• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian dilaksanakan di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Luas lahan TPA 108 ha, terdiri dari lima zone, terletak di tiga Kelurahan yaitu: sebelah Selatan; Kelurahan Ciketing Udik; sebelah Utara dan Barat: Kelurahan Cikiwul; sebelah Utara dan Timur: Kelurahan Sumur Batu. Lokasi TPA terletak + 13 km sebelah selatan Kota Bekasi, + 2 km dari jalan Raya Bekasi-Bogor. Penelitian laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Persiapan penelitian dan gambaran umum obyek yang diteliti dilaksanakan dalam bulan Pebruari sampai dengan Nopember 2004. 3.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pene litian ini dikumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer melalui survai dan wawancara langsung di lokasi TPA dengan responden di Kelurahan Sumur Batu, Ciketing Udik, Cikiwul, Aparat Kecamatan Bantar Gebang, para pakar dan stakeholder yang terkait dengan TPA. Dalam satu kelurahan dilakukan kegiatan lapangan meliputi: kegiatan wawancara pada aspek karakteristik responden, sosial ekonomi dan tanggapan responden terhadap keberadaan TPA. Pertanyaan prospektif di peruntukkan sebagai kemungkinan pemanfaatan TPA di masa mendatang, faktor dan kreteria yang mempengaruhi dan variabel skor dari pertanyaan tersebut, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada.

A. Data Primer a. Fisik dan Kimia

Pengambilan sampel air dilakukan di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu yaitu pada sumur gali penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Cara pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol plastik berukuran 1,5 liter, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cooler box untuk diawetkan. Contoh air dan lindi dianalisis di laboratorium FMIFA, Institut Pertanian Bogor. Data sekunder berupa

(2)

gambaran umum serta data pelengkap lain, diperoleh melalui Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan Pemda Kota Bekasi.

Alat yang digunakan pH meter, turbidimeter, untuk pengukuran parameter kimia digunakan alat spektrofotometer kecuali zat organik (KMnO4 ) menggunakan metode titrasi.

1). Air sumur

Untuk mengetahui kualitas air sumur penduduk, maka pengelolaan dan pengukuran sampel dilakukan pada saat musim hujan dan musim kemarau, parameter sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 seperti Tabel 4.

Tabel 4. Kualitas Air Sumur di TPA Bantar Gebang Parameter Satuan Peralatan Metode Analisis

Fisika : Suhu Bau Rasa Kekeruhan Kimia:

Zat padat terlarut pH DO BOD5 COD Amonia N-NH3 Nitrat-N Nitrit-N Kesadahan (CaCO3) Klorida Sulfida Fosfat Besi (Fe) Timbal (Pb) Mikrobiologi: Coliform E. coli ºC - - FTU mg/l - mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l MPN/100ml MPN/100ml Termometer - Turbidimeter Timbangan analitik pH-Meter DO-Meter Buret Buret Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Buret Buret Buret Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Tabel MPN Tabel MPN

Pemuaian air raksa

Turbidimetrik Gravimetrik Potensiometrik Potensiometrik Titrimetrik Titrimetrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Titrimetrik Titrimetrik Titrimetrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik MPN MPN

Sumber: Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan: ( - ): Tidak ada satuan

(3)

Titik pengambilan sampel berdasarkan aliran air tanah, diambil dari pompa atau sumur-sumur penduduk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, radius 200 m dari lokasi TPA, pada empat penjuru lokasi yaitu timur, barat, utara dan selatan dari TPA. Untuk masing-masing lokasi sampel diambil satu titik sehingga akan didapatkan empat sampel air sumur.

2). Air Permukaan (sungai)

Untuk mengetahui kualitas air sungai, maka sungai yang dijadikan sampel adalah sungai Ciketing, lebar sekitar 2 m, debit air 0.409 m³ /detik. Pengambilan sampel didasarkan pada sistem aliran air dari hulu sungai menuju hilir sungai atau dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Sampel diambil pada aliran sungai sebelum memasuki wilayah TPA dianggap sebagai hulu sungai dan aliran sungai sesudah melewati wilayah TPA dianggap sebagai hilir sungai, sehingga akan didapatkan dua sampel air sungai.

