P. K. DAYTON 1981. Population structure, recruitment and mortality of two sea urchins

(Strongylocentrotus franciscanus and S. purpuratus) in a kelp forest. Mar. Ecol. Prog. Ser. 5 : 255 – 268.

TOMASSONE, R., S. AUDRAIN, E. L. DE TURCKHEIN and C. MILLER 1992. La

regression (Nouveaun regards sur une ancienne methode statistique.

Masson, Paris : 188 pp.

TOMLINSON, P. K. and N. J. ABRAMSON 1961. Fitting a von Berthalanffy growth curve least squares. Fish Bull.. 116 : 1 – 69.

TUWO, A. 1993. Biologie et ecologie de trois especes d'holothuries, Holothuria

forskali, Aslia lefevrei et Pawsonia saxicola, en Bretagne Occidentale.

These du Doctorat Nouveau Regime. UBO–Brest : 147 pp.

TUWO, A and C. CONAND, 1993. Fecun- dity of three temperate holothurians with pelagic development. Abstracts of 8 th International Echinoderm

Referensi

Dokumen terkait

Di halaman rumah Adit, para warga sudah memasang tenda, kemudian Jarwo dan Sopo datang sambil membawa karangan bunga duka cita, setelah itu Adit dan Dennis datang ke rumah, setelah

Untuk mengetahui reduksi kebisingan oleh barrier perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan jenis dan spesifikasi barrier di wilayah penelitian.

Pelatihan Wirausaha Sanitasi terdiri dari beberapa sesi presentasi, diskusi pleno dan diskusi kelompok. Dalam pelatihan ini dilakukan pendekatan partisipatif agar peserta

Adiluhung Saranasegara Indonesia pada pembangunan blok badan kapal Perintis 1200 GT pada tahap fabrikasi dengan kapasitas produksi perencanaan sebesar 240 ton

Sedangkan untuk data kromatogram produk hasil reaksi epoksidasi pada gambar 2 (b), juga ditunjukkan pada puncak nomor 1 yang memiliki % area sebesar 30,68 % dan waktu retensi

Hubungan Prostate Specific Antigen dan Digital Rectal Examination dengan Keganasan Prostat yang dilakukan dengan cara Transrectal Biopsy di Poliklinik Urologi RSUP H.Adam

berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara 7 memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kpd

Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di