• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SPASIAL TINGKAT EROSI DI DAERAH ALIRAN BATANG LEMBANG ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SPASIAL TINGKAT EROSI DI DAERAH ALIRAN BATANG LEMBANG ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SPASIAL TINGKAT EROSI DI DAERAH ALIRAN BATANG LEMBANG

Rahmat1, Dasrizal2, Farida2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Rahmatdahlan1993@gmail.com

ABSTRACT

This research wanted to describe about erosion level at lembang watershed. Type of this research is descriptive quantitative where sources of the data are primary data and secondary data.Based on the results, it got that 1) rainfall erosivitas at lembang watershed for 10 years, 2007-2016 in sumani station, the secondary data showed that the rainfall data at batang lembang watershed is 1370mm/year. 2) soil erobility at batang lembang watershed are cambisol soil, podzolic soil and andosol soil, erodibility value of cambisol soil is 0,301, podzolic soil is 0,017 and andosol soil is 0,278. 3) the length and the slope of the slope of research place is categorized into II class which is sloping and IV class which is rather steep. The slope of this slope is potential to erosion caused by the sloped slope. 4)vegetation cover and conversion of soil at batang lembang watershed, management of area is gotten from the map of land units by look at the use of land and the conversion is used. After that, making CP value at batang lembang watershed by looking at the land use. The use of land (CP) at batang lembang watershed is in land unit, K.I Keb Kam Qvte value is 0,4, S.III. Keb Kam Qvte value is 0,4, S IV Hut Kam Qvte value is 0,2. 5)erosion level at batang lembang watershed is classified into 4 levels are very mild class has area 5103.42ha, mild class has area 15073.96ha, very severe class has area 27985.14ha, severe class has area 4134.49ha.

Keywords: Rainfall Erosivitas, Soil Erodibility, Land Slope, Length Slope, Vegetation Cover And Soil Conversion, Erosion Level.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang mempunyai Iklim Tropis yang terdiri dari Dua Musim yaitu Musim Kemarau dan Musim Penghujan. Pada Musim Penghujan di mana curah hujan yang tinggi

dapat mengakibatkan terjadinya banjir, erosi, dan tanah longsor. Erosi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), merupakan fenomenal yang kompleks akibat perubahan bermacam-macam proses yang terjadi. Sedimen yang

(2)

terjadi di suatu sungai atau waduk merupakan suatu petunjuk adanya kerusakan suatu Daerah Aliran Sungai ( DAS ), dimana faktor aktivitas manusia yang terkontrol ( melebihi dari batas yang diperbolehkan) biasanya merupakan faktor dominan penyebab kerusakan tersebut.

Wilayah Sumatera Barat memiliki kondisi topografi yang sangat beragam. Bagian terbesar merupakan Pegunungan, Perbukitan dan Lembah-lembah yang terjal. Hanya sebagian kecil dari wilayah ini yang dapat diusahakan sebagai Lahan Pertanian, yakni kurang lebih 13% dari luas Sumatera Barat. Sempitnya lahan bagi usaha pertanian telah mendorong penduduk mempergunakan lahan dengan kemiringan curam atau terjal untuk usaha pertanian, hal tersebut lebih diperburuk oleh keterbatasan kemampuan Petani baik dari sudut Pengetahuan, maupun dari Sudut Ekonomi dalam pengelolahan Lahan Pertanian, telah menyebabkan sebagian Lahan tersebut mengalami

Kerusakan dan terjadinya Lahan Kritis ( Suripin, 2001 ).

Kondisi diatas kadangkala kurang disadari oleh manusia, sebagai akibatkecerobohannya dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam sehingga Lahan-lahan yang pada mulanya subur dalam jangka waktu yang relative pendek, lahan tersebut berubah menjadi tidak subur lagi bahkan mungkin menjadi lahan kritis seiring terjadinya erosi pada lahan tersebut ( Suripin, 2001).

Sumber daya lahan yang relatif terbatas luasnya tetapi memberi manfaat yang besar dalam kehidupan manusia untuk waktu yang berkesinambungan, baik penggunaan lahan untuk pertanian maupun untuk bangunan. Perubahan tata guna lahan dapat mempengaruhi keseimbangan tata air pada suatu area dengan melihat kondisi debit dan sedimentasi. Untuk mengurangi terjadinya erosi.