Parameter kualitas air sesuai dengan Baku Mutu Keputusan Gubernur Jawa Barat No.8 tanggal 12 Juni 1991 (Tabel 5).

Tabel 5. Kualitas Air Sungai Ciketing

Parameter Satuan Metode Analisis

Fisika Padatan terlarut Warna Kekeruhan Kimia pH Besi (Fe) Mangan terlarut (Mn) Tembaga (Cu) Seng (Zn)

Krom heksava len Kadmium (Cd) Air Raksa (Hg) Nikel (Ni) Timbal (Pb) Sulfida Nitrat-N Nitrit-N BOD5 COD mg/l PtCo FTU - mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l Gravimetrik Turbidimetrik pH meter Potensiometrik SNI-M-63-1990-03 SNI-M-73-1990-03 SNI-M-73-1990-03 AAS SNI-M-35-1990-03 AAS SNI-M-86-1990-03 Spektrofotometrik Titrimetrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Titrimetrik Titrimetrik

(4)

3). Air Lindi

Untuk mengetahui kualitas air lindi dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam timbunan sampah dan terkontaminasi (bercampur dengan senyawa-senyawa di dalam sampah) membentuk lindi, untuk itu perlu dilakukan pengujian kualitas air lindi. Sampel diambil dari setiap zone karena pemanfaatannya berbeda waktu dan dari kolam-kolam (bak) pada unit IPAS , meliputi sampel pada inlet dan outlet , satu titik diambil satu samp el, sehingga didapatkan delapan sampel air lindi. Titik inlet adalah air lindi yang masuk ke dalam IPAS dari landfill, sedangkan outlet air lindi yang telah mengalami pengolahan dari IPAS. Parameternya sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan air untuk Perikanan dan Pertanian (Tabel 6). Air lindi disetarakan denga n air limbah cair yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri.

Tabel 6. Kualitas Air Lindi

Parameter Satuan Metode Analisis

Fisika Padatan terlarut Warna Kekeruhan Kimia pH Besi (Fe) Mangan terlarut (Mn) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom heksavalen (Cr6+) Kadmium (Cd) Air Raksa (Hg) Timbal (Pb) Sulfida Nitrat-N Nitrit-N BOD5 COD mg/l PtCo FTU - mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l Gravimetrik Turbidimetrik pH meter Potensiometrik SNI-M-63-1990-03 SNI-M-73-1990-03 SNI-M-73-1990-03 AAS SNI-M-35-1990-03 AAS Spektrofotometrik Titrimetrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Titrimetrik Titrimetrik

Baku Mutu: PP RI No. 20 tahun 1990.Pengendalian Pencemaran Baku Mutu gol. B untuk Bahan Baku Air Minum, gol. C Penggunaan Air untuk Perikanan dan Pertanian.

(5)

b. Mikrobiologi Lingkungan

Jenis mikroorga nisme yang terdapat dalam lingkungan adalah: bakteri, virus, protozoa, jamur, fungi, ganggang, cacing dan lain- lain. Jenis-jenis mikroorganisme yang dapat berkembang baik dengan cepat dalam sampah adalah: bakteri, jamur, cacing. Sampah merupakan sumber beberapa jenis penyakit menular, keracunan, dan lain- lain. Beberapa jenis penyakit bawaan sampah dapat diperlihatkan pada Tabel 7.

Bahan beracun, bahan kimia, bakteri, virus, jamur dan lain- lain yang ada dalam timbunan sampah, dapat berpindah tempat ke tempat lain melalui proses lindi. Apabila cairan dari sampah yang mengandung bibit penyakit masuk ke dalam air permukaan, maka air permukaan tersebut akan berperan sebagai penyebar mikroba patogen atau penyakit menular di dalam air.

