• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh

(Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik

1

Indah N Fajarini, 2Herri S Sastramihardja, dan 3Yuli Susanti 1,2,3

Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116

e-mail: 1rahayu.novitasari279@gmail.com, 2 yuningsihani@yahoo.com

Abstrak. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi dan

berdampak terbentuknya radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif. Malondialdehid (MDA) merupakan salah satu hasil stres oksidatif. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) adalah tumbuhan yang digunakan untuk mengatasi stress oksidatif karena mengandung flavonoid sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh infusa belimbing wuluh terhadap kadar MDA mencit model diabetik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode rancangan acak lengkap terhadap 36 ekor mencit jantan yang terbagi dalam enam kelompok, yaitu kelompok 1 (kontrol normal), 2 (kontrol positif), 3 (kontrol negatif). Kelompok 4, 5 dan 6 adalah kelompok infusa belimbing wuluh dengan dosis 12,6; 25,3 dan 37,8 g/kgBB. Data dianalisis dengan uji One Way Anova, uji Dunnet dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok infusa belimbing wuluh lebih kecil dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan bahwa infusa belimbing berpengaruh terhadap kadar MDA secara signifikan (p<0,05), dan dosis efektif yang berpengaruh terhadap kadar MDA adalah 25,3 g/kgBB/hari. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat korelasi yang sangat lemah antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan kadar MDA (r= -0,14). Simpulan, pemberian infusa belimbing wuluh berpengaruh terhadap kadar MDA pada mencit model diabetik.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Infusa Belimbing Wuluh, Malondialdehid, MDA

A. Pendahuluan

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom penyakit metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan insulin ataupun disebabkan karena terjadinya resistensi insulin.1 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia > 15 tahun di perkotaan adalah sebesar 5,7% dan prevalensi DM di provinsi Jawa Barat adalah sebesar 0,8%.2, 3

Keadaan hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan terbentuknya radikal bebas, yang selanjutnya dapat membentuk oksigen reaktif. Pembentukan senyawa oksigen reaktif yang berlebih mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan protektif dan jumlah radikal bebas pada penderita DM sehingga terjadi kerusakan oksidatif yang dikenal dengan stress oksidatif.4 Terjadinya kerusakan oksidatif pada pasien DM ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) pada pasien DM.5 MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, yang biasanya digunakan sebagai indikator derajat stress oksidatif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suarsana pada tahun 2011 membuktikan bahwa kadar MDA tinggi pada tikus hiperglikemia.6

Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman. Flavonoid memiliki beberapa aktivitas farmakologikal, antara lain yaitu sebagai antioksidan dan antidiabetes.7,8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhra, Tarigan dan Sihotang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa flavonoid memiliki efek antioksidan yang kuat.9 Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan adalah menekan

(2)

pembentukan ROS dengan menghambat enzim dalam pembentukan ROS dan meningkatkan regulasi serta proteksi dari antioksidan. Flavonoidpun dapat melindungi membran lipid dari kerusakan oksidatif, sehingga peroksidasi lipid dapat dihambat dan peningkatan kadar MDA dapat dicegah.8

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) mengandung zat aktif salah satunya adalah flavonoid.10 Manfaat flavonoid pada buah belimbing wuluh antara lain sebagai antidiabetes dan antioksidan.7, 11 Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Candra pada tahun 2012, telah membuktikan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus galur wistar yang diinduksi aloksan.10

Dengan latar belakang tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan penelitian mengenai efek dari pemberian infusa belimbing wuluh yang mengandung zat aktif flavonoid dalam menurunkan kadar MDA pada mencit model diabetik.

B. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap.Subjek penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss dan bahan penelitian ini adalah buah belimbing wuluh yang didapatkan dari Desa Jati Endah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Pembuatan infusa belimbing wuluh dilakukan di laboratorium farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSHS Bandung. Dosis infusa belimbing wuluh diberikan sebanyak 1 kali dalam sehari selama 7 hari. Dosis aloksan yang diberikan pada hewan coba adalah 125 mg/kgBB dan disuntikkan secara subkutan dan efek hiperglikemik akan muncul setelah 72 jam. Pemeriksaan glukosa darah puasa dilakukan untuk memastikan keberhasilan induksi.