Batang lembang merupakan salah satu sungai lintas kabupaten Kota Solok yang membela Kota Solok dan Kabupaten Solok yang

(3)

berhulu dari Jorong Bukit Subang, Nagari Lubuak Salasiah Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok yang berhilir ke Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok. Daerah aliran sungai ini umumnya memiliki kemiringan lereng mulai dari datar sampai curam. Batang lembang telah sering mengalami perubahan aliran sungai, diantaranya makin melebarnya badan sungai. Beberapa tahun belakangan ini, di sepanjang aliran batang lembang di temukan adanya perubahan alur sungai dan amblasnya tanah-tanah pada tebingnya. Hal ini tidak hanya ditemukan pada suatu tempat, tetapi pada lokasi yang berbeda.

Menurut Seta 1991 dalam Nilam 2014 mengatakan erosi adalah hilang atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain. Erosi dapat menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang

terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain seperti sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya. Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air hujan (Rahim, 2003 dalam Nilam 2014). Erosi akan menyebabkan antara lain :

1. Pada tanah yang mengalami erosi, tanaman tidak bisa tumbuh secara normal sehingga tanah menjadi tidak produktif.

2. Waduk, sungai dan saluran irigasi di daerah hilir menjadi dangkal sehingga daya gunanya berkurang. 3. Secara tidak langsung

mengakibatkan terjadinya banjir setiap musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.

Erosivitas Hujan

Erosi yang terjadi pada daerah yang beriklim tropis pada umumnya disebabkan karena hujan. Hal ini terjadi karena intessitas hujan di daerah tropis lebih tinggi dari pada daerah lainnya. Tebal hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan

(4)

mempengaruhi terjadinya peningkatan erosi. Kemampuan suatu hujan untuk dapat menimbulkan suatu erosi disebut dengan erosivitas. Indeks erosivitas merupakan pengukur kemampuan suatu hujan untuk menimbulkan suatu erosi. Indeks erosivitas dapat diketahui melalui tenal curah hujan. (Martono 2004).

Erodibilitas Tanah

Faktor erodibilitas tanah menunjukkan kemudahan tanah mengalami erosi, semakin tinggi nilainya semakin mudah tanah tererosi. Tingginya faktor erodibilitas antara satu tempat dengan yang lainnya disebabkan kondisi tekstur tanah yaitru rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan debu jika dibandingkan tanah lokasi yang satu.Menurut Morgan (1986) tekstur berperan dalam erodibilitas tanah, partikel berukuran besar tahan terhadap daya penghancur karena daya kohesifitasnya. Partikel yang kurang tahan terhadap keduannya adalah debu dan pasir sangat halus.

Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng, LS

Menurut Suripin (2002) dalam Yusma (2014) Faktor LS, kombinasi antara faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) merupakan nisbah besarnya erosi atau suatu lereng dengan panjang lereng dan kemiringan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan dengan panjang 22,13 m dan kemiringan lereng 9%. L adalah panjang lereng (m) yang diukur mulai dari tempat mulai terjadinya aliran air diatas permukaan tanah sampai mulai tempat terjadinya pengendapan disebabkan oleh kekurangan kecuraman lereng atau ketempat aliran air dipermukaan tanah masuk kedalam air / saluran, sedangkan S adalah kemiringan lereng (Derajad) .

Pengelolaan Tanaman (C) dan Konservasi Tanah (P)

Menurut Seta dalam Diana (2013) faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antarah kehilangan tanah dari lahan yang diusahakan untuk suatu pertanaman dengan suatu sistem pengolahan,

(5)

terhadap kehilangan tanah dari lahan yang terus menerus diolah tapi tampa pertanaman.

Asdak (2010) faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, keadaan permukaan dan pengolahan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Oleh karenanya, besarnya nilai C tidak sama dalam waktu kurun satu tahun.

Tutupan Vegetasi

Pengaruh Vegetasi adalah melihat dan menganalisa kondisi vegetasi penutup tanah di sepanjang tebing dan lebih luas daerah aliran sungai. Vegetasi penutup lahan berpengaruh dan melindungi tumbuhan air, menurunkan aliran sungai, menahan partikel tanah dan mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Asdak, 1995).

Vegetasi penutup berkaitan erat dengan penutup tanah oleh tumbuh-tumbuhan, misalnya tanaman, hutan, dan rumput-rumputan. Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan dapat mencegah terjadinya erosi,

semua tanah tidak dapat dibiarkan tertutup hutan dan padang rumput karena kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan permukiman tetapi meskipun dalam usaha peretanian jenis tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan erosi (Arsyad, 1989).