Tabel 7. Penyakit Bawaan Sampah

Nama Penyakit Penyebab

1. Penyakit bawaaan lalat: Dysentriae basilaris (disentri) Dysentriae amoebica (disentri) Thypus abdominalis (tifus) Kolera

Ascariasis (cacingan) Ancylostomiasis (cacingan) 2. Penyakit bawaan tikus:

Pest

Leptospirosis icterohaemonhagica Rat bite fever

3. Keracunan: Metana

Carbon monoxide, Dioxida Hidrogen sulfide Logam berat Shigella shigae Entamoeba histolytica Salmonella thypii Vibrio cholerae Ascariasis lumbricoides Ascariasis duodenale Pasteurella pestis Leptospira icterohaemonhagica Stretobacillus monilliformis Sumber: Juli (1994).

Penyakit menular yang disebabkan oleh air sering disebut penyakit bawaan air Tabel 8. Jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain adalah: bakteri, virus, protozoa, dan lain- lain.

(6)

Data biologi khususnya penyebaran lalat diambil dari data primer, keberadaan dan banyaknya lalat dapat dianggap sebagai cerminan keadaan sanitasi lingkungan. Semakin banyak lalat, semakin menurun kondisi sanitasi lingkungannya, begitu juga sebaliknya. Dengan kondisi ini, lalat dianggap sebagai indikator penyebaran vektor beberapa penyakit yang berbahaya. Lalat diambil dengan metode grill net per satuan waktu umpan lokasi ke arah Kelurahan Taman Sari 5 titik, Kelurahan Ciketing Udik 3 titik, Kelurahan Sumur Batu 5 titik dan Kelurahan Cikiwul 6 titik. Jarak pengambilan sampel adalah 100 m sampai dengan jarak 600 m dari TPA, masing- masing diukur dalam waktu 30 detik di lokasi yang berbeda di Kelurahan sekitar TPA, daerah permukiman, pemulung yang sekaligus juga dipergunakan untuk tempat mencuci plastik bekas.

Tabel 8. Beberapa Jenis Penyakit Bawaan Air

Nama Penyakit Penyebab

Diare pada anak Hepatitis A

Polio (myelitis anterior acuta)

Cholera

Diare atau dysentrie Typhus abdo minalis Paratyphus Dysenterie Dysenterie amoeba Baiantidiasis Giardiasis Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis Virus: Rotavirus V. Hepatitis A V. poliomyelitis Bakteri: Vibrio cholerae

Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysenteriae Protozoa: Entamoeba histolytica Balantida coli Giardia lamblia Metazoa: Ascaris lumbricoides Clonorchis sinensis Diphyllobothrium latum Taenia saginata Schistosoma Sumber: Juli (1994).

(7)

Pengukuran dan pengamatan distribusi lalat dilakukan pada jam 09.30 – 15.00 WIB, dengan asumsi pada jam tersebut lalat melakukan aktivitasnya. Keberadaan lalat dipengaruhi oleh kondisi iklim, seperti musim dan curah hujan. Menurut Yulianto (2000), aktivitas lalat akan tinggi pada waktu pukul 08.00 – 10.00 pagi sebagai kegiatan mencari makan setelah beristirahat cukup lama pada malam hari. Menurut Keputusan Dirjen P2MPLP Departemen Kesehatan RI Nomor 281-II/PD.03.04.LP tanggal 30 Oktober 1989 baku mutu jumlah keberadaan lalat adalah 30 ekor per grill.

c. Sosial Ekonomi Masyarakat

Keadaan sosial ekonomi, adalah pengaruh dari kegiatan pengelolaan sampah pada warga atau masyarakat maupun pemerintah, di sekitar lokasi pengelolaan sampah seperti Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu. Pada umumnya keberadaan pengelolaan sampah, menimbulkan dampak positif dan negatif secara langsung maupun tidak langsung. Dampak positif secara langsung, ada tenaga kerja yang dapat tertampung, dampak negatif secara langsung keberadaan pengelolaan sampah timbul masalah sosial.