Dosis infusa belimbing wuluh pada tikus sebesar 1,8 g, 3,6 g dan 5,4 g/ 200grBB. Dosis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dosis yang telah dikonversikan pada dosis mencit berdasarkan tabel konversi Laurence and Bacharach. Maka didapatkan dosis sebagai berikut:

1,8 g x 0,14= 0,252 g/ 20 gBB= 12,6 g/kgBB/ hari 3,6 gr x 0,14= 0,504 g/ 20 gBB= 25,3 g/kgBB/ hari 5,4 g x 0,14= 0,756 g/ 20 gBB= 37,8 g/kgBB/ hari

Jumlah hewan coba yang akan digunakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Frederer. Didapatkan jumlah minimal hewan coba yang digunakan adalah 4 ekor mencit dalam 1 kelompok, dan untuk menghindari drop out maka ditambahkan 10- 20% sehingga menjadi 6 ekor dalam 1 kelompok. pada penelitian ini terdapat 6 kelompok hewan coba, sehingga dibutuhkan 36 ekor mencit.

Hewan coba ini dibagi dalam 6 kelompok yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Kelompok Hewan Coba

Kelompok Kelompok

Perlakuan

Perlakuan

1 Kelompok

Normal

Aquades dan pakan standar

2 Kontrol Positif Aloksan (+), Acarbose 0,13 mg/kgBB, aquades dan pakan

standar

(3)

Negatif

4 Dosis 1 Aloksan (+), infusa belimbing wuluh dosis 12,6

g/kgBB/hari

5 Dosis 2 Aloksan (+), infusa belimbing wuluh dosis 25,3

g/kgBB/hari

6 Dosis 3 Aloksan (+), infusa belimbing wuluh dosis 37,8

g/kgBB/hari

Perlakuan pada hewan coba diberikan selama 7 hari. Pada hari ke-7 dilakukan pengukuran glukosa darah puasa dan MDA.

Data hasil pengukuran kadar MDA dinilai terlebih dahulu normalitas dan homogenitas variansnya menggunakan uji Saphiro-wilk dan uji Levene, selanjutnya data diuji dengan uji Annova, uji perbandingan ganda dengan metode Tukey untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar MDA antar kelompok. Dilanjutkan dengan uji Dunnet dan uji korelasi Pearson.

C. Hasil

Penelitian untuk menguji efek infusa belimbing wuluh dalam menurunkan kadar MDA menggunakan 36 ekor mencit jantan galur Swiss, yang terbagi dalam enam kelompok. Hasil pengukuran kadar MDA pada plasma mencit dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Rata-rata Kadar MDA

Kelompok Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar MDA (μM)

1 Kelompok Normal 28,37

2 Kontrol Positif 37,23 (median)

3 Kontrol Negatif 81,42

4 Dosis 1 45,84

5 Dosis 2 29,22

6 Dosis 3 39,84

Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa rata-rata kadar MDA pada kelompok 4, 5 dan 6 memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok 3. Adapun rata kadar MDA pada kelompok 5 nilainya mendekati rata-rata kadar MDA kelompok 3.

Data diolah menggunakan uji statistik Saphiro-wilk yang bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian distribusi data menggunakan uji Saphiro-wilk dapat dilihat pada tabel berikut

(4)

Kelompok Perlakuan Shapiro-Wilk Sig. Kelompok normal 0,605 Kontrol positif 0,017 Kontrol negatif 0,731 Kelompok dosis 1 0,129 Kelompok dosis 2 0,993 Kelompok dosis 3 0,101

Uji distribusi data menghasilkan nilai p> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji Levene untuk menilai apakah varians datanya homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas varians dengan uji Levene menghasilkan nilai p >0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varians masing-masing kelompok itu sama atau homogen. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan variansnya homogen maka uji statistik dapat dilanjutkan dengan uji One Way Annova.