Menyadari adanya keterbatasan dalam menentukan besarnya tingkat erosi untuk tempat-tempat di luar lokasi yang telah diketahui spesifikasinya tanah tersebut, maka dikembangkan cara untuk memprakirakan besarnya erosi dengan menggunakan persamaan matematis seperti dikemukakan oleh Wischmeir dan Smith (1978) dan dikenal sebagai persamaan USLE :

A = R.K.LS.C.P

A = Besarnya kehilangan tanah persatuan luas lahan, diperoleh dari perkalian faktor-faktor tersebut. Besarnya kehilangan tanah atau erosi dalam hal ini hanya terbatas pada erosi kulit dan erosi alur. Tidak termasuk erosi yang berasal dari tebing sungai dan juga tidak

(6)

termasuk erosi yang berasal dari tebing sungai dan juga tidak termasuk sedimen yang terendapkan di bawah lahan-lahan dengan kemiringan besar.

R = Faktor erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu, umumnya di wujudkan dalam bentuk indeks erosi rata-rata. Faktor R merupakan angka indeks yang menunjukkan besarnya tenaga curah hujan yang dapat menyebabkan erosi. Menurut Soemarwoto (1991) dalam Indra yanti 2014 untuk menghitung faktor erosivitas hujan digunakan persamaan berikut :

Rumus :

R = 0,4 × 𝐴𝑃1,09

AP = curah hujan tahunan (mm/tahun).

K = Faktor erodibilitas tanah untuk horizon tanah tertentu, dan merupakan kehilangan tanah per satuan luas untuk indeks erosivitas tertentu. L = Faktor panjang kemiringan lereng yang tidak mempunyai

satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng 72,6 ft ( petak percobaan).

S = Faktor gradient (beda) kemiringan yang tidak mempunyai satuan dan

merupakan bilangan

perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk tingkat kemiringan lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk kemiringan lereng 9%.

C = Faktor ( pengelolaan ) cara bercocok tanam yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi bercocok tanam yang diinginkan dengan besarnya kehilangan tanah pada keadaan tilled continuous

fallow.

P = Faktor praktek konservasi tanah (cara mekanik) yang tidak mempunyai satuan dan

(7)

merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi usaha konservasi tanah ideal (misalnya, teknik penanaman sejajar garis kontur, penanaman dalam teras, penanaman dalam larikan) dengan besarnya kehilangan tanah pada kondisi penanaman tegak lurus terhadap garis kontur (Asdak dalam Wischmeir dan Smith, 1995). Analisis Spasial

Konsep Spasial Analysis atau Analisis Spasial pada intinya adalah keruangan di muka bum. Sebagai perbandingan De Mers (1997) mengemukakan “analisis spasial mengarah pada banyaknya macam operasi dan konsep Termasuk Perhitungan Sederhana, Klasifikasi, Penataan, Overlay Geometris dan Permodelan Kartografis.Sedangkan fotheringham (1994) mengkategorikan spasial analisis dalam dua bentuk yaitu, Analisis Spasial berbasis GIS Sederhana (Simple GIS-Based

Spatial Analysis) dan Analisis

Spasial berbasis GIS Lanjutan

(Advanced Gis-Based Spatial Analysis).

Perbandingan kedua pakar diatas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa Spatial Analysis merupakan informasi keruangan dimana memberi penafsiran data yang dituangkan dalam bentuk symbol sebagai gambaran dari keadaan sebenarnya di lapangan. Informasi keruangan ini dapat disampaikan dalam integrasi bentuk tabel maupun peta. Selanjutnya dengan ragam operasi dan permodelan keruangan menghasilkan suatu delineasi wilayah kajian guna penuntukan studi tertentu.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan analisis data jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif .Deskriptif Kuantitatif disebut juga sebagai metode positivistik karena berlandaskan kepada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah – kaidah ilmiah yaitu konkrit / empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode

(8)

ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini di sebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono, 2013).

Metode Deskriptif Kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis dan bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan. ( Sugiyono, 2013).

Data Sekunder adalah data yang menjadi sumber acuan dan analisis yang diperoleh dari perpustakaan dan instansi terkait yang termasuk data sekunder adalah pada peta Daerah aliran Batang Lembang, peta penggunaan lahan, peta laju erosi, Peta Topografi.

Teknik Analisis Data Analisis Spasial

Dalam teknik analisis spasial menggunakan teknik overlay atau tumpang susun menggunakan software arcview 3.3

untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian. Analisa data sekunder digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan apa saja yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan.

Teknik overlay adalah suatu informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi atau database yang spesifik).

Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda secara teknis dikatakan harus ada polygon yang terbentuk dari dua jenis peta yang dioverlaykan. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentuknya (Prahasta, Eddy 2006).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada, referensi penelitian sebelumnya dan instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian ini, data-data tersebut yaitu:

(9)

A. `Letak, luas, dan batas adinistrasi

B. Kondisi fisik daerah penelitian

Teknik overlay yaitu menggabungkan beberapa peta dengan menghasilkan peta satuan. Peneliti akan mengoverlay peta erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang lereng dan kemiringan lereng, penutupan vegetasi, dan tindakan konservasi tanah sehingga akan menghasilkan peta tingkat erosi pada Batang Lembang.

Analisis Data

Untuk mengukur beberapa besarnya erosi yang terjadi maka digunakan metode USLE dengan persamaan :

A = R × K × LS× CP Dimana :

A: Besarnya kehilangan tanah persatuan luas lahan ( ton/ha/tahun ).

R: Indeks erosivitas hujan dan air aliran.

K: Faktor erodibilitas tanah untuk horizon tetentu.

L:Faktor panjang kemiringan lereng.

S:Faktor gradient kemiringan yang tidak mempunyai satuan. C:Faktor pengelolaan tanaman. P: Faktor tindakan konservasi tanah.

a. Erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu, umumnya di wujudkan dalam bentuk indeks erosi rata-rata. Faktor R juga merupakan angka indeks yang menunjukkan besarnya tenaga curah hujan yang dapat menyebabkan erosi. Menurut Soemarwoto 1991 dalam Indrayanti (2014) untuk menghitung faktor erosivitas hujan digunakan persamaan berikut :

Rumus : R = 0,4 × 𝐴𝑝1,09

AP = curah hujan tahunan (mm/tahun).

b. Erodibilitas tanah untuk horizon tanah tertentu, dan merupakan kehilangan tanah per satuan luas untuk indeks erosivitas tertentu. c. Topografi yang tidak

mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara

(10)

besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng 72,6 ft (petak percobaan).Kemiringan lereng yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk tingkat kemiringan lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk kemiringan lereng 9 %.

d. Penutupan vegetasi atau pengelolaan dan bercocok tanam yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi bercocok tanam yang diinginkan dengan besarnya kehilangan tanah pada keadaan tilled

continuous fallow.

e. Konservasi tanah ( cara mekanik ) yang tidak mempunyai satuan dan

merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi usaha konservasi tanah ideal ( misalnya, teknik penanaman sejajar garis kontur, penanaman dalam teras, penanaman dalam teras, penanaman dalam larikan) dengan besarnya kehilangan tanah pada kondisi penanaman tegak lurus terhadap garis kontur (Asdak dalam Wischmeir dan Smith, 1995 dalam satrianto, 2014).

f. Tingkat Bahaya Erosi

Nilai A yang didapat dari

RKLSCP tersebut

dibandingkan dengan klasifikasi erosi yang telah diukur di lapangan. Kemudian kita sesuaikan dengan nilai A dengan tabel diatas. Apakah lahan tersebut termasuk erosi sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Erosivitas hujan di Daerah

Aliran Batang Lembang

Erosivitas hujan dihitung parameter hujan tahunan .curah hujan tahunan stasiun Sumani sebesar 1.750 mm/th yang didapat dari penggolahan data sekunder curah hujan perbulan. Dengan demikian nilai erosivitas hujan untuk daerah aliran batang lembang berdasarkan rumus R=0,4×AP1,09 sebesar 1.370 mm/th.

2. Erodibilitas tanah di Daerah Batang Lembang

Erodibilitas adalah daya tahan terhadap pengurai dan pengangkutan oleh tenaga erosi, apabila erodibilitas semakin besar maka tanah tersebut semakin mudah tererosi.Kepekaan suatu tanah terhadap erosi atau nilai erodibilitas suatu tanah ditemukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah dalam menyerap air.

3. Faktor kemiringan lereng dan panjang lereng di Daerah Aliran Batang Lembang.

Panjang lereng merupakan jarak horizontal ke arah bawah lereng dari titik mana aliran permukaan

berasal/mulai sampai ke titik di mana air permukaan masuk ke saluran-saluran atau kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran permukaan sudah sangat berkurang.maka dapatlah faktor panjang lereng dan kemiringan lereng.