Keberadaan pengelolaan sampah juga menimbulkan perubahan tingkat perekonomian bagi pengelola, pemerintah, maupun warga di sekitar TPA. Perubahan tingkat perekonomian karena adanya kegiatan pembangunan, pemeliharaan unit pengelolaan sampah, yang memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang tersedia di sekitar TPA. Selain itu, bila penambangan TPA untuk pembuatan kompos dan gas metana, maka pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi dan pajak akan dapat ditingkatkan.

Responden yang dipilih dilakukan secara acak sebanyak 50 orang, dilakukan pada kelompok masyarakat sekitar TPA (non pemulung, pemulung), Aparat Kecamatan, Lurah, tokoh masyarakat (formal dan informal) untuk mengetahui permasalahan terhadap keberadaan dan pengelolaan TPA dan yang terkait di lapangan.

Variabel yang akan ditanyakan karakteristik, sosial ekonomi dan tanggapan responden terhadap keberadaan TPA seperti:

1). Karakteristik responden

Pemilihan responden dengan melakukan kegiatan wawancara dengan menggunakan daftar kuisioner yang dilakukan terhadap 50 orang responden, terdiri

(8)

dari 30 responden masyarakat yang terlibat dalam pemanfaatan di TPA dan 20 responden lembaga pemerintah, tokoh masyarakat di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang.

Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang tinggal di sekitar TPA yang jaraknya antara 0 – 1 km dan 1 – 10 km dari TPA, dengan mengetahui tingkat pendidikan responden, status dan tanggungan, usia, alamat, profil tempat tinggal, jarak rumah dengan TPA, jumlah penghuni, lama tinggal atau menetap, status kependudukan (untuk kelompok pemulung).

2). Sosial ekonomi responden

Data sosial ekonomi akan dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer berupa pekerjaan responden dan jenis pekerjaannya, pendapatan dan pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan, keadaan kesejahteraan masyarakat dan kesehatannya.

Populasi dalam penelitian sosial ekonomi adalah kelompok masyarakat, pemulung, pengelola dan masyarakat yang berada di Kelurahan sekitar TPA Bantar Gebang meliputi Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Data primer diambil melalui metode wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder dari data potensi Kelurahan, Kecamatan dan instansi terkait.

3). Tanggapan responden terhadap TPA

Diantaranya adalah persepsi responden tentang kesehatan dan keberadaan TPA serta keuntungan dan kerugian terhadap keberadaan TPA di sekitar tempat tinggal responden.

B. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka yang dapat melengkapi penelitian antara lain: jumlah sampah kumulatif, luas lahan TPA yang terpakai, lama waktu atau umur TPA, dan dari berbagai sumber seperti laporan, dokumen dan hasil penelitian dari berbagai instansi yang berhubungan penelitian antara lain dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Data iklim rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir (suhu, curah hujan, kelembaban nisbi, kecepatan angin, lama penyinaran matahari) dari

(9)

KIMIA

1.Kualitas air lindi 2.Kualitas air sungai 3.Kualitas air sumur

MIKROBIOLOGI 4. E. coli 5. Coliform 6. Lalat SOSIAL EKONOMI 7.Persepsi masyarakat TPA Terpadu 1. Luas lahan 108 ha 2. Volume sampah 3. Tinggitumpukan sampah 4. IPAS

5. Kualitas air lindi 6. Kualitas air sungai 7. Kualitas air sumur 8. Gas metana 9. Kualitas udara 10. Kebisingan 11. Lalat 12. E. coli 13. Coliform 14. Tingkat pendidikan 15. Pendapatan masyarakat 16. Persepsi masyarakat 17. Pemulung 18. Pengelola 19. Kesehatan 5 zone

KONDISI SAAT INI ANALISIS

AHP HASIL PEMANFAATAN Kondisi Lingkungan Biofisik Potensi TPA Bantar Gebang

Kondisi SosialEkonomi Hutan Kota/ Penghijauan Pariwisata TPA Terpadu Lapangan golf Ppenambangan Gas, listrik Lahan budidaya Perumahan Industri Prospektif TUJUAN

Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta. Data sosial ekonomi penduduk dicatat dari Biro Statistik, Kota Bekasi, Jawa Barat, sedangkan data kesehatan masyarakat dari Puskesmas di Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi.