Pengujian data dilanjutkan dengan uji One Way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata kadar MDA antar kelompok. Berdasarkan hasil uji One Way Anova didapatkan nilai p (Sig.) kurang dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompoknya. Pengujian data dilanjutkan dengan uji perbandingan ganda dengan metode Least Significant Difference (LSD) yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan untuk setiap pasangan kelompok yang diamati. Hasil dari uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MDA yang signifikan antara kontrol negatif (kelompok 3) dengan kelompok normal (kelompok 1), kontrol positif (kelompok 2) serta kelompok perlakuan infusa belimbing wuluh (kelompok 4, 5 dan 6). Dari kedua uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok dosis infusa belimbing wuluh memiliki kadar MDA lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif.

Pada penelitian ini digunakan tiga dosis infusa belimbing wuluh yang berbeda, yaitu dosis pertama 12,6 g/kgBB, dosis kedua 25,3 g/kgBB dan dosis ketiga 37,8 g/kgBB. Pengujian data dilanjutkan dengan uji Dunnet dengan menempatkan kelompok normal sebagai kontrol kadar MDA, untuk mengetahui dosis efektif infusa belimbing wuluh yang dapat menurunkan kadar MDA.

Tabel 4. Uji Dosis Efektif

Kelompok Dosis Selisih Kadar MDA Signifikansi

4 12,6 g/kgBB 17,47000 0,316

5 25,3 g/kgBB 0,85750 1,000

(5)

Berdasarkan hasil uji Dunnet diketahui bahwa kelompok dosis 2 memiliki nilai p= 1,000, yang berarti kadar MDA pada kelompok dosis 2 mendekati kadar MDA pada kelompok normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa infusa belimbing wuluh dengan dosis 0,504 mg/20gramBB/hari merupakan dosis efektif infusa belimbing wuluh yang berpengaruh terhadap kadar MDA mencit model diabetik.

Pengujian data dilanjutkan dengan mencari hubungan antara dosis infusa belimbing wuluh dengan penurunan kadar MDA menggunakan uji korelasi Pearson. Didapatkan bahwa koefisien korelasi Pearson antara dosis infusa belimbing wuluh dengan penurunan kadar MDA adalah -0,14, yang berarti terdapat korelasi antara peningkatan dosis infusa buah belimbing wuluh dengan kadar MDA. Berdasarkan koefisien korelasi, korelasi ini memiliki kekuatan hubungan yang sangat rendah.

D. Pembahasan

Kadar MDA digunakan sebagai indikator terjadinya stres oksidatif yang diakibatkan oleh adanya peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Peningkatan radikal bebas dalam tubuh dapat ditekan atau diturunkan dengan zat-zat antioksidan.

Rata-rata kadar MDA pada kelompok normal yang tidak diinduksi aloksan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang hanya diinduksi aloksan tanpa diberi terapi apapun, sedangkan rata-rata kadar MDA pada kelompok yang diberikan perlakuan infusa belimbing wuluh dan kelompok kontrol positif memiliki nilai yang tidak berbeda dengan kelompok normal. Berdasarkan hasil perhitungan selisih kadar MDA antara kelompok normal dengan kelompok perlakuan didapatkan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa belimbing wuluh dan acarbose dapat menurunkan kadar MDA.

Penurunan kadar MDA pada mencit model diabetes ini terjadi karena kandungan zat aktif pada belimbing wuluh yaitu flavonoid. Berdasarkan penelitian aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.) yang dilakukan oleh Zuhra, Tarigan dan Sihotang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa flavonoid memiliki efek antioksidan yang kuat.9 Flavonoid dapat melindungi membran lipid dari kerusakan oksidatif, sehingga peroksidasi lipid dapat dihambat sehingga peningkatan kadar MDA dapat dicegah.8 Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman. Flavonoid memiliki beberapa aktivitas farmakologikal, antara lain yaitu sebagai antioksidan dan antidiabetes.7,8 Penelitian lain yang menyatakan bahwa flavonoid memiliki efek antioksidan adalah penelitian yang dilakukan oleh A.C Dewi, Puspawati, Asih dan Rita pada tahun 2014, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ekstrak etil etanol biji terong Belanda yang mengandung flavonoid mampu menghambat reakasi peroksidasi lemak yang ditandai dengan menurunnya kadar MDA plasma darah tikus Wistar.12 Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mu’nisa, Muflihunna A, Arshal AF pada tahun 2014, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa efek antioksidan daun sukun pada mencit diabetes yang diinduksi aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan kadar MDA hati.13