4. pengelolaan lahan (PL) di Daerah Aliran Batang Lembang Parameter pengelolaan lahan dinilai berdasarkan perkalian antara faktor penutupan lahan/pengelolaan tanaman dengan faktor praktek konservasi tanah/pengolahan lahan PL = C x P

PL= Pengelolaan Lahan C = Pengelolaan Tanaman P = Tindakan Konservasi

Pengelolaan lahan didapatkan dari peta satuan lahan dengan melihat penggunaan lahan dan

konservasi yang

digunakan.Kemudian membuat nilai CP dari penggunaan lahan tersebut. 5. Sebaran Spsial Tingkat Erosi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi menyebabkan

(12)

hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain; di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, diatas tanah pertanian dan sebagainya. Endapan tersebut akan menyebabkan sungai, waduk, danau dan saluran-saluran irigasi lainnya mendangkal. Dengan meningkatnya jumlah aliran air permukaan dan mendangkalnya sungai mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir.Secara umum, terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor iklim (terutama intensitas hujan), topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tata guna lahan.Pengaruh iklim terhadap erosi dapat bersifat langsung atau tidak langsung.

Kriteria tingkat bahaya erosi pada Daerah Aliran Batang Lembang terdapat 4 kelas yaitu: Sangat ringan ( 5103.42ha) yang tersebar pada bagian tengah DAS dengan penggunaan lahan perkebunan dan sawah dengan kemiringan lereng datar, kelas Ringan ( 15073.96ha)

tersebar pada daerah kipas alluvial dengan penggunaan lahan perkebunan dan sawah,kelas Sangat Berat (27985.14ha) tersebar pada daerah kipas alluvial dengan penggunaan lahan hutan dan kemiringan lereng sangat curam, kelas Berat 4134.49 ha) tersebar pada daerah betting gesik dan kipas alluvial dengan penggunaan lahan permukimansebaran spasial tingkat erosi sangatberat di daerah aliran batang lembang seluas 27985.14, selanjutnya tingkat erosi berat di daerah aliran batang lembang seluas 4134.49, selanjutnya erosi ringan di daerah aliran batang lembang seluas 15073.96, dan erosi sangat ringan di daerah aliran batang lembang seluas 5103.42. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta tingkat erosi.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh dari satuan lahan yang ada pada Daeran Aliran Batang Lembang maka kesimpulannya sebagai berikut :

Erosivitas hujan / Curah hujan di daerah aliran batang lembang dihitung 10 tahun terakhir mulai dari tahun 2007-2016 di stsiun

(13)

sumani sebesar 1.750 mm/th yang didapat dari penggolahan data sekunder curah hujan perbulan. Dengan demikian nilai erosivitas hujan untuk daerah aliran batang lembang berdasarkan rumus R=0,4×AP1,09 sebesar 1.370 mm/th.

Erodibilitas tanah / Jenis Tanah yang ada pada daerah aliran batang lembang yaitu tanah Kam dengan nilai K 0,301 dengan luas 32052.89 ha, tanah Pod dengan nilai K 0,107 dengan luas 4212.98 ha, dan tanah And dengan nilai K 0,278 dengan luas 13384.74 ha. Nilai erodibilitas tanah pada daerah aliran batang lembang tergolong tinggi sehingga akan menyebabkan tingkat erosi juga akan meningkat.

Panjang lereng dan kemiringan lereng mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap terjadinya erosi. Daerah aliran batang lembang mempunyai kemiringan lereng yang sangat terjal ( 24-40%). Dengan demikian tingkat erosi di daerah aliran batang lembang cukup besar.

Pengelolaan Lahan (PL) Di Daerah Aliran Batang Lembang Pengelolaan lahan didapatkan dari

peta satuan lahan dengan melihat penggunaan lahan dan konservasi yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C.2007. Hidrologi dan

Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai.Gajah

Mada University Press.Yogyakarta.

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan

Pengelolaan Das.

Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

Indrayati. 2014. Studi Tingkat

Bahaya Erosi Tebing Sungai Kuantan di Kenagarian Padang

Tarok Kecamatan

Kamang Baru

Kabupaten Sijunjung.

Stkip Pgri Sumatera Barat.

Referensi

Dokumen terkait

5 PT Bank Negara Indonesia (Persero)

*Dapat di simpulkan bahwa aplikasi tidak menggunakan kertas kerja secara penuh, namun ada bagian informasi dari kertas kerja yang dipakai untuk membuat laporan keuangan,

Namun dalam penggunaan merek harus menggunakan perjanjian lisensi, maka apabila dalam penggunaan merek hanya didasari dengan Memorandum Of Understanding kerjasama yang

Kromatogram lapisan tipis ekstrak pekat lapisan kloroform daun tumbuhan Akalifa (Acalypha wilkesiana Muell... Kromatogram Lapisan Tipis ekstrak daun tumbuhan akalifa

Kapak yang dibuat dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya untuk tempat menggenggam, kapak tersebut disebut

Cautionary note on forward-looking statements: This presentation may contain statements regarding the business of PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk and its

• Investment portfolio consist of shares, bonds, and money market instruments.... When

[r]