3.3. Tahapan Kegiatan Penelitian

Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dan metode analisis untuk menjawab tujuan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

3.4. Metode dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis fisik kimia, (2) mikrobiologi lingkungan (distribusi lala t), (3) sosial ekonomi, (4) pengaruh

(10)

TPA terhadap kualitas air dan masyarakat, (5) umur pemanfaatan TPA. Teknik Prospektif untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi, menetapkan faktor dominan dan merancang skenario yang mungkin terjadi di masa datang, sedangkan Proses Hierarki Analitik (AHP) digunakan untuk pengambil keputusan.

A. Data Fisik Kimia

Analisis fisik -kimia dilaksanakan pada musim hujan dan musim kemarau, dengan melakukan kegiatan analisis kualitas air sumur, air sungai dan air lindi. Pengujian yang dipakai ialah pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD) contoh dalam keadaan aerobik pada suhu 20° C selama lima hari. Pengujian lain untuk melihat kandungan zat organik dapat melalui Chemical Oxygen Demand (COD), jumlah karbon organik dan oksigen terlarut (D.O). Parameter anorganik di dalam air dapat digambarkan dalam bentuk salinitas, kesadahan, pH, keasaman, alkalinitas dan kandungan besi (Fe), mangan (Mn), klorida (Cl?), sulfat (SO4²? ), sulfida ( S²¯ ), logam berat ( Hg, Pb, Cr, Cu, Zn ), organik ammonia (N-NH3), nitrit (N-NO2), nitrat (N-NO3) dan orto fosfat (Suratmo, 1991):

a. Analisis Kualitas Air sumur

Data yang terkait dan diukur adalah suhu, pH air sumur, nitrat, nitrit, kadmium (Cd), mangan (Mn), besi (Fe), bahan organik total dan kekeruhan (turbiditas). Pengukuran suhu, pH dan turbiditas dilakukan di lapangan (in situ). Pada penelitian ini metode yang dipakai disesuaikan dengan parameter yang diteliti. Data tersebut digunakan untuk melakukan kajian potensi pencemaran air yang diakibatkan oleh keberadaan TPA sampah.

Untuk menetapkan kelayakan air sumur sebagai bahan baku air minum, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988, tentang Baku Mutu Air golongan B, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/IX/1990, tentang persyaratan kualitas air minum.

(11)

b. Analisis Kualitas Air sungai

Data yang terkait dengan pengaruh TPA terhadap kualitas air sungai diperoleh dari pengujian laboratorium seperti pengukuran suhu, pH, kekeruhan (turbiditas), Konduktivitas (DHL), BOD, COD, ammonia, nitrit dan nitrat, padatan tersuspensi (TSS) dan kecepatan arus. Pengukuran suhu, pH, DHL, turbiditas dan kecepatan arus dilakukan di lapangan (in situ). Data tersebut untuk melakukan kajian potensi pencemaran air sungai yang diakibatkan oleh kegiatan TPA sampah.

c. Analisis Kualitas air lindi

Data yang terkait dengan kualitas air lindi diperoleh dari pengujian laboratorium seperti nitrat, nitrit, pH, BOD dan COD, sulfida, klorida, seng dan besi. Gambaran kualitas air lindi terbagi dalam dua kategori, yaitu air lindi pada titik inlet IPAS dan outlet IPAS. Titik inlet adalah air lindi yang masuk ke dalam IPAS dari landfill, sedangkan outlet adalah air lindi yang telah mengalami pengolahan di IPAS. Air lindi yang dianalisis antara lain dari zone I sampai dengan zone V untuk mengetahui perbedaan kondisi fisik kimia, oleh karena setiap zone digunakan untuk penimbunan sampah dengan waktu yang berbeda. Data tersebut selanjutnya digunakan untuk melakukan kajian potensi pencemaran air yang diakibatkan oleh pencemaran air lindi.