Dari tiga kelompok perlakuan infusa buah belimbing wuluh diketahui bahwa kelompok dosis 2 memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan kelompok normal, dan memiliki selisih kadar MDA yang tinggi dengan kontrol negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis efektif infusa buah belimbing wuluh adalah 25,3 g/kgBB/hari. Pada uji penentuan dosis efektif didapatkan bahwa dosis efektif infusa belimbing wuluh yang dapat menurunkan kadar MDA pada mencit model diabetes bukanlah dosis

(6)

yang paling besar. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan penurunan kadar MDA, yaitu semakin tinggi dosis infusa belimbing wuluh maka kadar MDA semakin turun. Namun kekuatan korelasi antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan kadar MDA ini adalah -0,14, yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasinya sangat rendah.

E. Kesimpulan

Pemberian infusa belimbing wuluh selama tujuh hari berpengaruh terhadap kadar MDA pada mencit model diabetik. Dosis efektif infusa belimbing wuluh yang berpengaruh terhadap kadar MDA pada mencit model diabetik adalah 25,3 g/kgBB/hari. Terdapat korelasi yang signifikan antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan kadar MDA pada mencit model diabetik, namun kekuatan korelasinya sangat lemah.

DAFTAR PUSTAKA

Gardner DG, Shoback D. 2011. Greenspan’s Basic & Clinical Endrocinology. United States: McGraw-Hill

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta

Setiawan B, Suhartono E. 2005. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus. Majalah Kedokteran Indonesia

Suarsana IN, Utama IH, Agung IG, Suartini A. 2011. Pengaruh Hiperglikemia dan Vitamin E pada Kadar Malondialdehida dan Enzim Antioksidan Intrasel Jaringan Pankreas Tikus. MKB

Anitha R, Geetha RV, Lakshmi T. 2011. Averrhoa bilimbi Linn-Nature’s Drug Store- A Pharmacological Review. IJDDR

Kumar S, Pandey AK. 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An Overview. Hindawi

Zuhra CF, Tarigan JB, Sihotang H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). J Biologi Sumatera

Candra S. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi. L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro Cahyono AD. 2010. Kemampuan Perasan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)

Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp. Jember: Universitas Jember

Dewi NWO, Puspawati NM, Swantara IMD, Asih IARA, Rita WS. 2014. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji Terong Belanda (Solanum

(7)

betaceum, syn) dalam Menghambat Reaksi Peroksidasi Lemak pada Plasma Darah Tikus Wistar. Cakra Kimia

Mu’nisa, Muflihunna A, Arshal AF. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sukun Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Malondialdehida (MDA) pada Mencit (Mus musculus). Makassar: Laboratorium Zoologi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Sumber lain:

Indonesia, http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html, 8 November 2009

Pusat Data & Informasi PERSI Jakarta: Pusat Data & Informasi PERSI, http://www.pdpersi.co.id/content.news.php?catid=23&nid=618

Gambar

Tabel 3.Uji Distribusi Data
Tabel 4. Uji Dosis Efektif

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pengelolaan perumahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara ini disesuaikan dengan arahan rencana distribusi penduduk untuk mencapai pemerataan pembangunan. Selain hal

Melalui persilangan kedua sisi pandang tersebut di atas, maka jenis- jenis dam yang mungkin dikenakan dalam pelaksanaan haji itu ada empat, 1. Dam murattab muqaddar, yaitu dam

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

malabaricus dari perairan Sape dan Kupang pada bulan Desember 2000 sampai dengan Desember 2001. Monthly distribution of maturity sfages (%) for female

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal.. Dibimbing

Siswa mampu menelaah$ mempelajari dan menerapkan hukum bacaan wa'a dalam surat&amp;surat pendek dalam  %l 'ur’an • Menjelaskan arti wa'a Tes lisan Jawaban singkat. Jelaskan arti