B. Data Mikrobiologi

Analisis data mikrobiologi, khususnya E. coli, coliform dan penyebaran lalat diambil dari data primer, metode grill net persatu waktu umpan, parameter Departemen Kesehatan RI Nomor 281-II/PD.03.04.LP tanggal 30 Oktober 1989, jumlah keberadaan lalat 30 per grill.

C. Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat

Analisis sosial ekonomi masyarakat didasarkan atas kuisioner, data dikumpulkan dan disederhanakan pencatatannya baik dengan coding maupun tabulasi, maka data tersebut dianalisis. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif meliputi analisis persentase dan tabulasi silang. Analisis persentase adalah frekuensi distribusi relatif, data dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan dalam persentase, tabulasi silang untuk melihat hubungan antara beberapa variabel. Data sosial ekonomi yang diamati merupakan data kualitatif, sehingga dinilai berdasarkan scoring. Data yang

(12)

discoring tersebut merupakan data yang diskontinyu (1,2,3 …n), karena itu metode analisis yang digunakan analisis statistik non-parametrik.

Tujuan analisis adalah untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar peubah sosial ekonomi, maka digunakan model analisis korelasi, dengan pertimbangan hubungan peubah sosial ekonomi tersebut bukanlah hubungan sebab akibat, melainkan hubungan setaraf. Oleh karena itu dipilih metode Korelasi Rank Spearman (Siegel, 1990). D. Umur Pemanfaatan TPA

Untuk menentukan umur TPA, dilakukan studi literatur tinggi tumpukan sampah, luas pada seluruh zone serta laju penyusutan sampah. Data yang terkait dengan tinggi tumpukan sampah dilakukan melalui studi literatur pada komponen luas dan ketinggian sampah pada seluruh zone yang kemudia n dibandingkan antara ketinggian rencana dengan ketinggian aktual. Sedangkan penyusutan sampah dan untuk mempridiksi penurunan ketinggian sampah sesuai dengan dimensi umurnya serta untuk menghitung umur pemanfaatan TPA digunakan studi literature.

E. Analitik Hierarki Proses (AHP)

Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diurai menjadi keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah antara lain: a). Penyusunan hierarki yaitu, persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi kreteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki; b). Penilaian kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1983) dalam Marimin 2004, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengespresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala seperti Tabel 9.

Tabel 9: Nilai dan Definisi Pendapat Kualitatif

Nilai Keterangan 1. 3. 5. 7. 9.

Kriteria atau alternatif A sama penting dengan kriteria atau alternatif B.

A sedikit penting dari B A jelas lebih penting dari B A sangat jelas lebih penting dari B Mutlak lebih penting dari B

(13)

Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. c). Penentuan prioritas, untuk setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai- nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif maupun kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas, bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. d). Konsistensi logis, semua bagian dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Untuk melihat prinsip kerja AHP perlu dilakukan antara lain:

a. Perumusan masalah, untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka perlu dilakukan tiga langkah berikut: 1). Penentuan sasaran yang ingin dicapai, 2). Penentuan kriteria pemilihan, dan 3). Penentuan alternatif pilihan. Informasi mengenai sasaran, kriteria dan alternatif tersebut kemudian disusun dalam bentuk diagram, pembobotan kriteria, penyelesaian dengan menipulasi matriks, yang disusun dalam bentuk diagram.

b. Pembobotan kriteria, dari ketiga kriteria perlu ditentukan tingkat kepentingannya, dengan cara: 1). Menentukan bobot secara sembarang, 2). Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria, dan 3). Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan, tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.

c. Penyelesaian dengan manipulasi matriks, matrik diolah untuk menentukan bobot dari kriteria dengan menentukan nilai eigen (eigenvector), untuk mendapatkan nilai eigen adalah: 1). Kuadratkan matriks tersebut, 2). Hitung jumlah nilai dari setiap baris kemudian lakukan normalisasi, 3). Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari nilai batas tertentu. Penyelesaian misalnya dengan syarat 4 angka di belakang koma.

d. Pembobotan alternatif, susunlah matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap kriteria.

(14)

F. Teknik Prospektif

Setelah diketahui kondisi lingkungan di sekitar TPA berdasarkan pengujian laboratorium untuk kualitas air sumur, sungai, lindi, biologi dan sosial ekonomi serta kesehatan, maka untuk menentukan skenario pemanfaatan TPA masa mendatang dilakukan modeling, dengan metode analisis prospektif yang akan menentukan partisipasi masyarakat serta kelembagaannya dan kemungkinan pemanfaatan TPA masa depan. Analisis prospektif dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sistem, serta menetapkan faktor-faktor dominan dan skenario dalam pemanfaatan TPA pascaoperasi berbasis masyarakat.

Menurut Hardjomidjojo (2002), Analisis Prospektif merupakan suatu jenis analisis yang digunakan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di waktu yang akan datang. Analisis ini digunakan dengan tujuan (1) mempersiapkan tindakan strategis, (2) melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan. Di dalam melakukan analisis berdasarkan jawaban responden, dengan langkah-langkah berupa:

a. Mengidentifikasi faktor penentu di masa depan, dengan cara: 1) Mencatat seluruh elemen penting;

2) Mengidentifikasi keterkaitan;

3) Membuat tabel untuk menggambarkan keterkaitan; 4) Memilih elemen kunci untuk masa depan.

b. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama;

c. Mendefinisikan dan menggambarkan evolusi kemungkinan masa depan, dengan tahapan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan pada setiap faktor;

2) Memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan;

3) Menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya.

Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, yang dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif digunakan matriks seperti pada Lampiran 1. Sedangkan menentukan faktor dominan digunakan softwer analisis prospektif yang memperlihatkan

(15)

tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem, dengan tampilan seperti Gambar 4.

Gambar 4: Tingkat pengaruh dan Ketergantungan antar faktor dalam sistem.

Analisis prospektif merupakan eksplorasi tentang kemungkinan di masa yang akan datang. Analisis ini digunakan sebagai salah satu alat (tool) dalam penelitian. Dari analisis prospektif didapatkan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam peruntukan ruang sebagai kebutuhan para pelaku (stakeholders) yang terlibat di dalam pemanfaatan masa depan. Selanjutnya faktor kunci dan tujuan strategis (kebutuhan) tersebut akan digunakan untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan bagi pemanfaatan TPA. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut adalah sangat penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli mengenai pemanfaatan di masa mendatang. Pendapat para pelaku tersebut didapatkan melalui bantuan kuesioner.

Oleh karena analisis prospektif dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis, melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan, maka tahap yang dilakukan adalah:

a. Berdasarkan tujuan studi, responden dimohon untuk memberikan faktor, kreteria dan variabel yang mempengeruhi pencapaian tujuan studi.

b. Dari hasil indentifikasi kriteria, diperoleh beberapa faktor yang akan dilihat hubungannya secara timbal balik (mutual), berdasar tabel matriks analisis pengaruh antar faktor yang akan diisikan dengan skor antara 0-3. Pedoman penilaian dapat dilihat pada Tabel 10.

Faktor Penghubung STAKES Faktor Terikat OUTPUT Faktor Penentu INPUT Faktor Bebas UNUSED P e n g a r u h Ketergantungan

(16)

Tabel 10. Pedoman Penilaian Analisis Prospektif

Skor Keterangan

0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat

c. Jika faktor yang diberikan oleh responden lebih dari 1, sebanyak N; dilakukan analisis matriks gabungan dengan cara:

1) Apabila pengaruh antar satu faktor dengan faktor lainnya (sel) mempunyai nilai 0 dengan jumlah >½ N, maka nilai sel tersebut 0. Jika nilai 1,2 dan 3 bersama-sama berjumlah >½ N, maka nilai sel tersebut ditentukan berdasarkan yang paling banyak dipilih antara nilai 1,2,3.

2) Jika jumlah faktor (N) adalah genap dan diperoleh dalam satu sel jumlah nilai 0 sama banyak dengan jumlah nilai 1,2 dan 3, maka dilakukan diskusi lebih lanjut kepada stakeholder, untuk menentukan nilai sel tersebut.

d. Nilai-nilai sel yang telah disepakati oleh responden dimasukkan kembali dalam program seleksi faktor dalam bentuk: 1). Pengaruh langsung global; 2). Ketergantungan global 3). Kekuatan global 4). Kekuatan global tertimbang 5). Gambar hubungan antar faktor berdasarkan total pengaruh dan ketergantungan. e. Seleksi 5 sampai 7 merupakan fakktor untuk diskusi tahap selanjutnya membangun

skenario berdasarkan keadaan kriteria (tahap 3). Seleksi dilakukan berdasarkan kekuatan global ter timbang dan posisi faktor dalam gambar hubungan antar faktor, yaitu pada kuadran kiri atas.

f. Nilai-nilai sel telah disepakati oleh para responden, dimasukan dalam program seleksi faktor yang telah tersedia. Selanjutnya hasil analisis tersebut dalam bentuk pengaruh langsung, tidak langsung dan total antar faktor dalam bentuk:

1) Pengaruh langsung global 2) Ketergantungan global 3) Kekuatan global

4) Kekuatan global tertimbang

(17)

g. Seleksi 6 sampai 7 adalah faktor untuk diskusi selanjutnya membangun skenario berdasarkan keadaan, kriteria (tahap 3), seleksi dilakukan berdasarkan kekuataan global tertimbang dan posisi faktor dalam gambar hubungan antar faktor, yaitu pada kuadran kiri atas.

h. Selanjutnya membuat keadaan suatu faktor berdasarkan pemanfaatan yang telah menjadi prioritas di TPA. Untuk setiap faktor dapat dibuat satu atau lebih keadaan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan hayalan) dalam satu waktu di masa yang akan datang.

2) Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti besar, sedang, kecil atau baik, buruk, tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor.

i. Keadaan yang ada diidentifikasi dari keadaan yang paling optimis sampai paling pesimis.

j. Dari keadaan yang ada, dari kombinasi beberapa faktor dibuat skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan dipilih skenario yang mungkin terjadi berdasarkan hasil identifikasi dari responden.

Gambar

Tabel 4. Kualitas Air Sumur di TPA Bantar Gebang  Parameter  Satuan  Peralatan  Metode Analisis  Fisika :  Suhu  Bau  Rasa  Kekeruhan  Kimia:
Tabel  6. Kualitas Air Lindi
Tabel 8. Beberapa Jenis Penyakit Bawaan Air
Gambar 3: Tahapan Kegiatan Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam program pengembangan ilmu, baik dalam ilmu alam, ilmu sosial humaniora, maupun ilmu keislaman, tidak bisa dinafikan keberadaan “asumsi dasar” yang dalam taraf tertentu bersifat

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran discovery yang bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan perkembangan keterampilan dasar dalam bekerja ilmiah

Hasilnya adalah upacara “ mappaci ” perkawinan adat bugis tentang proksemik dengan pembagian ruang da- lam rumah dapat memberikan gambaran bahwa semakin dekat jarak sosial

Pada hari Minggu, 06 Agustus 2015, dalam Kebaktian Umum I dan II, akan diadakan Perjamuan Tuhan.. Bagi Saudara/i yang sudah dibaptis/sidi agar

tinggi secara global lokasi demplot dan sungai utama di sekitar lokasi yang mempengaruhi fluktuasi muka air tanah pada lahan gambut demplot penelitian; Water

Pada masa Tabi’in, kegiatan melakukan ijtihad semakin meningkat, tetapi prinsip bermusyawarah dalam menetapkan hokum sudah mulai goyah, karena ulama sudah terpencar

[r]

Aktivitas pertama adalah pengambilan variabel input, input yang diambil adalah citra warna dan garis lintasan, aktivitas kedua adalah pemrosesan, pemrosesan pertama dilakukan